• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis keterampilan proses sains siswa melalui pendekatan inkuiri pada konesp sistem koloid

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis keterampilan proses sains siswa melalui pendekatan inkuiri pada konesp sistem koloid"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM KOLOID

SKRIPSI

Oleh

WINDA SYAFITRI

105016200562

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)

i

Nama : Winda Syafitri

NIM : 105016200562

Jurusan : Pendidikan IPA

Angkatan Tahun : 2005

Alamat : Jl. legal Parang Utara IV No.21 RT.008/04 Kec. Mampang Prapatan. Jakarta Selatan 12790

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa Melalui Pendekatan Inkuiri Pada Konsep Sistem Koloid adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

1. Nama : Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd NIP Dosen : 196812282003031004

Jurusan : Pendidikan IPA/Kimia

2. Nama : Tonih Feronika, M.Pd

NIP Dosen : 197601072005011007

Jurusan : Pendidikan IPA/Kimia

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta, 9 Maret 2011 Yang Menyatakan

(4)

ii

PENDEKATAN INKUIRI PADA KONSEP SISTEM KOLOID

SKRIPSI

Diajukan kepada fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Winda Syafitri 105016200562

Di Bawah Bimbingan:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd NIP. 196812282003031004

(5)

iii

Ilmu Pengetahuan Alam program studi kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kemampuan keterampilan proses sains yang dimiliki siswa dapat berkembang melalui pendekatan pembelajaran inkuiri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang diarahkan untuk memperoleh informasi mengenai keterampilan proses sains apa saja yang muncul melalui pembelajaran inkuiri dan mengetahui seberapa besar keterampilan proses sains siswa dapat berkembang. Penelitian ini dilaksanakan di SMA PGRI 3 Jakarta pada kelas XI jurusan IPA. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2009-2010. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa SMA PGRI 3 Jakarta kelas XI jurusan IPA yang berjumlah 21 orang. Siswa dibagi menjadi 5 kelompok, setiap kelompok terdiri dari siswa laki-laki dan siswa perempuan, dari kategori tinggi, sedang, dan rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedelapan aspek keterampilan proses sains siswa muncul pada pembelajaran inkuiri dengan persentase yang bervariasi dengan kategori muncul sesuai dan muncul tidak sesuai. Aspek yang muncul sesuai yaitu aspek investigasi, aspek observasi, aspek klasifikasi, aspek prediksi, dan aspek komunikasi, sedangkan aspek bertanya, aspek hipotesis, dan aspek interpretasi muncul tidak sesuai.

(6)

iv

Al-hamdulillahirabbil ‘alamin, ucapan syukur hanya pantas diberikan kapada Allah, Rabb semesta alam, penggengam alam dan seisinya. Yang telah memberikan rahmat, hidayah, kekuatan dan keikhlasan kepada kita semua sehingga pada kesempatan kali ini dari sekian banyak kesempatan yang sudah diberikan-Nya. Penulis bisa menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana S1 pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Shalawat dan salam senantiasa kita sampaikan kepada al-Qudwah kita Rasululah SAW. Keluarga, sahabat, dan umatnya yang tetap istiqamah dalam memperjuangkan agama-Nya dan menghidupkan Sunnah-sunnahnya.

Penulis sangat menyadari dalam penulisan skripsi ini, tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang dihadapi dan dialami, baik yang menyangkut pengaturan waktu, pengumpulan bahan-bahan (data) maupun pembiayaan dan lain sebagainya. Namun berkat kesungguhan hati dan kerja keras disertai motivasi dan bantuan dari berbagai pihak, maka segala kesulitan dan hambatan itu dapat diatasi dengan sebaik-baiknya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan maksimal Insya Allah.

Tanpa mengurangi penghargaan dan terimakasih, secara khusus penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan atas terselesaikannya skripsi ini, yaitu :

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

(7)

v

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Dedi Irwandi M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia sekaligus Penasehat Akademis atas pengarahan dan bimbingan yang telah diberikan.

5. Bapak Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd, selaku dosen pembimbing I yang dengan keikhlasan dan kesabaran membimbing penulis hingga akhir penulisan. 6. Bapak Tonih Feronika, M.Pd, selaku dosen pembimbing II yang telah

meluangkan waktu disela-sela kesibukannya, memberi motivasi dan pengarahan serta dengan keikhlasan dan kesabaran membimbing penulis hingga akhir penulisan.

7. Bapak Drs. H. Achmad Sjamsuri, MM, selaku Kepala Sekolah Sekolah Menengah Atas PGRI 3 Jakarta atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

8. Ayahanda (Rachmat Alwi) dan Ibunda (Netty Herawaty), serta kakak-kakak tercinta (Firmansyah dan Firdaus) atas tetesan-tetesan keringat, airmata dalam mendidik, merawat, memberikan doa, dukungan baik moril maupun materil serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Sahabat- Sahabat tercinta, seperjuangan di atmosfer penuh Cinta Ilahi, Nilma Purnama, Nur Subechan, Khusnul Khotimah, Agustiana, Agustiani, Rizki Fauziah, Fatimah Azzahra, dan Gita Nurhasanah. Jazakumullah khairan katsir atas support dan do’anya. Serta kesabaran dan

keikhlasannya dalam berjuang bersama. Semoga Allah kekalkan ukhuwah ini dan pertemukan kita di Jannah-Nya nanti.

(8)

vi

baiknya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin yaa Rabbal alamin.

Jakarta, 17 Februari 2011

(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II DESKRIPSI TEORITIK A. Hakikat Pendekatan Inkuiri ... 8

B. Kemampuan Psikomotor ... 17

C. Hakikat Keterampilan Proses Sains ... 20

D. Keterampilan Proses dalam Pembelajaran Inkuiri ... 24

E. Hakikat Ilmu Kimia ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

B. Metode Penelitian ... 34

C. Subjek Penelitian ... 34

D. Instrumen Penelitian ... 35

E. Teknik Pengumpulan Data ... 37

(10)

viii

B. Pembahasan ... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62

(11)

ix

Tabel 3.2 Format Wawancara ... 43 Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Aspek Keterampilan Proses Sains ... 45 Tabel 4.2 Respon siswa terhadap pembelajaran kimia dengan

(12)

x

(13)

xi

a. Silabus ... 64

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 66

c. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 83

Lampiran 2. Instrumen Pengumpulan Data ... 94

a. Format Lembar Observasi ... 94

b. Kisi-kisi Pengamatan Lembar Observasi ... 97

c. Format Wawancara ... 104

Lampiran 3. Pengolahan Data ... 105

a. Hasil Perhitungan Lembar Observasi Secara Keseluruhan ... 109

b. Data Hasil Wawancara Tiap Kelompok ... 111

Lampiran 4. Lembar Uji Referensi 112

Lampiran 5. a. Surat Permohonan Izin Penelitian 118

b. Surat Bimbingan Skripsi 119

(14)

1 A. Latar Belakang

Setiap ilmu pengetahuan memiliki karakteristik spesifik yang membedakan ilmu tersebut dengan ilmu lainnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu cabang pokok ilmu pengetahuan yang didalamnya terdapat berbagai cabang keilmuan, antara lain ilmu fisika, ilmu biologi, dan ilmu kimia.

Salah satu cabang ilmu pengetahuan yang harus dikuasai siswa di SMA/MA adalah kimia, Michael Purba menjelaskan bahwa

Ilmu kimia adalah ilmu pemahaman dan rekayasa materi. Rakayasa yaitu mengubah suatu materi menjadi materi yang lain. Untuk dapat melakukan rekayasa tersebut, para ahli perlu memahami ilmu kimia, yaitu mengetahui susunan, struktur, serta sifat-sifat materi oleh karena itu, ilmu kimia dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang susunan, struktur, sifat, perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan tersebut.1

Bidang studi kimia seharusnya merupakan pelajaran yang menyenangkan, karena berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Akan tetapi apa yang diharapkan umumnya berlainan dengan kenyataan. Hal ini dapat terjadi salah satunya adalah dengan penggunaan pendekatan pembelajaran yang kurang tepat oleh guru dalam mengajar. Guru lebih banyak menanamkan konsep-konsep materi pelajaran melalui transfer informasi dan pemberian contoh-contoh yang cenderung dihafal siswa, sehingga tidak membentuk konsepsi yang benar. Pembelajaran seperti ini tentu saja akan menciptakan suasana kelas yang statis, monoton, dan membosankan. Dengan demikian perlu adanya peran guru dalam menentukan pendekatan pembelajaran yang tepat yang dapat meningkatkan hasil belajar dan keterampilan siswa.

1

(15)

Proses belajar merupakan hasil yang kompleks. Belajar terkait dengan apa yang harus dikerjakan oleh siswa tersebut. Guru hanya berfungsi sebagai pembimbing dan pengarah, sedangkan yang menggerakkan proses tersebut harus datang dari siswa. Dengan demikian, seorang pendidik perlu menerapkan sebuah pendekatan yang mengarahkan siswa untuk berperan aktif dan menggali potensi yang ada pada dirinya sendiri, sehingga siswa mampu mengembangkan keterampilan-keterampilan tertentu seperti keterampilan dalam mengamati, menafsirkan pengamatan, mengelompokkan, meramalkan, komunikasi, membuat hipotesis, merencanakan penelitian, menggunakan alat/bahan, dan mengajukan pertanyaan.

Kenyataan yang terjadi di lapangan, pembelajaran cenderung hanya mengembangkan beberapa keterampilan saja, misalnya keterampilan berkomunikasi dan observasi. Keterampilan komunikasi kegiatan yang dilakukan misalnya dengan diskusi kelompok, siswa melakukan kegiatan diskusi dan tanya jawab. Sedangkan keterampilan observasi kegiatan yang biasa dilakukan misalnya melalui kegiatan praktikum. Dalam kegiatan praktikum siswa melakukan kegiatan diantaranya merancang dan menggunakan alat, serta mencatat hasil pengamatan. Dari aspek keterampilan komunikasi dan observasi tersebut sebenarnya tidak hanya sebatas itu, tetapi masih banyak keterampilan-keterampilan yang dapat dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran, misalnya keterampilan menyampaikan ide atau gagasan, keterampilan mengamati, menggunakan/mengumpulkan fakta yang relevan, menganalisis data, menyajikan pemahaman baru, dan masih banyak lagi keterampilan-keterampilan proses sains yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran.

Menurut Zulfiani dkk, “pendekatan proses adalah pendekatan

pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk ikut menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampian proses”.2

Pendekatan proses dikenal juga dengan keterampilan

2

(16)

proses, dengan mengembangkan kemampuan fisik dan mental, siswa akan mampu menemukan dan menggambarkan sendiri fakta, konsep, serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Dengan demikian keterampilan proses menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta penumbuhan dan pengembangan sikap dan nilai. Jadi keterampilan proses adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran, dimana siswa memperoleh kesempatan untuk melakukan suatu interaksi dengan objek konkret sampai pada penemuan konsep.

Pada dasarnya siswa memiliki keterampilan dalam belajar, misalnya keterampilan bertanya, hipotesis, investigasi (merencanakan percobaan), observasi (pengamatan), klasifikasi (mengelompokkan), prediksi (meramalkan), interpretasi (menafsirkan pengamatan), dan komunikasi. Namun keterampilan-keterampilan tersebut terkadang tidak muncul, maka diperlukan adanya pendekatan dalam pembelajaran yang mampu memunculkan keterampilan proses sains siswa tersebut. Pendekatan pembelajaran yang mengarahkan pada terciptanya suasana kegiatan di atas salah satunya adalah pendekatan inkuiri. Pendekatan inkuiri merupakan cara pembelajaran yang mengajarkan kepada siswa untuk menjadi kritis, analisis-argumentatif dalam mencari jawaban-jawaban berbagai permasalahan yang ada dalam alam, melalui pengalaman-pengalaman dan sumber lainnya. Tidak hanya meteri yang disampaikan guru di kelas.

(17)

Salah satu prinsip utama inkuri, yaitu siswa dapat mengkonstruk sendiri pemahamannya dengan melakukan aktivitas aktif dalam pembelajarannya. Dalam proses belajar mengajar, inkuiri ini digunakan sebagai pendekatan pengajaran yang memungkinkan ide siswa berperan dalam investigasi yang akan dilakukan oleh pembelajar/siswa.3

Melalui pendekatan inkuiri inilah siswa akan terdorong untuk belajar melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang sesuai, ditambah lagi dengan dorongan yang diberikan guru, agar setiap siswa memiliki pengalaman dalam melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk mereka sendiri. Dengan begitu, keinginan siswa untuk mengetahui, akan menambah motivasi mereka untuk melanjutkan pekerjaannya hingga mereka menemukan jawaban atau solusi dari masalahnya. Pendekatan inkuiri juga mengajarkan kepada siswa untuk belajar memecahkan masalah secara mandiri, sehingga dalam diri mereka akan muncul kemampuan berpikir yang kritis, karena selama proses pembelajaran berlangsung, guru terus menerus mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa yang dapat membangkitkan pemikiran siswa secara ilmiah, dengan demikian pikiran siswa akan termotivasi untuk selalu berpikir. Dalam pendekatan inkuiri setiap pertanyaan yang diberikan oleh guru menuntut siswa untuk aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan dari masalah yang dihadapinya, dan dari masalah tersebut mereka dituntut untuk mencari sumber sendiri belajar mengemukakan pendapat sendiri, serta merumuskan kesimpulan sendiri, yang nantinya dengan kesimpulan mereka tersebut, mereka diharapkan dapat berdebat, menyanggah, serta mempertahankan pendapatnya masing-masing. Jika hal tersebut sudah benar-benar dapat dijalankan oleh seorang siswa, maka tentunya pengalaman-pengalaman yang sudah didapat oleh siswa akan mudah untuk diingat dalam kehidupannya, dan akan selalu tersimpan dalam memori pikirannya, dengan demikian keterampilan-keterampilan proses sains siswa akan muncul dengan baik.

3

(18)

Pada penelitian ini penulis memilih pelajaran kimia pada pokok bahasan sistem koloid, dimana pokok bahasan ini dianggap sesuai bila diajarkan melalui pendekatan inkuiri, karena pada pokok bahasan ini aktivitas pembelajarannya dapat dilakukan dengan praktikum dan diskusi. Karena dalam pembelajaran inkuiri ada aktifitas merancang dan menganalisis eksperimen. Dalam kegiatan praktikum, siswa melakukan aktifitas seperti merancang percobaan, merangkai dan menggunakan alat, menganalisis data, dan prediksi. Sedangkan dalam kegiatan diskusi siswa melakukan aktifitas bertanya, menyampaikan ide atau gagasan, menjawab atau menanggapi pertanyaan, yang secara keseluruhan aktifitas yang dilakukan siswa tersebut merupakan keterampilan proses yang muncul melalui pendekatan inkuiri.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan mengambil judul “Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa Melalui Pendekatan Inkuiri pada Konsep Sistem Koloid”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Pembelajaran kimia tidak melibatkan siswa secara aktif dalam menemukan pengetahuan atau pemahaman sendiri.

2. Pembelajaran kimia belum melatih siswa mengembangkan keterampilan proses.

3. Pembelajaran kimia lebih banyak menggunakan konsep-konsep materi sebatas transfer informasi dan pemberian contoh-contoh.

C. Pembatasan Masalah

(19)

1. Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan pendekatan inkuiri menurut Erna Suwangsih dengan tahapan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang fenomena alam, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, merancang dan menganalisis eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data, membuat kesimpulan.

2. Keterampilan proses yang dikembangkan adalah keterampilan mengamati (observasi), menafsirkan pengamatan (interpretasi), mengelompokkan (klasifikasi), meramalkan (prediksi), komunikasi, membuat hipotesis, merencanakan penelitian (eksperimen), menggunakan alat/bahan, mengajukan pertanyaan.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Diantara aspek-aspek keterampilan proses sains yang muncul, aspek apa yang paling dominan dijumpai dalam penerapan pembelajaran melalui pendekatan inkuiri?

2. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran melalui pendekatan inkuiri?

E. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui seberapa besar kemampuan keterampilan proses sains yang dimiliki siswa muncul melalui pendekatan pembelajaran inkuiri.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi guru:

a. Sebagai bahan masukan bagi guru untuk membelajarkan peserta didiknya dengan pendekatan pembelajaran yang membangun kreatifitas juga pola pikir siswa yang kreatif.

(20)

yang tepat karena pelajaran akan mudah diserap oleh siswa dengan banyak melibatkan siswa pada aktivitas pembelajaran dari pada siswa hanya membaca dan mendengar saja.

2. Bagi peneliti:

(21)

8 A.Hakikat Pendekatan Inkuiri

1. Pengertian inkuiri

Menurut Agus Sugianto “Inkuiri adalah seni mengajukan

pertanyaan tentang alam sekitar dan penemuan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut. di dalam inkuiri terdapat proses pengamatan yang cermat, pengukuran, perumusan hipotesis, interpretasi, dan pembentukan teori”.1

Dengan mengembangkan pembelajaran mandiri, siswa dituntut untuk aktif, mengembangkan kemampuan berfikir serta pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Jadi inkuiri adalah suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa memproleh kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berfikir mereka berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.

Mark T. Jones dan Carles J. Eick menjelaskan bahwa “Pembelajaran inkuiri adalah sebuah proses aktif dan menggambarkan inkuiri yang ilmiah dan terjadi dalam konteks pendidikan formal”.2

Yang terpenting pada pembelajaran inkuiri adalah bahwa dalam proses pembelajaran siswalah yang harus mendapatkan penekanan. Merekalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukan guru atau orang lain, mereka yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya.

Inkuiri adalah istilah yang berasal dari bahasa inggris (inquiry), yang artinya penyelidikan. “Inkuiri merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelas”.3

Dengan mengembangkan pembelajaran mandiri, siswa dituntut untuk aktif,

1Agus Sugianto, dkk. Pembelajaran IPA MI, (Surabaya: AprintA, 2009), h. 19.

2

Mark T. Jones dan Charles J. Eick, Implementing Inquiry Kit Curriculum: Obstacles, Adaptation, and Practical Knowledge Development in Two Middle School Science Teachers, dalam Jurnal Ilmu Pendidikan, 22 Januari 2007, h. 493.

3

(22)

mengembangkan kemampuan berfikir serta pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Jadi inkuiri adalah suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa memperoleh kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berfikir mereka berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.

Inkuiri adalah istilah dalam bahasa Inggris, yang merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelas. Dalam pelaksanaannya guru memberikan tugas berupa permasalahan di kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan. Kemudian mereka mempelajari, meneliti atau membahas tugasnya di dalam kelompok. Setelah hasil kerja mereka didiskusikan, kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan baik”.4

Dalam pembelajaran inkuiri ada interaksi antar siswa dalam kelompok, mereka dapat mengembangkan keterampilan dalam komunikasi. Selain itu siswa mampu berhipotesis terhadap masalah yang disajikan serta menemukan jawaban melalui diskusi kelompok. Jadi, dalam pembelajaran inkuiri selain mengembangkan kemampuan berfikir siswa, inkuiri juga mamapu mengembangkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi. Karena ada interaksi yang terjadi dalam diskusi kelompok maupun diskusi kelas.

“Pendekatan inkuiri merupakan pendekatan mengajar yang

berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara berfikir ilmiah, pendekatan ini menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri,

mengembangkan kekreatifan dalam memecahkan masalah”.5

Dengan pembelajaran inkuiri inilah mereka akan dilatih bagaimana memecahkan masalah, membuat keputusan dan memperoleh keterampilan, serta memungkinkan peserta didik dalam berbagai tahap perkemabangannya bekerja dengan masalah-masalah yang sama dan

4

Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana, 2005), cet. I, h.199.

5

(23)

bahkan bekerja sama dalam mencari solusi terhadap masalah-masalah yang dihadapi.

“Pendekatan inkuiri adalah cara seorang ilmuan menyelidiki dunia alam dan menghasilkan fakta-fakta, penjelasan mendasar (teori), gambaran (hukum) dan produk (teknologi)”.6

Inkuiri memungkinkan terjadinya integrasi berbagai disiplin ilmu. Ketika melakukan eksplorasi, peserta didik akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang akan melibatkan sains dan ilmu lainnya.

NRC dalam Arthur A. Charin menjelaskan bahwa:

Inkuiri adalah kumpulan produk yang saling terkait dimana ilmuan dan siswa bertanya tentang dunia alam dan menyelidiki suatu gejala, siswa memperoleh pengetahuan dan mengembangkan pemahaman konsep, asas, model dan teori. Inkuiri adalah komponen penting sebuah program sains pada seluruh tingkatan kelas dan pada setiap bidang ilmu pengetahuan.7

Inkuiri juga melibatkan komunikasi. Setiap peserta didik harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berarti dan berhubungan. Mereka juga harus melaporkan hasil temuanya, baik itu secara lisan maupun secara tertulis. Dengan begitu, mereka akan belajar dan mengajar satu sama lain.

Menurut Carin dan Sund dalam Erna Suwangsih, mengemukakan bahwa:

Inkuiri adalah the proses of investigating a problem, yaitu proses dari menemukan masalah”. Adapun Piaget

mengemukakan bahwa “metode inkuiri merupakan suatu

metode yang mempersiapkan peserta didik untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawaban sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang

6

Jack Hassard dan Michael Dias, The Art of Teaching Science, (New York: Oxford University Press, 2005), h. 35.

7

(24)

lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan penemuan peserta didik lain”.8

Melalui kegiatan eksperimen, siswa diharapkan memiliki sikap ilmiah. Pada kegiatan ini siswa dilatih untuk menemukan dan mencari jawaban sendiri dari pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan. Dengan demikian siswa dapat menguasai beberapa keterampilan, diantaranya keterampilan merencanakan dan keterampilan melaksanakan penelitian ilmiah.

Menurut Hamalik, “pengajaran berdasarkan inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa dimana kelompok-kelompok siswa dihadapkan pada suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan didalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara jelas”.9

Dengan demikian, siswa akan lebih termotivasi untuk belajar, selain itu adanya kelompok memberikan keterampilan bagi siswa untuk berkomunikasi dan bekerja sama dengan teman kelompoknya dalam menjawab pertanyaan. Selain itu siswa mampu berhipotesis terhadap masalah yang disajikan serta menemukan jawaban melalui diskusi kelompok. Jadi, dalam pembelajaran inkuiri selain mengembangkan kemampuan berfikir siswa, inkuiri juga mampu mengembangkan keterampilan siswa dalam komunikasi. Karena ada interaksi yang terjadi dalam diskusi kelompok maupun diskusi kelas.

Dari beberapa definisi inkuiri, maka dapat disimpulkan bahwa inkuiri adalah pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam menemukan pengetahuan atau pemahaman, mulai dari merumuskan masalah, mengumpulkan data dan informasi, membuat pertanyaan, membuat hipotesis, melakukan percobaan, menganalisis hasil percobaan, dan membuat kesimpulan.

8

Erna Suwangsih dkk, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung: UPI Press, 2006), cet. Pertama, h. 185.

9

(25)

2. Langkah-langkah pelaksanaan pendekatan inkuiri

Agar model pembelajaran inkuiri dapat dilaksanakan dengan baik, maka perlu dilalui beberapa tahapan sebagai berikut:10

a. Penyajian masalah, pada tahap ini kepada siswa disajikan masalah yang ditemukan. Penyajian masalah dirancang begitu rupa sehingga siswa dihadapkan kepada situasi teka-teki yang menuntut jawaban dan keterangan. Melalui masalah yang disajikan, siswa mampu berhipotesis.

b. Tahapan berikutnya adalah pengumpulan dan verifikasi data. Situasi teka-teki tadi diharapkan dapat mendorong keinginan siswa untuk mencari dan mengumpulkan data. Data-data yang dikumpulkan diverifikasi untuk mencari kesahihannya. Data yang kurang sahih dibuang dan data yang sahih dijadikan dasar untuk mengambil kesimpulan guna tindak lanjut berikutnya.

c. Tahap eksperimen. Pada tahap ini, berdasarkan data yang diperoleh dan yang sudah diuji kesahihannya sebelumnya dilakukan eksperimen. Tujuannya adalah untuk menguji dan mengeksplorasi secara langsung.

d. Tahap selanjutnya adalah mengorganisir data dan merumuskan penjelasan. Data yang diperoleh diorganisir secara sistematis dan diberikan penjelasan. Siswa mencari data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan.

e. Tahap berikutnya adalah mengadakan analisis. Di sini siswa diminta membuat analisa untuk melihat pola-pola yang terdapat dalam eksperimen yang telah dilakukan. Diharapkan dengan menganalisa pola-pola tertentu yang muncul ditemukanlah sesuatu yang baru. inilah yang menjadi sasaran dari seluruh proses inkuiri yang telah dilakukan.

10

(26)

Inkuiri merupakan pendekatan penyelidikan yang melibatkan proses mental dengan berbagai kegiatan, kendatipun pendekatan inkuiri ini paling banyak mendapat dukungan dan paling banyak pula digunakan oleh para pendidik, namun hal tersebut tidak berarti bahwa pendekatan lainnya itu diabaikan atau tidak digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan inkuiri.

Adapun kegiatan-kegiatan dalam menerapkan pendekatan inkuiri sebagai berikut:11

a. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang fenomena alam. b. Merumuskan masalah yang ditemukan.

c. Merumuskan hipotesis.

d. Merancang dan melakukan eksperimen. e. Mengumpulkan dan menganalisis data.

f. Menarik kesimpulan, mengembangkan sikap ilmiah, yakni: efektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, berkemauan, dan tanggung jawab.

Pendekatan inkuiri ini dilaksanakan oleh kelompok dengan langkah-langkah sebagai berikut:12

a. Membentuk kelompok-kelompok inkuiri dengan jumlah kelompok maksimal 6 (enam) kelompok, dan masing-masing kelompok terdiri atas lima atau enam orang.

b. Memperkenalkan topik-topik inkuiri kepada semua kelompok dan setiap kelompok diharapkan memahami dan berminat mempelajarinya.

c. Membentuk proposisi tentang kebijakan yang berhubungan dengan topik, yakni pernyataan apa yang harus dikerjakan. Mungkin terdapat satu atau lebih solusi yang diusulkan terhadap masalah pokok.

d. Merumuskan semua istilah dalam proposisi kebijakan.

11

op.cit., h. 186. 12

(27)

e. Menyelidiki validitas logis dan konsistensi internal pada proposisi dan unsur-unsur penunjangnya.

f. Mengumpulkan bukti untuk unsur atau posisi proposisi.

g. Menganalisis solusi yang diusulkan dan mencari posisi kelompok. h. Menilai proses kelompok.

Selama berlangsungnya proses ini, kelompok-kelompok menyelenggarakan diskusi kelompok untuk membahas materi-materi yang berkenaan dengan topik kelompok, masing-masing individu berupaya menghimpun bukti-bukti yang dapat menunjang pemecahan masalah kelompok. Proses tersebut diorganisasikan dan dipantau oleh kelompok sendiri. Tiap individu bertanggung jawab memajukan kelompoknya.

3. Keunggulan pendekatan inkuiri

Adapun teknik inquiry menurut Roestiyah NK dalam Rochmah Yudhawati Dhewi, memiliki keunggulan sebagai berikut:13

a. Dapat membentuk dan mengembangkan “self-consept” pada diri

siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik.

b. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.

c. Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur, terbuka dan bekerjasama. d. Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan

hipotesisnya sendiri.

e. Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik.

f. Situasi proses belajar menjadi lebih menarik bagi siswa. g. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. h. Memberi kebebasan siswa untuk belajar mandiri.

13

(28)

i. Dapat menghindarkan siswa dari cara-cara belajar yang tradisional. Kegiatan belajar menjadi lebih hidup, karena siswa harus berperan aktif.

j. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi. Keunggulan pendekatan inkuiri antara lain:14

a. Pembelajaran menjadi berpusat pada siswa. b. Mengembangkan konsep diri siswa.

c. Siswa memiliki tingkat pengharapan yang tinggi, yaitu memiliki ide tertentu tentang bagaimana ia dapat menyelesaikan suatu tugas dengan caranya sendiri.

d. Mengembangkan bakat kemampuan individu siswa.

e. Pembelajaran inkuiri menghindarkan siswa dari cara-cara belajar menghafal.

f. Pembelajaran inkuiri memberikan waktu bagi siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.

4. Manfaat pendekatan inkuiri

Metode inkuri memberikan pengalaman-pengalaman belajar yang nyata dan aktif kepada peserta didik. Peserta didik diharapkan dapat mengambil inisiatif yang positif dalam proses belajarnya. Dengan metode ini mereka akan dilatih bagaimana memecahkan masalah, membuat keputusan, dan memperoleh keterampilan, serta

memungkinkan peserta didik dalam berbagai tahap

perkembangannya bekerja dengan masalah-masalah yang sama dan bahkan bekerja sama dalam mencari solusi terhadap masalah-masalah yang dihadapi.

Selain untuk mengembangkan kemampuan intelektual, model pembelajaran inkuiri sangat baik untuk menjadikan siswa lebih menghayati proses penyelidikan yang dilaksanakan dan belajar

14

Kinkin Suartini, Urgensi Pertanyaan dalam Pembelajaran Sains dengan Metode Discovery-Inquiry (Pendekatan Baru dalam Pembelajaran Sains dan Matematika Dasar),

(29)

tentang prosedur ilmiah secara langsung. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh pengetahuan baru dengan cara mencari sendiri.15

Pembelajaran sains berbasis inquiry perlu dilakukan mengingat hal-hal berikut:16

a. Dalam sains terkandung dimensi produk (pengetahuan) dan dimensi proses (kerja ilmiah). Dengan inquiry kedua dimensi dapat dicapai.

b. Dengan melibatkan rasa ingin tahu siswa-siswi yang diungkapkan dengan pertanyaan, pengetahuan yang diperoleh siswa-siswi menjadi lebih bermakna.

c. Metode pembelajaran mewadahi perbedaan tahap perkembangan siswa-siswi.

d. Pembelajaran sains berbasis inquiry dapat membangun keterampilan berkomunikasi melalui pertukaran gagasan sains sehingga siswa-siswi saling belajar satu sama lain.

e. Inquiry membangun kemampuan berpikir kritis dan masyarakat yang tidak mudah mempercayai isu.

f.Inquiry membangun kesadaran tentang perlunya perlindungan alam.

Inkuiri memungkinkan terwujudnya integrasi berbagai disiplin ilmu. Ketika melakukan eksplorasi, mereka akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang akan melibatkan sains dan ilmu lainnya. Tidak hanya itu, inkuiri juga melibatkan komunikasi. Setiap peserta didik harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berarti dan berhubungan. Mereka juga harus melaporkan hasil-hasil temuannya, baik itu secara lisan maupun secara tertulis. Dengan begitu, mereka akan belajar dan mengajar satu sama lain.

15

op.cit., h. 78. 16

(30)

B.Kemampuan Psikomotor

“Ranah perilaku psikomotorik menunjukkan pada segi keterampilan atau kemahiran untuk meragakan suatu kegiatan atau memperlihatkan suatu tindakan. Perilaku ini lebih merupakan keterampilan secara fisik. Aspek-aspek perilaku ini mencakup tahapan: menirukan, memanipulasi, artikulasi dan naturalisasi”.17

Hasil belajar pada psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.

Menurut Martinis Yamin, “Kawasan Psikomotor adalah kawasan yang berorientasi kepada keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan (action) yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot.”18

Dengan demikian kawasan psikomotor adalah kawasan yang berhubungan dengan seluk beluk yang terjadi karena adanya koordinasi otot-otot oleh pikiran sehingga diperoleh tingkat fisik tertentu.

Anas Sudiyono mengatakan bahwa “ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.”19 Hasil belajar ranah psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku). Hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektifnya.

17

Uyu Wahyudin, dkk. Evaluasi Pembelajaran Sekolah Dasar, (Bandung: UPI PRESS, 2006), Cet. 1, h. 32.

18

Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2004), Cet.II, h. 37.

19

(31)

Menurut Trowbridge dan Bybe dalam Ahmad Sofyan dkk.

menekankan bahwa “domain psikomotor mencakup aspek-aspek

perkembangan motorik, koordinasi otot, dan keterampilan-keterampilan fisik. Selanjutnya Trowbridge dan Bybe mengklasifikasikan domain psikomotor ke dalam empat kategori, yaitu: moving (bergerak), manipulating (memanipulasi), communicating (berkomunikasi), dan creating (menciptakan)".20

Ahmad Sofyan dkk. mengutip Trowbridge et.al (1981:127) yang mencakup bergerak (moving), memanipulasi (manipulating), berkomunikasi (communicating), dan menciptakan (creating). Berikut ini akan dijelaskan satu persatu:21

Moving (bergerak), kategori ini merujuk pada sejumlah gerakan tubuh yang melibatkan koordinasi gerakan-gerakan fisik. Dalam kelas kimia, tujuan pembelajaran yang termasuk kategori ini adalah, misalnya: siswa dapat membersihkan alat-alat praktikum atau siswa dapat membawa mikroskop dengan benar, siswa dapat menempatkan atau menyimpan alat-alat praktikum sesuai pada tempatnya. Kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk merumuskan indikator pencapaian hasil belajar antara lain: membawa, membersihkan, mengikuti, menempatkan atau menyimpan.

Manipulating (memanipulasi), kategori ini merujuk pada aktivitas yang mencakup pola-pola yang terkoordinasi dari gerakan-gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh, misalnya tangan-jari, tangan-mata. Kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk merumuskan indikator pencapaian hasil belajar antara lain: mengkalibrasi, merangkai, meramu,

mengubah, membersihkan, menghubungkan, memanaskan,

mencampurkan, mengaduk, menimbang, mengoperasikan, dan memperbaiki. Tujuan pembelajaran yang dapat dirumuskan dalam kategori

20

op.cit., h. 24. 21

(32)

ini, misalnya siswa dapat menuangkan larutan dari botol reagen ke dalam gelas kimia dengan benar.

Communicating (berkomunikasi), kategori ini merujuk pada pengertian aktivitas yang menyajikan gagasan dan perasaan untuk diketahui oleh orang lain. kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk merumuskan indikator pencapaian hasil belajar siswa antara lain: mengajukan pertanyaan, mengarang, menggambar, menjelaskan, membuat grafik membuat tabel, mencatat, menulis, dan membuat rancangan. Tujuan pembelajaran yang dapat dirumuskan dalam aspek ini, misalnya: siswa dapat mengajukan pertanyaan mengenai maslah-masalah yang sedang didiskusikan atau siswa dapat melaporkan data percobaan secara akurat.

Creating (menciptakan), merujuk pada proses dan kinerja yang dihasilkan dari gagasan-gagasan baru. Kreasi dalam mata pelajaran kimia biasanya memerlukan sejumlah kombinasi dari gerakan, manipulasi, dan komunikasi dalam membangkitkan hasil baru yang sifatnya unik. Kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk merumuskan indikator pencapaian hasil belajar siswa antara lain: membuat kreasi, merancang, mensintesis, menganalisis, dan membangun. Tujuan pembelajaran yang dapat dirumuskan antara lain sebagai berikut: siswa dapat menggabungkan potongan-potongan alat untuk membentuk instrumen atau peralatan baru dalam suatu percobaan.

(33)

seperti keterampilan olah raga. Komunikasi nondiskursip adalah kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan gerakan.22

Maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang menggunakan ranah psikomotor mencakup gerakan fisik dan keterampilan tangan. Keterampilan tangan ini menunjukkan pada tingkat keahlian seseorang dalam suatu tugas atau kumpulan tugas tertentu.

C.Hakikat Keterampilan Proses Sains

1. Pengertian Keterampilan Proses Sains (KPS)

Menurut Agus Sugianto “pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses belajar, aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari”.23 Jadi, keterampilan proses adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran, dimana siswa memperoleh kesempatan untuk melakukan suatu interaksi dengan objek konkret sampai pada penemuan konsep.

Zulfani dkk. mengungkapkan bahwa “keterampilan proses sains merupakan keterampilan-keterampilan yang biasa dilakukan ilmuwan untuk memperoleh pengetahuan”.24 Dengan menggunakan keterampilan-keterampilan proses, siswa akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep.

Menurut E. Mulyasa “pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses belajar, aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari”.25 Jadi, keterampilan proses adalah suau

22

Mimin Haryati, Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan,

(Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), cet. I, h. 25. 23

op.cit., h.8. 24

op.cit., h. 51. 25

(34)

pendekatan dalam pembelajaran, dimana siswa memperoleh kesempatan untuk melakukan suatu interaksi dalam objek konkret sampai pada penemuan konsep.

Dari beberapa definisi keterampilan proses, maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berproses ilmiah dengan tujuan mengembangkan dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menemukan dan mengemukakan sendiri fakta, konsep, nilai serta sikap dalam diri siswa sendiri. Hal yang perlu ditekankan pada penelitian ini pendekatan keterampilan proses yang digunakan adalah pendekatan keteampilan proses pada proses IPA atau keterampilan proses sains (KPS), yaitu pengembangan dari pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran sains.

2. Manfaat keterampilan proses Sains

Beberapa alasan keterampilan proses sains diperlukan dalam pendidikan dasar dan menengah ialah:26

a. Memiliki manfaat dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan.

b. Memberi bekal siswa untuk membentuk konsep sendiri dan cara bagaimana mempelajari sesuatu.

c. Membantu siswa mengembangkan dirinya sendiri.

d. Sangat membantu siswa yang masih berada pada taraf perkembangan berpikir konkret.

e. Mengembangkan kreativitas siswa. 3. Aspek-aspek keterampilan proses

Ada 7 jenis kemampuan yang hendak dikembangkan melalui proses pembelajaran berdasarkan pendekatan keterampilan proses, yakni:27

26

op.cit., h. 51-55. 27

(35)

a. Mengamati; siswa harus mampu menggunakan alat-alat inderanya: melihat, mendengar, meraba, mencium, dan merasa. Dengan kemampuan ini, dia dapat mengumpulkan data/informasi yang relevan dengan kepentingan belajarnya. b. Menggolongkan/mengklasifikasikan; siswa harus terampil

mengenal perbedaan dan persamaan atas hasil pengamatannya terhadap suatu objek, serta mengadakan klasifikasi berdasarkan ciri khusus, tujuan, atau kepentingan tertentu. Pembuatan klasifikasi memerlukan kecermatan dalam melakukan pengamatan.

c. Menafsirkan (menginterpretasikan); siswa harus memiliki keterampilan menafsirkan fakta, data, informasi, atau peristiwa. Keterampilan ini diperlukan untuk melakukan percobaan atau penelitian sederhana.

d. Meramalkan; siswa harus memiliki keterampilan menghubungkan data, fakta, dan informasi. Siswa dituntut terampil mengantisipasi dan meramalkan kegiatan atau peristiwa yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang.

e. Menerapkan; siswa harus mampu menerapkan konsep yang telah dipelajari dan dikuasai ke dalam situasi atau pengalaman baru. keterampilan itu digunakan untuk menjelaskan tentang apa yang akan terjadi dan dialami oleh siswa dalam proses belajarnya.

f. Merencanakan penelitian; siswa harus mampu menentukan masalah dan variabel-variabel yang akan diteliti, tujuan, dan ruang lingkup penelitian. Dia harus menentukan langkah-langkah kerja pengumpulan dan pengolahan data serta prosedur melakukan penelitian.

(36)

perolehannya, baik proses maupun hasil belajarnya kepada siswa lain dan peminat lainnya.

Menurut Sri Sulistyorini dalam Agus Sugianto, kemampuan-kemampuan yang menunjukkan keterlibatan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran tersebut dapat dilihat melalui partisipasi dalam kegiatan pembelajaran berikut.28

a. Kemampuan bertanya/menemukan masalah b. Kemampuan melakukan pengamatan

c. Kemampuan mengidentifikasi dan mengklasifikasi hasil pengamatan.

d. Kemampuan menafsirkan hasil identifikasi dan klasifikasi. e. Kemampuan mengukur.

f. Kemampuan merencanakan dan melaksanakan suatu kegiatan penelitian.

g. Kemampuan menggunakan dan menerapkan konsep yang telah dikuasai dalam suatu situasi baru.

h. Kemampuan menyajikan atau mengkomunikasikan suatu hasil pengamatan dan atau hasil penelitian.

Sesungguhnya dalam jenis-jenis keterampian proses itu tidak ada batas yang jelas, satu sama lain saling terikat dan berhubungan. Misalnya untuk dapat mengelompokan seseorang memerlukan keterampilan pengamatan. Pengkatagorian jenis-jenis keterampilan proses ini dimaksudkan untuk meninjau dengan penekanan pada keterampilan tertentu.

D. Keterampilan Proses dalam Pembelajaran Inkuiri

Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa sains merupakan satu kesatuan sistem yang mempunyai pola (keteraturan) tertentu dan diperoleh melalui studi komprehensif, teliti dan sistematis. Sehingga dalam kegiatan pembelajaran, sains atau IPA tidaklah hanya mengedepankan produk atau

28

(37)

hasil saja melainkan proses pencapaian pembelajarannya. Jika pembelajaran menekankan pada aspek proses maka pengalaman belajar siswa lebih bersifat langsung, karena dalam hal ini belajar sains bagi siswa bukanlah lagi menghafal teori atau konsep semata, melainkan mengimplementasikan atau mengkonstruksi pengetahuan secara langsung dan menerapkannya pada kehidupan nyata.

Dalam proses pembelajaran seperti halnya inkuiri, keterampilan tersebut tidak dapat dipisahkan atau ditawar lagi keberadaannya, karena keterampilan proses dalam pembelajaran merupakan keterampilan-keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh siswa dalam memproses pelajaran sains, karena dengan keterampilan proses sains ini siswa dapat menemukan dan mengembangkan konsep dalam materi ajar. Peran dan fungsi keterampilan proses juga tidak berhenti sampai disini saja, melainkan akan berlanjut kepada pengembangan kemampuan siswa berikutnya melalui proses interaksi antara kemampuan (keterampilan memproses informasi sebelumnya) dengan konsep melalui proses belajar mengajar hingga mengembangkan sikap dan nilai pada diri siswa.

Keterampilan proses dalam kegiatan pembelajaran selalu disesuaikan dengan tingkatan jenjang pendidikan. Hal ini didasarkan atas perbedaan tingkat perkembangan dan pengetahuan anak didik yang berbeda-beda sesuai dengan usianya.

Keterampilan proses yang merupakan standar kelulusan bagi siswa SMA dan MA meliputi: keterampilan mengamati, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara baik dan benar dengan selalu mempertimbangkan keamanan dan keselamatan kerja, mengajukan pertanyaan, menggolongkan dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil temuan secara lisan atau tertulis, menggali dan memilih informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan sehari-hari.

(38)

dalam penelitiannya, “dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan memproseskan perolehan, anak akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Dengan demikian, keterampilan-keterampilan itu menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta penumbuhan dan pengembangan skap dan nilai”.29

Sikap ilmiah dalam pelaksanaannya ini hanya akan muncul atau bahkan berkembang jika siswa diperlakukan dan dianggap sebagai seorang saintis muda di kelas. Dalam hal ini anak memerlukan lebih banyak doing science daripada listening to scientific knowledge. Dengan kata lain, peningkatan scientific attitude dapat berlangsung jika penagajaran IPA guru dengan mengurangi peran „pengkhutbah‟ dan meningkatkan peran

fasilitator melalui kegiatan praktis IPA (scientific activities) yang mendorong anak doing science seperti pengamatan, pengujian, dan penelitian dan jenis keterampilan lainnya.

Pembahasan ini juga diperkuat dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang membuktikan bahwa keterampilan proses memiliki keterikatan dengan sikap ilmiah siswa. Hal ini terbukti dari berbagai jenis keterampilan proses ternyata melibatkan sikap ilmiah yang ada, seperti pada kegiatan mengidentifikasikan masalah, siswa dilatih untuk memupuk rasa ingin tahu, bersifat jujur, objektif, dan teliti. Dalam kegiatan mengkomunikasikan siswa dilatih jujur, kerja sama dan kreatif. Dalam kegiatan menyimpulkan hasil pengamatan, siswa dilatih memupuk rasa ingin tahu, objektif, jujur, terbuka, kritis, kerja sama, dan berinisiatif. Hal senada juga telah diungkapkan oleh Semiawan, dkk dalam bukunya bahwa pendekatan keterampilan proses merupakan suatu sistem pengajaran yang lebih banyak mengaktifkan siswa, serta memberi kesempatan yang luas

29

(39)

dalam mengembangkan inetelektual, keterampilan proses sains, minat, dan sikap ilmiahnya.

Pengembangan keterampilan proses diatas hanya terbatas dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses sains. Namun kini, beranjak dari konsep pendekatan ini yaitu pengajaran yang mengaktifkan siswa, maka bisa ditemukan atau digunakan model pembelajaran baru didalamnya yang serupa, seperti discovery dan inkuiri.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan atau keterkaitan antara keterampilan proses sains dengan sikap ilmiah siswa, yang mana dalam hal ini tentunya melibatkan kegiatan pembelajaran yang dapat menumbuhkan kedua aspek tersebut, salah satunya seperti telah disebutkan sebelumnya yaitu dengan menggunakan pendekatan inkuiri.

Tabel 2.1 Aspek Keterampilan Proses Sains30

No. Keterampilan Proses

Sains

Aspek yang diamati

1 Bertanya/mengajukan pertanyaan

Bertanya untuk meminta penjelasan Mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis

2 Hipotesis Membuat hipotesis/dugaan

sederhana dengan bahasa sendiri Mengetahui bahwa ada lebih dari 1 kemungkinan penjelasan dari 1 kejadian

Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu di uji kebenarannya dengan memperoleh bukti

3 Investigasi/merencanakan percobaan

Menyiapkan alat dan bahan Membuat campuran

Merangkai alat praktikum

Menggunakan alat dengan teknik

30

(40)

yang benar

Membuat tabel hasil pengamatan

4 Observasi Mengamati perbedaan larutan,

suspensi, dan koloid.

Mengamati sifat-sifat koloid effek tyndall dan koagulasi.

Menggunakan/mengumpulkan fakta yang relevan

5 Klasifikasi Mencatat setiap pengamatan ke

dalam tabel

Mencari perbedaan dan persamaan. Mengontraskan sifat-sifat

6 Prediksi Memperkirakan bentuk campuran

(homogen atau heterogen)

Memperikirakan terjadinya

gumpalan pada susu setelah penambahan perasan jeruk nipis

7 Interpretasi Menggambarkan /menterjemahkan

data

Menganalisis data

Menyajikan pemahaman baru Membuat keismpulan sesuai dengan hasil pengamatan

8 Komunikasi Mempresentasikan hasil

pengamatan

(41)

E.Hakikat Ilmu Kimia

1. Pengertian Ilmu kimia

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari berbagai fenomena dan hukum alam. Adapun ilmu pengetahuan alam itu mencakup: sub bidang studi fisika, biologi, geologi, astronomi, dan salah satunya adalah kimia.

Secara singkat, dapat dikatakan bahwa

Ilmu kimia adalah ilmu pemahaman dan rekayasa materi. Rakayasa yaitu mengubah suatu materi menjadi materi yang lain. Untuk dapat melakukan rekayasa tersebut, para ahli perlu memahami ilmu kimia, yaitu mengetahui susunan, struktur, serta sifat-sifat materi oleh karena itu, ilmu kimia dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang susunan, struktur, sifat, perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan tersebut.31

Dalam pengertian yang lain dikatakan bahwa “kimia merupakan

experimental science, yaitu ilmu yang berbasiskan percobaan. Semua teori dan hukum-hukum kimia didasarkan pada data percobaan dan pengamatan.”32

Pendek kata, dewasa ini kehidupan kita sehari-hari semakin dibanjiri oleh bahan kimia, yang sering kali pula menghasilkan reaksi-reaksi kimia. Jadi, sekarang ini bukan hanya orang yang bekerja di laboratorium kimia saja yang setiap saat selalu dihadapkan pada bahan kimia, contohnya adalah garam dapur, yang kandungannya tidak seratus persen murni dari air laut, melainkan ada zat kimia yang terkandung dalam garam tersebut.

2. Manfaat mempelajari Ilmu kimia

Mungkin ada yang bertanya tentang apa manfaat mempelajari ilmu kimia. “Manfaat yang segera kita dapat ketika mempelajari ilmu kimia adalah pemahaman yang lebih baik terhadap alam sekitar dan berbagai

31

Michael Purba. Kimia SMU Kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 3. 32

(42)

proses yang berlangsung di dalamnya, sehingga kita dapat mengontrol perubahan ini demi keuntungan bagi kehidupan manusia dan lingkungan”.33

Manfaat lain dari belajar kimia adalah masalah pembentukan sikap. “Dengan mempelajari ilmu kimia atau ilmu pengetahuan pada umumnya, kita senantiasa berhadapan dengan masalah dan berusaha memecahkannya secara sistematis. Seringkali masalah dalam ilmu kimia terlihat rumit dan kompleks, sehingga ada kesan bahwa ilmu kimia adalah ilmu yang sukar.34 Sebenarnya kerumitan itu akan menjadi suatu keuntungan jika disikapi dengan benar apablia kita menjadi terbiasa menghadapi masalah, kemudian memecahkannya secara logis dan terencana, maka kebiasaan itu akan membantu kita dalam menghadapi persoalan hidup sehari-hari. Diatas segalanya itu, ilmu kimia akan menunjukkan kepada anda betapa teraturnya alam ini, baik alam makro maupun mikro. Kiranya semua itu akan menambah kekaguman kita kepada Sang pencipta

Adapun berikut ini akan diuraikan manfaat ilmu kimia secara garis besarnya, yaitu:

a. Dengan belajar ilmu kimia, pola pikir ilmiah dapat terbentuk. Artinya, jika kita terbiasa memecahkan masalah-masalah yang timbul dalam ilmu kimia, diharapkan pola pikir ilmiah ini terkristalisasi dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat diterapkan dalam banyak hal.

b. Dengan belajar ilmu kimia, kita dapat mengerti bahan-bahan kimia yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari, misalnya susu, vitamin, shampo, detergen, sabun, racun, anti nyamuk, kabel listrik, dan lain-lain.

c. Lebih memudahkan siswa yang ingin melanjutkan studinya ke perguruan tinggi jurusan kedokteran, biologi, pertanian, teknik lingkungan, teknik kimia, dan lain-lain.

33

op.cit., h. 5. 34

(43)

3. Konsep sistem koloid a. Pengertian sistem koloid

“Koloid berasal dari kata “kolia” yang dalam bahasa yunani berarti “lem”. Istiah koloid perama kali diperkenalkan oleh Thomas Graham (1861) berdasarkan pengamatannya terhadap gelatin yang merupakan kistal tetapi sukar mengalami difusi. Padahal umumnya kristal mudah mengalami difusi”.35 Oleh karena itu, zat semacam gelatin ini kemudian disebut dengan koloid. Koloid atau disebut juga dispersi koloid atau sistem koloid sebenarnya merupakan sistem dispersi dengan ukuran partikel yang lebih besar dari larutan tetapi lebih kecil daripada suspensi.

Sistem koloid adalah campuran homogen antara fasa terdispersi dan fasa pendispersi. Campuran ini homogen, artinya campuran dua zat menyatu dan sulit dibedakan. Hanya saja fasa terdispersinya bukan dalam bentuk molekuler (bukan setiap molekul tersebar), tetapi gabungan dari beberapa molekul. Jika kita ambil contoh yang umum, zat terdispersi padatan dalam fasa pendispersi air maka sistem koloid merupakan dispersi padatan (gabungan dari banyak molekul) yang tersebar dalam medium pendispersi. Akan tetapi, partikel padatan yang terdispersi ini kecil sehingga tidak bisa dibedakan mana fasa terdispersi dan mana fasa pendispersi.36

b. Macam-macam koloid37

1) Sol: sistem koloid fase padat-cair disebut sol. Sol terbentuk dari fase terdispersi berupa zat padat dan fase pendispersi berupa cairan. Contoh: agar-agar, pektin, gelatin, cairan kanji.

35

Unggul Sudarmo, kimia SMA kelas XI, Seri Made Simple (SMS), (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2004), h. 193.

36

Nana Sutresna dkk, Panduan Menguasai Kimia 2, (Bandung: penerbit Ganeca, 2000), cet. I, h. 110

37

(44)

2) Sol padat: sistem koloid fase padat-padat terbentuk dari fase terdispersi dan fase pendispersi yang sama-sama berwujud zat padat. Contoh: logam campuran (aloi), misalnya stainless steel. 3) Aerosol padat: terbentuk dari fase terdispersi berupa padat dan

fase pendispersi berupa gas. Contoh: asap dari pembakaran sampah atau dari kendaraan bermotor.

4) Aerosol: terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair dan fase pendispersi berupa gas. Contoh: hairspray, obat nyamuk semprot, parfum, cat semprot.

5) Emulsi: terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair dan medium pendispersi yang juga berupa cairan. Contoh: krim (emulsi yang berbentuk pasta), dan lotion (emulsi yang berbentuk cairan kental atau krim yang encer).

6) Emulsi padat: terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair dan medium pendispersi berupa zat padat. Contoh: keju, mentega, dan mutiara.

7) Busa: terbentuk dari fase terdispersi berupa gas dan medium pendispersi berupa zat cair. Contoh: sabun, deterjen, protein, dan tanin.

8) Busa padat: terbentuk dari fase terdispersi berupa gas dan medium pendispersi berupa zat padat. Contoh: karet busa, batu apung.

c. Sifat-sifat koloid 1) Gerak Brown

Gerak Brown adalah gerak acak, gerak tidak beraturan dari partikel koloid.

2) Effek Tyndall

(45)

3) Adsorbsi

Partikel koloid mempu menyerap molekul netral atau ion-ion pada permukaannya. Jika partikel koloid menyerap ion-ion bermuatan, kemudian ion-ion tersebut menempel pada permukaannya, partikel koloid tersebut menjadi bermuatan. Contoh:

a) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya

menyerap ion H+.

b) Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya

menyerap ion S2-. 4) Koagulasi

Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid yang terjadi karena kerusakan stabilitas sistem koloid atau karena penggabungan partikel koloid yang berbeda muatan sehingga membentuk partikel yang lebih besar. Koagulasi dapat terjadi karena pengaruh pemanasan, pendinginan, penambahan elektrolit, pembusukan, pencampuran koloid yang berbeda muatan, atau karena elektroforesis.

5) Koloid Liofil dan Koloid Liofob

Koloid ini terjadi pada sol yaitu fase terdispersinya padatan dan medium pendispersinya cairan.

a) Koloid liofil:

sistem koloid yang afinitas fase terdispersinya besar terhadap medium pendispersinya.

Contoh: sol kanji, agar-agar, lem, cat b) Koloid liofob:

System koloid yang afinitas fase terdispersinya kecil terhadap medium pendispersinya.

(46)

6) Koloid Pelindung

Koloid pelindung adalah suatu sistem koloid yang ditambahkan pada sistem koloid lainnya agar diperoleh koloid yang stabil. Contoh koloid pelindung adalah gelatin yang merupakan koloid padatan dalam medium air.

7) Dialisis

Dialisis adalah proses penyaringan partikel koloid dari ion-ion yang teradsorpsi sehingga ion-ion-ion-ion tersebut dapat dihilangkan dan zat terdispersi terbebas dari ion-ion yang tidak diinginkan.38

38

(47)

34 A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA PGRI 3 Jakarta. 2. Waktu Penelitian

Sesuai dengan masalah yang diambil yaitu materi sistem koloid yang dipelajari di semester genap, maka penelitian ini dilakukan pada tanggal 4-18 Mei 2010.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode deskriptif, dalam Subana dijelaskan bahwa “Penelitian Deskriptif menuturkan dan menafsirkan data yang berkenaan dengan fakta, keadaan, variabel, dan fenomena yang terjadi pada saat penelitian berlangsung dan menyajikannya apa adanya”.1

Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama yakni menggambarkan secara sistematik fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat, dalam penelitian ini aspek yang akan di teliti adalah keterampilan proses sains siswa.

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI jurusan IPA di SMA PGRI 3 Jakarta yang terdistribusi ke dalam satu kelas dengan jumlah siswa sebanyak 21 orang yang terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Siswa kelas XI jurusan IPA dianggap sesuai dijadikan sampel dalam penelitian ini karena kelas XI jurusan IPA pada semester genap mempelajari mata pelajaran kimia pokok bahasan sistem koloid dimana pokok bahasan tersebut dijadikan oleh peneliti sebagai materi penunjang penelitian. Siswa dalam penelitian ini dibagi menjadi lima kelompok, dimana tiap-tiap kelompok terdapat siswa laki-laki dan perempuan, siswa dari kategori tinggi,

1

(48)

sedang, dan rendah. Penempatan kategori tinggi, sedang, dan rendah ditentukan berdasarkan nilai rata-rata siswa pada mata pelajaran kimia. Pengelompokkan ini dilakukan agar tiap kelompok memiliki kemampuan yang relatif homogen dalam hal praktikum dan diskusi.

D. Instrumen Penelitian

1. Lembar Observasi

Pengamatan atau observasi (observation) adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.2 Observasi yang dilakukan di sini adalah observasi langsung, yang mengumpulkan data berdasarkan pengamatan yang menggunakan mata atau telinga secara langsung. Dengan demikian melalui observasi dapat terlihat kemunculan keterampilan proses sains yang diamati dengan menggunakan panca indera secara langsung. Instrumen yang digunakan untuk menyaring data aspek keterampilan proses sains secara tertulis berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan adalah lembar observasi. Untuk mengetahui urutan kemunculan keterampilan proses dan frekuensi, dalam Subana yang mengutip Ruseffendi bahwa “khusus untuk observasi terhadap interaksi belajar -mengajar di kelas dikembangkan beberapa instrument yang disebut VICS, Bias, dan Flanders”.3

Format observasi yang dikembangkan menggunakan format yang dikembangkan oleh Flinders, namun dalam penelitian ini dimodifikasi sesuai dengan keperluan penelitian. Format dalam penelitian ini menggunakan 3 kategori yaitu muncul sesuai, muncul tidak sesuai, dan tidak muncul. Lembar observasi digunakan untuk menjaring aspek keterampilan proses sains secara tertulis berdasarkan kriteria-kriteria yang ada. Aspek keterampilan proses yang diamati pada penelitian ini tiap pertemuan berbeda, hal tersebut dilakukan karena disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang akan di lakukan.

Observasi mulai dilakukan pada pertemuan pertama, pada pertemuan pertama persiapan untuk melakukan kegiatan praktikum,

2

Suharismi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), cet. V, h. 30.

3

(49)

dimana siswa mulai melakukan pembelajaran berbasis inkuiri yaitu siswa diberi LKS yang berisi tujuan, alat dan bahan saja, sedangkan prosedur penelitiannya siswa sendiri yang menentukannya. Oleh sebab itu pada bagian ini siswa melakukan diskusi kelompok untuk menentukan prosedur penelitian, aspek keterampilan proses sains yang di amati observer pada bagian ini adalah aspek bertanya dan aspek hipotesis.

Pada pertemuan ke dua siswa melanjutkan kegiatan diskusi kelompok membuat rancangan langkah kerja praktikum koloid pada Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah disediakan. Pada pertemuan ke dua tidak ada pengamatan observasi.

Pada pertemuan ke tiga pelaksanaan praktikum, aspek keterampilan proses sains yang diamati yaitu, aspek investigasi, aspek observasi, aspek klasifikasi dan aspek prediksi. Pada bagian ini siswa ditugaskan untuk melakukan kegiatan praktikum dengan menggunakan alat, bahan, dan tujuan yang telah disediakan dalam LKS dengan pedoman prosedur yang telah dibuat dan didiskusikan bersama kelompoknya masing-masing.

Pada pertemuan ke empat membahas hasil praktikum. Aspek keterampilan proses yang diamati adalah aspek interpretasi dan komunikasi, karena pada kegiatan ini pembelajaran dilakukan dengan cara diskusi kelompok yang membahas tentang hasil yang di dapat dalam praktikum.

(50)

2. Wawancara

Menurut Suharismi Arikunto “wawancara atau interviu (interview)

adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya-jawab sepihak dikatakan sepihak karena dalam wawancara ini responden tidak diberi kesempatan sama sekali untuk mengajukan pertanyaan”.4 Dengan demikian wawancara merupakan cara menghimpun bahan-bahan keterangan, yang diaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dengan arah serta tujuan yang telah ditetapkan.

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan Tanya jawab langsung kepada perwakilan siswa di tiap-tiap kelompok. Wawancara tersebut digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran berbasis inkuiri.

E. Teknik Pengumpulan Data

Agar semua dapat diperoleh dengan baik dan lengkap, ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan. Tahapan pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Adapun langkah-langkah dalam tahap persiapan adalah sebagai berikut:

a. Menganalisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada standar isi mata pelajaran Kimia SMA kelas XI sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pedidikan (KTSP) yang digunakan sekarang, serta menganalsis materi pada buku teks atau paket untuk menentukan pokok bahasan yang pembelajarannya dapat menggunakan metode diskusi dan praktikum dengan menggunakan pembelajaran berbasis inkuiri. Pada penelitian ini pokok bahasan yang dipilih adalah sistem koloid.

b. Membuat silabus, dan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP). c. Membuat instrumen penelitian sebagai alat pengumpulan data.

4

(51)

d. Menguji Validasi instrument penelitian oleh para ahli, kemudian diperbaiki sesuai dengan sasaran para ahli. Apabila instrument tersebut telah disetujui oleh para ahli, maka instrument tersebut akan langsung digunakan untuk penelitian.

e. Memperbanyak instrument untuk digunakan dalam penelitian. 2. Tahap Pelaksanaan

Penelitian berlangsung selama 5 pertemuan. Adapun uraian kegiatan pada setiap pertemuan adalah sebagai berikut:

a. Pertemuan pertama

Pembagian kelompok, siswa dibagi ke dalam lima kelompok, setiap kelompok terdapat siswa laki-laki dan siswa perempuan, siswa dari kategori tinggi, sedang dan rendah. Guru memberikan LKS kepada setiap kelompok siswa untuk kemudian dipelajari dan didiskusikan bersama anggota kelompoknya. Siswa ditugaskan untuk merumuskan prosedur/langkah kerja praktikum serta dasar teori sistem koloid sebagaimana belum tersedia pada LKS, LKS yang telah dilengkapi akan dijadikan pedoman siswa untuk melakukan kegiatan praktikum pada pertemuan selanjutnya.

Pada pertemuan pertama mulai dilakukan observasi terhadap keterampilan proses proses sains siswa selama melakukan kegiatan diskusi, setiap kelompok didampingi satu observer, yang bertugas untuk mencatat kemunculan keterampilan proses sains siswa pada saat diskusi. Sebelum pertemuan pertama dimulai, para observer sudah memiliki lembar observasi dan sudah mengetahui siswa yang akan diobservasi. Para observer diberikan pengarahan tentang cara penilaian pada lembar observasi sebelum pertemuan pertama.

b. Pertemuan kedua

Gambar

Tabel 2.1 Aspek Keterampilan Proses Sains Siswa ........................... 26
Gambar 4.1  Diagram Batang Kemunculan Aspek Keterampilan
gambaran (hukum) dan produk (teknologi)”.6 Inkuiri memungkinkan
Tabel 2.1  Aspek Keterampilan Proses Sains30
+7

Referensi

Dokumen terkait

Uji mutu fisik sediaan meliputi pengamatan organoleptis yang bertujuan mengetahui warna, bentuk dan bau dari sediaan compact powder eyeshadow yang telah

Adapun simpulan dalam pengabdian ini adalah : (1) Mahasiswa sudah mengetahui cara penyusunan laporan keuangan; (2) Keterampilan dalam menyusun laporan keuangan

Ketika orang-orang yang tidak menikah dikelompokkan ke dalam beberapa sub grup (tidak menikah, bercerai, janda), hasilnya menunjukkan bahwa sesuatu yang berlawanan dimana orang

Uzimajući u obzir sve aktivne korisnike, odnosno one koji internetu pristupaju i putem pametnih telefona i podatkovnih kartica, gustoća usluge širokopojasnog pristupa

Kantor Bank Indonesia Medan mempunyai misi yaitu berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan pelaksanaan tugas bidang ekonomi moneter,

Integrasi Penginderaan Jauh dan SIG dalam pengelolaan wilayah pesisir dapat menggunakan Indeks Kepekaan Lingkungan (IKL) data spasial yang dilakukan dalam GIS dapat berupa

Hasil pengamatan awal di lapangan menunjukkan bebeapa kendala yang sangat sulit dipecahkan oleh sekolah karena (1) jumlah guru yanh tersedia memang masih kurang dibanding-

Dalam kajian dialek-dialek Melayu, pelaksanaan rumus reduksi vokal sering merealisasikan /a/ di akhir kata sebagai [  ]. Berbeza dengan bahasa Kerinci dialek Semerap