• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN TEPUNG AMPAS KELAPA MENJADI COOKIES KELAPA DI KECAMATAN MENDAHARA ULU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN TEPUNG AMPAS KELAPA MENJADI COOKIES KELAPA DI KECAMATAN MENDAHARA ULU"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN TEPUNG AMPAS KELAPA MENJADI COOKIES KELAPA DI KECAMATAN

MENDAHARA ULU

ANISA RAHMI J1A218022

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INSUDTRI PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI

2023

(2)

ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN TEPUNG AMPAS KELAPA MENJADI COOKIES KELAPA DI KECAMATAN

MENDAHARA ULU

ANISA RAHMI J1A218022

Skripsi

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI

2023

(3)
(4)
(5)

RIWAYAT HIDUP

Anisa Rahmi, dilahirkan pada tanggal 09 Juli 2000 di Kelurahan Muara Sabak Ulu Kecamatan Muara Sabak Timur, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi. Penulis merupakan anak ke 4 dari 5 bersaudara, dari pasangan Bapak Ahmad Ramli dan Ibu Jumirah.

Penulis memulai pendidikan formal di SDN No 23/X Muara Sabak pada tahun 2006-2012. Pada tahun 2012 penulis melanjutkan pendidikan MTs di Madrasah Jauharatul Islamiah di Muara Sabak Timur sampai tahun 2015. Setelah lulus penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya di SMAN 2 Tanjung Jabung Timur pada tahun 2015-2018. Pada tahun 2018 penulis diterima menjadi mahasiswa di Strata satu (S1) di Universitas Jambi memalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri Wilayah Barat (SNMPTN-Barat) dengan program studi Teknologi Industri Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan penulis juga aktif dalam mengikuti kegiatan organisasi kemahasiswaan sebagai anggota divisi bursa dan usaha periode 2021/2022 di Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri Pertanian (HIMATIP).

Penulis juga menjadi pengurus Dinas Kewirausahaan pada Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (BEM FAPERTA) periode 2020/2021. Penulis melaksanakan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dengan skema Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) program inovasi desa (Pro-IDe) pada bulan Oktober-Desember 2021 dengan laporan KKN-T berjudul “Pengembangan Potensi Limbah Pertanian Berbasis Teknologi Pengolahan di Desa Sungai Beras Kecamatan Mendahara Ulu” . Pada hari Rabu Tanggal 01 Februari 2023 penulis dinyatakan lulus ujian skripsi dengan judul “Analisis Nilai Tambah Pengolahan Tepung Ampas Kelapa Menjadi Cookies Kelapa di Kecamatan Mendahara Ulu” di bawah bimbingan Ibu Yernisa, S.TP., M.Si. dan Ibu Fenny Permata Sari, S.P., M.Si.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana di Program Studi Teknologi Industri Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian Universitas Jambi.

(6)

MOTTO

Barang siapa yang bersungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhan tersebut untuk kebaikan dirinya sendiri”. (QS Al Ankabut: 6)

“Dan barang siapa menaruh seluruh kepercayaan kepada Allah (Tuhan), maka dia akan mencukupi mereka”. (QS. At-Talaq: 3)

“sugestikan dirimu ke hal yang positif, maka hal positif itu akan terjadi”

PERSEMBAHAN

Puji dan syukur Alhamdulillah atas nikmat dan kesempatan yang Allah SWT berikan, dengan segenap kerendahan hati, ku persembahkan dan ku hadiahkan

karya ini kepada orang-orang yang telah memberi arti dalam hidupku.

Sebagai tanda bakti, hormat dan rasa terima kasih yang tiada terhingga ku persembahkan skripsi ini kepada papi Ahmad Ramli, Mami Jumirah dan Paman

(Pak Itam Jais) tercinta terima kasih untuk semangat, bimbingan, motivasi, doa- doa, dan cinta kasih sayang yang selalu ku dapatkan hingga aku memahami arti hidup, selamanya aku besyukur dengan keberadaan kalian sebagai orang tuaku.

Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat bahagia.

Terimakasih untuk saudariku (Yuk Ita, Bang Adi, Bang Anton, Diva) yang telah memberikan doa, nasihat, serta materil dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Semoga hal terbaik yang kalian berikan menjadikanku orang yang lebih

baik dan bertanggung jawab.

Ucapan terima kasih untuk Ibu Yernisa, S.TP., M.Si dan Ibu Fenny Permata Sari, SP., M.Si yang telah menjadi orangtuaku dikampus yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama perkuliahan, telah banyak membantu mengajari, memberikan nasihat serta mengarahkan saya hingga skripsi ini selesai.

Teruntuk penguji skripsi Ibu Ade Yulia, S.Tp., M.Sc dan Ibu Meri Arisandi, S.TP., M.M. yang telah memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini.

(7)

Ucapan terimakasih tak lupa pula ku berikan kepada Laptop Kesayanganku Assus yang telah menemaniku dari pagi sampai petang untuk menyelesaikan karya ini dan terimakasih telah bertahan sejauh ini, aku sangat

bangga padamu.

Terimakasih untuk teman-teman seperjuanganlu yang telah membantu, menyemangatiku, memberikan saran untuk pengerjaan skripsi ini, Ayu Lestari (member blackpink gagal audisi), Desi Dwiyanti (tukang tidur), Erli Irmaya (mbak lili mayau), Noshadiba Frisya Rahma (Montir Elektronik kos), Putri Okta

Piani (Mbak Pur), Rita Nur Kholifah (Bunda), Sarina Irna Sari (Sarindul), Selvi Anggraini (Artis dangdut), dan Doni Ilham Wijaya (Pidon/Papinya Cupek), teman-teman KKN Undercover dan teman-teman TIP Angkatan 2018 yang tidak

bisa saya sebutkan satu persatu, terimakasih telah membagi waktu bahagianya selama menyelesaikan perkuliahan, semoga kita semua menjadi pribadi yang lebih

baik lagi dan sukses di kemudian hari dan semoga kita bisa berkumpul kembali.

(8)

i

RINGKASAN

Pengolahan tepung ampas kelapa menjadi cookies kelapa diperlukan faktor- faktor produksi lain mulai dari bahan tambahan, tenaga kerja, peralatan produksi, dan bahan lain. Pengolahan ini dibutuhkan biaya-biaya sehingga terbentuk harga baru yang lebih tinggi dan keuntungan yang lebih besar dibandingkan tanpa melalui proses produksi, sehingga dibutuhkan analisis nilai tambah dan analisis finansial untuk mengetahui apakah usaha ini layak dan memberikan nilai tambah.

Penelitian ini menggunakan analisis kelayakan nilai tambah dan analisis kelayakan finansial terhadap usaha pengolahan tepung ampas kelapa menjadi cookies kelapa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pengolahan tepung ampas kelapa menjadi cookies kelapa, untuk mengetahui analisis nilai tambah dan kelayakan finansial dari produksi tepung ampas kelapa menjadi cookies kelapa. Data diperoleh dari data primer dan sekunder. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan kuantitatif.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis nilai tambah rencana usaha pengolahan tepung ampas kelapa menjadi cookies kelapa didapatkan nilai tambah sebesar Rp.10.458/kg bahan baku. Rasio nilai tambah yang diperoleh adalah 24%. Artinya, nilai tambah besar dari nol (10.458)>0) berarti usaha ini memberikan nilai tambah (positif).

Analisis finansial diperoleh BEP volume produksi 118.601 kemasan per tahun dan BEP harga jual sebesar Rp.6.872/kemasan. NPV yang diperoleh yaitu Rp.229.689.604 (NPV > 0) sehingga usaha ini layak untuk dijalankan. IRR yang diperoleh sebesar 56% dengan jangka waktu pengembalian (PP) 2,48 tahun dan Net B/C besar dari 1 yaitu 1,05. Artinya usaha pengolahan tepung ampas kelapa menjadi cookies kelapa menguntungkan atau layak dijalankan.

Kata Kunci: Analisis nilai tambah; Analisis Finansial; Cookies kelapa; Tepung ampas kelapa; Pengolahan

ANISA RAHMI. J1A218022. ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN TEPUNG AMPAS KELAPA MENJADI COOKIES KELAPA DI KECAMATAN MENDAHARA ULU. Pembimbing: Yernisa S.Tp., M.Si. dan Fenny Permata Sari, S.P., M.Si.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ‘Analisis Nilai Tambah Pengolahan Tepung Ampas Kelapa Menjadi Cookies Kelapa Di Kecamatan Mendahara Ulu’.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu memberikan dorongan, arahan, dan semangat kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, terutama kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Suandi, M.Si selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Jambi

2. Ibu Dr. Fitry Tafzi, S.TP., M.Si selaku ketua Jurusan Teknologi Pertanian Universitas Jambi

3. Ibu Yernisa , S.TP., M.Si selaku ketua Program Studi Teknologi Industri Pertanian Universitas Jambi sekaligus pembimbing 1.

4. Ibu Fenny Permata Sari, S.P., M.Si selaku pembimbing II.

5. Ibu Fera Oktaria, S.TP., M.P. selaku dosen pembimbing akademik.

6. Bapak dan Ibu dosen Teknologi Industri Pertanian Universitas Jambi.

Selain itu penulis juga berterima kasih kepada orang tua, keluarga dan teman- teman yang telah memberikan doa dan dukungannya kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih ada kesalahan dan kekurangan akibat dari keterbatasan dan kemampuan dari penulis. Maka dari itu penulis mohon kritik dan juga saran yang membangun untuk menyempurnakan skripsi ini. Terima Kasih

Jambi, Februari 2023

Penulis

(10)

iii DAFTAR ISI

RINGKASAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Kelapa ... 5

2.2 Limbah Padat Ampas Kelapa ... 6

2.3 Proses Pengolahan Tepung Ampas Kelapa Menjadi Cookies Kelapa... 7

2.4 Analisis Nilai Tambah ... 8

2.5 Analisis Kelayakan finansial ... 9

2.6 Penelitian Terdahulu ... 12

2.7 Kerangka Pemikiran ... 14

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 17

3.1 Waktu Dan Tempat ... 17

3.2 Metode Penelitian ... 17

3.3 Jenis Dan Sumber Data ... 18

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 18

3.5 Proses Pengolahan Tepung Ampas Kelapa Menjadi Cookies Kelapa... 19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

4.1 Gambaran Usaha ... 30

4.2 Ketersediaan Bahan Baku... 30

4.3 Pengadaan Dan Penyimpanan Bahan Baku ... 31

4.4 Proses Pengolahan Tepung Ampas Kelapa Menjadi Cookies Kelapa... 32

(11)

iv

4.5Analisis Kriteria Kelayakan Nilai Tambah ... 33

4.6 Analisis Kriteria Kelayakan Finansial ... 37

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

5.1Kesimpulan ... 41

5.2Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42

LAMPIRAN ... ..45

(12)

v DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perhitungan Nilai Tambah Menurut Metode Hayami ... 21 2. Perhitungan Nilai Tambah Pengolahan Tepung Ampas kelapa Menjadi Cookies

Kelapa ... 34 3. Biaya Sumbangan Input Lain ... 35 4. Cash Flow Usaha Pengolahan Tepung Ampas Kelapa Menjadi Cookies Kelapa 38 5. Break Event Point (BEP) Usaha Pengolahan Tepung Ampas Kelapa Menjadi

Cookies Kelapa ... 39 6. Nilai Kelayakan Investasi Usaha Pengolahan Tepung Ampas Kelapa Menjadi

Cookies Kelapa ... 39

(13)

vi DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pemikiran ... 15

2. Ampas Kelapa... 72

3. Proses Pengeringan Ampas ... 72

4. Proses Penghalusan... 72

5. Proses Pengayakan ... 72

6. Tepung Ampas Kelapa ... 72

7. Proses Pencampuran ... 73

8. Proses Pembentukan Adonan ... 73

9. Proses Pemanggangan Cookies Kelapa ... 73

(14)

vii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Luas Lahan, Produksi, dan Rata-rata Produksi Kelapa Dalam Menurut Kecamatan

di Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2021. ... 45

2. Daftar Pertanyaan ... 46

3. Asumsi untuk Analisis Finansial Usaha Pengolahan Tepung Ampas Kelapa menjadi Cookies Kelapa ... 47

4. Perhitungan Pengadaan Dan Penyimpanan Bahan Baku Metode Min-Max ... 49

5. Diagram Alir Proses Pengolahan Tepung Ampas Kelapa Menjadi Cookies Kelapa ... 51

6. Perhitungan Analisis Nilai Tambah ... 55

7. Analisis Biaya ... 63

8. Perhitungan Analisis Finansial ... 68

9. Proses Pengolahan Tepung Ampas Kelapa Menjadi Cookies Kelapa ... 72

10. Mesin Dan Peralatan ... 74

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelapa (Cocos nucifera L) merupakan salah satu tanaman industri yang memegang peran penting dalam perekonomian di Indonesia. Tanaman kelapa memiliki multifungsi yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pada dasarnya kelapa yang dibudidayakan di Indonesia terdiri atas tiga varietas, yaitu varietas genjah, varietas hibrida, dan varietas dalam. Kelapa dalam adalah golongan kelapa yang memiliki umur mulai berbuah cukup tua, yaitu sekitar 6-8 tahun. Buah kelapa yang dihasilkan dapat berwarna hijau, coklat, merah, dan lain-lain. Dengan ukuran (1 kg – 2,5 kg), daging buah 0,5 kg, dan air 0,5 liter. Tanaman kelapa yang termasuk golongan kelapa dalam yaitu kelapa hijau, kelapa merah, kelapa bali, kelapa manis, dan kelapa nias (Setyamidjaja, 2000)

Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanjung Jabung Timur (2022), menyatakan bahwa Kecamatan Mendahara Ulu yang memiliki luas lahan kelapa dalam sebesar 751 Ha dengan total produksi kelapa dalam adalah sebesar 705 Ton/tahun seperti yang terlihat pada Lampiran 1. Berdasarkan data tersebut sebesar 59% kelapa dan 41% kelapa dijadikan kopra, dalam setiap produksi kelapa bulat tentu menghasilkan limbah ampas kelapa. Menurut Putri (2014), setiap pengolahan 150 kg kelapa menghasilkan 19,50 kg ampas kelapa, sehingga diasumsikan 1 butir kelapa menghasilkan 0,195 kg ampas kelapa. Limbah ampas kelapa jika dikonversikan dalam berat, maka pada tahun 2022 sebesar 120,626 Ton/tahun.

Ampas kelapa merupakan hasil samping dari pemerasan santan kelapa, ampas kelapa biasanya hanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan dibuang atau dibiarkan menumpuk. Ampas kelapa masih memiliki kandungan protein 23%, karbohidrat 93% terdiri dari 61% galaktomanan, 26% manosa, dan 13% selulosa (Yulvianti dkk, 2015) maka ampas kelapa dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat makanan. Pemanfaatan ampas kelapa menjadi bahan pangan akan sangat menguntungkan secara ekonomi bagi petani kelapa dan produsen produk pangan berbasis kelapa, serta memberikan manfaat kesehatan gizi bagi masyarakat. Maka

(16)

2 ampas kelapa dapat diolah menjadi tepung ampas kelapa karena tepung kelapa memiliki banyak keunggulan dibandingkan jenis tepung lainya.

Keunggulan utama tepung ampas kelapa yaitu masih mengandung serat pangan. Tepung kelapa mengandung 60,9 gram total serat pangan dalam setiap 100 gram sampel, yaitu 56% serat tidak larut dalam air dan 4% serat larut dalam air.

Secara signifikan jumlah kandungan ini lebih besar dibandingkan kandungan serat pangan pada sumber-sumber serat lainnya. Seperti tepung pisang, cassava, gandum dan beras. Kapasitas penyerapan air dan kapasitas emulsifying tepung kelapa secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan tepung kaya serat lainnya. Namun, tepung kelapa memiliki kapasitas pengembangan yang rendah sehingga tepung kelapa baik untuk produk yang tidak memerlukan pengembangan volume yang besar seperti cookies atau kue kering (Trinidad, et al. 2005).

Cookies atau kue kering merupakan jenis makanan ringan yang dipanggang.

Cookies dibuat dari adonan lunak yang mengandung bahan dasar terigu, pengembang, berkadar lemak tinggi, renyah, dan bila dipatahkan penampang potongannya bertekstur kurang padat. Menurut Manley (1983), bahwa selama pemanggangan, panas yang dihasilkan akan menyebabkan perubahan fisik dan kimia dalam komponen sistem adonan yang menghasilkan struktur yang stabil dengan sifat-sifat aroma, cita rasa, tekstur yang diinginkan. Proses pembuatan cookies meliputi adonan (mixing), pencetakan atau pembentukan adonan (foaming) dan pemanggangan (baking).

Pengolahan tepung ampas kelapa menjadi cookies kelapa termasuk ke dalam nilai tambah dari suatu produk. Nilai tambah adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena adanya beberapa perlakuan sehingga terdapat selisih antara nilai output dan input fungsionalnya. Selain itu, dapat diketahui juga berapa imbalan atas faktor produksi yang diterima oleh pelaku usaha. Upaya penciptaan nilai tambah produk pertanian penting dilakukan karena dapat mendorong peningkatan pendapatan petani (melalui perbaikan harga) dan membantu mendorong perkembangan ekonomi domestik secara keseluruhan (Hadi, 2014). Untuk mengetahui perkiraan dalam hal pendanaan dan aliran kas, dibutuhkan analisis

(17)

3 kelayakan finansial untuk mengetahui usaha pengolahan tepung ampas kelapa menjadi cookies kelapa layak atau tidaknya dijalankan.

Analisis kelayakan finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pendapatan dan pengeluaran, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang ditentukan dan menilai apakah proyek akan dapat terus dikembangkan (Umar, 2005). Kajian analisis aspek finansial yang dilakukan dengan perhitungan kuantitatif yaitu aliran kas (cash flow), kemudian menghitung Break Even Point (BEP) dan kriteria kelayakan investasi yang terdiri dari Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate Return (IRR) dan Payback Period (PP). Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Nilai Tambah Pengolahan Tepung Ampas Kelapa Menjadi Cookies Kelapa di Kecamatan Mendahara Ulu”

1.2 Rumusan Masalah

Luas tanaman kelapa di Kecamatan Mendahara Ulu mencapai 751 Ha dengan total produksi buah kelapa sekitar 705 Ton/tahun, menghasilkan limbah berupa ampas kelapa sebesar 120,626 Ton/tahun. Kurangnya informasi tentang pengolahan limbah ampas kelapa menyebabkan penumpukan dan pencemaran limbah karena tidak diolah dengan baik. Potensi limbah ampas kelapa sangat besar untuk dijadikan tepung dan tepung ampas kelapa inilah yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan cookies, karna ampas kelapa masih memiliki kandungan protein 23%, karbohidrat 93% terdiri dari 61% galaktomanan, 26% manosa, dan 13% selulosa (Yulvianti et.al, 2015) maka ampas kelapa dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat tepung. Tepung kelapa mengandung 60,9 gram total serat pangan dalam setiap 100 gram sampel, yaitu 56% serat tidak larut dalam air dan 4% serat larut dalam air. Untuk membangun usaha pengolahan tepung ampas kelapa menjadi cookies kelapa perlu dilakukan analisis nilai tambah dan kelayakan finansial yang tujuannya untuk mengetahui usaha layak didirikan atau tidak.

Berdasarkan uraian diatas, maka dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah:

(18)

4 1. Bagaimana proses pengolahan tepung ampas kelapa menjadi cookies

kelapa?

2. Bagaimana analisis nilai tambah dari produksi tepung ampas kelapa menjadi cookies kelapa?

3. Bagaimana kelayakan finansial dari produksi tepung ampas kelapa menjadi cookies kelapa?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang dihadapi, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui proses pengolahan tepung ampas kelapa menjadi cookies kelapa.

2. Untuk mengetahui analisis nilai tambah dari produksi tepung ampas kelapa menjadi cookies kelapa.

3. Untuk mengetahui kelayakan finansial dari produksi tepung ampas kelapa menjadi cookies kelapa.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan dari penelitian yang telah dituliskan, maka diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak, diantaranya sebagai berikut:

1. Sebagai bahan informasi bagi pengusaha mengenai pemanfaatan limbah padat berupa ampas kelapa yang dapat berpotensi meningkatkan keuntungan dan kesejahteraan.

2. Sebagai bahan masukan bagi penulis untuk dapat meningkatkan jiwa kewirausahaan.

3. Sebagai bahan masukan bagi akademis untuk menjadi acuan atau rujukan suatu metode yang dapat dibandingkan dengan penelitian berikutnya.

(19)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa

Tanaman kelapa di Indonesia merupakan populasi terbesar di dunia. Pohon kelapa tumbuh sekitar 3,8 juta hektar di Indonesia, yaitu sekitar 31,7 % dari total pohon kelapa di dunia. Tanaman kelapa tumbuh pada delapan puluh negara tropis terutama di daerah yang dekat dengan pantai yaitu di negara-negara Afrika Barat, Malaysia, Filipina, Indonesia, India, Srilangka, dan Papua Nugini. Namun, tanaman kelapa terfokus di Asia Selatan dan Asia Tenggara terutama di Indonesia (APCC, 2009).

Kelapa yang biasa dijuluki pohon kehidupan, karena bagian-bagian tanaman kelapa ini dapat dimanfaatkan. Bunga kelapa menghasilkan nira kelapa yang dapat dijadikan gula kelapa (gula merah), daging buah kelapa dapat menghasilkan kopra, minyak kelapa, santan, dan kelapa parut kering (desiccated coconut), sabut kelapa dapat menghasilkan coir fiber, keset, sapu, matras, dan bahan pembuat spring bed, tempurung kelapa bisa dimanfaatkan menjadi arang tempurung, karbon aktif, dan kerajinan tangan, air kelapa dapat dimanfaatkan sebagai bahan pewarna dan obat- obatan (Jamaran, 2009).

Kelapa merupakan komoditi perkebunan yang mempunyai potensi pemanfaatan yang sangat luas mulai dari daging, sabut, tempurung, daun, dan air kelapa. Berbagai macam pemanfaatan kelapa pada industri pengolahan kelapa seperti industri santan dan minyak kelapa sudah pasti meninggalkan ampas dari daging kelapa parut. Ampas dari industri pengolahan kelapa memiliki kandungan serat yang tinggi dan nilai gizi yang sangat baik untuk kesehatan. Selama ini ampas kelapa hanya dibuang dan dijadikan pakan ternak dengan harga jual dipasaran yang cukup rendah. Ampas kelapa dapat diolah menjadi tepung kelapa yang kemudian sebagai pemanfaatan bahan baku pada industri makanan seperti roti, kue, permen (confectionary) sebagai pengisi, misalnya dalam permen kacang, pai, biskuit, tekstur pada kue, dan lain-lain (Syah et. Al.,2004).

(20)

6 2.2 Limbah Padat Ampas Kelapa

Limbah berdasarkan peraturan Britania Raya diartikan sebagai zat apapun yang merupakan hasil samping atau aliran bahan atau bahan berlebih lain yang tidak diinginkan yang muncul dari sebuah proses. Semakin meningkatnya budaya konsumtif membuat industri ditekan untuk menghasilkan barang dalam jumlah lebih banyak sehingga limbah dari proses produksi semakin bertambah. Di sisi lain, industri juga ditekan untuk mengurangi dampak buruk bagi lingkungan. maka banyak tercipta inovasi-inovasi yang mengolah limbah industri menjadi sesuatu yang berguna atau berkurangnya dampak terhadap lingkungan kecil. Contoh pengolahan limbah menjadi bahan yang berguna diantaranya adalah karbon aktif yang didapat dari tempurung dari buah keras, protein daun dari kacang polong hijau, agen pewarna alami dari tangkai paprika, dan termasuk tepung dari kulit buah- buahan (Brennan, 2006).

Selama ini limbah ampas kelapa hanya dibuang dan dibiarkan menumpuk di sembarang tempat sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan. Menurut Yulvianti et.al., (2015), bahwa pemanfaatan ampas kelapa sebagai sumber pangan atau bahan substitusi makanan kesehatan selama ini belum banyak diketahui.

Meskipun ampas kelapa merupakan hasil samping dari pembuatan santan, tetapi ampas kelapa masih memiliki kandungan nutrisi dan serat kasar yang cukup tinggi.

Serat pangan tidak dapat dicerna dan tidak diserap oleh saluran pencernaan manusia, tetapi memiliki fungsi yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit dan sebagai komponen penting dalam terapi gizi. Ampas kelapa masih memiliki kandungan protein 23%, karbohidrat 93% terdiri dari 61%

galaktomanan, 26% manosa, dan 13% selulosa. Disamping itu, potensi pemanfaatan limbah ampas kelapa ini dijadikan sebagai sumber pangan sangat menjanjikan mengingat produktivitas kelapa di Indonesia cukup tinggi rata-rata mencapai 19,5 miliar butir pertahun atau setara dengan 12,02 miliar ton daging kelapa per tahun. Setiap pengolahan daging kelapa tentu menghasilkan ampas kelapa (Putri, 2014).

(21)

7 2.3 Proses Pengolahan Tepung Ampas Kelapa Menjadi Cookies Kelapa

a. Proses Pengolahan Tepung Ampas Kelapa

Tepung ampas kelapa adalah tepung yang diperoleh dengan cara menghaluskan ampas kelapa yang telah dikeringkan. Tepung ampas kelapa dapat digunakan sebagai bahan baku roti, brownies atau ekstraksi dengan pelarut sehingga menghasilkan tepung yang bebas lemak dan tahan lebih lama dalam penyimpanannya. Ampas kelapa yang digunakan untuk pembuatan tepung ampas kelapa merupakan hasil samping dari proses produksi dari industri yang berbasis pengolahan kelapa seperti industri VCO. Ampas kelapa yang telah dikumpulkan kemudian dikeringkan, pengeringan dilakukan untuk mengurangi kadar air yang ada hingga 2,5-3,5 %, proses pengeringan dengan cara dikeringkan menggunakan oven bersuhu 60-70°C selama 20-45 menit. Kemudian ampas kelapa dihaluskan untuk mendapatkan tekstur ampas kelapa yang halus menggunakan mesin penggiling tepung. Untuk menghasilkan tepung yang halus dan bersih, hasil penggilingan ampas kelapa disaring menggunakan tapisan tepung dengan ukuran 100 mesh (Putri, 2017).

b. Proses Pengolahan Cookies Kelapa

Pada pembuatan cookies menggunakan telur ayam , penggunaan kuning telur akan menghasilkan cookies yang lebih empuk dari pada menggunakan seluruh bagian telur. Lesitin dalam kuning telur dapat berfungsi sebagai emulsifier pada pembuatan cookies, sehingga membantu menyebarkan lemak ke seluruh bagian adonan yang lebih baik lagi. Disamping itu telur juga menambah nilai gizi produk akhir karena mengandung protein, lemak dan mineral. Pembuatan cookies kelapa meliputi penimbangan bahan-bahan sesuai dengan prosedur, kemudian pengocokan gula halus, kuning telur, dan garam sampai membentuk krim selanjutnya ditambahkan soda kue, proses selanjutnya penambahan tepung ampas kelapa pada krim lalu dikocok dengan menggunakan kecepatan yang rendah sampai adonan tercampur merata. Kemudian proses pencetakan, pencetakan adonan sesuai dengan bentuk yang diinginkan dan dilanjutkan dengan peletakan adonan diatas loyang yang telah diolesi dengan margarin. Kemudian pemanggangan menggunakan oven

(22)

8 pada suhu 180°C selama 15 menit. Kemudian pendinginan produk akhir pada suhu ruangan. (Rosida, dkk. 2014)

2.4 Analisis Nilai Tambah

Nilai Tambah (value added ) dapat diartikan sebagai pertambahan nilai yang terjadi dalam suatu komoditi, akibat mengalami pengolahan lebih lanjut dalam suatu proses produksi (Tambunan, 1999). Berdasarkan definisi tersebut, maka industri pengolahan hasil pertanian dapat dikatakan sebagai industri yang dapat memberikan nilai tambah. Sumber-sumber nilai tambah suatu komoditi diperoleh dari pemanfaatan faktor-faktor seperti tenaga kerja, modal, lahan dan manajemen.

Untuk menjamin agar kegiatan produksi terus berjalan secara efektif dan efisien, maka nilai tambah yang diciptakan perlu didistribusikan secara adil kepada faktor- faktor produksi yang digunakan (Bastaman, 2009).

Nilai tambah dapat dilihat dari dua sisi yaitu nilai tambah untuk pengolahan dan nilai tambah untuk pemasaran. Nilai tambah untuk pengolahan dipengaruhi oleh faktor teknis yang meliputi kapasitas produksi, jumlah bahan baku dan tenaga kerja serta faktor pasar yang meliputi harga output, harga bahan baku, upah tenaga kerja dan harga bahan baku lain selain harga bahan bakar dan tenaga kerja.

Besarnya nilai tambah suatu hasil pertanian karena proses pengolahan adalah pengurangan biaya bahan baku serta input lainnya terhadap nilai produk yang dihasilkan tidak termasuk tenaga kerja. (Sudiyono, 2004).

Pada umumnya analisis nilai tambah dilakukan dengan menggunakan metode hayami. Pengukuran nilai tambah dengan menggunakan metode hayami dilakukan dengan cara mengidentifikasi komponen-komponen utama, seperti input yang digunakan, output yang dihasilkan, harga bahan baku, harga jual produk, biaya tenaga kerja dan sumbangan input lain. Keunggulan metode hayami yaitu dapat mengetahui besarnya nilai tambah dan output serta dapat mengetahui besarnya balas jasa terhadap pemilik faktor-faktor produksi (Suprapto, 2006).

Analisis nilai tambah pengolahan produk pertanian dapat dilakukan dengan cara sederhana, yaitu dengan melalui perhitungan nilai tambah per kilo bahan baku yang digunakan untuk satu kali proses produksi. Analisis nilai tambah berguna

(23)

9 untuk menaksir atau memperkirakan balas jasa yang diterima para pelaku usaha agroindustri dan mengukur besarnya kesempatan kerja yang diciptakan oleh pengusaha agroindustri (Pramitha, 2013).

Berdasarkan konsep nilai tambah menggunakan metode hayami, nilai-nilai yang diperhitungkan untuk menghitung besarnya nilai tambah meliputi variabel input, output, tenaga kerja, hari orang kerja, upah tenaga kerja, sumbangan input lainnya, serta balas jasa dari masing-masing faktor produksi. Terdapat tiga komponen pendukung dalam perhitungan nilai tambah, yaitu faktor konversi, faktor koefisien tenaga kerja, dan nilai produk, faktor konversi menunjukkan banyaknya output yang dihasilkan dari satu satuan input. Faktor koefisien tenaga kerja menunjukkan banyaknya tenaga kerja yang diperlukan untuk mengolah satu satuan input, sedangkan nilai produk menunjukkan nilai output per satu satuan input. Input produksi yang memperoleh perlakuan, sehingga mengalami perubahan baik bentuk, tempat, maupun waktu dan menghasilkan nilai tambah.

2.5 Analisis Kelayakan finansial

Analisis kelayakan finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pendapatan dan pengeluaran, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah proyek akan dapat terus dikembangkan (Umar, 2005).

2.5.1 Cash Flow

Cash flow merupakan aliran kas dari suatu usaha yang terdiri dari penerimaan (inflow) dan pengeluaran (outflow) usaha. Aliran kas terdiri dari aliran kas masuk dan kas keluar dan masing-masingnya memiliki komponen yaitu aliran kas masuk yang terdiri dari pendapatan hasil penjualan, sedangkan kas keluar terdiri dari biaya investasi, biaya operasional, pembayaran angsuran pinjaman kredit bank, dan pajak penghasilan (Umar, 2003).

(24)

10 Berdasarkan jenis transaksinya kas dalam cash flow dibagi menjadi dua macam, yaitu: pertama, arus kas masuk (cash inflow), yaitu arus kas menurut jenis transaksinya yang mengakibatkan terjadinya arus penerimaan kas. Inflow yang terdapat dalam industri kecil yaitu penerimaan penjualan, manfaat tambahan, dan nilai sisa. Penerimaan penjualan merupakan hal yang paling utama karna penerimaan penjualan ini bersifat rutin. Kedua, arus kas keluar (cash outflow) yaitu arus kas menurut jenis transaksinya yang mengakibatkan terjadinya pengeluaran dana kas. Kas keluar (outflow) dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu biaya investasi, biaya tetap (fixed cost), dan biaya tidak tetap (variabel cost) (Haming dan Basmalah, 2003).

2.5.2 Break Even Point (BEP)

Break even point adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan yang dilaksanakan, biaya yang dikeluarkan serta pendapatan yang diterima perusahaan dari kegiatannya (Umar, 2009). Break even point menunjukkan bahwa perusahaan tidak mengalami kerugian, namun juga belum memperoleh keuntungan karena semua penerimaan akan habis untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel yang ditanggung perusahaan (Halim, 2007).

Break Even Point atau Titik impas adalah kembali pokok, pulang pokok, impas yang dimaksud adalah tidak untung dan tidak rugi. Break Even Point (BEP) atau titik impas adalah suatu titik atau kondisi dimana tingkat volume penjualan (produksi) atau besarnya pendapatan sama besarnya dengan pengeluaran perusahaan, sehingga pada saat itu perusahaan tidak mengalami keuntungan maupun kerugian (Firdaus, 2008).

2.5.3 Kriteria Kelayakan Investasi a. Payback Period (PP)

Payback Period merupakan masa pengembalian modal atau lama periode waktu untuk pengembalian modal investasi. Cepat atau lambat pengendalian suatu modal tergantung pada sifat aliran kas masuknya. Kriteria Payback Period tidak memiliki indikator standar dan bersifat relatif tergantung umur proyek dan besar

(25)

11 investasinya. Usaha layak dijalankan apabila Payback Period usaha tidak terlalu lama mendekati akhir proyek atau lebih lama dari umur proyek, Payback Period yang relatif cepat lebih disukai untuk investasi (Ibrahim, 2009).

b. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)

Benefit Cost Ratio merupakan penilaian yang dilakukan untuk melihat tingkat efisiensi penggunaan biaya berupa perbandingan jumlah nilai bersih sekarang yang positif dengan jumlah nilai bersih sekarang yang negatif atau dengan kata lain Net B/C adalah perbandingan antara jumlah NPV positif dengan jumlah NPV negatif dan ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat benefit akan kita peroleh dari cost yang kita keluarkan (Gray, et al, 2007).

c. Internal Rate Of Return (IRR)

Internal Rate Of Return (IRR) merupakan tingkat bunga yang menunjukkan bahwa suatu jumlah nilai sekarang (NPV) sama dengan jumlah seluruh biaya investasi, dimana dapat diartikan sebagai tingkat bunga yang menyebabkan NPV=

0. Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga maksimal yang dapat dibayarkan oleh usaha untuk sumberdaya yang digunakan. Suatu investasi dikatakan layak, apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku dan sebaliknya.

Suatu proyek akan dipilih bila nilai IRR yang dihasilkan lebih tinggi daripada tingkat suku bunga yang berlaku (IRR > social discount rate). Bila IRR< social discount rate menunjukkan bahwa modal proyek akan lebih menguntungkan bila didepositokan di bank dibandingkan jika digunakan untuk menjalankan proyek (Harahap, 2006).

d. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) atau nilai sekarang merupakan hasil perhitungan yang menunjukkan kesetaraan pendapatan, arus kas, atau penghematan biaya dari investasi yang diperkirakan akan diperoleh pada masa yang akan datang dengan nilai investasi yang dilakukan saat ini, berdasarkan pertimbangan perubahan daya beli uang atau nilai waktu uang (Samryn, 2002). Suatu keputusan investasi membutuhkan dana yang cukup besar untuk ditanamkan pada suatu proyek (Umar, 2009).

(26)

12 Menurut metode NPV seluruh aliran kas bersih di-present value-kan atas dasar faktor diskonto (discount factor= DF), hasilnya dibandingkan dengan intialinvestment. Selisih antara keduanya merupakan NPV. Faktor diskonto adalah suatu angka yang apabila dikalikan dengan arus kas bersih atau penghematan biaya dari investasi akan menghasilkan angka yang setara dengan nilai kas tersebut pada saat investasi, berdasarkan tingkat bunga modal yang berlaku. Bunga modal biasanya dianggap sebagai rate of return (persentase pengembalian) minimal yang harus dicapai dari suatu investasi (Samryn, 2002).

Penilaian kelayakan finansial berdasarkan NPV yaitu:

1. NPV > 0 Berarti secara finansial proyek layak untuk dilakukan karena manfaat yang diperoleh lebih besar dari pada biaya.

2. NPV > 0 Berarti secara finansial proyek sulit untuk dilakukan karena manfaat yang diperoleh untuk menutupi biaya yang dikeluarkan.

3. NPV > 0 Berarti secara finansial proyek tidak layak untuk dilakukan karena manfaat yang diperoleh lebih kecil dari pada biaya yang dikeluarkan.

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu diperlukan sebagai bahan referensi dan penuntun dalam penentuan metode dalam menganalisis data penelitian. Penelitian Arfandi, M dan Rahim, I (2022), dalam Analisis Nilai Tambah Produk Keripik Kelapa Pada UMKM di Desa Labuan Lobo Kabupaten Tolitoli. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai tambah yang diberikan buah kelapa setelah diolah menjadi keripik kelapa. Pengolahan kelapa menjadi keripik kelapa dapat meningkatkan nilai tambah ekonominya, yaitu harganya relative tinggi dibanding saat kelapa belum diolah.

Dari harga rata-rata Rp.2.000/kg kelapa menjadi Rp.80.000/kg keripik kelapa. Nilai tambah yang diperoleh sebesar Rp.127.250/kg atau rasio nilai tambah sebesar 66,27% dengan perolehan keuntungan pengusaha sebesar Rp.122.650/kg atau tingkat keuntungan sebesar 63,88%.

Berdasarkan penelitian Stefanus (2020), dalam Analisis Finansial dan Nilai Tambah Usaha Kopi Cigalontang Melalui Skema Pengolahan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di KHP Tasikmalaya bahwa Usaha kopi Cigalontang

(27)

13 layak untuk dijalankan karena sudah memenuhi kriteria kelayakan secara finansial.

Kegiatan penanaman menghasilkan NPV sebesar Rp.234.902.497, nilai BCR sebesar 1,90 dan nilai IRR sebesar 35,08%. Kegiatan pengolahan kopi menghasilkan nilai NPV sebesar Rp.2.968.369.251, Nilai BCR sebesar 2,04 dan IRR sebesar 98,08%. Kegiatan pengolahan kopi memberikan nilai tambah yang besar. Nilai Tambah Kopi Cigalontang dianalisis menggunakan skenario 100 kg bahan baku yang diolah. Nilai tambah yang didapat pada setiap olahan berbeda- beda. Nilai tambah pada olahan gabah sebesar Rp.3.110, Nilai tambahan pada olahan green bean sebesar Rp.35.122, dan nilai tambahan pada olahan roasted bean/bubuk kopi sebesar Rp.90.506. Rasio nilai tambah dari masing-masing olahan dari gabah, green bean, dan roasted bean/bubuk kopi yaitu 25,92%, 36,02% dan 37,71% karena nilai output yang besar dan marjin yang cukup jauh dengan biaya harga bahan baku dan biaya sumbangan input lainnya. Olahan kopi yang memiliki nilai tambah tertinggi terdapat pada olahan roasted bean/bubuk kopi dengan rasio nilai tambah 37,71%, sedangkan rasio keuntungan perusahaan tertinggi terdapat pada olahan green bean yaitu sebesar 91,91%. Hasil analisis sensitivitas pada setiap kegiatan usaha kopi dengan skenario yang sudah ditetapkan menunjukkan bahwa usaha kopi Cigalonang lebih sensitif terhadap kondisi terjadinya penurunan pendapatan daripada biaya produksi.

Judul penelitian yang dilakukan oleh Herdiyandi, dkk. (2016), adalah Analisis Nilai Tambah Agroindustri Tepung Tapioka di Desa Negara Tengah Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya bahwa biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha agroindustri tepung tapioka dalam satu kali produksi adalah Rp.3.007.536,22. Biaya Penerimaan Rp.4.200.000 sehingga memperoleh pendapatan Rp.1.192.463,78 dalam satu kali proses produksi, dengan jumlah bahan baku 2500 kg. Besarnya R/C agroindustri tepung tapioka adalah 1,39 dan pendapatan Rp.0,39 dengan demikian agroindustri tepung tapioka di Perusahaan menguntungkan. Dan Nilai Tambah yang diperoleh yaitu Rp.662 per kilogram dengan total produksi tepung tapioka 700 kg dalam satu kali proses produksi.

(28)

14 2.7 Kerangka Pemikiran

Pada proses produksi tepung ampas kelapa menghasilkan output berupa cookies kelapa. Proses produksi pembuatan cookies kelapa akan dianalisis menggunakan biaya tetap yang terdiri dari penyusutan peralatan, biaya pemeliharaan peralatan, biaya persediaan dan penyimpanan bahan, dan biaya tenaga kerja. Sedangkan biaya variabel terdiri dari bahan baku, bahan penolong, produksi, pengemasan, tenaga kerja, dan pemasaran, biaya total dan total penerimaan penjualan.

Output tepung ampas kelapa akan dianalisis terlebih dahulu mengenai analisis nilai tambah untuk mengetahui perbandingan nilai jual dan kelayakan finansialnya untuk mengetahui layak atau tidaknya suatu usaha untuk didirikan.

Gambar kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.

(29)

15 Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Observasi

Kelapa Kelapa Dijadikan

Kopra

Ampas Kelapa

Cookies Kelapa Proses Pembuatan

Cookies Kelapa Proses Pembuatan Tepung Ampas Kelapa

Analisis Nilai Tambah (Positif/Negatif)

Analisis Kelayakan Finansial (Layak/Tidak layak) Produksi Santan

Kelapa

Santan Kelapa

(30)

16 2.9 Hipotesis

Adapun hipotesis untuk penelitian ini adalah:

1. H1 : Pengolahan tepung ampas kelapa menjadi cookies kelapa dapat memberikan nilai tambah secara positif.

H2 : Pengolahan tepung ampas kelapa menjadi cookies kelapa dapat memberikan nilai tambah secara negatif.

2. H1 : Pengolahan tepung ampas kelapa menjadi cookies kelapa layak dilanjutkan secara finansial.

H2 : Pengolahan tepung ampas kelapa menjadi cookies kelapa tidak layak dilanjutkan secara finansial.

(31)

17 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu Dan Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2022.

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Mendahara Ulu, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi. Penentuan tempat penelitian didasarkan atas pertimbangan besarnya potensi limbah yang dihasilkan di Kecamatan Mendahara Ulu mencapai 120,626 Ton Pada tahun 2022 Didapatkan dari luas lahan perkebunan kelapa yang mencapai 751 Ha dengan produksi sebesar 705 Ton atau tingkat produktivitas rata-rata 0,939 Ton/Ha

3.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif dan metode kuantitatif. Metode deskriptif analisis adalah metode yang digunakan untuk meneliti, obyek, kondisi, suatu peristiwa atau sistem pemikiran pada masa sekarang, aktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat antar hubungan fenomena yang diselidiki dan hasil dari deskriptif analisis dapat dijelaskan dalam sebuah informasi (Nazir, 2005).

Analisis data dilakukan secara kuantitatif. Metode yang digunakan dalam analisis data kuantitatif adalah analisis nilai tambah dan analisis kelayakan finansial. Perhitungan analisis nilai tambah dimulai dengan perhitungan pendapatan dan keuntungan yang terdiri dari nilai output, nilai tambah, rasio nilai tambah, imbalan tenaga kerja, bagian tenaga kerja, keuntungan, dan tingkat keuntungan.

Sedangkan bagian balas jasa untuk faktor produksi terdiri dari margin keuntungan, keuntungan, tenaga kerja, dan input lain.

Analisis finansial akan dimulai dengan perhitungan arus tunai berupa arus kas masuk dan arus kas keluar. Arus kas masuk berupa penerimaan penjualan yang direncanakan, sedangkan arus kas keluar berupa biaya investasi dan biaya operasi (biaya tetap dan biaya tidak tetap). Kemudian dilakukan analisis kriteria kelayakan investasi yang terdiri dari Net Present Value (NPV), Net Benefit-Cost Ratio (Net

(32)

18 B/C), dan Payback Period (PP). Untuk melihat titik dimana usaha mengalami penerimaan impas digunakan Break Event Point (BEP).

3.3 Jenis Dan Sumber Data a. Data Primer

Merupakan data yang diperoleh melalui observasi serta wawancara secara langsung menggunakan pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya, wawancara dilakukan dengan pemilik UMKM Dodol Nipah dan UMKM santan peras. Selain itu, observasi dilakukan dengan pengamatan dan pencatatan secara langsung pada objek yang diamati di lapangan sehingga akan diperoleh gambaran yang jelas.

b. Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh melalui proses membaca, mempelajari dan mengambil keterangan yang diperlukan dari jurnal-jurnal di internet, buku-buku, dokumen-dokumen, penelitian terdahulu, bahan- bahan kuliah, serta sumber-sumber data lainnya yang berhubungan dengan topik penelitian yang dilakukan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan data awal yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan melakukan riset lapangan dan riset keputusan sebagai berikut:

a. Riset Lapangan

1. Pengamatan (Observation)

Tahap ini pengamatan dilakukan secara langsung ke tempat yang akan diteliti untuk mendapatkan data-data dan informasi mengenai objek yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas.

2. Wawancara (interview)

Tahap wawancara atau tanya jawab yang dilakukan secara langsung dengan pemilik usaha atau dengan orang-orang yang bersangkutan untuk mendapatkan informasi serta data-data yang dapat membantu dalam melakukan analisis. Untuk daftar pertanyaan dapat dilihat pada Lampiran 2.

(33)

19 b. Riset Kepustakaan (Library Research)

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh aspek teoritis dengan cara membaca, mengumpulkan, mencatat data serta mempelajari buku-buku, literatur-literatur, jurnal-jurnal, materi-materi kuliah yang berkaitan serta sumber lainnya yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.

3.5 Proses Pengolahan Tepung Ampas Kelapa Menjadi Cookies Kelapa a. Proses Pengolahan Tepung Kelapa

Diagram alir proses pembuatan tepung kelapa dapat dilihat pada Lampiran 5.

Berikut penjelasan mengenai proses pembuatan tepung ampas kelapa oleh Putri (2017), yang dimodifikasi:

a. Proses Pengeringan

Ampas kelapa ditimbang sebanyak 1 kg dikeringkan menggunakan oven pengering dengan cara memasukkan ampas kelapa kedalam loyang yang terbuat dari stainless kemudian loyang dimasukkan kedalam oven.

pengeringan menggunakan oven dengan suhu 60-70°C selama 20-45 menit.

b. Proses Penghalusan

Hasil pengeringan ampas kelapa yang sudah di keringkan kemudian dihaluskan menggunakan mesin penepung yaitu grinder dengan kapasitas 500 gram sehingga mempunyai tekstur ampas kelapa yang lebih kecil dan halus atau berbentuk tepung.

c. Proses Pengayakan

Tepung kelapa diayak menggunakan ayakan 100 mesh sehingga mendapatkan tepung kelapa yang lebih halus, tepung kelapa yang tidak lolos dari ayakan di haluskan lagi menggunakan mesin grinder.

b. Proses Pengolahan Cookies Kelapa

Tahap-tahap pembuatan cookies kelapa menurut Rosida, dkk (2014), yang dimodifikasi:

a. Proses Pencampuran

Timbang semua bahan yang digunakan Masukkan kedalam baskom yang telah disiapkan 385 gram kuning telur, 275 gram gula halus aduk

(34)

20 menggunakan mixer sampai tercampur rata. Setelah semua adonan tercampur rata tambahkan 7 gram baking soda (Natrium bikarbonat), tambahkan 2,5 gram garam tambahkan sedikit demi sedikit kemudian campurkan 275 gram tepung kelapa, 275 gram tepung terigu, kedalam adonan sampai tercampur rata.

b. Proses Pembentukan Adonan

Setelah semua adonan tercampur rata kemudian bentuk adonan cookies kelapa seperti cookies pada umumnya dengan ukuran 10 gram setiap adonan. Pembentukan adonan dilakukan secara manual menggunakan tangan yang dilapisi plastic. Tujuan pembentukan adonan agar mempercepat proses pemanggangan.

c. Proses Pemanggangan

Setelah adonan dibentuk kemudian adonan disusun diatas loyang, kemudian loyang tersebut dimasukkan kedalam oven. panggang adonan tersebut menggunakan oven dengan suhu 180°C selama 15 menit sampai adonan matang.

d. Proses Pengemasan

Pengemasan menggunakan jenis kemasan zipper lock dengan ukuran 14x22 cm dengan berat 200 gram. Tujuan dari pengemasan ini yaitu untuk melindungi produk dari kontaminasi bahan dan zat berbahaya, membuat produk lebih menarik dan memperpanjang masa simpan produk.

(35)

21 3.6 Analisis Kriteria Nilai Tambah

Tabel 1. Perhitungan Nilai Tambah Menurut Metode Hayami

No Variabel Nilai

Output, Input, Harga

1 Output yang dihasilkan (Kg/Tahun) A

2 Input bahan baku (Kg/Tahun) B

3 Tenaga kerja (HOK/Tahun) C

4 Faktor Konversi D = A/B

5 Koefisien tenaga kerja E = C/D

6 Harga Output (Rp/kg) F

7 Upah rata-rata tenaga kerja (Rp/HOK) G Pendapatan dan keuntungan

8 Harga bahan baku (Rp/Kg) H

9 Sumbangan input lain (Rp/Kg) I

10 Nilai output (Rp/Kg) J = D × F

11 a. Nilai Tambah (Rp/Kg) K = J - H – I

b. Rasio nilai tambah (%) L (%) = (K/J) × 100%

12 a. Imbalan tenaga kerja (Rp/Kg) M = E × G

b. Bagian tenaga kerja (%) N (%) = (M/K) × 100%

13 a. Keuntungan (Rp/Kg) O = K-M

c. Tingkat Keuntungan (%) Balas Jasa Untuk Faktor Produksi

P (%) = (O/K) × 100%

14 Margin (Rp/kg*) Q = J-H

a. Pendapatan tenaga kerja (%) R (%) = (M/Q) × 100%

b. Sumbangan input lain (%) S (%) = (I/Q) × 100%

c. Keuntungan Perusahaan (%) T (%) = (O/Q) × 100%

Sumber : Hayami et al. (1987) Keterangan :

A = Output atau total produksi yang dihasilkan selama satu tahun

B = Input atau bahan baku yang digunakan untuk memproduksi cookies kelapa dalam satu tahun analisis

(36)

22 C = Tenaga kerja dihitung dalam bentuk HOK (Hari Orang Kerja) dalam satu tahun

analisis

F = Harga produk yang berlaku untuk satu kemasan

G = Jumlah upah rata-rata yang diterima oleh pekerja dalam setiap satu kilo gram produksi yang dihitung berdasarkan per HOK

H = Harga Input bahan baku utama per kilogram

I =Sumbangan atau biaya input lainnya yang terdiri dari biaya bahan baku penolong, biaya penyusutan.

Kriteria Nilai Tambah (NT) adalah :

a. Jika NT > 0, berarti pemanfaatan tepung ampas kelapa menjadi cookies kelapa memberikan nilai tambah (positif)

b. Jika NT < 0, berarti pemanfaatan tepung ampas kelapa menjadi cookies kelapa tidak memberikan nilai tambah (negatif).

a. Faktor Konversi

Secara matematis rumus yang digunakan dalam perhitungan faktor konversi adalah sebagai berikut:

𝐷 =A

B

Keterangan:

D = Faktor Konversi A = Output (Kg Input) B = Bahan Baku (Kg Output) b. Koefisien Tenaga Kerja

Secara matematis rumus yang digunakan dalam perhitungan koefisien tenaga kerja adalah sebagai berikut:

E= C

B

Keterangan:

E = Koefisien Tenaga Kerja C = Tenaga Kerja (HOK) B = Bahan Baku (Kg)

(37)

23 c. Nilai Output (Rp/Kg)

Secara matematis rumus yang digunakan dalam perhitungan nilai output adalah sebagai berikut:

J = D × F Keterangan:

J = Nilai Output (Rp/Kg)

D = Faktor konversi merupakan hasil dari pembagian Output dan bahan baku.

F = Harga Output (Rp/Kg) d. Nilai Tambah (Rp/Kg)

Secara matematis rumus yang digunakan dalam perhitungan nilai tambah adalah sebagai berikut:

K = J-H-I Keterangan:

K = Nilai Tambah (Rp/Kg) J = Nilai Output (Rp/Kg)

I = Sumbangan Input Lain (Rp/Kg) H = Harga Bahan Baku (Rp/Kg)

e. Rasio Nilai Tambah (%)

Secara matematis rumus yang digunakan dalam perhitungan rasio nilai tambah adalah sebagai berikut:

𝐿 =K

J× 100%

Keterangan:

L = Rasio Nilai Tambah (%) K = Nilai Tambah (Rp/Kg) J = Nilai Output (Rp/Kg)

f. Imbalan Tenaga Kerja (Rp/Kg)

Secara matematis rumus yang digunakan dalam perhitungan imbalan tenaga kerja adalah sebagai berikut:

M = E × G

(38)

24 Keterangan:

M = Imbalan Tenaga Kerja (Rp/Kg) E = Koefisien Tenaga Kerja

G = Upah Rata-rata Tenaga Kerja (Rp/HOK) g. Bagian Tenaga Kerja (%)

Secara matematis rumus yang digunakan dalam perhitungan bagian tenaga kerja adalah sebagai berikut:

𝑁 =M

𝐾 × 100%

Keterangan:

N = Bagian Tenaga Kerja (%) M = ImbalanTenaga Kerja (RP/Kg) K = Nilai Tambah (Rp/Kg)

h. Keuntungan (Rp/Kg)

Secara matematis rumus yang digunakan dalam perhitungan bagian tenaga kerja adalah sebagai berikut:

O = K – M Keterangan:

O = Keuntungan (Rp/Kg) K = Nilai Tambah (Rp/Kg)

M = Imbalan Tenaga Kerja (Rp/Kg) i. Tingkat Keuntungan (%)

Secara matematis rumus yang digunakan dalam perhitungan tingkat keuntungan adalah sebagai berikut:

𝑃 =O

𝐽 × 100%

Keterangan:

P = Tingkat Keuntungan (%) O = keuntungan (Rp/kg)

J = Nilai Output (Rp/Kg)

(39)

25 j. Margin Keuntungan (Rp/Kg)

Secara matematis rumus yang digunakan dalam perhitungan margin keuntungan adalah sebagai berikut:

Q = J – H Keterangan:

Q = Margin Keuntungan (Rp/Kg) J = Nilai Output (Rp/Kg)

H = Harga Bahan baku (Rp/Kg) k. Pendapatan Tenaga Kerja (%)

Secara matematis rumus yang digunakan dalam perhitungan pendapatan tenaga kerja adalah sebagai berikut:

𝑅 = M

Q× 100%

Keterangan:

R = pendapatan Tenaga Kerja (%) M = Imbalan Tenaga kerja (Rp/Kg) Q = Margin Keuntungan (Rp/Kg) l. Sumbangan Input Lain (%)

Secara matematis rumus yang digunakan dalam perhitungan sumbangan input lain adalah sebagai berikut:

𝑆 = I

Q100%

Keterangan:

S = Sumbangan Input Lain (%) I = Sumbangan Input Lain (Rp/Kg) Q = Margin Keuntungan (Rp/Kg) m. Keuntungan Perusahaan (%)

Secara matematis rumus yang digunakan dalam perhitungan keuntungan perusahaan adalah sebagai berikut:

𝑇 = O

𝑄× 100%

(40)

26 Keterangan:

T = Keuntungan Perusahaan (%) O = Keuntungan (Rp/Kg)

Q = Margin Keuntungan (Rp/Kg)

3.7 Analisis Kriteria Kelayakan Finansial 3.7.1 Cash Flow

Cash flow merupakan aliran kas dari suatu usaha yang terdiri dari penerimaan (inflow) dan pengeluaran (outflow) usaha. Aliran kas disusun untuk mengetahui perubahan kas selama satu periode dan untuk memberikan alasan mengenai perubahan kas dengan memperlihatkan dari mana sumber kas serta penggunaan-penggunaannya. Aliran kas terdiri dari aliran kas masuk dan kas keluar dan masing-masingnya memiliki komponen yaitu aliran kas masuk yang terdiri dari pendapatan hasil penjualan, sedangkan kas keluar terdiri dari biaya investasi, biaya operasional, pembayaran angsuran pinjaman kredit bank, dan pajak penghasilan (Umar, 2003).

Berdasarkan jenis transaksinya kas dalam cash flow dibagi menjadi dua macam, yaitu: pertama, arus kas masuk (cash inflow), yaitu arus kas menurut jenis transaksinya yang mengakibatkan terjadinya arus penerimaan kas. Inflow yang terdapat dalam industri kecil yaitu penerimaan penjualan, manfaat tambahan, dan nilai sisa. Penerimaan penjualan merupakan hal yang paling utama karna penerimaan penjualan ini bersifat rutin. Kedua, arus kas keluar (cash outflow) yaitu arus kas menurut jenis transaksinya yang mengakibatkan terjadinya pengeluaran dana kas. Kas keluar (outflow) dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu biaya investasi, biaya tetap (fiks cost), dan biaya tidak tetap (variabel cost). (Haming dan Basamalah, 2003).

3.7.2 Break Even Point (BEP)

Break Even Point atau titik impas adalah suatu kondisi dimana tingkat produksi atau besarnya pendapatan sama besarnya dengan pengeluaran perusahaan, sehingga pada saat itu perusahaan tidak mengalami keuntungan maupun kerugian

(41)

27 (Firdaus, 2008). Menurut Kasmir dan Jakfar (2016), hubungan antara biaya tetap dan biaya tidak tetap dapat dirumuskan sebagai berikut:

BEP Harga Jual= Total Biaya Produksi Total Produksi

BEP Untuk Volume Produksi=Total Biaya Produksi Harga Jual Produksi

3.7.3 Kriteria Kelayakan Investasi a. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) adalah manfaat bersih sekarang yang diperoleh selama umur proyek. Dengan demikian, NPV merupakan selisih antara nilai sekarang (present value) dari manfaat (benefit) dari biaya (cost) pada tingkat suku bunga tertentu. Secara sistematis, NPV dirumuskan sebagai berikut (Kadariah, 1999).

𝑁𝑃𝑉 = ∑ 𝐵𝑡−𝐶𝑡

(1+𝑖)𝑡 𝑡=𝑛

𝑡=0

Keterangan :

Bt = Benefit yang diperoleh tiap tahun Ct = cost yang dikeluarkan tiap tahun i = tingkat bunga (internal rate) t = 1,2,3…….,n (n= jumlah tahun)

n = umur proyek (disesuaikan dengan umur mesin) Penilaian kelayakan finansial berdasarkan NPV yaitu:

1. NPV > 0 Berarti secara finansial proyek layak untuk dilakukan karena manfaat yang diperoleh lebih besar dari pada biaya.

2. NPV > 0 Berarti secara finansial proyek sulit untuk dilakukan karena manfaat yang diperoleh untuk menutupi biaya yang dikeluarkan.

3. NPV > 0 Berarti secara finansial proyek tidak layak untuk dilakukan karena manfaat yang diperoleh lebih kecil dari pada biaya yang dikeluarkan b. Internal Rate Of Return (IRR)

IRR merupakan persentase tingkat pengembalian investasi yang diperoleh selama umur proyek. IRR berupa tingkat suku bunga yang menjadikan nilai NPV suatu investasi sama dengan nol. IRR juga merupakan tingkat rata-rata keuntungan

(42)

28 internal tahunan bagi perusahaan dan biasanya dinyatakan dalam satuan persen (Kadariah, 1999). Rumus yang digunakan sebagai berikut:

IRR = 𝑖1 + 𝑁𝑃𝑉1

𝑁𝑃𝑉1 − 𝑁𝑃𝑉2 (𝑖2 − 𝑖1) Keterangan:

i2 = Nilai diskon faktor pada saat NPV1 (%) i1 = Nilai diskon faktor pada saat NPV2 (%) NPV1 = nilai NPV positif (Rp)

Suatu proyek dikatakan layak apabila NPV > 0 dan apabila NPV < 0 maka proyek tidak layak dilaksanakan.

c. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Benefit Cost Ratio merupakan metode yang dilakukan untuk melihat beberapa manfaat yang diterima oleh proyek untuk satu rupiah pengeluaran proyek.

B/C Ratio adalah suatu rasio yang membandingkan antara benefit atau penerimaan dari suatu usaha dengan biaya yang dikeluarkan untuk merealisasikan rencana pendirian dan pengoperasian usaha tersebut. (Sofyan, 2003). Usaha dilakukan layak apabila Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Ratio yang dihasilkan dalam pengembangan usaha tersebut lebih besar dari satu.

Kriteria penilaian:

 Net B/C > 1, maka usaha layak atau menguntungkan

 Net B/C = 1, maka usaha tidak untung dan tidak rugi

 Net B/C < 1, maka usaha tidak layak atau merugikan

𝑁𝑒𝑡𝐵 𝐶 =

∑ 𝐵𝑡 − 𝐶𝑡

(1 + 𝑖)𝑡

𝑛

𝑡=0

∑ 𝐵𝑡 − 𝐶𝑡

(1 + 𝑖)𝑡

𝑛 𝑡=0

𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝐵𝑡 − 𝐶𝑡 > 0 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝐵𝑡 − 𝐶𝑡 < 0

(43)

29 d. Payback Period (PP)

Payback Period merupakan masa pengembalian modal atau lama periode waktu untuk pengembalian modal investasi. Cepat atau lambat pengendalian suatu modal tergantung pada sifat aliran kas masuknya. Kriteria payback period tidak memiliki indikator standar dan bersifat relatif tergantung umur proyek dan besar investasinya. Usaha layak dijalankan apabila payback period usaha tidak terlalu lama mendekati akhir proyek atau lebih lama dari umur proyek, payback period yang relatif cepat lebih disukai untuk investasi. Menurut Ibrahim (2009), perhitungan Payback Period dapat dirumuskan sebagai berikut:

Payback Period=Total investasi awal keuntungan

(44)

30 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Usaha

Usaha pengolahan tepung ampas kelapa menjadi cookies kelapa di kecamatan mendahara ulu menggunakan bahan baku utama yaitu ampas kelapa yang di dapat dari UMKM setempat yang menggunakan kelapa sebagai bahan baku atau tambahan dari usaha tersebut seperti UMKM dodol nipah, UMKM santan perah, dengan harga pembelian bahan baku Rp.200/kg. Usaha ini menggunakan beberapa asumsi dasar perencanaan produksi, asumsi dalam satu hari proses produksi memerlukan 92 kg ampas kelapa, diproduksi oleh 4 karyawan selama 8 jam kerja. Dalam satu bulan dibutuhkan ampas kelapa sebanyak 2.024 kg untuk 22 hari kerja, dengan asumsi hari kerja senin sampai jum’at (sabtu dan minggu libur).

Proses pengolahan tepung ampas kelapa menjadi cookies kelapa dengan bahan baku ampas kelapa sebanyak 92 kg menghasilkan cookies kelapa sebanyak 523 kemasan dengan ukuran 200 gram per kemasan. Harga yang digunakan adalah dengan menghitung harga pokok per produk ditambahkan dengan keuntungan yang diinginkan sehingga didapatkan harga yaitu Rp. 8.000 untuk setiap satu kemasan.

Asumsi umur produksi adalah selama 5 tahun dengan harga dan jumlah produksi yang berlaku pada saat dilakukan penelitian diasumsikan konstan selama 5 tahun.

Modal yang digunakan untuk menjalankan usaha ini yaitu seluruhnya dari pinjaman bank Mandiri, suku bunga yang digunakan sebesar 8% (Suku Bunga Bank Mandiri 2022). Data lengkap asumsi, suku bunga pinjaman dapat dilihat pada Lampiran 3.

4.2 Ketersediaan Bahan Baku

Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanjung Jabung Timur (2022), menyatakan bahwa Kecamatan Mendahara Ulu memiliki luas lahan kelapa dalam sebesar 751 Ha dengan total produksi kelapa dalam adalah sebesar 705 Ton/tahun, dari data tersebut sebesar 59% untuk data kelapa dan 41% untuk penggunaan kopra, asumsi didapatkan dari hasil wawancara kepada para petani kelapa yang rutin dalam pemanenan buah kelapa serta panen kelapa terbanyak setiap tahunnya, dengan potensi limbah ampas kelapa sebesar 120,626 Ton/tahun yang diasumsikan dari 705.000 kg di kali dengan 59% (415.950) kg kelapa bulat. Menurut Setyamidjaja

(45)

31 (2000), berat rata-rata buah kelapa 1,5 kg. Menurut Putri (2014), bahwa berat rata- rata ampas kelapa dalam 1 buah kelapa yaitu 0,195 kg, sehingga dalam 1 buah kelapa berat ampas yang dihasilkan yaitu 0,29 kg. Berat buah kelapa 415.950 di kali dengan 0,29 menghasilkan limbah sebesar 120,626 ton/tahun Sehingga mempermudah dalam pemenuhan bahan baku untuk pengolahan tepung ampas kelapa menjadi cookies kelapa. Pembelian bahan baku ampas kelapa didapatkan langsung dari UMKM setempat yang memproduksi santan kelapa dengan harga Rp.200/kg. UMKM yang digunakan untuk pemenuhan bahan baku yaitu sebanyak 8 UMKM, dalam satu hari proses produksi memerlukan ampas kelapa sebanyak 92 Kg yang didapatkan dari asumsi total panen buah kelapa pada tahun 2022 sebesar 20% penggunaan bahan baku perharinya, jadi ampas kelapa yang digunakan sebanyak 92 kg perhari.

4.3 Pengadaan Dan Penyimpanan Bahan Baku

Ketersediaan bahan baku tidak dapat diperkirakan karena adanya perbedaan hasil ampas kelapa yang didapatkan dari UMKM karena tidak menentunya permintaan. Sehingga dibutuhkan metode persediaan bahan baku ampas kelapa untuk menjaga persediaan bahan baku ampas kelapa agar produksi tetap berjalan lancar dan dapat mengoptimalkan biaya persediaan. Metode yang digunakan untuk menganalisis pengendalian dan persediaan bahan baku adalah metode Minimum- Maksimum (Min-Max). Metode Minimum-Maksimum (Min-Max) digunakan untuk mengendalikan bahan baku yang diasumsikan bahwa persediaan bahan baku berada pada tingkat maksimum dan minimum. Jika tingkat maksimum dan tingkat minimum telah ditetapkan, maka pada saat persediaan sampai ke tingkat minimum pemesanan bahan baku harus dilakukan untuk menempatkan persediaan pada tingkat maksimum (Hertanto, 2020). Pemesanan bahan baku dalam satu tahun berupa ampas kering adalah sebanyak 6.874 kg dengan harga bahan baku yaitu Rp.500/kg ampas kelapa. Rata-rata pemakaian untuk satu bulan pemesanan adalah 573 kg. Biaya yang dikeluarkan untuk pemesanan bahan baku ampas kelapa dengan perincian biaya telepon, biaya transportasi dan biaya bongkar muat yaitu Rp.245.000 untuk satu kali periode pemesanan. Biaya yang dikeluarkan untuk penyimpanan dan penanganan dalam satu bulan yaitu Rp.58.360, biaya penangan berupa pembersihan pallet gudang penyimpanan bahan agar tetap bersih. Rincian

(46)

32 biaya pemesanan dan biaya penyimpanan dan pemeliharaan dapat dilihat pada Lampiran 4.

Perhitungan menggunakan metode Min-Max didapatkan hasil jumlah persediaan maksimum sebesar 837 kg, dan persediaan minimum sebesar 611 kg artinya jika persediaan telah melewati batas minimum dan mendekati batas safety stock sebesar 193 kg maka pemesanan harus dilakukan, jadi batas minimum ialah batas pemesanan kembali dan batas maksimum ialah batas kesediaan perusahaan atau manajemen menginvestasikan biaya dalam bentuk persediaan bahan baku sampai 837 kg. Frekuensi pemesanan yang diperoleh adalah sebanyak 30 kali pesan dalam setahun dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk biaya pemesanan dan biaya penyimpanan dan penanganan selama satu tahun adalah sebesar Rp.

11.589.020. Perhitungan metode Min-Max dan perhitungan biaya penyimpanan dan penanganan usaha pengolahan tepung ampas kelapa menjadi cookies dapat dilihat pada lampiran 4.

Teknik penyimpanan bahan baku yang dilakukan yaitu ampas kelapa yang didapatkan langsung di keringkan terlebih dahulu menggunakan oven pengering kemudian ampas kelapa kering disimpan dalam plastik berukuran 60x100 cm kemudian ditutup rapat menggunakan mesin sealer dan diletakkan di gudang penyimpanan bahan baku beralaskan pallet yang terbuat dari kayu agar bahan baku tidak berkontak langsung dengan lantai. Plastik yang digunakan harus dalam keadaan kering dan tertutup rapat agar tidak ada celah udara untuk masuk.

4.4 Proses Pengolahan Tepung Ampas Kelapa Menjadi Cookies Kelapa Proses pengolahan tepung ampas kelapa menjadi cookies kelapa menggunakan bahan baku utama ampas kelapa, dengan pembelian bahan baku yang disesuaikan dengan hasil observasi dan wawancara pada saat penelitian. Proses pengolahan tepung ampas kelapa menjadi cookies kelapa untuk satu kali proses produksi dimulai dengan pengeringan ampas kelapa sebanyak 92 kg menggunakan oven pengering dengan suhu 60-70°C selama 20-45 menit untuk mempermudah dalam proses penghalusan ampas kelapa untuk dijadikan tepung kelapa.

Selanjutnya dilakukan proses penghalusan ampas kelapa kering sampai halus menggunakan alat penggiling yaitu mesin penepung. Selanjutnya proses

Referensi

Dokumen terkait

Kandungan serat pangan dalam tepung kelapa secara signifikan lebih besar dibandingkan pada sumber serat lainnya seperti tepung gandum, kasava, kentang, beras, dan

Untuk dapat menganalisis nilai tambah dari hasil pengolahan kelapa sawit menjadi CPO (Crude Palm Oil), terdapat berbagai komponen penting yaitu: nilai output, input bahan baku,

Jika dilihat dari komposisi tepung ampas kelapa, penelitian ini sejalan dengan penelitian (Fauzan &amp; Rustanti, 2013) tentang roti tawar tepung ampas kelapa yang menunjukkan

Prosedur Penelitian yaitu ampas kelapa dibuat tepung dengan mengikuti prosedur Rousmaliana dan Septiani (2019), lalu tepung ampas kelapa disubtitusi dengan tepung

Berdasarkan nilai tersebut terlihat bahwa penambahan tepung ampas rumput laut mampu meningkatkan kadar serat makanan pada produk cookies sebanyak 6x dari nilai serat

Namun, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tepung ampas kelapa memiliki kandungan serat yang sangat tinggi sehingga penambahan substitusi tepung ampas kelapa

Pengolahan tepung ampas kelapa berserat kasar tinggi, sebagai bahan baku makanan rendah kalori hanya mengikuti pemanfaatan kelapa untuk pengolahan santan dan minyak cara basah,

Dari hasil analisis diketahui bahwa ampas kelapa sebagai produk samping pengolahan minyak kelapa murni memiliki kadar protein kasar masih relatif tinggi yaitu sebesar 11,35% dengan