• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II - EKA YULI AMBARWATI BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II - EKA YULI AMBARWATI BAB II"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Deskripsi Konseptual

1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Masalah adalah suatu pertanyaan yang harus dijawab atau direspon.

Namun tidak semua pertanyaan secara otomatis menjadi masalah. Suatu

pertanyaan dapat menjadi masalah manakala pertanyaan tersebut

menunjukkan adanya suatu tantangan yang tidak dapat diselesaikan dengan

prosedur-prosedur pemecahan masalah rutin yang sering dijumpai

(Shadiq,2004).

Menurut Adjie dan Maulana (2007) masalah adalah suatu pertanyaan

dimana seorang pemecah masalah tidak mempunyai aturan atau hukum

tertentu yang dapat digunakan untuk menemukan jawaban. Dengan kata

lain, pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab dengan prosedur rutin dan

pertanyaan tersebut merupakan suatu tantangan yang bergantung pada

waktu.

Krulik dan Rudnick (1988) juga mendefinisikan masalah secara

formal sebagai berikut :

“A problem is a situation, quantitatif or otherwise, that confront an

individual or group of individual, that requires resolution, and for wich the

individual sees no apparent or obvius means or path to obtaining a

solution.”

Definisi tersebut menjelaskan bahwa masalah adalah suatu situasi

yang dihadapi oleh individu atau kelompok yang memerlukan suatu

pemecahan tetapi individu atau kelompok tersebut tidak memiliki cara yang

langsung dapat menentukan solusinya. Dengan kata lain, situasi tersebut

dapat diselesaikan dengan menerapkan strategi-strategi tertentu yang disebut

dengan pemecahan masalah.

Pemecahan masalah adalah suatu proses yang melibatkan suatu tugas

(2)

Sehingga untuk dapat menyelesaikannya, seorang siswa harus dapat

memetakan pengetahuan yang dimiliki untuk kemudian diterapkan dalam

masalah yang dihadapi. Selain itu, proses pemecahannya menggunakan

metode-metode ilmiah/ berpikir secara sistematis, logis, teratur dan teliti.

Dengan kata lain, pemecahan masalah adalah proses penerimaan tantangan

dan kerja keras untuk menyelesaikan masalah tersebut. (Adjie & Maulana,

2007)

Krulik dan Rudnik (1988) juga mendefinisikan pemecahan masalah

sebagai suatu proses berpikir seperti berikut ini.

“It [problem solving] is the mean by wich an individual uses previously acquired knowledge, skill, and understanding to satisfy the

demand of an unfamiliar situation”

Definisi di atas menjelaskan bahwa pemecahan masalah adalah suatu

usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan menggunakan pengetahuan,

keterampilan dan pemahamannya untuk menemukan solusi dari suatu

masalah.

Pemecahan masalah biasanya dilakukankan dengan menggunakan

strategi tertentu. Secara umum, terdapat beberapa strategi pemecahan

masalah yang dikemukakan oleh para ahli yaitu sebagai berikut:

a. G. Polya

Menurut Polya (1973) terdapat beberapa tahapan dalam pemecahan

masalah sebagai berikut:

1) Understand the Problem

Pada tahapan ini, siswa dapat menentukan apa yang diketahui

dan apa yang ditanyakan. Untuk mempermudah dalam memahami

masalah dan memperoleh Gambaran umum, siswa dapat membuat

catatan penting berdasarkan soal. Catatan tersebut dapat berupa

Gambar, diagram, Tabel, grafik, dan lainnya. Selain itu, siswa juga

harus memahami apakah informasinya cukup, kondisi (syarat) apa

yang harus dipenuhi, menyatakan masalah kedalam model

(3)

2) Plan of the Solution

Berdasarkan data-data yang diperoleh pada tahapan pertama,

siswa mencari keterkaitan antara data dengan apa yang ditanyakan.

Siswa mencoba menalar apakah ada permasalahan sebelumnya yang

sama atau mirip dengan permasalahan yang sedang dihadapi.

Kemudian memilih dan mengkombinasikan teorema-teorema dan

konsep-konsep matematika yang telah dipelajari yang sesuai dengan

permasalahan yang dihadapi.

3) Carry Out Your Plan

Pada tahapan ini, siswa siap untuk melakukan perhitungan dan

melakukan manipulasi aljabar berdasarkan rencana yang telah dibuat.

4) Looking Back

Siswa mengoreksi ulang solusi yang telah diperoleh dan

menelaah kembali dengan teliti setiap langkah-langkah pemecahan

masalah yang dilakukan.

b. Krulik dan Rudnick

Menurut Krulik dan Rudnick (1988) terdapat beberapa tahapan

dalam pemecahan masalah sebagai berikut:

1) Read

“Read” yang dimaksudkan dalam tahapan ini tidak hanya sedar

membaca kalimat demi kalimat pada masalah. Tetapi, memiliki 4

(empat) makna yaitu memahami masalah, pertanyaan, fakta-fakta, dan

distraktor yang ada pada suatu masalah. Jadi, pada tahapan ini siswa

harus mampu mengidentifikasi keempat hal tersebut.

2) Explore

Pada tahapan ini, siswa melakukan serangkaian aktifitas untuk

dapat menyederhanakan informasi-informsi yang ada pada masalah

yang disajikan. Aktifitas tersebut antara lain mengkonstruksi model,

membuat digram atau Tabel dan mengecek apakah informasi yang ada

(4)

3) Select a Strategy

Tahapan selanjutnya adalah menentukan strategi yang akan

digunakan untuk menemukan solusi. Terdapat 8 (delapan) jenis

strategi yang sering digunakan. Kedelapan strategi tersebut dapat

digunakan secara terpisah untuk masing-masing masalah yang

berbeda dan dapat juga di kombinasikan satu sama lain untuk dapat

menemukan solusi. Strategi-strategi tersebut antara lain pattern

recognition, working backward, guess dand test, simulation or

experimentation, reduction/solve a problem, organized

listing/exhaustive listing, logical deduction dan devide and conquer.

4) Solve

Setelah memahami masalah dan menentukan strategi yang akan

digunakan, langkah selanjutnya adalah menemukan jawaban dari

masalah dengan menggunakan pengetahuan dan keterampulan

matematika yang dimiliki.

5) Look Back and Extend

Tahapan terakhir adalah melakukan pengecekan ulang baik dari

sisi aritmatika, prosedur yang digunakan maupun mengkoneksikan

antara yang diketahui dan jawaban yang diperoleh.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa masalah adalah

suatu pertanyaan yang harus dijawab atau dicari solusinya dengan

menggunakan strategi tertentu yang sebelumnya tidak diketahui. Dan

pemecahan masalah adalah suatu usaha untuk menemukan solusi dari

masalah dengan menggunakan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman

yang dimiliki.

Pemecahan masalah matematika merupakan suatu usaha yang

dilakukan dengan menggunakan pengetahuan, keterampilan dan

pemahaman dalam menemukan solusi dari suatu masalah matematika.

Masalah matematika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu

(5)

didalamnya sehingga proses menemukan jawaban dari masalah tersebut

juga harus mengkoneksikan antar berbagai konsep matematika yang telah

diketahui sebelumnya. Jadi, kemampuan pemecahan masalah matematika

merupakan kemampuan yang dimiliki oleh siswa dalam rangka menemukan

solusi dari masalah matematika yang di hadapi dengan menggunakan

strategi-strategi tertentu.

Kemampuan pemecahan masalah matematika dalam penelitian ini

akan di ukur dengan menggunakan indikator yang telah ditetapkan oleh

peneliti sebagai berikut:

Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

No Pemecahan Masalah Indikator

1 Memahami masalah Siswa dapat menyebutkan informasi yang

diberikan dari pertanyaan yang diajukan

2 Membuat Rencana Siswa dapat menyusun rencana

pemecahan masalah yang akan digunakan

3 Melaksanakan

Rencana

Siswa dapat melaksanakan pemecahan masalah berdasarkan rencana yang telah dibuat

4 Memeriksa kembali Siswa dapat melakukan pengecekan

operasi aritmatika dan prosedur yang digunakan serta mengaitkan jawaban yang diperoleh dengan informasi yang terdapat pada pertanyaan

2. Gaya Belajar

Setiap siswa mempunyai keunikannya masing-masing. Salah satunya

ialah dalam hal belajar. Cara siswa untuk belajar inilah yang dinamakan

sebagai gaya belajar. Sebagian siswa belajar dengan berbagai macam gaya,

tetapi faktanya hanya ada satu gaya belajar yang mendominasi dalam diri

setiap siswa.

De Porter dan Hernacki (2003) dalam Quantum Learning, menyatakan

bahwa gaya belajar adalah kombinasi yang dimiliki oleh seseorang dalam

hal menyerap, mengatur, dan mengolah informasi dari pihak luar. Senada

(6)

belajar adalah kecenderungan cara atau teknik seseorang untuk

mempermudah dirinya memproses informasi dalam rangka melakukan

perubahan yang lebih baik pada dirinya. Sementara Suyono (2014)

mendefinisikan gaya belajar / tipe belajar / modalitas belajar sebagai cara

siswa belajar dengan lebih efektif.

Gaya belajar merupakan teknik yang lebih efektif yang ditempuh oleh

setiap peserta didik dalam menyerap, mengatur dan mengolah informasi

dalam rangka melakukan perubahan yang lebih baik pada dirinya.Gaya

belajar yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan gaya

belajar dengan modalitas sensori yang dikembangkan oleh Blander dan

Grinder pada tahun 1970-an. Gaya belajar yang dikembangkan dibagi

menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu gaya belajar visual, auditori, dan kinestetik.

a) Gaya Belajar Visual

Menurut Soenarjadi (2013), gaya belajar visual adalah gaya

belajar yang lebih banyak memanfaatkan penglihatan sebagai alat

belajar yang optimal. Menurut LdPride,n.d. (2009) siswa yang memiliki

gaya belajar visual berpikir dengan mengacu pada Gambar dan belajar

melalui sesuatu yang mereka lihat. Hal senada dinyatakan oleh De Porter

dan Hernacki (2003) bahwa orang-orang dengan gaya belajar visual

belajar melalui apa yang mereka lihat.

Adapun kebiasaan-kebiasaan belajar dari siswa dengan gaya belajar

visual antara lain menyukai penyajian informasi yang runtut, cenderung

melihat bahasa tubuh dan ekspresi wajah guru untuk dapat memahami

materi pembelajaran, belajar sangat baik hanya dengan melihat orang lain

melakukannya, lebih suka menuliskan apa yang dikatakan guru, memilih

tempat duduk paling depan di kelas, dan cenderung diam serta tidak

terganggu oleh kebisingan.

Berikut adalah ciri-ciri individu dengan gaya belajar auditori

menurut De Porter dan Hernacki (2003):

1) Rapi dan teratur

(7)

3) Perencana dan pengatur jangka panjang yang baik

4) Teliti terhadap detail

5) Mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun

presentasi

6) Pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya

dalam pikiran mereka

7) Mengingat apa yang dilihat, daripada yang didengar

8) Mengingat dengan asosiasi visual

9) Biasanya tidak terganggu keributan

10) Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika

ditulis, dan sering kali meminta bantuan orang untuk mengulanginya

11) Pembaca cepat dan tekun

12) Lebih suka membaca daripada dibacakan

13) Membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh dn bersikap

waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu masalah

atau proyek

14) Mencoret-coret tanpa arti selama berbicara ditelepon dan dalam

rapat

15) Lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain

16) Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat ya atau tidak

17) Lebih suka melakukan demonstrasi daripada berpidato

18) Lebih suka seni daripada musik

19) Sering kali mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai

memilih kata-kata

20) Kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin

diperhatikan

b) Gaya Belajar Auditori

Menurut Soenarjadi (2013), gaya belajar auditory adalah gaya

belajar yang lebih banyak memanfaatkan pendengaran sebagai alat

belajar yang optimal. Menurut LdPride,n.d. (2009) siswa yang memiliki

(8)

mendengarkan dan menginterpretasikannya dengan nada, penekanan dan

kecepatan. Sementara menurut De Porter dan Hernacki (2003), gaya

belajar auditori adalah belajar dengan cara mendengarkan.

Adapun kebiasaan orang dengan gaya belajar auditori antara lain

lebih mengandalkan kemampuan untuk mendengar dan mengingat,

mereka mungkin terlihat banyak bicara dan mudah teralihkan

perhatiannya oleh kebisingan, suka membaca keras di kelas, dan kurang

memahami informasi tertulis secara keseluruhan serta lebih menyukai

pembelajaran dengan metode ceramah atau diskusi.

Berikut adalah ciri-ciri individu dengan gaya belajar auditori

menurut De Porter dan Hernacki (2003):

1) Berbicara kepada diri sendiri saat bekerja

2) Mudah terganggu keributan

3) Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan dibuku ketika

membaca

4) Senang membaca dengan keras dan mendengarkan

5) Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna

suara

6) Merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita

7) Berbicara dengan irama yang terpola

8) Biasanya pembicara yang fasih

9) Lebih suka musik daripada seni

10) Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan

daripada yang dilihat

11) Suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang

lebar

12) Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan

visualisasi, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama

lain

13) Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya

(9)

c) Gaya Belajar Kinestetik

Menurut Soenarjadi (2013), gaya belajar kinestetik adalah gaya

belajar yang lebih banyak memanfaatkan fisik sebagai alat belajar

yang optimal. Menurut LdPride,n.d. (2009) siswa yang memiliki gaya

belajar kinestetik lebih banyak belajar dengan menggunakan gerak

tangan. Sementara menurut De Porter dan Hernacki (2003), gaya belajar

kinestetik adalah cara individu belajar melalui gerak, bekerja dan

menyentuh.

Adapun kebiasaan-kebiasaan individu dengan gaya belajar

kinestetik yaitu belajar dengan cara terlibat langsung dalam kegiatan,

cenderung impulsif, kurang sabaran, semaugue, tampak sembarangan dan

tidak karuan serta mengalami kesulitan ketika mencoba fokus terhadap

suatu objek.

Berikut adalah ciri-ciri individu dengan gaya belajar auditori

menurut De Porter dan Hernacki (2003):

1) Berbicara dengan perlahan

2) Menanggapi perhatian fisik

3) Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka

4) Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang

5) Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak

6) Mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar

7) Belajar melalui memanupilasi dan praktik

8) Menghafal dengan cara berjalan dan melihat

9) Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca

10) Banyak menggunakan isyarat tubuh

11) Tidak dapat duduk diam untuk waktu lama

12) Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang telah

pernah berada di tempat itu

(10)

14) Menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot, mereka

mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca

15) Kemungkinan tulisannya jelek

16) Ingin melakukan segala sesuatu

17) Menyukai permainan yang menyibukkan

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya belajar

merupakan teknik yang lebih efektif yang ditempuh oleh setiap siswa dalam

menyerap, mengatur dan mengolah informasi dalam rangka melakukan

perubahan yang lebih baik pada dirinya. Gaya belajar dalam penelitian ini

dibedakan menjadi 3 (tiga) sebagai berikut:

a) Gaya Belajar Visual

Gaya belajar visual merupakan gaya belajar yang memanfaatkan

indera penglihatan dalam hal menemukan dan menyerap informasi

pembelajaran. Indikator yang digunakan menentukan siswa yang

memiliki gaya belajar visual adalah sebagai berikut:

1) Teliti terhadap detail

2) Pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya

dalam pikiran mereka

3) Mengingat apa yang dilihat, daripada yang didengar

4) Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika

ditulis dan sering kali meminta bantuan orang untuk mengulanginya

5) Lebih suka membaca daripada dibacakan

6) Mencoret-coret tanpa arti selama berbicara ditelepon dan dalam

rapat

b) Gaya Belajar Auditori

Gaya belajar auditori merupakan gaya belajar yang memanfaatkan

indera pengdengaran dalam hal menemukan dan menyerap informasi

pembelajaran. Indikator yang digunakan menentukan siswa yang

memiliki gaya belajar auditori adalah sebagai berikut:

(11)

2) Senang membaca dengan keras dan mendengarkan

3) Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama dan warna

suara

4) Biasanya pembicara fasih

5) Lebih suka musik daripada seni

6) Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskan

c) Gaya Belajar Kinestetik

Gaya belajar kinestetik merupakan gaya belajar yang

memanfaatkan gerak dan sentuhan dalam hal menemukan dan menyerap

informasi pembelajaran. Indikator yang digunakan menentukan siswa

yang memiliki gaya belajar kinestetik adalah sebagai berikut:

1) Berbicara dengan perlahan

2) Selalu berorientasi pada fisik dan gerak

3) Belajar melalui manipulasi dan praktek

4) Menggunakan jadi sebagai penunjuk ketika membaca

5) Tidak dapat duduk diam dalam waktu lama

6) Kemungkinan tulisannya jelek

3. Materi

a) Materi Pokok : Turunan

b) Standar Kompetensi : Menggunakan konsep limit fungsi dan

turunan fungsi dalam pemecahan masalah

c) Kompetensi dasar :

1) Menggunakan konsep dan aturan turunan dalam perhitungan turunan

fungsi

2) Menggunakan turunan untuk menentukan karekteristik suatu fungsi

dan memecahkan masalah

3) Merancang model matematika dari masalah yang berkaitan dengan

nilai ekstrim fungsi

4) Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan

(12)

B. Penelitian Relevan

Hasil penelitian Ade Lestari, dkk (2012) menyatakan bahwa aktivitas

siswa dalam belajar matematika selama diterapkannya strategi pembelajaran

berbasis gaya belajar VAK (visual, auditortial, kinestetik) cenderung

meningkat. Hal ini dapat dilihat di mana melalui pembelajaran ini siswa

tidak lagi merasa bosan dalam belajar, dan melalui pembelajaran ini

siswa fokus untuk mengikuti pelajaran dan akhirnya siswa mampu

memahami materi yang diberikan. Disamping itu siswa tidak lagi bersikap

tertutup kepada guru dalam arti siswa tidak enggan dalam bertanya disaat

mereka tidak mengerti.

Hasil Penelitian Gatot Soenarjadi (2013) menyatakan bahwa (1) secara

umum profil pemecahan masalah geometri antara subjek visual laki-laki

(VL) dan subjek visual perempuan (VP) tidak menunjukkan perbedaan

yang signifikan, (2) Secara umum profil pemecahan masalah geometri

antara subjek auditory laki-laki (AL) dan subjek auditory perempuan (AP)

menunjukkan perbedaan yaitu subjek auditory laki-laki (AL) lebih unggul

dalam melakukan visual spasial dan subjek auditory perempuan (AP) lebih

teliti, lebih cermat dan lebih seksama, (3) Secara umum profil pemecahan

masalah geometri antara subjek kinestetik laki-laki (KL) dan subjek

kinestetik perempuan (KP), menunjukkan perbedaan yaitu subjek kinestetik

laki-laki (KL) lebih unggul dalam melakukan visual spasial dan subjek

kinestetik perempuan lebih teliti, lebih cermat dan lebih seksama.

Penelitian di atas relevan untuk dijadikan bahan informasi dalam

penelitian ini karena memiliki variabel yang sama yaitu gaya belajar dan

pemecahan masalah. Namun pada penelitian ini lebih khusus membahas

mengenai kemampuan pemecahan masalah matematika di tinjau dari gaya

belajar. Selain itu, penelitian ini bersifat orisinal artinya tidak menduplikasi

(13)

C. Kerangka Pikir

Tujuan pembelajaran matematika salah satunya adalah agar siswa

memiliki kemampuan dalam hal pemecahan masalah. Pemecahan masalah

adalah suatu proses yang melibatkan suatu tugas dimana metode

pemecahannya belum diketahui lebih dahulu (Turmudi,2009). Sehingga untuk

dapat menemukan penyelesaian dari masalah tersebut, seorang siswa harus

dapat memetakan dengan jelas hal-hal yang diketahui dan ditanyakan dari

permasalahan yang disajikan untuk selanjutnya dikaitkan dengan pengetahuan

yang dimiliki sebelumnya. Selain itu, proses pemecahan masalah juga

melibatkan strategi-strategi tertentu didalamnya.

Kemampuan pemecahan masalah tidak hanya terpaku pada

keberhasilan siswa dalam hal menyelesaikan masalah rutin yang biasa

diberikan oleh guru. Tetapi, yang ditekankan dalam hal ini adalah kemampuan

mereka dalam hal menyelesaikan masalah nonrutin atau masalah yang jarang

diberikan oleh guru. Sehingga dituntut kemampuan dan kerja keras seorang

guru untuk dapat membuat siswanya menguasai kemampuan tersebut.

Keberhasilan siswa dalam menguasai kemampuan pemecahan masalah

salah satunya ditentukan oleh kecepatan dan ketepatannya dalam menangkap,

mengatur dan mengolah informasi yang diberikan oleh guru. Kombinasi yang

dimiliki oleh siswa dalam hal menyerap, mengatur dan mengolah informasi

dari pihak luar yang dalam hal ini adalah guru disebut sebagai gaya belajar (De

Porter,2003). Oleh karena itu, penting bagi seorang guru untuk dapat

memahami gaya belajar yang dimiliki oleh siswanya agar dalam

menyampaikan informasi dapat dipahami secara maksimal oleh siswa tersebut.

Sehingga siswa dapat mencapai indikator-indikator kemampuan pemecahan

masalah dengan baik

Dengan demikian, kemampuan pemecahan masalah erat kaitannya

dengan gaya belajar dari masing-masing siswa. Melalui pemahaman dan

pengetahuan yang baik tentang gaya belajar yang dimiliki, maka siswa akan

lebih maksimal dalam menyerap dan mengolah informasi sehingga memiliki

Gambar

Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Referensi

Dokumen terkait

Komputer adalah suatu pemroses data yang dapat melakukan perhitungan yang besar dan cepat, termasuk perhitungan aritmatika yang besar atau operasi logika,

1. Guru membimbing peserta didik untuk mencari informasi dan mendiskusikan jawaban atas pertanyaan yang sudah disusun dengan membaca uraian materi di Buku PPKn Kelas VIII Bab

Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara dari suatu permasalahan yang harus dibuktikan kebenarannya dikemudian hari (Sugiyono, 2008).Dalam penelitian ini rumusan

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya kognitif adalah gaya belajar, gaya berpikir, dan cara seseorang dalam menerima, mengolah dan memproses informasi

Kelancaran dalam berfikir merupakan kemampuan untuk memproduksi sejumlah ide, jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari

Gaya belajar kinestetik adalah gaya belajar yang lebih suka ketika kegiatan belajar dengan bergerak atau praktik. 25 Gaya belajar kinestetik biasa juga disebut dengan gaya belajar

Ditargetkan juga pembaca yang memiliki ketertarikan dalam memperoleh informasi seputar Hiburan & Gaya Hidup dan Indonesiaku yang di dalamnya terdapat informasi

Siswa bersama guru, menanggapi jawaban pertanyaan tentang kegiatan yang menggunakan gaya otot. Guru mengkonfirmasi jawaban siswa mengenai pemanfaatan