• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Perkecambahan Biji 1. Kecepatan Kecambah

Viabilitas atau daya hidup biji biasanya dicerminkan oleh dua faktor yaitu daya kecambah dan kekuatan tumbuh. Hal ini dapat ditunjukkan melalui gejala metabolisme biji atau gejala pertumbuhan (Maemunah, 2010).

Tabel 1. Hasil uji perkecambahan

Uji perkecambahan Ulangan Rerata

1 2 3 4 5

Kecepatan kecambah (%) 13,5 15,5 15,5 8 8 12,1 Daya kecambah (%) 42 46,5 44,5 34 37,5 40,9 Indeks vigor 40,85 45,10 44,53 30,88 31,61 38,60 Koefisien vigor 17,17 17,07 17,16 16,89 16,73 17,01

Hasil perhitungan kecepatan kecambah menunjukkan bahwa nilai tertinggi dari kelima ulangan adalah 15,5%, sedangkan yang terendah adalah 8%. Rerata kecepatan kecambah bawang merah adalah 12,1%. Kecepatan kecambah menunjukkan bahwa biji yang berkecambah lebih mampu menghadapi kondisi sub optimum. Biji yang berkecambah mampu melakukan imbibisi dan memecah komponen cadangan makanan di dalam biji untuk melakukan perkecambahan. Dimungkinkan perkecambahan biji umur 4 HSS merupakan awal proses perombakan cadangan makanan untuk memulai proses perkecambahan.

Biji bawang merah mempunyai kulit luar yang keras dan sulit ditembus air. Sehingga butuh beberapa waktu untuk proses imbibisi sehingga terjadi reaksi kimia yang memulai proses perkecambahan. Proses perkecambahan terdiri dari beberapa tahap yang dimulai dari imbibisi, aktifnya enzim untuk merombak cadangan makanan dalam biji menjadi bentuk yang cepat larut dan terjadinya asimilasi bahan terlarut di daerah

(2)

commit to user

meristematik. Selanjutnya diikuti oleh proses pembesaran, pembelahan dan diferensiasi sel pada titik tumbuh membentuk tunas dan akar.

Menurut Latunra, dkk (2009), perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari lingkungan sekitar biji, baik tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan yang diamati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap imbibisi. Biji menyerap air dari lingkungan sekelilingnya, baik dari tanah maupun dari udara (dalam bentuk uap air atau embun). Efek yang terjadi membesarnya ukuran biji karena sel-sel embrio membesar dan biji yang melunak.

2. Daya Kecambah

Daya kecambah merupakan salah satu parameter viabilitas biji. Daya kecambah biji digunakan dalam pengujian mutu fisiologis benih. Tujuan dilakukannya pengujian ini adalah untuk memperoleh informasi kepada pemakai benih akan kemampuan benih tumbuh normal menjadi tanaman yang berproduksi wajar dalam keadaan biofisik lapangan yang serba optimum (Sutopo, 2002). Daya kecambah diketahui dengan mengamati jumlah biji yang berkecambah pada hari ketujuh dibagi jumlah biji yang diamati dan dikali seratus persen.

Berdasarkan hasil perhitungan (tabel 1) menunjukkan bahwa daya kecambah tertinggi pada masing-masing ulangan adalah 46,5%, sedangkan yang terendah adlah 34%. Nilai rerata daya kecambah bawang merah adalah 40,9%. Nilai daya kecambah bawang merah pada penelitian ini relatif baik bila dibandingkan dengan penelitian lain. Putra (2012), dalam penelitiannya menyatakan bahwa persentase daya kecambah biji bawang merah sangat rendah. Semua perlakuan (macam konsentrasi giberelic acid) menunjukkan daya kecambah dibawah 20%, bahkan ada yang hanya 2% saja dari keseluruhan biji yang dikecambahkan.

Kemampuan biji untuk berkecambah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu faktor genetis biji tersebut dan faktor lingkungan. Biji yang memiliki daya kecambah bagus berarti biji tersebut

(3)

commit to user

telah siap untuk berkecambah, hal ini dimungkinkan karena komponen-komponen bahan dalam biji tersebut telah masak. Selain itu didukung oleh kondisi lingkungan yang sesuai untuk perecambahan biji.

3. Indeks Vigor

Salah satu pengujian biji adalah dengan mengetahui vigor biji. Indeks vigor adalah paramter untuk mengetahui kualitas biji dengan melihat biji yang berkecambah normal. Berdasarkan hasil perhitungan (tabel 1) menunjukkan bahwa nilai indeks vigor tertinggi untuk masing-masing ulangan adalah 45,10, sedangkan nilai terendah adalah 30,88. Nilai rerata indeks vigor kecambah bawang merah adalah 38,60. Besarnya nilai indeks vigor sangat dipengaruhi faktor genetis dan fisiologis biji tersebut. Faktor genetis merupakan faktor bawaan yang berbeda untuk tiap jenis tanaman, sedangkan faktor fisiologis dapat dipengaruhi oleh masak fisiologis biji tersebut.

Besarnya nilai indeks vigor menunjukkan kemampuan benih untuk berkecambah secara serempak. Indeka vigor yang rendah maka menunjukkan benih relatif berkecambah yang kurang kompak. Di lapangan, hal ini akan membuat petani untuk melakukan penyulaman. Indeks vigor yang rendah juga dapat menurunkan produksi tanaman. Pada masa pemanenan, tanaman yang indeks vigornya rendah akan mempersulit pemanenan karena keadaan tanaman yang tumbuh tidak seragam (tidak serempak).

Justice dan Louis (1990), menyatakan dalam hasil pengujian indeks vigor padi dan jagung menunjukkan indeks vigor benih baru lebih baik daripada benih lama. Benih baru lebih cepat dan lebih banyak berkecambah daripada benih lama. Benih padi lama memiliki indek vigor 0,48 sedangkan benih padi baru indek vigornya 21,57. Benih jagung lama indek vigornya 17,65 sedangkan benih jagung baru memiliki indek vigor 36,6. Hal ini menunjukkan bahwa nilai vigor dipengaruhi oleh sifat genetis yang berbeda-beda tiap jenis biji dan lama simpan biji.

(4)

commit to user

Maemunah, (2009) mengungkapkan bahwa vigor biji dicerminkan oleh dua informasi tentang viabilitas, masing-masing kekuatan tumbuh dan daya simpan biji. Kedua nilai fisiologis ini menempatkan biji pada kemungkinan kemampuannya untuk tumbuh menjadi tanaman normal meskipun keadaan biofisik lapangan produksi sub optimum atau sesudah biji melampaui suatu periode simpan yang lama. Supaya nilai vigor tinggi sebaiknya perlu ditambahkan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT).

4. Koefisien Vigor

Kualitas suatu biji dapat dilihat dari viabilitasnya, salah satu metode untuk mengetahui viabilitas biji adalah dengan mengetahui vigor biji. Vigor biji dipengaruhi oleh beberapa faktor utama, yaitu faktor genetis dan fisiologis. Berdasarkan hasil perhitungan (tabel 1) menunjukkan bahwa nilai koefisien vigor tertinggi untuk masing-masing ulangan adalah 17,17, sedangkan nilai terendah adalah 16,73. Nilai rerata koefisien vigor biji botani bawang merah adalah sebesar 17,01. Besarnya nilai koefisien vigor sangat dipengaruhi oleh kualitas biji itu sendiri.

Pada hakekatnya vigor benih harus relevan dengan tingkat produksi, artinya dari benih yang bervigor tinggi akan dapat dicapai tingkat produksi yang tinggi. Vigor benih yang tinggi dicirikan antara lain tahan disimpan lama, tahan terhadap serangan hama penyakit, cepat dan merata tumbuhnya serta mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi baik dalam keadaan lingkungan tumbuh yang sub optimal. Rendahnya vigor pada benih dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain faktor genetis, fisiologis, morfologis, sitologis, mekanis dan mikrobia. (Sutopo, 2002).

(5)

commit to user

B. Pertumbuhan Bibit 1. Tinggi Tanaman

Parameter pertumbuhan tanaman biasanya dilihat dari pertambahan tinggi tanaman. Proses pertumbuhan tanaman pada dasarnya merupakan proses pembelahan dan pembesaran sel yang diawali dengan pembentukan tunas, sehingga mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin tinggi dan besar. Kedua proses ini dipengaruhi oleh tekanan turgor sel yang dipengaruhi oleh banyaknya air yang terkandung dalam protoplasma dalam suatu waktu. Selain sebagai indikator pertumbuhan, tinggi tanaman digunakan sebagai parameter pengaruh lingkungan. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan campuran beberapa media tanam berpengaruh nyata terhadap variabel pertumbuhan bibit bawang merah (lampiran 2).

Tabel 2. Pengaruh macam media tanam terhadap tinggi tanaman

Media tanam Rerata

Kompos 18,30 a Tanah ayak 18,40 a Pasir ayak 18,17 a Cocopeat 9,90 b Tanah + Kompos (1:1) 18,77 a Pasir + Kompos (1:1) 21,50 a Cocopeat + Kompos (1:1) 16,07 a

Tanah + Pasir + Kompos (1:1:1) 19,93 a Cocopeat + Tanah + Kompos (1:1:1) 16,73 a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5%

Hasil uji Duncan pada taraf 5% (tabel 2) menunjukkan media tanam cocopeat menunjukkan beda nyata terhadap rerata tinggi bawang merah dibandingkan dengan media tanam lainnya, yaitu 9,90 cm. Sedangkan media tanam lainnya tidak berbeda nyata selain dengan media tanam cocopeat. Meskipun memberikan nilai beda nyata akan tetapi media tanam cocopeat adalah media yang menunjukkan pertumbuhan bibit bawang

(6)

commit to user

merah terendah dibanding media tanam lainnya. Sedangkan media tanam yang menunjukkan pengaruh tertinggi terhadap pertumbuhan bibit bawang merah adalah kombinasi media tanam pasir + kompos (1:1).

Media tanam cocopeat menunjukkan pertumbuhan tanaman bawang merah yang kurang baik bila dibandingkan dengan perlakuan media lainnya. Pada awal pertumbuhan terlihat pertambahan tinggi tanaman normal, akan tetapi setelah umur 20 HST terlihat tinggi tanaman tidak bertambah. Ini dimungkinkan karena media cocopeat bersifat menyimpan air sehingga mengganggu perakaran tanaman bawang merah. tidak lagi mampu mendukung pertumbuhan tanaman bawang merah.

Wulandari (2011), dalam penelitiannya menjelaskan bahwa penggunaan media cocopeat tidak sebaik pupuk kompos. Dalam penelitiannya, media cocopeat tidak memberikan respon yang baik terhadap tinggi, diameter batang, dan penyebaran akar tanaman. Selain itu disarankan untuk menggunakan media selain cocopeat karena alasan penghematan biaya.

Media tanam pasir + kompos (1:1) menunjukkan pengaruh tertinggi terhadap pertumbuhan tanaman bawang merah dibandingkan dengan perlakuan kombinasi media lainnya. Hal ini karena sifat media pasir + kompos mampu mendukung pertumbuhan tanaman bawang merah secara optimal. Media pasir + kompos mampu memenuhi kebutuhan unsur hara, porositas dan zat-zat lain yang dibutuhkan tanaman. Hal ini dibuktikan pertumbuhan bibit bawang merah dengan media tanah + pasir + kompos (1:1:1) menunjukkan pertumbuhan yang baik setelah media pasir + kompos (1:1). Media tanah + pasir + kompos (1:1:1) tidak menunjukkan pertumbuhan sebaik tanaman bawang merah dengan media pasir + kompos (1:1). Rahayu dan Nur (1999), menyebutkan bahwa jenis tanah yang paling baik untuk bawang merah adalah tanah lempung berpasir atau lempung berdebu. Jenis tanah ini mempunyai aerasi dan drainase yang baik karena mempunyai perbandingan yang seimbang antara fraksi liat, pasir dan debu.

(7)

commit to user

Menurut Agoes (1994), pasir dapat dipilih sebagai bahan tanam untuk menggantikan fungsi tanah. Media pasir masih dianggap memadai dan sesuai sebagai media tanam untuk pertubuhan dan perakaran stek batang tanaman. Sutarto (1994) menambahkan, daya porositas pasir sangat tinggi sehingga air mudah terlepas atau melewatinya. Selain itu pasir tidak mengandung unsur hara dan mineral, maka biasanya dicampur dengan bahan organik.

Bahan organik disini adalah pupuk kompos yang telah matang. Kompos yang terkandung di dalam media pasir + kompos (1:1) mampu menyediakan unsur hara makro dan unsur hara mikro yang dibutuhkan tanaman. Unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman untuk menunjang pertumbuhan diantaranya unsur N, P dan K. Menurut Isdarmanta (2009), dalam penelitiannya menyebutkan bahwa tinggi tanaman sangat dipengaruhi oleh proses metabolisme dalam tubuh tanaman itu sendiri. Tanaman tersebut melangsungkan aktivitas metabolisme dengan membutuhkan nutrisi yang diperoleh dari pemupukan baik melalui media tanam maupun melalui daun. Kebutuhan tanaman terhadap unsur hara terutama unsur N dan unsur K diduga menjadi faktor yang menyebabkan pertumbuhan tinggi tanaman. Fungsi nitrogen adalah untuk memacu pertumbuhan daun, batang, serta membantu pembentukan akar. Pemberian pupuk dengan konsentrasi tinggi akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang kurang nitrogen.

Namun kandungan unsur hara pupuk kompos tidak sebesar pupuk kimia. Meskipun sedikit, pupuk kompos tetap menyumbang unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Selain itu peran pupuk kompos dalam media pasir + kompos (1:1) adalah memperbaiki sifat fisik media. Media pasir yang awalnya memiliki porositas tinggi menjadi lebih dapat menahan air ketika ditambahkan pupuk kompos.

Menurut Fahmi (2011), medium yang baik harus memiliki keseimbangan antara kadar air dan aerasi (porositas). Struktur yang

(8)

commit to user

kompak menjamin terjadinya kontak antara biji dengan medium. Porositas menjamin kontinuitas suplai air dan aerasi untuk respirasi akar, serta mempermudah penetrasi akar. Namun media yang terlalu poros akan menyulitkan semai untuk berkembang dengan baik. Biasanya biji berukuran kecil membutuhkan medium yang lebih kompak dan liat dibanding biji-biji berukuran besar.

Keterangan : A (Kompos); B (Tanah); C (Pasir); D (Cocopeat); E (Tanah + Kompos (1:1)); F (Pasir + Kompos (1:1)); G (Cocopeat +

Kompos (1:1)); H (Tanah + Pasir + Kompos (1:1:1)); I (Cocopeat + Tanah + Kompos (1:1:1))

Gambar 1. Pola pertumbuhan bawang merah pada beberapa macam media Berdasarkan gambar 1, dapat dilihat bahwa pertumbuhan bawang merah meningkat setiap harinya. Pada umur 2 HST, bawang merah memiliki tinggi yang sama yakni 5 cm. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan media tanam terhadap tinggi tanaman. Peningkatan tinggi tanaman pada umur 2 HST sampai dengan umur 10 HST tidak berbeda jauh, ini karena media tanam mampu memberikan nutrisi untuk pertumbuhan bawang merah. Namun pada usia 11 HST sampai dengan 30 HST terlihat tinggi tanaman bervariasi. Hal ini menunjukkan perlakuan macam media tanam mempengaruhi pertumbuhan tanaman. 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 Ti ng gi T an am an ( cm ) Waktu pengamatan (HST) A B C D E F G H I

(9)

commit to user

2. Jumlah Daun

Salah satu parameter pertumbuhan tanaman yang lain selain tinggi tanaman adalah jumlah daun. Daun merupakan tempat untuk penyerapan dan pengubahan energi cahaya matahari melalui proses fotosintesis sebagai sumber penghasil makanan yang digunakan untuk pertumbuhan. Menurut Sitompul dan Guritno (1993), menyebutkan bahwa jumlah daun merupakan ukuran tanaman yang sering diamati, baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengatur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan. Pengukuran jumlah daun dilakukan dengan cara menghitung jumlah daun yang terdapat pada tanaman sampel.

Berdasarkan hasil analisis ragam yang telah dilakukan (Lampiran 3) menunjukkan bahwa perlakuan macam media tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap variabel jumlah daun tanaman bawang merah. Jumlah daun yang terbentuk dipengaruhi oleh faktor genetis dan lingkungan. Diduga macam media yang diberikan berpengaruh terhadap perpanjangan sel daun, akan tetapi kurang berpengaruh dalam membentuk daun yang baru. Hal ini terlihat dari pengaruh macam media tanam berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman akan tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun. Mengingat tanaman bawang merah mempunyai batang yang pendek, jadi panjang dan jumlah daun sangat berpengaruh terhadap penilaian tinggi tanaman.

Selain faktor genetik, lingkungan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan jumlah daun. Daun merupakan pabrik karbohidrat bagi tanaman yang mampu mengubah CO2 dan H2O menjadi cadangan makanan melalui proses fotosintesis dengan energi cahaya matahari. jumlah dan ukuran daun dipengaruhi genotip dan lingkungan (Gardner et al. 1991).

(10)

commit to user

Keterangan : A (Kompos); B (Tanah); C (Pasir); D (Cocopeat); E (Tanah + Kompos (1:1)); F (Pasir + Kompos (1:1)); G (Cocopeat +

Kompos (1:1)); H (Tanah + Pasir + Kompos (1:1)); I (Cocopeat + Tanah + Kompos (1:1))

Gambar 2. Grafik pengaruh macam media terhadap jumlah daun

Berdasarkan gambar 2, media tanam cocopeat menunjukkan pengaruh jumlah daun tanaman bawang merah terendah dibandingkan dengan media tanam lain, yaitu 3,00. Hal ini diduga karena kondisi media tanam cocopeat yang terlalu jenuh air, hal ini menyebabkan terganggunya penyerapan unsur hara oleh akar tanaman sehingga daun yang terbentuk tidak dapat optimal. Aerasi sangat penting untuk pergantian udara dalam media dan pergerakan akar tanaman, karena bila aerasi dalam media kurang maka akan mempengaruhi jumlah daun. Selain itu drainase juga sangat penting untuk pergantian air di dalam media tanam. Seperti yang terlihat pada media kompos, jumlah daun tanaman 3,67. Meskipun media kompos menyediakan nutrisi yang cukup untuk menunjang pertumbuhan akan tetapi menyebabkan media terlalu padat sehingga aerasi dan drainase dalam media kurang.

Hidayah dan Irawan (2012), dalam penelitiannya menyampaikan bahwa penggunaan media cocopeat dalam percobaan yang dilakukan memberikan hasil yang kurang optimal. Perlakuan kombinasi cocopeat dan

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 Ju m la h da un Waktu Pengamatan (HST) A B C D E F G H I

(11)

commit to user

arang sekam memberikan hasil yang paling baik dibandingkan dengan penggunaan media pada unit perlakuan cocopeat lainnya. Penggunaan cocopeat secara individu memberikan hasil yang paling minor yaitu menghasilkan rata-rata persentase hidup sebesar 61,33%. Salah satu penyebabnya disinyalir karena akibat kandungan senyawa yang terdapat dalam media ini yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara normal. Zat ini biasa dikenal dengan zat tanin atau sering juga disebut zat anti gizi. Untuk menghilangkan zat tanin yang berlebihan, maka bisa dilakukan dengan cara merendam cocopeat di dalam air bersih selama beberapa jam, lalu diaduk sampai air berbusa putih. Selanjutnya buang air dan diganti dengan air bersih yang baru. Demikian dilakukan beberapa kali sampai busa tidak keluar lagi. Penggunaan media cocopeat tidak dianjurkan berdasar pada percobaan ini, karena memberikan pengaruh persentase hidup yang kurang optimal.

Andhika (2009), menambahkan bahwa pembentukan jumlah daun berkaitan dengan pemenuhan unsur nitrogen yang dibutuhkan tanaman. Unsur nitrogen sangat berperan dalam pertumbuhan terutama pembentukan jumlah daun. Dalam hal ini daun diperlukan untuk penyerapan dan mengubah cahaya matahari melalui proses fotosintesis yang digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Gambar

Tabel 1. Hasil uji perkecambahan
Tabel 2. Pengaruh macam media tanam terhadap tinggi tanaman
Gambar 1. Pola pertumbuhan bawang merah pada beberapa macam media  Berdasarkan  gambar  1,  dapat  dilihat  bahwa  pertumbuhan  bawang  merah  meningkat  setiap  harinya
Gambar 2. Grafik pengaruh macam media terhadap jumlah daun

Referensi

Dokumen terkait

17 Pada umumnya para orientalis yang berjasa dalam bidang ini, adalah para orientalis yang giat dalam kerja penerjemahan dan hanya membatasi kajian pada deskripsi,

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui dan memahami pelaksanaan pendaftaran fidusia menurut Surat Edaran Direktorat Jenderal

Dari Pasal tersebut maka timbulah kegelisahan akademik tentang kekuatan imperaif mediasi itu sendiri yang menyebutkan putusan batal demi hukum jika tidak

Seluruh variabel dalam penelitian ini menunjukkan nilai koefisien yang positif sehingga dapat disimpukan variabel kepemilikan institusional, latar belakang pendidikan akuntansi dewan

Hasil pengujian keempat kombinasi campuran, yaitu agregat gradasi rapat dan gradasi timpang yang dicampur dengan bahan ikat aspal Pen 60/70 dan aspal Starbit E-55,

anak-anak yang melakukan proses apresiasi tersebut, nilai-nilai karakter yang paling menonjol dalam sikap sosial anak-anak Desa Dermolo adalah toleransi, peduli

[r]

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 2019, seluruh kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Oesapa berada pada tingkat Container Index yang tinggi