KLASIFIKASI TANAH DI DESA SEMBAHE KECAMATAN SIBOLANGIT BERDASARKAN TAKSONOMI TANAH 2010
SKRIPSI
Oleh:
FRISCA PANJAITAN 090301218
AGROEKOTEKNOLOGI
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
KLASIFIKASI TANAH DI DESA SEMBAHE KECAMATAN SIBOLANGIT BERDASARKAN TAKSONOMI TANAH 2010
SKRIPSI
Oleh:
FRISCA PANJAITAN 090301218
AGROEKOTEKNOLOGI
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara Medan
Disetujui Oleh : Diketahui Oleh: Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing
(Jamilah, SP, MP) (Ir. M. Madjid Damanik, M.Sc NIP :1969 0407 1997 032 001 NIP : 1952 0725 1976 031 001
)
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
ABSTRAK
Frisca Panjaitan: Klasifikasi Tanah di Desa Sembahe Kecamatan Sibolangit Berdasarkan Taksonomi Tanah 2010
Desa Sembahe mempunyai potensi yang besar di bidang pertanian. Untuk menunjang hal itu diperlukan adanya klasifikasi tanah di daerah tersebut yang sampai saat ini belum pernah dilakukan dengan menggunakan taksonomi tanah 2010. Pengamatan dilaksanakan pada bulan Desember 2013 di dua lokasi pengamatan. Lokasi pengamatan berada pada koordinat 03020’40” - 03020’42” LU dan 98035’05” - 98035’30” BT, dengan ketinggian tempat 231 dan 294 m dpl pada bulan Desember 2013. Dilakukan deskripsi profil tanah untuk menentukan sifat morfologi tanah sementara sifat fisik dan kimia dilakukan dengan analisis laboratorium. Sampel tanah diambil dari setiap horison pada masing-masing profil dan dianalisis di laboratorium berupa tekstur tanah, kerapatan lindak, C-organik, basa-basa dapat tukar (Ca2+, Mg2+, K+, dan Na+), pH H2O, pH KCl, retensi P serta
kapasitas tukar kation (KTK).
Dari hasil penelitian memperlihatkan bahwa klasifikasi tanah berdasarkan Taksonomi Tanah 2010 di Desa Sembahe pada profil I adalah : Ordo Inceptisol, Sub Ordo Udept, Great Group Humudept, dan Sub Group Cumulic Humudept. Pada profil II adalah Ordo Inceptisol, Sub Ordo Udept, Great Group Dystrudept, dan Sub Group Typic Dystrudept.
ABSTRACT
FRISCA PANJAITAN: Soil Classification in Sembahe Village, Distric of Sibolangit according to USDA Soil Taxonomy 2010.
Sembahe has a great potential for agricultural development. In order to develop this potential, it is necessary to accomplish soil classifications by using USDA Soil Taxonomy 2010 which has not been done before. The land investigated in the research is located at two representative soil profiles which lie between latitudes of 03020’40” and 03020’42” and between longitudes of 98035’30” and 98035’05” E with height points of 231 and 294 meters from the sea level and was conducted in December 2013. Morphological properties were identified by describing the soil profiles using manual book while physical and chemical properties were identified by laboratory analysis. Soil samples were taken at each horizon and analyzed for particle size distribution, bulk density, organic carbon, exchangeable cations, pH in a 1:2 soil:water ratio, pH in KCl solution, phosphate retention, and also CEC.
The result shows that the classifications of soil according to USDA Soil Taxonomy 2010 at profile I are Ordo Inceptisols, Sub Ordo Udepts, Great Group Humudepts, and Sub Group Cumulic Humudepts, at profile II is Ordo Inceptisols, Sub Ordo Udepts, Great Group Dystrudept, and Sub Group Typic Dystrudept.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Adapun judul dari skripsi ini adalah “Klasifikasi Tanah Di Desa Sembahe Kecamatan Sibolangit Berdasarkan Taksonomi Tanah 2010”, yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
Jamilah, SP, MP selaku Ketua Komisi Pembimbing dan
Ir. M. Madjid Damanik, M.Sc selaku Anggota Komisi Pembimbing atas
bimbingannya dalam pembuatan skripsi ini, juga kepada aparat pemerintahan desa
Sembahe yang memberi izin dan bantuan dalam penelitian di lapangan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik untuk perbaikan skripsi ini di kemudian
hari.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat.
RIWAYAT HIDUP
Frisca Panjaitan dilahirkan di Bogor pada tanggal 06 Maret 1991. Putri
dari J. Panjaitan dan M. Pakpahan, anak pertama dari empat bersaudara.
Riwayat Pendidikan
- SDN IV Citeureup lulus pada tahun 2003.
- SMPN I Cibinong lulus pada tahun 2006.
- SMAN I Citeureup lulus pada tahun 2009.
- Universitas Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN di Program Studi
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian.
Aktivitas Selama Pendidikan
Anggota Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah (IMILTA) Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan. Asisten Laboratorium mata kuliah Praktikum
Pengelolaan Tanah dan Air tahun 2012. Peserta Seminar Nasional “Tindak Lanjut
Pembangunan Pertanian Pasca Swasembada Beras 2008” pada 8 Agustus 2009 di
FP USU Medan. Peserta Seminar dan Lokakarya Nasional “Optimalisasi
Pengelolaan Lahan dalam Upaya Menekan Pemanasan Global Mendukung
Pendidikan Berbasis Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development)”
pada 12 Februari 2010 di FP USU Medan. Peserta Seminar Pertanian 2011
“Meningkatkan Ketahanan Pangan Nasional” pada 29 Mei 2011 di FP USU
Medan. Panitia Pengkaderan Nasional II Forum Komunikasi Himpunan
Mahasiswa Ilmu Tanah Indonesia (FOKUSHIMITI) “Mengoptimalkan Kader
yang Mampu Menjadi Barometer Dunia Pertanian di Indonesia” pada 22 – 26
Januari 2011 di FP USU Medan. Mengikuti Praktek Kerja Lapangan di PTPN II
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian ... 1
Tujuan Penelitian ... 2
BAHAN DAN METODA PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 24
Bahan dan Alat Penelitian ... 24
Metoda Penelitian ... 24
Pelaksanan Penelitian Persiapan ... 24
Kegiatan di Lapangan... 25
Analisis Contoh Tanah ... 25
DAFTAR TABEL
No Tabel Hal
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Hal
1 Penampang profil tanah 1 28
DAFTAR LAMPIRAN
No Gambar Hal
1 Peta lokasi penelitian 28
2 Data curah hujan 30
ABSTRAK
Frisca Panjaitan: Klasifikasi Tanah di Desa Sembahe Kecamatan Sibolangit Berdasarkan Taksonomi Tanah 2010
Desa Sembahe mempunyai potensi yang besar di bidang pertanian. Untuk menunjang hal itu diperlukan adanya klasifikasi tanah di daerah tersebut yang sampai saat ini belum pernah dilakukan dengan menggunakan taksonomi tanah 2010. Pengamatan dilaksanakan pada bulan Desember 2013 di dua lokasi pengamatan. Lokasi pengamatan berada pada koordinat 03020’40” - 03020’42” LU dan 98035’05” - 98035’30” BT, dengan ketinggian tempat 231 dan 294 m dpl pada bulan Desember 2013. Dilakukan deskripsi profil tanah untuk menentukan sifat morfologi tanah sementara sifat fisik dan kimia dilakukan dengan analisis laboratorium. Sampel tanah diambil dari setiap horison pada masing-masing profil dan dianalisis di laboratorium berupa tekstur tanah, kerapatan lindak, C-organik, basa-basa dapat tukar (Ca2+, Mg2+, K+, dan Na+), pH H2O, pH KCl, retensi P serta
kapasitas tukar kation (KTK).
Dari hasil penelitian memperlihatkan bahwa klasifikasi tanah berdasarkan Taksonomi Tanah 2010 di Desa Sembahe pada profil I adalah : Ordo Inceptisol, Sub Ordo Udept, Great Group Humudept, dan Sub Group Cumulic Humudept. Pada profil II adalah Ordo Inceptisol, Sub Ordo Udept, Great Group Dystrudept, dan Sub Group Typic Dystrudept.
ABSTRACT
FRISCA PANJAITAN: Soil Classification in Sembahe Village, Distric of Sibolangit according to USDA Soil Taxonomy 2010.
Sembahe has a great potential for agricultural development. In order to develop this potential, it is necessary to accomplish soil classifications by using USDA Soil Taxonomy 2010 which has not been done before. The land investigated in the research is located at two representative soil profiles which lie between latitudes of 03020’40” and 03020’42” and between longitudes of 98035’30” and 98035’05” E with height points of 231 and 294 meters from the sea level and was conducted in December 2013. Morphological properties were identified by describing the soil profiles using manual book while physical and chemical properties were identified by laboratory analysis. Soil samples were taken at each horizon and analyzed for particle size distribution, bulk density, organic carbon, exchangeable cations, pH in a 1:2 soil:water ratio, pH in KCl solution, phosphate retention, and also CEC.
The result shows that the classifications of soil according to USDA Soil Taxonomy 2010 at profile I are Ordo Inceptisols, Sub Ordo Udepts, Great Group Humudepts, and Sub Group Cumulic Humudepts, at profile II is Ordo Inceptisols, Sub Ordo Udepts, Great Group Dystrudept, and Sub Group Typic Dystrudept.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian
Tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang berasal dari bebatuan
yang telah mengalami serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam, sehingga
membentuk lapisan berpartikel halus atau yang disebut regolit. Pada prinsipnya
masing-masing jenis tanah mempunyai morfologi yang khas sebagai konsekuensi
keterpaduan pengaruh spesifik dari iklim, jasad hidup, bahan induk, topografi dan
umur tanah (Hanafiah, 2005).
Klasifikasi tanah adalah ilmu yang mempelajari cara-cara membedakan
sifat-sifat tanah satu sama lain, dan mengelompokkan tanah kedalam kelas-kelas
tertentu berdasarkan atas kesamaan sifat yang dimiliki. Dengan cara ini maka
tanah-tanah yang memiliki sifat-sifat yang sama dapat dimasukkan kedalam satu
kelas yang sama, dan demikian juga sebaliknya. Hal ini sangat penting karena
tanah-tanah dengan sifat yang berbeda memerlukan perlakuan (pengelolaan) yang
berbeda (Hardjowigeno, 2003).
Ada banyak sistem klasifikasi yang berkembang di dunia namun sistem
klasifikasi tanah yang berlaku saat ini adalah sistem klasifikasi soil taxonomy atau
taksonomi tanah yang dikembangkan oleh USDA. Sistem klasifikasi tanah ini
memiliki keistimewaan terutama dalam hal penamaan atau tata nama,
definisi-definisi horizon penciri, dan beberapa sifat penciri lain yang digunakan untuk
menentukan jenis tanah.
Desa Sembahe terletak 800 meter di atas permukaan laut (mdpl), secara
administratif Desa Sembahe memiliki area seluas 207 ha. Dengan perincian
perkampungan seluas 25 ha. Komoditas yang paling banyak dibudidayakan oleh
petani di daerah tersebut adalah buah-buahan diantaranya manggis, duku dan
durian. Khususnya buah manggis telah diekspor ke luar daerah bahkan ke luar
negeri.
Berdasarkan uraian diatas diketahui bahwa sektor pertanian Desa Sembahe
berpotensi besar untuk dikembangkan. Untuk pengembangan daerah tersebut
perlu dilakukan penelitian mengenai klasifikasi tanah di daerah tersebut yang
sampai saat ini belum pernah diklasifikasikan dengan taksonomi tanah 2010. Oleh
karena itu, penulis tertarik untuk melakukan pengklasifikasian tanah berdasarkan
Taksonomi Tanah 2010.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasikan tanah di Desa Sembahe
Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang berdasarkan taksonomi tanah
2010 pada tingkat ordo sampai sub group.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk pengembangan pertanian didaerah penelitian
dan sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi Tanah
Klasifikasi tanah adalah pemilahan yang didasarkan pada sifat-sifat tanah
yang dimiliki tanpa menghubungkannya dengan tujuan penggunaan tanah
tersebut. Klasifikasi ini memberi gambaran dasar terhadap sifat-sifat fisik, kimia,
dan mineral tanah yang dimiliki masing-masing kelas yang selanjutnya dapat
digunakan sebagai dasar untuk pengelolaan bagi pengguna tanah
(Hardjowigeno, 1986).
Klasifikasi tanah disusun untuk tujuan-tujuan tertentu dan menggunakan
faktor atau karakteristik tanah yang kadang-kadang bukan sifat-sifat dari tanah itu
sendiri sebagai pembeda. Pada tahun 1853, Thaer menggunakan tekstur tanah
sebagai pembeda untuk kategori tinggi dan produktifitas tanah untuk pembeda
kategori rendah (Hardjowigeno, 1993).
Pada tahun 1883, Dokuchaev mengklasifikasikan tanah yang didasarkan
pada faktor-faktor pembentuk tanah, proses-prosesnya dan horison-horison
pencirinya. Pengklasifikasian tanahnya lebih didekatkan kepada genesis tanah.
Pada tahun 1912, Coffey membuat sistem klasifikasi yang pertama di Amerika
Serikat berdasarkan prinsip genesis tanah. Dari sinilah awal berkembangnya ilmu
klasisfikasi tanah (Grunwald, 2013).
Di negara-negara yang telah maju pertaniannya, klasifikasi tanah
merupakan bahan penting dalam mempersiapkan rencana pengembangan
pertanian sebagai pedoman penggunaan lahan. Tujuan umum klasifikasi tanah
adalah menyediakan suatu susunan yang teratur (sistematik) bagi pengetahuan
maupun perlindungan kesuburan tanah. Tujuan ini meliputi berbagai segi, antara
lain peramalan pertanian di masa yang akan datang. Pada lahan yang telah rusak
akibat proses erosi atau longsor, klasifikasi tanah disertai dengan petanya
digunakan sebagai langkah pertama dalam usaha perbaikan kesuburan tanah
(Darmawijaya, 1997).
Di Indonesia, klasifikasi tanah dikemukakan pertama kali oleh Mohr pada
tahun 1910. Klasifikasi tanah ini didasarkan pada kombinasi macam-macam
bahan induk dan cara pelapukannya dititikberatkan pada intensitas-intensitas
pelindian (leaching) dalam hubungannya dengan iklim. Susunan klasifikasi
tanahnya dititikberatkan pada formasi geologinya (Darmawijaya, 1990).
Semenjak tahun 1995, di Indonesia dipergunakan sistem klasifikasi tanah
berdasarkan Thorp dan Smith (1942) yang merupakan perbaikan sistem dari
klasifikasi yang berlaku di Indonesia. Walaupun telah mengalami beberapa
modifikasi. Suatu sistem klasifikasi harus memiliki dasar pemikiran sebagai
berikut yaitu harus jelas untuk setiap kategori/tingkat. Misalnya pembeda yang
digunakan dapat diuraikan dengan jelas dan suatu kelas akan selalu dibagi lagi
menjadi subkelas-subkelas yang overlapping (Abdullah, 1992).
Prinsip umum klasifikasi tanah adalah :
1. Sistem penggolongan yang menyatakan hubungan secara universal
2. Susuanan harus berdasarkan pada karakteristik tanah yang diklasifikasikan
3. Tidak menggunakan sifat tanah secara keseluruhan tetapi menggunakan
bahan tanah yang dianggap penting
Tujuan klasifikasi tanah adalah :
2. Untuk mengetahui hubungan masing-masing individu tanah satu sama
lain.
3. Memudahkan mengingat sifat-sifat tanah.
4. Mengelompokkan tanah untuk tujuan-tujuan yang lebih yang lebih praktis
dalam hal : menaksir sifat-sifatnya, menentukan lahan-lahan terbaik,
menaksir produktivitasnya, dan menentukan areal-areal untuk penelitian.
5. Mempelajari hubungan-hubungan dan sifat-sifat tanah yang baru.
(Buol dkk, 1980).
Taksonomi Tanah
Taksonomi tanah adalah bagian dari klasifikasi tanah baru yang
dikembangkan oleh Amerika Serikat dengan nama Soil Taxonomy (USDA, 1975)
menggunakan 6 kategori yaitu ordo, sub ordo, great group, sub group, family dan
seri. Sistem ini merupakan sistem yang benar-benar baru baik mengenai cara-cara
penamaan (tata nama) maupun definisi mengenai horizon penciri ataupun sifat
penciri lain yang dugunakan untuk menentukan jenis tanah. Dari kategori tertinggi
(ordo) ke kategori terendah (seri) uraian mengenai sifat-sifat tanah semakin detail
(Rayes, 2007).
Sistem Taksonomi Tanah (Soil Taxonomy, USDA) merupakan sistem
klasifikasi tanah internasional, diperkenalkan pada tahun 1975 dan berkembang
cepat. Hampir setiap 2 tahun sekali diadakan perbaikan dan diterbitkan dalam
buku pegangan lapang Keys to Soil Taxonomy. Sistem ini dibangun oleh para
pakar tanah dunia, terstruktur baik, bertingkat, sistematis dan komprehensif. Dasar
klasifikasi tanah dengan pendekatan morfometrik, dimana sifat penciri horison
Sifat umum dari taksonomi tanah adalah :
1. Taksonomi tanah merupakan sistem multikategori.
2. Taksonomi tanah harus memungkinkan modifikasi karena adanya
penemuan-penemuan baru dengan tidak merusak sistemnya sendiri.
3. Taksonomi tanah harus mampu mengklasifikasikan semua tanah dalam
suatu lansekap dimanapun ditemukan.
4. Taksonomi tanah harus dapat digunakan untuk berbagai jenis survai tanah.
Kemampuan penggunaan taksonomi tanah untuk survei tanah harus dibuktikan
dari kemampuannya untuk interpretasi berbagai penggunaan tanah
(Hardjowigeno, 1993).
Taksonomi tanah terdiri dari 6 kategori dengan sifat-sifat faktor pembeda
mulai dari kategori tertinggi ke kategori terendah, sebagai berikut :
1. Ordo
Terdiri atas 12 taksa. Faktor pembeda adalah ada tidaknya horison
penciri serta jenis (sifat) dari horison penciri tersebut.
2. Sub Ordo
Terdiri dari 64 taksa. Faktor pembeda adalah keseragaman genetik,
misalnya ada tidaknya sifat-sifat tanah yang berhubungan dengan
pengaruh air, regim kelembaban, bahan induk utama, pengaruh
vegetasi yang ditunjukkan oleh adanya sifat-sifat tanah tertentu,
tingkat pelapukan bahan organik (untuk tanah-tanah organik).
3. Great Group
Terdiri dari 317 taksa. Faktor pembeda adalah kesamaan jenis, tingkat
kelembaban, ada tidaknya lapisan-lapisan penciri lain seperti plintit,
fragipan dan duripan.
4. Sub Group
Jumlah taksa masih terus bertambah yaitu > 1400 taksa. Faktor
pembeda terdiri dari sifat-sifat inti dari great group (sub group Typic),
sifat-sifat tanah peralihan ke great group peralihan ke great group lain,
sub ordo atau ordo, sifat-sifat tanah peralihan ke bukan tanah.
Kategori ordo tanah sampai great group disebut kategori tinggi sedangkan
kategori sub group sampai seri disebut kategori rendah. Jenis dan jumlah
faktor pembeda meningkat dari kategori rendah ke kategori tinggi
(Hardjowigeno, 1993).
Dalam taksonomi tanah 2010 disajikan secara lengkap tentang prosedur
pengelompokan tanah mulai dari kategori tinggi sampai kategori rendah. Prosedur
taksonomi tanah adalah mengikuti :
1. Deskripsi profil tanah.
2. Penentuan horison penciri (epipedon dan horizon bawah penciri).
3. Penentuan sifat-sifat lain.
4. Pemakaian kunci taksonomi dengan urutan : ordo (ada 12 ordo), sub ordo,
kelompok besar (great group), anak kelompok (sub group), keluarga
(family) dan seri (Marpaung, 2008).
Horison penciri digunakan untuk mengklasifikasikan ke dalam ordo.
Horison penciri yang terbentuk di permukaan dinamakan dengan epipedon.
Horison penciri yang langsung di bawahnya dan dapat diamati dinamakan dengan
Menurut Taksonomi Tanah 2010 terdapat 8 epipedon penciri yaitu :
A. Epipedon Molik
Epipedon molik mempunyai sifat perkembangan struktur tanah cukup
kuat, terletak di atas permukaan, mempunyai value warna ≤ 3.5 (lembab)
dan kroma warna ≤ 3.5 (lembab), kej enuhan basa > 50%, kandungan
C-organik > 0.6%, P2O5 < 250 ppm, dan n-value < 0.7.
B. Epipedon Antropik
Epipedon antropik menunjukkan beberapa tanda-tanda adanya gangguan
manusia, dan memenuhi persyaratan molik kecuali P2O5 < 250 ppm.
C. Epipedon Umbrik
Epipedon molik mempunyai sifat perkembangan struktur tanah cukup
kuat, terletak di atas permukaan, mempunyai value warna ≤ 3.5 (lembab)
dan kroma warna ≤ 3.5 (lembab), kejenuhan basa < 50%, kandungan C
-organik > 0.6%, P2O5 < 250 ppm, dan n-value < 0.7.
D. Epipedon Folistik
Epipedon Folistik didefinisikan sebagai suatu lapisan (terdiri dari satu
horison atau lebih) yang jenuh air selama kurang dari 30 hari kumulatif
dan tahun-tahun normal (dan tidak ada drainase). Sebagian besar epipedon
folistik tersusun dari bahan tanah organik.
E. Epipedon Histik
Epipedon Histik merupakam suatu lapisan yang dicirikan oleh adanya
saturasi (selama 30 hari atau lebih, secara kumulatif) dan reduksi selama
(dan telah drainase). Sebagian besar epipedon histik tersusun dari bahan
tanah organik.
F. Epipedon Okrik
Epipedon Okrik mempunyai tebal permukaan yang sangat tipis dan kering,
value dan kroma (lembab) = 4. Epipedon okrik juga mencakup
horison-horison bahan organik yang terlampau tipis untuk memenuhi
persyaratan epipedon histik atau folistik.
G. Epipedon Plagen
Epipedon Plagen adalah suatu lapisan permukaan buatan manusia setebal
50 cm atau lebih, yang telah terbentuk oleh pemupukan (pupuk kandang)
secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama. Biasanya epipedon
plagen mengandung artifak seperti pecahan-pecahan bata dan keramik
pada seluruh kedalamannya.
Pada taksonomi tanah 2010, terdapat 19 horison bawah penciri yaitu :
A. Horison Agrik
Horison Agrik adalah suatu horison iluvial yang telah terbentuk akibat
pengolahan tanah dan mengandung sejumlah debu, liat, dan humus yang
telah tereluviasi nyata.
B. Horison Albik
Pada umumnya Horison Albik terdapat di bawah horison A, tetapi
mungkin juga berada pada permukaan tanah mineral. Horison ini
merupakan horison eluvial dengan tebal 1.0 cm dan mempunyai 85% atau
lebih bahan-bahan andik.
Horison Argilik secara normal merupakan suatu horison bawah permukaan
dengan kandungan liat phylosilikat secara jelas lebih tinggi. Horison
tersebut mempunyai sifat adanya gejala eluviasi liat, KTK tinggi
(> 6 cmo/kg).
D. Horison Duripan
Horison Duripan merupakan horison yang memadas paling sedikit
setengahnya dengan perekat SiO2, dan tidak mudah hancur dengan air atau
HCl.
E. Horison Fragipan
Horison Fragipan mempunyai ketebalan 15 cm atau lebih adanya
tanda-tanda pedogenesis didalam horison serta perkembangan struktur
tanah lemah.
F. Horison Glosik
Horison Glosik terbentuk sebagai hasil degradasi suatu horison argilik,
kandik atau natrik dimana liat dan senyawa oksida besi bebasnya telah
dipindahkan.
G. Horison Gipsik
Horison Gipsik adalah suatu horison iluvial yang senyawa gypsum
sekundernya telah terakumulasi dalam jumlah yang nyata, dimana
tebalnya lebih dari 15 cm.
H. Horison Kalsik
Horison Kalsik merupakan horison iluvial mempunyai akumulasi kalsium
karbonat sekunder atau karbonat yang lain dalam jumlah yang cukup
I. Horison Kandik
Kandik memiliki sifat adanya gejala iluviasi liat, kandungan liat tinggi dan
KTK rendah (<6 cmol/kg).
J. Horison Kambik
Horison kambik adalah horison yang terbentuk sebagai hasil alterasi
secara fisik, transformasi secara kimia, atau pemindahan bahan, atau
merupakan hasil kombinasi dari dua atau lebih proses-proses tersebut.
K. Horison Natrik
Horison Natrik adalah horison iluvial yang banyak mengandung natrium,
memiliki struktur prismatik atau tiang, lebih 15% KTK didominasi oleh
natrium.
L. Horison Orstein
Horison Orstein tersusun dari bahan spodik, berada didalam suatu lapisan
yang 50% atau lebih (volumenya) tersementasi dan memiliki ketebalan
25 cm atau lebih.
M. Horison Oksik
Horison Oksik merupakan horison bawah permukaan yang tidak memiliki
sifat-sifat tanah andik dan KTK rendah (< 6 cmol/kg).
N. Horison Petrokalsik
Horison Petrokalsik merupakan suatu horison iluvial dimana kalsium
karbonat sekunder atau senyawa karbonat lainnya telah terakumulasi
mencapai tingkat, seluruh horison tersebut, tersementasi atau mengeras.
Horison Petrogipsik merupakan suatu horison iluvial dengan ketebalan 10
cm atau lebih dimana gypsum sekundernya telah terakumulasi mencapai
tingkat, seluruh horison tersebut, tersementasi atau mengeras.
P. Horison Placik
Horison Placik adalah suatu padas tipis yang berwarna hitam sampai
merah gelap, yang tersementasi oleh senyawa besi serta bahan organik.
Q. Horison Salik
Horison Salik mempunyai ketebalan 15 cm atau lebih dan banyak
mengandung garam mudah larut.
R. Horison Sombrik
Horison Sombrik berwarna gelap, mempunyai sifat-sifat seperti epipedon
umbrik dengan mengandung iluviasi humus yang berasosiasi dengan
Al atau yang terdispersi dengan natrium.
S. Horison Spodik
Horison Spodik adalah suatu lapisan iluvial yang tersusun 85% atau lebih
dari bahan spodik.
Berdasarkan Keys to Soil Taxonomy 2010, ordo tanah terdiri atas 12 ordo.
Yaitu :
A. Gelisol
Tanah yang mempunyai permafrost (lapisan tanah beku) dan bahan-bahan
gelik yang berada didalam 100 cm dari permukaan tanah.
B. Histosol
Tanah yang tidak mempunyai sifat-sifat tanah andik pada 60 % atau lebih
C. Spodosol
Tanah lain yang memiliki horison spodik, albik pada 50% atau lebih dari
setiap pedon, dan regim suhu cryik.
D. Andisol
Ordo tanah yang mempunyai sifat-sifat andik pada 60% atau lebih dari
ketebalannya.
E. Oksisol
Tanah lain yang memiliki horison oksik (tanpa horison kandik) yang
mempunyai batas atas didalam 150 cm dari permukaan tanah mineral dan
kandungan liat sebesar 40% atau lebih dalam fraksi tanah.
F. Vertisol
Tanah yang memiliki satu lapisan setebal 35 cm atau lebih, dengan batas
atas didalam 100 cm dari permukaan tanah mineral, yang memiliki bidang
kilir atau ped berbentuk baji dan rata-rata kandungan liat dalam fraksi
tanah halus sebesar 30% atau lebih.
G. Aridisol
Tanah yang mempunyai regim kelembaban tanah aridik dan epipedon
okrik dan antropik atau horison salik dan jenuh air pada satu lapisan atau
lebih di dalam 100 cm dari permukaan tanah selama satu bulan atau lebih.
H. Ultisol
Tanah lain yang memiliki horison argilik atau kandik, tetapi tanpa fragipan
dan kejenuhan basa sebesar kurang dari 35% pada kedalaman 180 cm.
Tanah lain yang memiliki epipedon molik dan kejenuhan basa sebesar
50% atau lebih pada keseluruhan horison.
J. Alfisol
Tanah yang tidak memiliki epipedon plagen dan memiliki horison argilik,
kandik, natrik atau fragipan yang mempunyai lapisan liat tipis setebal 1
mm atau lebih di beberapa bagian.
K. Inceptisol
Tanah yang mempunyai sifat penciri horison kambik, epipedon plagen,
umbrik, molik serta regim suhu cryik atau gelik dan tidak terdapat bahan
sulfidik didalam 50 cm dari permukaan tanah mineral.
L. Entisol
Tanah yang memiliki epipedon okrik, histik atau albik tetapi tidak ada
horison penciri lain (Soil Survey Staff, 2010).
Berdasarkan Taksonomi Tanah 2010, sub ordo dan great group Inseptisol
adalah sebagai berikut :
Sub Ordo :
- Aquepts
Key to Great Groups : Sulfaquepts, Petraquepts, Halaquepts, Fragiaquepts,
Gelaquepts, Cryaquepts, Vermaquepts, Humaquepts, Epiaquepts,
Endoaquepts.
Key to Subgroups : Salidic Sulfaquepts, Hydraquentic Sulfaquepts, Typic
Sulfaquepts, Histic Placic Petraquepts, Placic Petraquepts, Plinthic
Petraquepts, Typic Petraquepts, Vertic Halaquepts, Aquandic Halaquepts,
Fragiaquepts, Humic Fragiaquepts, Typic Fragiaquepts, Lithic Gelaquepts,
Histic Gelaquepts, Aquandic Gelaquepts, Fluvaquentic Gelaquepts, Humic
Gelaquepts, Turbic Gelaquepts, Typic Gelaquepts, Sulfic Cryaquepts,
Histic Lithic Cryaquepts, Lithic Cryaquepts, Vertic Cryaquepts, Histic
Cryaquepts, Aquandic Cryaquepts, Fluvaquentic Cryaquepts, Aeric Humic
Cryaquepts, Aeric Cryaquepts, Humic Cryaquepts, Typic Cryaquepts,
Sodic Vermaquepts, Typic Vermaquepts, Hydraquentic Humaquepts,
Histic Humaquepts, Aquandic Humaquepts, Cumulic Humaquepts,
Fluvaquentic Humaquepts, Aeric Humaquepts, Typic Humaquepts, Vertic
Epiaquepts, Aquandic Epiaquepts, Fluvaquentic Epiaquepts, Fragic
Epiaquepts, Aeric Epiaquepts, Humic Epiaquepts, Mollic Epiaquepts,
Typic Epiaquepts, Sulfic Endoaquepts, Lithic Endoaquepts, Vertic
Endoaquepts, Aquandic Endoaquepts, Fluventic Endoaquepts,
Fluvaquentic Endoaquepts, Fragic Endoaquepts, Aeric Endoaquepts,
Humic Endoaquepts, Mollic Endoaquepts, Typic Endoaquepts.
- Anthrepts
Key to Great Groups : Plagganthrepts, Haplanthrepts.
Key to Subgroups : Typic Plagganthrepts, Typic Haplanthrepts.
- Gelepts
Key to Great Groups : Humigelepts, Dystrogelepts, Haplogelepts.
Key to Subgroups : Lithic Humigelepts, Andic Humigelepts, Aquic
Humigelepts, Oxyaquic Humigelepts, Fluventic Humigelepts, Turbic
Humigelepts, Eutric Humigelepts, Typic Humigelepts, Lithic
Dystrogelepts, Turbic Dystrogelepts, Typic Dystrogelepts, Lithic
Haplogelepts, Andic Haplogelepts, Aquic Haplogelepts, Fluventic
Haplogelepts, Turbic Haplogelepts, Typic Haplogelepts.
- Cryepts
Key to Great Groups : Humicryepts, Calcicryepts, Dystrocryepts,
Haplocryepts.
Key to Subgroups : Lithic Humicryepts, Aquandic Humicryepts,
Haploxerandic Humicryepts, Vitrixerandic Humicryepts, Andic
Humicryepts, Vitrandic Humicryepts, Fluvaquentic Humicryepts, Aquic
Humicryepts, Oxyaquic Humicryepts, Lamellic Humicryepts, Fluventic
Humicryepts, Spodic Humicryepts, Xeric Humicryepts, Eutric
Humicryepts, Typic Humicryepts, Lithic Calcicryepts, Oxyaquic
Calcicryepts, Xeric Calcicryepts, Ustic Calcicryepts, Typic Calcicryepts,
Lithic Dystrocryepts, Aquandic Dystrocryepts, Haploxerandic
Dystrocryepts, Vitrixerandic Dystrocryepts, Andic Dystrocryepts,
Vitrandic Dystrocryepts, Fluvaquentic Dystrocryepts, Folistic
Dystrocryepts, Aquic Dystrocryepts, Oxyaquic Dystrocryepts, Lamellic
Dystrocryepts, Fluventic Dystrocryepts, Spodic Dystrocryepts, Xeric
Dystrocryepts, Ustic Dystrocryepts, Eutric Dystrocryepts, Typic
Dystrocryepts, Lithic Haplocryepts, Aquandic Haplocryepts,
Haploxerandic Haplocryepts, Vitrixerandic Haplocryepts, Haplustandic
Haplocryepts, Ustivitrandic Haplocryepts, Andic Haplocryepts, Vitrandic
Haplocryepts, Fluvaquentic Haplocryepts, Aquic Haplocryepts, Oxyaquic
Haplocryepts, Xeric Haplocryepts, Ustic Haplocryepts, Typic
Haplocryepts.
- Ustepts
Key to Great Groups : Durustepts, Calciustepts, Humustepts, Dystrustepts,
Haplustepts.
Key to Subgroups : Typic Durustepts, Lithic Petrocalcic Calciustepts,
Lithic Calciustepts, Torrertic Calciustepts, Vertic Calciustepts, Petrocalcic
Calciustepts, Gypsic Calciustepts, Aquic Calciustepts, Aridic Calciustepts,
Udic Calciustepts, Typic Calciustepts, Lithic Humustepts, Andic
Humustepts, Vitrandic Humustepts, Oxyaquic Humustepts, Oxic
Humustepts, Aridic Humustepts, Typic Humustepts, Lithic Dystrustepts,
Torrertic Dystrustepts, Vertic Dystrustepts, Andic Dystrustepts, Vitrandic
Dystrustepts, Aquic Dystrustepts, Fluventic Dystrustepts, Aridic
Dystrustepts, Oxic Dystrustepts, Humic Dystrustepts, Typic Dystrustepts,
Aridic Lithic Haplustepts, Lithic Haplustepts, Udertic Haplustepts,
Torrertic Haplustepts, Vertic Haplustepts, Andic Haplustepts, Vitrandic
Haplustepts, Anthraquic Haplustepts, Aquic Haplustepts, Oxyaquic
Haplustepts, Oxic Haplustepts, Lamellic Haplustepts, Torrifluventic
Haplustepts, Udifluventic Haplustepts, Fluventic Haplustepts, Gypsic
Haplustepts, Haplocalcidic Haplustepts, Calcic Udic Haplustepts, Calcic
Haplustepts, Aridic Haplustepts, Dystric Haplustepts, Udic Haplustepts,
Typic Haplustepts.
Key to Great Groups : Durixerepts, Fragixerepts, Humixerepts,
Calcixerepts, Dystroxerepts, Haploxerepts.
Key to Subgroups : Aquandic Durixerepts, Andic Durixerepts, Vitrandic
Durixerepts, Aquic Durixerepts, Entic Durixerepts, Typic Durixerepts,
Andic Fragixerepts, Vitrandic Fragixerepts, Aquic Fragixerepts, Humic
Fragixerepts, Typic Fragixerepts, Lithic Humixerepts, Aquandic
Humixerepts, Andic Humixerepts, Vitrandic Humixerepts, Aquic
Humixerepts, Oxyaquic Humixerepts, Cumulic Humixerepts, Fluventic
Humixerepts, Pachic Humixerepts, Entic Humixerepts, Typic
Humixerepts, Lithic Calcixerepts, Vertic Calcixerepts, Petrocalcic
Calcixerepts, Sodic Calcixerepts, Vitrandic Calcixerepts, Aquic
Calcixerepts, Typic Calcixerepts, Humic Lithic Dystroxerepts, Lithic
Dystroxerepts, Aquandic Dystroxerepts, Andic Dystroxerepts, Vitrandic
Dystroxerepts, Fragiaquic Dystroxerepts, Fluvaquentic Dystroxerepts,
Aquic Dystroxerepts, Oxyaquic Dystroxerepts, Fragic Dystroxerepts,
Fluventic Humic Dystroxerepts, Fluventic Dystroxerepts, Humic
Dystroxerepts, Typic Dystroxerepts, Humic Lithic Haploxerepts, Lithic
Haploxerepts, Vertic Haploxerepts, Aquandic Haploxerepts, Andic
Haploxerepts, Andic Oxyaquic Haploxerepts, Andic Haploxerepts,
Oxyaquic Vitrandic Haploxerepts, Vitrandic Haploxerepts, Gypsic
Haploxerepts, Aquic Haploxerepts, Lamellic Haploxerepts, Fragic
Haploxerepts, Fluventic Haploxerepts, Calcic Haploxerepts, Humic
Haploxerepts, Typic Haploxerepts.
Key to Great Groups : Sulfudepts, Durudepts, Fragiudepts, Humudepts,
Eutrudepts, Dystrudepts. Key to Subgroups : Typic Sulfudepts, Aquandic
Durudepts, Andic Durudepts, Vitrandic Durudepts, Aquic Durudepts,
Typic Durudepts, Andic Fragiudepts, Vitrandic Fragiudepts, Aquic
Fragiudepts, Humic Fragiudepts, Typic Fragiudepts, Lithic Humudepts,
Vertic Humudepts, Aquandic Humudepts, Andic Oxyaquic Humudepts,
Andic Humudepts, Vitrandic Humudepts, Fluvaquentic Humudepts, Aquic
Humudepts, Oxyaquic Humudepts, Psammentic Humudepts, Oxic
Humudepts, Cumulic Humudepts, Fluventic Humudepts, Pachic
Humudepts, Eutric Humudepts, Entic Humudepts, Typic Humudepts,
Humic Lithic Eutrudepts, Lithic Eutrudepts, Aquertic Eutrudepts, Vertic
Eutrudepts, Andic Eutrudepts, Vitrandic Eutrudepts, Anthraquic
Eutrudepts, Fragiaquic Eutrudepts, Fluvaquentic Eutrudepts, Aquic
Dystric Eutrudepts, Aquic Eutrudepts, Oxyaquic Eutrudepts, Fragic
Eutrudepts, Lamellic Eutrudepts, Dystric Fluventic Eutrudepts, Fluventic
Eutrudepts, Arenic Eutrudepts, Dystric Eutrudepts, Rendollic Eutrudepts,
Ruptic-Alfic Eutrudepts, Humic Eutrudepts, Typic Eutrudepts, Humic
Lithic Dystrudepts, Lithic Dystrudepts, Vertic Dystrudepts, Aquandic
Dystrudepts, Andic Oxyaquic Dystrudepts, Andic Dystrudepts, Vitrandic
Dystrudepts, Fragiaquic Dystrudepts, Fluvaquentic Dystrudepts, Aquic
Humic Dystrudepts, Aquic Dystrudepts, Oxyaquic Dystrudepts, Fragic
Dystrudepts, Lamellic Dystrudepts, Humic Psammentic Dystrudepts,
Oxic Dystrudepts, Ruptic-Alfic Dystrudepts, Ruptic-Ultic Dystrudepts,
Humic Dystrudepts, Typic Dystrudepts (Sitompul, 2012).
Berdasarkan buku keterangan peta satuan tanah dan lahan lembar Medan
(0619) Sumatera untuk wilayah Desa Sembahe diketahui termasuk dalam Great
Group Dystropept yang merupakan bagian dari sub ordo Tropept dan Ordo
Inseptisol. Pengklasifikasian ini didasarkan pada sistem taksonomi tanah USDA
tahun 1997 (SWP dkk, 1989).
Tropepts adalah salah satu sub ordo inseptisol yang mempunyai rata-rata
suhu tahunan 8oC atau lebih, dan selisih < 5oC antara suhu musim dingin dan musim panas pada kedalaman 50 cm dibawah permukaan tanah. Tropepts dapat
mempunyai epipedon okrik dan horison kambik, atau epipedon umbrik atau
epipedon molik pada kondisi tertentu tapi tanpa epipedon plagen, dan tidak jenuh
air selama beberapa waktu yang dapat membatasi penggunaan lahannya untuk
tanaman pangan (Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Unpad, 2013).
Jenis tanah Dystropepts merupakan tanah agak lapuk iklim panas dengan
nilai jenuh tanah bawah basa yang rendah. Di lereng atas dan daerah berbukit
kecil dijumpai Dystropepts, berpenampang dalam, tekstur bervariasi dari halus
sampai kasar, drainase baik (Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, 1990).
Inceptisols adalah tanah dari distribusi global, dan dapat dibentuk untuk
daerah yang sangat panas, lembab atau subhumid dingin, memiliki horison
kambik dan epipedon okrik (Soil Survey Staff, 1999). Menurut Foss et al. (1983),
Inceptisols dapat berupa : (1) tanah yang dikembangkan pada sedimen muda atau,
(2) tanah yang terbentuk di daerah di mana kondisi lingkungan menghambat
dikembangkan di Pleistosen atau deposito Holocene. Beberapa tanah yang
memiliki lereng yang curam terbentuk pada deposito yang lebih tua. Bahan induk
umumnya asam, bahan sedimen sedang atau lemah konsolidasi, batuan metamorf
atau sedimen asam. Banyak tanah ini memiliki rezim suhu termal atau hangat.
Horison diagnostik yang paling umum adalah umbrik atau okrik epipedon atas
horison kambik. Banyak tanah ini memiliki kontak densik, litik atau paralitik (Soil
Survey Staff, 1999). Kelompok Dystrustepts besar termasuk Dystropepts dan
Humitropepts, sebagaimana didefinisikan dalam edisi Taksonomi Tanah sebelum
1998 (Soil Survey Staff, 1996).
Sejumlah besar dari Inceptisols telah diklasifikasikan sebagai
Humitropepts dan Dystropepts, subordo dari Tropepts. Tropepts diidentifikasi
berdasarkan rezim suhu tanah mereka di tingkat subordo bukan oleh rejim
kelembaban tanah mereka, seperti yang terdapat pada Ustepts. Dengan hilangnya,
pada tahun 1998, Tropepts dari subordo, tanah tersebut direklasifikasi dalam
Ustepts subordo sebagai Dystrustepts di tingkat kelompok besar dan di Oxic atau
subkelompok Humat dari Dystrustepts (Soil Survey Staff, 1999). Ini berarti bahwa
tanah dengan kandungan karbon organik tinggi (OC) tidak lagi dibedakan pada
tingkat kelompok besar (Ochoa dkk, 2009).
Desa Sembahe
Kabupaten Deli Serdang dikenal sebagai salah satu daerah dari 25
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang memiliki
keanekaragaman sumber daya alamnya yang besar sehingga merupakan daerah
yang memiliki peluang investasi cukup menjanjikan. Sektor industri yang
dimana jenis industri yang diolah yaitu hasil–hasil pertanian menjadi barang jadi
seperti tapioka, karet, minyak sawit, kayu, ubi kayu, kopi, kakao, ikan laut,
makanan ternak dan lain- lain (Deliserdang, 2010).
Sibolangit merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Deli Serdang,
Sumatera Utara, Indonesia, berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Karo.
Daerah ini memiliki tofografi alam yang berbukit-bukit, yang memiliki
pemandangan alam yang cukup indah dan berhawa sejuk. Kawasan ini
merupakan salah satu tempat tujuan wisata warga kota medan yang favorit
(Deliserdang, 2010).
Berdasarkan letak geografis Desa Sembahe berada pada koordinat
3º20’29’’ LU - 98º35’6’’ BT. Adapun batas-batas wilayah Desa Sembahe antara
lain :
Sebelah Utara : Desa Bingkawan
Sebelah Selatan : Desa Buah Nabar / Sibolangit
Sebelah Timur : Desa Buah Nabar
Sebelah Barat : Desa Batu Mbelin
Desa Sembahe terletak 800 meter di atas permukaan laut (mdpl), secara
administratif Desa Sembahe memiliki area seluas 207 ha. Dengan perincian
pengunaan lahan tanah sawah seluas 10 ha, tanah ladang seluas 172 ha, dan tanah
perkampungan seluas 25 ha.
Sebagian besar penduduk bermata pencaharian di sektor :
1. Pertanian
a. Ladang : padi , sayur
c. peternakan : babi, kerbau
d.sebagian kecil berburu
2. Jasa dan perdagangan
Perdagangan hasil bumi, penyewaan pondok kecil maupun penginapan di
sekitar kawasan permandian sembahe , pedagang buah, bengkel dll.
3. Pariwisata
Permandian sembahe dan Gua Kemang merupakan daerah tujuan wisata
yang paling terkenal di Desa Sembahe. Dengan adanya adanya kedua
objek wisata tersebut maka banyak diantara masayarakat Desa Sembahe
yang menggantungkan kehidupan perekonomian dengan membuat usaha
penginapan, rumah makan, dll.
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Sembahe Kecamatan Sibolangit
Kabupaten Deli Serdang, analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium
Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman dan Laboratorium Fisika Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Padjajaran, Jatinangor pada bulan November 2013 sampai
dengan Februari 2014.
Bahan dan Alat Penelitian
Adapun bahan yang digunakan adalah peta administrasi Sumatera Utara,
peta satuan lahan dan tanah skala 1:250.000, peta Desa Sembahe, peta kontur
Sumatera Utara, buku panduan deskripsi profil tanah, formulir isian deskripsi
profil tanah, data iklim dan contoh tanah yang diambil dari setiap horizon pada
masing-masing profil, dan bahan-bahan lain untuk analisis tanah di lapangan dan
di laboratorium.
Adapun alat yang digunakan adalah GPS, ring sampel, meteran, buku
warna tanah Munsell, kamera, pisau pandu, dan alat-alat pendukung lainnya.
Metode Penelitian
Metode penelitian adalah metode survei tanah di lapangan yang mengacu
pada satuan peta lahan (SPL) yang telah ada dan selanjutnya diklasifikasikan
berdasarkan taksonomi tanah USDA 2010.
Pelaksanaan Penelitian Persiapan
Sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan konsultasi dengan
pembuatan peta, mengadakan pra survey ke lapangan dan penyediaan bahan serta
peralatan yang digunakan di lapangan.
Kegiatan di Lapangan
- Pemilihan daerah penelitian
Peta Satuan Lahan Desa Sembahe skala 1:17.000 dibuat dengan
mengoverlay peta dasar administrasi Kabupaten Sumatera Utara dengan peta
satuan tanah dan lahan skala 1 : 250.000 (keterangan terlampir) serta peta
kontur Kabupaten Sumatera Utara. Profil tanah dibuat dengan menggali lubang
dengan ukuran panjang, lebar dan kedalaman 1 x 1 x 1,5 m. Diberi batas-batas
lapisan atau horizon tanahnya menurut warna tanah atau kepadatan tanah.
- Pengamatan sifat-sifat tanah pada profil tanah
Pengamatan sifat-sifat tanah ini meliputi batas horison atau lapisan, warna
tanah, tekstur tanah, struktur tanah, konsistensi tanah, kondisi perakaran dan
kedalaman efektif.
- Pengambilan contoh tanah
Pengambilan contoh tanah tidak terganggu dengan menggunakan ring
sample. Contoh tanah diambil dari setiap horison atau lapisan tanah,
selanjutnya dianalisis di laboratorium. Pada saat pengambilan contoh tanah
dicatat juga data-data daerah penelitian yang meliputi vegetasi, fisiografi,
drainase, ketinggian tempat, letak geografis dan penggunaan lahan.
Analisis Contoh Tanah
1. Sifat kimia tanah, meliputi :
- pH tanah (H2O) dengan menggunakan metode Elektrometri
- C-organik dengan menggunakan metode Walkey & Black
- Basa-basa dapat ditukar (Ca2+, Mg2+, K+, dan Na+ ) dengan menggunakan metode AAC (Atomic Absorbtion Spectophotometer)
- Kapasitas Tukar Kation (KTK) dengan menggunakan metode Titrimetry
- Retensi P dengan menggunakan metode Blackmore
2. Sifat fisik tanah
- Struktur tanah
- Tekstur tanah dengan metode Hidrometer
- Kerapatan Lindak (BD) dengan metode ring sampel
Pengolahan Data
Data-data penelitian di lapangan dan laboratorium digunakan untuk
menentukan horison utama atau lapisan, horison atas penciri, horison bawah
penciri, sifat penciri lain, ordo tanah, sub ordo, great group dan sub group dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Deskripsi Profil 1
Lokasi : Desa Sembahe Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli
Serdang
Koordinat : 030 20’40” LU
980 35’30” BT
Tanggal Pengamatan : 11 Desember 2013
Fisiografi : Berombak
Drainase : Baik
Kemiringan lereng : > 10 %
Elevasi : 231 m dpl
Kedalaman efektif : > 100 cm
Vegetasi : Langsat, jagung, asam jawa, manggis
Gambar 1. Penampang profil tanah 1 banyak, batas horizon
berangsur dan berombak.
Bw1 29 – 32,5 Abu-abu terang (2,5Y 8/2), struktur butir, konsistensi gembur, perakaran sedang dan biasa, batas horizon perakaran sedang dan biasa, batas horizon berangsur dan tidak teratur.
Deskripsi Profil 2
Lokasi : Desa Sembahe Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli
Serdang
Koordinat : 030 20’42” LU
980 35’05” BT
Tanggal Pengamatan : 11 Desember 2013
Fisiografi : Berombak
Drainase : Baik
Kemiringan lereng : > 25 %
Elevasi : 294 m dpl
Kedalaman efektif : > 20 cm
Vegetasi : kecombrang, langsat, serai
Gambar 2. Penampang profil tanah 2
Ap 0 – 14 Cokelat kusam (7,5YR 5/3), struktur butir, konsistensi gembur, perakaran halus dan banyak, batas horizon jelas dan rata.
AB 15 – 50 Cokelat (7,5YR 4/4),
struktur gumpal bersudut, konsistensi teguh, perakaran sedang dan sedikit, batas horizon baur dan berombak.
Bt1 51 – 106 Cokelat kusam (7,5YR 5/4), struktur pejal, konsistensi teguh, batas horizon baur dan rata.
Analisis Laboratorium
1. Sifat Fisika Tanah
Sifat fisik tanah yang dianalisis di laboratorium adalah sebaran besar butir
fraksi (tektur tanah) dan bulk density dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini :
Tabel 1. Hasil Analisis Sifat Fisik Tanah pada profil I dan 2 Profil Horison Kedalaman
(cm)
2. Sifat Kimia Tanah
Sifat kimia tanah yang dianalisis di laboratorium adalah pH H2O, pH KCl,
basa-basa tukar, KTK, kandungan C-organik dan retensi P dapat dilihat pada tabel
2 dan 3 berikut ini :
Tabel 2. Hasil Analisis pH H2O, pH KCl dan retensi P pada Profil 1 dan 2
Pembahasan
Horison Atas Penciri
Profil 1
- Tidak termasuk epipedon Antropik karena tidak ada horison permukaan.
- Tidak termasuk epipedon Folistik karena tidak memiliki lapisan yang jenuh air selama kurang dari 30 hari kumulatif.
- Tidak termasuk epipedon Histik karena tidak memiliki lapisan yang dicirikan oleh adanya saturasi (selama 30 hari atau lebih, kumulatif) dan reduksi selama
sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.
- Tidak termasuk epipedon Melanik karena tidak memiliki horison permukaan dengan tebal 30 cm, kandungan c-organik 6% atau lebih, dan mempunyai sifat
tanah andik.
- Termasuk epipedon Molik karena posisinya berada di permukaan, struktur tidak pejal dan keras ketika kering, memiliki kejenuhan basa lebih besar dari
50% dan c-organik kurang dari 0,6 %.
Profil 2
- Tidak termasuk epipedon Antropik karena tidak ada horison permukaan.
- Tidak termasuk epipedon Folistik karena tidak memiliki lapisan yang jenuh air selama kurang dari 30 hari kumulatif.
- Tidak termasuk epipedon Histik karena tidak memiliki lapisan yang dicirikan oleh adanya saturasi (selama 30 hari atau lebih, kumulatif) dan reduksi selama
sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.
tanah andik.
- Tidak termasuk epipedon Molik karena tidak memiliki kejenuhan basa lebih besar dari 50%.
- Tidak termasuk epipedon Plaggen karena bukan suatu lapisan permukaan buatan manusia setebal 50 cm atau lebih.
- Tidak termasuk epipedon Umbrik karena kandungan c-organik tidak lebih dari 0.6% dan tanah tdak dalam keadaan lembab lebih dari 3 bulan.
- Termasuk epipedon Okrik karena horison permukaan tipis, kandungan humus yang sedikit warna tanah dengan nilai value dalam keadaan lembab sebesar 3,
sedangkan nilai chroma dalam keadaan lembab sebesar 4 dan tidak memenuhi
satu syarat untuk menjadi epipedon yang lain.
Horison Bawah Penciri
Profil 1
- Tidak termasuk horison Agrik karena tidak terdapat langsung di bawah lapisan olah yang mengandung akumulasi debu, liat dan humus.
- Tidak termasuk horison Albik karena horison berwarna pucat atau ada horison E.
- Tidak termasuk horison Argilik karena tidak terjadi iluviasi liat di horison B.
- Tidak termasuk horison Kalsik karena tidak mengandung 15% CaCO3.
- Termasuk horison Kambik karena tidak memiliki tekstur sangat halus, ketebalan horison lebih dari 15 cm, horison tidak mengalami kondisi aquik dan
tidak memiliki kandungan % liat yang lebih besar dari horison yang berada di
Profil 2
- Tidak termasuk horison Agrik karena tidak terdapat langsung di bawah lapisan olah yang mengandung akumulasi debu, liat dan humus.
- Tidak termasuk horison Albik karena horison tidak berwarna pucat atau tidak ada horison E
- Tidak termasuk horison Argilik karena tidak terjadi iluviasi liat di horison B.
- Tidak termasuk horison Kalsik karena tidak mengandung 15% CaCO3.
- Termasuk horison Kambik, karena memiliki tekstur sangat halus, ketebalan horison lebih dari 15 cm, horison tidak mengalami kondisi aquik dan memiliki
kandungan % liat yang lebih besar dari horison yang berada di atas maupun
dibawahnya, tetapi tidak memenuhi kriteria argilik.
Ordo
Profil 1
- Tidak termasuk Gelisol karena tidak terdapat lapisan permafrost.
- Tidak termasuk Histosol karena bukan tanah organik dan tanpa bahan andik.
- Tidak termasuk Spodosol karena tidak memiliki horison spodik.
- Tidak termasuk Andisol karena tidak memiliki bahan andik.
- Tidak termasuk Oksisol karena tidak memiliki horison oksik.
- Tidak termasuk Vertisol karena tidak memiliki duripan dan horison petrokalsik.
- Tidak termasuk Aridisol karena tidak memiliki regim kelembaban arid dan horison salik.
- Tidak termasuk Ultisol karena tidak memiliki horizon argillik dan kandik.
- Tidak termasuk Molisol karena tidak memiliki epipedon molik dan KB > 50%.
natrik.
- Termasuk Inseptisol karena memiliki epipedon molik serta memiliki horison bawah penciri kambik.
Profil 2
- Tidak termasuk Gelisol karena tidak terdapat lapisan permafrost.
- Tidak termasuk Histosol karena bukan tanah organik dan tanpa bahan andik.
- Tidak termasuk Spodosol karena tidak memiliki horison spodik.
- Tidak termasuk Andisol karena tidak memiliki bahan andik.
- Tidak termasuk Oksisol karena tidak memiliki horison oksik.
- Tidak termasuk Vertisol karena tidak memiliki duripan dan horison petrokalsik.
- Tidak termasuk Aridisol karena tidak memiliki regim kelembaban arid dan horison salik.
- Tidak termasuk Ultisol karena tidak memiliki horizon argillik dan kandik.
- Tidak termasuk Molisol, karena tidak memiliki epipedon molik dan KB > 50%.
- Tidak termasuk Alfisol karena tidak memiliki horison argilik, kandik atau natrik.
- Termasuk Inseptisol karena memiliki epipedon okrik serta memiliki horison bawah penciri kambik.
Sub Ordo
Profil 1
- Tidak termasuk Aquept karena tidak memiliki mengalami kondisi aquik pada kedalaman 40-50 cm dari permukaan tanah mineral dalam setahun, tidak
tanah, tidak memiliki lapisan dengan warna kroma 2 atau kurang jika ada
konsentrasi redoks atau 1 atau kurang, tidak memiliki ferrous iron untuk
memberikan reaksi positif kepada alpha, alpha-dipyridyl dalam kondisi kering,
tidak memiliki nilai ESP 15 atau lebih atau rasio SAR 13 atau lebih pada
kedalaman 50 cm dari permukaan tanah.
- Tidak termasuk Anthrept karena tidak memiliki epipedon plagen atau antropik
- Tidak termasuk Gelept karena tidak memiliki regim kelembaban tanah gelik.
- Tidak termasuk Cryept karena tidak memiliki regim kelembaban tanah cryik.
- Tidak termasuk Ustept karena tidak memiliki regim kelembaban tanah ustik.
- Tidak termasuk Xerept karena tidak memiliki regim kelembaban tanah xerik.
- Termasuk Udept karena tidak termasuk kedalam salah satu diatas atau Inseptisol lainnya.
- Profil 2
- Tidak termasuk Tidak termasuk Aquept karena tidak memiliki mengalami kondisi aquik pada kedalaman 40-50 cm dari permukaan tanah mineral dalam
setahun, tidak memiliki horison histik, tidak memiliki horison sulfurik 50 cm
dari permukaan tanah, tidak memiliki lapisan dengan warna kroma 2 atau
kurang jika ada konsentrasi redoks atau 1 atau kurang, tidak memiliki ferrous
iron untuk memberikan reaksi positif kepada alpha, alpha-dipyridyl dalam
kondisi kering, tidak memiliki nilai ESP 15 atau lebih atau rasio SAR 13 atau
lebih pada kedalaman 50 cm dari permukaan tanah.
- Tidak termasuk Anthrept karena tidak memiliki epipedon plagen atau anthropik
- Tidak termasuk Gelept karena tidak memiliki regim kelembaban tanah gelik.
- Tidak termasuk Ustept karena tidak memiliki regim kelembaban tanah ustik.
- Tidak termasuk Xerept karena tidak memiliki regim kelembaban tanah xerik.
- Termasuk Udept karena tidak termasuk kedalam salah satu diatas atau Inseptisol lainnya.
Great Group
Profil 1
- Tidak termasuk Sulfudept karena tidak memiliki horison sulfurik dengan kedalaman 50 cm dari permukaan tanah mineral.
- Tidak termasuk Durudept karena tidak memiliki horison duripan dengan kedalaman 100 cm dari permukaan tanah mineral.
- Tidak termasuk Fragiudept karena tidak memiliki fragipan yang pada batas atasnya di dalam 100 cm dari permukaan tanah mineral.
- Termasuk Humudept karena memiliki epipedon molik atau umbrik. Profil 2
- Tidak termasuk Sulfudept karena tidak memiliki horison sulfurik dengan kedalaman 50 cm dari permukaan tanah mineral.
- Tidak termasuk Durudept karena tidak memiliki horison duripan dengan kedalaman 100 cm dari permukaan tanah mineral.
- Tidak termasuk Fragiudept karena tidak memiliki fragipan yang pada batas atasnya di dalam 100 cm dari permukaan tanah mineral.
- Tidak termasuk Humudept karena tidak memiliki epipedon umbrik atau molik.
- Tidak termasuk Eutrudept karena tidak mengandung karbonat bebas, tidak memiliki kejenuhan basa 60% atau lebih pada kedalaman 25-75 cm.
Udept lainnya.
Sub Group
Profil 1
- Tidak termasuk Lithic Humudept karena tidak memiliki kontak litik pada kedalaman 50 cm dari permukaan tanah.
- Tidak termasuk Vertic Humudept karena tidak memiliki pecahan-pecahan pada kedalaman 125 cm dari permukaan tanah selebar 5 mm atau lebih dengan
mencapai ketebalan 30 cm atau lebih pada waktu-waktu tertentu, tidak
memiliki perpanjangan linear 6 cm atau lebih dengan diantara permukaan tanah
atau 100 cm.
- Tidak termasuk Aquandic Humudept karena tidak memiliki deplesi redoks dengan warna kroma 2 atau kurang pada satu horison atau lebih pada
kedalaman 60 cm dari permukaan tanah mineral serta tidak berada kondisi
aquik selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal, tidak memiliki
kerapatan lindak sebesar 1.0 g/cm3 atau kurang dan persen Al+1/2Fe lebih dari 1.0 atau fragmen kasar sebesar 2 mm dari 35 % volume pada kedalaman 75 cm
dari permukaan tanah, tidak memiliki fraksi tanah berdiameter 0.2-2.2 mm
sebesar 30 % yang didalamnya terdapat kaca vulkanik sebesar 5 % dan jika
ditambah dengan nilai Al+1/2Fe nilainya 30 atau lebih.
- Tidak termasuk Andic Oxyaquic Humudept karena tidak memiliki fraksi tanah halus dengan berat isi 1.0 g/cm3 atau kurang pada keseluruhan satu horison atau lebih dengan ketebalan 18 cm atau lebih dengan kedalaman 75 cm dari
permukaan tanah mineral dan persentasi Al+1/2Fe lebih dari 1.0, tidak
tanah mineral selama 20 hari berturut-turut atau selama 30 hari kumulatif.
- Tidak termasuk Andic Humudept karena tidak memiliki fraksi tanah halus dengan berat isi 1.0 g/cm3 atau kurang pada keseluruhan satu horison atau lebih dengan ketebalan 18 cm atau lebih dengan kedalaman 75 cm dari permukaan
tanah mineral dan persentasi Al+1/2Fe lebih dari 1.0.
- Tidak termasuk Vitrandic Humudept karena tidak memiliki fragmen kasar berukuran 2.0 mm menyusun lebih dari 35% volumenya dimana 66% terdiri
atas abu arang, batu apung atau fragmen seperti batu apung pada keseluruhan
satu horison atau lebih dengan ketebalan total 18 cm atau lebih di dalam 75 cm
dari permukaan tanah mineral atau fraksi tanah berdiameter 0.2-2.2 mm
sebesar 30% yang didalamnya terdapat kaca vulkanik sebesar 5% dan jika
ditambah dengan nilai Al+1/2Fe nilainya 30 atau lebih.
- Tidak termasuk Fluvaquentic Humudept karena tidak memiliki kemiringan kurang dari 25%, tidak memiliki deplesi redoks berkroma 2 atau kurang pada
satu horison atau lebih pada kedalaman 100 cm dari permukaan tanah mineral
serta tidak berada kondisi aquik selama sebagian waktu dalam tahun-tahun
normal, tidak terdapat bahan organik-karbon 0.2% atau lebih pada kedalaman
125 cm dari permukaan tanah mineral dan tidak terdapat kontak densik, litik,
atau paralitik, tidak memiliki penurunan tidak teratur pada bahan
organik-karbon antara kedalaman 25-125 cm di bawah permukaan tanah mineral atau
pada kontak densik, litik, atau paralitik.
- Tidak termasuk Aquic Humudept karena tidak memiliki deplesi redoks berkroma 2 atau kurang pada satu horison atau lebih di dalam 100 cm dari
waktu dalam tahun-tahun normal.
- Tidak termasuk Oxyaquic Humudept karena tidak memiliki lapisan tanah jenuh air dengan kedalaman 100 cm dari permukaan tanah mineral selama 20 hari
berturut-turut atau selama 30 hari kumulatif.
- Tidak termasuk Psammentic Humudept karena tidak memiliki kelas partikel kasar pada semua subhorison.
- Tidak termasuk Oxic Humudept karena tidak memiliki KTK sebesar kurang dari 24 cmol (+)/kg liat pada 50% atau lebih, kedua rasio tanah liat diukur
dalam fraksi halus bumi air persen dipertahankan pada 1500 kPa ketegangan
dari 0,6 atau lebih dan berikut ini: CEC (by 1N NH PH OAc 7) dibagi oleh
produk dari tiga kali [persen air dipertahankan pada 1500 kPa ketegangan
dikurangi persen karbon organik (tetapi tidak lebih dari 1.00)] kurang dari 24
dari volume tanah di antara kedalaman 25 cm dari permukaan tanah mineral
sampai kedalaman 100 cm atau kontak densik, lithik atau paralitik apabila lebih
dangkal.
- Termasuk Cumulic Humudept karena memiliki epipedon umbrik atau molik setebal 60 cm, terdapat bahan organik-karbon 0.2% atau lebih pada kedalaman
125 cm dari permukaan tanah mineral dan terdapat kontak densik, litik, atau
paralitik, memiliki penurunan tidak teratur pada bahan organik-karbon antara
kedalaman 25-125 cm di bawah permukaan tanah mineral atau pada kontak
densik, litik, atau paralitik pada kemiringan kurang dari 25%.
Profil 2
tanah 3 atau kurang (lembab) dan 5 atau kurang (kering) (sampel hancur dan
halus) pada kedalaman 18 cm dari permukaan tanah mineral.
- Tidak termasuk Lithic Dystrudept karena tidak memiliki kontak lithik pada kedalaman 50 cm di permukaan tanah mineral.
- Tidak termasuk Vertic Dystrudept karena tidak memiliki pecahan-pecahan pada kedalaman 125 cm dari permukaan tanah selebar 5 mm atau lebih dengan
mencapai ketebalan 30 cm atau lebih pada waktu-waktu tertentu, tidak
memiliki perpanjangan linear 6 cm atau lebih dengan diantara permukaan tanah
atau 100 cm.
- Tidak termasuk Aquandic Dystrudept karena tidak memiliki deplesi redoks dengan warna kroma 2 atau kurang pada satu horison atau lebih pada
kedalaman 60 cm dari permukaan tanah mineral serta tidak berada kondisi
aquik selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal, tidak memiliki
kerapatan lindak sebesar 1.0 g/cm3 atau kurang dan persen Al+1/2Fe lebih dari 1.0 atau fragmen kasar sebesar 2 mm dari 35 % volume pada kedalaman 75 cm
dari permukaan tanah, tidak memiliki fraksi tanah berdiameter 0.2-2.2 mm
sebesar 30 % yang didalamnya terdapat kaca vulkanik sebesar 5 % dan jika
ditambah dengan nilai Al+1/2Fe nilainya 30 atau lebih.
- Tidak termasuk Andic Oxyaquic Dystrudept karena tidak memiliki fraksi tanah halus dengan berat isi 1.0 g/cm3 atau kurang pada keseluruhan satu horison atau lebih dengan ketebalan 18 cm atau lebih dengan kedalaman 75 cm dari
permukaan tanah mineral dan persentasi Al+1/2Fe lebih dari 1.0, tidak
memiliki tanah jenuh air dengan kedalaman 100 cm dari permukaan tanah
- Tidak termasuk Andic Dystrudept karena tidak memiliki fraksi tanah halus dengan berat isi 1.0 g/cm3 atau kurang pada keseluruhan satu horison atau lebih dengan ketebalan 18 cm atau lebih dengan kedalaman 75 cm dari permukaan
tanah mineral dan persentasi Al+1/2Fe lebih dari 1.0.
- Tidak termasuk Vitrandic Dystrudept karena tidak memiliki fragmen kasar berukuran 2.0 mm menyusun lebih dari 35% volumenya dimana 66% terdiri
atas abu arang, batu apung atau fragmen seperti batu apung pada keseluruhan
satu horison atau lebih dengan ketebalan total 18 cm atau lebih di dalam 75 cm
dari permukaan tanah mineral atau fraksi tanah berdiameter 0.2-2.2 mm sebesar
30 % yang didalamnya terdapat kaca vulkanik sebesar 5 % dan jika ditambah
dengan nilai Al+1/2Fe nilainya 30 atau lebih.
- Tidak termasuk Fragiaquic Dystrudept karena tidak memiliki 30% atau lebih lapisan tanah setebal 15 cm atau lebih yang mempunyai batas atas 100 cm dari
permukaan tanah mineral atau tidak memiliki 60% atau lebih lapisan tanah
setebal 15 cm atau lebih, tidak memiliki deplesi redoks dengan warna kroma 2
atau kurang pada satu horison atau lebih pada kedalaman 60 cm dari
permukaan tanah mineral serta tidak berada kondisi aquik selama sebagian
waktu dalam tahun-tahun normal.
- Tidak termasuk Fluvaquentic Dystrudept karena tidak memiliki kemiringan kurang dari 25%, tidak memiliki deplesi redoks berkroma 2 atau kurang pada
satu horison atau lebih pada kedalaman 100 cm dari permukaan tanah mineral
serta tidak berada kondisi aquik selama sebagian waktu dalam tahun-tahun
normal, tidak terdapat bahan organik-karbon 0.2% atau lebih pada kedalaman
atau paralitik, tidak memiliki penurunan tidak teratur pada bahan
organik-karbon antara kedalaman 25-125 cm di bawah permukaan tanah mineral atau
pada kontak densik, litik, atau paralitik.
- Tidak termasuk Aquic Humic Dystrudept karena tidak memiliki warna tanah 3 atau kurang (lembab) dan 5 atau kurang (kering) (sampel hancur dan halus)
pada kedalaman 18 cm dari permukaan tanah mineral, tidak memiliki deplesi
redoks berkroma 2 atau kurang pada satu horison atau lebih pada kedalaman
100 cm dari permukaan tanah mineral serta tidak berada kondisi aquik selama
sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.
- Tidak termasuk Aquic Dystrudept karena tidak memiliki deplesi redoks berkroma 2 atau kurang pada satu horison atau lebih di dalam 100 cm dari
permukaan tanah mineral serta tidak berada kondisi aquik selama sebagian
waktu dalam tahun-tahun normal.
- Tidak termasuk Oxyaquic Dystrudept karena tidak memiliki lapisan tanah jenuh air dengan kedalaman 100 cm dari permukaan tanah mineral selama 20
hari berturut-turut atau selama 30 hari kumulatif.
- Tidak termasuk Fragic Dystrudept karena tidak memiliki 30% atau lebih lapisan tanah setebal 15 cm atau lebih yang mempunyai batas atas 100 cm dari
permukaan tanah mineral atau tidak memiliki 60% atau lebih lapisan tanah
setebal 15 cm atau lebih.
- Tidak termasuk Lamellic Dystrudept karena tidak memiliki lapisan lamela (dua atau lebih) pada kedalaman 200 cm dari permukaan tanah mineral.
halus) pada kedalaman 18 cm dari permukaan tanah mineral, tidak memiliki
kelas partikel kasar pada semua subhorison.
- Tidak termasuk Fluventic Humic Dystrudept karena tidak memiliki warna tanah 3 atau kurang (lembab) dan 5 atau kurang (kering) (sampel hancur dan
halus) pada kedalaman 18 cm dari permukaan tanah mineral, tidak terdapat
bahan organik-karbon 0.2% atau lebih pada kedalaman 125 cm dari permukaan
tanah mineral dan tidak terdapat kontak densik, litik, atau paralitik, tidak
memiliki penurunan tidak teratur pada bahan organik-karbon antara kedalaman
25-125 cm di bawah permukaan tanah mineral atau pada kontak densik, litik,
atau paralitik pada kemiringan tanah kurang dari 25%.
- Tidak termasuk Fluventic Dystrudept karena tidak terdapat bahan organik-karbon 0.2% atau lebih pada kedalaman 125 cm dari permukaan tanah mineral
dan tidak terdapat kontak densik, litik, atau paralitik, tidak memiliki penurunan
tidak teratur pada bahan organik-karbon antara kedalaman 25-125 cm di bawah
permukaan tanah mineral atau pada kontak densik, litik, atau paralitik pada
kemiringan tanah kurang dari 25%.
- Tidak termasuk Spodic Dystrudept karena tidak memiliki horison dengan tebal 5 cm atau lebih dimana tiap pedon terdapat sementasi oleh bahan organik,
alumiunium dengan atau tanpa besi sebesar 25 % atau lebih, persentasi
Al+1/2Fe lebih dari 0.25, nilai ODOE 0,12 atau lebih, dan nilai tersebut
setengah lebih tinggi atau lebih rendah dalam horizon di atasnya.
- Tidak termasuk Oxic Dystrudept karena tidak memiliki KTK sebesar kurang dari 24 cmol (+)/kg liat pada 50% atau lebih, kedua rasio tanah liat diukur
dari 0,6 atau lebih dan berikut ini: CEC (by 1N NH PH OAc 7) dibagi oleh
produk dari tiga kali [persen air dipertahankan pada 1500 kPa ketegangan
dikurangi persen karbon organik (tetapi tidak lebih dari 1.00)] kurang dari 24
dari volume tanah di antara kedalaman 25 cm dari permukaan tanah mineral
sampai kedalaman 100 cm atau kontak densik, lithik atau paralitik apabila lebih
dangkal.
- Tidak termasuk Ruptic-Alfic Dystrudept karena tidak memiliki horison kambik yang mencakup 10-50% bagian iluvial yang memenuhi persyaratan horison
argilik, kandic, atau natrik, atau kejenuhan basa sebesar 35% atau lebih pada
kedalaman 125 cm dari permukaan horison kambik atau tepat langsung diatas
kontak densik, lithik atau paralitik apabila lebih dangkal.
- Tidak termasuk Ruptic-Ultic Dystrudept karena tidak memiliki horison kambik yang mencakup 10-50% bagian iluvial yang memenuhi persyaratan horison
argilik, kandic, atau natrik.
- Tidak termasuk Humic Dystrudept karena tidak memiliki tidak memiliki warna tanah 3 atau kurang (lembab) dan 5 atau kurang (kering) (sampel hancur dan
halus) pada kedalaman 18 cm dari permukaan tanah mineral.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Klasifikasi tanah di profil 1 berdasarkan Taksonomi Tanah 2010 adalah : Ordo
Inceptisol, Sub Ordo Udept, Great Group Humudept, dan Sub Group Cumulic
Humudept.
2. Klasifikasi tanah di profil 2 berdasarkan Taksonomi Tanah 2010 adalah : Ordo
Inceptisol, Sub Ordo Udept, Great Group Dystrudept, dan Typic Dystrudept.
Saran
Perlu dilakukan analisis mineral liat dan pengklasifikasian lebih lanjut
sampai tingkat family dan seri sehingga data yang diperoleh lebih lengkap guna