• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 1501145895BAB II PROFFIL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 1501145895BAB II PROFFIL"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

I. PROFIL KOTA BAUBAU

Bagian ini menyajikan profil Kota Baubau yang meliputi aspek wilayah administrasi, potensi wilayah, demografi dan urbanisasi, serta isu strategis sosial, ekonomi, dan lingkungan. Analisis mendalam terhadap masing-masing aspek akan memberikan gambaran komprehensif tentang kondisi Kota Baubau.

2.1. Wilayah Administrasi

Analisis wilayah administrasi Kota Baubau mencakup luas wilayah dan batas wilayah. Luas wilayah Kota Baubau telah mengalami perubahan menjadi 293,18 km², salah satunya disebabkan oleh reklamasi pantai. Kota ini terdiri dari 8 kecamatan dengan luas yang bervariasi, mulai dari 1,68 km² (Batupoaro) hingga 111 km² (Sorawolio). Secara astronomis, Kota Baubau terletak di antara 5.21° – 5.33° Lintang Selatan dan 122.30° – 122.47° Bujur Timur, berbatasan dengan Kabupaten Buton di utara dan timur, Kabupaten Buton Selatan di selatan, dan Selat Buton di barat. Perubahan luas wilayah ini berdampak pada kepadatan penduduk dan perencanaan tata ruang kota yang perlu dipertimbangkan lebih lanjut.

2.2. Potensi Wilayah

Kota Baubau memiliki potensi ekonomi modern (jasa dan perdagangan) dan tradisional (pertanian). Perannya sebagai pintu gerbang antara KBI dan KTI serta pusat perdagangan regional Pulau Buton menjadikannya pusat akumulasi perdagangan. Sektor pertanian, khususnya padi di Kecamatan Bungi dan Sorawolio, merupakan pemasok beras utama. Potensi budaya dan wisata juga besar, dengan situs-situs peninggalan Kerajaan dan Kesultanan Buton (benteng Keraton, Masjid Agung Keraton, Masjid Kuba, dll.) dan destinasi wisata alam seperti Pantai Nirwana dan Gua Lakasa. Pengembangan potensi ini memerlukan strategi yang terintegrasi untuk menjaga keseimbangan antara ekonomi modern dan tradisional, serta pelestarian warisan budaya.

2.3. Demografi dan Urbanisasi

Pada tahun 2015, penduduk Kota Baubau berjumlah 154.877 jiwa, dengan pertumbuhan 2,24% dibandingkan tahun 2014. Rasio jenis kelamin sebesar 97%, menunjukkan sedikit lebih banyak perempuan. Kepadatan penduduk mencapai 528 jiwa/km², namun bervariasi antar kecamatan, dengan kepadatan tertinggi di Batupoaro (17.435 jiwa/km²) dan terendah di Sorawolio (72 jiwa/km²). Jumlah rumah tangga sebanyak 33.085, meningkat 2,22% dari tahun 2014. Data ini menunjukkan distribusi penduduk yang tidak merata dan memerlukan perhatian khusus dalam perencanaan pembangunan infrastruktur dan layanan publik agar dapat menjangkau seluruh wilayah dan memenuhi kebutuhan penduduk.

2.4. Isu Strategis Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan

Bagian ini membahas isu-isu strategis yang mempengaruhi perkembangan Kota Baubau. Analisis meliputi potensi ekonomi wilayah berdasarkan PDRB, yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi positif pada tahun 2015 (8,97%). Sektor konstruksi, perdagangan, dan pertanian menjadi penggerak utama ekonomi. Namun, defisit neraca perdagangan perlu diperhatikan. Selanjutnya, analisis lingkungan mencakup topografi, morfologi, klimatologi, hidrologi, dan geologi, yang menggambarkan keragaman kondisi alam Kota Baubau dan potensinya, serta tantangan dalam pengelolaannya. Isu-isu strategis lainnya meliputi pengelolaan sampah, air minum, pengembangan permukiman, air limbah, drainase, dan penataan bangunan serta lingkungan. Masing-masing isu tersebut memerlukan strategi dan solusi yang komprehensif dan terintegrasi.

2.4.1. Potensi Ekonomi Wilayah

Kinerja perekonomian Kota Baubau pada tahun 2015 ditunjukkan oleh peningkatan PDRB ADHB (Rp 5.996,0 Miliar) dan PDRB ADHK (Rp 5.051,7 Miliar) dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi mencapai 8,97%, didorong oleh sektor jasa keuangan dan asuransi, pertambangan, perdagangan, dan industri pengolahan. Meskipun menunjukkan pertumbuhan positif, perlu diperhatikan struktur ekonomi yang masih didominasi oleh beberapa sektor utama dan potensi defisit perdagangan. Perencanaan yang matang dan diversifikasi sektor ekonomi perlu dilakukan untuk menciptakan pertumbuhan yang berkelanjutan dan mengurangi ketergantungan pada beberapa sektor utama.

2.4.2. Lingkungan Strategis

Analisis lingkungan strategis Kota Baubau meliputi aspek topografi (datar, bergelombang, berbukit), morfologi (wilayah pesisir), klimatologi (suhu, tekanan udara, curah hujan), hidrologi (air permukaan dan air tanah), geologi (jenis batuan dan tanah), dan potensi bencana alam (gelombang pasang, longsor, banjir, pemanasan global). Kondisi geografis dan iklim Kota Baubau memerlukan perencanaan pembangunan yang mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan untuk mencegah dan mengurangi dampak negatif, khususnya terkait bencana alam dan ketersediaan sumber daya air.

2.4.3. Isu-Isu Strategis

Isu strategis yang dibahas mencakup pengelolaan sampah (kapasitas, kelembagaan, pembiayaan, peran masyarakat), penyediaan air minum (akses, pendanaan, kelembagaan, air baku), pengembangan permukiman (kesenjangan pelayanan, manajemen pembangunan, lingkungan), pengelolaan air limbah (akses, peran masyarakat, peraturan, kelembagaan, pendanaan), sistem drainase (fungsi, pengendalian debit, peraturan, peran masyarakat, pembiayaan), dan penataan bangunan dan lingkungan (penataan permukiman, bangunan gedung, pemberdayaan komunitas). Pemecahan masalah memerlukan pendekatan terpadu yang melibatkan pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta.

Gambar

Gambar 2.1. Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota Baubau (Km2)
Gambar 2.2. Peta Administrasi Kota Baubau
Grafik Perkembangan Penduduk Kota Baubau Tahun 2011-2015
Tabel 2.2.  PDRB Kota Baubau Tahun 2012-2015
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya pada Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Gianyar khususnya untuk pengelolaan persampahan ditangani oleh Bidang Persampahan dan Limbah B3

Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan kebijakan kesekretariatan, bidang perencanaan pembangunan Ekonomi, bidang perencanaan pembangunan Pemerintahan dan

Jumlah dokumen monitoring dan evaluasi Perencanaan Pembangunan perangkat Daerah Bidang Infrastruktur yang disusun. 1 dok 0 11,150,250

Monitoring operasional sarana dan prasarana pengelolaan limbah industri kecil dalam pengelolaan air limbah usaha peternakan. 25

perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya disusun dengan berlandaskan pada.. berbagai peraturan perundangan dan amanat perencanaan

Penyediaan infrastruktur permukiman Program pembangunan infrastruktur perkotaan RTRW APBD 5 tahun pertama dan 5 tahun kedua Penyediaan infrastruktur permukiman Program pembangunan

pemerintah, Provinsi, dan Kabupaten/Kota terkait rencana kegiatan di suatu Gambar 1.1 Kedudukan RPIJM dalam Sistem Perencanaan Pembangunan. Infrastruktur Bidang

Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi Penyusunan Dokumen Perencanaan Pembangunan Perangkat Daerah Bidang Infrastruktur. Jumlah Monitoring dan Evaluasi OPD Bappeda Kabupaten Gresik 2