• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Tepung Buah Alpukat (Persea americana Mill.) dalam Pembuatan Bolu Terhadap Daya Terima dan Kandungan Gizinya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pemanfaatan Tepung Buah Alpukat (Persea americana Mill.) dalam Pembuatan Bolu Terhadap Daya Terima dan Kandungan Gizinya"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN TEPUNG BUAH DALAM PEMBUA

FAKULT

UNIVERSIT

AN TEPUNG BUAHALPUKAT (Persea americana M PEMBUATAN BOLUTERHADAP DAYA TERIMA DAN

KANDUNGAN GIZINYA

SKRIPSI

OLEH

NURHALIS BR REGAR NIM : 111000170

AKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015

▸ Baca selengkapnya: yang bukan adonan bolu adalah

(2)

PEMANFAATAN TEPUNG BUAHALPUKA DALAM PEMBUA

salah sat

FAKULT

UNIVERSIT

AN TEPUNG BUAHALPUKAT (Persea americana M PEMBUATAN BOLU TERHADAP DAYA TERIMA DAN

KANDUNGAN GIZINYA

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH

NURHALIS BR REGAR NIM : 111000170

AKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015

(3)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul“PEMANFAATAN TEPUNG BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill.) DALAM PEMBUATAN BOLU TERHADAP DAYA TERIMA DAN KANDUNGAN GIZINYA” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara – cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klain dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Agustus 2015 Yang membuat pernyataan

(4)
(5)

ABSTRAK

Upaya penganekaragaman pangan dapat dilakukan dengan memanfaatkan pangan lokal. Buah alpukat merupakan salah satu pangan lokal yang kaya akan zat gizi dan ketersediaannya cukup menjanjikan karena produksi buah alpukat cenderung meningkat setiap tahun. Buah alpukat diolah menjadi tepung sebagai upaya substitusi tepung terigu dalam pembuatan bolu. Bolu tepung buah alpukat merupakan salah satu produk pangan yang dimodifikasi dengan menambahkan tepung buah alpukat dan mengandung zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya terima bolu tepung buah alpukat berdasarkan analisis organoleptik terhadap rasa, aroma, warna, dantekstur bolu tepung buah alpukatyang ditentukan dengan menggunakan skala hedonik serta untuk mengetahui kandungan protein dan lemak bolu tepung buah alpukat.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen.Pembuatan bolu tepung buah alpukat terdiri dari dua faktor yaitu tepung terigu dan tepung buah alpukat dengan 3 perlakuan. Setiap perlakuan menggunakan kombinasi tepung buah alpukat dan tepung terigu sebanyak 10% : 90%, 20% : 80%, dan 30% : 70% dengan simbol A1, A2, dan A3. Panelis dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sebanyak 30 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil uji organoleptik bolu tepung buah alpukat yang paling disukai berdasarkan warna adalah perlakuan III (A3) dengan skor 78,9%, sedangkan bolu tepung buah alpukat yang paling disukai berdasarkan aroma, tekstur, dan rasa adalah perlakuan I (A1) dengan masing-masing skor 81,1%, 83,3%, dan 87,8%. Berdasarkan hasil analisis kandungan gizi lemak dan protein bolu tepung buah alpukat yang memiliki kadar lemak tertinggi adalah perlakuan III (A3) sebanyak 428 mg, sedangkan bolu tepung buah alpukat yang memiliki kadar protein tertinggi adalah perlakuan II (A2) sebanyak 135,4 mg.

Disarankan agar dapat melakukan penelitian lebih lanjut terhadap pembuatan bolu tepung buah alpukat untuk meningkatkan kualitas daya terima dan kandungan gizinya.

(6)

ABSTRACT

Food diversification efforts can be done by using local food. Avocado is one of the local food that have many nutrients and its availability is quite promising because the production of avocado tend to increase every year. Avocado processed into flour as substitute the wheat flour in the manufacture of cake. Avocado flour cake is one of the food product that modified by addingflouravocado and contain nutrient that needed the body. The purpose of this researchis to know the acceptability of avocado flour cake based organoleptic analysis the taste, smell, color, and texture of avocado flour cakethat determined using hedonic scale and to knowprotein and fat of avocado flour cake.

This research is experimental research. Manufacture of avocado flour cake consists of two factors, they arewheat flour and avocado flour cake with 3 treatments. Each treatment usecombination of avocado flour cake and wheat flour as much as 10%: 90%, 20%: 80% and 30%: 70% with symbol A1, A2, and A3. Panelist in this researchare students of the Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara as many as 30 people.

The results showed that the organoleptic test results avocado flour cake which is most favored based color is treatment III (A3) with score 78.9%, while avocado flour cake most favored based smell, texture, and taste is treatment I (A1) with each score 81.1%, 83.3% and 87.8%. Based the results of analysisfat and protein of avocado flour cakethat highest fat is treatment III (A3) as much as 428 mg, while avocado flour cake that highest protein is treatment II (A2) as much as 135,4 mg.

Suggested in orderto can be done further research towards making avocado flour caketo improve the quality of acceptability and its nutrient content.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pemanfaatan Tepung BuahAlpukat (Persea americana Mill.) dalam Pembuatan Bolu Terhadap Daya Terimadan Kandungan Gizinya”.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada Ayahanda Nasbon Siregardan

Ibunda Sariah Ujungyang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan kasih

sayang, dukungan, semangat dan doa yang selalu diberikan kepada penulis dalam

menyelesaikan pendidikan dan dalam hal apapun.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dosen Pembimbing ibu Dr. Ir.

Zulhaida Lubis, M.Kes dan ibu Ernawati Nasution, SKM, M.Kesyang

telahmeluangkan waktu di saat bimbingan dan memberikan pemikiran-pemikiran

yang baik serta kritikan dan saran untuk membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi dengan baik.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

ucapan terima kasih kepada:

a. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan para wakil dekan.

b. IbuProf. Irnawati Marsaulina S., MSselaku Dosen Penasehat Akademik

yang telah membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas

(8)

c. Bapak Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si selaku Ketua Departemen Gizi

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

d. Bapak Marihot Oloan Samosir, ST, selaku staf departemen Gizi Kesehatan

Masyarakat yang telah meluangkan waktu di tengah kesibukannya untuk

membantu penulis dalam memberi informasi apapun yang penulis butuhkan.

e. Seluruh dosen beserta staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

f. Kepala Laboratorium MMH Balai Riset dan Standarisasi Industri Medan

Bapak Alhamra, yang telah memberikan izin melakukan penelitian dan

memberikan informasi terkait dalam penyelesaian skripsi ini.

g. Mahasiswa FKM USU yang bersedia menjadi panelis dalam melakukan

penelitian ini .

h. Keluargaku Ayahanda Nasbon Siregar, Ibunda Sariah Ujung,abangnda Alm.

Amiruddin Siregar, abangnda Syarifuddin Siregar, dan adinda Ranto Manda

Siregar yang telah memberikan dukungan dan doa untuk penulis dalam

selama ini.

i. Sahabatku Yusra Julia Maha, abangnda Ridho Arif Akbar, kakanda Nana

Trisna Mei, dan kakanda Sriani Siregar yang telah banyak membantu dan

memberikan dukungan doa selama ini.

j. Teman terhebatku Ade Irma Nasution, Widya Eka Putri, Lisa Aini Purba,

Sa’adah Hanim Parapat, dan Siti Sundari Putri yang telah membantu dan

(9)

k. Teman seperjuangan PBL kak Ita Sepriana, Yohana PR Pardede , Yenni F

Siregar, Gayatri Tunggadewi, Riris S Lumban Gaol, dan Tommy P

Karo-Karo yang telah memberikan doa dan dukungan selama ini.

l. Teman selama LKP Jenny Feby Andriani Tarigan dan Asih Monica Putri

yang telah membantu, mendukung selama penelitian ini.

m. Teman seperjuangan Kak Mariana Siregar, Kak Entywe Habeahan, Cintya

Nurul Aidina, Ratna Juwita Sari, kak Faradila, kak Lia, kak Wiwid, kak Sri

yang telah membantu dan memberi masukan dalam penelitian ini.

n. Teman-teman seperjuangan di peminatan gizi kesehatan masyarakat,

teman-teman organisasi HMI dan UKMI terimakasih atas dukungan dan doanya

selama ini.

o. Semua pihak yang banyak membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan

sehingga diperlukan kritik dan saran yang membangun. Semoga Allah senantiasa

melimpahkan karunia-Nya dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak, perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kesehatan

masyarakat dan dapat menjadi pemecahan masalah dalam bidang kesehatan,

terutama di bidang gizi kesehatan masyarakat.

Medan, Agustus 2015

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 5

2.1 Buah Alpukat ... 5

2.1.1 Jenis Buah Alpukat ... 6

2.1.2 Manfaat Buah Alpukat ... 7

2.1.3 Kandungan Gizi Buah Alpukat ... 8

2.1.4 Manfaat Tepung ………... 9

2.2 Kue Bolu …... 10

2.2.1 Pembuatan Bolu ...... 11

2.2.2 Kandungan Gizi Bolu ... 15

2.3 Penampilan dan Cita Rasa Makanan ... 16

2.4 Konsistensi dan Tekstur Makanan ... 16

2.5 Uji Organoleptik ... 17

2.6 Panelis ... 18

2.7 Kerangka Konsep Penelitian ... 21

BAB III METODE PENELITIAN………..……….… 22

3.1 Jenis Penelitian ... 22

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 22

3.2.1 Tempat Penelitian ... 22

3.2.2 Waktu Penelitian... 22

3.3 Objek Penelitian ... 23

3.4 Defenisi Operasional ... 23

3.5 Prosedur Pelaksanaan Eksperimen ... 23

3.5.1 Alat ... 24

(11)

3.5.3 Proses Pembuatan Tepung Buah Alpukat ... 25

3.5.4 Proses Pembuatan BoluTepung Buah Alpukat ... 26

3.6 Analisis Kandungan Gizi ... 28

3.6.1 Analisis Lemak... 28

3.6.2 Analisis Protein ... 28

3.7 Uji Organoleptik ... 29

3.8 Pengolahan dan Analisis Data ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 34

4.1 Tepung Buah Alpukat ………. 34

4.2 Bolu Tepung Buah Alpukat ………. 35

4.3 Analisis Daya Terima Bolu Tepung Buah Alpukat ………. 37

4.4.1 Analisis Daya Terima Warna Bolu Tepung Buah Alpukat ……… 37

4.4.2 Analisis Daya Terima Aroma Bolu Tepung Buah Alpukat ……… 38

4.4.3 Analisis Daya Terima Tekstur Bolu Tepung Buah Alpukat ……… 39

4.4.4 Analisis Daya Terima Rasa Bolu Tepung Buah Alpukat ……….……… 40

4.5 Kandungan Gizi Bolu Tepung Buah Alpukat ………. 41

BAB V PEMBAHASAN ... 42

5.1 Analisis Daya Terima Bolu Tepung Buah Alpukat ………. 42

5.1.1 Analisis Daya Terima WarnaBolu Tepung Buah Alpukat ……… 42

5.1.2 Analisis Daya Terima AromaBolu Tepung Buah Alpukat ……… 44

5.1.3 Analisis Daya Terima TeksturBolu Tepung Buah Alpukat ……….……… 45

5.1.4 Analisis Daya Terima RasaBolu Tepung Buah Alpukat ……… 47

5.2 Analisis Kandungan Gizi Bolu Tepung Buah Alpukat …... 48

5.2.1 Kandungan Lemak Bolu Tepung Buah Alpukat .... 48

5.2.2 Kandungan Protein Bolu Tepung Buah Alpukat .... 50

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

6.1 Kesimpulan ... 52

6.2 Saran ... 52

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kandungan Gizi di dalam 100 gram Buah Alpukat ... 8

Tabel 2.2 Informasi Nilai Gizi Bolu ... 15

Tabel 3.1 Rincian Perlakuan ... 22

Tabel 3.2 Jumlah Pemakaian Bahan pada Pembuatan BoluTepung Buah Alpukat ... 25

Tabel 3.3 Tingkat Penerimaan Panelis pada Uji Hedonik ... 30

Tabel 3.4 Interval Persentase dan Kriteria Kesukaan ... 33

Tabel 4.1 Karakteristik Bolu Tepung Buah Alpukat ……….. 37

Tabel 4.2 Hasil Analisis Daya TerimaWarnaBolu Tepung Buah Alpukat ... 37

Tabel 4.3 Hasil Analisis Daya Terima Aroma Bolu Tepung Buah Alpukat… 38 Tabel 4.4 Hasil Analisis Daya Terima Tekstur Bolu Tepung Buah Alpukat.. 39

Tabel 4.5 Hasil Analisis Daya Terima Rasa Bolu Tepung Buah Alpukat ….. 40

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Buah Alpukat ... 6

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ... 21

Gambar 3.1 Diagram Pembuatan Tepung Buah Alpukat ... 26

Gambar 3.2 Diagram Pembuatan Bolu Tepung Buah Alpukat... 27

Gambar 4.1 Tepung Buah Alpukat ………... 35

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Formulir Uji Hedonik ... 56

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian... 57

Lampiran 3. Surat Keterangan Selesai Penelitian... 58

Lampiran 4. Hasil Analisa Kandungan Gizi …... 60

(15)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nurhalis Br Regar

Tempat Lahir : Laubaleng

Tanggal Lahir : 27 Oktober 1993

Suku Bangsa : Indonesia

Agama : Islam

Nama Ayah : Nasbon Siregar

Suku Bangsa Ayah : Indonesia

Nama Ibu : Sariah Ujung

Suku Bangsa Ibu : Indonesia

Pendidikan Formal

1. SD/Tamat Tahun : SDN No.040548 Laubaleng/2005

2. SLTP/Tamat Tahun : SMPN 1 Laubaleng/2008

3. SLTA/Tamat Tahun : SMAN 1 Kabanjahe/2011

4. Akademi/Tamat Tahun :

-5 Lama studi di FKM USU : 3 tahun 11 bulan

Riwayat Organisasi :

1. Unit Kegiatan Mahasiswa Islam (UKMI) FKM USU

(16)

ABSTRAK

Upaya penganekaragaman pangan dapat dilakukan dengan memanfaatkan pangan lokal. Buah alpukat merupakan salah satu pangan lokal yang kaya akan zat gizi dan ketersediaannya cukup menjanjikan karena produksi buah alpukat cenderung meningkat setiap tahun. Buah alpukat diolah menjadi tepung sebagai upaya substitusi tepung terigu dalam pembuatan bolu. Bolu tepung buah alpukat merupakan salah satu produk pangan yang dimodifikasi dengan menambahkan tepung buah alpukat dan mengandung zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya terima bolu tepung buah alpukat berdasarkan analisis organoleptik terhadap rasa, aroma, warna, dantekstur bolu tepung buah alpukatyang ditentukan dengan menggunakan skala hedonik serta untuk mengetahui kandungan protein dan lemak bolu tepung buah alpukat.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen.Pembuatan bolu tepung buah alpukat terdiri dari dua faktor yaitu tepung terigu dan tepung buah alpukat dengan 3 perlakuan. Setiap perlakuan menggunakan kombinasi tepung buah alpukat dan tepung terigu sebanyak 10% : 90%, 20% : 80%, dan 30% : 70% dengan simbol A1, A2, dan A3. Panelis dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sebanyak 30 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil uji organoleptik bolu tepung buah alpukat yang paling disukai berdasarkan warna adalah perlakuan III (A3) dengan skor 78,9%, sedangkan bolu tepung buah alpukat yang paling disukai berdasarkan aroma, tekstur, dan rasa adalah perlakuan I (A1) dengan masing-masing skor 81,1%, 83,3%, dan 87,8%. Berdasarkan hasil analisis kandungan gizi lemak dan protein bolu tepung buah alpukat yang memiliki kadar lemak tertinggi adalah perlakuan III (A3) sebanyak 428 mg, sedangkan bolu tepung buah alpukat yang memiliki kadar protein tertinggi adalah perlakuan II (A2) sebanyak 135,4 mg.

Disarankan agar dapat melakukan penelitian lebih lanjut terhadap pembuatan bolu tepung buah alpukat untuk meningkatkan kualitas daya terima dan kandungan gizinya.

(17)

ABSTRACT

Food diversification efforts can be done by using local food. Avocado is one of the local food that have many nutrients and its availability is quite promising because the production of avocado tend to increase every year. Avocado processed into flour as substitute the wheat flour in the manufacture of cake. Avocado flour cake is one of the food product that modified by addingflouravocado and contain nutrient that needed the body. The purpose of this researchis to know the acceptability of avocado flour cake based organoleptic analysis the taste, smell, color, and texture of avocado flour cakethat determined using hedonic scale and to knowprotein and fat of avocado flour cake.

This research is experimental research. Manufacture of avocado flour cake consists of two factors, they arewheat flour and avocado flour cake with 3 treatments. Each treatment usecombination of avocado flour cake and wheat flour as much as 10%: 90%, 20%: 80% and 30%: 70% with symbol A1, A2, and A3. Panelist in this researchare students of the Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara as many as 30 people.

The results showed that the organoleptic test results avocado flour cake which is most favored based color is treatment III (A3) with score 78.9%, while avocado flour cake most favored based smell, texture, and taste is treatment I (A1) with each score 81.1%, 83.3% and 87.8%. Based the results of analysisfat and protein of avocado flour cakethat highest fat is treatment III (A3) as much as 428 mg, while avocado flour cake that highest protein is treatment II (A2) as much as 135,4 mg.

Suggested in orderto can be done further research towards making avocado flour caketo improve the quality of acceptability and its nutrient content.

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan berbagai jenis

tanaman. Tanaman tumbuh subur dan hasilnya dijadikan sebagai sumber pangan,

seperti tanaman alpukat (Persea americana Mill) yang menghasilkan buah yang

dapat dikonsumsi. Komoditas ini merupakan pangan lokal yang kaya akan zat gizi

dan ketersediaannya yang cukup menjanjikan. Buah alpukat merupakan salah satu

buah yang digemari masyarakat, mudah ditemukan, dan memiliki produksi

cenderung meningkat setiap tahun. Di Sumatera Utara produksi buah alpukat pada

tahun 2010, 2011, 2012, 2013, dan 2014 berturut-turut 7.644, 8.084, 7.954, 8.575,

10.273 ton (BPS, 2015).

Secara umum jika mengkonsumsi buah alpukat hanya memanfaatkan

bagian daging buahnya sebagai jus pelepas dahaga atau potongan daging buah

alpukat langsung dikonsumsi. Namundaging buah alpukat kurang mendapatkan

perhatian untuk dimanfaatkan menjadi tepung.Padahal buah alpukat yang diolah

dalam bentuk tepung memiliki banyak manfaat dan memiliki nilai jual

tinggi.Manfaat buah alpukat yang telah diolah menjadi tepungmempunyai daya

simpan yang lama, dapat ditambahkan dengan zat gizi (difortifikasi), mudah

dibentuk, lebih cepat dimasak sesuai tuntutan kehidupan modern yang ingin serba

praktis dan dapat diolah menjadi aneka ragam bentuk olahan pangan seperti bolu

sehingga memiliki nilai jual tinggi (Nuraini, 2011).

Dalam 100 gram buah alpukat mengandung beberapa zat gizi diantaranya

(19)

kalsium 10 miligram, fosfor 20 miligram, besi 1 S.I., vitamin A 180 miligram,

vitamin B1 0,5 miligram, vitamin C 13 miligram. Lemak merupakan zat gizi

tertinggi yang terdapat dalam buah alpukat sebesar 6,5 gram. Namun jenis lemak

yang terdapat pada buah alpukat merupakan lemak nabati yang dibutuhkanoleh

tubuh (Daftar Komposisi Bahan Makanan, 2005).

Di Indonesia konsumsi tepung terigu juga tinggi pada masyarakat

disamping konsumsi beras. Indonesia juga sudah melakukan impor tepung terigu,

demi memenuhi kebutuhan masyarakat akan terigu. Alasan pemerintah

melakukan impor terigu karena produksi dalam negeri belum mencukupi

kebutuhan terigu masyarakat Indonesia. Berdasarkan catatan Asosiasi Produsen

Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) konsumsi terigu nasional juga terus

meningkat. Konsumsi terigu di dalam negeri mencapai 1,22 juta ton pada tahun

2012, naik 5,61% dibandingkan periode sama tahun 2011 yang tercatat 1,15 juta

ton. Untuk membantu mengurangi ketergatungan terhadap tepung terigu, dan

menurunkan harga jualnya penggunaan terigu dapat dikurangi dengan penggunaan

bahan-bahan lain. Substitusi terigu diharapkan dapat menjamin kesinambungan

produksi dan sekaligus memberdayakan potensi sumber daya lokal (Anonim,

2012).

Oleh karena itu perlu adanya pemanfaatan tanaman lokal khususnya

tanaman lokal yang ada di Sumatera Utara yaitu tanaman alpukat (Persea

americana Mill)dengan memanfaatkan daging buahnya menjadi

tepung.Penepungan merupakan salah satu proses alternatif produk setengah jadi

(20)

lama disimpan, mudah dicampur (dibuat komposit), mudah diperkaya dengan zat

gizi (difortifikasi), mudah dibentuk, dimasak, dikreasikan dan praktis, mudah

diolah menjadi aneka macam olahan, mulai dari olahan tradisional/khas daerah

hingga modern, sehingga nilai ekonomisnya semakin meningkat dan diterima

masyarakat luas, lebih mudah dalam distribusi dan menghemat ruangan dan biaya

penyimpanan (Manurung, 2012).

Salah satu bentuk pemanfaatan tepung buah alpukat (Persea americana

Mill) adalah dalam bentuk bolu yang bermanfaat sebagai salah satu upaya

diversifikasi pangan.Pada dasarnya pelaksanaan program diversifikasi atau

penganekaragaman pangan di Indonesia telah mempunyai dasar hukum yang kuat

melalui UU Pangan No. 7 tahun 2006 tentang Pangan, PP No. 68 tahun 2002

tentang Ketahanan Pangan dan Perpres No. 22 tahun 2009 tentang Kebijakan

Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan berbasis Sumberdaya Lokal

(Ariani, 2010).

Bolumerupakan jenis kue yang berbahan dasar tepung dan diolah dengan

cara dipanggang dalam oven atau dikukus. Biasanya bolu berbahan dasar tepung

yang menggunakan jenis tepung terigu serta ditambah dengan gula dan telur.

Dalam hal ini peneliti akan mengolah bolu dengan cara dipanggang dalam oven

karena memiliki daya simpan lebih lama dibandingkan dengan bolu yang diolah

dengan cara dikukus. Hal tersebut disebabkan karena bolu yang dikukus lebih

banyak mengandung air sehingga lebih cepat rusak atau basi.

Bolu sangat populer di kalangan masyarakat. Biasanya ketika mengadakan

(21)

bolu sebagai makanan khas pada acara tersebut. Selain itu, bolu juga mudah

ditemukan. Di toko kue, supermarket, warung, dan sebagainya menjajakan

berbagai jenis bolu.Berdasarkan uji awal pembuatan bolu yang telah dilakukan,

peneliti menetapkan 3 perlakuan yang menggunakan perbandingan tepung buah

alpukat dan tepung terigu masing-masing sebesar10% : 90%, 20% : 80%, dan

30% : 70%. Ketiga perlakuan tersebut sudah dianggap baik berdasarkan tingkat

kematangan yang sesuai denganbolu tepung terigu.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah bagaimana uji daya terima bolu tepung buah alpukat

sebagai substitusi tepung terigu dan kandungan gizinya.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahuidaya terima dan kandungan gizi bolu tepung buah

alpukat.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang penganekaragaman

suatu produk dari tepung buah alpukat menjadi bolu.

2. Sebagai alternatif untuk mengganti tepung terigu sebagai bahan baku

pembuatan bolu.

3. Sebagai salah satu usaha diversifikasi pangan dari pemanfaatan tepung

buah alpukat.

4. Menciptakan sebuah inovasi pada pembuatan bolu dari tepung buah

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buah Alpukat

Buah alpukat berasal dari Amerika Tengah, yaitu Meksiko, Peru, sampai

Venezuela. Kini buah alpukat telah menyebar ke seluruh dunia sampai Asia

Tenggara, termasuk Indonesia dan Filipina. Buah alpukat disebarkan oleh para

pedagang ke seluruh dunia, baik kedaerah tropik maupun subtropik. Buah alpukat

merupakan buah dengan nama alpuket (Jawa Barat), alpokat (Jawa Timur/Jawa

Tengah), boah pokat, jamboo pokat (Batak), advokat, jamboo mentega, jamboo

pooan, pookat (Lampung) dan lain-lain.

Berdasarkan klasifikasi, buah alpukat termasuk varietas Persea Americana

Mill. Berikut ini merupakan klasifikasi buah alpukat :

Divisi : Spermatophyta

Anak divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Bangsa : Ranales

Keluarga : Lauraceae

Marga : Persea

Varietas : Persea americanaMill.

Tanaman alpukat memiliki tinggi mencapai 20 meter. Sosok pohonnya

seperti kubah sehingga dari jauh tampak menarik. Daunnya panjang (lonjong)

tersusun seperti lilin. Pohonnya berkayu, umumnya percabangan jarang, dan

arahnya horizontal.Buah alpukat bentuknya bulat sampai lonjong, beratnya dari

(23)

MenurutKalie yang dikutipolehLubis (2008), bijialpukattergolongbesar,

terdiridaridua keping (cotyledon), dandilapisiolehkulitbiji yang tipis

melekat.Bijitersusunolehjaringanparenchyma yang

mengandungsel-selminyakdanbutirtepungsebagaibahancadanganmakanan.Penampilan warna buah

alpukat begitu beragam, ada yang hijau panjang, merah bulat, hijau bulat, atau

merah panjang. Daging buah terlepas dari biji, hanya dibatasi oleh selaput kulit

biji yang tebal yang setelah tua berwarna abu-abu kecoklatan yang membalut biji

yang berwarna kekuning-kuningan (Sunarjono, 2000).

Gambar 2.1 Buah Alpukat

2.1.1 Jenis Buah Alpukat

Buah alpukat terdiri dari berbagai jenis berdasarkan klasifikasi varietas.

Berdasarkan sifat ekologis, buah alpukat terdiri dari 3 jenis keturunan/ras, yaitu

ras Meksiko, ras Guatemala, dan ras Hindia Barat (Chandra dkk, 2013).

Di Indonesia varietas-varietas buah alpukat dapat digolongkan menjadi

dua, yaitu :

1) Varietas unggul

Sesuai dengan namanya, buah alpukat varietas unggul memiliki sifat-sifat

(24)

toleran terhadap hama dan penyakit, buah seragam berbentuk oval dan

berukuran sedang, daging buah berkualitas baik dan tidak berserat, berbiji

kecil melekat pada rongga biji, serta kulit buahnya licin. Sampai dengan

tanggal 14 Januari 1987, Menteri Pertanian telah menetapkan 2 varietas

alpukat unggul, yaitu alpukat ijo panjang dan ijo bundar.

2) Varietas lain

Varietas alpukat kelompok ini merupakan plasma nutfah Instalasi

Penelitian dan Pengkajian Teknologi, Tlekung, Malang. Beberapa varietas

alpukat yang terdapat di kebun percobaan Tlekung, Malang adalah alpukat

merah panjang, merah bundar, dickson, butler, winslowson, benik, puebla,

furete, collinson, waldin, ganter, mexcola, duke, ryan, leucadia, queen dan

edranol (Nazaruddin dan Fauziah, 1994).

2.1.2 Manfaat Buah Alpukat

Bagian alpukat yang banyak dimanfaatkan adalah buahnya sebagai

makanan buah segar. Selain itu pemanfaatan daging buah alpukat yang biasa

dilakukan masyarakat adalah digunakan sebagai bahan pangan yang diolah dalam

berbagai masakan. Menurut Nuriyah (2013), buah alpukat dapatdigunakan untuk

menurunkan kadar trigliserida dalam darah. Manfaat lain dari buah alpukat adalah

dapat mencegah pengerasanarteri, melancarkan peredaran darah dansaluran

kencing, menurunkan kadar LDL,pencahar, antibiotik, antifertilitas,meningkatkan

gairah seksual, mencegahmual-mual pada awal kehamilan,membantu

perkembangan otak dan tulangbelakang janin, merangsang pembentukanjaringan

(25)

(masker) dan untuk bahan dasar kosmetik (Ashari, 2006).

2.1.3 Kandungan GiziBuah Alpukat

Buah alpukat mengandung beberapa zat gizi antara lain kalori, protein,

lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, vitamin B1, vitamin C, dan

air. Dalam 100 gram buah alpukat mengandung kalori sebanyak 85,0 kalori,

protein 0,9 gram, lemak 6,5 gram, karbohidrat 7,7 miligram. Kandungan gizi

tertinggi yang terdapat pada 100 gram buah alpukat adalah lemak sebesar 6,5

gram. Namun jenis lemak yang terdapat pada buah alpukat termasuk jenis lemak

nabati yang dibutuhkan oleh tubuh (Almatsier, 2010). Berikut ini merupakan tabel

kandungan gizi di dalam 100 gram buah alpukat.

Tabel 2.1 Kandungan Gizi di dalam 100 gram Buah Alpukat

No. Zat Gizi Jumlah Zat Gizi

1 Energi (kal) 85,00

Sumber : Daftar Komposisi Bahan Makanan (2005).

Selain zat gizi yang terdapat dalam tabel di atas, buah alpukat juga

mengandung vitamin E yang dikenal sebagai vitamin yang berguna untuk

menghaluskan kulit. Campuran vitaminE dan vitamin A sangat berguna dalam

perawatan kulit. Kombinasi vitamin E dan vitamin Amembuat kulit menjadi

kenyal, menghilangkan kerut, membuat kulit terlihat muda dan segar. Potasium

(26)

mencegah pengendapan cairan dalam tubuh dan dapat menurunkan tekanan

darah.Asam oleat yang terdapat pada buah alpukat merupakan antioksidan yang

sangat kuat yang dapat menangkap radikal bebas dalam tubuh akibat polusi.

Vitamin B6 yang ada dalam buah alpukat berkhasiat untuk meredakan sidrom

pra-haid atau pra-menstruasi (PMS) yangumumnya diderita wanita setiap bulan. Zat

besi dan tembaga diperlukandalam proses

regenerasidarahsehinggamencegahpenyakit anemia. Mineral mangan dan seng

bermanfaat untuk meredakan tekanan darah tinggi, memantau detak jantung

danmenjaga fungsi saraf tetap terjaga.

Buah alpukat merupakan sumber lemak nabati yang termasukjenis lemak

tak jenuh. Lemak ini berguna untukmenurunkan kadar kolestrol darah (LDL),

yang berarti dapat mencegah penyakit stroke, darahtinggi, kanker atau penyakit

jantung. Lemak tak jenuh pada alpukat juga mudah dicerna tubuhsehingga dapat

memberikan hasil maksimal pada tubuh. Lemak tak jenuh pada alpukat

jugamengandung zat anti bakteri dan anti jamur (Anonim, 2015).

2.1.4 Manfaat Tepung

Tepung adalah partikel padat yang berbentuk butiran halus atau sangat

halus. Tepung bisa berasal dari bahan nabati misalnya tepung terigu dari gandum,

tapioka dari singkong, maizena dari jagung, atau hewani misalnya tepung tulang

dan tepung ikan. Berdasarkan komposisinya, tepung digolongkan menjadi dua,

yaitu tepung tunggal adalah tepung yang dibuat dari satu jenis bahan pangan,

misalnya tepung beras, tepung tapioka, tepung ubi jalar dan sebagainya, dan

(27)

misalnya tepung komposit kasava-terigu-kedelai, tepung komposit jagung-beras,

atau tepung komposit kasava-terigu-pisang (Sindumarta, 2012).

Pada pembuatan tepung, seluruh komponen yang terkandung di dalam

bahan pangan dipertahankan keberadaannya, kecuali air. Teknologi tepung

merupakan salah satu proses alternatif produk setengah jadi yang dianjurkan,

karena lebih tahan disimpan, mudah dicampur (dibuat komposit), diperkaya zat

gizi (difortifikasi), mudah dibentuk, dan lebih cepat dimasak sesuai tuntutan

kehidupan modern yang ingin serba praktis (Nuraini, 2011).

Tepung memiliki keuntungan yaitu lebih tahan disimpan, mudah dicampur

(dibuat komposit), mudah diperkaya dengan zat gizi (difortifikasi), mudah

dibentuk, dimasak, dikreasikan dan praktis, mudah diolah menjadi aneka macam

olahan, mulai dari olahan tradisional/khas daerah hingga modern, sehingga nilai

ekonomisnya semakin meningkat dan diterima masyarakat luas, lebih mudah

dalam distribusi dan menghemat ruangan dan biaya penyimpanan dapat

menciptakan peluang usaha baru(Manurung, 2012).

2.2 Kue Bolu

Menurut Veranita yang dikutip oleh Andriani (2012), boluadalahkue yang

berbahandasartepung (umumnyatepungterigu), gula,dan telur.

Kueboluumumnyadimasakdengancaradipanggang di oven,namun ada juga kue

bolu dimasak dengan cara dikukus. Kue bolu sangat populer di kalangan

masyarakat. Bahkan masyarakat juga sudah biasa membuat kue bolu, khususnya

para ibu. Para ibu tertarik dengan membuat kue bolu karena proses pengolahannya

(28)

makanan yang membahas tentang proses pembuatan kue bolu. Resep pembuatan

kue bolu juga mudah ditemukan, bisa didapatkan di toko buku atau di internet.

Banyak macam kuebolu, misalnykue tart yang

biasadigunakanuntukacarapestapernikahandanhariraya ulang tahun, dan bolu juga

bisa digunakanuntukacara-acaralainnya.

Kue bolu atau dalam bahasa Inggris disebut cake dapat dihias dengan

lapisan (icing) dari krim mentega (buttercream), fondant, atau marzipan disebut

kue tart (kue tarcis).Cake berhias (kue tart) atau tanpa hiasan digunakan sebagai

makanan penutup atau hidangan istimewa resepsi pernikahan atau pesta ulang

tahun. Dalam resepsi pernikahan dan pesta ulang tahun di negara bagian Barat,

upacara pemotongan kue tart merupakan salah satu acara yang sakral.Di

Indonesia, kue bolu (tart) juga menjadi makanan khas pada acara tertentu, seperti

pernikahan atau ulang tahun. Kue bolu yang digulung dan berisi krim mentega

atau selai disebut bolu gulung. Berbagai macam puding juga menggunakan bahan

dasar potongan kue bolu yang diletakkan di dasar loyang sebelum disiram dengan

agar-agar.

2.2.1 Pembuatan Bolu

Menurut Veranita yang dikutip oleh Andriani (2012), bahan utama yang

digunakan dalam pembuatan bolu adalah tepung. Umumnya pembuatan bolu

menggunakan tepung terigu. Bahan lain yang tidak kalah pentingnya adalah gula,

karena pada umumnya bolu mempunyai rasa yang manis. Pati yang digunakan

pada umumnya dipanaskan sampai tergelatinisasi, artinya pati tersebut matang

(29)

dengan cara dioven atau dikukus. Pembuatan bolu umumnya dilakukan

menggunakan teknologi sederhana. Pada umumnya prosesnya terdiri atas

pencampuran bahan, pembuatan adonan dan pemanasan baik dioven atau dikukus.

Sebagai bahan utama pembuatan bolu umumnya adalah sumber zat hidrat

arang, yaitu tepung terigu. Sebagai bahan tambahan digunakan gula pasir. Pada

bolu umumnya tidak ditambah rasa atau aroma, jadi rasanya adalah rasa bahan

utama dan manis, tetapi dapat pula ditambah rasa berupa vanilli, pandan, atau

coklat. Bahan pembantu lain yang digunakan dalam pembuatan bolu adalah telur.

Telur berfungsi untuk membantu pengembangan adonan, meningkatkan tekstur,

memberi rasa dan meningkatkan nilai gizi. Berikut ini merupakan bahan-bahan

dasar pembuatan bolu :

1. Tepung Terigu

Menurut Syarbini (2013), tepung terigu adalah hasil dari penggilingan biji

gandum. Gandum merupakan salah satu tanaman biji-bijian yang biasa

tumbuh di Amerika, Kanada, Eropa dan Australia. Secara umum tepung terigu

biasa digunakan untuk membuat aneka macam makanan seperti kue dan roti.

Hal ini menjadi salah satu bahan konsumsi masyarakat karena dianggap

sebagai pengganti karbohidrat dan protein. Tepung terigu mengandung gluten

yang dapatmembuatadonanmakananmenjadi tipis danelastis.

Berdasarkan kandungan protein (gluten), terdapat 3 jenis terigu yang ada

(30)

a) Hard flour. Terigu jenis ini mempunyai kadar protein 12-13%. Jenis

tepung ini digunakan untuk pembuatan mie dan roti berkualitas tinggi.

Contohnya, terigu dengan merk dagang Cakra Kembar.

b) Medium hard flour. Terigu jenis ini mengandung protein 9,5-11%. Tepung

ini banyak digunakan untuk pembuatan roti, mie dan macam-macam kue

serta biskuit. Contohnya, terigu dengan merk dagang Segitiga Biru.

c) Soft flour.Terigu ini mengandung protein sebesar 7-8,5%. Penggunaannya

cocok sebagai bahan pembuatan kue dan biskuit. Contohnya, terigu

dengan merk dagang Kunci Biru.

2. Gula

Gulaadalahsuatukarbohidratsederhana yang menjadisumber energy

dankomoditiperdaganganutama.Gula paling

banyakdiperdagangkandalambentuk Kristal sukrosapadat.

Guladigunakanuntukmengubah rasa menjadimanispadamakananatauminuman.

Gulasederhana, sepertiglukosa (yang

diproduksidarisukrosadenganenzimatauhidrolisisasam), menyimpanenergi

yang akandigunakanoleh sel. Gulasebagaisukrosadiperolehdariniratebu, bit

gula, atauaren. Proses untukmenghasilkangulamencakuptahapekstrasi

(pemerasan) diikutidenganpemurnianmelaluidistilasi (penyulingan).

Gulamempunyaibentuk, aroma danfungsi yang berbeda.

Ada beberapa jenis gula yang digunakan dalam pengolahan makanan.

Salah satunya adalah gula pasir. Gula pasir (Granulated Sugar) adalah gula

(31)

yang putih dan kecoklatan (raw sugar). Karena ukuran butiranya seperti pasir,

gula jenis ini sering disebut gula pasir. Biasanya digunakan sebagai pemanis

untuk masakan, minuman, kue atau penganan lain. (Dewi, 2012).

3. Telur

Teluradalahsalahsatubahanmakananhewani yang dikonsumsiselaindaging,

ikandansusu. Umumnyatelur yang dikonsumsiberasaldarijenis-jenisunggas,

sepertiayam, bebekdanangsa.Telurmerupakanbahanmakanan yang

sangatakrabdengankehidupankitasehari-hari.Telursebagaisumber protein

mempunyaibanyakkeunggulanantaralain, kandunganasam amino paling

lengkapdibandingkanbahanmakanan lain sepertiikan, daging, ayam, tahu,

tempe, dan lain-lain. Telurmempunyaicitarasa yang

enaksehinggadigemariolehbanyak

orang.Telurjugaberfungsidalamanekaragampengolahanbahanmakanan.Selainit

u, telurtermasukbahanmakanansumber protein yang relatif

murahdanmudahditemukan.Hampirsemua orang membutuhkantelur (Mietha,

2008).

Telur merupakan salah satu bahan pangan yang paling lengkap gizinya

dan sangat populer di kalangan masyarakat. Selain itu, bahan pangan ini juga

bersifat serba guna karena dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.

Biasanya telur sangat mudah dimasak untuk dikonsumsi. Sehingga telur

merupakan bahan pangan praktis yang mudah untuk diolah. Komposisinya terdiri

(32)

dari protein 6,3 gram, karbohidrat 0,6 gram, lemak 5 gram, vitamin dan mineral di

dalam 50 gram telur (Sudaryani, 2003).

Resep pembuatan bolu adalah dengan menyiapkan bahan-bahan

sebagai berikut : tepung terigu 200 gram, telur 4 butir, gula pasir 100 gram,

emulsifier 1 sendok teh, baking soda 1 sendok teh, mentega yang telah dicairkan

100 gram. Proses pembuatan bolu tepung buah alpukat yaitu diawali dengan

mengaduk telur menggunakan mixer. Proses selanjutnya adalah menambahkan

emulsifier dan gula pasir sedikit demi sedikit. Setelah adonan mengembang dan

berwarna putih, tambahkan tepung terigu, dan baking soda yang telah diayak

sebelumnya. Kemudian tambahkan mentega yang telah dicairkan dan aduk secara

merata. Proses selanjutnya adalah menuangkan adonan yang telah diaduk secara

merata ke dalam catakan bolu dan panggang di oven selama 45 menit dengan

suhu 1000C. Sehingga jadilah bolu.(Anonim, 2015).

2.2.2 Kandungan Gizi Bolu

Dalam satu buah bolu yang memiliki berat 50 gram mengandung energi

sebanyak 148 kkal, lemak 2.150 miligram, kolesterol 85 miligram, protein 3.650

miligram, karbohidrat 28.850 miligram, sodium 114 miligram, dan kalium 70

miligram. Berdasarkan AKG (Angka Kecukupan Gizi) dari 2.000 kalori,

karbohidrat yang terdapat pada bolu dengan berat 50 gram sebanyak 78%, lemak

13 %, dan protein 9 %. Sehingga karbohidrat merupakan zat gizi tertinggi. Berikut

ini merupakan tabel informasi nilai gizi satu potong bolu dengan berat 50 gram.

Tabel 2.2 Informasi Nilai Gizi Bolu

No. Zat Gizi Jumlah

1 Energi (kkal) 148

(33)

3 Lemak Jenuh (mg) 650 4 Lemak Tak Jenuh Ganda (mg) 324 5 Lemak Tak Jenuh Tunggal (mg) 788

6 Kolesterol (mg) 85

Menurut Moehji (2000), cita rasa makanan mencakup 2 aspek utama yaitu

penampilan makanan sewaktu dihidangkan dan rasa makanan pada saat dimakan.

Kedua aspek tersebut sama pentingnya untuk diperhatikan agar benar-benar dapat

menghasilkan makanan yang memuaskan. Daya penerimaan terhadap suatu

makanan ditentukan oleh rangsangan yang ditimbulkan oleh makanan melalui

indera penglihat, penciuman serta perasa atau pencecap. Walaupun demikian

faktor utama yang akhirnya memengaruhi daya penerimaan terhadap makanan

yaitu rangsangan cita rasa yang ditimbulkan oleh makanan itu. Oleh karena itu,

penting sekali dilakukan penilaian cita rasa untuk mengetahui daya penerimaan

konsumen.

Menurut Winarno (2002) rasa suatu makanan merupakan faktor yang turut

menentukan daya terima konsumen. Rasa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

senyawa kimia, suhu, konsentrasi dan interaksi dengan komponen rasa yang lain.

Warna makanan juga memegang peranan utama dalam penampilan makanan

karena merupakan rangsangan pertama pada indera mata. Warna makanan yang

menarik dan tampak alamiah dapat meningkatkan cita rasa.

(34)

Konsistensi atau tekstur makanan juga merupakan komponen yang turut

menentukan cita rasa makanan karena sensitifitas indera cita rasa dipengaruhi oleh

konsistensi makanan. Makanan yang berkonsistensi padat atau kental akan

memberikan rangsangan lebih lambat terhadap indera kita.

Penyajian makanan merupakan faktor tertentu dalam penampilan hidangan

yang disajikan. Jika penyajian makanan tidak dilakukan dengan baik, seluruh

upaya yang telah dilakukan guna menampilkan makanan dengan cita rasa tinggi

akan tidak berarti. Penampilan makanan waktu disajikan akan merangsang indera

terutama penglihatan yang berkaitan dengan cita rasa makanan itu. Apabila

penampilan makanan yang disajikan merangsang saraf melalui indera penglihatan

sehingga mampu membangkitkan selera untuk mencicipi makanan itu, maka pada

tahap selanjutnya rasa makanan itu akan ditentukan oleh rangsangan terhadap

indera penciuman dan indera perasa.

Aroma yang disebarkanolehmakananmerupakan daya tarik yang sangat

kuat

danmampumerangsanginderapenciumansehinggamembangkitkanselera.Timbulny

a aroma makanandisebabkanolehterbentuknyasenyawa yang

mudahmenguapsebagaiakibatataureaksikarenapekerjaanenzimataudapatjugaterben

tuktanpabantuanreaksienzim.

2.5 Uji Organoleptik

Penilaian organoleptik disebut juga dengan penilaian indera atau penilaian

sensorik yang merupakan suatu cara penilaian yang paling primitif atau sudah

(35)

mutu dalam industri pangan dan industri hasil pertanian lainnya. Kadang-kadang

penilaian ini dapat memberikan hasil penilaian yang sangat teliti. Dalam beberapa

hal penilaian dengan indera bahkan melebihi ketelitian alat yang paling sensitif

(Susiwi, 2009).

Menurut Rahayu (1998) sistem penilaian organoleptik telah dibakukan dan

dijadikan alat penilaian di dalam Laboratorium. Penilaian organoleptik juga telah

digunakan sebagai metode dalam penelitian dan pengembangan produk. Dalam

hal ini prosedur penilaian memerlukan pembakuan yang baik dalam cara

penginderaan maupun dalam melakukan analisa data.

Indera yang berperan dalam uji organoleptik adalah indera penglihatan,

penciuman, pencicipan, peraba dan pendengaran. Panel diperlukan untuk

melaksanakan penilaian organoleptik dalam penilaian mutu atau sifat-sifat

sensorik suatu komoditi, panel bertindak sebagi instrumen atau alat. Panel ini

terdiri atas orang atau kelompok yang bertugas menilai sifat dari suatu komoditi.

Orang yang menjadi anggota panel disebut panelis.

Uji hedonik atau uji kesukaan merupakan salah satu jenis uji penerimaan.

Dalam uji ini panelis diminta mengungkapkan tanggapan pribadinya tentang

kesukaan atau sebaliknya ketidaksukaan, di samping itu mereka juga

mengemukakan tingkat kesukaan/ketidaksukaan. Tingkat-tingkat kesukaan ini

disebut orang skala hedonik, misalnya amat sangat suka, sangat suka, suka, agak

suka, netral, agak tidak suka, tidak suka, sangat tidak suka dan amat sangat tidak

suka. Skala hedonik dapat direntangkan atau diciutkan sesuai yang diinginkan

(36)

2.6 Panelis

Menurut Rahayu (1998), dalam penilaian organoleptik dikenal tujuh

macam panelis, yaitu panelis perseorangan, panelis terbatas, panelis terlatih,

panelis agak terlatih, panelis tidak terlatih, panelis konsumen dan panelis

anak-anak. Perbedaan ketujuh panelis tersebut didasarkan pada keahlian dalam

melakukan penilaian organoleptik.

1. Panelis Perseorangan

Panelis perseorangan adalah orang yang sangat ahli dengan kepekaan

spesifik yang sangat tinggi yang diperoleh karena bakat atau latihan-latihan

yang sangat intensif. Panelis perseorangan sangat mengenal sifat, peranan dan

cara pengolahan bahan yang akan dinilai dan menguasai metode-metode

analisa organoleptik dengan sangat baik. Keuntungan menggunakan panelis

ini adalah kepekaan tinggi, bias dapat dihindari, penilaian efisien. Panelis

perseorangan biasanya digunakan untuk mendeteksi penyimpangan yang tidak

terlalu banyak dan mengenali penyebabnya.

2. Panelis Terbatas

Panelis terbatas terdiri dari 3-5 orang yang mempunyai kepekaan tinggi

sehingga bias lebih dapat dihindari. Panelis ini mengenal dengan baik

faktor-faktor dalam penilaian organoleptik dan mengetahui cara pengolahan dan

pengaruh bahan baku terhadap hasil akhir.

3. Panelis Terlatih

Panelis terlatih terdiri dari 15-25 orang yang mempunyai kepekaan cukup

(37)

latihan-latihan. Panelis ini dapat menilai beberapa rangsangan sehingga tidak

terlampau spesifik.

4. Panelis Agak Terlatih

Panelis agak terlatih terdiri dari 15-25 orang yang sebelumya dilatih untuk

mengetahui sifat-sifat tertentu. Panelis agak terlatih dapat dipilih dari kalangan

terbatas dengan menguji datanya terlebih dahulu. Sedangkan data yang sangat

menyimpang boleh tidak digunakan dalam keputusannya.

5. Panelis Tidak Terlatih

Panelis tidak terlatih terdiri dari 25 orang awam yang dapat dipilih

berdasarkan jenis suku-suku bangsa, tingkat sosial dan pendidikan. Panelis

tidak terlatih hanya diperbolehkan menilai sifat-sifat organoleptik yang

sederhana seperti sifat kesukaan, tetapi tidak boleh digunakan dalam uji

pembedaan. Panelis tidak terlatih biasanya terdiri dari orang dewasa dengan

komposisi panelis pria sama dengan panelis wanita.

6. Panelis Konsumen

Panelis konsumen terdiri dari 30 hingga 100 orang yang tergantung pada

target pemasaran komoditi. Panelis ini mempunyai sifat yang sangat umum

dan dapat ditentukan berdasarkan perorangan atau kelompok tertentu.

7. Panelis Anak-anak

Panelis yang khasadalah panelis yang menggunakananak-anakberusia 3-10

tahun.Biasanyaanak-anakdigunakandalampenilaianprodukpangan yang

disukaisepertipermen, eskrimdansebagainya. Cara

(38)

kemudiandipanggiluntukdimintaresponnyadenganalatbantugambarsepertibone

ka snoopy yang sedangsedih, biasaatautertawa.

2.7 Kerangka Konsep Penelitian

Bolu yang dimanfaatkan dari tepung buah alpukat akan diuji berdasarkan

daya terima yang meliputi warna, aroma, tekstur, dan rasa. Kemudian bolu tepung

buah alpukat juga akan diuji berdasarkan kandungan gizinya. Berikut ini

merupakan kerangka konsep penelitian.

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian Pemanfaatan tepung buah

alpukat dalam pembuatan bolu

Daya terima bolu terhadap warna, aroma, tekstur, dan rasa

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen,

menggunakan rancangan penelitian acak lengkap yang terdiri dari dua faktor yaitu

tepung terigu dan tepung buah alpukat dengan 3 perlakuan menggunakan tepung

buah alpukat dan tepung terigu yaitu 10% : 90%, 20% : 80%, dan 30% : 70%

dengan simbol A1, A2, dan A3.Berikut merupakan ini tabel rincian perlakuan

terhadap pembuatan bolu.

Tabel 3.1 Rincian Perlakuan

Perlakuan Kombinasi Bahan

I A1 (Tepung Buah Alpukat 10% + Tepung Terigu 90%) II A2 (Tepung Buah Alpukat 20% + Tepung Terigu 80%) III A3 (Tepung Buah Alpukat 30% + Tepung Terigu 70%)

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Proses pembuatan tepung buah alpukat dan pembuatan bolu tepung buah

alpukat dilakukan di laboratorium gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara. Pengujian zat gizi dilakukan di Balai Riset dan

Standardisasi Industri Medan. Sedangkan pelaksanaan uji daya terima bolu tepung

buah alpukat dilakukan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

(40)

3.2.2 Waktu Penelitian

Penulisan proposal penelitian dilakukan pada bulan Juni 2014 sampai

April 2015 dan penelitian dilakukan pada bulan Mei 2015 sampai Agustus 2015.

3.3 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah bolu dengan substitusi tepung buah alpukat.

3.4 Definisi Operasional

1. Bolu tepungbuah alpukat adalahjenis kue berbahan dasar tepung terigu,

tepung buah alpukat, telur, dan gula yang dipanggang dalam oven.

2. Daya terima adalah tingkat kesukaan panelis terhadap bolu yang dibuat

dengan modifikasi tepung buah alpukat meliputi warna, tekstur, aroma,

dan rasa yang dilakukan pada mahasiswa.

3. Warna adalah corak rupa bolu dengan penambahan tepung buah alpukat

yang dapat dilihat dengan indera penglihatan.

4. Rasa adalah bagian dari organoleptik yang ditimbulkan oleh bolu

dengan penambahan tepung buah alpukat yang dapat dirasakan oleh

indera pengecap.

5. Aroma adalah bagian dari organoleptik yang ditimbulkan oleh bolu

dengan penambahan tepung buah alpukat yang dapat dirasakan oleh

indera penciuman.

6. Tekstur adalah tingkatkelembutanbolutepung buah alpukat.

7. Kandungan gizi adalah zat gizi yang terdapat dalam bolutepung buah

alpukat.

(41)

Prosedur pelaksanaan eksperimen merupakan langkah-langkah yang

ditentukan dalam melaksanakan percobaan pembuatan bolu dengan penambahan

tepung buah alpukat. Adapun prosedur pelaksanaan eksperimen meliputi alat dan

bahan serta tahapan penelitian.

3.5.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan bolu tepung buah alpukat

yaitu pengaduk kue (mixer), baskom, sendok, cetakan bolu, timbangan, sendok,

oven, panci, dan kompor.

Alat yang digunakan untuk menganalisis kandungan gizi bolu tepung buah

alpukat yaitu blender, labu ukur 100 ml, alat titrasi, tabung reaksi, pipet, kertas

saring, cawan, dan oven desikator.

Alat yang digunakan untuk melakukan uji daya terima bolu tepung buah

alpukat antara lain :

1. Formulir uji organoleptik, yaitu formulir yang berisi pertanyaan tentang

warna, rasa, aroma, tekstur dari bolutepung buah alpukat.

2. Alat tulis berupa pulpen, pensil, dan penghapus.

3.5.2 Bahan

Penggunaan bahan bolu di dalam eksperimen ini dipilih dari bahan yang

berkualitas baik, misalnya kondisi bahan masih baik dan tidak busuk.

1. Bahan yang digunakan untuk membuat tepung buah alpukat adalah

buah alpukat yang segar dan tidak busuk.

(42)

3. Bahan pereaksi yang digunakan untuk melakukan penelitian kadar

protein dan lemak terdiri dari : aquadest, campuran selenium, HBO3,

NaOH 30%, H2SO4, H2BO3 2%, H2BO4 0,2 N, HC1, Kloroform,

pelarut lemak, dan larutan indikator.

Tabel 3.2 Jumlah Pemakaian Bahan pada Pembuatan Bolu Tepung Buah Alpukat

Bahan Kelompok Eksperimen

A1 A2 A3

Tepung buah alpukat (gr) 10 20 30 Tepung terigu (gr) 90 80 70 Gula pasir (gr) 100 100 100

Mentega (gr) 50 50 50

Telur (btr) 2 2 2

Emulsifier (sdt) 1/2 ½ 1/2

Baking soda (sdt) 1/2 ½ 1/2

3.5.3 Proses Pembuatan Tepung Buah Alpukat

Pembuatan tepung buah alpukat menggunakan buah alpukat varietas

Persea americana Mill dengan langkah pertama yaitu penyortiran buah alpukat.

Penyortiran dilakukan pada buah alpukat dengan memilih buah alpukat dalam

kondisi yang baik atau tidak busuk, segar, dan tidak terlalu matang. Langkah

selanjutnya adalah pengupasan atau pemisahan kulit buah alpukat dengan daging

buah alpukat yaitu dengan cara membelah buah alpukat menjadi dua bagian, lalu

diambil daging buahnya menggunakan sendok makan kemudian dipotong

kecil-kecil. Pembelahan buah alpukat menjadi dua bagian dapat dilakukan secara

vertikal atau secara horizontal. Langkah selanjutnya adalah potongan daging buah

alpukat dikeringkan di dalam oven bersuhu 50-650C selama 1 hari untuk

(43)

Dikupas

Dipotong kecil-kecil

Dikeringkan

Dihaluskan

Diayak

buah alpukat dihaluskan dengan menggunakan blender hingga menjadi partikel

kecil yang disebut sebagai tepung buah alpukat. Berikut ini merupakan diagram

pembuatan tepung buah alpukat.

Prosedur Pembuatan Tepung Buah Alpukat

Gambar 3.1 Diagram Pembuatan Tepung Buah Alpukat

3.5.4 Proses Pembuatan Bolu Tepung Buah Alpukat

Proses pembuatan bolu tepung buah alpukat yaitu diawali dengan

mengaduk telur menggunakan mixer. Proses selanjutnya adalah menambahkan

emulsifier dan gula pasir sedikit demi sedikit. Setelah adonan mengembang dan Buah alpukat

(44)

berwarna putih, tambahkan tepung terigu, tepung buah alpukat, dan baking soda

yang telah diayak sebelumnya. Kemudian tambahkan mentega yang telah

dicairkan dan aduk secara merata. Proses selanjutnya adalah menuangkan adonan

yang telah diaduk secara merata ke dalam catakan bolu dan panggang di oven

selama 45 menit dengan suhu 1000C. Sehingga jadilah bolu tepung buah alpukat.

Berikut ini merupakan diagram pembuatan bolu tepung buah alpukat.

Proses Pembuatan Bolu Tepung Buah Alpukat

Telur 2 btr

Baking soda 1/2 sdt dan mentega 50 gr yang telah dicairkan

Aduk secara merata, kemudian panggang di oven selama 45 menit

dengan suhu 1000C

(45)

Gambar 3.2 Diagram Pembuatan Bolu Tepung Buah Alpukat

3.6 Analisis Kandungan Gizi 3.6.1 Analisis Lemak

Cara kerja:

a. Timbang dengan teliti 1 gram sampel, lalu dimasukkan kedalam tabung

reaksi berskala 10 ml, ditambahkan kloroform mendekati skala.

b. Kemudian ditutup rapat, dikocok dan dibiarkan semalam, himpitkan

dengan tanda skala 10 ml dengan pelarut lemak yang sama dengan

memakai pipet, lalu dikocok hingga homogen kemudian disaring

dengan kertas saring kedalam tabung reaksi.

c. Dipipet 5cc kedalam cawan yang telah ketahui beratnya (a gram) lalu

diovenkan suhu 1000C selama 3 jam.

d. Dimasukkan ke dalam desikator selama 30 menit, kemudian ditimbang ( b

gram).

e. Dihitung kadar lemak kasar dengan rumus sebagai berikut :

Kadar Lemak = ( ) 100%

3.6.1 Analisis Protein

Cara kerja:

a. Timbang seksama 0,51 gram sampel, masukkan ke dalam labu Kjeldhal

100 ml.

(46)

c. Panaskan di atas pemanas listrik atau api pembakar sampai mendidih

dan larutan menjadi jernih kehijau-hijauan (sekitar 2 jam).

d. Biarkan dingin, kemudian encerkan dan masukkan ke dalam labu ukur

100 ml, tepatkan sampai tanda garis.

e. Pipet 5 ml larutan dan masukkan ke dalam alat penyuling, tambahkan 5

ml NaOH 30%.

f. Sulingkan selama lebih kurang 10 menit, sebagai penampung gunakan

10 ml larutan asam borat 2% yang telah dicampur indikator.

g. Bilasi ujung pendingin dengan air suling.

h. Titrasi dengan larutan HCl 0,01 N.

i. Kerjakan penetapan blanko.

j. Perhitungan :

Kadar Protein = ( ) , .

3.8 Uji Organoleptik

Penilaian secara subjektif dilakukan dengan uji organoleptik. Uji

organoleptik adalah penilaian yang menggunakan indera. Jenis uji organoleptik

yang digunakan adalah uji kesukaan/hedonik menyatakan suka/tidaknya terhadap

suatu produk.

Uji hedonik adalah pengujian yang dilakukan dengan skala hedonik.

Sembilan titik sebagai acuan, namun mempermudah panelis dan peneliti skala ini

diperkecil menjadi 3 tingkatan dengan skor yang paling rendah adalah 1 dan skor

(47)

konsumen dapat diketahui sesuai dengan table berikut.

Tabel 3.3 Tingkat Penerimaan Panelis pada Uji Hedonik

Organoleptik Skala Hedonik Skala Numerik

Untuk penilaian kesukaan/analisa sifat sensoris suatu komoditi diperlukan

alat instrumen, alat yang digunakan terdiri dari orang/kelompok. Orang yang

dimaksud adalah panel. Orang yang bertugas sebagai panel disebut panelis.

Jenis panelis yang digunakan adalah panelis tidak terlatih yang diambil

dari 30 orang mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara. Pada saat diminta penilaian terhadap uji daya terima ini, para panelis telah

(48)

a) Waktu dan Tempat

Penilaian uji daya terima terhadap bolu tepung buah alpukat dilakukan di

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara pada bulan Juni

2015.

b) Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah bolu tepung buah alpukat dengan 3 variasi

yang berbeda komposisi bahan. Perbandingan tepung buah alpukat dengan

tepung terigu pada masing-masing variasi yaitu 10% : 90%, 20% : 80%, 30% :

70%.

3. Langkah-Langkah pada Uji Daya Terima

a. Mempersilahkan panelis untuk duduk di ruangan yang telah

disediakan.

b. Membagikan sampel dengan kode sesuai variasi, air minum dalam

kemasan, formulir penilaian dan alat tulis.

c. Memberikan penjelasan singkat kepada panelis tentang cara memulai

dan cara pengisian formulir.

d. Memberikan kesempatan kepada panelis untuk memenuhi dan

menuliskan penilaian pada lembar formulir penilaian.

e. Mengumpulkan formulir yang telah diisi oleh panelis.

f. Setelah formulir penilaian dikumpulkan kemudian dianalisis.

3.8 Pengolahan dan Analisis Data

(49)

dengan menggunakan analisis deskriptif persentase. Analisis deskriptif persentase

ini digunakan untuk mengkaji reaksi panelis terhadap suatu bahan yang diujikan.

Untuk mengetahui tingkat kesukaan dari panelis dilakukan analisis deskriptif

kualitatif persentase yaitu kualitatif yang diperoleh dari panelis harus dianalisis

dahulu untuk dijadikan data kuantitatif. Skor nilai untuk mendapatkan persentase

dirumuskan sebagai berikut.

% = x 100

Keterangan :

% = skor presentase

n = jumlah skor yang diperoleh

N = skor ideal (skor tertinggi x jumlah panelis)

Untuk mengubah skor persentase menjadi nilai kesukaan konsumen,

analisanya adalah sebagai berikut :

1. Nilai tertinggi = 3 (suka)

2. Nilai terendah = 1 (tidak suka)

3. Jumlah kriteria yang ditentukan = 3 kriteria

4. Jumlah panelis = 30 orang

a. Skor maximum = jumlah panelis x nilai tertinggi

= 30 x 3 = 90

b. Skor minimum = jumlah panelis x nilai terendah

= 30 x 1 = 30

(50)

= %

e. Rentangan = nilai tertinggi – nilai terendah

= 100% - 33,3% = 66,7%

f. Interval presentase = rentangan : jumlah kriteria

= 66,7% : 3 = 22,2% ≈ 22%

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka dapat dibuat interval

persentase dan kriteria kesukaan sebagai berikut.

Table 3.4 Interval Persentase dan Kriteria Kesukaan

Presentase Kriteria Kesukaan

78–100 Suka

56-79,9 Kurang suka 34-55,9 Tidak suka

Tabel interval persentase dan kriteria kesukaan menunjukkan bahwa pada

persentase 34-55,9 panelis tidak menyukai bolu tepung buah alpukat berdasarkan

aroma, warna, tekstur, dan rasa sehingga termasuk dalam kriteria tidak suka. Pada

persentase 56-79,9 panelis kurang menyukai bolu tepung buah alpukat

berdasarkan aroma, warna, tekstur, dan rasasehingga termasuk dalam kriteria

kurang suka. Pada persentase 78-100 panelis menyukai bolu tepung buah alpukat

berdasarkan aroma, warna, tekstur, dan rasasehingga termasuk dalam kriteria

(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Tepung Buah Alpukat

Pembuatan tepung buah alpukat menggunakan buah alpukat varietas

Persea americana Mill yang memiliki bentuk lonjong dan bulat serta memiliki

warna hijau dan merah.Proses pembuatan tepung buah alpukat dimulai dari

penyortiran buah alpukat. Penyortiran buah alpukat dilakukan dengan cara

memilih buah alpukat dalam kondisi yang baik atau tidak busuk, segar, dan tidak

terlalu matang. Langkah selanjutnya adalah pengupasan atau pemisahan kulit

buah alpukat dengan daging buah alpukat yaitu dengan cara membelah buah

alpukat menjadi dua bagian, lalu diambil daging buahnya menggunakan sendok

makan kemudian dipotong kecil-kecil. Pembelahan buah alpukat menjadi dua

bagian dapat dilakukan secara vertikal atau secara horizontal.

Potongan daging buah alpukatkemudian dikeringkan di dalam oven

bersuhu 50-650C selama 1 hari untuk mengurangi kadar air dan mempermudah

proses penghalusan. Selama proses pengeringan di dalam oven,daging buah

alpukat mengeluarkan aroma yang khas. Hal ini di sebabkan karena kandungan

lemak yang cukup tinggi pada buah alpukat. Lemak jika dipanaskan akan

mengeluarkan aroma yang khas.Setelah kering, buah alpukat dihaluskan dengan

menggunakan blender hinggahalus, kemudian diayak menggunakan saringan

hingga menjadi partikel kecil yang disebut sebagai tepung buah alpukat.

(52)

halus, memiliki aroma khas, namun jika diayak tidak akan lolos sempurna karena

tepung buah alpukat memiliki kandungan lemak yang cukup tinggi. Jika

menyentuh tepung buah alpukat, sebagian tepung akan menempel di tangan.

Berikut ini merupakan gambar tepung buah alpukat.

Gambar 4.1 Tepung Buah Alpukat

4.2 Bolu Tepung Buah Alpukat

Pembuatan bolu tepung buah alpukat dilakukan dengan 3 perlakuan. Bolu

yang dihasilkan adalah hasil dari substitusi tepung buah alpukat. Ketiga perlakuan

tersebut diolah dengan cara yang sama, namun menggunakan komposisi tepung

buah alpukat dan tepung terigu yang berbeda.

Perlakuan I atau disebut dengan sampel A1 memiliki kombinasi bahan

utama yaitu tepung buah alpukat 10% dan tepung terigu 90%, gula pasir, serta

telur. Bahan tambahan yaitu mentega, emulsifier, dan baking soda. Bolu yang

dihasilkan memiliki tekstur yang lembut, memiliki rasa yang hampir sama dengan

bolu tepung terigu, memiliki warna coklat muda yang pucat, memiliki aroma

hampir sama dengan bolu tepung terigu.

Perlakuan II atau disebut dengan sampel A2 memiliki kombinasi bahan

(53)

telur. Bahan tambahan yaitu

dihasilkan memiliki tekstur

alpukat, memiliki warna cok

Perlakuan III atau

utama yaitu tepung buah

telur. Bahan tambahan yaitu

dihasilkan memiliki tekstur

alpukat, memiliki warna

merupakan gambar bolu tepung buah alpukat.

Berdasarkan gambar

pada masing-masing perlakuan.

terhadap bolu tepung buah

dan rasa yang berbeda. Berikut

A1

tambahan yaitu mentega, emulsifier, dan baking soda. Bolu

memiliki tekstur yang lembut, memiliki rasa agak pahit kha

warna coklat, memiliki aroma khas buah alpukat.

I atau disebut dengan sampel A3 memiliki kombinasi

tepung buah alpukat 30% dan tepung terigu 70%, gula pasir,

tambahan yaitu mentega, emulsifier, dan baking soda.Bolu

memiliki tekstur yang lembut, memiliki rasa agak pahit khas

warna coklat, memiliki aroma khas buah alpukat. Berikut

merupakan gambar bolu tepung buah alpukat.

Gambar 4.2 Bolu Tepung Buah Alpukat

gambar ketiga perlakuan tersebut, dapat dilihat perbedaan

masing perlakuan. Pada masing-masing perlakuan yang dilakukan

tepung buah alpukat dihasilkan karakteristik warna, aroma,

yang berbeda. Berikut ini merupakan tabel karakteristik bolu tep

A2

n tabel karakteristik bolu tepung buah

(54)

alpukat.

Tabel 4.1 Karakteristik Bolu Tepung Buah Alpukat

Karakteristik A1 A2 A3

Warna Coklat muda Coklat Coklat Aroma Hampir sama dengan bolu

tepung terigu Rasa Hampir sama dengan bolu

tepung terigu

Pahit Pahit

Keterangan :

A1 adalahbolu tepung buah alpukat perlakuan I A2 adalahbolu tepung buah alpukat perlakuan II A3 adalahbolu tepung buah alpukat perlakuan III

4.3 Analisis Daya Terima Bolu Tepung Buah Alpukat

Analisis daya terima bolu tepung buah alpukat dilakukan pada panelisyang

ditetapkan dari mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara sebanyak 30 orang. Berikut ini merupakan hasil analisis daya terima bolu

tepung buah alpukat terhadap warna, aroma, tekstur, dan rasa.

4.3.1 Analisis Daya Terima Warna Bolu Tepung Buah Alpukat

Hasil analisis daya terima warna bolu tepung buah alpukat adalah sebagai

berikut.

Tabel 4.2 Hasil Analisis Daya TerimaWarnaBolu Tepung Buah Alpukat

Kriteria Warna Panelis Skor %

A1 adalahbolu tepung buah alpukat perlakuan I A2 adalahbolu tepung buah alpukat perlakuan II A3 adalah bolu tepung buah alpukat perlakuan III

Gambar

Gambar 2.1 Buah Alpukat
Tabel 2.1 Kandungan Gizi di dalam 100 gram Buah Alpukat
Tabel 2.2 Informasi Nilai Gizi Bolu
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

perbandingan organoleptik (tekstur, warna, aroma, dan rasa) bolu kukus dari tepung singkong (Manihot esculenta Crantz) dan penambahan ekstrak buah naga merah

Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui daya terima nugget ikan lele dengan tepung kacang merah berdasarkan analisis organoleptik terhadap kriteria warna,

Hal ini sesuai dengan daya terima pada warna, aroma, rasa dan tekstur yang memiliki nilai daya terima paling tinggi pada bolu tanpa substitusi (kontrol) diikuti oleh bolu

Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui daya terima nugget ikan lele dengan tepung kacang merah berdasarkan analisis organoleptik terhadap kriteria warna,

Tujuan penilitian ini adalah untuk mengetahui daya terima tempe biji kecipir beras merah berdasarkan sifat organoleptik yang meliputi rasa, aroma, warna, dan tekstur yang

Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui daya terima nugget ikan lele dengan tepung kacang merah berdasarkan analisis organoleptik terhadap kriteria warna,

Ada perbedaan uji organoleptik dari segi warna, rasa, tekstur, dan aroma terhadap kue bolu kukus dari bahan yang berbeda yaitu tepung terigu, tepung kacang merah, dan

1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dari penelitian ini adalah pemanfaatan tepung kacang hijau dalam pembuatan bolu kukus untuk melihat mutu organoleptik warna, aroma, tekstur,