• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai Kesukaan Konsumen Terhadap Teh Daun Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.) Berdasarkan Letak Daun Pada Pohon

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Nilai Kesukaan Konsumen Terhadap Teh Daun Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.) Berdasarkan Letak Daun Pada Pohon"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI KESUKAAN KONSUMEN TERHADAP TEH DAUN

GAHARU (Aquilaria malaccensis

Lamk.) BERDASARKAN LETAK

DAUN PADA BATANG

SKRIPSI

Oleh: Nora Adriana

071203006

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

NILAI KESUKAAN KONSUMEN TERHADAP TEH DAUN

GAHARU (Aquilaria malaccensis

Lamk.) BERDASARKAN LETAK

DAUN PADA BATANG

SKRIPSI

Oleh: Nora Adriana

071203006

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Nilai Kesukaan Konsumen Terhadap Teh Daun Gaharu

(

Aquilaria malaccensis Lamk.) Berdasarkan Letak Daun Pada Pohon

Nama : Nora Andriana NIM : 071203006 Program Studi : Kehutanan

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing

Ridwanti Batubara, S.Hut., MP Dr. Ir. Elisa Julianti., M.Si Ketua Anggota

Mengetahui,

Siti Latifah, S.Hut., M.Si., Ph.D. Ketua Program Studi Kehutanan

(4)

ABSTRACT

NORA ADRIANA: Value Of Consumers Preference Towards To Agarwood Tea Leaves (Aquilaria Malaccensis Lamk.) Based On The Location Of Leaves In The Trunk, supervised by RIDWANTI BATUBARA and ELISA JULIANTI.

Agarwood is a product of Non-Timber Forest Products are of high value and are exported to foreign countries. Utilization of wood still focused on the use of agarwood trees, sap and skin is more often used as a distinctive aroma produced. Therefore, it is necessary to study on the effect of the aloe plant leaf lies on the characteristics of the value of consumer preferences in the tea leaves of the aloes that dihasilkan.Tujuan this study is to determine the level of preference for the public to tea agarwood (Aquilaria malaccensis Lamk) based on the location of the leaves on the stem.

The results showed that the level of public preferences for Tea agarwood (Aquilaria malaccensis Lamk) are on a scale of 3-4 is enough love to love, where consumers prefer tea from the leaves of the aloes are in the middle position on the aloe tree.

(5)

ABSTRAK

NORA ADRIANA: Nilai Kesukaan Konsumen Terhadap Teh Daun Gaharu

(Aquilaria malaccensis Lamk.) Berdasarkan Letak Daun Pada Batang, dibimbing

oleh RIDWANTI BATUBARA dan ELISA JULIANTI.

Gaharu merupakan salah satu produk Hasil Hutan Non Kayu yang bernilai tinggi dan diekspor ke mancanegara. Pemanfaatan gaharu masih terfokus pada pemanfaatan pohon gaharu, getah dan kulitnya yang lebih sering digunakan karena aroma khas yang dihasilkan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh letak daun pada tanaman gaharu terhadap karakteristik nilai kesukaan konsumen pada teh daun gaharu yang dihasilkan.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui tingkat kesukaan masyarakat terhadap teh gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk) berdasarkan letak daun pada batang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesukaan masyarakat terhadap Teh gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk) berada pada skala 3-4 yaitu cukup suka hingga suka, dimana konsumen lebih menyukai teh dari daun gaharu yang berada pada posisi tengah pada batang pohon gaharu.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bekiun pada tanggal 21 November 1989 sebagai anak pertama dari pasangan Srianto (Bapak) dan Rohana (Ibu). Penulis menyelesaikan sekolah dasar di SD Negri 1 Kuala pada tahun 2001, Sekolah Menengah Pertama Negri 1 Kuala pada tahun 2004, dan pada tahun 2007 penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas Negri 1 Kuala. Pada tahun yang sama penulis diterima melalaui jalur Panduan Minat dan Prestasi (PMP) di Fakultas Pertanian, Jurusan Kehutanan, Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Universitas Sumatera Utara.

Pada tahun 2009, penulis mengikuti kegiatan Praktik Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) di Pulau Sembilan dan Aras Napal, Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara. Pada tahun 2011, penulis melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di KPH Perhutani Banyuwangi Utara selama 1 bulan. Penulis melaksanakan penelitian dengan judul “Nilai Kesukaan Konsumen

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Nilai Kesukaan Konsumen Terhadap Teh Daun Gaharu (Aquilaria

malaccensis Lamk.) Berdasarkan Letak Daun Pada Pohon” dengan baik. Skripsi

ini merupakan salah satu syarat untuk menjadi Sarjana Kehutanan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada komisi pembimbing Ibu Ridwanti Batubara S.Hut., MP dan Dr. Ir. Elisa Julianti M.Si selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis mengharapkan agar skripsi ini dapat menjadi panduan belajar dan bacaan yang bermanfaat bagi mahasiswa/i Kehutanan secara khusus dan menjadi salah satu sumber informasi bagi masyarakat secara umum. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, April 2015

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... ... i

ABSTRACT... ... ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Manfaat Penelitian... 2

TINJAUAN PUSTAKA Teh ... 3

Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.) ... 4

Daun Gaharu ((Aquilaria malaccensis Lamk.) ... 6

Tanin ... 7

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian... 10

Bahan dan Alat Penelitian... 10

Prosedur Penelitian ... 11

Pengambilan Sampel Tanaman ... 11

Pembuatan Teh dan Simplisia Daun Gaharu ... 11

Penetapan Kadar Air ... 12

Pembuatan Pereaksi ... 12

Penentuan Kadar Tanin ... 13

Uji Hedonik ... 14

Analisis Data ... 15

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air ... 16

Kadar Tanin Teh Daun Gaharu ... 17

Nilai Kesukaan Konsumen Terhadap Teh Daun Gaharu ... 18

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 20

Saran ... 20

DAFTAR PUSTAKA ... 21

(9)

DAFTARTABEL

No. Halaman 1. Hasil Skrining Fitokimia Simplisia, Ekstrak Etanol Daun Gaharu Segar

dan Ekstrak Etanol Gaharu Simplisia ... 7

2. Skala Hedonik dan Skala Numerik ... 14

3. Kadar Air Gaharu Menurut Posisi Daun Pada Batang ... 16

4. Kadar Tanin Gaharu Menurut Posisi Daun Pada Batang ... 17

(10)

DAFTARLAMPIRAN

No. Halaman 1. Berat Kering dan Berta Serbuk Daun Gaharu ... 23

2. Penentuan Kadar Air Daun Gaharu ... 23

3. Penetuan Kadar Tanin Daun Gaharu ... 23

4. Hasil Survey Uji Hedonik Tingkat Kesukaan Masyarakat Terhadap Teh Daun Gaharu (Aquilaria malacensis) Berdasarkan Letak Daun Pada

(11)

ABSTRACT

NORA ADRIANA: Value Of Consumers Preference Towards To Agarwood Tea Leaves (Aquilaria Malaccensis Lamk.) Based On The Location Of Leaves In The Trunk, supervised by RIDWANTI BATUBARA and ELISA JULIANTI.

Agarwood is a product of Non-Timber Forest Products are of high value and are exported to foreign countries. Utilization of wood still focused on the use of agarwood trees, sap and skin is more often used as a distinctive aroma produced. Therefore, it is necessary to study on the effect of the aloe plant leaf lies on the characteristics of the value of consumer preferences in the tea leaves of the aloes that dihasilkan.Tujuan this study is to determine the level of preference for the public to tea agarwood (Aquilaria malaccensis Lamk) based on the location of the leaves on the stem.

The results showed that the level of public preferences for Tea agarwood (Aquilaria malaccensis Lamk) are on a scale of 3-4 is enough love to love, where consumers prefer tea from the leaves of the aloes are in the middle position on the aloe tree.

(12)

ABSTRAK

NORA ADRIANA: Nilai Kesukaan Konsumen Terhadap Teh Daun Gaharu

(Aquilaria malaccensis Lamk.) Berdasarkan Letak Daun Pada Batang, dibimbing

oleh RIDWANTI BATUBARA dan ELISA JULIANTI.

Gaharu merupakan salah satu produk Hasil Hutan Non Kayu yang bernilai tinggi dan diekspor ke mancanegara. Pemanfaatan gaharu masih terfokus pada pemanfaatan pohon gaharu, getah dan kulitnya yang lebih sering digunakan karena aroma khas yang dihasilkan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh letak daun pada tanaman gaharu terhadap karakteristik nilai kesukaan konsumen pada teh daun gaharu yang dihasilkan.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui tingkat kesukaan masyarakat terhadap teh gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk) berdasarkan letak daun pada batang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesukaan masyarakat terhadap Teh gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk) berada pada skala 3-4 yaitu cukup suka hingga suka, dimana konsumen lebih menyukai teh dari daun gaharu yang berada pada posisi tengah pada batang pohon gaharu.

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Gaharu merupakan salah satu produk Hasil Hutan Non Kayu yang bernilai tinggi dan diekspor ke mancanegara. Gaharu adalah gumpalan resin wangi disebabkan oleh adanya serangan infeksi jamur penyakit yang membantu pembentukan gaharu yang dihasilkan oleh jenis-jenis pohon penghasil gaharu dari keluarga Thymeleaceae. Ada lebih dari 26 jenis pohon penghasil gaharu dari genera Aquilaria, Gyrinops, Aetoxylon, Wikstroemia (Bizzy et al, 2011).

Produk gaharu sudah dikenal sudah dikenal sejak abad ke 3 digunakan sebagai bahan ritual keagamaan di China (incense), bahan pengikat parfum, industri kosmetik, aromatheraphy, dan obat untuk kesehatan manusia. Produk hilir yang sekarang sedang berkembang adalah sabun, shampoo dan teh gaharu (Tujarman, 2000). Pucuk daun gaharu berpotensi untuk diolah menjadi minuman teh mengingat pohon gaharu dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis. Pucuk daun gaharu ini diambil dari pohon gaharu.

Beberapa jenis pohon Gaharu dan penyebarannya di Indonesia adalah:

Aquilaria malaccensis (Sumatra dan Kalimantan), Aquilaria beccariana (Sumatra

dan Kalimantan), Aquilaria microcarpa (Sumatra dan Kalimantan), Aquilaria

filaria (Irian dan Maluku), Aquilaria cumingiana (Sulawesi), Aquilaria tomntosa

(Irian), Grynops audate dan Grynops podocarpus (Irian), Grynops versteegii (Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, dan Irian), Wikstoemia androsaemifolia (Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, dan Sulawesi) (Bizzy et al, 2011).

(14)

dihasilkan. Mutu teh yang berasal dari tanaman teh (Camelia sinensis) sangat dipengaruhi oleh letak daun pada tanaman. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh letak daun pada tanaman gaharu terhadap karakteristik nilai kesukaan konsumen pada teh daun gaharu yang dihasilkan.

Tujuan Penelitian

Teh pada umumnya memiliki perbedaan rasa, aroma serta warna berdasarkan letak daun pada batang. Oleh karena itu maka penelitian ini akan dicobakan untuk mengetahui tingkat kesukaan masyarakat terhadap teh gaharu

(Aquilaria malaccensis Lamk) berdasarkan letak daun pada batang.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah

1. Mendapatkan informasi mengenai tingkat kesukaan masyarakat terhadap teh gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk) berdasarkan letak daun pada batang.

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Teh

Teh sebagai bahan minuman dibuat dari pucuk muda daun teh yang telah mengalami proses pengolahan seperti pelayuan, oksidasi enzimatis, penggilingan dan pengeringan. Manfaat yang telah dihasilkan dari minuman teh adalah rasa segar, dapat memulihkan kesehatan badan dan terbukti tidak menimbulkan dampak negatif. Khasiat yang dimiliki oleh minuman teh tersebut berasal dari kandungan senyawa kimia yang tedapat dalam daun teh. Senyawa kimia yang terkandung dalam daun teh terdiri dari empat kelompok besar yaitu golongan fenol, bukan fenol, aromatis dan enzim. Keempat kelompok senyawa kimia tersebut bersama-sama mendukung terjadinya sifat-sifat baik pada seduhan daun teh, apabila pengendaliannya selama pengolahan dapat dilakukan dengan tepat. Komposisi susunan kimia dalam daun teh sangat bervariasi bergantung pada beberapa faktor yaitu jenis klon, variasi musim dan kondisi tanah, perlakuan kultur teknis, umur daun dan banyaknya sinar matahari yang diterima (Towaha, 2013).

(16)

proses fermentasi itu) harus dikompensasi dengan wangi-wangian dari bahan bahan non teh (Radiana, 1985).

Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.)

Gaharu merupakan produk kehutanan yang memiliki nilai ekonomi sangat tinggi. Gaharu sudah dikenal sejak ribuan tahun lalu dan diperdagangkan ke Timur Tengah oleh para pedagang Cina dan Indo-Cina. Gaharu dalam perdagangan internasional dikenal dengan sebutan agarwood, eaglewood, atau

aloewood adalah produk Hasil Hutan Non Kayu dalam bentuk gumpalan, serpihan

atau bubuk yang memiliki aroma keharuman khas bersumber dari kandungan bahan kimia berupa resin. Selain mengandung resin, gaharu juga mengandung essens yang disebut sebagai minyak essens (essential oil) yang dibuat dengan ekstraksi atau penyulingan dari gubal gaharu. Essens gaharu ini digunakan sebagai bahan pengikat dari berbagai jenis parfum, kosmetika, dan obat-obatan herbal. Selain itu, serbuk atau abu dari gaharu dapat digunakan sebagai bahan pembuatan dupa/hio dan bubuk aroma theraphy dan daun gaharu bisa dibuat menjadi teh yang dapat membantu kebugaran tubuh (Sofyan et al, 2010).

Taksonomi tumbuhan gaharu (A. malaccensis Lamk.) menurut Tarigan (2004) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Dikotil

(17)

Ordo : Myrtales Famili : Thymeleaceae Genus : Aquilaria

Species : A. malaccensis Lamk.

Daerah sebaran tumbuh pohon penghasil gaharu di Indonesia dijumpai di wilayah hutan Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Irian Jaya dan Nusa Tenggara. Secara ekologis berada pada ketinggian 0 – 2400 mdpl, pada daerah beriklim panas dengan suhu antara 28º – 34C, berkelembaban sekitar 80 % dan bercurah hujan antara 1000 – 2000 mm/th. Lahan tempat tumbuh pada berbagai variasi kondisi struktur dan tekstur tanah, baik pada lahan subur, sedang hingga lahan marginal. Gaharu dapat dijumpai pada ekosistem hutan rawa, gambut, hutan dataran rendah atau hutan pegunungan, bahkan dijumpai pada lahan berpasir berbatu yang ekstrim (Sumarna, 2012).

Beberapa sifat biofisiologis tumbuh pohon penghasil gaharu yang penting untuk diperhatikan adalah faktor sifat fisiologis pertumbuhan, sebagian besar pohon pada fase pertumbuhan awal (vegetatif) memiliki sifat tidak tahan akan intensitas cahaya langsung (semitoleran) hingga berumur 2 - 3 tahun. Faktor lain sifat fenologis pembungaan dimana setiap jenis, selain dipengaruhi oleh kondisi iklim dan musim setempat juga akan dipengaruhi oleh kondisi edafis lahan tempat tumbuh. Sifat fenologis buah/benih yang rekalsitran, badan buah pecah dan tidak jatuh bersamaan dengan benih. Sifat fisiologis benih memiliki masa istirahat

(dormansi) yang sangat rendah, benih-benih yang jatuh di bawah tajuk pohon

(18)

persaingan, sehingga populasi anakan tingkat semai akan menurun hingga 60 – 70 %. Aspek pertumbuhan permudaan alam tingkat semai penting diketahui sebagai dasar dalam penyediaan bibit tanaman dengan cara memanfaatkan cabutan permudaan alam (Sumarna, 2012).

A. malaccensis Lamk.pohon dengan tinggi batang yang dapat mencapai

antara 35 – 40 m, berdiameter sekitar 60 cm, kulit batang licin berwarna putih atau keputih-putihan dan berkayu keras. Daun lonjong memanjang dengan ukuran panjang 5 – 8 cm dan lebar 3 – 4 cm, ujung daun runcing, warna daun hijau mengkilat. Bunga berada diujung ranting atau diketiak atas dan bawah daun. Buah berada dalam polongan berbentuk bulat telur aatau lonjong berukuran sekitar 5 cm panjang dan 3 cm lebar. Biji/benih berbentuk bulat atau bulat telur yang tertutup bulu-bulu halus berwarna kemerahan (Sumarna, 2012).

Daun Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.)

Berdasarkan penelitian Silaban (2014), ekstrak daun gaharu dari jenis

Aquilaria malaccensis mengandung senyawa metabolit sekunder flavonoid,

senyawa glikosida, tanin, dan steroid/Triterpenoid. Hasil uji fitokimia yang dilakukan Silaban (2014), diketahui bahwa senyawa-senyawa metabolit sekunder tersebut yang diperkirakan mempunyai aktivitas sebagai antiradikal bebas.

(19)

seng, tembaga dan selenium (Se) juga berperan sebagai antioksidan. Diantara zat-zat antioksidan ini diduga ada dalam ekstrak metanol daun gaharu seperti senyawa fenol dan flavonoid (Mega dan Swastini, 2010).

Berdasarkan penelitian Silaban (2014), ekstrak daun gaharu dari jenis

Aquilaria malaccensis mengandung senyawa metabolit sekunder flavonoid,

senyawa glikosida, tanin, dan steroid/Triterpenoid. Hasil uji fitokimia daun gaharu

(Aquilaria malaccensis Lamk.) dapat dilihat pada Tabel 1:

Tabel 1. Hasil Skrining Fitokimia Simplisia, Ekstrak Etanol Daun Gaharu Segar dan Ekstrak Etanol Gaharu Simplisia

No. Pemeriksaan Simplisia Ekstrak Etanol Ekstrak Etanol

daun gaharu daun gaharu Simplisia

1. Alkaloid - - -

2. Flavonoid + + +

3. Glikosida + + +

4. Saponin - - -

5. Tanin + + +

6. Steroid/Triterpenoid + + +

Keterangan: ( + ) positif : mengandung golongan senyawa ( - ) negatif : tidak mengandung golongan senyawa (Silaban,2014).

Hasil uji fitokimia yang dilakukan Silaban (2014), diketahui bahwa senyawa-senyawa metabolit sekunder tersebut yang diperkirakan mempunyai aktivitas sebagai antiradikal bebas.

Tanin

(20)

batang, daun dan buah – buahan. Ada beberapa jenis tumbuh – tumbuhan atau tanaman yang dapat menghasilkan tanin, antara lain : tanaman pinang, tanaman akasia, gabus, bakau, pinus dan gambir. Tanin juga yang dihasilkan dari tumbuh-tumbuhan mempunyai ukuran partikel dengan range besar. Tanin ini disebut juga asam tanat, galotanin atau asam galotanat. Adapun kegunaan dari tanin antara lain adalah

1. Sebagai pelindung pada tumbuhan pada saat massa pertumbuhan bagian tertentu pada tanaman .

2. Sebagai anti hama bagi tanaman shingga mencegah serangga dan fungi 3. Digunakan dalam proses metabolisme pada bagian tertentu tanaman. 4. Pada industri farmasi tanin digunakan sebagai anti septik pada jaringan

luka,misalnya luka bakar yaitu dengan cara mengendapkan protein. Selain itu tanin juga digunakan untuk campuran obat cacing dan anti kanker. 5. Pada industri kulit tanin banyak dipergunakan karena kemampuannya

mengikat bermacam – macam protein sehinggga dapat mencegah kulit dari proses pembusukkan.

6. Tanin juga dipergunakan pada industri pembuatan tinta dan cat karena dapat memberikan warna biru tua atau hijau kehitam – hitaman dengan kombinasi -kombinasi tertentu.

7. Tanin dapat berperan sebagai antidotum (keracunan alkaloid) dengan cara mengeluarkan asam tamak yang tidak terlarut

(21)
(22)

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari hingga Februari 2015. Tempat pengambilan sampel dilakukan di pertanaman pohon gaharu di Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Pembuatan teh, penetapan kadar air dilakukan di Laboratorium Farmakognosi dan Laboratorium Penelitian, Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Penentuan kadar tanin dilakukan di Laboratorium Analisis Kimia Bahan Pangan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Survei tingkat kesukaan masyarakat terhadap teh gaharu dilakukan di sekitar kampus dan tempat umum.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun gaharu

(A. malaccensis Lamk.) yang segar, akuades, larutan gelatin, larutan

indigokarmin, larutan asam garam, kaolin serbuk, larutan KMnO4, gula, dan air.

(23)

Prosedur Penelitian

Pengambilan Sampel Tanaman

Pengambilan sampel dilakukan secara purposif tanpa membandingkan dengan tanaman yang sama dari daerah yang lain. Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan perbedaan letak daun pada batang. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun gaharu (A. malaccensis Lamk.) yang diambil dari pertanaman pohon gaharu di Langkat, Provinsi Sumatera Utara.

Pembuatan Teh dan Simplisia Daun Gaharu

1. Daun gaharu dikelompokkan berdasarkan letak daun pada batang.

2. Sampel daun gaharu dibersihkan dari kotoran yang menempel dengan air mengalir

3. Dilayukan dengan disebarkan di atas kertas perkamen hingga airnya terserap 4. Dilakukan pengeringan secara kering udara lalu diovenkan dengan suhu 400C

selama 24 jam.

5. Diblender daun yang sudah kering

6. Setelah diblender, dimasukkan ke dalam plastik polietilen

(24)

Penetapan Kadar Air

Penetapan kadar air dilakukan dengan metode Azeotropi (Destilasi Toluen). Alat-alat terdiri dari labu alas bulat 500 ml, alat penampung, pendingin, tabung penyambung, tabung penerima 5 ml.

Cara kerja : Ke dalam labu alas bulat dimasukkan 100 ml toluen dan 1 ml air suling, didestilasi selama 2 jam, toluen didinginkan selama 30 menit dan volume air didalam tabung penerima dibaca, kemudian ke dalam labu dimasukkan 2,5 g sampel yang telah ditimbang seksama, lalu dipanaskan hati-hati selama 15 menit, setelah toluen mendidih, kecepatan tetesan diatur 2 tetes untuk tiap detik sampai sebagian air terdestilasi, kemudian kecepatan destilasi dinaikkan sampai 4 tetes tiap detik. Setelah semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluen, destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima dibiarkan mendingin pada suhu kamar. Setelah air dan toluen memisah sempurna, dibaca volume air dengan ketelitian 0,05 ml. Kadar air dihitung dalam persen (WHO, 1998).

Pembuatan Pereaksi

1. Larutan indigocarmin

Sebanyak 6 gram indigocarmin di larutkan ke dalam 500 ml aquades dan dipanaskan. Setelah dingin ditambahkan aquades sampai satu liter lalu disaring (Sudarrnadji, 1984).

2. Larutan KMnO4

Ditimbang 0,3 gr Na2C2O4 yang telah dikeringkan pada suhu 1050C lalu

(25)

menit. Setelah larut semua, kemudian dititrasi dengan larutan KMnO4 yang akan distandarisasi sampai warna yang timbul nampak akan hilang (dibutuhkan 34 ml larutan KMnO4). Dipanaskan lagi sampai hampir mendidih lalu titrasi

diteruskan perlahan-lahan sampai timbul warna jambon yang dapat bertahan selama 30 detik. Untuk lebih teliti, dilakukan titrasi blanko (250 ml) asam sulfat 1:19 tanpa penambahan Na2C2O4 dengan cara yang sama. Biasanya

kebutuhan larutan KMnO4 untuk titrasi blanko ini tidak kurang dari 0,05 ml.

Kebutuhan larutan KMnO4 adalah jumlah KMnO4 titrasi pertama dikurangi

dengan titrasi blanko.

. KMnO4 = , ×� � − KMnO4 yang dibutuhkan� �

Penentuan Kadar Tanin

Penentuan kadar tanin dilakukan berdasarkan dalam Sudarmadji (1989).

Ditimbang 1,5 gr tanin, kemudian dimasukkan kedalam gelas piala 100ml lalu ditambahkan air 50 ml. Dipanaskan pada suhu 40-600 C selama 30 menit. Setelah dingin larutam disaring ke dalam labu ukur 250 ml, lalu ditambahkan dengan iar sampai tanda garis. Dari larutan di atas diambil 25 ml dimasukkan ke dalam Erlenmeyer lalu ditambahkan 20 ml larutan indigocarmin kemudian dititrasi dengan larutan KmNO4 0,1 N, tiap kali penambahan sebanyak 1 ml

KmNO4 hingga warna berubah dari biru menjadi hijau selanjutnya titrasi

(26)

% �� � = −Sampel gr× × , 4 ×

Keterangan :

A : Volume titrasi tanin (ml) B : Volume titrasi balnko (ml) N : Normalitas KmNO4 standar (N)

10 : Faktor Pengenceran, 1 ml KmNO4 0,1

N : Setara 0,00416 gr tanin

Uji Hedonik

Uji kesukaan juga disebut sebagai uji hedonik. Dalam uji hedonik panelis dimintakan tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya ketidaksukaan dan mengemukakan tingkat kesukaan atau disebut juga dengan skala hedonik. Pengujian dilakukan secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan berdasarkan skala numerik. Pengujian ini diberikan kepada 50 orang panelis dengan berbagai variasi umur (17-50 tahun), jenis kelamin dan suku untuk pengujian terhadap rasa, aroma, dan warna. Skala yang digunakan pada Tabel 2.

Tabel 2. Skala Hedonik dan Skala Numerik

Skala Hedonik Skala Numerik

Sangat suka 5

Suka 4

Cukup suka 3

Tidak suka 2

Sangat tidak suka 1

(27)

Analisis Data

(28)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penetapan Kadar Air

Penetapan kadar air sangat berhubungan dengan mutu teh yang dihasilkan. Tabel 3 menunjukkan kadar air tertinggi pada sampel bagian bawah (B3) sebesar 3,33% dan terendah pada sampel bagian tengah pada batang (T1) sebesar 1,33%. Hasil ini menunjukan bahwa daun yang berada di bagian tengah memiliki kandungan air yang lebih rendah dibandingkan dengan bagian pada pucuk dan bawah. Hal ini dipengarui oleh perbedaan jenis pohon, umur, tempat tumbuh, dan ketinggian juga bervariasi tergantung pada letak geografis dam musim.

Nilai kadar air yang diperoleh sesuai dengan statndarisasi kadar air daun teh yaitu tidak melebihi 10% (Ditjen POM, 1995).

Tabel 3. Kadar Air Gaharu Menurut Posisi Daun Pada Batang

Posisi Daun Pada Batang Ulangan Kadar Air

Pucuk 1

2 3

2,00 2,66 2,00

Rata-Rata 2,22

Tengah 1

2 3

1,33 2,00 2,00

Rata-Rata 1,77

Bawah 1

2 3

2,00 2,00 3,33

Rata-rata 2,43

(29)

Kadar Tanin Teh Daun Gaharu

Tinggi rendahnya kadar tanin dipengaruhi oleh banyak sedikitnya kadar ekstrak dalam air teh karena tanin memiliki sifat jika dilarutkan kedalam air akan membentuk koloid dan memiliki rasa asam dan sepat . pengaruh posisi daun pada batang terhadap kadar tanin daun gaharu dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Kadar Tanin Gaharu Menurut Posisi Daun Pada Batang

Posisi Daun Pada Batang Ulangan Kadar Tanin

Pucuk 1

2 3

2,33 2,19 2,51

Rata-Rata 2,34

Tengah 1

2 3

2,29 0,92 2,52

Rata-Rata 1,91

Bawah 1

2 3

2,18 2,16 2,24

Rata-rata 2,19

Tabel 4 menunjukkan rata-rata kadar tanin yang tertinggi diperoleh pada sampel yang diperoleh di bagian pucuk posisi daun pada batang yaitu (2,34%) dan terendah pada bagian tengah posisi daun pada batang yaitu (1,91%). Hal ini disebabkan oleh faktor umur yang berpengaruh nyata terhadap kandungan senyawa kimia tanin menunjukkan bahwa semakin bertambah umur pohon gaharu maka kandungan tanin yang terdapat pada daun semakin tinggi. Perbedaan kandunga persen tanin juga dipengarui oleh perbedaan jenis pohon, umur, tempat tumbuh, dan ketinggian juga bervariasi tergantung pada letak geografis dam musim (Prayitno, 1982).

(30)

daun bagian tengah dan bagian bawah pada batang pohon gaharu. Menurut Winarno (1993) rasa sepat umumnya terjadi karena adanya presipitasi protein yang melapisi rongga mulut dan lidah atau karena terjadinya penyamakan pada lapisan rongga mulut oleh tanin.

Berdasarkan penelitian Sihombing (2014), hasil penetapan kadar rata -rata tanin daun gaharu dari umur berbeda dan daun yang berbeda, kadar rata -rata tanin tertinggii diperoleh dari daun gaharu tua umur 7 tahun yaitu sebesar 1,80% dan terendah pada daun muda umur 4 tahun sebesar 1,00%. Bagian tanaman yang sering digunakan sebagai obat adalah daunnya, karena daunnya diketahui memiliki senyawa tanin 9-12%, minyak atsiri, minyak lemak dan asam malat (Depkes ,1989). Dari hasil penelitian Sihombing (2014) menunjukkan bahwa dari umur 4 dan 7 tahun layak digunakan sebagai minuman seduh karena jumlah kadar tanin yang terkandung dari tiap daun tidak jauh berbeda dan tidak memberikan rasa sepat jika digunakan menjadi minuman seduh. Hal ini sama dengan kandungan rata-rata tanin yang terdapat pada bagian pucuk, tengah dan bawah yang semuanya berada dibawah dai jumlah senyawa tanin yang diperuntukkan untuk obat yaitu 9-12% dan layak digunakan sebagai minuman seduh.

Nilai Kesukaan Konsumen Terhadap Teh Daun Gaharu

(31)

Tabel 5. Hasil Survei Uji Hedonik Tahap I Tingkat Kesukaan Masyarakat terhadap Teh Gaharu (Aquilaria malacensis) berdasarkan Posisi Daun Pada Batang

Posisi Daun Pada Batang Rasa Aroma Warna

Pucuk 3,76 3,92 3,64

Tengah 3,94 3,94 3,91

Bawah 3,36 3,42 3,32

Skala 1 –5 = sangat tidak suka –sangat suka

1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = cukup, 4 = suka, 5 = sangat suka

Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa berdasarkan survey kesukaan konsumen pada teh daun gaharu baik dari posisi daun pada batang bagian pucuk, tengah dan bawah, disukai oleh konsumen tetapi teh dari daun gaharu pada posisi tengah yang yang paling disukai baik dari segi rasa, aroma dan warna dengan skala kesukaan rata-rata pada 3,9 (suka). Berdasarkan hal ini, diketahui bahwa tingkat kesukaan masyarakat itu menyukai teh dari daun gaharu. Berdasarkan nilai kadar air dan kadar tanin dari teh daun gaharu, maka dapat dilihat adanya hubungan antara kadar air dan kadar tanin dengan nilai kesukaan teh daun gaharu. Teh daun gaharu dengan kadar air dan kadar tanin yang tinggi memiliki nilai kesukaan yang lebih rendah dibandingkan teh dengan kadar air dan kadar tanin yang rendah.

(32)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Tingkat kesukaan masyarakat terhadap teh gaharu (Aquilaria

malaccensis Lamk) berada pada skala 3-4 yaitu cukup suka hingga suka, dimana

konsumen lebih menyukai teh dari daun gaharu yang berada pada posisi tengah pada batang pohon gaharu.

Saran

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Bizzy.I, Faisal.M., Setiabudidaya. D. 2011. Studi Potensi Energi Matahari dalam Perancangan Peralatan Pelayuan dan Pengeringan Pucuk Daun Gaharu. Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya. Palembang.

Ditjen POM. 1995. Materia Medika Indonesia, Jilid VI. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Departemen Kesehatan. 1989. Vademakum Bahan Obat Alam. Dirjen POM Departemen Kesehatan RI. Jakarta

Mega, IM dan Swastini, DA. 2010. Skrining Fitokimia dan Aktivitas Antiradikal Bebas Ekstrak Metanol Daun Gaharu (Gyrinops versteegii). Jurnal Kimia 4(2): 187-192.

Prayitno.T.A. 1982. Pengaruh Umur Terhadap Kadar Tanin Dalam Pohon. Duta Rimba.

Radiana, S. 1985. Petunjuk Pengolahan Teh Hitam. PT. Wiga Guna, Jakarta. Risnasari, I. 2001. Pemanfaatan Tanin Sebagai Pengawet Kayu. Skripsi. Medan. Rita, Y. 2006 Kandungan Tanin dan Potensi Anti Streptococcus Mutans Daun

The Varietas Assamica pada Berbagai Tahap Pengolahan. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sihombing E. E. J. 2014. Skrining Fitokimia Daun Muda dan Daun Tua Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk) Serta Kaitannya Dengan Umur Pohon Yang Berpotensi Sebagai Antioksidan. USU. Medan.

Silaban, S. 2014. Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk). USU Press. Medan. Sofyan. A, dkk, 2010. Pengembangan dan Peningkatan Produktivitas Pohon

Penghasil Gaharu sebagai Tanaman Obat di Sumatera. Balai Penelitian Kehutanan Palembang. Palembang.

Sudarmadji, S. 1989. Analisa Bahan Makanan Dari Pertanian. Liberty. Yogyakarta.

(34)

Tarigan, K. 2004. Profil Pengusahaan (Budidaya) Gaharu. Pusat Bina Penyuluhan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta

Towaha. 2013. Kandungan Senyawa Kimia Pada Daun Teh (Camellia sinensis). Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. Vol. 19 No.3. Tujarman M. 2000. Teknologi Rekayasa Produksi Gaharu Dengan Induksi Jamur

Fusarium. Penelitian Mikrobiologi Hutan Departemen Kehutanan. Bogor. Winarno. F.G. 1993. Pangan, Gizi, Teknologi dan Konsumen. Gramedia. Jakarta. World Health Organitation. 1988. Quality Control Method For Medicinal Plant

(35)

LAMPIRAN

Tabel 1. Berat Kering dan Berat Serbuk Daun Gaharu No Posisi Daun

Pada Batang

Kode Berat Kering Oven (g)

Tabel 2. Penentuan Kadar Air Daun Gaharu No Posisi Daun Tabel 3. Penentuan Kadar Tanin

No Posisi Daun Pada Batang

(36)

Tabel 4. Hasil Survei Uji Hedonik Tingkat Kesukaan Masyarakat Terhadap Teh Gaharu (Aquilaria malacensis) Berdasarkan Letak Daun

Pekerjaan Suku Tingkat Kesukaan

Rasa Aroma Warna Giska P. Andini Efri Alamsyah S

M. Fahmi Indra L Rangkuti Enda K. Sembiring

Sakinah Putri Sofyan Azhar R M. Firmansyah P

(37)

20 Putri Mayang Sari David Aldiansyah Humaira Zitni S

Eko Wardhana Adita W. S Yanti Hasibuan

Riki Hamdani M. Rifki Darma K Ginting

Wira Budi S Siska L. Ginting

(38)

48 49 50

Gambar

Tabel 1. Hasil Skrining Fitokimia Simplisia, Ekstrak Etanol Daun Gaharu Segar dan Ekstrak Etanol Gaharu  Simplisia
Tabel 2. Skala Hedonik dan Skala Numerik
Tabel 3. Kadar Air Gaharu Menurut Posisi Daun Pada Batang
Tabel 4. Kadar Tanin Gaharu Menurut Posisi Daun Pada Batang
+4

Referensi

Dokumen terkait

5.1.1 Proses Menuju Mobil Pemadam dan Menggunakan Alat Pelindung Diri Pekerjaan petugas pemadam yang dituntut harus cepat sampai di lokasi kebakaran untuk memadamkan api

The Rainforest Alliance works to conserve biodiversity and ensure sustainable livelihoods by transforming land-use practices, business practices and consumer behavior. The

Analisis Multivariate Terapan Dengan Program SPSS, AMOS dan SMARTPLS.. UPP

Kompon karet yang mengandung bahan pelunak lindi hitam tanpa perlakuan ataupun dengan perlakukan penambahan bahan pembasa NH OH dan NaOH memiliki 4 waktu masak optimum (t

Strategi Team quiz Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X MA-Al-.. Hikmah Langkapan Tahun Ajaran 2016/2107 Pada Pokok

12 Keterampilan dan kejujuran petugas bank dalam memberikan pelayanan kepada nasabah.. Universitas

Hal tersebut menunjukkan bahwa potensi pertumbuhan tunas pada bibit okulasi dini menggunakan mata tunas cabang primer dari tanaman entres usia muda jauh lebih

Beranjak dari uraian di atas, hendaknya pendidikan hukum ditarik ke tengah-tengah persoalan yang ada pada anak konflik hukum yang sedang mengalami krisis, karena