7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Model pembelajaran 2.1.1 Pengertian Model.
Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakuakan pembelajaran, selain itu Model pembelajaran merupakan peranan penting dalam proses belajar untuk menjadi arahan dalam proses pembelajaran dan konsep dalam pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai 5 ciri khusus yaitu:
1. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu, misalnya model berpikir induktif dirancang untuk mengembangkan proses berpikir induktif
2. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas, misalnya model synectic dirancang untuk memperbaiki kreativitas dalam pelajaran mengarang.
3. Memiliki bagian–bagian model yang dinamakan: (1) urutan langkah–langkah pembelajaran (syntax), (2) adanya prinsip–prinsip reaksi, (3) sistem sosial, dan (4) sistem pendukung. Keempat bagian tersebut merupakan pedoman praktis bila guru akan melaksanakan suatu model pembelajaran.
4. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak tersebut meliputi : (1) dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur, (2) dampak pengiring, yaitu hasil belajr jangka panjang.
5. Membuat persipan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya( Nurdyansyah, 2013)
2.1.2 Macam-macam Model Pembelajaran
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media pembelajaran. Didasari oleh adanya perbedaan interaksi tersebut, maka kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pola pembelajaran.
Pada pembelajaran abad 21 banyak persoalan yang menuntut guru dapat menyampaikan materi dengan tidak menggunakan metode ceramah, oleh sebab itu
diciptakan beberapa model pembelajaran yang menuntut peserta didik lebih aktif dan guru hanya sebagai fasilitator,berikut merupakan model pembelajaran yang sering digunakan beberapa guru di Indonesia:
1. Model Discovery/Inquiry Learning
Model pembelajaran penyingkapan/penemuan (Discovery/inquiry Learning) adalah memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Discovery terjadi bila individu terlibat terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferensi. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilating concepts and principles in the mind Robert B. Sund dalam (Malik 2001).
Langkah kerja (sintak) model pembelajaran penyingkapan/penemuan adalah sebagai berikut:
a. Sintak model Discovery Learning 1) Pemberian rangsangan (Stimulation);
2) Pernyataan/Identifikasi masalah (Problem Statement);
3) Pengumpulan data (Data Collection);
4) Pengolahan data (Data Processing);
5) Pembuktian (Verification), dan
6) Menarik simpulan/generalisasi (Generalization).
Model pembelajaran yang dirancang membawa peserta didik dalam proses penelitian melalui penyelidikan dan penjelasan dalam setting waktu yang singkat (Joice&Wells, 2003).
Model pembelajaran Inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki sesuatu secara sistematis kritis dan logis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri temuannya.
Sintak/tahap model inkuiri meliputi:
1) Orientasi masalah;
2) Pengumpulan data dan verifikasi;
3) Pengumpulan data melalui eksperimen;
4) Pengorganisasian dan formulasi eksplanasi, dan 5) Analisis proses inkuiri.
Model pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang menggunakan berbagai kemampuan berpikir dari peserta didik secara individu maupun kelompok serta lingkungan nyata untuk mengatasi permasalahan sehingga bermakna, relevan, dan kontekstual (Tan Onn Seng, 2000).
Tujuan PBL adalah untuk meningkatkan kemampuan dalam menerapkan konsep- konsep pada permasalahan baru/nyata, pengintegrasian konsep Higher Order Thinking Skills (HOT’s), keinginan dalam belajar, mengarahkan belajar diri sendiri dan keterampilan (Norman and Schmidt).
Karakteristik yang tercakup dalam PBL menurut (Tan Amir ,2009) antara lain: (1) masalah digunakan sebagai awal pembelajaran; (2) biasanya masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang disajikan secara mengambang (ill-structured); (3) masalah biasanya menuntut perspektif majemuk (multiple-perspective); (4) masalah membuat pembelajar tertantang untuk mendapatkan pembelajaran di ranah pembelajaran yang baru; (5) sangat mengutamakan belajar mandiri; (6) memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu sumber saja, dan (7) pembelajarannya kolaboratif, komunikatif dan kooperatif. Karakteristik ini menuntut peserta didik untuk dapat menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi, terutama kemampuan pemecahan masalah.
Pada PBL guru berperan sebagai guide on the side daripada sage on the stage. Hal ini menegaskan pentingnya bantuan belajar pada tahap awal pembelajaran. Peserta didik mengidentifikasi apa yang mereka ketahui maupun yang belum berdasarkan informasi dari buku teks atau sumber informasi lainnya.
Sintak model Problem-based Learning menurut (Arends, 2012) sebagai berikut:
a) Orientasi peserta didik pada masalah
b) Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar
c) Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok d) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
e) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
2.1.3 Manfaat Model Pembelajaran
Banyak model pembelajaran yang telah dikembangkan oleh para pakar pendidikan dan pembelajaran. Untuk menjadi seorang guru sains yang profesional, pengetahuan tentang model model pembelajaran harus dimiliki oleh guru dengan baik. Sebab, model pembelajaran memiliki beberapa fungsi. Fungsi model pembelajaran tersebut adalah:
1. Membantu dan membimbing guru untuk memilih teknik, strategi, dan metode pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai. model pembelajaran pada dasarnya memuat metode, strategi, teknik, dan taktik pembelajaran.oleh sebab itu ,ketika guru menggunakan model pembelajaran tertentu secara otomatisdia/ia akan mengetahui taktik, teknik, strategi, dan metode pembelajaran yang akan dilakukan..
2. Membantu guru untuk menciptakan perubahan perilaku peserta didik yang diinginkan. Guru telah mengetahui bahwa model pembelajaran digunakan untuk merealisasikan target pembelajaran atau tujuan pembelajaran dalam RPP dan implementasinya dalam pembelajaran. Bentuk perubahan perilaku yang ditargetkan pada siswa sebenarnya termuat dalam rumusan tujuan pembelajaran (ingat rumus tujuanpembelajaran ABCD). Oleh karena itu, model pembelajaran dapat membentuk atau menciptakan tercapainya tujuan pembelajaran atau menciptakan perubahan perilaku pada peserta didik.
3. Membantu guru dalam menentukan cara dan sarana untuk menciptakan lingkungan yang sesuai untuk melaksanakan pembelajaran.
Ketika guru menetapkan untuk menggunakan model pembelajaran tertentu, secara otomatis guru harus menentukan cara dan sarana agar tercipta lingkungan seperti yang dikehendaki dalam model pembelajaran yang guru pilih.
4. Membantu menciptakan interaksi antara guru dan siswa yang diinginkan selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan model pembelajaran, guru dapat mempunyai pedoman untuk berinteraksi dengan peserta didk selama proses pembelajaran berlangsung.
5. Membantu guru dalam mengkonstruk kurikulum, silabus, atau konten dalam suatu pelajaran atau matakuliah.
6. Membantu guru atau instruktur dalam memilih materi pembelajaran yang tepat untuk pembelajaran, penyusunan RPP, dan silabus.
7. Membantu guru dalam merancang kegiatan pendidikan atau pembelajaran yang sesuai.
8. Memberikan bahan prosedur untuk mengembangkan materi dan sumberbelajar yang menarik dan efektif.
9. Merangsang pengembangan inovasi pendidikan atau pembelajaran baru.
10. Membantu mengkomunikasikan informasi tentang teori mengajar.
11. Membantu membangun hubungan antara belajar dan mengajar secara empiris.
Ketika guru menerapkan model pembelajaran tertentu, guru akan mengamati aktivitas belajar dan mengajar dalam suatu kegiatan pembelajaran (Sutarto, 2013)
2.2 Model Pembelajaran CBL.
2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran CBL
Model pembelajaran memiliki peran yang sangat penting dalam berlangsungnya proses pembelajaran salah satunya model pembelajaran CBL merupakan model pembelajaran berbasis konservasi atau conservation based learning yang dapat ditempatkan sebagai nilai dasar dalam model pembelajaran berbasia konservasi (CBL). Dengan demikian, maka CBL bisa juga disebut sebagai model Pembelajaran Berbasis Konservasi Manusia (Sukarsono, 2018) 2.2.2 Sintak Model Pembelajara CBL
Secara umum, langkah-langkah model pembelajaran berbasis konservasi dilakukan sebagai berikut:
1. Identifikasi (konsep, prinsip)
Tahap ini merupakan tahap dimana guru harus mampu mengidentifikasi konsep-konsep materi pelajaran dengan baik. Dengan demikian, guru memang harus menguasai betul materi yang akan dikerjakan. Selain itu siswa diminta berdiskusi untuk menemukan konsep-konsep penting yang mereka temukan.
prinsip dan konsep-konsep yang berbeda antara siswa satu dengan lainnya tidak perlu dipermasalahkan karena setiap peserta didik memiliki pengalaman sendiri- sendiri.
2. Integrasi
Hasil identifikasi konsep maupun prinsip kemudian diintegrasi dengan konsep-konsep yang beruhubungan dengan konservasi. Salah satu usaha untuk memahamkan dan menguatkan konsep-konsep siswa terhadap suatu materi pelajaran, adalah dengan memasukkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip lingkungan kedalam materi pelajaran. Upaya inilah yang kemudian disebut dengan kegiatan integrasi materi lingkungan kedalam materi pelajaran, atau memasukkan muatan lingkungan kedalam pokok bahasan. Hasil integrasi konsep dengan isu-isu konservasi manusia ini kemudian diidentifikasi konsep-konsepnya untuk kemudian diperluas.
3. Masalah dan nilai-nilai
Hasil perluasan konsep materi pelajaran yang telah terintegrasi dengan isu- isu konservasi ini kemudian diidentifikasi dan akan menjadi konsep-konsep baru yang penting sebagai hasil integrasi materi materi pelajaran dengan isu-isu konservasi. Berdasarkan konsep-konse baru tersebut kemudian diidentifikasi adakah masalah-masalah yang berhubungan dengan konservasi tersebut yang akan dijadikan bahan untuk kegiatan pada tahap berikutnya.
Tahap ini diharapkan siswa telah memiliki nilai-nilai tertentu tentang materi pelajaran yang telah dipelajari dengan isu-isu konservasi yang dalam berbagai tingkatannya. Nilai-nilai konservasi yang terbentuk dalam diri siswa akan sangat bervariasi. Nilai ini akan sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, latar belakang serta orientasi kedepan dari masing-masing siswa tersebut. Tugas guru adalah membangun nilai-nilai yang baik tersebut agar tumbuh dan berkembang menjadi karakter yang baik dimasa yang akan datang.
Masalah-masalah yang telah diperoleh tersebut selanjutnya dirumuskan bersama dalam kelas atau kelompok, atau bahkan bisa secara individu. Perumusan masalah ini akan sangat tergantung pada masing-masing siswa. Siswa-siswa yang memiliki nilai-nilai dan masalah yang relatif sama, dapat dikelompokkan dalam kelompok yang sama.
4. Rencana pemecahan masalah atau kegiatan
Setelah penetapan masalah atau program, maka langkah selanjutnya adalah membuat perencanaan untuk mengatasi permasalahn tersebut atau membuat
desain rencana program. Rencana solusi akan berupa pembuatan karya ilmiah atau roduk-produk atau aktifitas yang berhubungan dengan konservasi. Kegiatan perencanaan ini dapat didampingi oleh gutu mata pelajaran terkait (sebagai guru pengampu guru mata pelajaran tersebut), atau dapat juga didampingi oleh guru yang bukan menjadi pengampu mata pelajaran tersebut. Hal ini merupakan ciri khas model pembelajaran berbasis konservasi, di mana para guru merupakan atau bertindak sebagai ahli dalam bidangnya yang memiliki kaitan dengan konservasi sebagaimana hasil identifikasi oleh para siswa. Jumlah guru yang terlibat dalam pelaksanaan atau perencanaan dan eksekusi program bisa lebih dari satu tergantung kebutuhan.
5. Melaksanakan kegiatan
Hasil perencanaan oleh siswa dan guru-guru ahli tersebut, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan atau eksekusi perencanaan kegiatan. Pelaksanaan kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari perencanaan yang telah dilakukan.
Bentuk bentuk kegiatan tindak lanjut pembelajaran ini akan sangat bervariasi sesuai dengan perencanaan yang telah disepakati dan dibuat oleh siswa dan guru.
Hasil pelaksanaan kegiatan ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk karya ilmiah siswa, bahan olimpiade, atau bahan uji kompetensi dan seterusnya. Bersyukur jika karya-karya siswa ini juga menjadi “monumen” ktifitas yang memberi manfaat langsung kepada masyarakat, misalnya dihijaukannya kawasan kritis, dan lain- lain.
6. Evaluasi kegiatan, nilai dan penarikan kesimpulan
Hasil tindak lanjut kegiatan siswa harus dilakukan evaluasi. Evaluasi harus mencakup evaluasi penguasaan konsep materi pelajaran sesuai standar yang ditentukan, materi konsep integrasi, nilai-nilai yang membangun, serta hasil karya yang dibuat. Penggunaan bentuk-bentuk evaluasi dilakukan sesuai dengan model- model evaluasi yang telah berkembang saat ini Sukarsono (2018).
2.3 Aktivitas Belajar
2.3.1 Pengertian Aktivitas Belajar
Sardiman (2008) aktivitas belajar adalah segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri baik secara rohani maupun teknis. Dalam belajar harus ada aktivitas, tanpa ada
aktivitas proses belajar tidak mungkin terjadi. Belajar bukanlah proses dalam kehampaan, tidak pula pernah sepi dari berbagai aktivitas. Tak pernah terlihat orang belajar tanpa melibatkan aktivitas raganya, apalagi bila aktivitas belajar itu berhubungan dengan masalah belajar menulis, mencatat, memandang, membaca, mengingat, berfikir, latihan atau praktek dansebagainya.Selain itu, di dalam diri siswa terdapat prinsip aktif serta keinginan untuk berbuat dan bekerja sendiri.
Prinsip aktif inilah yang mengendalikan tingkah laku siswa. Aktivitas siswa merupakan keterlibatan peserta didik dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan kegiatan dalam proses pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses
pembelajaran.
2.3.2 Fungsi Aktivitas Belajar Dalam Pembelajaran
Menurut Hamalik (2003) menyebutkan delapan manfaat dalam penggunaan asas aktivitas belajar, yaitu;
1. Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.
2. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa.
3. Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan siswa yang pada gilirannya dapat memperlancar kerja kelompok.
4. Siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri sehingga sangat bermanfaat dalam rangka pelayanan perbedaan individual.
5. Memupuk disiplin belajar, demokratis, kekeluargaan, musyawarah dan mufakat.
6. Membina dan memupuk kerjasama antara sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara guru dan orang tua siswa yang bermanfaat dalam pendidikan siswa.
7. Pembelajaran dilaksanakan secara realistik dan konkrit sehingga mengembangkan pemahaman dan pemikiran kritis serta mehindarkan terjadinya verbalisme.
8. Pembelajaran menjadi hidup sebagaimana hanya dalam masyarakat yang penuh
dinamika.
2.3.3 Komponen- Komponen Aktivitas Belajar
Menurut hanafiah (2010:24) aktivitas belajar dibagi ke dalam delapan kelompok, yaitu sebagai berikut:
1. Kegiatan-kegiatan visual (visual activities), yaitu membaca, melihat gambargambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran dan mengamati oranglain bekerja atau bermain
2. Kegiatan-kegiatan lisan (oral activities), yaitu mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara diskusi dan interupsi.
3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan (listening activities), yaitu mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, atau mendengarkan radio.
4. Kegiatan-kegiatan menulis (writing activities), yaitu menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan copy, membuat outline atau rangkuman, dan mengerjakan tes serta mengisi angket.
5. Kegiatan-kegiatan menggambar (drawing activities), yaitu menggambar, membuat grafik, diagram, peta dan pola.
6. Kegiatan-kegiatan motorik (motor activities), yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, serta menari dan berkebun.
7. Kegiatan-kegiatan mental (mental activities), yaitu merenungkan mengingat, memecahkan masalah, menganalisa faktor-faktor, melihat hubungan- hubungan, dan membuat keputusan.
8.Kegiatan-kegiatan emosional (emotional activities), yaitu minat, membedakan,berani, tenang, merasa bosan dan gugup.
2.3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Aktivitas Belajar
Menurut Ngalim Purwanto (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar siswa sebagai berikut. (1) Faktor Internal adalah faktor yang datang dari diri sendiri yaitu kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa memiliki pengaruh yang besar terhadap aktivitas belajar. Faktor internal dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu
faktor fisiologi dan faktor psikologi.
a) Faktor Fisiologi, faktor yang bersifat fisiologi adalah faktor yang secara langsung berhubungan dengan kondisi fisik siswa dan panca inderanya.Dalam hal ini berhubungan dengan kesehatan secara fisik/jasmani.
Fisik yang sehat akan berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran. Apabila fisik tidak dalam kondisi yang sehat maka proses pembelajaran pun akan terganggu. Oleh karena itu, agar seseorang dapat belajar dengan baik maka kondisi fisik siswa sehat.
b) Faktor psikologi adalah faktor yang berhubungan dengan kejiwaan (rohaniah) seseorang (Suryabrata, 2004) menyatakan faktor psikologi yang mempengaruhi aktivitas belajar siswa, yaitu perhatian, pengamatan, tanggapan, fantasi, ingatan, berpikir, perasaan, dan motif. Hal senada juga diungkapkan oleh (Sardiman,2008) yaitu ada delapan faktor psikologis yang mempengaruhi seseorang untukmelakukan aktivitas belajar. Faktor-faktor tersebut adalah (a) perhatian, (b) pengamatan (c) tanggapan, (d) fantasi, (e) ingatan, (f) bakat, (g) berfikir, (h) motif.
2. Faktor Eksternal
Menurut Ngalim Purwanto (2004) menyatakan bahwa faktor eksternal adalah faktor yang timbul dari luar diri siswa. Faktor ini sering dikatakan sebagai faktor sosial. Faktor eksternal memberikan pengaruh yang besar terhadap aktivitas belajar siswa. Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi aktivitas belajar adalah lingkungan. Lingkungan memberikan pengaruh yang positif jika dapat memberikan dorongan atau motivasi dan rangsangan kepada anak untuk meningkatkan aktivitas belajarnya. Lingkungan dapat juga memberikan pengaruh negatif apabila lingkungan sekitarnya baik di sekolah, rumah, maupun masyarakat tidak memberikan pengaruh yang baik dan justru akan menghambat aktivitas belajar siswa.
2.4 Berpikir Kritis
2.4.1 Pengertian Berpikir Kritis
Menurut Nurun (2014) Berpikir Kritis merupakan proses merumuskan alas an yang tertib secara aktif dan terampil dari menysun konsep, mengaplikasikan, menganalisis mengintegrasikan (sintesis) atau mengevaluasi informasi yang
dikumpulkan melalui proses pengamatan, pengalaman, refleksi, komunikasi sebagai dasar dalam menetukan tindakan. Zubaidah (2015) mengungkapkan bahwanya berpikir kritis saat ini menjadi tujuan penting dalam pendidikan, berpikir kritis menuntut siswa yang aktif sehingga dapat menyelesaikan dan menemukan kebenaran dalam persoalan tersebut
Berpikir kritis yaitu keterampilan bagaimana peserta didik dapat mengolah segala informasi, observasi dan permasalahan sehingga memperoleh keputusan yang disertai dengan logika (Satwika, 2018). Berpikir kritis tidak serta merta melekat pada seseorang sejak lahir. Akan tetapi berpikir kritis merupakan ketrampilan yang dapat di kembangkan melalui pengalaman langsung peserta didik dalam menghadapi permasalahan. Sehingga jika peserta didik terbiasa menggunakan ketrampilan diatas maka ketrampilan berpikir kritis akan dapatberkembang.
2.5 Metode Daring
2.5.1 Pengertian Metode Daring
Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang memanfaatkan teknologi multi media , video, kelas virtual, teks online animasi, pesan suara, email, telepon konferensi, dan video streaming online pembelajaran dapat dilakukan secara masif dengan jumlah peserta yang tidak terbatas , bisa dilakukan secara gratis maupun berbayar Bilfaqih dan Qomarudin (2015). Hal tersebut dilakukan untuk menghindari kontak langsung antara pendidik dan peserta didik yang mana system pembelajaran secara konvensional atau tatap muka dapat memperluas penyebaran virus covid-19 Jayul (2020)
2.5.2 Syara-syarat Pembelajaran Daring yang efektif
1. Menyiapkan fasilitas penunjang seperti kuota internet, aplikasi penunjang, laptop/computer, smartphone, dan materi pelajaran seperti buku dan catatan
2. Memahami rencana belajar agar efektif dengan belajar sesuai materi 3. Kendalikan diri karena dengan pembelajaran daring siswa berada jauh
dengan guru sehingga peserta didik diharapkan mampu mengendalikan dirinya
4. Selalu update pengumuman dari sekolahan melalui social media yang sudah disepakati dengan guru
5. Selalu memperhatikan deadline agar mengumpulkan tugas dapat tepat waktu
2.6 Materi Pembelajaran Biologi
Materi protista merupakan materi tingkat SMA yang di berikan kepada siswa kelas X pada semester 1 dengan standar kompetensi 3.5 Mengidentifikasi prinsip klasifikasi untuk menggolongkan protista berdasarkan cirri-ciri umum, kelas dan perannya dalam kehidupan melalui pengamatan secara teliti. 4.5 Merencanakan, melakanakan pengamatan tentang cirri-ciri dan peran protista dalam kehidupan dan manfaatnya dalam bentuk model.
2.7 Kerangka Konsep
solusi
menggunkan
Gambar 2.7 Kerangka konseptual 2.8 Hipotesis penelitian
Berdasarkan kerangka konsep yang sudah diuraikan, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut.
1. Ada pengaruh terhadap aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Conservation Based Learning (CBL) pada materi protista.
2. Ada pengaruh terhadap berpikir kritis siswa dengan menggunakan model pembelajaran Conservation Based Learning (CBL) pada materi protista.
Kondisi faktual pembelajaran Biologi di SMAN 01 Ponggok dan SMAN 1 Srengat
1. Selama proses pembelajaran, masih belum menunjukkan adanya keaktifan hanya beberapa siswa yang mengikuti pembelajaran
2. Rendahnya aktivitas belajar yang membuat siswa sering terlambat mengumpulkan tugas dan berpikir kritis hanya 30% siswa yang dapat melakukan Tanya jawab peserta didik
3. Berfikir kritis, aktivitas dan hasil belajar siswa masih rendah.
1. Memberi video tentang pemanfaatan yang berhubungan dengan materi pembelajaran
2. Memperhatikan konsep yang diberikan guru, mencatat kalimat yang dianggap penting untuk dihubungkan dengan kehidupan disekitar, dicatat mengapa hal tersebutpenting dilakukan
3. Merumuskan masalah yang sudah didapatkan berikut mencari solusi
pemecahan masalah tersebut untuk di buat karya tulis ilmiah maupun produk.
4. Melakukan pembelajaran blended learning
Sintaks CBL (Conservation Based Learning): 1)Identifikasi/
penguatan konsep 2) Integrasi Nilai, 3) Masalah 4) Gagasan solusi 5) Evaluasi.
Penerapan model pembelajaran CBL (Conservation Based Learning) dengan menggunakan sistem daring pada kelas X SMAN di Blitar, diharapkan dapat berpengaruh terhadap berfikir kritis, aktivitas dan hasil belajar siswa.