• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA POKOK BAHASAN ENERGI BUNYI : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Ciburial Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA POKOK BAHASAN ENERGI BUNYI : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Ciburial Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA

DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA POKOK BAHASAN

ENERGI BUNYI

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN Ciburial

Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Pelajaran 2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

Wijayanti Kusuma Ningrum 1003341

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS

UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA

DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA POKOK BAHASAN

ENERGI BUNYI

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN Ciburial

Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Pelajaran 2013/2014)

Oleh

Wijayanti Kusuma Ningrum 1003341

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Wijayanti Kusuma Ningrum 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA POKOK BAHASAN

ENERGI BUNYI

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN Ciburial

Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Pelajaran 2013/2014)

Oleh,

Wijayanti Kusuma Ningrum 1003341

Disetujui dan Disahkan oleh:

Pembimbing I

Dr. Pupun Nuryani, M. Pd. NIP. 19620522198603 2 003

Pembimbing II

Dr. Ida Kaniawati, M. Pd. NIP. 19680703199203 2 001

Diketahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)
(5)

ii

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Ciburial Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2013/2014)

Oleh

Wijayanti Kusuma Ningrum 1003341

Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya nilai siswa yang belum mencapai KKM IPA yaitu 70. Hasil tes menunjukkan siswa belum mampu untuk memahami konsep dengan baik. Demikian pula cara guru mengajar yang masih menekankan siswa untuk menghafal. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan melakukan penelitian tindakan kelas dan menerapkan pendekatan keterampilan proses sains untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu mengungkapkan pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses sains dan mengungkapkan pemahaman konsep siswa setelah menerapkan pendekatan keterampilan proses sains. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi kemudian dibuat perencanaan perbaikan yang digunakan dalam siklus selanjutnya. Penelitian ini dilakukan sebanyak dua siklus. Hasil penelitian ditemukan bahwa pemahaman konsep siswa setelah dilakukan tindakan pembelajaran mengalami peningkatan. Data menunjukan bahwa pada tindakan pembelajaran siklus I pemahaman konsep siswa diperolehan nilai rata-rata 80 dan pada tindakan pembelajaran siklus II terjadi peningkatan yang cukup tinggi dengan perolehan nilai rata-rata 90,86. Hal tersebut membuktikan bahwa pendekatan keterampilan proses sains dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa, hal itu dikarenakan pendekatan keterampilan proses sains memiliki tahapan yang sistematis serta pembelajaran yang berpusat pada siswa. Simpulan dari penelitian ini yaitu pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses sains dapat berjalan dengan lancar, aktivitas siswa dalam pembelajaran terlihat aktif dan aspek kemampuan pemahaman konsep siswa mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Berdasarkan temuan tersebut, disarankan kepada para guru khususnya guru IPA agar menggunakan pendekatan keterampilan proses sains dalam pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa.

(6)

1

IPA di sekolah dasar mempunyai tujuan membina dan menyiapkan peserta

didik agar tanggap akan permasalahan yang ada di lingkungan. Sejalan dengan itu,

Nana Djumhana ( 2010) mengemukakan bahwa “ pendidikan IPA merupakan wahana

bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek

pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari”.

Berdasarkan KTSP (Depdiknas, 2006) tujuan dari mata pelajaran IPA adalah

agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaann-Nya, 2. mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,

3. mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat,

4. mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan,

5. meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan

6. memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.

Berdasarkan tujuan mata pelajaran IPA ( depdiknas, 2006) pada poin kedua

disebutkan “mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari”. Hal ini membuktikan

bahwa pemahaman konsep pada mata pelajaran IPA sangatlah penting. Agar dapat

memahami suatu konsep, siswa harus membentuk konsep sesuai dengan stimulus

yang diterimanya dari lingkungan atau berupa pengalaman yang diperolehnya.

Pengalaman-pengalaman yang telah dilalui oleh peserta didik harus menunjang

terbentuknya konsep-konsep tersebut. Oleh karena itu dalam pelaksanaan

(7)

kegiatan-kegiatan siswa yang sesuai dengan konsep-konsep yang akan dibentuknya

melalui pengalaman langsung.

Selain itu sebagaimana disebutkan pada poin keempat bahwa pada dasarnya

dengan mempelajari IPA melalui pengembangan keterampilan proses akan

menghasilkan sikap, pengetahuan berupa konsep-konsep yang bisa diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari serta dapat digunakan sebagai langkah untuk menyelesaikan

berbagai permasalahan yang ada di lingkungan melalui metode ilmiah. Sehingga

dalam pelaksanaannya, proses pembelajaran IPA yaitu menekankan pada pemberian

pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan

memahami alam sekitar secara ilmiah. Hal ini sejalan dengan definisi IPA menurut

Sund ( dalam Samatowa, 2009, hlm. 8) „ sains merupakan kumpulan pengetahuan dan

juga kumpulan proses‟. Pengetahuan yang didapatkan oleh peserta didik diperoleh

melalui suatu proses atau cara tertentu. Sehingga peserta didik bukan menerima

melainkan mencari sendiri hasil pengetahuan tersebut melalui percobaan-percobaan (

pengalaman langsung).

Menerapkan pembelajaran sains yang tepat bagi pesera didik adalah harus

sesuai dengan struktur kognitif anak, yaitu materi sains harus menyederhanakan

konsep yang terstruktur hingga mereka bisa membangun ide-ide atau pola pikir.

Proses perkembangan belajar peserta didik sekolah dasar memiliki kecenderungan

beranjak dari hal-hal konkrit menuju ke pengetahuan yang abstrak.

Namun pada kenyataannya proses pembelajaran IPA yang berlangsung di

sekolah dasar masih ditemukan berbagai kendala dan hambatan, hal ini berkaitan

dengan ketepatan pendekatan yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran IPA dan

beberapa permasalahan yang menyebabkan rendahnya tingkat pemahaman siswa

terhadap materi yang diajarkan.

Berdasarkan observasi awal melalui pra penelitian terhadap proses

pembelajaran IPA di kelas IV SDN Ciburial, dalam pembelajaran IPA ditemukan

(8)

perambatan bunyi, yang tampak seperti: siswa tidak mampu menyatakan ulang

definisi energi bunyi, siswa tidak mampu mengklasifikasikan sumber energi bunyi

berdasarkan penggunaannya, siswa tidak dapat mengidentifikasi serta menjelaskan

media perambatan bunyi.

Rendahnya pemahamaan konsep yang terjadi di kelas IV SDN Ciburial

disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya:

1. guru tidak mengembangkan pembelajaran IPA dengan lebih kreatif;

2. kegiatan belajar berpusat pada guru;

3. guru menghambat kreativitas siswa dengan menanamkan prinsip yang salah

kepada siswa yaitu ketika ada guru yang masuk semua siswa harus diam;

4. kurangnya interaksi antara guru dengan siswa sehingga tidak tercipta suasana

belajar yang menyenangkan; dan

5. guru menanamkan kebiasaan belajar dengan cara menghafal.

Kondisi proses pembelajaran yang telah disebutkan pada paragraf di atas,

membuat IPA menjadi salah satu pelajaran sulit dan membosankan bagi siswa karena

di dalamnya siswa tidak diberi kesempatan untuk berpengalaman langsung. Sehingga

dalam penerapannya hakikat IPA bukan lagi merupakan suatu produk, proses, dan

aplikasi. Melainkan hanyalah sebuah pembelajaran IPA dimana guru hanya lebih

menekankan pada penguasaan sejumlah fakta dan konsep tanpa disertai pemahaman

terhadap konsep tersebut. Siswa tidak diberi kesempatan untuk mengembangkan

kemampuannya serta tidak ada proses penemuan untuk mendapatkan suatu konsep

baru. Penggunaan ceramah yang tidak variatif masih dilakukan dalam setiap kegiatan

pembelajaran, sehingga aktivitas pembelajaran selalu didominasi oleh guru. Siswa

menjadi pebelajar yang pasif. Keadaan yang terjadi di lapangan hanyalah

pembelajaran yang masih bersifat transfer of knowledge atau mentransfer ilmu tanpa

mengembangkan bagaimana cara belajar siswa sesuai dengan karakteristik materi.

Berdasarkan observasi kenyataannya tingkat penguasaan guru terhadap materi

pembelajaran cukup baik, namun tidak dapat melaksanakan pembelajaran secara

(9)

penggunaan pendektan yang tepat dalam pembelajaran IPA sehingga menyebabkan

rendahnya tingkat pemahaman siswa terhadap materi. Begitupun nilai yang diperoleh

siswa, dibuktikan dengan hasil tes atau evaluasi yang diberikan guru, dapat dikatahui

bahwa dari 23 siswa, 14 orang siswa dengan persentase 60,87 % memperoleh nilai di

bawah KKM dan 9 orang siswa dengan persentase 39,13 % memperoleh nilai di atas

KKM, sementara Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah

yaitu 70.

Hal itu bisa terjadi karena kemampuan anak dalam menghafalkan suatu fakta

dan konsep sangat terbatas, tanpa diimbangi dengan adanya pemahaman konsep dari

suatu materi semua itu menjadi kurang bermakna. Oleh karena itu dibutuhkan

perbaikan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan pembelajaran yang dapat

mengarahkan keterampilan siswa untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau

teori ataupun untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya sehingga

bisa membuat pengetahuan yang didapatkan oleh siswa menjadi bermakna.

Proses belajar mengajar yang lebih menekankan pada pendekatan

keterampilan proses sains menjadi salah satu solusi dalam memperbaiki proses

belajar mengajar yang hanya menghafalkan suatu fakta atau konsep. Dalam

pendekatan keterampilan proses sains siswa dapat menemukan fakta-fakta,

membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang

tentunya akan berpengaruh positif terhadap proses pendidikan maupun produk

pendidikan. Siswa perlu diberi kesempatan untuk melatih keterampilan-keterampilan

proses sains agar mereka dapat berfikir dan memiliki sikap ilmiah. Pendekatan

keterampilan proses sains sejalan dengan salah satu aplikasi teori perkembangan

kognitif pada pendidikan IPA yaitu konsep IPA dapat berkembang dengan baik, jika

pengalaman langsung mendahului pengenalan generalisasi-generalisasi abstrak.

Metode seperti ini berlawanan dengan metode tradisional, dimana konsep IPA

diperkenalkan secara verbal saja.

Namun karena struktur kognitif siswa tidak bisa disamakan dengan struktur

(10)

keterampilan proses sains hendaknya diajarkan dalam bentuk yang lebih sederhana,

yaitu disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif anak usia dasar.

Berpijak pada uraian latar belakang masalah tersebut di atas, maka peneliti

tertarik untuk mengajukan judul “Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Sains

untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa dalam Pembelajaran IPA pada

Pokok Bahasan Energi Bunyi Kelas IV Semester 2 SDN Ciburial Tahun Ajaran

2013/2014”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas,

permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran IPA pada pokok bahasan energi bunyi

dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses pada siswa kelas IV

semester 2 SDN Ciburial?

2. Bagaimanakah pemahaman konsep siswa kelas IV SDN Ciburial dalam

pembelajaran IPA pada pokok bahasan energi bunyi melalui penerapan

pendekatan keterampilan proses sains?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian yang akan dilakukan

ini adalah untuk mendeskripsikan:

1. pelaksanaan pembelajaran IPA pada pokok bahasan energi bunyi dengan

menggunakan pendekatan keterampilan proses sains pada siswa kelas IV

semester 2 SDN Ciburial;

2. pemahaman konsep siswa kelas IV semester 2 SDN Ciburial dalam pembelajaran

IPA pada pokok bahasan energi bunyi melalui penerapan pendekatan

(11)

D. Manfaat Hasil Penelitian

1. Secara teoritis, sebagai bahan kajian dalam peningkatan proses belajar mengajar

IPA bagi siswa SD.

2. Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Bagi siswa

1) Memotivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA;

2) Membantu siswa untuk menemukan fakta ataupun konsep IPA dengan

pengalaman belajar yang baru;

3) Meningkatkan pemahaman tentang konsep materi IPA yang sedang

dipelajari.

b. Bagi guru

1) Mendorong kreativitas guru dalam mengelola proses pembelajaran IPA;

2) Memberikan pengetahuan ilmiah untuk mengembangkan atau menemukan

konsep tentang materi IPA dengan menggunakan pendekatan keterampilan

proses sains;

3) Membantu untuk menyampaikan konsep materi IPA yang abstrak menjadi

bermakna melalui proses penemuan suatu konsep pada pembelajaran

dengan pendekatan keterampilan proses sains;

4) Memotivasi guru untuk memilih dan menggunakan alternatif pendekatan

pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran IPA.

c. Bagi Peneliti, penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang pendekatan

keterampilan proses sains sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep

siswa.

d. Bagi Pihak yang berkepentingan

1) Sumber informasi bagi pengembangan proses pembelajaran;

2) Sumber masukan bagi peneliti lain dengan pokok bahasan dan jenjang

(12)

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan hipotesis tindakan dalam

penelitian ini adalah jika pembelajaran IPA pokok bahasan sumber energi bunyi

dilaksanakan dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses sains yang optimal

maka pemahaman konsep siswa akan meningkat.

F. Definisi Operasional

Dalarn penelitian ini terdapat dua variabel yaitu pendekatan keterampilan

proses sains sebagai variabel bebas dan pemahaman konsep siswa sebagai variabel

terikat. Untuk mengarahkan peneliti dalam pengambilan data maka diperlukan

adanya batasan operasional dalam penelitian, yang meliputi:

1. Pendekatan Keterampilan Proses Sains

Pendekatan keterampilan proses sains adalah pendekatan yang lebih

menekankan pada proses ataupun aktivitas siswa dalam menemukan suatu

pengetahuan melalui proses ataupun cara-cara tertentu sesuai dengan metode ilmiah.

Tahapan pelaksanaan pendekatan keterampilan proses sains dalam penelitian ini yaitu

mengamati, menafsirkan hasil pengamatan dan menarik kesimpulan, mengklasifikasi,

dan berkomunikasi. Adapun pemilihan tahapan pelaksanaan pendekatan keterampilan

proses sains tersebut berdasarkan pada keterampilan proses dasar yang seharusnya

dilatih di pendidikan dasar menurut Wahono Widodo, dkk. Komponen tersebut bisa

diukur melalui kegiatan unjuk kerja dan observasi yang dilakukan oleh observer.

2. Pemahaman Konsep

Pemahaman konsep adalah kemampuan siswa untuk menjelaskan kembali

informasi dengan menggunakan kata-katanya sendiri yang lebih mudah dipahami

oleh siswa kemudian mampu mengaplikasikannya untuk memecahkan suatu masalah.

Pemahaman yang dimaksud adalah tipe hasil belajar kognitif Anderson dan

Krathwohl (2001) yang mencakup tujuh aspek. Dalam penelitian ini hanya akan

(13)

membandingkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Alasan pemilihan ketiga indikator

tersebut yaitu berdasarkan pada tahapan pendekatan keterampilan proses sains yang

akan diterapkan oleh peneliti. ketiga indikator tersebut bisa diukur melalui lembar

(14)

34

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu

metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang berusaha

menerapkan pendekatan keterampilan proses sains dengan tujuan untuk

meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran IPA pokok bahasan

sumber energi.

PTK adalah suatu bentuk refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan (guru, siswa, atau kepala sekolah) dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran praktik-praktik sosial atau pendidikan yang dilakukan sendiri, pengertian mengenai praktik-praktik ini, dan situasi-situasi (dan lembaga-lembaga) tempat praktik-praktik tersebut dilaksanakan (Harjodipuro, 1997 dalam Car dan Kemmis).

Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah PTK dilakukan dalam rangka kesediaan

guru dalam mengintrospeksi, bercermin, merefleksi, atau mengevaluasi dirinya

sendiri sehingga kemampuannya sebagai seorang pengajar diharapkan cukup

profesional, supaya meningkatnya kemampuan diri tersebut dapat berpengaruh

terhadap peningkatan kualitas anak-anak didiknya, baik dalam aspek penalaran,

keterampilan, pengetahuan hubungan sosial, maupun aspek-aspek lain yang

bermanfaat.

B. Model Penelitian

Model PTK yang digunakan dalam penelitian ini adalah model spiral seperti

yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart.

(15)

PTK dilaksanakan dengan strategi siklus yang berawal dari identifikasi

masalah yang dihadapi oleh guru, penyusunan rencana tindakan, pelaksanaan

tindakan, observasi tindakan, dan refleksi. Rangkaian kegiatan berurutan mulai dari

rencana tindakan sampai dengan refleksi disebut satu siklus penelitian.

Berikut ini adalah skema atau alur PTK yang dikemukakan Kemmis dan

Taggart:

(http://www.ishaqmadeamin.com/2012/11/metode-ptk-3-metode-spiral-dari-kemmis.html)

Gambar 3.1 Bagan Alur PTK kemmis Taggart

Langkah-langkah pada model spiral menurut Kemmis dan Taggart dapat

diuraikan sebagai berikut:

1. Perencanaan tindakan (plan) yaitu rencana tindakan apa yang akan dilaksanakan

untuk memperbaiki, meningkatkan atau perubahan tingkah laku dan sikap sosial

sebagai solusi.

2. Pelaksanaan tindakan (action) yaitu apa yang akan dilaksanakan oleh peneliti

(16)

3. Pengamatan (observation) yaitu mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan

yang dilaksakan.

4. Refleksi (reflection) yaitu mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau

dampak dari tindakan.

C. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan di kelas IV SDN Ciburial Kecamatan

Lembang Kabupaten Bandung Barat. Adapun alasan pemilihan tempat dikarenakan

pada SDN Ciburial merupakan tempat dimana peneliti melakukan PPL. Ketika

melakukan PPL peneliti menemukan permasalahan pada pembelajaran IPA

khususnya pada siswa kelas IV masih tergolong rendah terutama pada pokok bahasan

energi bunyi.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap Tahun Ajaran 2013/ 2014.

Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan Penelitian Tindakan kelas ini adalah 4

bulan. Dimulai dari bulan Februari 2014 sampai dengan bulan Mei 2014.

3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Ciburial tahun ajaran

2013/2014, dengan jumlah 23 siswa yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 12 siswa

perempuan.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dirancang untuk dilaksanakan dalam 2 siklus.

Setiap siklus masing-masing dirancang untuk 1 x pertemuan (@2x35 menit) serta

diakhir siklus dialokasikan untuk tes siklus. Setiap siklus dijalankan dalam 4 tahap,

yaitu perencanaan (Plan), tindakan (Action), pengamatan (Observation), dan refleksi

(17)

Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan tahap

persiapan penelitian dengan melakukan kegiatan pendahuluan setelah itu peneliti

melakukan tahap tindakan penelitian.

Siklus I

1. Tahap Pendahuluan (Pra Penelitian)

a. Menentukan lokasi yang akan dijadikan tempat penelitian, dan memilih subjek

penelitian yang akan diteliti

b. Meminta izin kepada Kepala Sekolah dan guru kelas IV serta rekan sejawat untuk

diajak sebagai tim pelaksanaan penelitian.

c. Melakukan observasi terhadap pembelajaran siswa di kelas yang akan dijadikan

subjek penelitian guna mendapatkan gambaran awal mengenai situasi dan kondisi

SDN Ciburial secara keseluruhan, terutama siswa kelas IV.

d. Identifikasi permasalahan, dimulai dari:

1) Setelah melakukan observasi di dalam kelas, peneliti melakukan analisis

untuk menelaah kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa pada saat

kegiatan pembelajaran, serta menelaah kesulitan yang dialami oleh guru.

2) Melakukan kajian terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

tahun 2006, model-model pembelajaran IPA, buku sumber IPA kelas IV, dan

pembelajaran IPA di kelas IV.

3) Menentukan model atau pendekatan pembelajaran yang relevan dengan

karakteristik siswa, bahan ajar, dan proses belajar mengajar yang sedang

berlangsung pada pembelajaran IPA.

4) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada pembelajaran IPA

dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses sains.

(18)

2. Tahap Tindakan

Tahapan tindakan pada penelitian tindakan kelas akan diuraikan sebagai berikut:

a. Tahap Perencanaan

1) Membuat kesepakatan dengan guru (rekan sejawat) sebagai observer dan

memberikan penjelasan kepada observer tentang hal-hal yang harus dilakukan

oleh observer dan penjelasan tentang intisari dari instrumen lembar observasi

yang harus diisi oleh observer.

2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) IPA dengan menerapkan 4

prinsip pendekatan keterampilan proses sains sebagai berikut: a). keterampilan

mengamati dengan menyediakan beberapa benda penghasil sumber bunyi; b).

keterampilan menafsirkan hasil pengamatan dan menarik kesimpulan

melalui pengamatan dan diskusi; c). keterampilan mengklasifikasi melalui

diskusi; dan e). keterampilan mengkomunikasikan dengan menyampaikan

hasil pengamatan atau pengetahuan yang didapatkannya melalui presentasi atau

membuat catatan hasil pengamatan.

3) Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbentuk kegiatan unjuk kerja siswa

yang dilengkapi dengan beberapa pertanyaan tentang hasil kegiatan yang

dimaksudkan untuk merealisasikan keempat prinsip pendekatan keterampilan

proses sains melalui diskusi kelompok dalam mengerjakan pertanyaan hasil

kegiatan.

4) Menetapkan dan merancang media pembelajaran untuk menerapkan pendekatan

keterampilan proses sains pada mata pelajaran IPA kelas IV B pada pokok

bahasan energi bunyi yaitu menentukan benda-benda yang menghasilkan sumber

bunyi dan perambatan bunyi melalui benda padat.

5) Membuat alat evaluasi bagi siswa baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil

untuk mengetahui pemahaman konsep siswa kelas IV B.

6) Menyiapkan instrumen tes tertulis berupa lembar soal tes uraian siklus I.

7) Menyiapkan instrument non tes berupa lembar observasi siswa dan guru dalam

(19)

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

1) Memberikan lembar observasi kepada observer untuk diisi.

2) Melaksanakan pembelajaran IPA dengan perencanaan pembelajaran dan media

yang telah disiapkan.

3) Melakukan tes siklus I untuk mendapatkan data mengenai pemahaman konsep

siswa tentang sub pokok bahasan energi bunyi yaitu menentukan benda-benda

yang menghasilkan sumber bunyi dan perambatan bunyi melalui benda padat

dalam pembelajaran IPA dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses

sains.

4) Mencatat dan merekam semua aktivitas belajar yang terjadi oleh pengamat pada

lembar observasi sebagai sumber data yang akan digunakan pada tahap refleksi.

5) Diskusi dengan pengamat untuk mengklarifikasi hasil pengamatan pada lembar

observasi

6) Guru melakukan penilaian terhadap proses pembelajaran yang telah berlangsung

dalam bentuk nilai individual dan nilai kelompok.

c. Tahap Observasi

1) Observer melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dan guru dalam

pembelajaran IPA dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses sains.

2) Observer mengisi lembar observasi.

3) Peneliti melakukan observasi atau pengamatan selama proses pembelajaran

berlangsung dengan sub pokok bahasan energi bunyi yaitu menentukan

benda-benda yang menghasilkan sumber bunyi dan perambatan bunyi melalui benda-benda

padat.

4) Peneliti melakukan pengamatan kemampuan pemahaman konsep siswa setelah

menerapkan pendekatan keterampilan proses sains.

d. Tahap Refleksi

Peneliti melakukan analisis terhadap semua data yang dikumpulkan dari

penelitian tindakan pada siklus I. Setelah pemahaman konsep siswa dan pengamatan

(20)

dilaksanakan pada siklus I. Temuan pada tahap refleksi pada siklus I digunakan untuk

memperbaiki RPP dan pembelajaran pada siklus II.

Siklus II

a. Tahap Perencanaan

1) Melakukan pendataan terhadap kelebihan dan kelemahan pada siklus I untuk

dijadikan bahan perbaikan pada pelaksanaan siklus II.

2) Menetapkan sub pokok bahasan yang lebih kompleks dari pokok bahasan siklus I

sub pokok bahasan energi bunyi yaitu perambatan bunyi melalui benda cair dan

perambatan bunyi melalui udara dalam pembelajaran IPA dengan menerapkan

pendekatan keterampilan proses sains.

3) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP) dengan memperhatikan

refleksi pada siklus I.

4) Menyiapkan media pembelajaran yang sesuai dengan rencana pembelajaran pada

siklus II.

5) Menyiapkan instrumen tes tertulis berupa lembar soal tes uraian siklus II.

6) Menyiapkan instrumen non tes berupa lembar observasi siswa dan guru dalam

pembelajaran.

b. Tahap Pelaksanaan

1) Melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus II dengan mempertimbangkan

perbaikan-perbaikan pada siklus I serta bobot materi yang lebih kompleks.

Diharapkan pada siklus II ini siswa mampu menguasai sub pokok bahasan energi

bunyi yaitu perambatan bunyi melalui benda cair dan perambatan bunyi melalui

udara dalam pembelajaran IPA dengan menerapkan pendekatan keterampilan

proses sains sehingga pemahaman konsep siswa dapat meningkat.

2) Melakukan tes siklus untuk mendapatkan data pemahaman konsep siswa pada

siklus II.

3) Mencatat dan merekam semua aktivitas belajar yang terjadi oleh pengamat pada

(21)

4) Diskusi dengan pengamat untuk mengklarifikasi hasil pengamatan pada lembar

observasi

5) Guru melakukan penilaian terhadap proses pembelajaran yang telah berlangsung

dalam bentuk nilai individual dan nilai kelompok.

c. Tahap Pengamatan

Kegiatan pengamatan pada sikus II relatif sama dengan siklus I yaitu:

1) Observer melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dan guru dalam

pembelajaran IPA dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses sains.

2) Observer mengisi lembar observasi.

3) Peneliti melakukan observasi atau pengamatan selama proses pembelajaran

berlangsung dengan sub pokok bahasan energi bunyi yaitu perambatan bunyi

melalui benda cair dan perambatan bunyi melalui udara.

4) Peneliti melakukan pengamatan kemampuan pemahaman konsep siswa setelah

menerapkan pendekatan keterampilan proses sains.

d. Tahap Refleksi

Data yang diperoleh pada tahap pengamatan dikumpulkan kemudian

dianalisis oleh peneliti untuk mendapatkan suatu simpulan. Diharapkan setelah akhir

siklus II ini, pemahaman konsep siswa kelas IV B SDN Ciburial Kec. Lembang Kab.

Bandung Barat pada mata pelajaran IPA pokok bahasan energi bunyi melalui

pendekatan keterampilan proses sains dapat meningkat. Apabila data yang diharapkan

belum sesuai maka akan dilanjutkan pada silkus selanjutnya.

e. Membuat Kesimpulan Hasil Penelitian ( rekomendasi)

Setelah semua proses selesai dilaksanakan, maka dapat ditarik kesimpulan

(22)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Instrumen Pembelajaran

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Dalam penelitian ini akan digunakan dua RPP yang disesuaikan dengan Standar

Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Indikator-indikator yang tertera

pada setiap RPP merupakan hasil Analisis Materi Pelajaran (AMP).

b. Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS dalam penelitian ini yaitu LKS pada mata pelajaran IPA dengan menerapkan

pendekatan keterampilan proses sains tentang energi bunyi terdiri dari empat

paket LKS (2 LKS untuk 1 kali pertemuan).

2. Instrumen Pengumpulan Data

a. Lembar Observasi

Lembar observasi Lembar obeservasi yang digunakan berbentuk lembar

observasi terbuka yang harus diisi oleh pengamat secara naratif pada kolom

deskripsi yang sesuai dengan item pertanyaan/ pernyataan. Teknik observasi yang

dilakukan adalah observasi langsung, yakni pengamat mengamati dan mencatat

objek yang diteliti (aktivitas guru dan siswa) selama proses pembelajaran.

b. Tes Tertulis

Tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu post test. Digunakan untuk

mengetahui pemahaman konsep siswa pada ranah kognitif tentang energi bunyi

pada mata pelajaran IPA melalui pendekatan keterampilan proses sains.

Pelaksanaannya yaitu pada setiap awal dan akhir siklus untuk selanjutnya

dibandingkan sehingga diketahui peningkatan pemahaman konsep siswa. Adapun

bentuk tes yang digunakan yaitu tes tertulis berbentuk uraian.

c. dokumentasi

Merupakan penelaahan terhadap referensi-referensi yang berhubungan dengan

fokus permasalahan penelitian. Data ini dapat bermanfaat bagi peneliti untuk

(23)

F. Rancangan Analisis Data

Data-data dari penelitian ini setelah dikumpulkan kemudian diolah dan

dianalisis. Pengolahan dan analisis data ini dilakukan selama berlangsungnya

penelitian sejak awal sampai akhir pelaksanaan tindakan. Jenis data yang didapat

dalam penelitian ini yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.

1. Analisis Data Kualitatif

Data kualitatif didapatkan dari lembar pengamatan aktivitas siswa dan guru

dalam pembelajaran di kelas, berupa lembar pengamatan terbuka serta dokumentasi.

Sehingga pengamat harus mengisi kolom deskripsi jawaban berbentuk narasi pada

kolom yang sesuai dengan item pertanyaan/ pernyataan pada lembar observasi.

Dalam penelitian ini dilibatkan 4 pengamat, dengan tujuan untuk keakuratan data

hasil pengamatan. Pengolahan data kualitatif ini dilakukan dengan cara

menerjemahkan dan mendiskusikan dengan pengamat jika terdapat jawaban

pengamat yang perlu diklarifikasi dari setiap item pertanyaan. Kemudian peneliti

mengelompokkan jawaban pengamat yang positif dan negatif dari setiap item

pertanyaan/ pernyataan. Jika banyaknya observer yang menjawab positif lebih banyak

dari yang menjawab negatif, maka aktivitas guru atau siswa dalam pembelajaran

sudah sesuai dengan harapan penelitian. Jika terjadi sebaliknya, maka aktivitas guru

atau siswa dalam pembelajaran tidak sesuai dengan harapan penelitian.

a. Pengolahan data observasi aktivitas guru dan siswa

Dalam mengukur peningkatan kinerja guru selama proses pembelajaran

berlangsung, menggunakan pendekatan keterampilan proses sains dengan

menganalisis data secara deskriptif. Data tersebut berupa lembar observasi guru

dan siswa.

b. Pengolahan data observasi aktivitas siswa

Dalam mengukur observasi aktivitas siswa, menggunakan format observasi sesuai

dengan kriteria yang telah ditentukan

(24)

Dokumentasi diolah dengan memilah-milah dokumentasi yang sesuai dengan

pembelajaran. Dokumentasi ini akan dimasukkan ke dalam lampiran.

Dari hasil analisis data kualitatif secara keseluruhan, dapat disimpulkan

apakah semua prinsip dalam pendekatan keterampilan proses sains telah dilaksanakan

dengan baik dalam pembelajaran IPA tentang energi bunyi terhadap siswa Kelas IV

Semester 2 SDN Ciburial.

2. Data Kuantitatif

Data kuantitatif diperoleh dari hasilprasiklus dan posttest untuk melihat

ketercapaian pemahaman siswa dalam pembelajaran IPA di setiap siklus sehingga

dapat disimpulkan apakah terjadi peningkatan pemahaman konsep siswa dalam

pembelajaran IPA pokok bahasan energi bunyi.

a. Pengolahan Hasil Tes

Data yang diperoleh dari hasil tes (pra siklus dan posttest), diolah melalui

penskoran yang disesuaikan dengan masing-masing bobot pada butir soal. Skor

tersebut kemudian dirubah ke dalam bentuk nilai, sehingga dapat dihitung nilai

rata-rata setiap siswa dalam kemampuan pemahaman konsep.

1) Pengubahan skor mentah menjadi nilai standar

Pemberian nilai kepada siswa dilaksanakan dengan jalan membandingkan

antara skor mentah hasil tes yang dimiliki oleh masing-masing individu dengan skor

maksimum ideal yang mungkin dapat dicapai. Pengubahan skor ini bertujuan agar

mudah dalam membandingkan hasil dari ketiga indikator pemahaman konsep yang

akan diukur.

Pengubahan skor mentah menjadi nilai standar dapat dihitung dengan

menggunakan rumus:

Tabel 3.1

Kriteria penilaian

Nilai = Skor yang diperoleh x 100

(25)

Nilai Klasifikasi

80 ke atas A

66 – 79 B

56 – 65 C

46 – 55 D

45 ke bawah E

(Anas Sudijono, 1995)

2) Menghitung rata-rata (mean)

Mean adalah teknik penulisan kelompok yang didasarkan atas nilai rata-rata

dari kelompok tersebut. (Sugiyono,2007)

Rata-rata hitung nilai pra siklus dan posttest dapat dihitung dengan menggunakan

rumus:

Keterangan:

x = rata-rata hitung ∑ x = jumlah seluruh skor

(26)

78

Berdasarkan pembahasan dalam penelitian mengenai penerapan pendekatan

keterampilan proses sains untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa Kelas IV

SDN Ciburial Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat dalam pembelajaran

IPA pada pokok bahasan energi bunyi dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses

sains mencakup empat jenis yaitu: a. mengamati, dilakukan dengan memfasilitasi

siswa beberapa benda kemudian siswa melakukan pengamatan bersama

kelompoknya terhadap benda-benda tersebut; b. menafsirkan hasil pengamatan,

dilakukan dengan menuliskan point-point penting berdasarkan hasil pengamatan;

c. mengklasifikasi, dilakukan dengan membandingkan dua benda penghasil bunyi

dengan perlakuan yang berbeda; d. mengkomunikasikan, menyimpulkan hasil

diskusi ke dalam bentuk tulisan kemudian dipresentasikan di depan kelas. Pada

pelaksanaan siklus I peneliti kurang mampu mengkondisikan kelas, namun

dengan melakukan kontrak pembelajaran di siklus II peneliti sudah mampu

menguasai kelas.

2. Terdapat peningkatan pemahaman konsep siswa Kelas IV SDN Ciburial

Kecamatan Ciburial Kabupaten Bandung Barat dari siklus I ke siklus II. Rata-rata

pemahaman konsep siswa pada siklus I pada indikator membandingkan sebesar

82,61 dan pada siklus II sebesar 89,13. Rata-rata pemahaman konsep siswa pada

siklus I pada indikator menyimpulkan sebesar 61,59 dan pada siklus II sebesar

89,85 Rata-rata pemahaman konsep siswa pada siklus I pada indikator

menjelaskan sebesar 90 dan pada siklus II sebesar 92,17. Sedangkan untuk

rata-rata ketuntasan hasil belajar juga sebanding dengan peningkatan pemahaman

konsep yaitu siklus I sebesar 80 dan pada siklus II sebesar 90,8. Jadi dapat

(27)

pelajaran IPA pada pokok bahasan energi bunyi dapat ditingkatkan melalui

pembelajaran dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses sains.

B. Rekomendasi

Sebagai implikasi dari hasil penelitian, berikut ini dikemukakan saran yang

diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan

kualitas pembelajaran IPA di SD, khususnya dalam menerapkan dan

mengembangkan pendekatan keterampilan proses sains.

1. Bagi guru SD, penerapan pendekatan keterampilan proses sains dapat dijadikan

alternative dalam pembelajaran IPA untuk meningkatkan pemahaman konsep

sehingga guru memiliki pendekatan yang bervariatif dalam proses pembelajaran,

pendekatan keterampilan proses sains memiliki tahapan yang sistematis yang

dapat memudahkan siswa dalam memahami suatu konsep dan pembelajaran dapat

melibatkan siswa secara aktif untuk menemukan suatu konsep.

2. Bagi peneliti selanjutnya,

a. Pada aspek menafsirkan hasil pengamatan, belum semua siswa dapat

melaksanakannya, sehingga diharapkan untuk penelitian selanjutnya lebih

ditekankan pada aspek tersebut dengan membimbing dan memeriksa kinerja

siswa. Dengan seperti itu semua siswa dapat melaksanakan menafsirkan hasil

pengamatan dengan baik.

b. Penerapan pendekatan keterampilan proses sains pada penelitian ini hanya

meninjau pada aspek mengamati, menafsirkan hasil pengamatan,

mengklasifikasi, serta mengkomunikasikan. Oleh karena itu perlu adanya

penelitian lebih lanjut mengenai penerapan pendekatan keterampilan proses

sains terhadap pemahaman konsep siswa tidak hanya pada keempat aspek

tersebut, sehingga dapat dilihat konsistensi pengaruh penerapan pendekatan

(28)

80

Arikunto, S. ( 2009) Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Ayu Apriliana, I. (2013) Pengertian Fakta, Konsep, Prinsip, Hukum, dan Teori. [Online]. Tersedia di: http://intanapriliana.blogspot.com/2013/06/tugas-filsafat-ipa-pengertian-fakta.html [Diakses 17 Maret 2014].

Firmansyah, H. (2013) Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered

Heads Together untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. [Online]. Tersedia di:

http://digilib.unpas.ac.id/files/disk1/43/jbptunpaspp-gdl-penggunaan-2141-2-babii.docx [Diakses 17 Maret 2014].

Kesuma, D. (2011). Indikator Capaian Kompetensi Pedoman dan Teori Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran. Modul. Pendidikan Profesi Guru, Universitas Pendidikan

Indonesia.

Neni Susi, PR. (2011) Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran IPA

tentang Gaya untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas IV di SDN Limbangan Timur 2 Kabupaten Garut. Skripsi. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,

Universitas Pendidikan Indonesia.

Rosiana Hadiana, L. (2011) Pengaruh Pendekatan Keterampilan Proses Sains

terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa. Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Safari. Dkk. (1993) Penyusunan, Penskoran dan Penggunaan Tes Prestasi Belajar

Bentuk Uraian. Puslitbang Sisjian: Jakarta.

Samatowa, U. (2010) Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks.

Sudijono, A. ( 2008) Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Sudjana, N. (2010) Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar baru Algesindo.

(29)

Wilis Dahar, R. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Widodo, A. (2012) BBM III Keterampilan Proses Sains. [Online]. Tersedia di:

http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-MODES/PENDIDIKAN_IPA_DI_SD/BBM_3.pdf [Diakses 13 Maret 2014].

Gambar

Gambar 3.1 Bagan Alur PTK kemmis Taggart

Referensi

Dokumen terkait

(1) Pekerjaan las yang boleh dilakukan oleh Juru las kelas I (satu), kelas II (dua) dan kelas III (tiga) tetapi dilarang mengelas jenis kelas II (dua) dan kelas Ill (tiga)

Judul Penelitian ini adalah “ Hubungan Perkembangan Wilayah Perkotaan dengan Kebutuhan Infrastruktur di Kabupaten Cianjur.” Kesalahan penafsiran judul dapat menimbulkan

BAB II PENGARUH TEMU MANGGA ( Curcuma amada ) TERHADAP STABILISASI LIPID DARAH PADA MENCIT ( Mus musculus ) JANTAN PENDERITA HIPERLIPIDEMIA A.. Temu Mangga ( Curcuma

Sujudku yang Tersembunyikarya Garina Adelia. Mendiskripsikan struktur kepribadian tokoh utama akibat pergolakan. jiwa yang dialaminya dalam novelSujudku yang Tersembunyi

Untuk mengetahui pengaruh pengaplikasian bahan organik dalam berbagai jenis berupa pupuk kandang, kompos jerami, dan biochar sekam padi terhadap peningkatan C-

4) Record relatif mursah dan tidak sukar untuk diperoleh, tetapi dokumen harus dicari dan ditemukan. 5) Keduanya tidak reaktif sehingga tidak sukar ditemukan dengan

Penggunaan MySQL VB API ini sebagai salah satu alternatif dalam melakukan koneksi ke dalam database MySQL, selain menggunakan MyODBC (Open

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Seleksi Progeni F1 Hasil Persilangan 2009 Berdasarkan Karakteristik Produksi dan Fisiologi Pada Tanaman Karet (Hevea brassiliensis