SKRIPSI
EVALUASI PROGRAM PENGADUAN MASYARAKAT BERBASIS ELEKTRONIK MELALUI APLIKASI SPAN (LAPOR) DI DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMASI KABUPATEN PULAU TALIABU
Disusun dan Diusulkan Oleh :
MOH ASRUL SALMIN 105641101016
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2022
EVALUASI PROGRAM PENGADUAN MASYARAKAT BERBASIS ELEKTRONIK MELALUI APLIKASI SPAN (LAPOR) DI DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMASI KABUPATEN PULAU TALIABU
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan
Disusun dan Diajukan Oleh
MOH ASRUL SALMIN 105641101016
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2022
i
HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN AKHIR
Judul Skripsi : Evaluasi Program Pengaduan Masyarakat Berbasis Elektronik Melalui Aplikasi SPAN LAPOR Di Dinas Komunikasi Dan Informasi Kabupaten Pulau Taliabu
Nama Mahasiswa : Moh. Asrul Salmin Nomor Induk Mahasiwa : 105641101016 Program Studi : Ilmu Pemerintahan
Menyetujui:
Pembimbing I
Rudi Hardi, S.Sos, M.Si
Pembimbing II
Nurbiah Tahir, S.Sos, M.AP
Mengetahui:
Dekan
Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si NBM: 730727
Ketua Program Studi
Dr. Nuryanti Mustari, S.IP., M.Si NBM: 1031102
ii
PERNYATAAN KEASLIAN ILMIAH
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Mahasiswa : Moh. Asrul Salmin Nomor Stambuk : 105641101016 Program Studi : Ilmu Pemerintahan
Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat.peryataan ini saya buat dengan sesunggunya dan apabila di kemudian hari peryataan ini tidak benar,maka saya bersedia menerima sansi akademik sesuai aturan yang berlaku,sekalipun itu pencabutan gelar akademik.
Makasssar, 15 Oktober 2021
Yang menyatakan,
Moh. Asrul Salmin
iii
ABSTRAK
Moh. Asrul Salmin, 2021. Evaluasi Program Pengaduan Masyarakat Berbasis Elektronik Melalui Aplikasi SPAN LAPOR Di Dinas Komunikasi Dan Informasi Kabupaten Pulau Taliabu (Dibimbing oleh, Rudi Hardi S.Sos, M.Si dan Nurbiah Tahir S.Sos M.AP).
Tujuan peniliatian ini untuk mengetahui bentuk evaluasi dari pelaksanaan program pengaduan masyarakat berbasis elektronik melalui aplikasi SP4N LAPOR pada Dinas Komunikasi Dan Informasi Kabupaten Pulau Taliabu. Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa secara keseluruhan pelaksanaan program SPAN LAPOR di Kabupaten Pulau Taliabu belum berjalan efektif yaitu:
Satu efektivitas di peroleh mengukur sejauh mana programtelah tercapai dalam penggunaan aplikasi SPAN LAPOR Kabupaten Pulau Taliabu. Dua efisiensi pengoprasian sistem SPAN LAPOR yang dikelola oleh pemerintah pusat menjadikan daerah tidak lagi membuat aplikasi pengaduan sendiri-sendiri.
Sehingga bisa menghemat anggaran daerah. Tiga kecukupan kondisi sarana dan prasarana yang belum memadai seperti jaringan internet serta kapasitas SDM baik dari aparatur masih kurang memahami penggunaan teknologi. Empat perataan belum meratanya pembangunan infrastruktur seperti tower jaringan internet di seluruh wilayah menjadikan beberapa wilayah masih terisolir dalam mengakses beberapa informasi. Lima responsivitas dampak dari penggunaan SPAN LAPOR sebagai sarana pengaduan masyarakat pemerintah daerah telah memperbaiki kualitas pelayanan dengan melakukan upgrade skill kepada aparatur yang bekerja termasuk menciptakan kondisi sekretariat pemerintahan yang aman, nyaman dan tertib. Enam ketepatan program SPAN LAPOR mendukung upaya pemerintah Kepulauan Taliabu dalam mendorong partisipasi masyarakat untuk ikut serta mengawasi pelaksanaan pelayanan publik.
Kata Kunci: Pelayanan Publik dan Laporan Elektronik
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan Hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Program Pengaduan Masyarakat Berbasis Elektronik Melalui Aplikasi SPAN LAPOR di Dinas Komunikasi Dan Informasi Kabupaten Pulau Taliabu”.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada yang terhormat :
1. Kedua Orang tua tercinta yang sangat berjasa dan senantiasa membesarkan, merawat, memberi pendidikan sampai pada jenjang saat ini, mendoakan, memberi semangat dan motivasi serta bantuan baik moril ataupun materi dan tak lupa kasih sayang yang tak hentinya beliau berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Rudi Hardi, S.Sos, M.Si selaku pembimbing I dan Nurbiah Tahir, S.Sos, M.AP selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
v
3. Ibunda Dr. Nuryanti Mustari, S.Ip, M.Si selaku ketua jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Pemerintah Kabupaten Pulau Taliabu melalui Dinas Komunikasi dan informatika, Ormas dan Masyarakat yang berada di yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi informan sewaktu proses penelitian.
6. Seluruh bapak dan ibu Dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar, yang senantiasa meluangkan waktunya untuk memberi ilmu kepada penulis selama menempuh perkuliahan.
7. Kepada para pegawai atau karyawan Fisipol Universitas Muhammadiyah Makassar yang senantiasa memberikan pelayanan dan membantu saya dalam segala urusan perkuliahan.
8. Saudara(i) Sospol angkatan 2016 yang sama-sama berjuang dalam meraih cita-cita serta semua pihak yang telah membantu dan mendukungnya terselesaikan skripsi ini.
9. Keluarga besar HIMJIP, IMM Kom. Sospol, BEM Fisipol Unismuh Makassar yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat dan suport dalam menyelesaikan skripsi kami.
vi
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini sangatlah jauh dari kesempurnaan karena segala sesuatu yang sempurna itu hanya milik ALLAH SWT, dan oleh karena itu demi kesempurnaan skripsi ini, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.
Makasssar, 15 Oktober 2021
Yang menyatakan,
Moh. Asrul Salmin
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...i
HALAMAN PERSETUJUAN... ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iii
ABSTRAK ...iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... viii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penulisan ... 7
D. Manfaat Penulisan ... 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu ... 9
B. Konsep Evaluasi ... 11
C. Evaluasi Kebijakan Publik ... 16
D. Pengaduan Masyarakat... 20
E. Kerangka Pikir ... 26
F. Fokus Penelitian ... 27
G. Deskripsi Fokus Penelitian ... 28
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian. ... 29
B. Jenis dan Tipe Penelitian ... 29
C. Sumber Data ... 30
D. Informan Penelitian ... 30
E. Teknik Pengumpulan Data ... 31
F. Teknik Analisa Data ... 33
G. Keabsahan Data ... 35
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMABAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian... 36
1. Profil Kabupaten Pulau Taliabu ... 36
2. Profil Dinas Komunikasi Dan Informatika Kab Pulau Taliabu ... 41
viii
B. Evaluasi Program Pengaduan Masyarakat Berbasis Elektronik Melalui Aplikasi SPAN LAPOR pada Dinas Komunikasi Dan Informasi Kab
Pulau Taliabu Di Kab Pulau Taliabu... 47
1. Efektivitas... 48
2. Efisiensi ... 51
3. Kecukupan ... 55
4. Perataan ... 58
5. Responsivitas ... 61
6. Ketepatan ... 65
C. Pembahasan ... 72
BAB V. PENUTUP 1. Kesimpulan... 69
2. Saran ... 70
DAFTAR PUSTAKA ... 72
ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Adapun beberapa karakter yang mencolok pada Jaman peningkatan teknologi komunikasi dan informasi seperti ini dapat disebut komputerisasi, Mendukung aktivitas di era globalisasi ini salah satunya dengan pemanfaatan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (TIK). Pemanfaatan TIK telah berkembang baik untuk individu, organisasi, maupun pemerintahan. Tapi saat ini sektor pemerintah berusaha mengikuti inovasi yang ada. TIK penting untuk bagian pemerintahan yang biasa disebut e- government karena dibutuhkan kemudahan pelayanan dan informasi serta transparansi antar pemerintah dan masyarakat.
Pengaduan masyarakat sejatinya tidak dapat dibatasi/dihalangi, sekalipun ditujukan kepada Presiden RI sebagai Kepala Negara dan Pemerintahan. Sejak tahun 2005, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membuka ruang bagi masyarakat untuk menyampaikan aduan lewat berbagai media, seperti surat, SMS, dan media sosial. Permasalahan yang diadukan sangat beragam seperti hukum, agraria, pelayanan publik, ketenagakerjaan, aparatur, penyalahgunaan kewenangan, korupsi, dsb, dengan lofus permasalahan berada di instansi Pusat maupun daerah di seluruh wilayah Indonesia. Upaya ini berhasil mencuri perhatian publik yang ditunjukan dengan banyaknya surat pengaduan kepada Presiden RI melalui Kementerian Sekretariat Negara. Dalam rangka mewujudkan
1
penanganan pengaduan yang lebih komprehensif integral, maka pada tahun 2005 dibentuk unit kerja Biro Pengaduan Masyarakat atau saat ini bernama Asisten Deputi Pengaduan Masyarakat. Jumlah pengaduan di era Presiden Joko Widodo mencapai 2 kali lipatnya. Pratiwi & Salomo, (2020)
Evaluasi adalah tindakan mengamati dan melakukan investigasi efektifitas program, serta menilai kontribusi program terhadap perubahan dan menilai kebutuhan untuk perbaikan, kelanjutan atau perluasan program.
Selanjutnya mengenai evaluasi sistem informasi yaitu suatu proses untuk menggali dan mencari tahu, tentang sejauh mana suatu kegiatan implementasi sistem informasi, baik dari sudut pandang persepsi pengguna, organisasi, maupun dari segi teknologi sistem informasinya (Hakam, 2016).
Satria & Priyadi, (2020). Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat (LAPOR) adalah suatu kanal pelayanan yang berbasis intenet berfungsi untuk mengelola semua penyampaian aspirasi dan layanan pengaduan bagi masyarakat sehingga media aplikasi ini memudahkan masyarakat dalam berinteraksi dengan pemerintah dalam hal pelayanan publik (Kominfo, 2020).
Hal ini yang menjadi dorongan terhadap pemerintah untuk membangun sebuah aplikasi LAPOR untuk masyarakat dalam hal ini pengaduan masyarakat melalui aplikasi LAPOR. Aplikasi LAPOR, telah menjadi suatu sarana efektif dan tepat guna bagi masyarakat untuk menyampaikan segala bentuk aspirasi dan keluhan karena dapat dibaca langsung oleh pembuat kebijakan yang bersangkutan. Jumlah laporan yang
diterima LAPOR, terus meningkat setiap tahunnya seiring dengan masyarakat yang semakin mengetahui tentang LAPOR, Aplikasi SPAN LAPOR telah terhubung dengan 34 Kementerian, 96 Lembaga, dan 493 Pemerintah daerah di Indonesia, Jumlah pe lapor per Januari 2019 adalah sebanyak 801.257 pengguna. Total laporan yang telah masuk sebanyak 1.389.891. Sumber laporan terbanyak melalui website diikuti oleh SMS, twitter dan aplikasi mobile Besarnya antusiasme masyarakat pada LAPOR tersebut membuktikan bahwa LAPOR. Saat ini merupakan salah satu media atau fasilitas penyampaian aspirasi yang semakin populer dan menjadi cikal bakal dari sistem aspirasi dan pengaduan masyarakat yang terpadu secara nasional.
Program ini juga mengikutsertakan seluruh instansi pemerintah sebagai penyelenggaraan pelayanan publik dalam menindaklanjuti setiap aspirasi dan pengaduan yang datang dari masyarakat (Anindita, 2013).
Kemudian dalam perkembangannya Pemerintah Kab Pulau Taliabu ikut serta dan bekerjasama dalam menggunakan program Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat atau LAPOR sebagai media untuk memfasilitasi aspirasi dan aduan masyarakat.
Semenjak pemerintah Kabupaten Pulau Taliabu resmi terintegrasi dengan LAPOR pada 31 Agustus 2017 dan ditahun 2017 pihak Dinas Kominfo sendiri telah melakukan sosialisasi dan bimbingan teknis dengan mengundang semua elemen masyarakat dan perangkat daerah yang berjumlah 300 orang dengan narasumber yang terdiri dari Kementrian dan
Ombudsman, selain itu sosialisasi mengenai pelayanan pengaduan LAPOR ini dilakukan dengan cara menyebarkan brosur, stiker secara langsung ke masyarakat ditempat yang dapat dikatakan strategis dan tempat-tempat keramaian, lalu melalui baliho, mediaonline seperti website dan banyak lagi.
SPAN LAPOR telah ditetapkan sebagai Aplikasi Umum Bidang Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik pada tanggal 27 Oktober 2020.
Penetapan ini merupakan amanat Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE). Dalam kerangka Satu Data Indonesia serta demi efisiensi dan efektifitas pelayanan maupun penganggaran, kehadiran SPAN LAPOR menjadi aplikasi bersama nasional dalam melayani pengaduan masyarakat. Jadi, tidak perlu lagi membangun aplikasi pengaduan tersendiri di daerah masing-masing.
Untuk daerah tingkat dua kabupaten/kota implementasi pelayanan pengaduan masyarakat itu dikelola oleh dinas komunikasi dan informatika yang ada pada ruang lingkup Kabupaten/kota. Namun masalah selanjutnya, pendistribusi laporan lebih berada di Dinas Komunikasi dan Informatika masing-masing. Admin di Dinas Komunikasi dan Informatika kemudian mendistribusikannya ke OPD-OPD teknis. Di sinilah kemudian, banyak yang tersendat atau tidak terselesaikan. Selanjutnya belum terintegrasinya aplikasi pengaduan yang dikembangkan sendiri oleh pemerintah daerah dengan aplikasi SPAN LAPOR. Sesungguhnya, pemerintah daerah diminta tidak lagi mengembangkan aplikasi pengaduan lokal di daerah masing-
masing. Cukup menggunakan aplikasi SPAN LAPOR. Sebagai bagian dari mewujudkan Satu Data Indonesia serta efektifitas dan efisiensi anggaran.
Terkait dengan SDM yang tersedia seperti admin dan operator penghubung yang ada di perangkat sudah dilakukan bimbingan teknologi dalam menindaklanjuti pengaduan yang masuk agar dapat ditindaklanjuti sesuai dengan SOP yang ada, selain itu dari pihak Dinas Komuninfo juga memiliki sebuah media komunikasi untuk membuktikan semua pengaduan yang masuk sudah ditindaklanjuti sampai tuntas. Namun jumlah laporan yang masuk di web LAPOR hingga saat ini hanya berjumlah 237 LAPORAN, pihak Dinas Kominfo sendiri mengatakan hal tersebut diduga karena media pengaduan masyarakat di Kabupaten Pulau Taliabu yang masih bersifat parsial dan belum terintegrasi ke website LAPOR.go.id sehingga masyarakat dapat dengan bebas mengadu kemana saja.
Namun sampai saat ini layanan pengaduan masyarakat melalui aplikasi SPAN LAPOR, di Kabupaten Pulau Taliabu masih belum mampu untuk mengetahui prioritas nasional yang paling mendapat sorotan dari masyarakat secara real time dan menyeluruh. Belum ada metode sistematis khusus yang digunakan LAPOR, Untuk menganalisis jumlah data yang begitu besar selain dengan teknik manual oleh administrator. Jumlah data yang begitu besar melebihi kemampuan manusia untuk melakukkannya secara cepat dan efisien.
Kemajuan teknologi informasi saat ini ialah pemanfaatan jaringan internet yang memungkinkan setiap orang dapat mengakses atau
memperoleh data-data yang tersedia secara bersama-sama melalui jaringan yang saling terhubung. Permasalahan selanjutnya di Kabupaten Pulau Taliabu masih banyak daerah yang tidak tersentuh jaringan internet.
Terlebih di desa-desa yang terpencil. Dalam pembangunan tower terdapat beberapa permasalahan seperti tidak memiliki izin, tidak sesuai dengan rencana tata ruang, dan lokasi pembangunan berada di dekat dengan pemukiman. Pemilihan lokasi untuk pembangunan tower di tengah pemukiman dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan gangguan kesehatan terhadap penduduk sekitar.
Pembangunan tower memiliki manfaat bagi perkembangan daerah namun juga dapat menimbulkan dampak negative dan konflik di kemudian hari apabila terdapat ketidaksesuaian dalam pemilihan lokasi baik dari sisi perspektif regulator maupun oeprator. Oleh sebab itu dalam pembangunan tower perlu diperhatikan kriteria lokasinya, agar manfaat yang didapatkan dari pembangunan tersebut lebih maksimal.
Berdasarkan uraian diatas menarik untuk meneliti mengenai tata kelola pengaduan masyarakat berbasis elektronik melalui aplikasi SPAN LAPOR yang dimana Pemerintah Daerah wajib untuk menjalankannya dengan memperhatikan segala bentuk aspirasi masyarakat sehingga menciptakan kinerja yang baik di sektor publik, dengan sistem pemerintah yang melayani masyarakat serta masyarakat mengawasi dan mengevaluasi kinerja Pemerintah. Bisa di ambil kesimpulan berdasarkan analisa peneliti terkait penyediaan sarana informasi berupa Pengaduan masyarakat melalui
aplikasi SPAN LAPOR agar terkesan tidak optimal pelaksanaannya atau penggunaannya dan tidak dinilai hanya sebatas ada saja tanpa pernah terevaluasi fungsi dan guna media tersebut, Melalui uraian tersebut, maka peneliti mengambil judul penelitian. “Program Pengaduan Masyarakat Berbasis Elektronik Melalui Aplikasi SPAN LAPOR Di Dinas Komunikasi Dan Informasi Kab Pulau Taliabu”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas serta untuk mempermudah arah pembatasan masalah dalam penelitian ini, maka dapat dirumuskan suatu rumusan masalah sebagai berikut :
Bagimana Program Pengaduan Masyarakat Berbasis Elektronik Melalui Aplikasi SPAN LAPOR pada Dinas Komunikasi Dan Informasi Kab Pulau Taliabu Di Kab Pulau Taliabu?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan Rumusan Masalah yang di kemukakan di atas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Untuk mengetahui program pengaduan masyarakat berbasis elektronik melalui aplikasi SPAN LAPOR pada Dinas Komunikasi Dan Informasi Kab Pulau Taliabu.
D. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dari penelitian ini, maka hasil dari penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat secara akademik dan praktis, yaitu sebagai berikut :
a. Manfaat Akademik
1. Memperkaya kajian Ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan ilmu kesejateraan sosial.
2. Sebagai refrensi kajian ilmu Sosial Politik yang berkaitan dengan tata kelola pengaduan masyarakat berbasis elektronik melalui aplikasi SPAN LAPOR
b. Manfaat Praktis
1. Bagi masyarakat, diharapkan masyarakat dapat memahami mengenai tata kelola pengaduan masyarakat berbasis elektronik melalui aplikasi SPAN LAPOR.
2. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menjadi wahana untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang telah diperoleh terutama yang berkaitan dengan persoalaan Aplikasi SPAN LAPOR
3. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan dalam sistem pemerintah agar tidak terjadi kurangnya kualitas pelayanan dalam hal ini pengaduan masyarakat Melalui Aplikasi SPAN LAPOR.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan oleh penulis, ada tiga buah penelitian yang relevan dengan makalah ini. Penelitian pertama yang dilakukan oleh (Haspo & Frinaldi, 2020), yang berjudul Penerapan Aplikasi SPAN LAPOR Dalam Manajemen Pengaduan Masyarakat Di Kota Solok (2020). Penelitian kedua Sabeni & Setiamandani yang berjudul Pengelolaan Pengaduan Masyarakat Dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik (2020). Penelitian ke tiga oleh Prasetya yang berjudul Analisis Pengelolaan Pengaduan Masyarakat Dalam Rangka Pelayanan Publik (Studi Pada Dinas Komunikasi Dan Informatika Kota Malang).
Penelitian Haspo & Frinaldi, yang berjudul Penerapan Aplikasi SPAN LAPOR Dalam Manajemen Pengaduan Masyarakat Di Kota Solok (2020).
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Dalam penerapan teknologi dan komunikasi harus terdapat kebutuhan sumber daya perangkat keras seperti komputer (hardware) atau bahkan jaringan global internet). Dalam peningkatan sumber daya E-Government yang harus diperhatikan seperti penting adanya Perangkat lunak yang terdapat didalam komputer (Software). Dimana software ini terbagi atas dua macam, seperti software operasi dan juga softwareaplikasi.
Penelitian Haspo & Frinaldi relevan dengan penelitian ini karena kesamaan objek SPAN LAPOR dalam manajemen pengaduan masyarakat.
9
Perbedaan kedua penelitian ini terletak pada subyek yang digunakan. Pada penelitian Haspo & Frinaldi menggunakan subyek masyarakat kota Solok sendangkan dalam penelitian ini menggunakan masyarakat kab Pulau Taliabu.
Penelitian (Sabeni & Setiamandani, 2020) yang berjudul Pengelolaan Pengaduan Masyarakat Dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik (2020). hasilnya akan diolah dan dianalisa sesuai dengan konsep yang sistematis yakni proses reduksi data (reduction), penyajian data (display) dan penarikan kesimpulan atau verifikasi data (verivication).
Penelitian Sabeni & Setiamandani relevan dengan penelian ini karena kesamaan jenis penelitian yang dipakai yaitu jenis penelitian kualitatif dan metode pengumpulan data melalui purposive sampling dimana penentuan sampel penelitian didasarkan pada pertimbangan bahwa informan penelitian dapat memberikan informasi yang selengkap-lengkapnya dan relevan dengan tujuan penelitian. Subjek penelitian ini terdiri dari iforman utama atau informan kunci dan informan pendukung. Perbedaanya, penelitian Sabeni &
Setiamandani lebih berfokus pada bagaimana upaya meningkatkan kualitas pelayan public sedangngkan dalam penelitian ini lebih berfokus pada evaluasi program pengaduan masyarakan berbasis elektronik.
Penelitian (Prasetya, 2013) yang berjudul Analisis Pengelolaan Pengaduan Masyarakat Dalam Rangka Pelayanan Publik (Studi Pada Dinas Komunikasi Dan Informatika Kota Malang). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Prosedur dan standar pengelolaan pengaduan di Kota
Malang di dukung dengan sarana dan prasarana serta surat keputusan Kepala Dinas untuk melancarkan jalannya pengaduan online di Kota Malang, tetapi ada beberapa kendala yang menghambat proses pengaduan tersebut.
Penelitian Prasetya relevan dengan penelitian ini karena kesamaan objek dinas Informatika dan Iinformasi perbedaan kedua penelitian ini terletak pada subyek yang di gunakan pada penelitian Prasetya et,al menggunakan subyek kota Malang sedangkan pada penelitian ini menggunakan subyek kab Pulau Taliabu.
B. Keterangan Evaluasi 1. Definisi Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan mengamati dan melakukan investigasi efektifitas program, serta menilai kontribusi program terhadap perubahan dan menilai kebutuhan untuk perbaikan, kelanjutan atau perluasan program.
Selanjutnya mengenai evaluasi sistem informasi yaitu suatu proses untuk menggali dan mencari tahu, tentang sejauh mana suatu kegiatan implementasi sistem informasi, baik dari sudut pandang persepsi pengguna, organisasi, maupun dari segi teknologi sistem informasinya (Hakam, 2016).
Evaluasi merupakan salah satu tingkatan di dalam proses kebijakan publik, evaluasi adalah salah satu cara untuk menilai apakah suatu kebijakan atau program itu berjalan dengan baik atau tidak (Mulyadi, 2016:100).
Uraian tersebut menjelaskan bahwa evaluasi menilai secara luas atau umum keefektifan program-program. Negara baik itu dua atau lebih yang memiliki
efektivitas yang relatif. Evaluasi memberikan informasi yang valid mengenai kinerja dari kebijakan, informasi valid bersifat objektif yang dapat diperoleh dari perbandingan dengan kebijakan sebelumnya ataupun pengamatan secara langsung di lapangan.
Evaluasi merupakan cara yang sistematik dalam pengumpulan serta menganalisis dan mengunakan informasi untuk menjawab pertanyaan yang mendasar dari program. Berangkat dari pengertian tersebut, maka evaluasi ialah merupakan bagian dari suatu proses. Secara implisit evaluasi 7 merupakan perbandingan antara apa yang sudah dicapai dengan apa yang seharusnya dicapai berdasarkan standar yang telah ditetapkan sedangkan secara eksplisit evaluasi mengacu pada pencapaian dari tujuan. Evaluasi dilakukan sebagai pencapaian dari berbagai tujuan yang sesuai dengan obyek evaluasinya dan tujuan akhir dari proses evaluasi dapat memberikan saran untuk dihasilkan kebijakan yang lebih baik serta dapat mengetahui pencapaian sasaran dari sebuah program sesuai dengan apa yang diharapkan dan menekankan pada hasil (output). Konsekuensinya, evaluasi baru dapat dilakukan jika program sudah berjalan dalam satu periode (Buhungo, 2015).
2. Jenis – jenis Evaluasi
Bentuk dan macam evaluasi dalam Mulyadi (2016:87) antara lain:
a. Pre-evaluation/politic evaluation: bagaimana program itu akan dilaksanakan? (layak atau tidak layak, tepat atau tidak tepat)
b. Monitoring: bagaimana kebijakan tersebut sedang dilaksanakan?
(menyimpang dari rencana atau tidak ).
c. Post evaluation/impact evaluation: apa yang telah dicapai dari kebijakan tersebut? (mengetahui dampak dari kebijakan)
Adapula menurut Vries dalam Mulyadi (2016:89), mengemukakan bentuk dan macam evaluasi, adalah:
a. Ex-ante evaluation: evaluasi yang menekankan pada bagaimana penilaian secara kritis terhadap berbagai fakta fundamental yang terjadi dalam proses formulasi kebijakan.
b. Ex-post evaluation: evaluasi dampak yang terjadi setelah dilaksanakan kebijakan, yang terdiri dari a) dampak jangka panjang (impact evaluation), dan b) dampak jangka pendek (implementation evaluation).
Dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah proses menetukan nilai untuk suatu hal atau objek yang berdasarakan pada acuan-acuan tertentu untuk menentukan tujuan tertentu. Dalam pemerintah, evaluasi dapat diartikan sebagai proses pengukuran akan evektivitas strategi yang digunakan dalam upaya mencapai tujuan pemerintah. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut akan digunakan sebagai analisis situasi program berikutnya.
3. Tahapan Pelaksanaan Evaluasi
Menurut Edwards III dalam Suharno (2010:90-92), pelaksanaan kebijakan dapat diartikan sebagai bagian dari tahapan proses kebijaksanaan, yang posisinya berada diantara tahapan penyusunan kebijaksanaan dan konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan oleh kebijaksanaan tersebut
(output, outcome). Lebih lanjut, Edward III mengidentifikasikan aspek- aspek yang diduga kuat berkontribusi pada pelaksanaan kebijakan, yaitu:
komunikasi, sumberdaya, disposisi atau sikap pelaksana, dan struktur birokrasi. Keempat aspek mempengaruhi pelaksanaan kebijakan, baik secara langsung maupun tidak secara langsung, dan masing-masing aspek saling berpengaruh terhadap aspek lainnya.
a. Komunikasi
Komunikasi adalah aktivitas yang mengakibatkan orang lain menginterprestasikan suatu ide/ gagasan, terutama yang dimaksudkan oleh pembicara atau penulis melalui sesuatu sistem yang biasa (lazim) baik dengan simbol-simbol, signal-signal, maupun perilaku.
b. Sumberdaya
Pelaksanaan kebijakan harus ditunjang oleh ketersediaan sumberdaya (manusia, materi, dan metoda). Pelaksanaan kebijakan publik perlu dilakukan secara cermat, jelas, dan konsisten, tetapi jika para pelaksana kekurangan sumberdaya yang diperlukan, maka pelaksanaaan kebijakan akan cenderung tidak dapat dilaksanakan secara efektif. Tanpa dukungan sumberdaya, kebijakan hanya akan menjadi dokumen yang tidak diwujudkan untuk memberikan pemecahan masalah yang ada di masyarakat, atau upaya memberikan pelayanan pada masyarakat. Dengan demikian, sumberdaya merupakan faktor penting dalam melaksanakan kebijakan publik. Sumberdaya dalam pelaksanaan kebijakan publik diantaranya: staf
yang memadai, informasi, pendanaan, wewenang, dan fasilitas pendukung lainnya.
c. Kewenangan
Struktur Birokrasi Kewenangan merupakan otoritas/ legitimasi bagi para pelaksana dalam melaksanakan kebijakan yang ditetapkan secara politik. Kewenangan ini berkaitan dengan struktur birokrasi yang melekat pada posisi/ strata kelembagaan atau individu sebagai pelaksana kebijakan.
Karakteristik utama dari birokrasi umumnya tertuang dalam prosedur kerja atau Standard Operating Procedures (SOP) dan fragmentasi organisasi.
Adapun dimensi Tahapan Kebijakan publik a. Konsistensi
Pelaksanaan kebijakan berlangsung dengan baik apabila pelaksanaan kebijakan dilakukan secara konsisten dengan berpegang teguh pada prosedur dan norma yang berlaku (Mutiasari, Yamin, & Alam, 2016).
b. Transparansi
Transparansi merupakan kebebasan akses atas informasi yang patut diketahui oleh publik dan/ atau pihak-pihak yang berkepentingan (Coryanata, 2012).
c. Informasi
Berkenaan dengan pelaksanaan kebijakan publik perlu dilakukan bersifat terbuka, mudah, dan dapat diakses oleh semua pihak yang memerlukan, dan disediakan secara memadai, serta mudah dimengerti (Rohman, 2016).
d. Akuntabilitas
Setiap aktivitas pelaksanaan kebijakan publik harus dapat dipertanggungjawabkan baik secara administratif maupun substantif, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan (Rohman, 2016).
e. Keadilan
Keadilan secara umum dapat dipahami sebagai kebaikan, kebajikan, dan kebenaran, yang mengikat antara anggota masyarakat dalam mewujudkan keserasian antara penggunaan hak dan pelaksanaan kewajiban (Nasution, 2016). Keadilan dalam kebijakan publik diwujudkan pada aktivitas pelayanan yang tidak diskriminatif. Pelaksanaan kebijakan publik tidak membedakan kualitas pelayanan pada kelompok sasaran berdasarkan pertimbangan suku, ras, agama, golongan, status sosial, dan lain-lain (Rohman, 2016).
f. Partisipatif
Partisipasi masyarakat adalah keterlibatan dan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan kebijakan. Partisipasi masyarakat disamping menopang percetapan pelaksanaan kebijakan, pada sisi lain akan berdampak pada proses evaluasi/ kontrol atas kinerja pemerintah dan dapat mampu menimalisir penyalahgunaan wewenang. Partisipasi masyarakat merupakan kunci sukses dari pelaksanaan kebijakan publik karena dalam partisipasi menyangkut aspek pengawasan dan aspirasi.
Berdasarkan uraian tersebut, pelaksanaan kebijakan sebaiknya bersifat partisipatif, yaitu pelaksanaan kebijakan yang dapat mendorong peran serta
masyarakat dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan, kepentingan, dan harapan masyarakat (Rohman, 2016).
C. Evaluasi Kebijakan Publik
Evaluasi kebijakan biasanya ditujukan untuk menilai sejauh mana keefektifan kebijakan publik untuk dapat dipertanggungjawabkan kepada konstituennya dan untuk menilai sejauh mana tujuan dicapai. Menurut Nugroho (2015), tujuan pokok dari evaluasi adalah bukan untuk menyalahnyalahkan, tetapi untuk mengetahui seberapa besar pencapaian dan harapan suatu kebijakan publik. Tugas selanjutnya adalah bagaimana mengurangi atau menutup kesenjangan tersebut.
Jadi, evaluasi kebijakan harus dipahami sebagai sesuatu yang bersifat positif. Evaluasi bertujuan untuk mencari kekurangan dan menutup kekurangan. Ciri dari evaluasi kebijakan adalah:
a. Tujuannya menemukan hal-hal strategis untuk meningkatkan kinerja kebijakan.
b. Evaluator mampu mengambil jarak dari pembuat kebijakan, pelaksana kebijakan, dan target kebijakan.
c. Prosedur dapat dipertanggungjawabkan secara metodologis.
d. Dilaksanakan tidak dalam suasana permusuhan atau kebencian.
e. Mencakup rumusan, implementasi, lingkungan, dan kinerja kebijakan.
Menurut Anderson (dikutip Leo Agustino, 2016:7) menjelaskan bahwa kebijakan publik adalah “Serangkaian kegiatan yang mempunyai maksud atau tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang
aktor atau sekelompok aktor yang berhubungan dengan suatu permasalahan atau suatu hal yang diperhatikan.
Kebijakan publik Menurut Dye (dikutip Leo Agustino,2016:7), kebijakan publik adalah apa yang dipilih oleh pemerintah untuk dikerjakan atau tidak dikerjakan.
Evaluasi berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai atau manfaat hasil kebijakan. Secara umum Dunn menggambarkan indikator dalam mengukur evaluasi kebijakan publik sebagai berikut (Saragih, 2017):
1. Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar persentase target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya.
2. Efisiensi adalah usaha mencapai prestasi yang sebesar-besarnya dengan mengunakan kemungkinan-kemungkinan yang tersedia (material, mesin, dan manusia) dalam tempo yang sependek- pendeknya, didalam keadaan yang nyata (sepanjang keadaan itu bisa berubah) tanpa mengganggu keseimbangan antara faktor-faktor tujuan, alat, tenaga dan waktu.
3. Kecukupan adalah masih berhubungan dengan efektivitas dengan mengukur atau memprediksi seberapa jauhalternatif yang ada dapat memuaskan kebutuhan, nilai atau kesempatan dalam menyelesaikan masalah yang terjadi.
4. Perataan adalah kebijakan yang akibatnya atau usaha secara adil didistribusikan. Suatu program tertentu mungkin dapat efektif, efisien,
dan mencukupi apabila biaya manfaat merata. Kunci dari perataan yaitu keadilan atau kewajaran.
5. Responsivitas perataan adalah kebijakan yang akibatnya atau usaha secara adil didistribusikan. Suatu program tertentu mungkin dapat efektif, efisien, dan mencukupi apabila biaya manfaat merata. Kunci dari perataan yaitu keadilan atau kewajaran.
6. Ketepatan adalah keberhasilan suatu kebijakan dapat dilihat dari tujuan kebijakan yang benar-benar tercapai berguna dan bernilai pada kelompok sasaran, mempunyai dampak perubahan sesuai dengan misi kebijakan tersebut.
Menurut Frederich (dikutip Leo Agustino,2016:7) kebijakan publik yaitu Serangkaian arah yang diusulkan seseorang, sekelompok pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu yang memberikan hambatanhambatan dan kesempatankesempatan terhadap kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan dan mengatasi dalam rangka mencapai suatu tujuan atau merealisasikan suatu sasaran atau suatu maksud tertentu. Menurut Heinz Eulau dan Kenneth Prewitt (dikutip Leo Agustino, 2016:7) kebijakan publik yaitu “keputusan tetap yang dicirikan dengan konsisten dan pengulangan (repitisi) tingkahlaku dari mereka yang membuat dan dari mereka yang mematuhi keputusan tersebut.
Menurut Lester dan Stewart dalam Mulyadi (2016:86), ketika kita akan melakukan evaluasi dari suatu kebijakan, ada tiga hal yang perlu diperhatikan:
Bahwa evaluasi kebijakan berusaha untuk memberi informasi yang valid tentang kinerja kebijakan. Evaluasi dalam hal ini berfungsi untuk menilai aspek instrument (cara pelaksanaan) kebijakan dan menilai hasil dari penggunaan instrument tersebut.
Evaluasi kebijakan berusaha untuk menilai kepastian tujuan atau target dengan masalah yang dihadapi. Pada fungsi ini evaluasi kebijakan memfokuskan diri pada substansi dari kebijakan publik yang ada. Dasar asumsi yang digunakan adalah bahwa kebijakan publik dibuat untuk menyelesaikan masalah-masalah publik, maka evaluasi harus menilai apakah tujuan telah tercapai tetapi masalah tidak terselesaikan.
Evaluasi kebijakan berusaha juga untuk memberikan sumbangan pada kebijakan lain terutama dari segi metodologi. Artinya evaluasi kebijakan diupayakan untuk menghasilkan rekomendasi dari penilaian-penilaian yang dilakukan atas kebijakan yang dievaluasi. Hasil-hasil dari penilaian evaluasi tersebut dijadikan bahan belajar bagi para pelaku kebijakan yang lain. Oleh sebab itu fungsi kebijakan yang satu ini lebih bersifat produktif. Karena tidak lagi menekankan pada kritik terhadap kekurangan yang ada tapi lebih menjurus pada perumusan pembelajaran agar kelemahan atau kekurangan tidak terulang lagi pada waktu dan tempat di masa yang akan datang.
D. Pengaduan Masyarakat
1. Definisi Pengaduan Masyarakat
Pengaduan masyarakat sejatinya tidak dapat dibatasi/dihalangi, sekalipun ditujukan kepada Presiden RI sebagai Kepala Negara dan
Pemerintahan. Sejak tahun 2005, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membuka ruang bagi masyarakat untuk menyampaikan aduan lewat berbagai media, seperti surat, SMS, dan media sosial. Permasalahan yang diadukan sangat beragam seperti hukum, agraria, pelayanan publik, ketenagakerjaan, aparatur, penyalahgunaan kewenangan, korupsi, dsb, dengan lokus permasalahan berada di instansi Pusat maupun daerah di seluruh wilayah Indonesia. Upaya ini berhasil mencuri perhatian publik yang ditunjukan dengan banyaknya surat pengaduan kepada Presiden RI melalui Kementerian Sekretariat Negara. Dalam rangka mewujudkan penanganan pengaduan yang lebih komprehensif integral, maka pada tahun 2005 dibentuk unit kerja Biro Pengaduan Masyarakat atau saat ini bernama Asisten Deputi Pengaduan Masyarakat. Jumlah pengaduan di era Presiden Joko Widodo mencapai 2 kali lipatnya. Pratiwi & Salomo, (2020)
Pratiwi & Salomo, (2020). Pengaduan didefinisikan sebagai laporan kepada pihak yang berwenang mengenai tindakan atau perilaku seorang profesional, badan hukum swasta atau lembaga negara yang melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku serta hak atau kepentingan individu atau masyarakat, agar pihak yang berwenang tersebut dapat mengambil tindakan sesuai kewenangannya untuk mencegah atau mengembalikan kerugian yang diderita individu atau masyarakat tersebut, dan/atau membuat profesional, pejabat publik, badan hukum swasta atau lembaga negara tersebut menerima konsekuensi atas tindakan yang telah dilakukan.
Sabeni & Setiamandani, (2020). pengaduan menjelaskan masayarakata bahwa manajemen merupakan pencapaian tujuan organisasi dengan cara yang efektif dan efisien lewat perencanaan pengorganisasian pengarahan dan pengawasan sumberdaya organisasi. Komplain (pengaduan) sangat penting untuk dikelola. Sehingga, manajemen komplain secara umum adalah suatu sistem untuk memonitor sikap dan kepuasan para pelanggan, penyalur, dan partisipan lain dalam sistem pemasaran sehingga manajemen dapat mengambil langkah yang lebih cepat untuk menyelesaikan masalah. Menurut Tjiptono (dalam Pratiwi, 2019;14).
Soedjais (dalam Mursalim, 2018;3) komplain (keluhan) merupakan penggabungan dari dua kata, yaitu manajemen dan komplain (keluhan).
Manajemen adalah getting done through other peoples dan mencakup tugas- tugas planning, organizing, implementing, controlling. Jadi manajemen adalah bagaimana mencapai tujuan tetapi tidak sendirian.. Selanjutnya data akan diuji kebasahannya melalui metode triangulasi.
2. Pelayanan Publik
Undang-Undang No 25 tahun 2009 memberikan definisi pelayanan publik adalah Kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas barang, jasa, dan /atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. (Hayat, 2017)
Pelayanan publik merupakan tanggung jawab pemerintah dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah, baik itu pusat, daerah, maupun lingkungan Badan Usaha Milik Negara atas suatu barang, jasa, atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan yang terkait dengan kepentingan publik (Bilgah, 2018).
Menurut pelayanan Publik adalah kepercayaan Pelayanan publik dilaksanakan secara tanggung jawab dan sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang ada”.
Menurut Robert dalam (Maryam, 2016) yang dimaksud dengan pelayanan publik adalah “segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instasi pemerintah pusat, di daerah dan lingkungan badan usaha milik Negara atau daerah dalam barang atau jasa baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan.
Pendapat Boediono dalam (Eka, 2017) bahwa pelayanan merupakan suatu proses bantuan kepada orang lain dengan cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal agar terciptanya kepuasan dan keberhasilan.
Pelayanan menurut Brata dalam (Wulandari, 2015) adalah “Suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan pelanggan”.
Menurut Kolter dalam (Hidayat, 2015), Pelayanan merupakan terjemahan dari kata service, yang sering juga diterjemahkan menjadi jasa.
“jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun”.
Dari definisi-definisi yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan pelayanan publik adalah pemenuhan keinginan dan kebutuhan masyarakat pada penyelenggara Negara. Negara didirikan oleh publik atau masyarakat dengan tujuan agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
Bentuk Pelayanan Publik terdapat tiga jenis layanan yang bisa dilakukan oleh siapapun meneurut Moenir dalam (Adhikara, 2016) yaitu : a. Layanan dengan lisan
b. Layanan dengan tulisan c. Layanan dengan perbuatan.
3. Standar Pelayanan Publik
(Hardiansyah,2018) Setiap penyelenggara pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan, sebagai jaminan adanya kepastian bagi pemberi didalam pelaksanaan tugas dan fungsinya dan bagi penerima pelayanan dalam proses pengajuan permohonannya. Oleh karena itu perlu disusun dan ditetapkan standar pelayanan sesuai dengan sifat, jenis dan karakteristik layanan yang diselenggarakan, serta memperhatikan kebutuhan dan kondisi lingkungan.
Standar Pelayana Publik menurut Keputusan Menteri PAN nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003, dalam (Hardiansyah,2018) sekurang kurannya meliputi :
a. Prosedur Pelayanan b. Waktu Pelaksanaan c. Biaya Pelayanan d. Produk Pelayanan e. Sarana dan Prasarana
f. Kompotensi petugas pelayan 4. Konsep SPAN LAPOR
SPAN LAPOR di bentuk untuk merealisasikan kebijakan “no wrong door policy” yang menjamin hak masyarakat agar pengaduan dari manapun dan jenis apapun akan disalurkan kepada penyelenggara pelayanan publik yang mempunyai kewenangan ujar Rosikin dalam diskusi yang bertajuk Clik dan LAPOR Sosial Justice For Public Service: kamis, 8 April 2021:
pada chanel Tempodotco.
LAPOR adalah layanan penyampaian semua aspirasi dan pengaduan masyarakat yang terintegrasi secara Nasional dengan laman akses website www.LAPOR.go.id. Mengigat bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 18 ayat (3) Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik, perlumenetapkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tentang PedomanPenyelenggaraan Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik. Berita
Negara Repoblik Indonesia, 2014:diakses pada 3 Juni 2021 www.kemhan.go.id/itjen.
Pengelolaan pengaduan pelayanan publik di setiap organisasi penyelenggara di Indonesia belum terkelola secara efektif dan terintegrasi.
Masing-masing organisasi penyelenggara mengelola pengaduan secara parsial dan tidak terkoordinir dengan baik. Akibatnya terjadi duplikasi penanganan pengaduan, atau bahkan bisa terjadi suatu pengaduan tidak ditangani oleh satupun organisasi penyelenggara, dengan alasan pengaduan bukan kewenangannya. Oleh karena itu, untuk mencapai visi dalam good governance maka perlu untuk mengintegrasikan sistem pengelolaan pengaduan pelayanan publik dalam satu pintu. Tujuannya, masyarakat memiliki satu saluran pengaduan secara Nasional. Untuk itu Pemerintah Republik Indonesia membentuk Sistem Pengelolaan Pengaduan Pelayanan
Publik Nasional (SPAN). Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat.
Adapun tujuan SPAN adalah agar :
a. Penyelenggara dapat mengelola pengaduan dari masyarakat secara sederhana, cepat, tepat, tuntas, dan terkoordinasi dengan baik.
b. Penyelenggara memberikan akses untuk partisipasi masyarakat dalam menyampaikan pengaduan.
c. Meningkatkan kualitas pelayanan publik.
Evaluasi Program Pengaduan Masyarakat Berbasis Elektronik Melalui Aplikasi SPAN LAPOR
Indikator Evaluasi:
1. Efektivitas 2. Efisiensi 3. Kecukupan 4. Perataan 5. Responsivitas 6. ketepatan
Aplikasi SPAN LAPOR E. Kerangka Pikir
Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang lebih didentifikasi sebagai masalah yang penting.
Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah evaluasi program pengaduan masyarakat berbasis elektronik melalui aplikasi SPAN LAPOR dapat di pahami sebagi sistem lembaga yang di lakukan melalui elektronik, melalui aplikasi SPAN LAPOR. Agar dapat mepermudah masyarakat, evaluasi program pengaduan masyarakat berbasis elktronik, dan aplikasi SPAN LAPOR di erah globalisasi untuk mengenali penerapan evaluasi program pengaduan masyarakat dengan pendekatan teori Dunn dalam (Saragih, 2017), maka penelitian menggunakan berbasis indikator dengan bukti langsung, kendala, daya tanggap.
Bagan Kerangka Pikir 2.1
F. Fokus Penelitian
Berdasarkan bagan kerangka pikir dalam penelitian terkait program pengaduan masyarakat berbasis elektronik melalui aplikasi SPAN LAPOR di Dinas komunikasi dan informasi Kab Pulau Taliabu maka yang menjadi fokus penelitiannya yaitu: efektivitas, efisiensi, kecukupan, perataan, responsivitas dan ketepatan.
G. Deskripsi Fokus Penelitian
Sesuai dengan fokus penelitian maka yang menjadi gambaran indikator yang akan di teliti adalah sebagai berikut:
1. Efektivitas adalah mengukur sejauh mana program telah tercapai dalam penggunaan aplikasi SPAN LAPOR.
2. Efisiensi adalah mengukur seberapa banyak usaha yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan dalam pelaksanaan aplikasi SPAN LAPOR.
3. Kecukupan adalah untuk melihat pencapaian program SPAN LAPOR dalam memperoleh hasil yang diinginkan untuk dapat memecahkan masalah.
4. Perataan adalah melalui program SPAN LAPOR telah memenuhi unsur manfaat yang didistribusikan dengan merata kepada kelompok- kelompok atau seluruh elemen masyarakat.
5. Responsivitas adalah melihat tanggapan dari masyarakat dalam pelaksanaan program SPAN LAPOR dalam memenuhi preferensi atau nilai kelompok-kelompok tertentu.
6. Ketepatan adalah untuk mengukur pelaksanaan program yang diingikan dalam memenuhi hasil sesuai dengan hasil yang telah direncanakan.
BAB III
METODE PENELITIAN A. Waktu Dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada kantor Dinas Komunikasi Dan Informasi Kabaputen Pulau Taliabu sebagai instansi pelaksana program SPAN LAPOR. Waktu penelitian yang di butuhkan oleh peneliti kurang lebih selama dua bulan Di dinas Komunikasi dan informasi Kabupaten Pulau Taliabu.
B. Jenis Dan Tipe Penelitian 1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dimana penelitian ini untuk menjawab sebuah permasalahan secara mendalam pada konteks waktu dan situasi di lapangan yang dilakukan secara langsung dengan kondisi objektif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta dilapangan. Proses penelitian yang dimaksud antara lain melakukan pengamatan terhadap narasumber, berinteraksi dengan mereka dan berupaya dalam memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang evaluasi program pengaduan masyarakat berbasis elektronik melalui aplikasi SPAN (LAPOR) di Dinas komunikasi dan informasi Kab pulau taliabu, peneliti harus terjun di lapangan dalam waktu yang cukup lama.
2. Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dianggap sangat relavan karena menggambarkan keadaan objek yang ada pada masa sekarang secara
30
kualitatif data yang diperoleh dari penelitian. Penelitian kualitatif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mendapat gambaran dan menggali keterangan-keterangan secara jelas atau mendalam dan faktual tentang evaluasi program pengaduan masyarakat berbasis elektronik melalui aplikasi SPAN LAPOR di Dinas komunikasi dan informasi Kabupaten Pulau Taliabu.
C. Sumber Data
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung, dalam hal ini berupa data yang terhimpun dari pihak yang terkait.
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari hasil penelitian, berupa perda, dokumentasi, hasil laporan, majalah-majalah, artikel serta bahan literatur lainnya yang berhubungan dengan penelitian.
D. Informan Penelitian
Informan penelitian adalah narasumber atau orang yang dimintai keterangan berkaitan dengan penelitian yang dilaksanakan. Informan penelitian ini dipilih dari orang-orang yang mengetahui pokok permasalahan penelitian. Dimana informan ini diharapkan memberikan data secara obyektif, netral dan dapat dipertanggung jawabkan. Adapun informan dari penelitian terkait Program Pengaduan Masyarakat Berbasis Elektronik Melalui Aplikasi SPAN LAPOR Di Dinas Komunikasi Dan Informasi Kab Pulau Taliabu adalah sebagai berikut:
1. Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten Pulau Taliabu 2. Masyarakat
Tabel 3.1 Informan Penelitian
No. Nama Informan Inisial Jabaran
1. Gafaruddin, S.Pd GF Kepala Dinas Diskominfo 2. I Gede Supardika GS Kabid Apliasi dan Informatika
3. Rustan RS Tokoh Masyarakat
4. Eri Tammu ET Tokoh Masyarakat
5. Rizal Firmansyah RF Anggota LSM Halmahera Cropsion Word
6. Thalib TL Masyarakat
7. Basri S. BS Mahasiswa
E. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan, dan sebagainya. Pengamatan memungkinkan pengamat untuk melihat dunia sebagaimana dilihat oleh subyek penelitian, hidup saat itu, menangkap fenomena dari segi pengertian obyek pada keadaan waktu itu. Pengamatan memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subyek sehingga memungkinkan pula peneliti menjadi sumber data. Pengamatan memungkinkan pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama, baik dari pihak maupun dari pilihan subyek. Jenis observasi non partisipan dimana peneliti tidak terlibat langsung akan tetapi hanya sebagai pengamat saja. Observasi dilakukan untuk melihat apakah ada pelayanan pegawai terhadap pengaduan masyarakat berbasis elektronik melalui aplikasi SPAN LAPOR.
2. Teknik Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yakni pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewees) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Jadi wawancara dilakukan dengan menggali lebih dalam kepada informan melalui pertanyaan-pertanyaan. Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam adalah suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informasi agar mendapatkan data lengkap dan mendalam. Wawancara mendalam biasa juga disebut dengan wawancara semi-struktur. Peneliti menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan secara terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya. Dalam mendapatkan hasil penelitian maka peneliti melakukan wawancara dengan Pegawai di Dinas Komunikasi Dan Informasi Kab Pulau Taliabu.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang telah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Penelitian dengan menggunakan penelitian ini bertujuan agar data yang diperoleh terlihat nyata dengan proses dokumentasi
F. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan terus menerus sejak awal sampai akhir penelitian. Penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif deskriptif yang merupakan penggambaran keadaan atau fenomena yang diperoleh kemudian menganalisisnya dengan bentuk dan kata untuk diperoleh suatu kesimpulan. Proses ini dilakukan dengan menggunakan model analisis interaktif seperti yang diungkapkan oleh Miles & Huberman (1994) yaitu proses analisis data dalam penelitian ini menggunakan empat tahap pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Empat tahap dalam analisis data ini dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi dicatat dalam catatan lapangan yang berisi tentang apa yang dilihat, didengar, dirasakan, disaksikan, dialami dan juga temuan tentang apa yang dijumpai selama penelitian dan merupakan bahan rencana pengumpulan data untuk tahap berikutnya. Peneliti melakukan wawancara dengan beberapa informan untuk mendapatkan catatan ini.
2. Reduksi Data Reduksi data diartikan sebagai proses dimana peneliti melakukan pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan data hasil penelitian. Proses ini juga dinamakan sebagai proses transformasi data, yaitu perubahan dari data yang bersifat
“kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan menjadi data yang bersifat “halus” dan siap dipakai setelah dilakukan
penyeleksian, membuat ringkasan menggolongkan ke dalam pola-pola dengan membuat transkip penelitian umtuk mempertegas, memperpendek, membuat fokus, dan kemudian membuang data tidak diperlukan. Data yang sudah di reduksi juga akan memberikan gambaran yang dapat mempermudah peneliti untuk kembali mencari data yang diperlukan nantinya. Reduksi data berlangsung terus- menerus selama penelitian dilaksanakan.
3. Penyajian Data Penyajian data yang dimaksudkan untuk mempermudah peneliti dalam melihat hasil penelitian. Banyaknya data yang diperoleh menyulitkan peneliti untuk hubungan antara detail yang ada, sehingga peneliti mengalami kesulitan dalam melihat gambaran hasil penelitian maupun proses pengembalian kesimpulan.
Dengan penyajian data dapat dipahami apa yang terjadi, apa yang harus dilakukan dan lebih lanjut lagi menganalisis mengambil tindakan berdasarkan atas pemahaman yang di dapat dan penyajian- penyajian data tersebut.
4. Penarikan Kesimpulan Proses dalam tahapan ini menyangkut interprestasi peneliti, yaitu penggambaran makna dari data yang ditampilkan. Peneliti berupaya mencari makna di balik data yang dihasilkan dalam penelitian, serta menganalisa data bentuk kemudian membuat kesimpulan. Sebelum membuat kesimpulan, peneliti harus mencari pola, hubungan, persamaan dan sebagainya yang ada untuk kemudian di pelajari, di analisa dan di simpulkan. Hal tersebut
dilakukan agar data yang diperoleh dan penafsiran terhadap data tersebut memiliki validitas sehingga kesimpulan yang ditarik menjadi kokoh.
G. Keabsahan Data
Data yang telah berhasil digali, dikumpulkan, dan dicatat dalam kegiatan penelitian harus dipastikan ketepatan dan kebenarannya. Oleh karena itu setiap peneliti harus bisa memilih dan menentukan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validitas data yang diperoleh. Menurut Sugiyono (2008) Validasi merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek peneliti dengan data yang dapat di LAPOR kan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang di LAPOR kan oleh peneliti dengan data yang sungguh terjadi pada obyek penelitian. Adapun teknik yang digunakan peneliti dalam pengembangan validitas yaitu teknik triangulasi. Sugiyono (2008), Triangulasi dalam menguji kredibilitas sebagi pengecekan data dari berbagai sumber, teknik, dan waktu. triangulasi dibagi menjadi tiga, antara lain sebagai berikut:
1. Triangulasi sumber, menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
2. Triangulasi teknik, menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
3. Triangulasi waktu, waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data, Pengambilan data harus disesusikan dengan kondisi narasumber
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian
1. Profil Kabupaten Pulau Taliabu adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Maluku Utara, Indonesia. Pulau Taliabu merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Pulau Sula yang disahkan dalam sidang paripurna DPR RI pada 14 Desember 2012 di gedung DPR RI tentang Rancangan UU Daerah Otonomi Baru (DOB). Kabupaten ini berpenduduk 59.330 jiwa pada tahun 2019.
Pembentukan Kabupaten Pulau Taliabu dimaksudkan untuk mendorong peningkatan pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan, serta kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah untuk penyelenggaraan otonomi daerah, sehingga perlu perlu membentuk Undang-Undang tentang Pembentukan Kabupaten Pulau Taliabu di Provinsi Maluku Utara.
Dasar Hukum Undang-Undang ini adalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 18B, Pasal 20 dan Pasal 21, Undang-Undang Nomor 46 Tahun 1999, Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2003, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011, dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012.
38
Dalam Undang-Undang ini diatur tentang: Pembentukan Kabupaten Pulau Taliabu yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Pulau Sula terdiri atas 8 (delapan) kecamatan, yaitu Kecamatan Taliabu Barat, Kecamatan Taliabu Barat Laut, Kecamatan Lede, Kecamatan Taliabu Utara, Kecamatan Taliabu Timur, Kecamatan Taliabu Timur Selatan, Kecamatan Taliabu Selatan, dan Kecamatan Tabona. Kabupaten Pulau Taliabu memiliki luas wilayah keseluruhan ±1.469,93 km2 dan 71 (tujuh puluh satu) desa/kelurahan.
Wilayah Kabupaten Pulau Taliabu menempati sebuah pulau yang dikelilingi beberapa pulau kecil di wilayah Provinsi Maluku Utara dengan luas wilayah darat sebesar ±738,1 km². Secara geografis, kabupaten ini lebih mudah diakses melalui Luwuk atau Banggai Pulau (Sulawesi Tengah) dibanding dari ibukota Provinsi Maluku Utara (Ternate). Secara astronomis, terletak antara 1°34'39–2°04'24 Lintang Selatan dan 124°17'01–125°19'35 Bujur Timur serta berada di antara Pulau Halmahera dan Pulau Sulawesi.
Batas-batas wilayah Kabupaten Pulau Taliabu adalah sebagai berikut:
1) Sebelah Utara : Laut Maluku
2) Sebelah Timur : Selat Cappalulu dan Kabupaten Pulau Sula 3) Sebelah Selatan : Laut Banda
4) Sebelah Barat : Kabupaten Banggai Laut
Terdapat perbedaan karakter topografi yang agak berbeda antara wilayah perbukitan dan wilayah pesisir. Bagian wilayah perbukitan (di tengah Pulau Taliabu) pada umumnya mempunyai topografi (ketinggian)
yang relatif curam dengan susunan bukit-bukit dan gunung dan sebagian besar berada di 250 m sampai 1388 m di atas permukaan laut . Di bagian wilayah pesisir Pulau Taliabu ditemui adanya variasi topografi (ketinggian) dari 4 m sampai 20 m di atas permukaan laut dan ditemui adanya penggunaan-penggunaan mikro dan lembah-lembah yang “kontinyu” dan tidak terdapat topografi yang curam. Dengan demikian dari aspek topografi, pada prinsipnya, tidak ada faktor pembatas untuk pengembangan wilayah ini, namun dari segi pengembangan sanitasi faktor kemiringan dan ketinggian dari permukaan laut sangat berpengaruh terhadap opsi teknologi yang akan dikembangkan dalam pengembangan infrastruktur sanitasi.
Wilayah Kabupaten Pulau Taliabu beriklim tropis dengan tipe iklim hutan hujan tropis (Af). Suhu udara di wilayah Taliabu berkisar antara 21°–
32 °C, tetapi cenderung lebih rendah untuk wilayah perbukitan dan pegunungan. Tingkat kelembapan nisbi di Pulau Taliabu berkisar antara 67%–79%. Curah hujan di wilayah kabupaten ini selalu tinggi sepanjang tahun dengan curah hujan bulanan berada pada angka lebih dari 100 mm per bulan dan jumlah hari hujan lebih dari 150 hari hujan per tahun. Bulan terbasah terjadi di bulan Mei dengan jumlah curah hujan ≥250 mm per bulannya. Sementara itu, bulan dengan jumlah curah hujan terendah terjadi pada bulan November dengan jumlah curah hujan di bawah 110 mm per bulan.
Penduduk Kabupaten Pulau Taliabu berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil pada tahun 2019 sebanyak 59.330 jiwa.
Jumlah tersebut lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk tahun 2018 sebesar 52.503 jiwa, penduduk Pulau Taliabu mengalami pertumbuhan sebesar 0,02 persen.
Tabel 4.1 Jumlah Kecamatan Kabupaten Pulau Taliabu
No. Nama Kecamatan Desa
1. Taliabu Barat Bobong, Holbota, Kawalo, Kilong, Kramat, Limbo, Loho Bubba, Meranti Jaya, Pancoran, Ratahaya, Talo, Wayo, Woyo
2. Taliabu Barat Laut Beringin Jaya, Kasango, Nggele, Onemay, Salati
3. Lede Balohang, Langganu, Lede, Todoli, Tolong
4. Taliabu Utara Air Bulan, Air Kalimat, Bua Mbono, Dege, Gela, Hai, Jorjoga, London, Mananga, Minton, Natang Kuning, Nunca, Nunu, Padang, Sahu, Tanjung Una, Tikong, Ufung, Wahe.
5. Taliabu Timur Parigi, Penu, Samuya, Tubang
6. Taliabu Timur Selatan Belo, Kamaya, Kawadang, Losseng, Mantarara, Sofan, Waikadai, Waikadai Sula, Waikoka 7. Taliabu Selatan Bahu, Bapenu, Galebo, Kilo, Maluli, Nggaki,
Nggoli, Pancado, Sumbong
8. Tabona Fayaunana, Habunuha, Kabunu, Kataga, Peleng, Tabona, Wolio
(Sumber: BPS Kabupaten Pulau Taliabu 2021)
Penduduk yang menetap di Pulau Taliabu terdiri dari penduduk asli Taliabu yang terdiri atas suku Mange, suku Kadai, suku Siboyo, dan suku Panto yang diklasifikasikan berdasarkan bahasa yang digunakan, wilayah menetap, serta orientasi mata pencaharian, dsb. Sementara untuk penduduk pendatang yang berasal dari luar Pulau Taliabu, yaitu suku Buton, suku Ambon, suku Banggai, suku Bugis Makassar, dan suku Jawa.
Kendati penduduk Taliabu terdiri dari berbagai suku dengan latar belakang budaya yang berbeda namun kehidupan sosial masyarakat tidak pernah mengalami kesenjangan sosial apalagi konflik sosial. Hal ini diayomi oleh kearifan lokal masyarakat Pulau Taliabu yang dikenal dengan Mangkalomu atau kumpul bersama untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang didasari dengan Dadi Sia Kito Mangkoyong yang artinya bersatu untuk maju. Filosofi kehidupan masyarakat yang damai ini dijadikan moto oleh pemerintah Kabupaten Pulau Taliabu dengan istilah Hamungsia Sia Tofu yang berarti Bersama dan Bersatu.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Pulau Taliabu tahun 2020 mencatat bahwa agama yang dianut oleh sebagian besar masyarakat di wilayah ini adalah Islam dengan persentase 75,16%. Kemudian, sebahagian lagi memeluk agama Kristen dengan persentasi 24,84%, dimana Protestan sebanyak 18,98% dan Katolik 5,86%. Dan sebagian kecil lagi memeluk agama Hindu atau juga aliran kepercayaan asli masyarakat Taliabu.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sebanyak 20 orang, dengan 15 orang laki-laki dan 5 orang perempuan. Bagian besar wakil rakyat pada lembaga ini memiliki pendidikan tertinggi DIV/S1. Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Pulau Taliabu berjumlah 928 orang di dominasi oleh pegawai dengan pendidikan terakhirnya adalah S1 dan SMA, masing - masing yaitu 249 pegawai dan 241 pegawai.
2. Profil Dinas Komunikasi Dan Informatika Kabupaten Pulau Taliabu
Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Pulau Taliabu dibentuk berdasarkan pada Peraturan Bupati Nomor 58 Tahun 2016, yang dalam pelaksanaan pasal (2) Perda Kabupaten Pulau Taliabu Nomor 14 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Jepara (Lembaran Daerah Kabupaten Pulau Taliabu Tahun 2016 Nomor 14, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Pulau Taliabu Nomor 11) dan telah diperbaharui berdasarkan Peraturan Bupati Pulau Taliabu Nomor 57 Tahun 2019 Tentang Keududukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Pulau Taliabu.
Dinas Komunikasi dan Informatika dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.
Visi dan Misi
Dinas Komunikasi dan Informatika dalam menetapkan visinya mengacu pada Visi Kabupatten Pulau Taliabu dengan tetap memperhatikan tugas pokok dan fungsinya.
Adapun Visi Kabupaten Pulau Taliabu adalah Mewujudkan Harapan Masyarakat Kabupaten Pulau Taliabu yang Maju, Mandiri dan Sejahtera, dengan penjabatan sebagai berikut :
Maju : Terbinanya kualitas SDM yang memiliki kemampuan ilmu pengetahuan dan kecakapan teknis (skill) berprakarsa, berkarya dan berprestasi, bermotivasi tinggi dan berkepribadian akhlaqul karimah.
Mandiri: Tersedianya Infrastruktur wilayah yang berkualitas yang mendukung aksesbilitas modal dan jasa guna peningkatan sumber-sumber perekonomian daerah berbasis kerakyatan.
Sejahtera : Menurunnya angka kemiskinan penduduk, berkurangnya kesenjangan antardesa dan terpenuhinya kebutuhan masyarakat, lahir dan bathin.
Visi tersebut kemudian dijabarkan dalam misi utama yang hendak dicapai oleh Pemerintah Kabupaten Pulau Taliabu yakni Membangun Sumberdaya Aparatur yang dinamis, berdisiplin, berwibawa dan berkarakteristik pelayan masyarakat.
Mempehatikan Visi Kabupaten Pulau Taliabu serta perubahan paradigma pada masa yang akan datang, maka visi Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Pulau Taliabu yaitu
Memperhatikan Visi Kabupaten Pulau Taliabu serta perubahan paradigma pada masa yang akan datang, maka yang berkaitan dengan program dan kegiatan Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Pulau Taliabu adalah Tersedianya Infrastruktur Wilayah dan mengurangi kesenjangan antar desa, yang selanjutnya di jabarkan dengan sasaran yang berhubungan dangan pembangunan komunikasi dan informatika adalah