• Tidak ada hasil yang ditemukan

Klasifikasi Tanah Di Desa Sembahe Kecamatan Sibolangit Berdasarkan Taksonomi Tanah 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Klasifikasi Tanah Di Desa Sembahe Kecamatan Sibolangit Berdasarkan Taksonomi Tanah 2010"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

KLASIFIKASI TANAH DI DESA SEMBAHE KECAMATAN SIBOLANGIT BERDASARKAN TAKSONOMI TANAH 2010

SKRIPSI

Oleh:

FRISCA PANJAITAN 090301218

AGROEKOTEKNOLOGI

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(2)

KLASIFIKASI TANAH DI DESA SEMBAHE KECAMATAN SIBOLANGIT BERDASARKAN TAKSONOMI TANAH 2010

SKRIPSI

Oleh:

FRISCA PANJAITAN 090301218

AGROEKOTEKNOLOGI

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara Medan

Disetujui Oleh : Diketahui Oleh: Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(Jamilah, SP, MP) (Ir. M. Madjid Damanik, M.Sc NIP :1969 0407 1997 032 001 NIP : 1952 0725 1976 031 001

)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(3)

ABSTRAK

Frisca Panjaitan: Klasifikasi Tanah di Desa Sembahe Kecamatan Sibolangit Berdasarkan Taksonomi Tanah 2010

Desa Sembahe mempunyai potensi yang besar di bidang pertanian. Untuk menunjang hal itu diperlukan adanya klasifikasi tanah di daerah tersebut yang sampai saat ini belum pernah dilakukan dengan menggunakan taksonomi tanah 2010. Pengamatan dilaksanakan pada bulan Desember 2013 di dua lokasi pengamatan. Lokasi pengamatan berada pada koordinat 03020’40” - 03020’42” LU dan 98035’05” - 98035’30” BT, dengan ketinggian tempat 231 dan 294 m dpl pada bulan Desember 2013. Dilakukan deskripsi profil tanah untuk menentukan sifat morfologi tanah sementara sifat fisik dan kimia dilakukan dengan analisis laboratorium. Sampel tanah diambil dari setiap horison pada masing-masing profil dan dianalisis di laboratorium berupa tekstur tanah, kerapatan lindak, C-organik, basa-basa dapat tukar (Ca2+, Mg2+, K+, dan Na+), pH H2O, pH KCl, retensi P serta

kapasitas tukar kation (KTK).

Dari hasil penelitian memperlihatkan bahwa klasifikasi tanah berdasarkan Taksonomi Tanah 2010 di Desa Sembahe pada profil I adalah : Ordo Inceptisol, Sub Ordo Udept, Great Group Humudept, dan Sub Group Cumulic Humudept. Pada profil II adalah Ordo Inceptisol, Sub Ordo Udept, Great Group Dystrudept, dan Sub Group Typic Dystrudept.

(4)

ABSTRACT

FRISCA PANJAITAN: Soil Classification in Sembahe Village, Distric of Sibolangit according to USDA Soil Taxonomy 2010.

Sembahe has a great potential for agricultural development. In order to develop this potential, it is necessary to accomplish soil classifications by using USDA Soil Taxonomy 2010 which has not been done before. The land investigated in the research is located at two representative soil profiles which lie between latitudes of 03020’40” and 03020’42” and between longitudes of 98035’30” and 98035’05” E with height points of 231 and 294 meters from the sea level and was conducted in December 2013. Morphological properties were identified by describing the soil profiles using manual book while physical and chemical properties were identified by laboratory analysis. Soil samples were taken at each horizon and analyzed for particle size distribution, bulk density, organic carbon, exchangeable cations, pH in a 1:2 soil:water ratio, pH in KCl solution, phosphate retention, and also CEC.

The result shows that the classifications of soil according to USDA Soil Taxonomy 2010 at profile I are Ordo Inceptisols, Sub Ordo Udepts, Great Group Humudepts, and Sub Group Cumulic Humudepts, at profile II is Ordo Inceptisols, Sub Ordo Udepts, Great Group Dystrudept, and Sub Group Typic Dystrudept.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Klasifikasi Tanah Di Desa Sembahe Kecamatan Sibolangit Berdasarkan Taksonomi Tanah 2010”, yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

Jamilah, SP, MP selaku Ketua Komisi Pembimbing dan

Ir. M. Madjid Damanik, M.Sc selaku Anggota Komisi Pembimbing atas

bimbingannya dalam pembuatan skripsi ini, juga kepada aparat pemerintahan desa

Sembahe yang memberi izin dan bantuan dalam penelitian di lapangan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan saran dan kritik untuk perbaikan skripsi ini di kemudian

hari.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Frisca Panjaitan dilahirkan di Bogor pada tanggal 06 Maret 1991. Putri

dari J. Panjaitan dan M. Pakpahan, anak pertama dari empat bersaudara.

Riwayat Pendidikan

- SDN IV Citeureup lulus pada tahun 2003.

- SMPN I Cibinong lulus pada tahun 2006.

- SMAN I Citeureup lulus pada tahun 2009.

- Universitas Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN di Program Studi

Agroekoteknologi Fakultas Pertanian.

Aktivitas Selama Pendidikan

Anggota Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah (IMILTA) Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan. Asisten Laboratorium mata kuliah Praktikum

Pengelolaan Tanah dan Air tahun 2012. Peserta Seminar Nasional “Tindak Lanjut

Pembangunan Pertanian Pasca Swasembada Beras 2008” pada 8 Agustus 2009 di

FP USU Medan. Peserta Seminar dan Lokakarya Nasional “Optimalisasi

Pengelolaan Lahan dalam Upaya Menekan Pemanasan Global Mendukung

Pendidikan Berbasis Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development)”

pada 12 Februari 2010 di FP USU Medan. Peserta Seminar Pertanian 2011

“Meningkatkan Ketahanan Pangan Nasional” pada 29 Mei 2011 di FP USU

Medan. Panitia Pengkaderan Nasional II Forum Komunikasi Himpunan

Mahasiswa Ilmu Tanah Indonesia (FOKUSHIMITI) “Mengoptimalkan Kader

yang Mampu Menjadi Barometer Dunia Pertanian di Indonesia” pada 22 – 26

Januari 2011 di FP USU Medan. Mengikuti Praktek Kerja Lapangan di PTPN II

(7)

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

BAHAN DAN METODA PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

Bahan dan Alat Penelitian ... 24

Metoda Penelitian ... 24

Pelaksanan Penelitian Persiapan ... 24

Kegiatan di Lapangan... 25

Analisis Contoh Tanah ... 25

(8)

DAFTAR TABEL

No Tabel Hal

(9)

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Hal

1 Penampang profil tanah 1 28

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No Gambar Hal

1 Peta lokasi penelitian 28

2 Data curah hujan 30

(11)

ABSTRAK

Frisca Panjaitan: Klasifikasi Tanah di Desa Sembahe Kecamatan Sibolangit Berdasarkan Taksonomi Tanah 2010

Desa Sembahe mempunyai potensi yang besar di bidang pertanian. Untuk menunjang hal itu diperlukan adanya klasifikasi tanah di daerah tersebut yang sampai saat ini belum pernah dilakukan dengan menggunakan taksonomi tanah 2010. Pengamatan dilaksanakan pada bulan Desember 2013 di dua lokasi pengamatan. Lokasi pengamatan berada pada koordinat 03020’40” - 03020’42” LU dan 98035’05” - 98035’30” BT, dengan ketinggian tempat 231 dan 294 m dpl pada bulan Desember 2013. Dilakukan deskripsi profil tanah untuk menentukan sifat morfologi tanah sementara sifat fisik dan kimia dilakukan dengan analisis laboratorium. Sampel tanah diambil dari setiap horison pada masing-masing profil dan dianalisis di laboratorium berupa tekstur tanah, kerapatan lindak, C-organik, basa-basa dapat tukar (Ca2+, Mg2+, K+, dan Na+), pH H2O, pH KCl, retensi P serta

kapasitas tukar kation (KTK).

Dari hasil penelitian memperlihatkan bahwa klasifikasi tanah berdasarkan Taksonomi Tanah 2010 di Desa Sembahe pada profil I adalah : Ordo Inceptisol, Sub Ordo Udept, Great Group Humudept, dan Sub Group Cumulic Humudept. Pada profil II adalah Ordo Inceptisol, Sub Ordo Udept, Great Group Dystrudept, dan Sub Group Typic Dystrudept.

(12)

ABSTRACT

FRISCA PANJAITAN: Soil Classification in Sembahe Village, Distric of Sibolangit according to USDA Soil Taxonomy 2010.

Sembahe has a great potential for agricultural development. In order to develop this potential, it is necessary to accomplish soil classifications by using USDA Soil Taxonomy 2010 which has not been done before. The land investigated in the research is located at two representative soil profiles which lie between latitudes of 03020’40” and 03020’42” and between longitudes of 98035’30” and 98035’05” E with height points of 231 and 294 meters from the sea level and was conducted in December 2013. Morphological properties were identified by describing the soil profiles using manual book while physical and chemical properties were identified by laboratory analysis. Soil samples were taken at each horizon and analyzed for particle size distribution, bulk density, organic carbon, exchangeable cations, pH in a 1:2 soil:water ratio, pH in KCl solution, phosphate retention, and also CEC.

The result shows that the classifications of soil according to USDA Soil Taxonomy 2010 at profile I are Ordo Inceptisols, Sub Ordo Udepts, Great Group Humudepts, and Sub Group Cumulic Humudepts, at profile II is Ordo Inceptisols, Sub Ordo Udepts, Great Group Dystrudept, and Sub Group Typic Dystrudept.

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang Penelitian

Tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang berasal dari bebatuan

yang telah mengalami serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam, sehingga

membentuk lapisan berpartikel halus atau yang disebut regolit. Pada prinsipnya

masing-masing jenis tanah mempunyai morfologi yang khas sebagai konsekuensi

keterpaduan pengaruh spesifik dari iklim, jasad hidup, bahan induk, topografi dan

umur tanah (Hanafiah, 2005).

Klasifikasi tanah adalah ilmu yang mempelajari cara-cara membedakan

sifat-sifat tanah satu sama lain, dan mengelompokkan tanah kedalam kelas-kelas

tertentu berdasarkan atas kesamaan sifat yang dimiliki. Dengan cara ini maka

tanah-tanah yang memiliki sifat-sifat yang sama dapat dimasukkan kedalam satu

kelas yang sama, dan demikian juga sebaliknya. Hal ini sangat penting karena

tanah-tanah dengan sifat yang berbeda memerlukan perlakuan (pengelolaan) yang

berbeda (Hardjowigeno, 2003).

Ada banyak sistem klasifikasi yang berkembang di dunia namun sistem

klasifikasi tanah yang berlaku saat ini adalah sistem klasifikasi soil taxonomy atau

taksonomi tanah yang dikembangkan oleh USDA. Sistem klasifikasi tanah ini

memiliki keistimewaan terutama dalam hal penamaan atau tata nama,

definisi-definisi horizon penciri, dan beberapa sifat penciri lain yang digunakan untuk

menentukan jenis tanah.

Desa Sembahe terletak 800 meter di atas permukaan laut (mdpl), secara

administratif Desa Sembahe memiliki area seluas 207 ha. Dengan perincian

(14)

perkampungan seluas 25 ha. Komoditas yang paling banyak dibudidayakan oleh

petani di daerah tersebut adalah buah-buahan diantaranya manggis, duku dan

durian. Khususnya buah manggis telah diekspor ke luar daerah bahkan ke luar

negeri.

Berdasarkan uraian diatas diketahui bahwa sektor pertanian Desa Sembahe

berpotensi besar untuk dikembangkan. Untuk pengembangan daerah tersebut

perlu dilakukan penelitian mengenai klasifikasi tanah di daerah tersebut yang

sampai saat ini belum pernah diklasifikasikan dengan taksonomi tanah 2010. Oleh

karena itu, penulis tertarik untuk melakukan pengklasifikasian tanah berdasarkan

Taksonomi Tanah 2010.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasikan tanah di Desa Sembahe

Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang berdasarkan taksonomi tanah

2010 pada tingkat ordo sampai sub group.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk pengembangan pertanian didaerah penelitian

dan sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi Tanah

Klasifikasi tanah adalah pemilahan yang didasarkan pada sifat-sifat tanah

yang dimiliki tanpa menghubungkannya dengan tujuan penggunaan tanah

tersebut. Klasifikasi ini memberi gambaran dasar terhadap sifat-sifat fisik, kimia,

dan mineral tanah yang dimiliki masing-masing kelas yang selanjutnya dapat

digunakan sebagai dasar untuk pengelolaan bagi pengguna tanah

(Hardjowigeno, 1986).

Klasifikasi tanah disusun untuk tujuan-tujuan tertentu dan menggunakan

faktor atau karakteristik tanah yang kadang-kadang bukan sifat-sifat dari tanah itu

sendiri sebagai pembeda. Pada tahun 1853, Thaer menggunakan tekstur tanah

sebagai pembeda untuk kategori tinggi dan produktifitas tanah untuk pembeda

kategori rendah (Hardjowigeno, 1993).

Pada tahun 1883, Dokuchaev mengklasifikasikan tanah yang didasarkan

pada faktor-faktor pembentuk tanah, proses-prosesnya dan horison-horison

pencirinya. Pengklasifikasian tanahnya lebih didekatkan kepada genesis tanah.

Pada tahun 1912, Coffey membuat sistem klasifikasi yang pertama di Amerika

Serikat berdasarkan prinsip genesis tanah. Dari sinilah awal berkembangnya ilmu

klasisfikasi tanah (Grunwald, 2013).

Di negara-negara yang telah maju pertaniannya, klasifikasi tanah

merupakan bahan penting dalam mempersiapkan rencana pengembangan

pertanian sebagai pedoman penggunaan lahan. Tujuan umum klasifikasi tanah

adalah menyediakan suatu susunan yang teratur (sistematik) bagi pengetahuan

(16)

maupun perlindungan kesuburan tanah. Tujuan ini meliputi berbagai segi, antara

lain peramalan pertanian di masa yang akan datang. Pada lahan yang telah rusak

akibat proses erosi atau longsor, klasifikasi tanah disertai dengan petanya

digunakan sebagai langkah pertama dalam usaha perbaikan kesuburan tanah

(Darmawijaya, 1997).

Di Indonesia, klasifikasi tanah dikemukakan pertama kali oleh Mohr pada

tahun 1910. Klasifikasi tanah ini didasarkan pada kombinasi macam-macam

bahan induk dan cara pelapukannya dititikberatkan pada intensitas-intensitas

pelindian (leaching) dalam hubungannya dengan iklim. Susunan klasifikasi

tanahnya dititikberatkan pada formasi geologinya (Darmawijaya, 1990).

Semenjak tahun 1995, di Indonesia dipergunakan sistem klasifikasi tanah

berdasarkan Thorp dan Smith (1942) yang merupakan perbaikan sistem dari

klasifikasi yang berlaku di Indonesia. Walaupun telah mengalami beberapa

modifikasi. Suatu sistem klasifikasi harus memiliki dasar pemikiran sebagai

berikut yaitu harus jelas untuk setiap kategori/tingkat. Misalnya pembeda yang

digunakan dapat diuraikan dengan jelas dan suatu kelas akan selalu dibagi lagi

menjadi subkelas-subkelas yang overlapping (Abdullah, 1992).

Prinsip umum klasifikasi tanah adalah :

1. Sistem penggolongan yang menyatakan hubungan secara universal

2. Susuanan harus berdasarkan pada karakteristik tanah yang diklasifikasikan

3. Tidak menggunakan sifat tanah secara keseluruhan tetapi menggunakan

bahan tanah yang dianggap penting

Tujuan klasifikasi tanah adalah :

(17)

2. Untuk mengetahui hubungan masing-masing individu tanah satu sama

lain.

3. Memudahkan mengingat sifat-sifat tanah.

4. Mengelompokkan tanah untuk tujuan-tujuan yang lebih yang lebih praktis

dalam hal : menaksir sifat-sifatnya, menentukan lahan-lahan terbaik,

menaksir produktivitasnya, dan menentukan areal-areal untuk penelitian.

5. Mempelajari hubungan-hubungan dan sifat-sifat tanah yang baru.

(Buol dkk, 1980).

Taksonomi Tanah

Taksonomi tanah adalah bagian dari klasifikasi tanah baru yang

dikembangkan oleh Amerika Serikat dengan nama Soil Taxonomy (USDA, 1975)

menggunakan 6 kategori yaitu ordo, sub ordo, great group, sub group, family dan

seri. Sistem ini merupakan sistem yang benar-benar baru baik mengenai cara-cara

penamaan (tata nama) maupun definisi mengenai horizon penciri ataupun sifat

penciri lain yang dugunakan untuk menentukan jenis tanah. Dari kategori tertinggi

(ordo) ke kategori terendah (seri) uraian mengenai sifat-sifat tanah semakin detail

(Rayes, 2007).

Sistem Taksonomi Tanah (Soil Taxonomy, USDA) merupakan sistem

klasifikasi tanah internasional, diperkenalkan pada tahun 1975 dan berkembang

cepat. Hampir setiap 2 tahun sekali diadakan perbaikan dan diterbitkan dalam

buku pegangan lapang Keys to Soil Taxonomy. Sistem ini dibangun oleh para

pakar tanah dunia, terstruktur baik, bertingkat, sistematis dan komprehensif. Dasar

klasifikasi tanah dengan pendekatan morfometrik, dimana sifat penciri horison

(18)

Sifat umum dari taksonomi tanah adalah :

1. Taksonomi tanah merupakan sistem multikategori.

2. Taksonomi tanah harus memungkinkan modifikasi karena adanya

penemuan-penemuan baru dengan tidak merusak sistemnya sendiri.

3. Taksonomi tanah harus mampu mengklasifikasikan semua tanah dalam

suatu lansekap dimanapun ditemukan.

4. Taksonomi tanah harus dapat digunakan untuk berbagai jenis survai tanah.

Kemampuan penggunaan taksonomi tanah untuk survei tanah harus dibuktikan

dari kemampuannya untuk interpretasi berbagai penggunaan tanah

(Hardjowigeno, 1993).

Taksonomi tanah terdiri dari 6 kategori dengan sifat-sifat faktor pembeda

mulai dari kategori tertinggi ke kategori terendah, sebagai berikut :

1. Ordo

Terdiri atas 12 taksa. Faktor pembeda adalah ada tidaknya horison

penciri serta jenis (sifat) dari horison penciri tersebut.

2. Sub Ordo

Terdiri dari 64 taksa. Faktor pembeda adalah keseragaman genetik,

misalnya ada tidaknya sifat-sifat tanah yang berhubungan dengan

pengaruh air, regim kelembaban, bahan induk utama, pengaruh

vegetasi yang ditunjukkan oleh adanya sifat-sifat tanah tertentu,

tingkat pelapukan bahan organik (untuk tanah-tanah organik).

3. Great Group

Terdiri dari 317 taksa. Faktor pembeda adalah kesamaan jenis, tingkat

(19)

kelembaban, ada tidaknya lapisan-lapisan penciri lain seperti plintit,

fragipan dan duripan.

4. Sub Group

Jumlah taksa masih terus bertambah yaitu > 1400 taksa. Faktor

pembeda terdiri dari sifat-sifat inti dari great group (sub group Typic),

sifat-sifat tanah peralihan ke great group peralihan ke great group lain,

sub ordo atau ordo, sifat-sifat tanah peralihan ke bukan tanah.

Kategori ordo tanah sampai great group disebut kategori tinggi sedangkan

kategori sub group sampai seri disebut kategori rendah. Jenis dan jumlah

faktor pembeda meningkat dari kategori rendah ke kategori tinggi

(Hardjowigeno, 1993).

Dalam taksonomi tanah 2010 disajikan secara lengkap tentang prosedur

pengelompokan tanah mulai dari kategori tinggi sampai kategori rendah. Prosedur

taksonomi tanah adalah mengikuti :

1. Deskripsi profil tanah.

2. Penentuan horison penciri (epipedon dan horizon bawah penciri).

3. Penentuan sifat-sifat lain.

4. Pemakaian kunci taksonomi dengan urutan : ordo (ada 12 ordo), sub ordo,

kelompok besar (great group), anak kelompok (sub group), keluarga

(family) dan seri (Marpaung, 2008).

Horison penciri digunakan untuk mengklasifikasikan ke dalam ordo.

Horison penciri yang terbentuk di permukaan dinamakan dengan epipedon.

Horison penciri yang langsung di bawahnya dan dapat diamati dinamakan dengan

(20)

Menurut Taksonomi Tanah 2010 terdapat 8 epipedon penciri yaitu :

A. Epipedon Molik

Epipedon molik mempunyai sifat perkembangan struktur tanah cukup

kuat, terletak di atas permukaan, mempunyai value warna ≤ 3.5 (lembab)

dan kroma warna ≤ 3.5 (lembab), kej enuhan basa > 50%, kandungan

C-organik > 0.6%, P2O5 < 250 ppm, dan n-value < 0.7.

B. Epipedon Antropik

Epipedon antropik menunjukkan beberapa tanda-tanda adanya gangguan

manusia, dan memenuhi persyaratan molik kecuali P2O5 < 250 ppm.

C. Epipedon Umbrik

Epipedon molik mempunyai sifat perkembangan struktur tanah cukup

kuat, terletak di atas permukaan, mempunyai value warna ≤ 3.5 (lembab)

dan kroma warna ≤ 3.5 (lembab), kejenuhan basa < 50%, kandungan C

-organik > 0.6%, P2O5 < 250 ppm, dan n-value < 0.7.

D. Epipedon Folistik

Epipedon Folistik didefinisikan sebagai suatu lapisan (terdiri dari satu

horison atau lebih) yang jenuh air selama kurang dari 30 hari kumulatif

dan tahun-tahun normal (dan tidak ada drainase). Sebagian besar epipedon

folistik tersusun dari bahan tanah organik.

E. Epipedon Histik

Epipedon Histik merupakam suatu lapisan yang dicirikan oleh adanya

saturasi (selama 30 hari atau lebih, secara kumulatif) dan reduksi selama

(21)

(dan telah drainase). Sebagian besar epipedon histik tersusun dari bahan

tanah organik.

F. Epipedon Okrik

Epipedon Okrik mempunyai tebal permukaan yang sangat tipis dan kering,

value dan kroma (lembab) = 4. Epipedon okrik juga mencakup

horison-horison bahan organik yang terlampau tipis untuk memenuhi

persyaratan epipedon histik atau folistik.

G. Epipedon Plagen

Epipedon Plagen adalah suatu lapisan permukaan buatan manusia setebal

50 cm atau lebih, yang telah terbentuk oleh pemupukan (pupuk kandang)

secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama. Biasanya epipedon

plagen mengandung artifak seperti pecahan-pecahan bata dan keramik

pada seluruh kedalamannya.

Pada taksonomi tanah 2010, terdapat 19 horison bawah penciri yaitu :

A. Horison Agrik

Horison Agrik adalah suatu horison iluvial yang telah terbentuk akibat

pengolahan tanah dan mengandung sejumlah debu, liat, dan humus yang

telah tereluviasi nyata.

B. Horison Albik

Pada umumnya Horison Albik terdapat di bawah horison A, tetapi

mungkin juga berada pada permukaan tanah mineral. Horison ini

merupakan horison eluvial dengan tebal 1.0 cm dan mempunyai 85% atau

lebih bahan-bahan andik.

(22)

Horison Argilik secara normal merupakan suatu horison bawah permukaan

dengan kandungan liat phylosilikat secara jelas lebih tinggi. Horison

tersebut mempunyai sifat adanya gejala eluviasi liat, KTK tinggi

(> 6 cmo/kg).

D. Horison Duripan

Horison Duripan merupakan horison yang memadas paling sedikit

setengahnya dengan perekat SiO2, dan tidak mudah hancur dengan air atau

HCl.

E. Horison Fragipan

Horison Fragipan mempunyai ketebalan 15 cm atau lebih adanya

tanda-tanda pedogenesis didalam horison serta perkembangan struktur

tanah lemah.

F. Horison Glosik

Horison Glosik terbentuk sebagai hasil degradasi suatu horison argilik,

kandik atau natrik dimana liat dan senyawa oksida besi bebasnya telah

dipindahkan.

G. Horison Gipsik

Horison Gipsik adalah suatu horison iluvial yang senyawa gypsum

sekundernya telah terakumulasi dalam jumlah yang nyata, dimana

tebalnya lebih dari 15 cm.

H. Horison Kalsik

Horison Kalsik merupakan horison iluvial mempunyai akumulasi kalsium

karbonat sekunder atau karbonat yang lain dalam jumlah yang cukup

(23)

I. Horison Kandik

Kandik memiliki sifat adanya gejala iluviasi liat, kandungan liat tinggi dan

KTK rendah (<6 cmol/kg).

J. Horison Kambik

Horison kambik adalah horison yang terbentuk sebagai hasil alterasi

secara fisik, transformasi secara kimia, atau pemindahan bahan, atau

merupakan hasil kombinasi dari dua atau lebih proses-proses tersebut.

K. Horison Natrik

Horison Natrik adalah horison iluvial yang banyak mengandung natrium,

memiliki struktur prismatik atau tiang, lebih 15% KTK didominasi oleh

natrium.

L. Horison Orstein

Horison Orstein tersusun dari bahan spodik, berada didalam suatu lapisan

yang 50% atau lebih (volumenya) tersementasi dan memiliki ketebalan

25 cm atau lebih.

M. Horison Oksik

Horison Oksik merupakan horison bawah permukaan yang tidak memiliki

sifat-sifat tanah andik dan KTK rendah (< 6 cmol/kg).

N. Horison Petrokalsik

Horison Petrokalsik merupakan suatu horison iluvial dimana kalsium

karbonat sekunder atau senyawa karbonat lainnya telah terakumulasi

mencapai tingkat, seluruh horison tersebut, tersementasi atau mengeras.

(24)

Horison Petrogipsik merupakan suatu horison iluvial dengan ketebalan 10

cm atau lebih dimana gypsum sekundernya telah terakumulasi mencapai

tingkat, seluruh horison tersebut, tersementasi atau mengeras.

P. Horison Placik

Horison Placik adalah suatu padas tipis yang berwarna hitam sampai

merah gelap, yang tersementasi oleh senyawa besi serta bahan organik.

Q. Horison Salik

Horison Salik mempunyai ketebalan 15 cm atau lebih dan banyak

mengandung garam mudah larut.

R. Horison Sombrik

Horison Sombrik berwarna gelap, mempunyai sifat-sifat seperti epipedon

umbrik dengan mengandung iluviasi humus yang berasosiasi dengan

Al atau yang terdispersi dengan natrium.

S. Horison Spodik

Horison Spodik adalah suatu lapisan iluvial yang tersusun 85% atau lebih

dari bahan spodik.

Berdasarkan Keys to Soil Taxonomy 2010, ordo tanah terdiri atas 12 ordo.

Yaitu :

A. Gelisol

Tanah yang mempunyai permafrost (lapisan tanah beku) dan bahan-bahan

gelik yang berada didalam 100 cm dari permukaan tanah.

B. Histosol

Tanah yang tidak mempunyai sifat-sifat tanah andik pada 60 % atau lebih

(25)

C. Spodosol

Tanah lain yang memiliki horison spodik, albik pada 50% atau lebih dari

setiap pedon, dan regim suhu cryik.

D. Andisol

Ordo tanah yang mempunyai sifat-sifat andik pada 60% atau lebih dari

ketebalannya.

E. Oksisol

Tanah lain yang memiliki horison oksik (tanpa horison kandik) yang

mempunyai batas atas didalam 150 cm dari permukaan tanah mineral dan

kandungan liat sebesar 40% atau lebih dalam fraksi tanah.

F. Vertisol

Tanah yang memiliki satu lapisan setebal 35 cm atau lebih, dengan batas

atas didalam 100 cm dari permukaan tanah mineral, yang memiliki bidang

kilir atau ped berbentuk baji dan rata-rata kandungan liat dalam fraksi

tanah halus sebesar 30% atau lebih.

G. Aridisol

Tanah yang mempunyai regim kelembaban tanah aridik dan epipedon

okrik dan antropik atau horison salik dan jenuh air pada satu lapisan atau

lebih di dalam 100 cm dari permukaan tanah selama satu bulan atau lebih.

H. Ultisol

Tanah lain yang memiliki horison argilik atau kandik, tetapi tanpa fragipan

dan kejenuhan basa sebesar kurang dari 35% pada kedalaman 180 cm.

(26)

Tanah lain yang memiliki epipedon molik dan kejenuhan basa sebesar

50% atau lebih pada keseluruhan horison.

J. Alfisol

Tanah yang tidak memiliki epipedon plagen dan memiliki horison argilik,

kandik, natrik atau fragipan yang mempunyai lapisan liat tipis setebal 1

mm atau lebih di beberapa bagian.

K. Inceptisol

Tanah yang mempunyai sifat penciri horison kambik, epipedon plagen,

umbrik, molik serta regim suhu cryik atau gelik dan tidak terdapat bahan

sulfidik didalam 50 cm dari permukaan tanah mineral.

L. Entisol

Tanah yang memiliki epipedon okrik, histik atau albik tetapi tidak ada

horison penciri lain (Soil Survey Staff, 2010).

Berdasarkan Taksonomi Tanah 2010, sub ordo dan great group Inseptisol

adalah sebagai berikut :

Sub Ordo :

- Aquepts

Key to Great Groups : Sulfaquepts, Petraquepts, Halaquepts, Fragiaquepts,

Gelaquepts, Cryaquepts, Vermaquepts, Humaquepts, Epiaquepts,

Endoaquepts.

Key to Subgroups : Salidic Sulfaquepts, Hydraquentic Sulfaquepts, Typic

Sulfaquepts, Histic Placic Petraquepts, Placic Petraquepts, Plinthic

Petraquepts, Typic Petraquepts, Vertic Halaquepts, Aquandic Halaquepts,

(27)

Fragiaquepts, Humic Fragiaquepts, Typic Fragiaquepts, Lithic Gelaquepts,

Histic Gelaquepts, Aquandic Gelaquepts, Fluvaquentic Gelaquepts, Humic

Gelaquepts, Turbic Gelaquepts, Typic Gelaquepts, Sulfic Cryaquepts,

Histic Lithic Cryaquepts, Lithic Cryaquepts, Vertic Cryaquepts, Histic

Cryaquepts, Aquandic Cryaquepts, Fluvaquentic Cryaquepts, Aeric Humic

Cryaquepts, Aeric Cryaquepts, Humic Cryaquepts, Typic Cryaquepts,

Sodic Vermaquepts, Typic Vermaquepts, Hydraquentic Humaquepts,

Histic Humaquepts, Aquandic Humaquepts, Cumulic Humaquepts,

Fluvaquentic Humaquepts, Aeric Humaquepts, Typic Humaquepts, Vertic

Epiaquepts, Aquandic Epiaquepts, Fluvaquentic Epiaquepts, Fragic

Epiaquepts, Aeric Epiaquepts, Humic Epiaquepts, Mollic Epiaquepts,

Typic Epiaquepts, Sulfic Endoaquepts, Lithic Endoaquepts, Vertic

Endoaquepts, Aquandic Endoaquepts, Fluventic Endoaquepts,

Fluvaquentic Endoaquepts, Fragic Endoaquepts, Aeric Endoaquepts,

Humic Endoaquepts, Mollic Endoaquepts, Typic Endoaquepts.

- Anthrepts

Key to Great Groups : Plagganthrepts, Haplanthrepts.

Key to Subgroups : Typic Plagganthrepts, Typic Haplanthrepts.

- Gelepts

Key to Great Groups : Humigelepts, Dystrogelepts, Haplogelepts.

Key to Subgroups : Lithic Humigelepts, Andic Humigelepts, Aquic

Humigelepts, Oxyaquic Humigelepts, Fluventic Humigelepts, Turbic

Humigelepts, Eutric Humigelepts, Typic Humigelepts, Lithic

(28)

Dystrogelepts, Turbic Dystrogelepts, Typic Dystrogelepts, Lithic

Haplogelepts, Andic Haplogelepts, Aquic Haplogelepts, Fluventic

Haplogelepts, Turbic Haplogelepts, Typic Haplogelepts.

- Cryepts

Key to Great Groups : Humicryepts, Calcicryepts, Dystrocryepts,

Haplocryepts.

Key to Subgroups : Lithic Humicryepts, Aquandic Humicryepts,

Haploxerandic Humicryepts, Vitrixerandic Humicryepts, Andic

Humicryepts, Vitrandic Humicryepts, Fluvaquentic Humicryepts, Aquic

Humicryepts, Oxyaquic Humicryepts, Lamellic Humicryepts, Fluventic

Humicryepts, Spodic Humicryepts, Xeric Humicryepts, Eutric

Humicryepts, Typic Humicryepts, Lithic Calcicryepts, Oxyaquic

Calcicryepts, Xeric Calcicryepts, Ustic Calcicryepts, Typic Calcicryepts,

Lithic Dystrocryepts, Aquandic Dystrocryepts, Haploxerandic

Dystrocryepts, Vitrixerandic Dystrocryepts, Andic Dystrocryepts,

Vitrandic Dystrocryepts, Fluvaquentic Dystrocryepts, Folistic

Dystrocryepts, Aquic Dystrocryepts, Oxyaquic Dystrocryepts, Lamellic

Dystrocryepts, Fluventic Dystrocryepts, Spodic Dystrocryepts, Xeric

Dystrocryepts, Ustic Dystrocryepts, Eutric Dystrocryepts, Typic

Dystrocryepts, Lithic Haplocryepts, Aquandic Haplocryepts,

Haploxerandic Haplocryepts, Vitrixerandic Haplocryepts, Haplustandic

Haplocryepts, Ustivitrandic Haplocryepts, Andic Haplocryepts, Vitrandic

Haplocryepts, Fluvaquentic Haplocryepts, Aquic Haplocryepts, Oxyaquic

(29)

Haplocryepts, Xeric Haplocryepts, Ustic Haplocryepts, Typic

Haplocryepts.

- Ustepts

Key to Great Groups : Durustepts, Calciustepts, Humustepts, Dystrustepts,

Haplustepts.

Key to Subgroups : Typic Durustepts, Lithic Petrocalcic Calciustepts,

Lithic Calciustepts, Torrertic Calciustepts, Vertic Calciustepts, Petrocalcic

Calciustepts, Gypsic Calciustepts, Aquic Calciustepts, Aridic Calciustepts,

Udic Calciustepts, Typic Calciustepts, Lithic Humustepts, Andic

Humustepts, Vitrandic Humustepts, Oxyaquic Humustepts, Oxic

Humustepts, Aridic Humustepts, Typic Humustepts, Lithic Dystrustepts,

Torrertic Dystrustepts, Vertic Dystrustepts, Andic Dystrustepts, Vitrandic

Dystrustepts, Aquic Dystrustepts, Fluventic Dystrustepts, Aridic

Dystrustepts, Oxic Dystrustepts, Humic Dystrustepts, Typic Dystrustepts,

Aridic Lithic Haplustepts, Lithic Haplustepts, Udertic Haplustepts,

Torrertic Haplustepts, Vertic Haplustepts, Andic Haplustepts, Vitrandic

Haplustepts, Anthraquic Haplustepts, Aquic Haplustepts, Oxyaquic

Haplustepts, Oxic Haplustepts, Lamellic Haplustepts, Torrifluventic

Haplustepts, Udifluventic Haplustepts, Fluventic Haplustepts, Gypsic

Haplustepts, Haplocalcidic Haplustepts, Calcic Udic Haplustepts, Calcic

Haplustepts, Aridic Haplustepts, Dystric Haplustepts, Udic Haplustepts,

Typic Haplustepts.

(30)

Key to Great Groups : Durixerepts, Fragixerepts, Humixerepts,

Calcixerepts, Dystroxerepts, Haploxerepts.

Key to Subgroups : Aquandic Durixerepts, Andic Durixerepts, Vitrandic

Durixerepts, Aquic Durixerepts, Entic Durixerepts, Typic Durixerepts,

Andic Fragixerepts, Vitrandic Fragixerepts, Aquic Fragixerepts, Humic

Fragixerepts, Typic Fragixerepts, Lithic Humixerepts, Aquandic

Humixerepts, Andic Humixerepts, Vitrandic Humixerepts, Aquic

Humixerepts, Oxyaquic Humixerepts, Cumulic Humixerepts, Fluventic

Humixerepts, Pachic Humixerepts, Entic Humixerepts, Typic

Humixerepts, Lithic Calcixerepts, Vertic Calcixerepts, Petrocalcic

Calcixerepts, Sodic Calcixerepts, Vitrandic Calcixerepts, Aquic

Calcixerepts, Typic Calcixerepts, Humic Lithic Dystroxerepts, Lithic

Dystroxerepts, Aquandic Dystroxerepts, Andic Dystroxerepts, Vitrandic

Dystroxerepts, Fragiaquic Dystroxerepts, Fluvaquentic Dystroxerepts,

Aquic Dystroxerepts, Oxyaquic Dystroxerepts, Fragic Dystroxerepts,

Fluventic Humic Dystroxerepts, Fluventic Dystroxerepts, Humic

Dystroxerepts, Typic Dystroxerepts, Humic Lithic Haploxerepts, Lithic

Haploxerepts, Vertic Haploxerepts, Aquandic Haploxerepts, Andic

Haploxerepts, Andic Oxyaquic Haploxerepts, Andic Haploxerepts,

Oxyaquic Vitrandic Haploxerepts, Vitrandic Haploxerepts, Gypsic

Haploxerepts, Aquic Haploxerepts, Lamellic Haploxerepts, Fragic

Haploxerepts, Fluventic Haploxerepts, Calcic Haploxerepts, Humic

Haploxerepts, Typic Haploxerepts.

(31)

Key to Great Groups : Sulfudepts, Durudepts, Fragiudepts, Humudepts,

Eutrudepts, Dystrudepts. Key to Subgroups : Typic Sulfudepts, Aquandic

Durudepts, Andic Durudepts, Vitrandic Durudepts, Aquic Durudepts,

Typic Durudepts, Andic Fragiudepts, Vitrandic Fragiudepts, Aquic

Fragiudepts, Humic Fragiudepts, Typic Fragiudepts, Lithic Humudepts,

Vertic Humudepts, Aquandic Humudepts, Andic Oxyaquic Humudepts,

Andic Humudepts, Vitrandic Humudepts, Fluvaquentic Humudepts, Aquic

Humudepts, Oxyaquic Humudepts, Psammentic Humudepts, Oxic

Humudepts, Cumulic Humudepts, Fluventic Humudepts, Pachic

Humudepts, Eutric Humudepts, Entic Humudepts, Typic Humudepts,

Humic Lithic Eutrudepts, Lithic Eutrudepts, Aquertic Eutrudepts, Vertic

Eutrudepts, Andic Eutrudepts, Vitrandic Eutrudepts, Anthraquic

Eutrudepts, Fragiaquic Eutrudepts, Fluvaquentic Eutrudepts, Aquic

Dystric Eutrudepts, Aquic Eutrudepts, Oxyaquic Eutrudepts, Fragic

Eutrudepts, Lamellic Eutrudepts, Dystric Fluventic Eutrudepts, Fluventic

Eutrudepts, Arenic Eutrudepts, Dystric Eutrudepts, Rendollic Eutrudepts,

Ruptic-Alfic Eutrudepts, Humic Eutrudepts, Typic Eutrudepts, Humic

Lithic Dystrudepts, Lithic Dystrudepts, Vertic Dystrudepts, Aquandic

Dystrudepts, Andic Oxyaquic Dystrudepts, Andic Dystrudepts, Vitrandic

Dystrudepts, Fragiaquic Dystrudepts, Fluvaquentic Dystrudepts, Aquic

Humic Dystrudepts, Aquic Dystrudepts, Oxyaquic Dystrudepts, Fragic

Dystrudepts, Lamellic Dystrudepts, Humic Psammentic Dystrudepts,

(32)

Oxic Dystrudepts, Ruptic-Alfic Dystrudepts, Ruptic-Ultic Dystrudepts,

Humic Dystrudepts, Typic Dystrudepts (Sitompul, 2012).

Berdasarkan buku keterangan peta satuan tanah dan lahan lembar Medan

(0619) Sumatera untuk wilayah Desa Sembahe diketahui termasuk dalam Great

Group Dystropept yang merupakan bagian dari sub ordo Tropept dan Ordo

Inseptisol. Pengklasifikasian ini didasarkan pada sistem taksonomi tanah USDA

tahun 1997 (SWP dkk, 1989).

Tropepts adalah salah satu sub ordo inseptisol yang mempunyai rata-rata

suhu tahunan 8oC atau lebih, dan selisih < 5oC antara suhu musim dingin dan musim panas pada kedalaman 50 cm dibawah permukaan tanah. Tropepts dapat

mempunyai epipedon okrik dan horison kambik, atau epipedon umbrik atau

epipedon molik pada kondisi tertentu tapi tanpa epipedon plagen, dan tidak jenuh

air selama beberapa waktu yang dapat membatasi penggunaan lahannya untuk

tanaman pangan (Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Unpad, 2013).

Jenis tanah Dystropepts merupakan tanah agak lapuk iklim panas dengan

nilai jenuh tanah bawah basa yang rendah. Di lereng atas dan daerah berbukit

kecil dijumpai Dystropepts, berpenampang dalam, tekstur bervariasi dari halus

sampai kasar, drainase baik (Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, 1990).

Inceptisols adalah tanah dari distribusi global, dan dapat dibentuk untuk

daerah yang sangat panas, lembab atau subhumid dingin, memiliki horison

kambik dan epipedon okrik (Soil Survey Staff, 1999). Menurut Foss et al. (1983),

Inceptisols dapat berupa : (1) tanah yang dikembangkan pada sedimen muda atau,

(2) tanah yang terbentuk di daerah di mana kondisi lingkungan menghambat

(33)

dikembangkan di Pleistosen atau deposito Holocene. Beberapa tanah yang

memiliki lereng yang curam terbentuk pada deposito yang lebih tua. Bahan induk

umumnya asam, bahan sedimen sedang atau lemah konsolidasi, batuan metamorf

atau sedimen asam. Banyak tanah ini memiliki rezim suhu termal atau hangat.

Horison diagnostik yang paling umum adalah umbrik atau okrik epipedon atas

horison kambik. Banyak tanah ini memiliki kontak densik, litik atau paralitik (Soil

Survey Staff, 1999). Kelompok Dystrustepts besar termasuk Dystropepts dan

Humitropepts, sebagaimana didefinisikan dalam edisi Taksonomi Tanah sebelum

1998 (Soil Survey Staff, 1996).

Sejumlah besar dari Inceptisols telah diklasifikasikan sebagai

Humitropepts dan Dystropepts, subordo dari Tropepts. Tropepts diidentifikasi

berdasarkan rezim suhu tanah mereka di tingkat subordo bukan oleh rejim

kelembaban tanah mereka, seperti yang terdapat pada Ustepts. Dengan hilangnya,

pada tahun 1998, Tropepts dari subordo, tanah tersebut direklasifikasi dalam

Ustepts subordo sebagai Dystrustepts di tingkat kelompok besar dan di Oxic atau

subkelompok Humat dari Dystrustepts (Soil Survey Staff, 1999). Ini berarti bahwa

tanah dengan kandungan karbon organik tinggi (OC) tidak lagi dibedakan pada

tingkat kelompok besar (Ochoa dkk, 2009).

Desa Sembahe

Kabupaten Deli Serdang dikenal sebagai salah satu daerah dari 25

Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang memiliki

keanekaragaman sumber daya alamnya yang besar sehingga merupakan daerah

yang memiliki peluang investasi cukup menjanjikan. Sektor industri yang

(34)

dimana jenis industri yang diolah yaitu hasil–hasil pertanian menjadi barang jadi

seperti tapioka, karet, minyak sawit, kayu, ubi kayu, kopi, kakao, ikan laut,

makanan ternak dan lain- lain (Deliserdang, 2010).

Sibolangit merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Deli Serdang,

Sumatera Utara, Indonesia, berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Karo.

Daerah ini memiliki tofografi alam yang berbukit-bukit, yang memiliki

pemandangan alam yang cukup indah dan berhawa sejuk. Kawasan ini

merupakan salah satu tempat tujuan wisata warga kota medan yang favorit

(Deliserdang, 2010).

Berdasarkan letak geografis Desa Sembahe berada pada koordinat

3º20’29’’ LU - 98º35’6’’ BT. Adapun batas-batas wilayah Desa Sembahe antara

lain :

Sebelah Utara : Desa Bingkawan

Sebelah Selatan : Desa Buah Nabar / Sibolangit

Sebelah Timur : Desa Buah Nabar

Sebelah Barat : Desa Batu Mbelin

Desa Sembahe terletak 800 meter di atas permukaan laut (mdpl), secara

administratif Desa Sembahe memiliki area seluas 207 ha. Dengan perincian

pengunaan lahan tanah sawah seluas 10 ha, tanah ladang seluas 172 ha, dan tanah

perkampungan seluas 25 ha.

Sebagian besar penduduk bermata pencaharian di sektor :

1. Pertanian

a. Ladang : padi , sayur

(35)

c. peternakan : babi, kerbau

d.sebagian kecil berburu

2. Jasa dan perdagangan

Perdagangan hasil bumi, penyewaan pondok kecil maupun penginapan di

sekitar kawasan permandian sembahe , pedagang buah, bengkel dll.

3. Pariwisata

Permandian sembahe dan Gua Kemang merupakan daerah tujuan wisata

yang paling terkenal di Desa Sembahe. Dengan adanya adanya kedua

objek wisata tersebut maka banyak diantara masayarakat Desa Sembahe

yang menggantungkan kehidupan perekonomian dengan membuat usaha

penginapan, rumah makan, dll.

(36)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Sembahe Kecamatan Sibolangit

Kabupaten Deli Serdang, analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium

Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman dan Laboratorium Fisika Tanah Fakultas

Pertanian Universitas Padjajaran, Jatinangor pada bulan November 2013 sampai

dengan Februari 2014.

Bahan dan Alat Penelitian

Adapun bahan yang digunakan adalah peta administrasi Sumatera Utara,

peta satuan lahan dan tanah skala 1:250.000, peta Desa Sembahe, peta kontur

Sumatera Utara, buku panduan deskripsi profil tanah, formulir isian deskripsi

profil tanah, data iklim dan contoh tanah yang diambil dari setiap horizon pada

masing-masing profil, dan bahan-bahan lain untuk analisis tanah di lapangan dan

di laboratorium.

Adapun alat yang digunakan adalah GPS, ring sampel, meteran, buku

warna tanah Munsell, kamera, pisau pandu, dan alat-alat pendukung lainnya.

Metode Penelitian

Metode penelitian adalah metode survei tanah di lapangan yang mengacu

pada satuan peta lahan (SPL) yang telah ada dan selanjutnya diklasifikasikan

berdasarkan taksonomi tanah USDA 2010.

Pelaksanaan Penelitian Persiapan

Sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan konsultasi dengan

(37)

pembuatan peta, mengadakan pra survey ke lapangan dan penyediaan bahan serta

peralatan yang digunakan di lapangan.

Kegiatan di Lapangan

- Pemilihan daerah penelitian

Peta Satuan Lahan Desa Sembahe skala 1:17.000 dibuat dengan

mengoverlay peta dasar administrasi Kabupaten Sumatera Utara dengan peta

satuan tanah dan lahan skala 1 : 250.000 (keterangan terlampir) serta peta

kontur Kabupaten Sumatera Utara. Profil tanah dibuat dengan menggali lubang

dengan ukuran panjang, lebar dan kedalaman 1 x 1 x 1,5 m. Diberi batas-batas

lapisan atau horizon tanahnya menurut warna tanah atau kepadatan tanah.

- Pengamatan sifat-sifat tanah pada profil tanah

Pengamatan sifat-sifat tanah ini meliputi batas horison atau lapisan, warna

tanah, tekstur tanah, struktur tanah, konsistensi tanah, kondisi perakaran dan

kedalaman efektif.

- Pengambilan contoh tanah

Pengambilan contoh tanah tidak terganggu dengan menggunakan ring

sample. Contoh tanah diambil dari setiap horison atau lapisan tanah,

selanjutnya dianalisis di laboratorium. Pada saat pengambilan contoh tanah

dicatat juga data-data daerah penelitian yang meliputi vegetasi, fisiografi,

drainase, ketinggian tempat, letak geografis dan penggunaan lahan.

Analisis Contoh Tanah

1. Sifat kimia tanah, meliputi :

- pH tanah (H2O) dengan menggunakan metode Elektrometri

(38)

- C-organik dengan menggunakan metode Walkey & Black

- Basa-basa dapat ditukar (Ca2+, Mg2+, K+, dan Na+ ) dengan menggunakan metode AAC (Atomic Absorbtion Spectophotometer)

- Kapasitas Tukar Kation (KTK) dengan menggunakan metode Titrimetry

- Retensi P dengan menggunakan metode Blackmore

2. Sifat fisik tanah

- Struktur tanah

- Tekstur tanah dengan metode Hidrometer

- Kerapatan Lindak (BD) dengan metode ring sampel

Pengolahan Data

Data-data penelitian di lapangan dan laboratorium digunakan untuk

menentukan horison utama atau lapisan, horison atas penciri, horison bawah

penciri, sifat penciri lain, ordo tanah, sub ordo, great group dan sub group dengan

(39)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Deskripsi Profil 1

Lokasi : Desa Sembahe Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli

Serdang

Koordinat : 030 20’40” LU

980 35’30” BT

Tanggal Pengamatan : 11 Desember 2013

Fisiografi : Berombak

Drainase : Baik

Kemiringan lereng : > 10 %

Elevasi : 231 m dpl

Kedalaman efektif : > 100 cm

Vegetasi : Langsat, jagung, asam jawa, manggis

(40)

Gambar 1. Penampang profil tanah 1 banyak, batas horizon

berangsur dan berombak.

Bw1 29 – 32,5 Abu-abu terang (2,5Y 8/2), struktur butir, konsistensi gembur, perakaran sedang dan biasa, batas horizon perakaran sedang dan biasa, batas horizon berangsur dan tidak teratur.

(41)

Deskripsi Profil 2

Lokasi : Desa Sembahe Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli

Serdang

Koordinat : 030 20’42” LU

980 35’05” BT

Tanggal Pengamatan : 11 Desember 2013

Fisiografi : Berombak

Drainase : Baik

Kemiringan lereng : > 25 %

Elevasi : 294 m dpl

Kedalaman efektif : > 20 cm

Vegetasi : kecombrang, langsat, serai

(42)

Gambar 2. Penampang profil tanah 2

Ap 0 – 14 Cokelat kusam (7,5YR 5/3), struktur butir, konsistensi gembur, perakaran halus dan banyak, batas horizon jelas dan rata.

AB 15 – 50 Cokelat (7,5YR 4/4),

struktur gumpal bersudut, konsistensi teguh, perakaran sedang dan sedikit, batas horizon baur dan berombak.

Bt1 51 – 106 Cokelat kusam (7,5YR 5/4), struktur pejal, konsistensi teguh, batas horizon baur dan rata.

(43)

Analisis Laboratorium

1. Sifat Fisika Tanah

Sifat fisik tanah yang dianalisis di laboratorium adalah sebaran besar butir

fraksi (tektur tanah) dan bulk density dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini :

Tabel 1. Hasil Analisis Sifat Fisik Tanah pada profil I dan 2 Profil Horison Kedalaman

(cm)

2. Sifat Kimia Tanah

Sifat kimia tanah yang dianalisis di laboratorium adalah pH H2O, pH KCl,

basa-basa tukar, KTK, kandungan C-organik dan retensi P dapat dilihat pada tabel

2 dan 3 berikut ini :

Tabel 2. Hasil Analisis pH H2O, pH KCl dan retensi P pada Profil 1 dan 2

(44)

Pembahasan

Horison Atas Penciri

Profil 1

- Tidak termasuk epipedon Antropik karena tidak ada horison permukaan.

- Tidak termasuk epipedon Folistik karena tidak memiliki lapisan yang jenuh air selama kurang dari 30 hari kumulatif.

- Tidak termasuk epipedon Histik karena tidak memiliki lapisan yang dicirikan oleh adanya saturasi (selama 30 hari atau lebih, kumulatif) dan reduksi selama

sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.

- Tidak termasuk epipedon Melanik karena tidak memiliki horison permukaan dengan tebal 30 cm, kandungan c-organik 6% atau lebih, dan mempunyai sifat

tanah andik.

- Termasuk epipedon Molik karena posisinya berada di permukaan, struktur tidak pejal dan keras ketika kering, memiliki kejenuhan basa lebih besar dari

50% dan c-organik kurang dari 0,6 %.

Profil 2

- Tidak termasuk epipedon Antropik karena tidak ada horison permukaan.

- Tidak termasuk epipedon Folistik karena tidak memiliki lapisan yang jenuh air selama kurang dari 30 hari kumulatif.

- Tidak termasuk epipedon Histik karena tidak memiliki lapisan yang dicirikan oleh adanya saturasi (selama 30 hari atau lebih, kumulatif) dan reduksi selama

sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.

(45)

tanah andik.

- Tidak termasuk epipedon Molik karena tidak memiliki kejenuhan basa lebih besar dari 50%.

- Tidak termasuk epipedon Plaggen karena bukan suatu lapisan permukaan buatan manusia setebal 50 cm atau lebih.

- Tidak termasuk epipedon Umbrik karena kandungan c-organik tidak lebih dari 0.6% dan tanah tdak dalam keadaan lembab lebih dari 3 bulan.

- Termasuk epipedon Okrik karena horison permukaan tipis, kandungan humus yang sedikit warna tanah dengan nilai value dalam keadaan lembab sebesar 3,

sedangkan nilai chroma dalam keadaan lembab sebesar 4 dan tidak memenuhi

satu syarat untuk menjadi epipedon yang lain.

Horison Bawah Penciri

Profil 1

- Tidak termasuk horison Agrik karena tidak terdapat langsung di bawah lapisan olah yang mengandung akumulasi debu, liat dan humus.

- Tidak termasuk horison Albik karena horison berwarna pucat atau ada horison E.

- Tidak termasuk horison Argilik karena tidak terjadi iluviasi liat di horison B.

- Tidak termasuk horison Kalsik karena tidak mengandung 15% CaCO3.

- Termasuk horison Kambik karena tidak memiliki tekstur sangat halus, ketebalan horison lebih dari 15 cm, horison tidak mengalami kondisi aquik dan

tidak memiliki kandungan % liat yang lebih besar dari horison yang berada di

(46)

Profil 2

- Tidak termasuk horison Agrik karena tidak terdapat langsung di bawah lapisan olah yang mengandung akumulasi debu, liat dan humus.

- Tidak termasuk horison Albik karena horison tidak berwarna pucat atau tidak ada horison E

- Tidak termasuk horison Argilik karena tidak terjadi iluviasi liat di horison B.

- Tidak termasuk horison Kalsik karena tidak mengandung 15% CaCO3.

- Termasuk horison Kambik, karena memiliki tekstur sangat halus, ketebalan horison lebih dari 15 cm, horison tidak mengalami kondisi aquik dan memiliki

kandungan % liat yang lebih besar dari horison yang berada di atas maupun

dibawahnya, tetapi tidak memenuhi kriteria argilik.

Ordo

Profil 1

- Tidak termasuk Gelisol karena tidak terdapat lapisan permafrost.

- Tidak termasuk Histosol karena bukan tanah organik dan tanpa bahan andik.

- Tidak termasuk Spodosol karena tidak memiliki horison spodik.

- Tidak termasuk Andisol karena tidak memiliki bahan andik.

- Tidak termasuk Oksisol karena tidak memiliki horison oksik.

- Tidak termasuk Vertisol karena tidak memiliki duripan dan horison petrokalsik.

- Tidak termasuk Aridisol karena tidak memiliki regim kelembaban arid dan horison salik.

- Tidak termasuk Ultisol karena tidak memiliki horizon argillik dan kandik.

- Tidak termasuk Molisol karena tidak memiliki epipedon molik dan KB > 50%.

(47)

natrik.

- Termasuk Inseptisol karena memiliki epipedon molik serta memiliki horison bawah penciri kambik.

Profil 2

- Tidak termasuk Gelisol karena tidak terdapat lapisan permafrost.

- Tidak termasuk Histosol karena bukan tanah organik dan tanpa bahan andik.

- Tidak termasuk Spodosol karena tidak memiliki horison spodik.

- Tidak termasuk Andisol karena tidak memiliki bahan andik.

- Tidak termasuk Oksisol karena tidak memiliki horison oksik.

- Tidak termasuk Vertisol karena tidak memiliki duripan dan horison petrokalsik.

- Tidak termasuk Aridisol karena tidak memiliki regim kelembaban arid dan horison salik.

- Tidak termasuk Ultisol karena tidak memiliki horizon argillik dan kandik.

- Tidak termasuk Molisol, karena tidak memiliki epipedon molik dan KB > 50%.

- Tidak termasuk Alfisol karena tidak memiliki horison argilik, kandik atau natrik.

- Termasuk Inseptisol karena memiliki epipedon okrik serta memiliki horison bawah penciri kambik.

Sub Ordo

Profil 1

- Tidak termasuk Aquept karena tidak memiliki mengalami kondisi aquik pada kedalaman 40-50 cm dari permukaan tanah mineral dalam setahun, tidak

(48)

tanah, tidak memiliki lapisan dengan warna kroma 2 atau kurang jika ada

konsentrasi redoks atau 1 atau kurang, tidak memiliki ferrous iron untuk

memberikan reaksi positif kepada alpha, alpha-dipyridyl dalam kondisi kering,

tidak memiliki nilai ESP 15 atau lebih atau rasio SAR 13 atau lebih pada

kedalaman 50 cm dari permukaan tanah.

- Tidak termasuk Anthrept karena tidak memiliki epipedon plagen atau antropik

- Tidak termasuk Gelept karena tidak memiliki regim kelembaban tanah gelik.

- Tidak termasuk Cryept karena tidak memiliki regim kelembaban tanah cryik.

- Tidak termasuk Ustept karena tidak memiliki regim kelembaban tanah ustik.

- Tidak termasuk Xerept karena tidak memiliki regim kelembaban tanah xerik.

- Termasuk Udept karena tidak termasuk kedalam salah satu diatas atau Inseptisol lainnya.

- Profil 2

- Tidak termasuk Tidak termasuk Aquept karena tidak memiliki mengalami kondisi aquik pada kedalaman 40-50 cm dari permukaan tanah mineral dalam

setahun, tidak memiliki horison histik, tidak memiliki horison sulfurik 50 cm

dari permukaan tanah, tidak memiliki lapisan dengan warna kroma 2 atau

kurang jika ada konsentrasi redoks atau 1 atau kurang, tidak memiliki ferrous

iron untuk memberikan reaksi positif kepada alpha, alpha-dipyridyl dalam

kondisi kering, tidak memiliki nilai ESP 15 atau lebih atau rasio SAR 13 atau

lebih pada kedalaman 50 cm dari permukaan tanah.

- Tidak termasuk Anthrept karena tidak memiliki epipedon plagen atau anthropik

- Tidak termasuk Gelept karena tidak memiliki regim kelembaban tanah gelik.

(49)

- Tidak termasuk Ustept karena tidak memiliki regim kelembaban tanah ustik.

- Tidak termasuk Xerept karena tidak memiliki regim kelembaban tanah xerik.

- Termasuk Udept karena tidak termasuk kedalam salah satu diatas atau Inseptisol lainnya.

Great Group

Profil 1

- Tidak termasuk Sulfudept karena tidak memiliki horison sulfurik dengan kedalaman 50 cm dari permukaan tanah mineral.

- Tidak termasuk Durudept karena tidak memiliki horison duripan dengan kedalaman 100 cm dari permukaan tanah mineral.

- Tidak termasuk Fragiudept karena tidak memiliki fragipan yang pada batas atasnya di dalam 100 cm dari permukaan tanah mineral.

- Termasuk Humudept karena memiliki epipedon molik atau umbrik. Profil 2

- Tidak termasuk Sulfudept karena tidak memiliki horison sulfurik dengan kedalaman 50 cm dari permukaan tanah mineral.

- Tidak termasuk Durudept karena tidak memiliki horison duripan dengan kedalaman 100 cm dari permukaan tanah mineral.

- Tidak termasuk Fragiudept karena tidak memiliki fragipan yang pada batas atasnya di dalam 100 cm dari permukaan tanah mineral.

- Tidak termasuk Humudept karena tidak memiliki epipedon umbrik atau molik.

- Tidak termasuk Eutrudept karena tidak mengandung karbonat bebas, tidak memiliki kejenuhan basa 60% atau lebih pada kedalaman 25-75 cm.

(50)

Udept lainnya.

Sub Group

Profil 1

- Tidak termasuk Lithic Humudept karena tidak memiliki kontak litik pada kedalaman 50 cm dari permukaan tanah.

- Tidak termasuk Vertic Humudept karena tidak memiliki pecahan-pecahan pada kedalaman 125 cm dari permukaan tanah selebar 5 mm atau lebih dengan

mencapai ketebalan 30 cm atau lebih pada waktu-waktu tertentu, tidak

memiliki perpanjangan linear 6 cm atau lebih dengan diantara permukaan tanah

atau 100 cm.

- Tidak termasuk Aquandic Humudept karena tidak memiliki deplesi redoks dengan warna kroma 2 atau kurang pada satu horison atau lebih pada

kedalaman 60 cm dari permukaan tanah mineral serta tidak berada kondisi

aquik selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal, tidak memiliki

kerapatan lindak sebesar 1.0 g/cm3 atau kurang dan persen Al+1/2Fe lebih dari 1.0 atau fragmen kasar sebesar 2 mm dari 35 % volume pada kedalaman 75 cm

dari permukaan tanah, tidak memiliki fraksi tanah berdiameter 0.2-2.2 mm

sebesar 30 % yang didalamnya terdapat kaca vulkanik sebesar 5 % dan jika

ditambah dengan nilai Al+1/2Fe nilainya 30 atau lebih.

- Tidak termasuk Andic Oxyaquic Humudept karena tidak memiliki fraksi tanah halus dengan berat isi 1.0 g/cm3 atau kurang pada keseluruhan satu horison atau lebih dengan ketebalan 18 cm atau lebih dengan kedalaman 75 cm dari

permukaan tanah mineral dan persentasi Al+1/2Fe lebih dari 1.0, tidak

(51)

tanah mineral selama 20 hari berturut-turut atau selama 30 hari kumulatif.

- Tidak termasuk Andic Humudept karena tidak memiliki fraksi tanah halus dengan berat isi 1.0 g/cm3 atau kurang pada keseluruhan satu horison atau lebih dengan ketebalan 18 cm atau lebih dengan kedalaman 75 cm dari permukaan

tanah mineral dan persentasi Al+1/2Fe lebih dari 1.0.

- Tidak termasuk Vitrandic Humudept karena tidak memiliki fragmen kasar berukuran 2.0 mm menyusun lebih dari 35% volumenya dimana 66% terdiri

atas abu arang, batu apung atau fragmen seperti batu apung pada keseluruhan

satu horison atau lebih dengan ketebalan total 18 cm atau lebih di dalam 75 cm

dari permukaan tanah mineral atau fraksi tanah berdiameter 0.2-2.2 mm

sebesar 30% yang didalamnya terdapat kaca vulkanik sebesar 5% dan jika

ditambah dengan nilai Al+1/2Fe nilainya 30 atau lebih.

- Tidak termasuk Fluvaquentic Humudept karena tidak memiliki kemiringan kurang dari 25%, tidak memiliki deplesi redoks berkroma 2 atau kurang pada

satu horison atau lebih pada kedalaman 100 cm dari permukaan tanah mineral

serta tidak berada kondisi aquik selama sebagian waktu dalam tahun-tahun

normal, tidak terdapat bahan organik-karbon 0.2% atau lebih pada kedalaman

125 cm dari permukaan tanah mineral dan tidak terdapat kontak densik, litik,

atau paralitik, tidak memiliki penurunan tidak teratur pada bahan

organik-karbon antara kedalaman 25-125 cm di bawah permukaan tanah mineral atau

pada kontak densik, litik, atau paralitik.

- Tidak termasuk Aquic Humudept karena tidak memiliki deplesi redoks berkroma 2 atau kurang pada satu horison atau lebih di dalam 100 cm dari

(52)

waktu dalam tahun-tahun normal.

- Tidak termasuk Oxyaquic Humudept karena tidak memiliki lapisan tanah jenuh air dengan kedalaman 100 cm dari permukaan tanah mineral selama 20 hari

berturut-turut atau selama 30 hari kumulatif.

- Tidak termasuk Psammentic Humudept karena tidak memiliki kelas partikel kasar pada semua subhorison.

- Tidak termasuk Oxic Humudept karena tidak memiliki KTK sebesar kurang dari 24 cmol (+)/kg liat pada 50% atau lebih, kedua rasio tanah liat diukur

dalam fraksi halus bumi air persen dipertahankan pada 1500 kPa ketegangan

dari 0,6 atau lebih dan berikut ini: CEC (by 1N NH PH OAc 7) dibagi oleh

produk dari tiga kali [persen air dipertahankan pada 1500 kPa ketegangan

dikurangi persen karbon organik (tetapi tidak lebih dari 1.00)] kurang dari 24

dari volume tanah di antara kedalaman 25 cm dari permukaan tanah mineral

sampai kedalaman 100 cm atau kontak densik, lithik atau paralitik apabila lebih

dangkal.

- Termasuk Cumulic Humudept karena memiliki epipedon umbrik atau molik setebal 60 cm, terdapat bahan organik-karbon 0.2% atau lebih pada kedalaman

125 cm dari permukaan tanah mineral dan terdapat kontak densik, litik, atau

paralitik, memiliki penurunan tidak teratur pada bahan organik-karbon antara

kedalaman 25-125 cm di bawah permukaan tanah mineral atau pada kontak

densik, litik, atau paralitik pada kemiringan kurang dari 25%.

Profil 2

(53)

tanah 3 atau kurang (lembab) dan 5 atau kurang (kering) (sampel hancur dan

halus) pada kedalaman 18 cm dari permukaan tanah mineral.

- Tidak termasuk Lithic Dystrudept karena tidak memiliki kontak lithik pada kedalaman 50 cm di permukaan tanah mineral.

- Tidak termasuk Vertic Dystrudept karena tidak memiliki pecahan-pecahan pada kedalaman 125 cm dari permukaan tanah selebar 5 mm atau lebih dengan

mencapai ketebalan 30 cm atau lebih pada waktu-waktu tertentu, tidak

memiliki perpanjangan linear 6 cm atau lebih dengan diantara permukaan tanah

atau 100 cm.

- Tidak termasuk Aquandic Dystrudept karena tidak memiliki deplesi redoks dengan warna kroma 2 atau kurang pada satu horison atau lebih pada

kedalaman 60 cm dari permukaan tanah mineral serta tidak berada kondisi

aquik selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal, tidak memiliki

kerapatan lindak sebesar 1.0 g/cm3 atau kurang dan persen Al+1/2Fe lebih dari 1.0 atau fragmen kasar sebesar 2 mm dari 35 % volume pada kedalaman 75 cm

dari permukaan tanah, tidak memiliki fraksi tanah berdiameter 0.2-2.2 mm

sebesar 30 % yang didalamnya terdapat kaca vulkanik sebesar 5 % dan jika

ditambah dengan nilai Al+1/2Fe nilainya 30 atau lebih.

- Tidak termasuk Andic Oxyaquic Dystrudept karena tidak memiliki fraksi tanah halus dengan berat isi 1.0 g/cm3 atau kurang pada keseluruhan satu horison atau lebih dengan ketebalan 18 cm atau lebih dengan kedalaman 75 cm dari

permukaan tanah mineral dan persentasi Al+1/2Fe lebih dari 1.0, tidak

memiliki tanah jenuh air dengan kedalaman 100 cm dari permukaan tanah

(54)

- Tidak termasuk Andic Dystrudept karena tidak memiliki fraksi tanah halus dengan berat isi 1.0 g/cm3 atau kurang pada keseluruhan satu horison atau lebih dengan ketebalan 18 cm atau lebih dengan kedalaman 75 cm dari permukaan

tanah mineral dan persentasi Al+1/2Fe lebih dari 1.0.

- Tidak termasuk Vitrandic Dystrudept karena tidak memiliki fragmen kasar berukuran 2.0 mm menyusun lebih dari 35% volumenya dimana 66% terdiri

atas abu arang, batu apung atau fragmen seperti batu apung pada keseluruhan

satu horison atau lebih dengan ketebalan total 18 cm atau lebih di dalam 75 cm

dari permukaan tanah mineral atau fraksi tanah berdiameter 0.2-2.2 mm sebesar

30 % yang didalamnya terdapat kaca vulkanik sebesar 5 % dan jika ditambah

dengan nilai Al+1/2Fe nilainya 30 atau lebih.

- Tidak termasuk Fragiaquic Dystrudept karena tidak memiliki 30% atau lebih lapisan tanah setebal 15 cm atau lebih yang mempunyai batas atas 100 cm dari

permukaan tanah mineral atau tidak memiliki 60% atau lebih lapisan tanah

setebal 15 cm atau lebih, tidak memiliki deplesi redoks dengan warna kroma 2

atau kurang pada satu horison atau lebih pada kedalaman 60 cm dari

permukaan tanah mineral serta tidak berada kondisi aquik selama sebagian

waktu dalam tahun-tahun normal.

- Tidak termasuk Fluvaquentic Dystrudept karena tidak memiliki kemiringan kurang dari 25%, tidak memiliki deplesi redoks berkroma 2 atau kurang pada

satu horison atau lebih pada kedalaman 100 cm dari permukaan tanah mineral

serta tidak berada kondisi aquik selama sebagian waktu dalam tahun-tahun

normal, tidak terdapat bahan organik-karbon 0.2% atau lebih pada kedalaman

(55)

atau paralitik, tidak memiliki penurunan tidak teratur pada bahan

organik-karbon antara kedalaman 25-125 cm di bawah permukaan tanah mineral atau

pada kontak densik, litik, atau paralitik.

- Tidak termasuk Aquic Humic Dystrudept karena tidak memiliki warna tanah 3 atau kurang (lembab) dan 5 atau kurang (kering) (sampel hancur dan halus)

pada kedalaman 18 cm dari permukaan tanah mineral, tidak memiliki deplesi

redoks berkroma 2 atau kurang pada satu horison atau lebih pada kedalaman

100 cm dari permukaan tanah mineral serta tidak berada kondisi aquik selama

sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.

- Tidak termasuk Aquic Dystrudept karena tidak memiliki deplesi redoks berkroma 2 atau kurang pada satu horison atau lebih di dalam 100 cm dari

permukaan tanah mineral serta tidak berada kondisi aquik selama sebagian

waktu dalam tahun-tahun normal.

- Tidak termasuk Oxyaquic Dystrudept karena tidak memiliki lapisan tanah jenuh air dengan kedalaman 100 cm dari permukaan tanah mineral selama 20

hari berturut-turut atau selama 30 hari kumulatif.

- Tidak termasuk Fragic Dystrudept karena tidak memiliki 30% atau lebih lapisan tanah setebal 15 cm atau lebih yang mempunyai batas atas 100 cm dari

permukaan tanah mineral atau tidak memiliki 60% atau lebih lapisan tanah

setebal 15 cm atau lebih.

- Tidak termasuk Lamellic Dystrudept karena tidak memiliki lapisan lamela (dua atau lebih) pada kedalaman 200 cm dari permukaan tanah mineral.

(56)

halus) pada kedalaman 18 cm dari permukaan tanah mineral, tidak memiliki

kelas partikel kasar pada semua subhorison.

- Tidak termasuk Fluventic Humic Dystrudept karena tidak memiliki warna tanah 3 atau kurang (lembab) dan 5 atau kurang (kering) (sampel hancur dan

halus) pada kedalaman 18 cm dari permukaan tanah mineral, tidak terdapat

bahan organik-karbon 0.2% atau lebih pada kedalaman 125 cm dari permukaan

tanah mineral dan tidak terdapat kontak densik, litik, atau paralitik, tidak

memiliki penurunan tidak teratur pada bahan organik-karbon antara kedalaman

25-125 cm di bawah permukaan tanah mineral atau pada kontak densik, litik,

atau paralitik pada kemiringan tanah kurang dari 25%.

- Tidak termasuk Fluventic Dystrudept karena tidak terdapat bahan organik-karbon 0.2% atau lebih pada kedalaman 125 cm dari permukaan tanah mineral

dan tidak terdapat kontak densik, litik, atau paralitik, tidak memiliki penurunan

tidak teratur pada bahan organik-karbon antara kedalaman 25-125 cm di bawah

permukaan tanah mineral atau pada kontak densik, litik, atau paralitik pada

kemiringan tanah kurang dari 25%.

- Tidak termasuk Spodic Dystrudept karena tidak memiliki horison dengan tebal 5 cm atau lebih dimana tiap pedon terdapat sementasi oleh bahan organik,

alumiunium dengan atau tanpa besi sebesar 25 % atau lebih, persentasi

Al+1/2Fe lebih dari 0.25, nilai ODOE 0,12 atau lebih, dan nilai tersebut

setengah lebih tinggi atau lebih rendah dalam horizon di atasnya.

- Tidak termasuk Oxic Dystrudept karena tidak memiliki KTK sebesar kurang dari 24 cmol (+)/kg liat pada 50% atau lebih, kedua rasio tanah liat diukur

(57)

dari 0,6 atau lebih dan berikut ini: CEC (by 1N NH PH OAc 7) dibagi oleh

produk dari tiga kali [persen air dipertahankan pada 1500 kPa ketegangan

dikurangi persen karbon organik (tetapi tidak lebih dari 1.00)] kurang dari 24

dari volume tanah di antara kedalaman 25 cm dari permukaan tanah mineral

sampai kedalaman 100 cm atau kontak densik, lithik atau paralitik apabila lebih

dangkal.

- Tidak termasuk Ruptic-Alfic Dystrudept karena tidak memiliki horison kambik yang mencakup 10-50% bagian iluvial yang memenuhi persyaratan horison

argilik, kandic, atau natrik, atau kejenuhan basa sebesar 35% atau lebih pada

kedalaman 125 cm dari permukaan horison kambik atau tepat langsung diatas

kontak densik, lithik atau paralitik apabila lebih dangkal.

- Tidak termasuk Ruptic-Ultic Dystrudept karena tidak memiliki horison kambik yang mencakup 10-50% bagian iluvial yang memenuhi persyaratan horison

argilik, kandic, atau natrik.

- Tidak termasuk Humic Dystrudept karena tidak memiliki tidak memiliki warna tanah 3 atau kurang (lembab) dan 5 atau kurang (kering) (sampel hancur dan

halus) pada kedalaman 18 cm dari permukaan tanah mineral.

(58)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Klasifikasi tanah di profil 1 berdasarkan Taksonomi Tanah 2010 adalah : Ordo

Inceptisol, Sub Ordo Udept, Great Group Humudept, dan Sub Group Cumulic

Humudept.

2. Klasifikasi tanah di profil 2 berdasarkan Taksonomi Tanah 2010 adalah : Ordo

Inceptisol, Sub Ordo Udept, Great Group Dystrudept, dan Typic Dystrudept.

Saran

Perlu dilakukan analisis mineral liat dan pengklasifikasian lebih lanjut

sampai tingkat family dan seri sehingga data yang diperoleh lebih lengkap guna

Gambar

Gambar 1. Penampang profil tanah 1
Gambar 2. Penampang profil tanah 2
Tabel 1. Hasil Analisis Sifat Fisik Tanah pada profil I dan 2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian juga menunjukan bahwa tanah sawah yang di bentuk pada lahan miring menggunakan terassering pada lokasi penelitian menunjukkan tingkat kedalaman lapisan horison

karena tidak memiliki deplesi redoks berkroma 2 atau kurang pada satu horison atau lebih di dalam 60 cm dari permukaan tanah mineral serta tidak berada kondisi.

Tanah lain yang memiliki horison oksik (tanpa horison kandik) yang mempunyai batas atas didalam 150 cm dari permukaan tanah mineral dan kandungan liat sebesar 40% atau lebih

Tidak termasuk Grossarenic Kandiaquult karena memenuhi kriteria karena tidak mempunyai kelas tekstur (fraksi tanah halus) pasir kasar, pasir, pasir halus, pasir halus

- Termasuk epipedon Okrik karena, horison permukaan tipis, kandungan humus yang sedikit, struktur agak keras atau keras ketika kering, warna tanah dengan nilai value 4 atau

Tanah yang mempunyai sifat penciri horison kambik, epipedon plagen, umbrik, molik serta regim suhu cryik atau gelik dan tidak terdapat bahan sulfidik didalam 50 cm dari

Penentuan Ordo adalah Profil I sampai dengan Profil 4 termasuk Inceptisol, karena memiliki horison kambik yang batas atasnya di dalam 100 cm dari permukaan

Pada klasifikasi famili, tanah yang diwakili oleh profil P1 digolongkan ke dalam Typic Epiaquepts, sangat halus, campuran, isohipertermik, dikarenakan tanah tersebut