• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA DAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SALAM, MAGELANG, JAWA TENGAH, TAHUN AJARAN 2008 2009 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA DAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SALAM, MAGELANG, JAWA TENGAH, TAHUN AJARAN 2008 2009 SKRIPSI"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

i   

HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA DAN

KETERAMPILAN MENULIS NARASI SISWA KELAS VIII

SMP NEGERI 2 SALAM, MAGELANG, JAWA TENGAH,

TAHUN AJARAN 2008/ 2009

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

         

Oleh

Dian Indriani

NIM: 041224031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv   

MOTO

Janganlah kita kalah dan berhenti di saat

ada halangan di depan mata, walaupun kita

(5)

v   

PERSEMBAHAN

Teruntuk:

Bapak dan Ibuku Tercinta

(6)

vi   

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya penulisan karya ilmiah.

(7)

vii   

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Dian Indriani

Nomor Mahasiswa : 041224031

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA DAN

KETERAMPILAN MENULIS NARASI SISWA KELAS VIII SMP N 2 SALAM, MAGELANG, JAWA TENGAH, TAHUN AJARAN 2008/2009

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Yogyakarta, 17 Juli 2009

(8)

viii   

ABSTRAK

Indriani, Dian. 2009. Hubungan antara Penguasaan Kosakata dan Keterampilan Menulis Narasi Siswa Kelas VIII SMP N 2 Salam, Magelang, Jawa Tengah, Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi S1. Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

Penelitian ini meneliti hubungan antara penguasaan kosakata dan keterampilan menulis narasi siswa kelas VIII SMP N 2 Salam, Magelang, Jawa Tengah, tahun ajaran 2008/2009. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) men-deskripsikan tingkat penguasaan kosakata siswa kelas VIII SMP N 2 Salam, Magelang, Jawa Tengah, tahun ajaran 2008/ 2009, (2) mendeskripsikan tingkat keterampilan menulis narasi siswa kelas VIII SMP N 2 Salam, Magelang, Jawa Tengah, tahun ajaran 2008/ 2009, dan (3) mendeskripsikan korelasi antara penguasaan kosakata dengan keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas VIII SMP N 2 Salam, Magelang, Jawa Tengah, tahun ajaran 2008/ 2009.

  Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP N 2 Salam, Magelang, Jawa Tengah, tahun ajaran 2008/ 2009, yang terbagi atas 5 kelas dan berjumlah 189 orang. Dalam penelitian ini diambil sampel sebanyak 58 orang siswa yang terdiri dari: 10 siswa kelas VIII A, 9 orang kelas VIII B, 12 orang kelas VIII C, 17 orang kelas VIII D, dan 10 orang kelas VIII E. Instrumen yang digunakan ada dua, yaitu tes penguasaan kosa kata dan tes menulis narasi. Dalam menganalisis data digunakan rumus rata-rata untuk menghitung penguasaan kosa kata dan keterampilan menulis narasi siswa kelas VIII SMP N 2 Salam, Magelang, Jawa Tengah, tahun ajaran 2008/ 2009 dan rumus korelasi product moment untuk menghitung hubungan antara penguasaan kosakata dan keterampilan menulis narasi siswa kelas VIII SMP N 2 Salam, Magelang, Jawa Tengah, tahun ajaran 2008/ 2009.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) penguasaan kosakata siswa kelas VIII SMP N 2 Salam, Magelang, Jawa Tengah, tahun ajaran 2008/ 2009 rata-rata adalah 61,93; termasuk dalam kategori hampir sedang, (2) kemampuan rata-rata menulis narasi siswa kelas VIII SMP N 2 Salam, Magelang, Jawa Tengah, tahun ajaran 2008/ 2009 adalah 71,46; termasuk dalam kategori cukup,

(3) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara penguasaan kosakata dan keterampilan menulis narasi siswa kelas VIII SMP N 2 Salam, Magelang, Jawa Tengah, tahun ajaran 2008/ 2009. Hal ini ditunjukan dengan nilai koefisien (r) sebesar 0,813 pada taraf signifikan 5%.

(9)

ix   

(10)

x   

ABSTRACT

Indriani, Dian. 2009. The Relationship between Mastery of Vocabulary and Narrative Writing Capability of The Eighth Grade Students of SMP N 2 Salam, Magelang,Central Java, 2008/ 2009 Academic Year. Thesis. Yogyakarta: Study Program of Local, and Indonesian Literature, and Languages Education, Faculty of Teachers Training and Education. Sanata Dharma University.

  This research investigated the relationship between the mastery of vocabulary and narrative writing capability of the eighth grade students of SMP N 2 Salam, Magelang, Central Java, 2008/ 2009 academic year. The aims of this research are (1) to describe mastery of vocabulary of the eighth grade students of SMP N 2 Salam, Magelang, Central Java, 2008/ 2009 academic year, (2) to describe capability of narrative writing of the eighth grade students of SMP N 2 Salam, Magelang, Central Java, 2008/ 2009 academic years, and (3) to describe the relationship between mastery of vocabulary and narrative writing capability of the eighth grade students of SMP N 2 Salam, Magelang, Central Java, 2008/2009 academic year.

The population of this research were the eight grade students of SMP N 2 Salam Magelang, Central Java, 2008/ 2009 academic year of which divided into 5 classes and have total amount of 189 students. The sample in this research were taken of 58 students comprising of: 10 VIII A grade students, 9 VIII B grade students, 12 VIII C grade students, 17 VIII D grade students, and 10 VIII E grade students. The instruments used were two, i.e. test of vocabulary mastery and narrative writing test. Average formula was used in analyzing the data for calculating the vocabulary mastery and narrative writing capability of the eight grade students of SMP N Salam, Magelang, Central Java, 2008/ 2009 academic year and formulation of product moment correlation for calculating the relationship between the vocabulary mastery to narrative writing capability of the eight grade students of SMP N 2 Salam, Magelang, Central Java, 2008/ 2009 academic year.

The results of this research showed that (1) the average of vocabulary mastery of the eighth grade students of SMP N 2 Salam, Magelang, Central Java, 2008/ 2009 academic year is 61,93; included in almost moderate category, (2) average capability of narrative writing of eighth grade students of SMP N 2 Salam Magelang, Central Java, 2008/ 2009 academic year is 71,46; includes in moderate

category, (3) there is positive and significant relationship between vocabulary mastery and narrative writing capability of eighth grade students of SMP N 2 Salam, Magelang, Central Java, 2008/ 2009 academic year. It is showed by coefficient value (r) of 0,813 on significant level of 5%.

(11)

xi   

(12)

xii   

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul Hubungan antara Penguasaan Kosakata dan Keterampilan Menulis Narasi Siswa Kelas VIII

SMP N 2 Salam, Magelang, Jawa Tengah, Tahun Ajaran 2008/ 2009.

Penyususnan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini selesai tidak terlepas dari adanya bimbingan, bantuan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. A.M Slamet Soewandi, M. Pd. selaku dosen pembimbing yang penuh dengan kesabaran dan ketelitian membimbing penulis dari awal penyusunan sampai selesainya skripsi.

2. Drs. J. Prapta Diharja, S.J., M. Hum. selaku Kaprodi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan nasihat dalam menyusunan skripsi.

3. Dosen PBSID yang telah memberikan banyak ilmu dan pengalaman yang bermanfaat bagi penulis.

(13)

xiii   

5. Rumanti, S. Pd. selaku guru bidang studi Bahasa Indonesia dan semua siswa-siswi SMP N 2 salam, Magelang, Jawa Tengah atas kerjasamanya.

6. Keluargaku bapak, ibu, dan adikku tersayang yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang, dan semangat untuk menyelesaikan skripsi.

7. Sahabatku Retno atas semua hal yang telah dialami baik suka dan duka.

8. Teman-temanku sesama bimbingan Anggun Gita Sari, S. Pd., Maria Pudiyastuti, S. Pd., Rani Tyas Utami, dan Ester atas dorongan dan semangat yang selalu diberikan untuk dapat segera menyelesaikan skripsi.

9. Temanku Ve, Depha, Riska, anggota kos Ida, Wida, Hesti, Siti, dan Ika, untuk semua hari-hari indah yang penuh dengan canda tawa dan keceriaan. 10.Didik atas kehadiran untuk mengisi hari-hari dan semangat serta dukungan

yang selalu diberikan. 11.Teman-teman PBSID’04.

12.Untuk semua pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi yang tidak dapat penulis sebut satu-persatu.

Penulis menyadari skripsi ini tentu masih mengandung berbagai kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan kemampuan penulis. Walaupun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 17 Juli 2009

(14)

xiv   

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... x

KATA PENGANTAR ... xii

DAFTAR ISI ... xv

DAFTAR TABEL ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 4

1.3Tujuan Penelitian ... 5

1.4Manfaat Penelitian ... 5

1.5Variabel Penelitian ... 6

(15)

xv   

1.7Sistematika Penelitian ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

2.1Penelitian yang Relevan ... 9

2.2Landasan Teori ... 12

2.2.1 Kosa Kata ... 12

2.2.1.1 Pengertian Kosakata ... 12

2.2.1.2 Penguasaan Kosakata ... 13

2.2.1.3 Tes Kosa kata ... 15

2.2.1.4 Cakupan Materi Tes Kosakata ... 20

2.2.2 Keterampilan Menulis ... 26

2.2.3 Narasi ... 27

2.2.3.1 Pengertian Narasi ... 27

2.2.3.2 Struktur Karangan Narasi ... 29

2.2.3.3 Jenis Karangan Narasi ... 36

2.2.3.4 Kriteria Penilaian Karangan Narasi ... 39

2.3Hipotesis ... 41

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

3.1Jenis Penelitian ... 42

3.2Tempat Penelitian ... 42

3.3Populasi dan Sampel Penelitian ... 43

3.3.1 Populasi Penelitian ... 43

3.3.2 Sampel Penelitian ... 44

3.4Intrumen Penelitian ... 45

3.5Uji Validitas dan Reliabilitas Intrumen ... 48

3.6Teknik Pengumpulan Data ... 51

(16)

xvi   

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 61

4.1 Deskripsi Data ... 61

4.1.1 Data Skor Penguasaan Kosakata ... 61

4.1.2 Data Skor Menulis Narasi ... 63

4.2 Hasil Penelitian ... 64

4.2.1 Penguasaan Kosakata ... 64

4.2.2 Keterampilan Menulis Narasi ... 67

4.2.3 Perhitungan Hubungan Penguasaan Kosakata dan Keterampilan Menulis Narasi ... 70

4.3 Pengujian Hipotesis ... 73

4.3.1 Pengujian Hipotesis 1 ... 74

4.3.2 Pengujian Hipotesis 2 ... 74

4.3.3 Pengujian Hipotesis 3 ... 75

4.4 Pembahasan ... 76

4.4.1 Penguasaan Kosakata ... 76

4.4.2 Keterampilan Menulis Narasi ... 77

4.4.3 Hubungan Antara Penguasaan Kosakata dan Keterampilan Menulis Narasi ... 79

BAB V PENUTUP ... 81

5.1 Kesimpulan Hasil Penelitian ... 81

5.2 Implikasi Hasil Penelitian ... 82

5.3 Saran ... 83

(17)

xvii   

TABEL

Halaman Tabel 1 Perimbangan Proporsi Penilaian Keenam Tingkatan Kognitif

untuk Siswa SD, SMTP, dan SMTA ... 16

Tabel 2 Perbedaan Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif ... 38

Tabel 3 Penilaian Menulis Narasi ... 40

Tabel 4 Kisi-kisi Tes Kemampuan Penguasaan Kosakata ... 46

Tabel 5 Pedoman Koefisien Alpha ... 50

Tabel 6 Pedoman Konversi Angka Skala Sepuluh ... 57

Tabel 7 Penentuan Patokan dengan Perhitungan Persen (%) untuk Skala Sepuluh ... 57

Tabel 8 Interpretasi Nilai r ... 61

Tabel 9 Skor Penguasaan Kosakata ... 62

Tabel 10 Skor Kemampuan Menulis Narasi Siswa Kelas VIII ... 63

Tabel 11 Pedoman Konversi Angka ke Dalam Skala Sepuluh Penguasaan Kosakata ... 65

Tabel 12 Ubahan Nilai Hasil Penguasaan Kosakata ... 66

Tabel 13 Pedoman Konversi Angka ke Dalam Skala Sepuluh Keterampilan Menulis Narasi ... 68

Tabel 14 Ubahan Nilai Hasil Keterampilan Menulis Narasi ... 68

(18)

xviii   

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian... 87

Lampiran 2 Instrumen Penelitian ... 89

Lampiran 3 Kunci Jawaban ... 96

Lampiran 4 Daftar Nama Sampel Siswa SMP N 2 Salam ... 97

Lampiran 5 Daftar Nilai Penguasaan Kosakata ... 98

Lampiran 6 Daftar Nilai Menulis Narasi ... 99

Lampiran 7 Contoh Hasil Tes Penguasaan Kosakata ... 107

(19)

1   

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pada hakikatnya setiap orang memiliki kemampuan untuk berkomunikasi (communicative competence). Kemampuan berkomunikasi disebut sebagai ke-mampuan berbahasa. Keke-mampuan ini didapat melalui transmisi budaya. Trans-misi budaya merupakan sesuatu yang kita dapatkan melalui suatu proses belajar dan bukan sebagai warisan. Walaupun kemampuan berbahasa diperoleh melalui proses belajar, tingkat penguasaan bahasa antara satu orang dengan orang lain tidak sama. Hal ini disebabkan karena proses belajar bahasa yang dialami oleh setiap orang juga berbeda. Proses belajar bahasa dapat dilakukan melalui belajar sendiri di rumah dengan dibantu orang tua dan masyarakat, dan belajar formal di sekolah dengan bantuan guru (Darmadi, 1996: 1).

Bahasa merupakan hal yang penting dalam kehidupan. Dengan adanya bahasa dapat tercipta komunikasi yang baik. Komunikasi dapat berupa komunikasi lisan dan tulisan. Kedua bentuk komunikasi ini tentu bertujuan untuk menyampaikan pikiran dan menuangkan apa yang kita rasakan kepada orang lain. Untuk menyampaikan gagasan kepada orang lain tidaklah mudah, seseorang harus dapat mengungkapkan gagasannya dengan menggunakan kata ataupun kosakata yang tepat agar komunikasi dapat berjalan baik.

(20)

 

dimiliki, maka semakin besar pula keterampilan berbahasanya (Tarigan, 1985: 2). Dengan demikian, penguasaan kosakata yang baik sangat bermanfaat bagi tercapainya maksud yang ingin disampaikan dalam proses komunikasi.

Keterampilan berbahasa mempunyai empat jenis, yaitu keterampilan menyimak, membaca, berbicara, dan menulis (Tarigan, 1985: 1). Keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain (Tarigan, 1982: 3). Keterampilan menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif. Melalui kegiatan menulis seseorang dapat menghasilkan sebuah tulisan yang berisi gagasan yang dimiliki, baik untuk dibaca diri sendiri, maupun orang lain. Kegiatan menulis juga dapat membantu untuk mengekspresikan keinginan yang dimiliki dengan menuangkannya gagasan ke dalam sebuah tulisan.

Keterampilan menulis ini tidak datang dengan sendirinya kepada setiap orang, melainkan harus melalui proses belajar yang tidak sebentar. Seseorang harus banyak belajar menulis supaya menghasilkan sebuah tulisan yang baik. Keterampilan menulis menuntut seseorang mempunyai kemampuan dalam memi-lih topik yang tepat serta kemampuan untuk menjabarkan topik yang dipimemi-lih ke dalam sebuah paragraf. Keterampilan menulis yang baik memerlukan penguasaan kosakata, struktur bahasa, dan ejaan, yang tepat agar tulisan tersebut dapat dipa-hami oleh pembaca.

(21)

 

dimiliki. Keterampilan menulis dimulai dengan menyusun kalimat yang baik. Dari kalimat-kalimat itu disusun menjadi sebuah paragraf yang utuh. Keterampilan menulis akan lebih mudah dikuasai oleh siswa jika mereka diberikan bimbingan yang baik oleh guru.

Menurut The Liang Gie (2002: 3) mengarang diartikan sebagai segenap rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampikannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk dipahami. Menurut Nursisto (1999: 37) terdapat lima jenis karangan, yaitu eksposisi, deskripsi, argumentasi, persuasi, dan narasi. Semua jenis karangan tersebut tentu diajarkan di sekolah oleh para guru melalui pelajaran mengarang. Dari kelima jenis karangan di atas, salah satu karangan yang diajarkan di sekolah adalah narasi. Narasi adalah suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu (Keraf, 1985: 136).

Melalui pelajaran mengarang diharapkan siswa dapat menuangkan gagasannya menjadi sebuah tulisan yang baik. Akan tetapi, ketika siswa mulai menuangkan gagasan, kadang-kadang siswa menemukan kesulitan untuk menghasilkan tulisan yang baik. Hal ini disebabkan siswa belum dan tidak menguasai penggunaan kosakata dengan baik terutama kosakata yang berkaitan dengan bahasa Indonesia sehingga pengajaran kosakata itu sendiri sangat perlu agar siswa dapat membuat sebuah tulisan yang baik.

(22)

 

siswa SMP kelas VIII. Karangan narasi dipilih karena sudah diajarkan kepada siswa sejak dari SD. Dalam kurikulum 2006 SD kelas III, semester 1 aspek menulis terdapat kompetensi dasar, yaitu menulis karangan sederhana berdasarkan gambar seri menggunakan pilihan kata dan kalimat yang tepat dengan memperhatikan penggunaan ejaan. Di kelas IV, semester 2 aspek menulis terdapat kompetensi dasar, yaitu menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana dengan memperhatikan penggunaan ejaan. Di kelas V semester 1 aspek menulis terdapat kompetensi dasar, yaitu menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan.

Berdasarkan pengetahuan mengenai paragraf narasi yang telah diperoleh siswa ketika SD maka penelitian ini dilakukan kepada siswa SMP sebagai tindak lanjut dari pengetahuan yang telah diperoleh siswa. Penelitian ini memilih tempat SMP N 2 Salam, Magelang, Jawa Tengah karena sepengetahuan penulis di seko-lah ini belum pernah diadakan penelitian yang sejenis ini dan peneliti mendapat kemudahan izin untuk melakukan penelitian di sekolah ini.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah dalam penelitian ini dapat diungkapkan sebagai berikut.

1. Seberapa besar tingkat penguasaan kosakata siswa kelas VIII SMP N 2 Salam, Magelang, Jawa Tengah, tahun ajaran 2008/ 2009?

(23)

 

3. Apakah terdapat korelasi antara penguasaan kosakata dengan keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas VIII SMP N 2 Salam, Magelang, Jawa Tengah, tahun ajaran 2008/ 2009?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan pokok yang hendak dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan tingkat penguasaan kosakata siswa kelas VIII SMP N 2 Salam, Magelang, Jawa Tengah, tahun ajaran 2008/ 2009.

2. Mendeskripsikan tingkat keterampilan menulis narasi siswa kelas VIII SMP N 2 Salam, Magelang, Jawa Tengah, tahun ajaran 2008/ 2009.

3. Mendeskripsikan korelasi antara penguasaan kosakata dengan keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas VIII SMP N 2 Salam, Magelang, Jawa Tengah, tahun ajaran 2008/ 2009.

1.4Manfaat Penelitian

1. Bagi Sekolah

(24)

 

2. Bagi Guru Bidang Studi Bahasa Indonesia

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukkan kepada guru mata pelajaran Bahasa Indonesia tentang hubungan antara penguasaan kosakata dengan keterampilan menulis narasi. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan kepada para guru mata pelajaran Bahasa Indonesia meningkatkan kualitas dan kreativitas siswa dalam menulis karangan narasi dengan melakukan usaha-usaha tertentu yang dapat meningkatkan pema-haman materi terutama mengenai kemampuan menulis karangan narasi. 3. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada peneliti lain dalam mengadakan penelitian sejenis.

1.5 Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penguasaan kosakata siswa kelas VIII SMP N 2 Salam, Magelang, Jawa Tengah, tahun ajaran 2008/2009. 2. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan menulis narasi siswa kelas VIII SMP N 2 Salam, Magelang, Jawa Tengah, tahun ajaran 2008/2009.

1.6Batasan Istilah

(25)

 

1. KosaKata

Kosakata adalah kekayaan kata yang dimiliki oleh seorang pembicara atau penulis (Soedjito, 1988: 1).

2. Penguasaan Kosakata

Penguasaan kosakata adalah kemampuan untuk memahami dan memper-gunakan kosa kata (Nurgiyantoro, 1985:210).

3. Menulis

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain (Tarigan, 1985: 3).

4. Keterampilan Menulis

Keterampilan menulis merupakan keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis

kepada pembaca untuk dipahami (The Liang Gie, 1992: 17). 5. Narasi

Narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi dalam suatu kesatuan waktu (Keraf, 1985: 136).

1.7Sistematika Penyajian

(26)

 

Skripsi ini terdiri dari lima bab. Bab I pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian.

Bab II landasan teori berisi penelitian yang relevan, landasan teori, dan hipotesa. Penelitian yang relevan berisi penelitian-penelitian yang sejenis dengan topik ini. Landasan teori memaparkan pengertian kosakata, keterampilan menulis, dan pengertian narasi.

Bab III metodologi penelitian berisi jenis penelitian, tempat penelitian, populasi dan sampel penelitian, instrumen penelitian berupa tes objektif untuk penguasaan kosakata dan tes menulis karangan narasi, uji validitas dan reliabilitas, teknik pengumpulan data, dan tenik analisis data.

(27)

9  

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian yang Relevan

Peneliti menemukan tiga penelitian sejenis yang terkait dengan topik pene-litian ini. Ketiga penepene-litian tersebut dilakukan oleh Slamet Ruslani (1994), Murni Subekti (2003), dan Sri Handayani (2007).

Slamet Ruslani (1994) meneliti hubungan penguasaan kosakata dengan keterampilan parafrase mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah, FPBS, IKIP Yogyakarta (sekarang Universitas Negeri Yogyakarta).Tujuan penelitian ini ada tiga, yaitu (1) mendeskripsikan tingkat penguasaan kosakata mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah, FPBS, IKIP Yogyakarta, (2) mendeskripsi-kan tingkat keterampilan parafrase mahasiswa Jurusan Pendidimendeskripsi-kan Bahasa Daerah, FPBS, IKIP Yogyakarta, (3) mendeskripsikan korelasi antara penguasaan kosakata dan keterampilan parafrase mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah, FPBS, IKIP Yogyakarta.

(28)

Murni Subekti (2003) meneliti kontribusi penguasaan kosakata dan tata bahasa terhadap keterampilan menulis narasi siswa kelas I SLTPN (sekarang dinamakan SMP Negeri) di Kecamatan Jetis, Bantul. Tujuan penelitian ini ada tiga, yaitu (1) seberapa besar kontribusi penguasaan kosakata terhadap keteram-pilan menulis narasi siswa kelas I SLTPN di Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul, (2) seberapa besar kontribusi penguasaan tata bahasa terhadap keterampilan menulis narasi siswa kelas I SLTPN di Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul, dan (3) seberapa besar kontribusi penguasaan kosakata dan tata bahasa secara bersama-sama terhadap keterampilan menulis narasi siswa kelas I SLTPN di Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul.

Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) penguasaan kosakata memberikan kontribusi terhadap keterampilan menulis narasi siswa kelas I SLTPN di Keca-matan Jetis, Kabupaten Bantul sebesar 21,3%, (2) penguasaan tata bahasa mem-berikan kontribusi terhadap keterampilan menulis narasi siswa kelas I SLTPN di Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul sebesar 24,9%, dan (3) penguasaan kosakata dan tata bahasa secara bersama-sama memberikan kontribusi terhadap kete-rampilan menulis narasi siswa kelas I SLTPN di Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul yang ditunjukan dengan harga koefisien nilai R sebesar 32,5%.

(29)

menulis narasi siswa SMPN 2 Pleret, Bantul, Yogyakarta, (3) mengetahui korelasi antara penguasaan kosakata dengan keterampilan menulis karangan narasi siswa SMPN 2 Pleret, Bantul, Yogyakarta.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) berdasarkan deskripsi data penguasaan kosakata siswa kelas VIII SMPN 2 Pleret, Bantul, Yogyakarta dike-tahui sebanyak 12 siswa atau 14,3 % memiliki keterampilan penguasaan kosakata dengan kateregori tinggi, 60 siswa atau 71,4 % memiliki keterampilan penguasan kosakata dengan kategori sedang, dan 12 siswa atau 14,3% memiliki keterampilan penguasaan kosakata dengan katergori rendah, (2) keterampilan menulis narasi siswa kelas VIII SMPN 2 Pleret, Bantul, Yogyakarta diketahui sebanyak 15 siswa atau 17,4% memiliki keterampilan menulis narasi dengan kategori tinggi, 56 siswa atau 66,7 % memiliki keterampilan menulis narasi dengn kategori sedang,

dan 13 siswa atau 15,5% memiliki keterampilan menulis narasi dengan kategori

rendah. (3) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara keterampilan penguasaan kosakata dan keterampilan menulis narasi siswa kelas VIII SMPN 2 Pleret, Bantul, Yogyakarta. Hal ini ditunjukan dengan nilai koefisien (r) sebesar 0,727 pada taraf signifikan 0,000.

(30)

Pertama) masih sedikit dilakukan. Dengan demikian topik ini masih relevan untuk diteliti.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Kosakata

2.2.1.1 Pengertian Kosakata

Kosakata memiliki peranan yang penting dalam kehidupan berbahasa seseorang, baik berbahasa itu sebagai proses berpikir maupun sebagai alat komunikasi. Kosakata merupakan hal yang utama yang harus dimiliki seseorang yang akan belajar berbahasa sebab kosakata berfungsi untuk membentuk kalimat, mengutarakan isi pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tulisan. Dengan kemampuan membuat kalimat yang baik maka seseorang itu dapat mengutarakan isi pikiran dan perasaan kepada orang lain, baik secara lisan maupun tulisan.

Kosakata dapat diartikan sebagai berikut. 1) Semua kata yang terdapat dalam satu bahasa.

2) Kekayaan kata yang dimiliki oleh seorang pembicara atau penulis. 3) Kata yang dipakai dalam suatu bidang ilmu pengetahuan; dan

4) Daftar kata yang disusun seperti kamus disertai penjelasan singkat dan praktis (Soedjito, 1988: 1).

Menurut Moeliono (1998: 462) kosakata diartikan sebagai berikut.

1) Semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa. 2) Jumlah kata yang dimiliki oleh orang/ kelompok orang dalam lingkungan

(31)

3) Jumlah kata yang dipakai dalam suatu bidang ilmu pengetahuan. 4) Semua kata asal yang terdapat dalam suatu bahasa.

5) Daftar sejumlah kata/kelompok kata yang disusun secara alfabetis dan disertai batasan serta keterampilan dari suatu bahasa.

Kosakata atau leksikon juga dapat diartikan sebagai berikut.

1) Komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa.

2) Kekayaan kata yang dimiliki seseorang pembicara, penulis atau suatu bahasa; kosakata; perbendaharaan kata.

3) Daftar kata yang disusun seperti kamus, tetapi dengan penjelasan yang singkat dan praktis (Kridalaksana, 1998: 98).

Dari tiga pandangan para ahli mengenai pengertian kosakata pada penelitian ini diambil pengertian kosakata yang berbunyi kosakata adalah kekayaan kata yang dimiliki seseorang dalam suatu bahasa. Pengertian ini dipilih karena seusai dengan apa yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu penguasaan kosakata.

2.2.1.2 Penguasaan Kosakata

(32)

mengalaminya. Proses itu sendiri berjalan perlahan-lahan, tetapi pasti menuju kepada suatu kesanggupan dan kemampuan berbahasa yang baik dan teratur.

Menurut Keraf (1987: 65-66) tahapan yang dialami oleh seseorang dalam menguasai kosakata ada tiga.

1. Masa Kanak-kanak

Penguasaan kosakata pada anak-anak lebih ditekankan kepada kosakata khususnya, kesanggupan untuk mengubah gagasan-gagasan yang konkret menjadi kata benda. Anak-anak hanya memerlukan istilah untuk menyebut-kan benda-benda secara terlepas. Semakin dewasa anak ingin mengetahui sebanyak-banyaknya tentang semua dilihat, dirasakan atau didengar setiap hari. Masa ini terjadi pada saat anak berusia di bawah enam tahun atau sebelum mereka menginjak bangku sekolah.

2. Masa Remaja

Pada waktu anak mulai menginjak bangku sekolah, proses tadi masih berjalan terus ditambah proses yang sengaja diadakan untuk menguasai bahasanya dan memperluas kosakatanya. Proses yang sengaja diadakan ini adalah proses belajar, baik melalui pelajaran bahasa maupun melalui mata pelajaran lain. Proses ini berlangsung saat anak berusia tujuh sampai delapan belas tahun atau saat mereka menginjak bangku sekolah dasar terus ke sekolah lanjutan. 3. Masa Dewasa

(33)

bermacam-macam keahlian dan keterampilan, dan harus pula berkomunikasi dengan anggota masyarakat mengenai semua hal. Masa dewasa ini terjadi saat mereka berusaia di atas delapan belas tahun.

Dalam dunia modern, proses belajar dilanjutkan dengan pendidikan di dunia perguruan tinggi, yang mengintensifkan pengetahuan seseorang dalam bidang pengetahuan tertentu, khususnya menyangkut persoalan-persoalan yang lebih abstrak. Pada sekolah lanjutan proses abstraksi juga sudah dimulai, namun belum seberapa. Di perguruan tinggi, dapat dikatakan seseorang betul-betul ditempa menjadi manusia yang matang untuk masyarakat.

Dilihat dari tahapan yang dialami seseorang dalam pemerolehan kosakata di atas, maka siswa SMP termasuk ke dalam masa remaja. Pada masa remaja terjadi sebuah proses belajar yang disengaja sehingga pada masa inilah seseorang mulai untuk mengenal hal-hal baru yang dialaminya. Dengan mengalami hal-hal baru itu seseorang dapat belajar untuk menguasai kosa kata yang baru dengan mudah.

2.2.1.3 Tes Kosakata

(34)

Jika dikaitkan dengan ada tidaknya keterlibatan unsur kebahasaan yang lain dan sekaligus dikaitkan dengan fungsi komunikatif bahasa, tes kosakata dapat dibedakan menjadi tes diskrit, integratif, dan pragmatik. Dengan penyiasatan (strategi) tertentu tes kosakata dapat dibedakan ke dalam tes yang menuntut aktivitas berpikir pada tingkatan-tingkatan kognitif tertentu. Tingkatan tes kognitif ada enam, yaitu (1) tingkat ingatan, (2) tingkat pemahaman, (3) tingkat aplikasi, (4) tingkat analisis, (5) tingkat sintesis, dan (6) tingkat evaluasi. Namun, untuk tes kosakata tingkatan kognitif yang diujikan sampai pada tingkatan analisis (Nurgiyantoro, 2001: 217). Hal ini dapat dilihat pada tabel perimbangan proporsi penilaian tingkatan kognitif untuk siswa SMP yang hanya sampai pada tingkatan keempat/ tingkatan analisis (C4)

Tabel 1

Perimbangan Proporsi Penilaian Keenam Tingkatan Kognitif untuk Siswa SD, SMTP, dan SMTA

Tingkatan ( Nurgiyantoro, 2001: 40).

1. Tes Kosakata Tingkat Ingatan

(35)

pengertian sebuah kata, istilah, atau ungkapan. Pengertian sebuah kata di sini dimaksudkan kata secara lepas, dalam arti tidak dikaitkan dengan konteks pemakaian. Dengan demikian tes kosakata dalam bentuk ini benar-benar bersifat diskrit. Tes kosakata yang bersifat ingatan diskrit tersebut dapat berupa “ makna atau padan kata ”dalam satu bahasa, kata-kata pungut dari bahasa asing, dan terjemahan antarbahasa.

Contoh:

Kata ‘besar kepala’ memiliki arti…. a. pengantuk c. pusing b. sombong d. pembohong 2. Tes Kosakata Tingkat Pemahaman

Tes kosakata pada tingkat pemahaman (C2) menuntut siswa untuk dapat memahami makna, maksud, pengertian, pengungkapan kata-kata, istilah, atau ungkapan yang diujikan. Berbeda halnya dengan tes kosakata pada tingkat ingatan, walaupun sama-sama bersifat reseptif, kosakata yang diteskan harus selalu dalam kaitannya dengan konteks. Perlibatan kosakata dalam konteks memungkinkan kita untuk dapat menafsirkan makna kata secara lebih tepat sebab makna sebuah kata dapat ditafsirkan berdasarkan makna keseluruhan konteks.

(36)

Contoh:

Kata dicetak miring di bawah ini yang mempunyai makna ‘orang kepercayaan’, terdapat pada kalimat…

a. Tangan kanan Adi terkilir karena jatuh dari sepeda.

b. Ayah adalah tangan kanan Pak Lurah.

c. Si Toni sudah terkenal sebagai orang yang panjang tangan.

d. Dia selalu cuci tangan terhadap masalah yang dibuatnya. 3. Tes Kosakata Tingkat Aplikasi/ Penerapan

Tes kosakata tingkat penerapan (C3) menuntut siswa untuk dapat memilih dan menerapkan kata-kata, istilah, atau ungkapan tertentu dalam suatu wacana secara tepat, atau mempergunakan kata-kata tersebut untuk menghasilkan wacana. Dengan demikian tes kosakata untuk jenjang ini bersifat produktif. Untuk dapat memilih dan mempergunakan kata dalam suatu wacana atau untuk menghasilkan wacana secara tepat, siswa dituntut untuk memahami makna kata yang bersangkutan.

Tes kosakata untuk menghasilkan wacana biasanya berupa tugas untuk menyusun kalimat dengan kata-kata dan pikiran sendiri berdasarkan kata, istilah, atau ungkapan yang disediakan.

Contoh:

1. Masukkanlah kata-kata yang disediakan di bawah ini ke dalam sebuah kalimat! a. Komoditi c. Panjang tangan

(37)

2. Manakah urutan yang tepat untuk membuat sebuah kalimat yang berpola SPOK dari kata-kata di bawah ini.

1. di pasar 3. kakak

2. membeli 4. Ikan

a. 1,2,3,4 c. 3,2,4,1

b. 1,2,4,3 d. 3,2,1,4

Tes kosakata yang berupa tugas memilih dan mempergunakan kata-kata ke dalam wacana yang disediakan biasanya berbentuk tes objektif, baik berupa pilihan ganda maupun perjodohan.

Contoh:

Banyak pengrajin tempe yang mengurangi……..tempenya karena harga kedelai

semakin mahal. Kata yang tepat untuk mengisi titik-titik di atas adalah….

a. produk c. produktif

b. produksi d. produktivitas

4. Tes Kosakata Tingkat Analisis

Tes kosakata tingkat analisis (C4) menuntut siswa untuk melakukan kegiatan otak yang berupa analisis, baik hal itu berupa analisis terhadap kosakata yang diujikan maupun analisis terhadap wacana tempat kata tersebut diterapkan.

(38)

Bahan yang diteskan dapat berupa penggunaan kata secara cermat dalam suatu wacana (Nurgiyantoro, 2001: 218-226).

Contoh:

Kalimat dengan kata “dorong “ yang bermakna denotatif adalah…. a. Kemampuannya yang keras mendorong keberhasilanku.

b. Sita mendorong adiknya hingga terjatuh di lantai.

c. Ucapanya mendorongku untuk tetap bersemangat menyelesaikan skripsiku. d. Didorongnya semua teman sekelas agar mau ikut dalam kegiatan pesantren

kilat yang akan diadakan pada bulan Ramadhan nanti.

2.2.1.4 Cakupan Materi Tes Kosakata

(39)

Dari sekian banyak kosakata dalam bahasa Indonesia, peneliti dalam penelitian ini hanya akan membahas enam macam materi kosa kata. Penjelasan dari keenam materi kosakata adalah sebagai berikut.

1. Makna kata berdasarkan pada ada atau tidak adanya nilai rasa pada sebuah kata (Chaedar, 1990: 67-68).

a. Denotasi

Makna denotatif adalah makna makna yang menunjuk langsung pada acaun atau makna dasarnya.

Contoh: Ibu artinya orang yang melahirkan kita

Nenek artinya ibu dari ayah atau ibu b. Konotasi

Makna konotatif adalah makna tambahan terhadap makna dasarnya berupa nilai rasa atau gambaran tertentu.

Contoh: Bunga desa artinya orang yang paling cantik

Kuli tinta artinya wartawan

2. Kata yang mengalami pergeseran makna (Soedjito, 1988: 68-70) a. Penyempitan Makna

Penyempitan makna adalah perubahan makna dari yang lebih umum/ luas ke yang lebih khusus/ sempit.

Contoh:

No. Kata Makna Lama Makna Baru

1 Sarjana cendekiawan gelar universitas

(40)

b. Perluasan Makna

Perluasan makna adalah perubahan makna dari yang lebih khusus/ sempit ke yang lebih umum/ luas. Jadi, cakupan makan baru/ sekarang lebih luas daripada makna lama.

Contoh:

No. Kata Makna Lama Makna Baru

1 bapak orang tua laki-laki, ayah

semua laki-laki yang berumur lebih tua atau berkedudukan lebih tinggi dari anggota masyarakat yang lain.

2 Ibu orang tua

perempuan, emak

semua perempuan yang lebih tua dan berkedudukan lebih tinggi dari anggota masyarakat yang lain.

3 saudara anak-laki-laki yang sekandung/ seibu sebapak

semua orang yang sama, seumur, sederajat, kedudukan.

3. Kata berdasarkan hubungan makna (Soedjito, 1988: 76-83). a. Sinonim

Sinonim adalah dua kata atau lebih yang memiliki makna yang sama atau hampir sama.

Contoh: Melihat sinonim menatap Meninggal sinonim mati

b. Antonim

Antonim adalah kata-kata yang berlawanan maknanya. Contoh: Besar antonim kecil

(41)

4. Istilah (Soedjito, 1988: 189)

Istilah adalah kata yang mempunyai makna tunggal yang tidak bergantung pada konteks dan tidak dapat berubah maknanya akibat konteks.

Contoh: Reboisasi artinya penanaman hutan kembali

Akulturasi artinya penyesuaian diri kepada kebudayaan baru 5. Peribahasa (Soedjito, 1988: 115)

Peribahasa adalah bahasa berkias, berupa kalimat atau kelompok kata, yang tetap susunannya.

Contoh: Peribahasa berupa kalimat: Nasi sudah menjadi bubur. Peribahasa berupa kelompok kata: Ada gula, ada semut. 6. Majas (Soedjito, 1988: 124-178)

Majas adalah bahasa berkias yang dapat menghidupkan/ meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu.

a. Majas Perbandingan

1) Majas metafora adalah perbandingan yang singkat dan padat yang dinyatakan secara implisit.

Contoh:

Didi terkenal buaya darat, sudah banyak wanita yang menjadi korbannya.

Buaya darat dimaksudkan untuk laki-laki yang suka mempermainkan kaum wanita.

Si jago merah telah membakar habis pemukinan itu.

(42)

2) Majas personifikasi adalah majas yang menggambarkan benda-benda tak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat insani (seperti manusia).

Contoh:

Kapal layar itu hilang ditelan ombak yang mengganas.

Ditelan maksudnya tenggelam

Pohon nyiur itu melambai-lambai ditiup angin.

Melambai-lambai maksudnya bergerak-gerak

b. Majas Pertentangan

1) Majas hiperbola adalah majas yang melebih-lebihkan/ membesar-besarkan apa yang sebenarnya dimaksudkan.

Contoh:

1. Tangisnya menyayat-nyayat hati.

2. Sorak-sorai penonton mengguntur membelah angkasa. Maksudnya:

Menyayat-nyayat : sangat memilukan hati

Mengguntur : sangat keras sekali suaranya

2) Majas litotes adalah majas yang mengurangi/ melemahkan/ melunakkan apa yang sebenarnya dimaksudkan.

Contoh:

1. Hasil tesnya tidak mengecewakan.

2. Jika ada waktu, silahkan Bapak singgah ke gubuk saya. Maksudnya: Sebenarnya hasil tesnya baik (contoh 1).

(43)

3) Majas ironi adalah majas yang menyatakan makna yang bertentangan dengan makna yang sebenarnya dengan maksud untuk mengolok-olok atau menyindir secara halus.

Contoh: “Pagi benar kamu datang hari ini, baru pukul delapan.”, kata Ibu kepada Ani yang datang terlambat.

Maksudnya: Ibu guru menyindir muridnya, dengan mengatakan bahwa muridnya datang cepat padahal kenyataannya murid itu datang terlambat.

c. Majas Pertautan

1) Majas metonimia adalah majas yang menyebutkan nama ciri atau nama hal yang bertautan dengan orang, barang, atau hal penggantinya.

Contoh:

1. Ayah menyuruhku untuk membelikan gudang garam di warung.

Gudang garam maksudnya rokok

2. Kami berkeliling kota dengan naik kijang

kijang maksudnya mobil dengan merk Kijang

2) Majas sinekdoke adalah majas yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama keseluruhan, atau sebaliknya.

a) Pars pro toto adalah makna bagian sebagai pengganti makna keseluruhan. Contoh:

Ada sepuluh atap yang terbakar.

(44)

b) Totum pro parte adalah nama keseluruhan sebagai pengganti nama bagian. Contoh:

Kelas inilah yang paling bagus prestasinya.

Indonesi lawan Singapura berakhir 2-1.

2. 2. 2 Keterampilan Menulis

Keterampilan menulis merupakan keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami (The Liang Gie, 1992: 17). Untuk dapat menyampaikan gagasan perlu memiliki perbendaharaan kata yang memadai, terampil menyusun kata menjadi kalimat yang jelas dan mahir memakai bahasa secara efektif.

Menurut Tarigan (1985: 3) kemampuan menulis merupakan suatu kemam-puan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Widyamartaya (1990: 9) juga mengung-kapkan hal senada bahwa kemampuan menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak seca-ra tatap muka dan merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif.

(45)

Kekompleksan menulis terletak pada prosesnya yang antara lain meliputi penentuan topik tulisan, penjabaran topik menjadi alinea-alinea yang diorganisa-sikan dengan baik, pemilihan kata yang tepat, serta gaya penyajian tulisan sehing-ga menghasilkan tulisan yang baik dan menarik (Subiyakto-Nababan, 1993: 180). Karena itu, keterampilan menulis itu sendiri tidak datang dengan sendirinya, melainkan harus melalui latihan dan praktek yang banyak dan teratur (Tarigan, 1985: 4). Seorang penulis harus tetap berlatih untuk dapat membuat sebuah tulisan yang baik.

Berdasarkan pendapat enam ahli di atas dalam penelitian ini penulis mengacu pendapat The Liang Gie untuk mendefinisikan pengertian keterampilan menulis yaitu keterampilan menulis merupakan kemampuan berbahasa yang di-gunakan untuk berkomunikasi dan mengungkapkan gagasan melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami secara tepat.

2.2.3 Narasi

2.2.3.1 Pengertian Karangan Narasi

(46)

Karangan narasi adalah bentuk pengungkapan yang menyampaikan sesuatu peristiwa atau pengalaman dalam rangka urutan waktu kepada pembaca dengan maksud untuk meninggalkan kesan tentang perubahan atau gerak sesuatu dari pangkal awal sampai titik akhir ( Tha Liang Gie, 2002: 4). Dengan kata lain karangan narasi dapat diartikan sebagai karangan yang mengisahkan kepada pembaca suatu rangkaian peristiwa yang terjadi dalam urutan waktu.

Karangan yang tergolong ke dalam jenis karangan narasi adalah cerpen, novel, roman, dan cerita tentang pengalaman yang pernah dialami. Karangan narasi bermaksud menyajikan peristiwa atau mengisahkan apa yang terjadi dan bagaiamana suatu peristiwa terjadi. Ciri-ciri karangan narasi adalah (1) bersumber dari fakat atau sekedar fiksi, (2) berupa rangkaian peristiwa, dan (3) bersifat menceritakan (Nursisto, 1999: 39).

Linawati (2001: 24) mengatakan bahwa ciri narasi adalah (1) mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga pembaca tampak melihat sendiri peristiwa itu, (2) memiliki unsur tindakan atau perbuatan yang terjadi dalam satu rangkaian waktu, (3) merupakan urutan peristiwa yang dinamis, maksudnya suatu kejadian atau peristiwa yang berubah dari peristiwa yang lain saling berkaitan dalam urutan waktu tertentu, (4) menyampaikan suatu tindakan atau peristiwa dengan tepat untuk memperluas pengetahuan pembaca, dan (5) bersifat menceritakan.

2.2.3.2 Struktur Karangan Narasi

(47)

plot atau alur yang didasarkan pada kesinambungan peristiwa-peristiwa dalam narasi itu dalam hubungan sebab akibat.

Berikut dijelaskan struktur karangan narasi dilihat dari komponen-komponen yang membentuknya.

1. Perbuatan

Rangkaian perbuatan atau tindakan menjadi landasan utama untuk menciptakan sifat dinamis sebuah narasi, karena membuat kisah itu menjadi hidup. Perbuatan itu sendiri mempunyai komponen-komponen yang membentuk struktur suatu perbuatan.

a. Setiap tindakan harus diungkapkan secara terperinci dalam komponen-komponen yang lebih kecil yang bersama-sama menciptakan perbuatan itu sehingga pembaca merasakan seolah-olah mereka sendiri yang merasakan perbuatan itu. Misalnya yang diceritakan mengenai perbuatan melihat

pemandangan di pegunungan. Perbuatan melihat dapat dikisahkan seperti contoh berikut.

“Aku menoleh ke arah kanan, menatap jauh ke depan. Lalu aku mulai berjalan dan ku pandang sekelilingku yang tapak hanyalah hamparan hijau pepohonan”.

(48)

Contoh:

Dalam bulan Januari 1946, ada sebuah kapal bertolak dari Surabaya menuju Jakarta. Di antaranya ada sejumlah penumpang yang merupakan sekarelawan perang berasal dari Jakarta. Mereka telah dikirim satuannya untuk mempertahankan Surabaya. Tidak jauh dari selat Madura tiba-tiba terjadi suatu ledakan dahsyat. Kapal tadi telah melanggar ranjau laut. Perlahan-lahan di malm yang gelap itu kapal itu tenggelam bersama seluruh isinya. Ada 200 orang yang mati tenggelam. Diantara ke-200 orang yang tewas dalam kecelakaan itu terdapat seorang sukarelawan yang selalu tampak gembira, seorang pegawai perusahaan swasta di Jakarta, rendah hati, berusia 30 tahun, meninggalkan seorang istri dan seorang putri (Keraf, 1985: 159).

2. Penokohan

Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berkelakuan di dalam berbagai peristiwa cerita (Sudjiman,1991: 16). Karena tokoh-tokoh itu rekaan pengarang, hanyalah pengarang yang mengenal mereka. Oleh sebab itu, tokoh-tokoh perlu digambarkan ciri-ciri lahir dan sifat serta sikap batinya agar wataknya juga dikenal oleh pembaca. Yang dimaksud dengan watak adalah kualitas tokoh, kualitas nalar dan jiwanya yang membedakan dengan tokoh lain. Penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh ini yang disebut penokohan (Sudjiman, 1991: 23).

Contoh:

(49)

3. Latar

Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang , dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra yang membangun cerita (Sudjiman, 1991: 44). Latar adalah situasi yang mendu-kung dalam sebuah cerita. Latar juga disebut setting atau landasan tumpu. Latar dapat digambarkan secara hidup dan terperinci, dapat pula digambarkan secara sketsa, sesuai dengan fungsi dan peranan dalam tindak tanduk yang berlangsung (Keraf, 1985: 148). Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk menciptakan kesan realistik atau nyata kepada pembaca. Latar menciptakan suasana yang seakan-akan nyata ada, yang mempermudah pembaca dalam berimajinasi. Latar juga memungkinkan pembaca berperan secara kritis berkenaan dengan pengetahuannya mengenai latar tersebut. Hal ini juga menjelaskan tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Berikut dijelaskan secara terperinci macam-macam latar.

a. Latar yang menjelaskan tempat

Dalam sebuah narasi latar tempat harus benar-benar dapat menjelaskan atau menggambarkan tempat di mana suatu peristiwa terjadi.

Contoh:

(50)

kecil, di lantai dua sebuah klab tua di Fifth Avenue, cukup sukses sejak awal (Memoar Seorang Geisha, 2003: 472).

b. Latar yang menjelaskan waktu

Dalam sebuah narasi latar waktu juga harus dapat menggambarkan waktu kapan peristiwa itu terjadi.

Contoh:

Selama musim panas tahun itu, 1939, aku begitu sibuk dengan tugas-tugas menghibur, pertemuan sesekali dengan jenderal, pentas tari, dan semacamnya sehingga pada pagi hari saat aku berusaha bangun dengan futon-ku, akku sering merasa seperti ember penuh berisi paku. Biasanya menjelang sore aku berhasil mengatasi keletihanku (Memoar Seorang Geisha, 2003: 347).

c. Latar yang menjelaskan lingkungan sosial

Sebuah cerita dapat dilatari oleh lingkungan sosial seperti keadaan masyarakat, sikap, adat kebiasaan, cara hidup, dan bahasa.

Contoh:

Nelayan memang sangat percaya takhayul. Mereka terutama tidak mau perempuan ikut campur dalam hal penangkapan ikan. Salah seorang nelayan di desa kami, Tuan Yamamura, menemukan anak perempuannya sedang bermain di dalam perahunya suatu pagi. Dia menghajar anaknya dengan tongkat, kemudian mencuci perahunya sake dan larutan alkali yang pekat sekali, sampai-sampai warna kayunya memudar. Ini rupanya belum cukup. Tuan Yamamura memanggil pendeta Shinto datang memberkati perahunya. Semua ini Karen anak perempuannya bermain di perahu penangkap ikannya (Memoar Seorang Geisha, 2003: 19).

4. Sudut Pandang

(51)

terhadap objek dari seluruh aksi atau tindak tanduk dalam narasi. Menurut Keraf (1985: 192-201) sudut pandang dapat dibagi atas dua pola utama.

a. Sudut pandang orang pertama

Dalam sudut pandang ini, penulis membatasi diri pada apa yang dilihat atau apa yang dialami sendiri sebagai pengisah. Sudut pandang orang pertama atau sudut pandang terbatas masih memiliki perbedaan dan variasi kecil. Perbedaan ini didasarkan pada tipe relasi pengisah dengan seluruh gerak dan tindak-tanduk dalam narasi. Sudut pandang orang pertama dibagi menjadi tiga.

1) Narator sebagai tokoh utama, di mana narator menceritakan perbuatan yang melibatkan dirinya sendiri sebagai partisipan utama dari narasi itu. 2) Narator sebagai pengamat, di mana narator terlibat dalam seluruh

tindakan tetapi hanya berperan sebagai pengamat.

3) Narator sebagai pengamat langsung, di mana narator mengambil bagian langsung dalam seluruh rangkaian tindakan dan turut menentukan hasilnya, tetap ia tidak menjadi tokoh utama.

Contoh:

(52)

b. Sudut pandang orang ketiga

Pada sudut pandang orang ketiga, mengisahkan sesuatu secara impresional, maksudnya pengarang tidak tampil sebagai pengisah, tetapi menghadirkan seorang narator yang tidak berbadan yang menyaksikan berlangsungnya gerak dan tindakan dalam seluruh narasi. Hubungan antara pengisah dengan seluruh tindakan adalah semata-mata sebagai penonton. Sudut pandang orang ketiga dapat dibagi menjadi tiga.

1) Sudut pandang panoranik atau serba tahu, di mana pengarang berusaha melaporkan semua segi dari satu peristiwa.

2) Sudut pandang terarah, di mana pengarang memusatkan perhatiannya hanya pada satu karakter saja yang mempunyai pertalian dengan proses yang dikisahkan.

3) Sudut pandang campuran, sudut pandang ini merupakan percampuran dari sudut pandang panoramik dan sudut pandang terarah (Keraf, 1985: 190-201).

Contoh:

Kau mungkin heran untuk apa geisha bersusah-susah belajar main gendang. Jawabnya sangat sederhana. Damal pesta atau pertemuan informal lainnya di Gion, geisha biasanya menari hanya diiringi shamisen dan mungkin seorang penyanyi. Tetapi untuk pertunjukan panggung, seperti Tarian Kotaraja Tua

(53)

5. Alur

Alur merupakan kerangka dasar yang sangat penting dalam kisah. Alur mengatur bagaimana tindakan-tindakan harus bertalian satu sama lain, bagaimana suatu insiden mempunyai hubungan dengan insiden yang lain, bagaimana tokoh-tokoh harus digambarkan dan berperan dalam tindakan-tindakan itu, dan bagai-mana situasi dan perasaan karakter tokoh yang terlibat dalam tindakan yang terikat dalam satu kesatuan waktu (Keraf, 1985:118).

Contoh:

(54)

6. Tema

Tema adalah gagasan, ide, atau pikiran utama yang melandasi sebuah cerita (Sudjiman, 1991: 50). Tema akan dijumpai dalam setiap karya sastra atau tulisan.

2.2.3.3 Jenis Karangan Narasi

Karangan narasi terdiri atas narasi ekspositoris dan narasi sugestif (Keraf, 1985: 136-140).

1. Narasi Ekspositoris

Narasi ekspositoris bertujuan menggugah pikiran pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan. Sasaran utamanya adalah rasio, yaitu berupa perluasaan pengetahuan para pembaca sesudah membaca kisah tersebut. Sebagai sebuah bentuk narasi, narasi ekspositris mempersoalkan tahap-tahap kejadian, rangkaian-rangkaian perbuatan kepada para pembaca dan pendengar.

Narasi ekspositoris dapat bersifat khas atau khusus dan dapat pula bersifat generalisasi. Narasi ekspositoris bersifat generalisasi adalah narasi yang menyampikan suatu proses yang umum, yang dapat dilakukan siapa saja dan dapat pula dilakukan secara berulang-ulang. Misalnya wacana naratif yang menceritakan bagaimana membuat kapal dengan mempergunakan bahan fero-semen.

(55)

Contoh:

Hari ini aku sangat senang sekali karena hari ini adalah hari pertama aku masuk Sekolah Menengah Pertama. Pukul 05.00 pagi aku sudah bangun. Dengan semangat aku membereskan tempat tidurku dan mandi. Setelah itu aku langsung sholat Subuh. Selesai melaksanakan kewajiban sholat aku mulai berpakaian seragam. Hari ini seragamku sudah ganti, dari yang merah putih sekarang jadi biru putih. Pukul 06.00 pagi aku sudah selesai mengenakan pakaian seragam lalu aku sarapan dan berpamitan untuk berangkat ke sekolah. Pukul 06.30 aku berangkat ke sekolah dengan mengendarai sepeda.

Sesampainya di sekolah jam sudah menunjukan pukul 07.00. Aku langsung menaruh sepedaku di tempat parkir dan bergegas menuju lapangan untuk bergabung dengan siswa-siswa baru yang lain. Karena aku tidak mempunyai teman yang berasal dari SD yang sama maka aku mulai berkenalan dengan siswa baru yang lain. Pukul 07.30 bel berbunyi, kami semua berbaris di lapang untuk mengadakan upacara penyambutan siswa baru.

Setelah itu, acara MOS atau Masa Orientasi Siswa dimulai. Kami dibagi menjadi beberapa kelompok dan di bimbing oleh seorang kakak kelas untuk menjalankan semua kegiatan yang ada. Aku megikuti semua kegiatan dengan hati yang gembira hingga tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 12.00 siang. Itu pertanda semua kegiatan MOS pada hari pertama ini selesai dan kamipun pulang ke rumah masing-masing.

2. Narasi Sugestif

Narasi sugestif juga pertama-tama bertalian dengan tindakan atau perbuatan yang dirangkai dalam suatu kejadian atau peristiwa. Seluruh kejadian itu berlangsung dalam suatu kesatuan waktu. Tujuan utama bukan memperluas pengetahuan seseorang, tetapi berusaha memberi makna atas peristiwa atau kejadian itu sebagai suatu pengalaman.

(56)

cerpen sudah mengandung ciri narasi sugestif. Kasus yang ekstrim dari narasi sugestif adalah dongeng.

Contoh:

Alhamdulillah, sampai juga di Bungurasih. Berarti sudah separo perjalanan yang kutempuh. Bis yang kutumpangi berhenti di jalur dua pemberhentian bis. Uff…hh!! Surabaya yang panas, sepanas orang-orang yang mengerubutiku.

“Perlu tenaga, Mbak?” seorang penyedia jasa angkutan barang menawarkan bantuan. Aku tolak dengan sopan sambil tersenyum. Aku tak ingin penolakanku menimbulkan reaksi yang tidak menyenangkan darinya. Ah, Surabaya tak pernah berubah. Bungurasih tak pernah sepi dari manusia.

Kupercepat langkah kakiku untuk menghindari buruan para calo yang mencari penumpang. Sekaligus memperkecil resiko kecopetan. Kabarnya terminal terbesar di Jawa Timur ini menjadi sarang para pencopet. Ya, maklum. Inilah Surabaya. Penduduknya padat, lapangan pekerjaan sempit. Sebagian orang akan melakukan apapun untuk bisa bertahan hidup.

Setelah antri sebentar akhirnya tiba juga giliranku untuk membayar peron. Kuangsurkan recehan perak kepada petugas. Setelah menerima karcis, aku bergegas memburu diantara arus manusia menuju ruang tunggu. Suasana ruang tunggu tak kalah bising. Langkah tergesa kaki manusia dengan membawa tas-tas besar saling berebut untuk mendahului. Apalagi ditambah klakson bis yang sahut-menyahut. Untunglah ada peraturan yang melarang awak bis mencari penumpang di ruang tunggu (”Suatu Siang di Bungurasih”, dikutip dari blog Khansa).

Tabel 2

Perbedaan Pokok Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif

Narasi Ekspositoris Narasi Sugestif

1. Memperluas pengetahuan 1. Menyampaikan suatu makna atau suatu amanat yang tersirat

2. Menyampaikan informasi mengenai suatu kejadian

2. Menimbulkan daya khayal 3. Didasarkan pada penalaran untuk

mencapai kesepakatan rasional

3. Penalaran hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan makna, sehingga kalau perlu penalaran dapat dilanggar.

4. Bahasanya lebih condong ke bahasa informatif dengan titik berat pada penggunaan kata-kata denotatif

4. Bahasannya figuratif dengan menitikberatkan penggunaan kata-kata konotatif.

(57)

Pada penelitian ini karangan yang dipilih adalah karangan yang bertujuan untuk memperluas pengetahuan pembaca dengan memberikan informasi meng-enai suatu peristiwa yang terjadi baik yang dialami sendiri oleh penulis maupun tidak. Oleh karena itu, jenis karangan yang dipilih adalah karangan narasi ekspositoris.

2.2.3.4 Kriteria Penilaian Karangan Narasi

Menurut The Liang Gie (2002: 3) mengarang diartikan sebagai segenap rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampikannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk dipahami. Karangan adalah hasil perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh masyarakat pembaca (The Liang Gie, 2002: 3).

Menurut Widyamartaya (1978: 9) karangan adalah keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa karangan adalah hasil rangkaian kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan yang dimiliki kepada pembaca melalui bahasa tulis yang dapat dipahami oleh pembaca.

(58)

terdiri dari (1) perbuatan, (2) penokohan atau karakteriarik, (3) latar, (4) alur, dan (5) tema.

Dalam prosesnya setiap kriteria itu mendapat bobot atau porsi nilai yang sudah ditentukan. Pembobotan mencerminkan tingkat pentingnya unsur dalam karangan, sehingga kriteria yang paling sukar diberi bobot yang paling tinggi. Keseluruhan penilaian karangan diberi skor maksimal 100 ( Nurgiyantoro, 2006: 71).

Tabel 3

Penilaian Menulis Karangan Narasi dengan Lima Kriteria Karangan Narasi

No Kriteria Penilaian Karangan Skor Maksimal

1 Perbuatan 15

2 Penokohan 20

3 Latar 15

4 Alur 35

5 Tema 15

Total 100

(59)

yang menjadi pelaku dalam tulisannya. Skor latar, tema, dan perbuatan mempunyai skor yang sama.

2.3 Hipotesis

Setelah memperhatikan penjelasan mengenai penguasaan kosa kata dan keterampilan menulis narasi, hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Tingkat penguasaan kosakata siswa kelas VIII SMP N 2 Salam, Magelang,

Jawa Tengah, tahun ajaran 2008/ 2009 sedang.

2. Tingkat keterampilan menulis narasi siswa Kelas VIII SMP N 2 Salam, Magelang, Jawa Tengah, tahun ajaran 2008/ 2009 sedang.

3. Ada hubungan yang antara penguasaan kosakata dengan keterampilan menulis narasi siswa kelas VIII SMP N 2 Salam, Magelang, Jawa Tengah, tahun ajaran 2008/ 2009.

Ketiga hipotesis di atas merupakan dugaan sementara dari rumusan masalah yang telah ditentukan. Peneliti membuat hipotesis tersebut berdasarkan keadaan siswa di SMP dan penjelasan dari guru mata pelajaran Bahasa Indonesia mengenai kemampuan siswa dalam pelajaran Bahasa Indonesia, khususnya pada

(60)

42  

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini temasuk penelitian korelasional. Menurut Arikunto (1987:

251) penelitian korelasional bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan

dan apabila ada, berapa eratnya hubungan itu serta mengungkapkan berarti

tidaknya hubungan itu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan antara penguaaan kosakata dengan keterampilan menulis narasi siswa

kelas VIII SMP N 2 Salam, Magelang, Jawa Tengah Tahun Ajaran 2008/ 2009.

3.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP N 2 Salam yang beralamat di Jalan

Sirahan, Salam, Magelang, Jawa Tengah. Sekolah ini didirikan pada tahun 1985

dengan SK 034/D/1977. Pada saat itu, sekolah ini belum mempunyai bangunan

sendiri, tetapi masih menumpang di SD N 2 Sirahan dengan memiliki tiga kelas

dan setiap kelas terdiri dari 40 orang siswa. Guru yang mengajar di sekolah ini

ada 14 orang, terdiri dari 4 orang guru yang memiliki SK dan 10 guru yang

berasal dari SMP N 2 Muntilan. Pada awal berdiri, sekolah ini belum mempunyai

kepala sekolah sehingga masih diampu oleh Bapak Sunardi, Kepala Sekolah SMP

N 2 Muntilan.

Baru pada tahun 1986 sekolah ini memiliki bangunan sendiri, yakni di Jl.

(61)

ruang kelas. Luas sekolah ini 18.730 . Kepala sekolah yang pertama

memimpin sekolah ini adalah Bapak Imam Bukhori. Pada perkembangannya

sampai saat ini sekolah ini memiliki 15 ruang kelas yang terdiri dari lima ruang

kelas setiap tingkatan kelas dengan jumlah siswa 600 orang. Setiap sekolah

pasti memiliki visi dan misi, berikut visi dan misi SMP N 2 Salam.

Visi : Tingkatkan prestasi dan akhlak terpuji

Misi : a. Menyelenggarakan proses belajar mengajar serta bimbingan

konseling secara efektif dan efisien sehingga dapat berkembang

secara optimal dengan pendekatan CTL.

b. Menyediakan wahana dan menyelenggarakan pembinaan untuk

menumbuh kembangkan bakat minat siswa dalam bidang seni dan

olah raga.

c. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap tuhan Yang Maha

Esa.

d. Menyediakan wanaha dan menyelenggarakan pelatihan dalam

bidang keterampilan (life skill).

(Sumber: dokumen sekolah dan wawancara narasumber).

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono (2007: 61) populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas objek/ subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

(62)

Sama halnya dengan yang diungkapkan oleh Arikunto (2006: 130) populasi

adalah keseluruhan subjek penelitian. Pengertian ini juga dipertegas dengan

pendapat Darsono (1999: 144) bahwa populasi juga dapat diartikan sebagai subjek

di mana data dapat diperoleh.

Menurut tiga pengertian di atas populasi dapat diartikan keseluruhan

subjek di mana data penelitian diperoleh. Populasi dalam penelitian ini adalah

siswa kelas VIII SMP N 2 Salam, Magelang, Jawa Tengah, tahun ajaran 2008/

2009. Secara keseluruhan populasi dalam penelitian berjumlah 189 orang, yang

terbagi atas 5 kelas, yaitu VIII A, VIII B, VIII C, VIII D, dan VIII E.

3.3.2 Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2007: 62) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel juga dapat diartikan sebagian

atau wakil dari pupulasi yang diteliti (Arikunto, 2006: 131). Sampel dalam

penelitian ini adalah sebagian dari siswa kelas VIII SMP N 2 Salam, Magelang,

Jawa Tengah, tahun ajaran 2008/ 2009. Siswa/ siswi kelas VIII yang ada di

sekolah ini berjumlah 189 orang, yang terbagi ke dalam lima kelas. Karena jumlah

populasi lebih dari 100 orang, maka sampel dari penelitian ini hanya diambil

sebagian dari populasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2006: 134), jika

subjeknya besar, sampel dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% dari

jumlah populasi yang ada atau tergantung setidak-tidaknya dari:

a. kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana

b. sempit luasnya wilayah pengamatan dari subjek, karena hal ini menyangkut

(63)

c. besar kecilnya risiko yang ditanggung oleh peneliti yang resikonya besar tentu

saja sampelnya besar, hasilnya akan lebih besar.

Untuk menentukan sampel dalam penelitian ini peneliti menggunakan

teknik stratified random sampling. Pada teknik ini populasi dibagi menjadi

beberapa strata. Strata di sini dimaksudkan kepada tingkatan atau lapisan yang ada

di dalam populasi, misalnya, di sekolah, terdapat tingkatan-tingkatan kelas. Pada

tahap selanjutnya, masing-masing strata ditentukan jumlah sampel yang akan

diambil berdasarkan jumlah minimal yang dipersyaratkan (Suharto. 1988: 70).

Jadi, dengan menggunakan teknik ini semua populasi yang ada mendapatkan

kesempatan yang sama untuk menjadi sampel dalam penelitian ini tanpa melihat

tingkat kognitif yang miliki oleh siswa.

Populasi dalam penelitian ini meliputi lima kelas dengan jumlah

keseluruhan siswa adalah 189. Dari keseluruhan siswa kelas VIII, yang menjadi

sampel dalam penelitian ini diambil 58 orang siswa. Sampel yang digunakan

dalam penelitian ini diambil dari setiap kelas. Dari setiap kelas diambil 30% siswa

yang terdiri dari: 30% siswa kelas VIII A, 30% siswa kelas VIII B, 30% siswa

kelas VIII C, 30% siswa kelas VIII D, dan 30% siswa kelas VIII E,

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat untuk memperoleh data. Instrumen penelitian adalah

alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar

pekerjaannya lebih mudah dan berhasil baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan

(64)

digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Tes tersebut digunakan untuk

memperoleh data dari dari ubahan penguasaan kosakata dan keterampilan

menulis. Tes yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu tes objektif untuk

penguasaan kosakata dan tes menulis untuk kemampuan menulis. Tes objektif

yang dipilih adalah tes pilihan ganda karena dengan menggunakan tes ini banyak

materi yang dapat dicakup. Hal ini sesuai untuk tes penguasaan kosakata karena

dalam tes penguasaan kosakata materi yang diujikan cukup banyak. Adapun

jumlah soalnya sebanyak 50 soal. Kisi-kisi tes ini dibuat berdasarkan atas

perimbangan proporsi penilaian tingkat kognitif yang harus dikuasai oleh siswa

SMP (lih. Tabel 1). Rincian kisi-kisi tes penguasaan kosa kata sebagai berikut.

Tabel 4

Kisi-kisi Tes Kemampuan Penguasaan Kosakata

No Jenis Kosakata Tingkat Kognitif Nomor Soal Jumlah Soal

1 Sinonim Ingatan (C1) 2,4 6

Pemahaman (C2) 20,21 Aplikasi (C3)

Analisis (C4) 19

5 Konotasi Ingatan (C1) 28,29,30 8

Pemahaman (C2) 23,24,26,27 Aplikasi (C3)

(65)

6 Peribahasa Ingatan (C1) 33 5

Pemahaman (C2) 32

Aplikasi (C3) 31,34,35

Analisis (C4) 32

Pemahaman (C2) 41,42,46,47,48 Aplikasi (C3)

Analisis (C4) 43,49

Jumlah 50

3.4.1 Tes Kemampuan Menulis

Tes kemampuan menulis yang digunakan adalah tes mengarang. Tes ini

digunakan supaya siswa dapat mengungkapkan ide dan gagasan kepada pembaca

melalui tulisan. Dengan menggunakan tes ini siswa diberi tugas mengarang dan

siswa diminta untuk membuat sebuah karangan dengan tema “ Liburan Sekolah”

karena tema ini dapat dikembangkan menjadi karangan narasi.

Instumen penelitian untuk tes mengarang.

Bacalah petunjuk berikut!

1. Tulislah nama, kelas, dan nomor urut di sudut kanan atas pada lembar kerja

Anda!

2. Buatlah sebuah karangan narasi dengan tema “ Liburan Sekolah”

(menceritakan pengalaman selama liburan sekolah)!

(66)

4. Panjang karangan satu lembar folio.

5. Karangan harus diberi judul.

6. Gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar!

7. Jaga kebersihan dan kerapian tulisan Anda!

8. Selamat mengerjakan dan terima kasih.

3.5 Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen

Instrumen penelitian ini telah diujikan kepada duapuluh orang siswa kelas

VIII SMP N 2 Salam. Kedua puluh orang siswa ini berasal dari kelas VIII C.

Kelas ini dipilih karena menurut hasil observasi dan penjelasan dari guru Bahasa

Indonesia yang mengampu di kelas VIII, kelas ini bisa mewakili semua siswa

yang ada di sekolah. Uji instrumen dilakukan dengan cara memilih siswa yang

akan dijadikan sampel dalam uji instrumen. Kemudian kedua puluh siswa

diberikan dua buah macam soal, yaitu soal pilihan ganda untuk tes kemampuan

penguasaan kosa kata dan soal perintah menulis karangan narasi dengan waktu

120 menit. Peneliti pengawasi jalannya tes. Setelah semua siswa menyelesaikan

tugasnya peneliti pengumpulkan hasil tes yang berupa tes penguasaan kosa kata

dan tes kemampuan menulis narasi. Hasil dari uji validitas dan reliabilitas

instrumen ini adalah sebagai berikut.

3.5.1 Hasil Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk menunjukkan sejauh mana ketepatan dan

kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Sebuah instrumen

dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti

Gambar

gambar seri menggunakan pilihan kata dan kalimat yang tepat dengan
Tabel 1 Perimbangan Proporsi Penilaian Keenam Tingkatan Kognitif
Tabel 2 Perbedaan Pokok Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif
Tabel 3 Penilaian Menulis Karangan Narasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini diperjelaskan oleh penjelasan Undang-undang Dasar 1945 untuk pasal tersebut yang menyatakan bahwa “Presiden ialah Kepala Kekuasaan Eksekutif dalam negara”, kemudian di

Paba bab 7: Bank Sentral, membahas tentang konsep-konsep dasar dan pengertian Bank Sentral serta karakteristiknya yang membedakan dengan bentuk bank-bank pada umumnya, fungsi

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah mencurahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi dengan

dengan harga yang mereka setujui dilantai bursa dilanjutkan pada masalah teknis dimana para pihak (pembeli atau penjual) dalam penyelesaian transaksi ini (pemenuhan kewajiban

Bagian Isi terdiri dari beberapa bab yakni: (Bab I) Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah dan Cara Pemecahan Masalah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. © Sidik Setiadi 2014

Penelitian ini berisi kajian mengenai penerapan kontroler PID dalam proses menstabilkan tegangan yang dilaksanakan di PLTP Wayang Windu dengan tujuan untuk mempelajari dan

Analisis penerapan Kontroler PID Pada AVR Untuk Menjaga Kestabilan Tegangan di PLTP Wayang Windu.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu