SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
MARLINA 10533713512
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2016
“…Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya”. (Q. S Albaqarah ayat 286)
“……jika Allah menolong kamu, maka tak ada orang yang dapat mengalahkan kamu ; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu selain dari Allah sesudah itu?
Karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal”. (Q. S Ali Imran ayat 160)
Kupersembahkan karya ini buat:
Kedua orang tuaku yang tercinta (meskipun tidak ada lagi di dunia ini), saudaraku, keluargaku dan sahabatku, atas waktu, do’a serta semangat yang diberikan kepada penulis demi mewujudkan mimpi yang penulis tidak menyanka akan menjadi kenyataan. Sekian dan terima kasih.
Indonesia. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Munirah dan Pembimbing II Syahruddin.
Penelitian ini bertujuan Untuk mendeskripsikan bentuk morfem terikat dalam novel yang berjudul 5 cm karya Donny Dhirgantoro.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskripsi kualitatif maksud penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan hanya berdasarkan atas karya tertulis. Dalam hal ini yang dianalisis adalah Penggunaan bentuk morfem terikat pada novel yang berjudul 5 cm karya Donny Dhirgantoro.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada penggunaan bentuk morfem terikat yang terdapat pada novel Donny Dhirgantoro adalah morfem terikat berupa Afiks yang berjumlah 474 kata,morfem terikat berupa klitika atau proklitika berjumlah 531 kata sedangkan morfem terikat berupa partikel sebanyak 11 kata.
Kata Kunci : Morfem terikat, Novel
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : MARLINA
Nim : 10533713512
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Judul Skripsi : Penggunaan Bentuk Morfem Terikat pada Novel yang Berjudul 5 cm Karya Donny Dhirgantoro.
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan oleh siapapun.
Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, September 2016 Yang Membuat Pernyataan
MARLINA Diketahui oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Munirah, M.Pd. Dr. H. Syaharuddin, M.Pd.
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : MARLINA
Nim : 10533713512
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Dalam menyusun skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pemimpin fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (Plagiat) dalam penyusunan skripsi.
4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1,2, dan 3, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, September 2016 Yang Membuat Pernyataan
MARLINA Mengetahui
Ketua Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Dr. Munirah, M.Pd.
NBM. 951 576
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : MARLINA
Nim : 10533713512
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Judul Skripsi : Penggunaan bentuk morfem terikat pada novel yang berjudul 5 cm karya Donny Dhirgantoro.
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan oleh siapapun.
Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, September 2016 Yang Membuat Pernyataan
MARLINA
viii
sehingga manusia bisa berfikir, dan dengan petunjuk-Nya dapat beraktivitas dengan baik, serta kesabaran dan kekuatan untuk bisa menyelesaikan Skripsi ini.
Salawat beserta salam semoga tetap tercurah limpahan kepada Nabi Muhammad Saw, yang telah memberi kita pencerahan. Serta kepada para sahabat beliau.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, karena sesungguhnya kesempurnaan hanya milik Allah Swt, akhirnya Skripsi yang berjudul Penggunaan bentuk morfem terikat pada novel yang berjudul 5 cm dapat terselesaikan dengan baik, dan penulis berharap ke depannya akan lebih baik khususnya yang akan meneliti penelitian yang sama.
Terima kasih juga kepada orangtua tercinta (Alm) Dg Kampo dan (Alm) Dg Te’ne yang telah merawat dan membesarkanku dengan penuh kasih sayang, sehingga aku bisa menyelesaikan Skripsiku, dan semoga saya bisa membalas semua kebaikan beliau, meskipun tidak ada lagi di dunia ini.
Teima kasih juga kepada kakak tercinta Nurhayati yang selama ini menjadi kakak sekaligus orang tua, selalu memberiku semangat dalam menghadapi segala kesulitan semasa kuliah sampai penyusunan skripsi ini. Begitu pun kepada keluarga, sahabat dan teman-teman yang setia memberikan dukungan dan semangat. Dan penulis juga tak lupa mengucapakan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada, Dr. H. Abd Rahman Rahim, SE,. MM., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Dr. H. Andi Sukri Syamsuri, M. Hum.,
ix
selaku sekretaris program studi pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Dr.
Munirah, M. Pd. selaku pembimbing I dan Dr. H. Syaharuddin, M. Pd., sebagai pembimbing II atas segala kesediaan meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing dan mengarahkan penulis mulai dari awal hingga selesainya skripsi ini, Dr. A Rahman Rahim, M. Hum., selaku Penasihat Akademik atas bimbingan dan nasihat yang sangat berharga selama penulis menuntut ilmu di Universitas Muhammadiyah Makassar.
Segenap staf prodi serta tata usaha yang siap membantu dalam pengurusan berkas-berkas penulis sejak awal perkuliahan hingga saat ini. Teman-teman seperjuangan angkatan 2012 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia terkhusus kelas E yang telah bersama-sama berjuang keras dan penuh semangat dalam menjalani studi dalam suka dan duka. Kebersamaan ini akan menjadi sebuah kenangan yang indah, Serta semua pihak yang tidak sempat dituliskan satu persatu yang telah memberikan bantuannya kepada penulis secara langsung maupun tidak langsung, semoga menjadi amal ibadah di sisi-Nya.
Makassar, September 2016
Penulis
xi
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
SURAT PERNYATAAN ... iv
SURAT PERJANJIAN ... v
MOTO DAN PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR………. 7
A. Kajian Pustaka ... 4
B. Pengertian Novel ... 24
C. Kerangka Pikir ... 26
xii
C. Data dan Sumber Data ... 29
D. Teknik Pengumpulan Data ... 30
E. Teknik Analisis Data ... 30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31
A. Hasil Penelitian ... 31
B. Pembahasan ... 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 44
A. Simpulan ... 44
B. Saran ... 45
DAFTAR PUSTAKA ... 46 LAMPIRAN – LAMPIRAN
BIOGRAFI SINOPSIS
RIWAYAT HIDUP
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi bagi manusia. Dalam ilmu linguistik beberapa cabang ilmu yang mempelajari bahasa di antaranya, fonologi yang mempelajari tata bunyi, morfologi yang mempelajari seluk-beluk pembentukan kata, sintaksis pada frasa, klausa dan kalimat, serta lesikon pada tata kata.
Cabang ilmu linguistik yang berhubungan dengan bentuk kata, yaitu morfologi. Bentuk kata dapat mengalami perubahan salah satunya dengan proses pembubuhan afiks. Salah satu bentuk afiks dalam bahasa Indonesia itu adalah afiks men-, kata yang berafiks men- merupakan golongan kata verbal. Dilihat dari fungsinya afiks men- dalam bahasa Indonesia memiliki kesamaan dengan afiks N-
Fenomena yang terjadi dalam lingkungan mahasiswa yaitu kurang pahamnya mengenai suatu morfem, karena kebanyakan mahasiswa mengacuhkan morfem ini padahal ini sangat penting khususnya mahasiswa jurusan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia, untuk melanjutkan ilmu yang sudah didapat selama proses perkuliahan, jadi hal ini sangat penting untuk dipelajari lebih lanjut.
Di dunia ini terdapat beribu-ribu bahasa dan di Indonesia terdapat beratus- ratus bahasa. Walaupun banyak bahasa, masing-masing mempunyai ciri tertentu.
Dengan perkataan lain, terdapat ciri kesemestaan dalam semua bahasa yang kita sebut kesemestaan bahasa atau universalia (language universals).
Di antara ciri-ciri kesemestaan itu adalah sebagai berikut.
1
1. Maksud atau fungsi utama bahasa adalah sebagai sarana komunikasi 2. Media utama bahasa adalah bunyi ujaran (vocal sound).
3. Semua bahasa memiliki leksikan atau kosakata yang mengandung makna.
4. Semua bahasa mempunyai tata bahasa atau grammar (Elson & Pickett, 1962 : 1)
Morfem merupakan salah satu satuan kebahasaan yang memiliki makna atau satuan gramatikal selain kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, dan wacana.Dari ketujuh satuan gramatikal tersebut, morfemlah yang terkecil.Artinya, morfem tidak bisa dibagi lagi menjadi satuan gramatikal yang lebih kecil. Karena morfem merupakan satuan gramatikal yang terkecil, morfem juga dapat disebut sebagai unsur langsung pembentuk kata—satuan gramatikal yang satu tingkat lebih besar daripada morfem.
Menjelaskan morfem memang tidak mudah. Orang biasanya hanya mengenal huruf, suku kata, kata, kalimat, paragraf, lalu karangan utuh atau wacana.Sebuah karangan terdiri dari beberapa paragraf. Sebuah paragraf memiliki beberapa kalimat. Sebuah kalimat terbentuk dari beberapa kata.Kata terbentuk dari suku kata. Suku kata terbentuk dari deretan huruf.
Jika demikian bentuk-bentuk bahasa berupa imbuhan seperti me(N)-, ber-, -an, -em-, atau partikel seperti –lah, -kah, -tah, disebut apa? Bentuk-bentuk tersebut tidak dapat disebut suku kata karena imbuhan atau partikel telah memiliki makna sementara suku kata tidak memiliki makna atau arti. Imbuhan dan pertikel juga tak dapat disebut kata karena bentuk di atas tidak dapat berdiri sendiri karena harus melekat pada bentuk lain.
Untuk menjelaskan hal tersebut, para ahli bahasa menciptakan sebuah konsep morfem. Sebuah kata tidak hanya terdiri dari suku-suku kata yang tak bermakna, melainkan dari satu atau lebih bentuk bahasa yang sudah bermakna yaitu morfem.
Untuk mengidentifikasi sebuah morfem, dua unsur satuan gramatikal, yaitu bentuk dan makna, menjadi landasan utama.Ada empat prinsip pokok penentuan morfem.Pertama, satuan kebahasaan yang memiliki dua atau lebih bentuk dan makna yang sama merupakan sebuah morfem. Misalnya, bentuk ajar dalam belajar, pelajar, pengajar, dan pelajaran merupakan satu morfem karena memiliki struktur fonologis dan makna yang sama. Kedua, dua atau lebih bentuk yang sama tetapi maknanya berbeda masih bisa disebut morfem. Misalnya awalan ter- dalam terbawa, tercantik, dan terpercaya.Ketiga, dua atau lebih bentuk yang memiliki struktur fonologis yang berbeda atau hanya mirip tetapi memiliki makna yang sama bisa menjadi sebuah morfem jika perbedaan itu dapat dijelaskan secara fonologis. Misalnya awalan ber- dalam belajar, berlayar, dan bekerja memiliki perubahan struktur fonologis karena berada pada kondisi fonologis yang berbeda.Keempat, satuan kebahasaan yang terbelah di awal dan akhir kata menjadi morfem apabila memiliki kesatuan makna. Misalnya konfiks pe(N)-an dalam penulisan, pembukuan, pemulihan, dan penggambaran.
Seperti yang telah dijelaskan, morfem sebagai unsur langsung pembentuk kata bersifat abstrak karena ada dalam konsep. Misalnya, kata penjahit merupakan kata yang terdiri dari dua morfem yaitu {pe(N)-} dan {jahit}, sementara itu kata tidur merupakan kata yang terdiri dari satu morfem yaitu {tidur}. Oleh karena itu,
morfem perlu direalisasikan. Realisasi dari morfem adalah alomorf. Misalnya morfem {buku} direalisasikan dalam bentuk unsur leksikal buku.
Ada morfem yang memiliki bentuk alomorf yang sama dengan bentuk morfemnya. Misalnya morfem {baca} menjadi membaca, pembaca, membacakan, dan pembacaan.Ada pula morfem yang memiliki bentuk alomorf yang bervariasi dengan bentuk morfemnya.Variasi tersebut muncul karena morfem tersebut memasuki lingkungan yang berbeda—dalam hal ini lingkungan fonologis.
Misalnya morfem {me(N)-} memiliki alomorf me-, mem-, men-, meny-, meng-, dan menge-. Setiap bentuk dari alomorf disebut morf.Jadi sebuah morfem memiliki satu atau lebih variasi yang disebut alomorf dan alomorf tersebut terdiri dari satu atau lebih morf.
Morfem memiliki beberapa jenis. Berdasarkan bisa tidaknya langsung digunakan dalam frasa atau kalimat, morfem dibagi menjadi dua yaitu (1) morfem bebas dan (2) morfem terikat. Morfem bebas adalah morfem yang tanpa bergabung dengan morfem lain sudah dapat digunakan dalam frasa atau kalimat.
Misalnya morfem {pergi} langsung dapat digunakan dalam frasa sedang pergi atau kalimat ibu sedang pergi ke pasar. Dengan kata lain morfem bebas dapat langsung menjadi kata. Kata yang demikian disebut sebagai kata monomorfemik atau kata yang terdiri dari satu morfem saja.
Dalam mengidentifikasi suatu morfem sangatlah sulit, karena ada beberapa hal yang perlu dipahami, misalnya dalam menentukan suatu morfem membaca, kalau tidak memahami betul apa itu morfem, maka akan mengatakan bahwa kata
membaca itu satu morfem, padahal kata membaca itu terdiri atas dua morfem men- dan baca.
Untuk menentukan sebuah satuan bentuk adalah morfem atau bukan, penulis harus membandingkan bentuk tersebut di dalam kehadirannya dengan bentuk-bentuk lain. Kalau bentuk tersebut ternyata bisa hadir secara berulang- ulang dengan bentuk lain, maka bentuk tersebut adalah sebuah morfem.
Dengan demikian apabila masalah tidak ditangani oleh orang yang berwawasan luas mengenai morfem, maka masalah itu tidak akan bisa terselesaikan dengan baik, maka dari itu harus ditindak lanjuti..
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimanakah bentuk penggunaan morfem terikat pada novel yang berjudul 5 cm karya Donny Dhirgantoro?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.Untuk mendeskripsikan bentuk morfem terikat dalam novel yang berjudul 5 cm karya Donny Dhirgantoro
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :
1. Secara teori, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah dalam bidang kebahasaan dan kesastraan Indonesia.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan nilai positif khususnya nilai pendidikan secara tidak langsung bagi masyarakat umum,
lebih khusus lagi bagi perkembangan sastra Indonesia dengan kajian novel 5 cm karya Dhonny Dhirgantoro.
3. Untuk mendeskripsikan morfem terikat pada novel 5 cm sehingga dapat digunakan bagi peneliti selanjutnya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka
1. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan judul ini adalah Zufik Harlina 2013 “ Menganalisis morfem bebas dan morfem terikat sub dialek melayu pancur kabupaten lingga” Kesimpulan dari morfem bebas dan morfem terikat Sub Dialek Melayu Pancur Kabupaten Lingga adalah, morfem bebasdan morfem terikat, morfem bebas berupa kata dasar, sedangkan morfem terikat berupa imbuhan. Ada enam morfemterikat yang terdiri dari empat prefiks, dua infiks Adapun empat prefiks tersebut yaitu /bә-/ ,/tә-/, /mә-/, /sә-/.Dua infiks yaitu /-әm-dan/-әl/.
Morfem bebas dan morfem terikat yang terdiri dari kata kerja, kata sifat, kata keterangan, dan kata benda
2. Pengertian Morfologi
Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata atau morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik (Ramlan, 1983: 16-17).
Dalam kamus internasional, dalam Munirah (1982:363) mengemukakan bahwa, morfologi berasal dari bahasa Yunani Morphe yang digabungkan dengan logos Morphe berarti bentuk dan logos berarti ilmu. Bunyi / o/ yang terdapat di antara morphe ialah bunyi tang biasa muncul diantara dua kata yang digabungkan.
7
Misalnya, pada saat psyche digabungkan dengan logos, maka muncullah bunyi /o/
seperti itu diantara kedua kata yang digabungkan sehingga terbentuklah kata psychology (psikologi). Demikian pula ketika fon digabungkan dengan logi, maka muncullah bunyi /o/ fonologi sehingga terbentukalah kata.
Morfologi adalah cabang ilmu bahasa yang di dalamnya mempelajari tentang bentuk kata, perubahan kata dan arti kata (Ramlan, 2009: 21). Ada berbagai macam bidang kajian morfologi, salah satu dari kajian tersebut yaitu morfofonemik. Morfofonemik adalah perubahan bentuk fonemis sebuah morfem yang disebabkan oleh fonem yang ada di sekitarnya atau oleh syarat-syarat sintaksis lainnya (Poedjosoedarmo dalam Mulyana, 2007:103). Untuk mengetahui proses morfofonemik yang terjadi, perlu diungkap peristiwa morfofonemik sebanyak-banyaknya.
Dari peristiwa tersebut dapat dikelompokkan jenis morfofonemik berdasarkan kesamaan prosesnya. Simpulan tersebut kemudian dapat dijadikan kaidah pembentukan kata yang benar. Jangan sampai menimbulkan kesalahan sampai pada tataran makna. Jika terjadi kesalahan pada tataran makna, hal itu akan mengganggu komunikasi yang berlangsung. Jika terjadi gangguan pada kegiatan berkomunikasi, maka hilanglah fungsi utama bahasa sebagai alat komunikasi.
Morfologi atau morfemik adalah telaah morfem. Morfologi dapat dibagi menjadi dua tipe analisis, yaitu:
a. Morfologi sinkronik b. Morfologi diakronik
Morfologi sinkronik menelaah morfem-morfem dalam dalam satu cakupan waktu tertentu, baik waktu lalu ataupun waktu kini. Pada hakekatnya, morfologi sinkronik adalah suatu analisis linear, yang mempertanyakan apa-apa yang merupakan komponen leksikal dan komponen sintaktik kata-kata, dan bagaimana
caranya komponen-komponen tersebut menambahkan, mengurangi, atau mengatur kembali dirinya di dalam berbagai ragam konteks. Morfologi sinkronik tidak ada keterkaitan atau tidak menaruh perhatian pada sejarah atau asal-usul kata, dan mempermasalahkan mengapa misalnya pemakaian kata ini berbeda dengan pemakaian kata pada masa lalu.
Setiap orang yang menaruh perhatian besar terhadap masalah kata dan morfem beserta maknanya, mau tidak mau harus menelusuri masalah sinkronik dan diakronik ini. Secara singkat yang menjadi garapan morfologi sinkronik adalah sebagai berikut.
(1) morfem leksikal dan morfem sintaktik, (2) morfem bebas dan morfem terikat, (3) morfem dasar dan morfem imbuhan.
3. Deretan Morfologi
Deretan morfologi sungguh bermanfaat bagi penentuan morfem-morfem. Suatu daftar atau deretan yang membuat atau berisi kata-kata yang behubungan baik dalam bentuk maupun dalam maknanya disebut deretan morfologi. Agar kita mengetahui apakah suatu kata terdiri dari satu morfem atau lebih, maka kita harus memperbandingkan kata tersebut dengan kata-kata lain dalam deretan morfologi.
Kita ambil sebagai contoh kata berdatangan, selain berdatangan terdapat pula kedatangan, pendatang, memdatangkan, didatangkan, didatangkan, mendatangi, didatangi, datangkan, datangi, maka deretan morfologi seperti di bawah ini:
a. berdatangan b. kedatangan
c. pendatang d. mendatangkan e. didatangkan f. mendatangi g. didatangi h. datangkan
Berdasarkan perbandingan kata-kata yang tertera dalam deretan morfologi di atas, dapat kita simpulkan bahwa morfem dating merupakan unsur yang terdapat pada setiap anggota deretan morfologi itu, hingga dapat kita pastikan bahwa:
Kata berdatangan terdiri dari morfem datang dan morfem ber-an Kata kedatangan terdiri dari morfem datang dan morfem ke-an Kata pendatang terdiri dari morfem datang dan morfem peN
Kata mendatangkan terdiri dari morfem-morfem meN-, dating, dan –kan Kata didatangkan terdiri di morfem-morfem di-, datang, dan –kan Kata mendatangi terdiri dari morfem-morfem meN-datang, dan –i Kata didatangi terdiri dari morfem-morfem di-, datang,dan –i Kata datangkan terdiri dari morfem-morfem datang dan-kan
Istilah morfologi kata benda adalah semua pembentukan kata yang menghasilkan kata benda. Jadi titik beratnya ditekankan pada “ hasil”
pembentukan itu (Tarigan; 1975: 65).
4. Pengertian Morfem
Morfem adalah suatu gramatikal terkecil yang memiliki makna dengan kata terkecil, berarti satuan itu tidak dapat di analisis menjadi lebih kecil lagi tanpa
merusak makna. Umpamanya bentuk membeli dapat di analisis menjadi dua bentuk terkecil yaitu (me-) dan (beli). Bentuk beli adalah morfem, yakni morfem afiks yang secara gramatikal memiliki sebuah makna dan bentuk (beli) juga sebuah morfem, yakni morfem dasar yang secara leksikal memliki makna kalau bentuk beli di analisis menjadi lebih kecil lagi menjadi be-li, keduanya jelas tidak memiliki makna apa-apa jadi keduanya bukan morfem.
Kita sudah tahu, bahwa morfem merupakan satuan yang paling kecil yang dapat dipelajari oleh morfologi. Namun, apa yang dimaksud dengan morfem belum dijelaskan. Berikut adalah definisi-definisi morfem menurut para ahli.
a. Morfem ialah satuan gramatik yang paling kecil yang tidak mempunyai satuan lain selain unsurnya (Ramlan, 1983 : 26).
b. Morfem ialah kesatuan gramatik yang terkecil yang mengandung arti, yang tidak mempunyai kesamaan baik dalam bentuk maupun dalam arti dengan bentuk-bentuk yang lain (Sitindoan, 1984 : 64).
c. Morfem yaitu semua bentuk baik bebas maupun terikat yang tidak dapat dibagi ke dalam bentuk terkecil yang mengandung arti (Bloch dan Trager dalam Prawirasumantri, 1985 : 127).
d. Morfem adalah komposit bentuk pengertian yang terkecil yang sama atau mirip yang berulang (Samsuri, 1982 : 170). Yang dimaksud berulang disini yaitu kehadirannya berkali-kali dalam tuturan.
e. Bloomfield (1933 : 161) mendefinisikan morfem sebagai “a linguistic from wich bears no partial phonetic-semantic resemblance to any other form, is a simple form or morpheme”. (Maksud pernyataan itu, “satu
bentuk lingual yang sebagiannya tidak mirip dengan bentuk lain mana pun secara bunyi maupun arti adalah bentuk tunggal atau morfem).
f. Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna (Chaer, 1994: 146)
g. Morfem adalah satuan bahasa terkecil yang maknanya secara relatif stabil dan yang tidak dapat dibagi atas bagian bermakna yang lebih kecil;
misalnya (ter-), (di-), (pensil), dan sebagainya adalah morfem (Kridalaksana, 1993: 141).
h. Morfem adalah kesatuan yang ikut serta dalam pembentukan kata dan yang dapat dibedakan artinya (Keraf, 1984: 52).
i. Morfem adalah unsur yang terkecil yanf secara individual mengandung pengertian dalam ujaran sesuatu bahasa (Hockett dalam Tarigan, 1985:123).
Dari beberapa definisi yang telah dikutip di atas, tergambar adanya persamaan konsep. Pada dasarnya, morfem merupakan satuan gramatik terkecil baik bebas maupun ikat yang memiliki arti, baik secara leksikal maupun gramatikal.
Kata memperbesar misalnya, dapat kita potong sebagai berikut
· mem-perbesar
· per-besar
Jika besar dipotong lagi, maka be- dan –sar masing-masing tidak mempunyai makna. Bentuk seperti mem-, per-, dan besar disebut
morfem. Morfem yang dapat berdiri sendiri, seperti besar, dinamakan morfem bebas, sedangkan yang melekat pada bentuk lain, seperti mem- dan per-, dinamakan morfem terikat. Contoh memperbesar di atas adalah satu kata yang terdiri atas tiga morfem, yakni dua morfem terikat mem- dan per-serta satu morfem bebas, besar
5. Identifikasi Morfem
Morfem berasal dari kata “morphe” yang berarti bentuk kata dan “ema” yang berarti membedakan arti. Jadi sederhananya, morfem itu suatu bentuk terkecil yang dapat membedakan arti.
Untuk membuktikan morfem sebagai pembeda makna dapat kita lakukan dengan menggabungkan morfem itu dengan kata yang mempunyai arti leksikal.
Jika penggabungan itu menghasilkan makna baru, berarti unsur yang digabungkan dengan kata dasar itu adalah morfem.
Contoh:
1) Kata baik dengan kata membaik, jadi dengan kata menjadi, dan sebagainya. Kata baik mempunyai arti berbeda dengan kata membaik, karena kata baik terdiri dari satu morfem, sedangkan kata membaik terdiri dari dua morfem yaitu morfem terikat berupa me- dan morfem bebas berupa baik. Disini akan berbeda arti yang terkandung di dalamnya.
2) Morfem an-, di-, me-, ter-, -lah, jika digabungkan dengan kata makan, dapat membentuk kata makanan, dimakan, memakan, termakan, makanlah, yang mempunyai makna baru yang berbeda dengan makna kata makan.
Untuk menentukan bahwa sebuah satuan bentuk merupakan morfem atau bukan kita harus membandingkan bentuk tersebut di dalam bentuk lain. Bila satuan bentuk tersebut dapat hadir secara berulang dan punya makna sama, maka bentuk tersebut merupakan morfem. Dalam studi morfologi, satuan bentuk yang merupakan morfem diapit dengan kurung kurawal ({ }) kata kedua menjadi {ke}
+ {dua}.
a. kedua
b. ketiga
c. kelima
d. ketujuh
Ternyata juga semua bentuk ke pada daftar di atas dapat disegmentasikan sebagai satuan tersendiri dan yang mempunyai makna yang sama, yaitu menyatakan tingkat atau derajat. Dengan demikian bentuk ke pada daftar di atas, karena merupakan bentuk terkecil yang berulang-ulang dan mempunyai makna yang sama, bisa disebut sebuah morfem. Jadi, kesamaan arti atau kesamaan bentuk merupakan ciri atau identitas sebuah morfem.
Dalam studi morfologi suatu satuan bentuk yang berstatus sebagai morfem biasanya dilambanhkan dengan mengapitnya di antara kurung kurawal. Misalnya, kata Indonesia mesjid dilambangkan sebagai {mesjid}; kata kedua dilambangkan menjadi {ke} + {dua}, atau bisa juga ({ke} + {dua})
6. Morf dan Alomorf
Sudah disebutkan bahwa morfem adalah bentuk yang sama yang terdapat berulang-ulang dalam satuan bentuk lain. Sekarang perhatikan deretan bentuk berikut:
a. melihat - menyanyi
b. merasa - menyikat
c. membawa - menggali
d. membantu - menggoda
e. mendengar - mengelas
f. menduda - mengetik
Kita lihat ada bentuk-bentuk yang mirip atau hampir sama, tetapi kita juga tahu bahwa maknanya juga sama. Bentuk-bentuk itu adalah me- pada melihat dan merasa, mem- pada membawa dan membantu, men- pada mendengar dan menduda, meny- pada menyanyi dan menyikat, meng- pada menggali dan menggoda, menge- pada mengelas dan mengetik.
Pertanyaan kita sekarang apakah me-, mem-, men-, meny-, meng-, dan menge- itu sebuah morfem atau bukan, sebab meski maknanya sama tetapi bentuknya tidak persis sama. Pertanyaan itu bisa dijawab bahwa keenam bentuk itu adalah sebuah morfem, sebab meskipun bentuknya tidak persis sama, tetapi perbedaannya dapat dijelaskan secara fonologis.
Bentuk me- berdistribusi antara lain pada bentuk dasar yang fonem awalnya konsonan /l/ dan /r/; bentuk mem- berdistribusi pada bentuk dasar yang
fonem awalnya konsonan /b/ dan /p/; bentuk men- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya konsonan /d/ dan /t/; bentuk meny- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya konsonan /s/; bentuk meng- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya konsonan /g/ dan /k/; bentuk menge- berdistribusi pada bentuk dasar yang ekasuku.
Bentuk-bentuk realisasi yang berlainan dari morfem yang sama ini disebut alomorf. Jadi, setiap morfem tentu mempunyai alomorf, entah satu, entah dua, atau juga enam buah seperti yang tampak pada data di atas. Selain itu, bisa juga dikatakan morf dan alomorf adalah dua buah nama untuk sebuah bentuk yang sama. Morf adalah nama untuk semua bentuk yang belum diketahui statusnya;
sedangkan alomorf adalah nama untuk bentuk tersebut kalau sudah diketahui status morfemnya.
Sehubungan dengan alomorf me-, mem-, men-, meny-, meng- , menge- muncul masalah apa nama morfem untuk alomorf-alomorf itu? dalam tata bahasa tradisional nama yang digunakan adalah awalan me- dengan penjelasan, awalan me- ini akan mendapat sengau sesuai dengan lingkungannya. Dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia dipilih alomorf meng- sebagai nama morfem itu, dengan alasan alomorf meng- paling banyak distribusinya.
7. Klasifikasi Morfem
Morfem-morfem dalam setiap bahasa dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria. Antara lain berdasarkan keberadaanya, keutuhannya, maknanya, dan sebagainya. Berikut ini akan dibicarakan secara singkat.
8. Jenis-jenis morfem
Berdasarkan kebebasannya, jenis morfem ini dibedakan menjadi dua 1) Morfem bebas adalah morfem yang tanpa keterkaitannya dengan
morfem lain, dapat langsung digunakan dalam penuturan. Misalnya morfem ( pulang, merah, dan pergi) yang berdiri sendiri tanpa digabung.
2) Morfem terikat adalah morfem yang harus terlebih dahulu bergabung dengan morfem lain untuk dapat dugunakan dalam penuturan.
Misalnya (henti, juang, dan geletak) yang membutuhkan yang lain supaya memiliki makna.
Berdasrkan keutuhan bentuk, morfem ini dibedakan menjadi
1) Morfem utuh adalah morfem yang bagian-bagian pembentuknya bersambungan. Misalnya ter-,per-, pohon, lihat, dan pun.
2) Morfem terbagi adalah morfem yang bagian-bagian terbentuknya tidak bersambungan misalnya: ke-an, dalam sebuah kemanusian bukan merupakan perjumlahan morfem ke- dan an, tapi satu morfen saja.
Berdasrkan kemungkinan menjadi dasar dalam penbentukan kata, morfem ini dibedakan menjadi:
1) Morfem dasar adalah morfem yang dapat menjadi dasar dalam suatu proses morfologi. Misalnya morfem beli dan makan.
2) Morfem afiks adalah morfem yang tidak dapat menjadi dasar dalam pembentukan kata, tetapi hanya menjadi unsur pembentuk dalam proses afiksasi.
Dalam bahasa Indonesia dibedakan adanya morfem afiks yang disebut : 1. Prefiks yaitu afiks yang dibubuhkan di kiri bentuk dasar yaitu prefiks ber-
,prefiks me-, prefiks per-, prefiks di-, prefiks ter-, prefiks se-, dan prefiks ke-.
2. Infiks yaitu afiks yang dibubuhkan di tengah kata, biasanya pada suku awal kata, yaitu infiks –el-, infiks –em-, dan infiks –er-.
3. ufiks yaitu afiks yang dibubuhkan di kanan bentuk dasar, yaitu sufiks – kan, sufiks –I, sufiks –an,dan sufiks –nya.
4. Konfiks yaitu afiks yang dibubuhkan di kiri dan kanan bentuk dasar secara bersamaan karena konfiks ini merupakan satu kesatuan afiks, yaitu konfiks pe-an, dan konfiks se-nya.
5. Bentuk kata yang berkonfiks yaitu kata yang dibubuhi afiks pada kiri dan kanannya tapi pembubuhannya tidak sekaligus, melainkan bertahap. Kata- kata berkonfiks yaitu me-an, me-i, ter-per, teper-, memper-, diperkan, teper-i.
Menurut Admaji, dkk, morfem adalah satuan terkecil dari pembentukan kata dalam suatu bahasa yang tidak dapat diuraikan lebih lanjut ke dalam bagian- bagian yang lebih bermakna. Selanjutnya J.S. Badudu (1993) mengatakan bahwa morfem merupakan bentuk yang terkecil yang tidak dapat dibagi menjadi bagian yang lebih kecil.
Sedangkan Akmajian dkk.(1984:58) menyatakan bahwa morfem adalah satuan terkecil dari pembentukan kata dalam suatu bahasa yang tidak dapat diuraikan lebih lanjut ke dalam bagian-bagian yang bermakna atau yang dapat
dikenal. Kemudian Hookett dalam Sutawijaya, dkk.mengatakan bahwa Morfem adalah unsur-unsur terkecil yang memiliki makna dalam tutur suatu bahasa.
Dalam kamus internasional, Ralibi (1982: 363) mengemukakan bahwa, morfologi berasal dari bahasa Yunani morphe yang digabungkan dengan logos morphe berarti bentuk dan logos berarti ilmu. Bunyi /o/ yang terdapat di antara morphe logos ialah bunyi yang biasa muncul di antara dua kata yang digabungkan. Misalnya pada saat psyche digabungkan dengan logos, maka muncullah bunyi /o/ seperti itu di antara kedua kata yang digabungkan sehingga terbentuklah kata psychologi (psikologi). Demikian pula ketika fon digabungkan dengan logi, maka muncullah bunyi /o/ sehingga terbentuklah fonologi.
M. Ramlan, dalam buku ilmu bahasa Indonesia : Morfologi (cet. 1 1967;cet IV, 1980), mendefinisikan morfologi sebagai “ bagian dari ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk struktur kata serta pengaruh perubahan-perubahan struktur kata terhadap golongan dan arti kata “ (1980 : 2).
Menurut Kentjono dijelaskan bahwa morfem dapat dikenal dari pemunculannya yang berulang.Dalam praktik, morfem ditemukan dengan jalan memperbandingkan satuan-satuan yang mengandung kesamaan dan pertentangan, yakni dalam bentuk fonologis dan dalam bentuk makna (semantis). (Kentjono:
2009:143).
9. Jenis-jenis Morfem a. Morfem Bebas
Menurut Santoso (2004) morfem bebas adalah morfem yang mempunyai potensi untuk berdiri sendiri sebagai kata dan dapat langsung membentuk kalimat.
Dengan demikian, morfem bebas merupakan morfem yang diucapkan tersendiri, seperti: gelas, meja, pergi, dan sebagainya. Morfem bebas sudah termasuk kata.
Tetapi ingat, konsep kata tidak hanya morfem bebas, kata juga meliputi semua bentuk gabungan antara morfem terikat dan morfem bebas, morfem dasar dan morfem dasar. Jadi, dapat dikatakan bahwa morfem bebas itu kata dasar.
b. Morfem Terikat
Morfem terikat merupakan morfem yang belum mengandung arti, maka morfen ini belum mempunyai potensi sebagai kata. Untuk membentuk kata, morfem ini harus digabung dengan morfem bebas. Menurut Samsuri (1994), morfem terikat tidak pernah di dalam bahasa yang wajar diucapkan tersendiri.
Morfem-morfem ini, selain contoh yang telah diuraikan pada bagian awal, misalnya ter-, per-, i-, -an. Di samping itu ada juga bentuk-bentuk seperti –juang, - gurau, -tawa, yang tidak pernah juga di ucapkan tersendi, melainkan selalu dengan salah satu imbuhan atau lebih. Tetapi sebagai morfem terikat yang berbeda dengan imbuhan, bisa mengadakan bentukan atau konstruksi dengan morfem terikat yang lain.
Morfem terikat dalam bahasa Indonesia menurut Santoso (2004), ada dua macam, yakni morfem terikat morfologis dan morfem terikat sintaksis. Morfem terikat morfologis yakni morfem yang terikat pada sebuah morfem dasar sebagai berikut adalah sebagai berikut:
1) Prefiks (awalan): per-, me-, ter-, di-, ber-, dan lain-lain 2) Infiks (sisipan): el-, em-, er-.
3) Sufiks (akhiran): -an, -kan, dan –i.
4) Konfiks (imbuhan gabungan senyawa) mempunyai funsi macam- macam sebagai berikut:
a) Imbuhan yang berfungsi membentuk kata kerja yaitu me-, ber-, per-,-kan, -i, dan ber-an.
b) Imbuhan yang berfungsi membentuk kata benda yaitu pe- dan ke-.
c) –an, -ke-an, per-an,-man,-wan,-wati
d) Imbuhan yang berfungsi membentuk kata sifat ter-, i-, wi-, dan ia-.
e) Imbuhan yang berfungsi membentuk kata bilangan ke-, se- f) Imbuhan yang berfungsi membentuk kata tugas se-, dan se-nya.
Dari contoh di atas menunjukan bahwa setiap kata berimbuhan akan tergolong dalam satu jenis kata tertentu, tetapi hanya imbuhan yang merupakan unsur langsung yang dapat diidentifikasi fungsinya sebagai pembentuk jenis kata.
Berkenaan dengan morfem terikat dalam bahasa indonesia ada beberapa hal yang perlu dikemukakan, yaitu:
Pertama, bentuk-bentuk seperti juang, heni, gaul, dan baur, juga termasuk morfem terikat karena bentuk –bentuk tersebut , meskipun bukan afiks, tidak dapat muncul dalam pertuturan tanpa terlebih dahulu mengalami proses ma, dan, kalau, atau secara morfologis, seperti afiksasi, reduplikasi, dan komposisi.
Bentuk-bentuk seperti ini lazim disebut prakategorial.
Kedua, sehubungan dengan istilah prakategorial di atas, menurut konsep Verhar (1978) bentuk-bentuk seperti baca, tulis, dan tendang juga termasuk bentuk prakategorial, karena bentuk-bentuk tersebut baru merupakan ‘ pangkal’
kata, sehingga baru bisa muncul dalam pertuturan sesudah mengalami proses morfologi.
Ketiga, bentuk-bentuk seperti renta (yang hanya muncul dalam tua renta), kerontang (yang hanya muncul kering kerontang) juga merupakan morfem terikat.
Lalu, karena hanya bisa muncul dalam pasangan tertentu, maka bentuk-bentuk tersebut disebut juga morfem-morfem unik. Di sini, barangkali perlu juga dicatat, dalam pengembangan istilah dewasa ini, beberapa morfem unik seperti bugar itu mulai dikembangkan, sehingga ada istilah kebugaran jasmani. Dengan demikian, sifat keunikannya menjadi lenyap.
Keempat, bentuk-bentuk yang termasuk preposisi dan kojungsi seerti : ke, dari, pada atau secara morfologis termasuk morfem bebas, tetapi secara sintaksis merupakan morfem terikat.
Kelima, yang disebut dengan klitika merupakan morfem yamg agak sukar ditentukan statusnya : apakah terikat atau bebas. Klitika adalah bentu-bentuk singkat, biasanya hanya satu silabel, secara fonologis tidak mendapat tekanan, kemunculannya dalam pertuturan selalu melekat pada bentuk lain, tetapi dapat dipisahkan. Umpamanya klitika – lah dalam bahasa indonesia posisinya dalam kalimat Ayahlah yang akan datang. Yang dimaksud dengan prolitika adalah klitika yang berposisi di muka kata yang dilekati, seperti – lah- nya dan –ku pada konstruksi dialah, duduknya dan nasibku
10. Pengertian Identifikasi
Identifikasi adalah suatu cara yang dilakukan oleh seseorang untuk mengambil alih ciri-ciri orang lain dan menjadikannya bagian yang terintegrasi
dengan kepribadiannya sendiri. Dalam pengertian yang lain identifikasi adalah kecenderungan dalam diri individu untuk menjadi sama dengan individu lain.
11. Pengenalan Morfem
Prof Ramlan (1983:30-38) mengemukakan 6 prinsip yang saling melengkapi untuk memudahkan pengenalan morfem itu. Adapun keenam prinsip pengenalan morfem yang telah dikemukakan ole beliau, antara lain sebagai berikut.
a. Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik dan arti leksikal atau arti gramatik yang sama merupakan satu morfem.
b. Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang berbeda merupakan satu morfem apabila satuan-satuan itu mempunyai arti leksikal atau arti gramatik yang sama; asal perbedaan itu dapat di jelaskan secara fonoligik.
c. Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang berbeda, sekalipun perbedaannya tidak dapat dijelaskan secara fonolik, masih dapat diangap sebagai satu morfem apabila mempunyai arti leksikal atau arti gramatik yang sama, dan mempunyai distribusi yang komplementer
d. Apabila dalam deretan struktur, suatu satuan berparalel dengan suatu kekosongan, maka kekosongan itu merupakan morfem, atau yang lebih dikenal dengan morfem zero.
e. Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang sama, sss mungkin merupakan satu morfem, mungkin juga merupakan morfem yang berbeda.
f. Setiap satuan yang dapat dipisahkan merupakan morfem.
12. Pengertian Kemampuan
Kemampuan adalah hal yang telah ada dalam diri kita sejak lahir.
Kemampuan yang ada pada diri manusia juga bisa disebut dengan potensi. Potensi tang ada pada manusia pada dasarnya bisa diasah.
Menurut Mohammad Zain kemampuan merupakan potensi yang ada berupa kesanggupan, kecakapan, kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri.
Sedangkan Anggiat M. Sinaga dan Sri Hadiati lebih mendefinisikan kemampuan lebih pada keefektifan orang tersebut dalam melakukan segala macam pekerjaan. Yang artinya kemampuan merupakan dasar dari seseorang tersebut melakukan sebuah pekerjaan secara efektif dan tentunya efisien.
Sufiks atau akhiran adalah afiks yang digunakan di bagian belakang kata (Alwi dll, 1998:31). Istilah ini juga berasal dari bahasa Latin suffixus yang berarti melekat (fixus, figere) di bawah (su). Ketiga bahasa yang dianalisis di sini semuanya memiliki sufiks.
Contoh:
Bahasa Arab: b-sy-r ‘manuasia’ + -i basyari ‘manusiawi’
Bahasa Inggris: amaze ‘kagum’ + -ment amazement ‘kekaguman’
Bahasa Indonesia: beli + -kan belikan
B. Pengertian Novel
Kata novel dalam bahasa Inggris yang kemudian masuk ke Indonesia, berasal dari bahasa Italia novella’. Secara harfiah novella berarti sebuah barang baru yang kecil dan kemudian diartikan sebagai cerpen dalam bentuk prosa.
Dikatakan baru karena bila dibandingkan dengan jenis-jenis sastra lainnya, seperti puisi, drama, dan lain-lain, novel ini muncul belakangan.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (Alwi, edisi 1994) dapat dijumpai keterangannya, mengenai pengertian novel sebagai karangan prosa yang panjang mengungkapkan rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekitar lingkungannya dengan memerankan watak dan sifat para pelaku. Oleh karena itu, novel merupakan salah satu karya sastra yang dapat diteliti secara ilmiah.
Novel merupakan suatu bentuk karya sastra yang dapat dijadikan sebagai sarana untuk menyampaikan ide atau gagasan pengarang (Adhar, 1997:9). Novel adalah gambaran dari kehidupan dan perilakunya sehingga terjadi perubahan jalan hidup baru baginya (Wellek dan Austin, 1990:182-183).
Bagi Culler (dalam Rustam, 2007 : 111) novel dipandang sebagai wacana yang di dalamnya masyarakat mengartikulasi tentang dunia. Di dalam novel kata- kata disusun sedemikian rupa agar melahirkan aktivitas pembacaan akan muncul suatu model mengenai suatu dunia sastra, model-model personalia individual.
Model hubungan antara individu dengan masyarakat dan lebih penting lagi model signifikansi dari aspek-aspek dunia tersebut.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa novel adalah suatu cerita yang berbentuk prosa dengan suatu alur, cukup mengisi satu alur, cukup mengisi satu buku atau lebih dan memunyai kelebihan karena dapat menyampaikan dengan indah peristiwa yang kompleks. Namun, tidak hanya dinikmati ceritanya saja karena di dalam novel sering hubungan antarepisode tidak segera dapat dikenali secara teoritis. Setiap episode menceritakan langsung cerita sehingga bersifat menyeluruh dan memiliki saling keterkaitan antar episode.
C. Kerangka Pikir
Pemikiran ini dimulai dari latar belakang yang membahas karena adanya analisis yang kurang lengkap, sehingga muncul rumusan masalah di atas, rumusan tersebut berupa Bagaimanakah kemampuan mengidentifikasi morfem bebas dalam novel yang berjudul 5 cm karya Donny Dhirgantoro. Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan analisis ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan mengidentifikasi morfem bebas dalam novel 5 cm Karya Donny Dhirgantoro. Terori yang dapat digunakan dalam analisis ini adalah pengertian morfologi, morfem dan cara mengidentifikasi sebuah morfem.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat berberapa jenis pembelajaran, salah satunya adalah Morfologi yang terdiri dari fonem, morfem, frase dan kata, dan penulis fokus pada satu jenis yaitu mengidentifikasi morfem, dan hanya berfokus pada morfem terikat, dan penulis mengidentifikasi morfem terikat dalam sebuah novel.
Pengaplikasian data yang tersedia akan menghasilkan suatu analisi, analisisis.
Analisis tersebut yaitu dapat memisahkan morfem bebas dan morfem terikat.
Dalam penelitian ini penulis fokus pada salah satu media cetak untuk menentukan suatu morfem pada novel, agar masalah yang dihadapi peneliti dapat terseleaikan dengan baik, meskipun hanya bersifat sementara. Berikut ini agar digambarkan dalam bentuk bagan.
Bagan Kerangka Pikir
fonem Morfem Frase Kata
Mengidentifikasi morfem
Temuan
Pembelajaran Bahasa Indonesia
Morfem terikat
Morfologi
Novel
Afiksasi Proklitika Partikel
BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif pada morfem terikat yang terdapat pada novel 5 Cm karya Dhonny Dhirgantoro. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi. Pradopo (2001 : 122), penelitian yang bersifat deskripsi adalah penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara tepat sifat-sifat suatu individu, gejala yang terjadi atau yang nyata. Moleong (1990 : 102), penelitian kualitatif sebagai penelitian yang tidak mengadakan perhitungan.
Selanjutnya Moleong mencirikan penelitian kualitatif sebagai berikut : latar alamiah, teori dasar, deskripsi, lebih mementingkan proses daripada hasil, adanya
‘batas’ yang ditentukan oleh ‘fokus’, adanya kriteria khusus untuk keabsahan data, desain yang bersifat sementara, dan hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama.
B. Definisi Istilah
Untuk memperjelas arah penelitian ini, maka perlu dijelaskan batasan istilah yang terdapat di dalam penelitian. Adapun istilah tersebut adalah :
1. Morfem terikat adalah adalah morfem yang harus terlebih dahulu bergabung dengan morfem lain untuk dapat digunakan dalam petuturan.
Misalnya (henti), (juang), dan (geletak) yang membutuhkan yang lain supaya memiliki makna.
2. Novel 5 cm yang dikarang oleh Donny Dhirgantoro ini merupakan novel mega best seller yg telah dicetak ratusan ribu kopi di seluruh Indonesia.
28
Buku hasil Donny dirgantoro ini memiliki unsur nasionalisme, cinta , mimpi, persahabatan dan perjuangan . sesuatu yang membuat buku ini istimewa dan diterima baik terutama oleh kalangan generasi muda adalah bagaimna penulis memasukkan semua unsur-unsur tersebut menjadi bacaan yang menyentuh, inspiratif penuh pembelajaran dan lagi menghibur.
3. Novel 5 cm sebagai sastra popular
Sastra populer merupakan karya sastra yg cenderung menggunakan bahasa sehari-hari di kalangan remaja, karya ini sering disebut karya pop (KBBI, 2005:
1002) sastra popular adalah bentuk-bentuk sastra yang mempunyai akar pada kebutuhan, cara berpikir, pengetahuan, problematika dan selera orag-orang kebanyakan awalnya, kebnyakan populer atau kebudayaan pop bersifat massal ( umum) komersial, terbuka dan lahir dari rakyat, dan tentunya disukai rakyat.
C. Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini adalah novel 5 cm karya Dhonny Dhirgantoro yang diterbitkan pada tahun 2005 yang terdiri dari 379 halaman, sedangkan rujukan yaitu buku Morfologi dan sebagai sumber data yaitu morfem terikat yang terdapat pada novel, sehingga peneliti dengan mudah mengetahui cara mengetahui sebuah morfem.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengidentifikasi morfem dalam novel, penulis mengumpulkan data dengan menggunakan teknik dokumentasi dan teknik catat. Moleong (dalam
samsinar,2003: 27) yang menyatakan bahwa dokumentasi memiliki alasan yang dapat dipertanggung jawabkan seperti:
1. Dokumtasi merupakan sumber yang kaya dan stabil
2. Dokumentasi yang sesuai dengan penelitihan kualitatif, karena sifatnya yang alamiah yakni sesuai dengan konteks.
3. Dokumentasi dapat dijadikan bukti untuk suatu penguji.
E. Teknik Analisis Data
Berdasrkan teknik pengumpulan data yang digunakan maka data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Data analisis ini dapat dilakukan langkah sebagai berikut:
1. Membaca secara tepat novel yang berjudul 5 cm karya Donny Dhigantoro.
2. Mengidentifikasi morfem terikat 3. Mengelompokkan morfem terikat 4. Menganalisis morfem terikat 5. Menyimpulkan hasil identifikasi
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa objek kajian utama dalam penelitian ini adalah tentang Penggunaan Morfem Terikat dalam novel yang dit 5 cm karya Donny Dhirgantoro diterbitkan P.T. Grafindo, Jakarta tahun 2005.
Setelah penulis meneliti penggunaan morfem terikat dalam novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro, maka data dapat dideskripsikan sebagai berikut.
1. Morfem terikat jenis imbuhan (afiks) yang terdiri dari prefiks, infiks, sufiks dan konfiks.
a. Prefiks, -ber yang terdapat dalam novel berjumlah 114 kata, prefiks –ter 47 kata, prefiks meng 33 kata, prefiks di 4 kata, prefiks -me 32 kata, prefiks men 24 kata sedangkan prefiks -mem 42 kata, jadi keseluruhan jumlah kata yang terdapat dalam novel yaitu 296 kata. Misalnya kata terdengar adalah kombinasi anatara morfem terikat dan morfem bebas, morfem terikat yaitu morfem -ter, morfem bebas yaitu dengar,
b. Infiks (sisipan) tidak terdapat dalam novel.
c. Sufiks (akhiran), sufiks –kan yang terdapat dalam novel 4 kata, sufiks –an 20 kata, sufiks –wan, -man dan wati tidak terdapat dalam novel, jadi jumlah keseluruhan kata yang ada dalam novel yaitu 24 kata.
d. Konfiks (awalan dan akhiran) konfiks ke-an, yang terdapat dalam novel 93 kata, konfiks per-an, 6 kata, konfiks di-kan, 2 kata, konfiks meng-kan, 6 kata, konfiks pe-an, 4 kata, konfiks me-kan, 22 kata, konfiks men-kan, 9
31
kata, sedangkan konfiks mem-kan 12 kata, jadi keseluruhan kata yang ada dalam novel yaitu 107 kata.
Jadi jumlah keseluruhan afiksasi yang terdapat dalam novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro yaitu 474 kata, namun tidak semua jenis afiksasi terdapat dalam novel terutama infiks (akhiran). Data di bawah ini termasuk morfem terikat berupa Afiksasi, meliputi : prefiks (ber-, ter-, meng-, di-), infiks (el-,em-, er-), supiks (kan-,an-, wan-, man-, wati-) konfiks (ke-an, per-an, di-kan, meng-kan, dll.
1) Meninggalkan = morfem terikat men- kan, hal 01 2) Membuat = morfem terikat mem, hal 01
3) Bermimpi = morfem terikat ber, hal 01 4) Mengambil= morfem meng, hal 02 5) Mencari=morfem men, hal 02 6) Keajaiban=morfem ke-an hal 02 7) Keindahan=morfem ke-an hal 02,73 8) Bercerita= morfem ber, hal 02 9) Berawal=morfem ber, hal 02 10) Menyimpan= morfem men, hal 02 11) Keyakinan= morfem ke-an, hal 02 12) Mudahan=morfem an, hal 02 13) Memakan= morfem me, hal 03 14) Bersatu= morfem ber, hal 03 15) Pemakaman= morfem pe-an, hal 03 16) Mendatang= morfem men, hal 03
2. Morfem disebut proklitik, menunjukkan makna melakukan tindakan atau perbuatan, bentuk dasar enklitik menunjukkan makna kepunyaan.
Klitika –nya yang terdapat pada novel 509 kata, klitika –ku 19 kata sedangkan proklitika -ku 3 kata, jadi jumlah keseluruhan yang ada dalam novel yaitu 531 kata. Data di bawah termasuk morfem terikat yang berupa klitika dan proklitika.
a. namanya= morfem terikat nya, hal 02 b. Mimpinya= morfem nya, hal 02 c. Hatinya= morfem nya, hal 02 d. Kehidupannya=morfem nya, hal 04 e. Lagunya=morfem nya, hal 05 f. Filmnya= morfem nya, hal 06 g. Badannya= morfem nya, hal 06 h. Kulitnya= morfem nya, hal 06 i. Bawaannya= morfem nya, hal 07 j. Temannya= morfem nya, hal 08 k. Pacarnya= morfem nya, hal 09 l. Judulnya=morfem nya, hal 09 m. Ceweknya= morfem nya, hal 09 n. Tetangganya= morfem nya, hal 10 o. Gengnya= morfem nya, hal 11 p. Kakaknya= morfem nya, hal 11 q. Komputernya= morfem nya, hal 11 r. Badannya= morfem nya, hal 12 s. Kepalanya= morfem nya, hal 12,59 t. Kostumnya= morfem nya, hal 13 u. Kacamatanya= morfem nya, hal 13 v. Pikirannya= morfem nya, hal 13 w. Telinganya= morfem nya, hal 16
3. Kata berpartikel adalah semacam kata tugas yang mempunyai bentuk khusus, yaitu sangat ringkas atau kecil dengan mempunyai fungsi-fungsi tertentu.
Partikel lah yang terdapat pada novel 8 kata, partikel kah 2 kata, sedangkan partikel pun 1 kata, jadi jumlah keseluruhan kata partikel yang ada dalam novel yaitu 11 kata. Data di bawah termasuk morfem terikat yang berupa partikel.
a. Bukankah= morfem terikat kah, hal 01 b. Mungkinkah= morfem terikat kah, hal 01 c. Muncullah= morfem lah, hal 08
d. Muncullah= morfem lah, hal 08 e. Bukanlah= morfem lah, hal 38,53 f. Wajarlah= morfem lah, hal 167 g. Apalah= morfem lah, hal 260 h. Takdirpun= morfem pun, hal 260 i. Timbullah= morfem lah, hal 274 j. Teruslah= morfem lah, hal 349 k. Kantorlah= morfem lah, hal 353
Dari data di atas bahwa penggunaan morfem terikat terbagi menjadi tiga bagian yaitu Afiksasi yang terdiri dari 474 kata, klitika dan proklitika 531 kata sedangkan partikel terdiri dari 11 kata. Jadi jumlah keseluruhan morfem terikat yaitu 1.016 kata.
Morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dan tidak mempunyai arti. Makna morfem terikat baru jelas setelah morfem itu dihubungkan dengan morfem yang lain. Semua imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta kombinasi awalan dan akhiran) tergolong sebagai morfem terikat.
Selain itu, unsur-unsur kecil seperti partikel –ku, -lah, -kah, dan bentuk lain yang tidak dapat berdiri sendiri, juga tergolong sebagai morfem terikat.
1. Morfem terikat jenis imbuhan (afiks) yang terdiri dari prefiks, infiks, sufiks dan konfiks.
a. Kata prefiks awalan –ber, -ter, -meng, -per, -di.
1) Kata bersatu kombinasi dari morfem terikat dan morfem bebas, morfem terikat –ber dan morfem bebas satu, dikatakan morfem -ter terikat karena tidak bisa digunakan dalam sebuah tuturan atau tulisan, sedangkn terdengar dikatakan sebagai bebas sudah memiliki arti atau makna dan dapat digunakan dalam sebuah penuturan.
2) Kata terdengar kombinasi dari morfem bebas dan morfem terikat, morfem ter terikat dan morfem dengar bebas, morfem terikat ter- tidak bisa berdiri sendiri dalam sebuah penuturan.
3) Kata mengganggu kombinasi dari morfem bebas dan morfem terikat, morfem meng- terikat dan morfem ganggu bebas, morfem terikat meng- tidak dapat digunakan dalam sebuah penuturan.
4) Kata dikirim kombinasi dari morfem bebas dan morfem terikat, morfem di- terikat dan morfem kirim bebas, morfem terikat – di tidak dapat digunakan dalam sebuah penuturan.
b. Infiks (sisipan –el, -em,-er, -dan -el) tidak terdapat dalam novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro.
c. Sufiks (akhiran, -kan, -an, -wan, -man dan –wati)
1) Kata berikan kombinasi dari morfem bebas dan morfem terikat, morfem –kan terikat dan morfem beri bebas, morfem terikat – kan tidak dapat digunakan dalam sebuah penuturan.
2) Kata pacaran kombinasi dari morfem bebas dan terikat, morfem –an terikat dan morfem pacar bebas, morfem terikat –an tidak dapat digunakan dalam sebuah penuturan karena tidak mengandung arti atau makna.
d. Konfiks ( awalan-akhiran, ke-an, per-an, di-kan, meng-kan, pe-an, me-kan, men-kan, mem-kan).
1) Kata kecerdasan kombinasi dari morfem bebas dan morfem terikat, morfem ke-an morfem terikat morfem cerdas morfem bebas, morfem terikat ke-an tidak dapat digunakan dalam sebuah penuturan karena tidak mengandung arti atau makna.
2) Kata persuratan kombinasi dari morfem bebas dan morfem terikat, morfem per-an morfem terikat morfem surat morfem bebas, morfem terikat per-an tidak dapat digunakan dalam sebuah penuturan karena tidak mengandung arti atau makna.
3) Kata dibutuhkan kombinasi dari morfem bebas dan morfem terikat, morfem di-kan morfem terikat morfem butuh morfem bebas, morfem terikat di-kan tidak dapat digunakan dalam sebuah penuturan karena tidak mengandung arti atau makna.
4) Kata menghilangkan dari morfem bebas dan morfem terikat, morfem meng-kan morfem terikat morfem hilang morfem bebas, morfem terikat meng-kan tidak dapat digunakan dalam sebuah penuturan karena tidak mengandung arti atau makna.
5) Kata pegunungan dari morfem bebas dan morfem terikat, morfem pe-an morfem terikat morfem gunung morfem bebas, morfem terikat pe-an tidak dapat digunakan dalam sebuah penuturan karena tidak mengandung arti atau makna.
6) Kata menurunkan dari morfem bebas dan morfem terikat, morfem me-kan morfem terikat morfem turun morfem bebas, morfem terikat me-kan tidak dapat digunakan dalam sebuah penuturan karena tidak mengandung arti atau makna.
7) Kata menjatuhkan kombinasi dari morfem bebas dan morfem terikat, morfem men-kan morfem terikat morfem jatuh morfem bebas, morfem terikat men-kan tidak dapat digunakan dalam sebuah penuturan karena tidak mengandung arti atau makna.
8) Kata membersihkan kombinasi dari morfem bebas dan morfem terikat, morfem mem-kan morfem terikat morfem bersih morfem bebas, morfem terikat mem-kan tidak dapat digunakan dalam sebuah penuturan karena tidak mengandung arti atau makna.
2. Morfem disebut proklitik, menunjukkan makna melakukan tindakan atau perbuatan, bentuk dasar enklitik menunjukkan makna kepunyaan.
a. Kata klitika, ( -nya, -ku, -mu)
1) kata bunganya kombinasi dari morfem bebas dan morfem terikat, morfem -nya morfem terikat morfem bunga morfem bebas, morfem terikat -nya tidak dapat digunakan dalam sebuah penuturan karena tidak mengandung arti atau makna.
2) Kata tanahku kombinasi dari morfem bebas dan morfem terikat, morfem -ku morfem terikat morfem tanah morfem bebas, morfem terikat -ku tidak dapat digunakan dalam sebuah penuturan karena tidak mengandung arti atau makna.
b. Kata proklitika (-ku).
Kata kubawa kombinasi dari morfem bebas dan morfem terikat, morfem -ku morfem terikat morfem bawa morfem bebas, morfem terikat -ku tidak dapat digunakan dalam sebuah penuturan karena tidak mengandung arti atau makna.
3. Kata partikel adalah semacam kata tugas yang mempunyai bentuk khusus, yaitu sangat ringkas atau kecil dengan mempunyai fungsi- fungsi tertentu.
Partikel lah, fungsinya adalah fungsinya adalah memberi penekanan makna kelas kata benda dan kata kerja. Kata bukanlah kombinasi dari morfem bebas dan morfem terikat, morfem -lah morfem terikat morfem bukan morfem bebas, morfem terikat -lah tidak dapat digunakan dalam sebuah penuturan karena tidak mengandung arti atau makna.
Partikel –kah fungsinya adalah untuk memberi penekanan makna pada kalimat yang berjenis kalimat pertanyaan. Kata mungkinkah kombinasi dari morfem bebas dan morfem terikat, morfem -kah morfem terikat morfem mungkin morfem bebas, morfem terikat -kah tidak dapat digunakan dalam sebuah penuturan karena tidak mengandung arti atau makna.
Partikel pun, fungsinya adalah memberi penekanan makna pada kata-kata tugas yang dipakai dalam kalimat berita dan menunjukkan makna pertentangan. Kata takdirpun kombinasi dari morfem bebas dan morfem terikat, morfem -pun morfem terikat morfem takdir morfem bebas, morfem terikat -pun tidak dapat digunakan dalam sebuah penuturan karena tidak mengandung arti atau makna.
Dari penjelasan morfem di atas penulis akan menuliskan beberapa macam morfem terikat, baik itu afiks, klitika maupun partikel, morfem terikat yaitu afiks (ketinggalan morfem ke-an, melepaskan morfem me-kan, tersenyum morfem ter, membuat morfem mem, berjalan morfem ber), klitika ( rumahnya morfem nya, kampusnya morfem nya, ibuku morfem ku, jaketnya morfem nya) partikel (bukankah morfem kah, muncullah morfem lah, wajarlah morfem lah, apalah morfem lah, dan sebagainya.
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai yaitu deskripsi penggunaan morfem terikat yang digunakan Donny Dhirgantoro maka dapat dikemukakan bahwa terdapat variasi morfem yang dipakai. Jumlah morfem terikat secara keseluruhan adalah 1.016 kata.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil penelitian dihasilkan dari pemilihan morfem terikat pada novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro, penelitian ini dilakukan secara bertahap karena morfem terikat dianalisis per kata, pada dasarnya morfem terikat yang ditemukan prefiks yang berjumlah 474 kata, klitika 528 kata sedangkan paretikel 11 kata, jadi morfem yang dominan pada novel yaitu klitika.
Dilihat dari penggunaan partikel rendah daripada prefiks, terutama penggunaan morfem di- 4, men-, 24, me- 32, meng- 33, mem- 42, ter- 47, ber- 114, sedangkan jumlah partikel hanya 11 kata. Jadi penggunaan klitika yang tertinggi yang ditemukan pada novel.
Morfem terikat dalam bahasa Indonesia menurut Santoso (2004), ada dua macam, yakni morfem terikat morfologis dan morfem terikat sintaksis. Morfem terikat morfologis yakni morfem yang terikat pada sebuah morfem dasar sebagai berikut adalah sebagai berikut:
1. Prefiks (awalan): per-, me-, ter-, di-, ber-, dan lain-lain 2. Infiks (sisipan): el-, em-, er-.
3. Sufiks (akhiran): -an, -kan, dan –i.
4. Konfiks (imbuhan gabungan senyawa) mempunyai funsi macam- macam sebagai berikut:
a. Imbuhan yang berfungsi membentuk kata kerja yaitu me-, ber-, per-,-kan, -i, dan ber-an.
b. Imbuhan yang berfungsi membentuk kata benda yaitu pe- dan ke-.
c. –an, -ke-an, per-an,-man,-wan,-wati
d. Imbuhan yang berfungsi membentuk kata sifat ter-, i-, wi-, dan ia-.
e. Imbuhan yang berfungsi membentuk kata bilangan ke-, se- f. Imbuhan yang berfungsi membentuk kata tugas se-, dan se-nya.
Afiksasi (prefiks) yang terdiri dari prefiks (meng, ber, ter, dan di) infiks, sufiks dan konfiks. Meliputi:Morfem membuat prefiks –mem, bermimpi prefiks – ber, mengambil prefiks meng, berjalan prefiks ber, terdengar prefiks ter, Morfem mengambil prefiks meng, mengagumi prefiks meng, berawal prefiks ber, membenci prefiks mem, berjambul prefiks ber, terpakai prefiks ter, dibuat prefiks di, tertawa prefiks ter, berujar prefiks ber, bernapas prefiks ber.
Kata yang bersupiks terdiri dari (-an, -kan, men-kan) meliputi morfem jalanan, sufiks an, pikiran supiks supiks an, pacaran supiks an, banggakan supiks kan, tulisan, supiks an, tiduran supiks an, serahkan supiks kan, berikan supiks kan, meninggalkan konfiks men-kan, berikan supiks kan, keindahan konfiks ke-an,
Kata yang berkonfiks yang terdiri dari (ke-an, dan per-an) meliputi morfem keindahan konfiks ke-an, keajaiban konfiks ke-an, keyakinan konfiks ke- an, kehabisan, konfiks ke-an, kebanyakan, konfiks ke-an, kekuningan, konfiks ke- an, kekenyangan konfiks ke-an, kebanggaan konfiks ke-an, kebanyakan konfiks ke-an, kejelekan konfiks ke-an, kehilangan konfiks ke-an, ketahuan konfiks ke-an, kelembutan konfiks ke-an, kebingungan konfiks ke-an, kepanjangan, konfiks ke- an, kejadian konfiks ke-an.
Morfem kegilaan konfiks ke-an, kehilangan konfiks ke-an, kebanjiran konfiks ke-an, ketahuan konfiks ke-an, kehangatan konfiks ke-an, keseringan
konfiks ke-an, kerinduan konfiks ke-an, ketertarikan konfiks ke-an, keberanian konfiks ke-an, keyakinan, konfiks ke-an.
Kata yang berkonfiks per-an meliputi Morfem pertarungan konfiks per-an, perjalanan konfiks per-an, persuratan konfiks per-an, perjalanan konfiks per-an, persahabatan konfiks per-an, Kata berkonfiks di-kan, meliputi: Morfem dibutuhkan, konfiks di-kan.
Kata yang berkonfiks meng-kan meliputi Morfem mengumpulkan konfiks meng-kan, mengatakan konfiks meng-kan, menghasilkan konfiks meng-kan, menghilangkan konfiks meng-kan.
Kata yang berkonfiks pe-an dan me-kan meliputi Morfem pegunungan konfiks pe-an, peringatan konfiks pe-an, pepohonan konfiks pe-an, pedesaan konfiks pe-an.
Kata yang berkonfiks me-kan, memainkan konfiks me-kan, menimbulkan konfiks me-kan, menimbulkan, konfiks me-kan, melancarkan morfem me-kan, melepaskan konfiks me-kan.Kata yang berkonfiks men-kan meliputi Morfem mengairahkan konpiks men-kan, menyakitkan konfiks me-kan, mengirimkan, konfiks men-kan.
Klitika dan proklitika yang terdiri dari nya, dan ku meliputi Morfem badannya klitika nya, kulitnya klitika nya, kakaknya klitika nya, kamarnya klitika nya, keretanya klitika nya, tahunku klitika ku, kuakan klitika ku, kucoba, proklitika ku.
Partikel yang terdiri dari lah,kah dan pun meliputi morfem bukankah partikel kah, mungkinkah partikel kah, muncullah partikel lah, bukankah partikel
kah, wajarlah partikel lah, apalah partikel lah, Takdirpun partikel pun, timbullah partikel lah, teruslah partikel lah, kantorlah partikel -lah.