• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2009"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

Sektor perhubungan (transportasi darat, laut dan udara) memiliki kontribusi yang sangat vital dan berdimensi strategik bagi pembangunan nasional, mengingat sifatnya sebagai penggerak dan pendorong kegiatan pembangunan serta sebagai jembatan perekat kesenjangan yang membuat semakin penting perannya sebagai bagian integral dari infrastruktur pembangunan nasional.

Sesuai dengan amanah yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia, Departemen Perhubungan bertugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang per-hubungan. Tugas tersebut dilaksanakan dalam rangka mendukung langkah-langkah penyelamatan, pemulihan, pemantapan dan pe-ngembangan pembangunan nasional guna mewujudkan kemajuan di segala bidang, dalam mencapai tujuan nasional. Pembangunan sektor perhubungan akan berpengaruh besar terhadap pereko-nomian nasional, mengingat kegiatan di bidang transportasi darat, transportasi perkeretaapian, transportasi laut dan transportasi udara berperan penting dalam kegiatan distribusi barang, penum-pang dan jasa ke seluruh pelosok tanah air dan antar negara.

Rencana Kerja (RENJA) Departemen Perhubungan Tahun 2009 memuat keseluruhan kebijakan publik di lingkungan Departe-men Perhubungan dan secara khusus membahas kebijakan publik sektor perhubungan yang terkait dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang disusun berdasarkan penganggaran terpadu (unified budget) menurut klasifikasi organisasi, fungsi dan jenis belanja dan berisi kebijakan pembangunan ekonomi di bidang perhubungan, baik yang terkait dengan kebijakan APBN maupun yang diarahkan untuk mendorong peranserta masyarakat dalam pembangunan perhubungan.

Secara rinci RENJA Departemen Perhubungan Tahun 2009 berisi kemajuan yang telah dicapai serta masalah dan tantangan yang akan dihadapi pada masing-masing sub sektor di lingkungan Departemen Perhubungan. Dari perkembangan keadaan tersebut kemudian dirumuskan sasaran pembangunan yang hendak dica-pai serta prioritas pembangunan yang akan ditempuh dengan mengacu pada agenda pembangunan yang perlu diselesaikan pada tahun 2009. Dengan arah kebijakan pada masing-masing sub sek-tor di lingkungan Departemen Perhubungan, yang meliputi trans-portasi darat, transtrans-portasi perkeretaapian, transtrans-portasi laut, transportasi udara dan penunjang transportasi, selanjutnya disusun program-program pembangunan.

Kondisi internal yang akan berpengaruh adalah dukungan stabilitas politik dan keamanan pasca bencana alam tanah longsor, banjir

Rencana Kerja Departemen Perhubungan Tahun 2009

(3)

dan lain-lain, serta suksesnya usaha-usaha Pemerintah dalam memberantas tindak pidana korupsi. Namun demikian berbagai dampak samping dari krisis politik dan keamanan yang masih berlangsung di beberapa daerah di Indonesia serta permasalahan keamanan di wilayah perbatasan negara yang mengancam keu-tuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan dampak samping proses pembelajaran demokrasi, telah memberikan sumbangan pada lambatnya pemulihan kepercayaan pasar yang diindikasikan oleh masih belum pulihnya kegiatan investasi swasta, bahkan terdapat kegiatan realokasi investasi swasta ke luar negeri. Kondisi eksternal yang ikut berpengaruh adalah berkaitan dengan krisis keamanan berkepanjangan di Irak yang sampai sekarang belum selesai, melonjaknya harga minyak dunia, dan isu terorisme yang masih merebak sejak tahun 2002 serta krisis tekanan eksternal yang dimulai dengan guncangan / krisis pasar modal.

Arah pembangunan perhubungan dalam rangka mendukung pelaksanaan otonomi daerah dan mendukung pelaksanaan pem-bangunan sektor-sektor lainnya adalah mengupayakan peningkatan keterpaduan tataran transportasi nasional dengan tataran trans-portasi wilayah dan tataran transtrans-portasi lokal yang didukung dengan pelaksanaan otonomi dan pelimpahan wewenang kepada daerah untuk kepentingan bersama, baik antar wilayah maupun kepentingan nasional dengan tetap mengutamakan efisiensi, efektifitas, kompetisi yang sehat dan kemampuan daya saing baik secara nasional maupun internasional

Rencana Kerja Departemen Perhubungan Tahun 2009 di samping dipergunakan sebagai acuan bagi seluruh jajaran Departemen Perhubungan untuk menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA-KL) di bidang Perhubungan yang akan dibiayai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun 2009, secara substansi juga sejalan dengan Rencana Strategis (RENSTRA) Departemen Perhubungan 2005 – 2009 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional 2005-2009.

MENTERI PERHUBUNGAN

Ir. JUSMAN SYAFII DJAMAL

(4)

Rencana Kerja Departemen Perhubungan Tahun 2009

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR DIAGRAM ... ix

BAB I PENDAHULUAN …………... I-1

A. Tatanan Makro Strategis Perhubungan (TMSP) I-2

B. Rencana Umum dan Rencana Teknis Pengem-

bangan Perhubungan ... I-3 C. Sistem Perencanaan Pembangunan Perhubu-

ngan ... I-3

BAB II SASARAN, PRIORITAS DAN ARAH KEBIJAKAN

PEMBANGUNAN DEPARTEMEN PERHUBUNGAN

TAHUN 2009 ... II-1

A. KONDISI UMUM ……….. II-1

1. Pembangunan Transportasi ….………. II-1

2. Regulasi dan Kerjasama Luar Negeri ………. II-9

B. PERMASALAHAN DAN TANTANGAN ... II-10

C. SASARAN, PRIORITAS DAN ARAH

KEBIJA-KAN PEMBANGUNAN ... II-15 1. Sasaran dan Prioritas Pembangunan

Tahun 2009 ... II-15 2. Arah Kebijakan Pembangunan ... II-17

BAB III TARGET PERTUMBUHAN DAN KEBUTUHAN

PEMBIAYAAN DEPARTEMEN PERHUBUNGAN TAHUN 2009 ... III-1

A. TARGET PERTUMBUHAN SEKTOR

TRANSPORTASI TAHUN 2009... III-1

1. Realisasi Pertumbuhan Sektor

Transportasi Tahun 2007 ... III-1 2. Proyeksi Tahun 2008 dan 2009 ... III-4 B. KEBUTUHAN PEMBIAYAAN SEKTOR

TRANSPORTASI TAHUN 2009 ... III-8

1. Upaya Mendukung Pertumbuhan (Pro

Growth) ... III-8

2. Kriteria Alokasi Anggaran APBN Dephub….. III-9

BAB IV PEMBANGUNAN TRANSPORTASI DARAT ………. IV-1

A. KONDISI UMUM ………... IV-1

B. SASARAN PEMBANGUNAN ……….……… IV-9

C. STRATEGI ……….… IV-13

D. PROGRAM PEMBANGUNAN ……….. IV-17

Rencana Kerja Departemen Perhubungan Tahun 2009

(6)

BAB V PEMBANGUNAN TRANSPORTASI

PER-KERETAAPIAN………. V-1

A. KONDISI UMUM ………. V-1

B. SASARAN ……….. V-3

C. STRATEGI ………. V-4

D. PROGRAM PEMBANGUNAN ……….. V-4

BAB VI PEMBANGUNAN TRANSPORTASI LAUT ……… VI-1

A. KONDISI UMUM ………. VI-1

B.SASARAN ……….. VI-3

C.STRATEGI ………. VI-3

D.PROGRAM PEMBANGUNAN ……….. VI-3

BAB VII PEMBANGUNAN TRANSPORTASI UDARA…… VII-1

A. KONDISI UMUM ... VII-1

B. SASARAN ……….. VII-15

C. STRATEGI ………..………. VII-15

D. PROGRAM PEMBANGUNAN ……….. VII-16

BAB VIII PEMBANGUNAN UNSUR PENUNJANG SEKTOR

TRANSPORTASI ………... VIII-1

A. KONDISI UMUM ... VIII-1

1. Sekretariat Jenderal………. VIII-1

2. Inspektorat Jenderal……….……….. VIII-4

3. Badan Penelitian dan Pengembangan .… VIII-6

4. Badan Pendidikan dan Pelatihan..……… VIII-6

5. Badan SARNAS……….……….. VIII-7

B. SASARAN ... VIII-10 1. Sekretariat Jenderal..………. VIII-10 2. Inspektorat Jenderal ……….... VIII-11 3. Badan Penelitian dan Pengembangan .… VIII-11 4. Badan Pendidikan dan Pelatihan ……….. VIII-11 5. Badan SARNAS……….... VIII-12

C. STRATEGI ……… VIII-12

1. Sekretariat Jenderal ..……… VIII-12

2. Inspektorat Jenderal…...……… VIII-13 3. Badan Penelitian dan Pengembangan..… VIII-14 4. Badan Pendidikan dan Pelatihan... … VIII-15 6. Badan SARNAS……… VIII-16

D. PROGRAM PEMBANGUNAN ……… VIII-16

1. Sekretariat Jenderal ..……… VIII-16

2. Inspektorat Jenderal…...……… VIII-19 3. Badan Penelitian dan Pengembangan..… VIII-19 4. Badan Pendidikan dan Pelatihan... … VIII-19 5. Badan SARNAS...VIII-20

Rencana Kerja Departemen Perhubungan Tahun 2009

(7)

BAB IX PEMBANGUNAN PERHUBUNGAN DI

KAWASAN PERBATASAN ... IX-1

A. KONDISI UMUM ... IX-1

1. Transportasi Darat …..……… IX-1

2. Transportasi Laut ……….………... IX-1

3. Transportasi Udara ……….... IX-2 B. SASARAN ... IX-2

C. STRATEGI ………. IX-3

D. PROGRAM PEMBANGUNAN ……….. IX-4

1. Program Pemeliharaan, Rehabilitasi, Peningkatan dan Pembangunan

Transportasi Darat ... IX-4 2. Program Pemeliharaan, Rehabilitai,

Peningkatan dan Pembangunan

Transportasi Laut ………... IX-4 3. Program Pemeliharaan, Rehabilitasi,

Peningkatan dan Pembanguan

Transportasi Udara ... IX-4

BAB X KAIDAH PELAKSANAAN ... X-1

BAB XI PENUTUP ... XI-1

Rencana Kerja Departemen Perhubungan Tahun 2009

(8)

DAFTAR TABEL

TABEL II-1. PROGRAM KEGIATAN PEMBANGUNAN FASILITAS

KESELAMATAN TAHUN 2007 ... II-2

TABEL II-2. PROGRAM KEGIATAN PEMBANGUNAN

ANGKU-TAN SUNGAI DANAU DAN PENYEBERANGAN TAHUN 2007... II-3

TABEL III-1. DISTRIBUSI PDB NASIONAL TAHUN 2007

MENURUT PENGGUNAAN :

Y = C + G + I + (X – M)... III-2

TABEL III-2. DISTRIBUSI PDB TRANSPORTASI TAHUN 2007

MENURUT PENGGUNAAN :

Y = C + G + I + (X – M)... III-3

TABEL III-3. TARGET DAN REALISASI PERTUMBUHAN

SEKTOR TRANSPORTASI 2007 ATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN 2000 ... III-4

TABEL III-4. DISTRIBUSI PDB TRANSPORTASI TAHUN 2005,

2006, DAN 2007 PRAKIRAAN TAHUN 2008 DAN 2009 MENURUT PENGGUNAAN :

Y = C + G + I + (X – M) DALAM TRILIUN RUPIAH

(HARGA KONSTAN TAHUN 2000) ... III-6

TABEL III-5. PRAKIRAAN PERTUMBUHAN SEKTOR

TRANS-PORTASI TERHADAP PEMBENTUKAN NILAI TAMBAH TAHUN 2008 DAN 2009 ATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN 2000 (TRILIUN RUPIAH)

... III-7

TABEL III-6. REALISASI NILAI TAMBAH DAN PEMBIAYAAN

SEKTOR TRANSPORTASI TAHUN 2005, 2006 DAN 2006 SERTA PRAKIRAAN TAHUN 2008 DAN 2009

(TRILIUN RUPIAH)……… III-10

TABEL III-7. REKAPITULASI APBN DAN PAGU INDIKATIF

PEMBIAYAAN DEPARTEMEN PERHUBUNGAN PADA TAHUN BERJALAN DIBANDINGKAN DENGAN TARGET RENSTRA 2005 - 2009

(TRILIUN RUPIAH) ... III-11

TABEL III-8. SKENARIO ALOKASI SUMBER PEMBIAYAAN

SWASTA DAN BUMN PADA SEKTOR TRANSPORTASI TAHUN 2008-2009……….. III-12

TABEL IV-1. PROGRAM REHABILITASI DAN PEMELI-

HARAAN PRASARANA DAN FASILITAS LALU LINTAS ANGKUTAN JALAN ... IV-17

TABEL IV-2. PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN

FASILITAS LLAJ ... IV-17

TABEL IV-3. PROGRAM PENINGKATAN AKSESIBILITAS

PELAYANAN ANGKUTAN JALAN ... IV-18

Rencana Kerja Departemen Perhubungan Tahun 2009

(9)

TABEL IV-4. PROGRAM RESTRUKTURISASI & REFORMASI KELEMBAGAAN & PRASARANA LLAJ ... IV-18

TABEL IV-5. PROGRAM PENINGKATAN DAN PEMBANGUNAN

PRASARANA DAN SARANA ASDP ... IV-19

TABEL IV-6. PROGRAM REHABILITASI DAN PEMELIHA-

RAAN PRASARANA DAN FASILITAS DERMAGA SUNGAI, DANAU, DAN PENYEBERANGAN…... IV-19

TABEL IV-7. PROGRAM RESTRUKTURISASI & REFORMASI

KELEMBAGAAN SDP ... IV-19

T ABEL V-1. PERBANDINGAN MODA KA DENGAN MODA

LAINNYA... V-1

TABEL V-2. PROGRAM PENINGKATAN AKSESIBILITAS

PELAYANAN ANGKUTAN PERKERETAAPIAN ... V-5

TABEL V-3. PROGRAM PENINGKATAN DAN PEMBANGUNAN

PRASARANA DAN SARANA KERETA API ... V-6

TABEL V-4. PROGRAM REHABILITASI PRASARANA DAN

SARANA KA ... V-6

TABEL V-5. PROGRAM RESTRUKTURISASI & REFORMASI

KELEMBAGAAN PERKERETAAPIAN ... V-6

TABEL V-6. PROGRAM PENYELENGGARAAN PIMPINAN

KENEGARAAN DAN PEMERINTAHAN ... V-7

TABEL VI-1. PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA

TRANSPORTASI LAUT ... VI-4

TABEL VII-1. PROGRAM REHABILITASI DAN PEMELIHARAAN

PRASARANA TRANSPORTASI UDARA ... VII-17

TABEL VII-2. PROGRAM RESTRUKTURISASI KELEMBAGAAN

DAN PERATURAN TRANSPORTASI UDARA ……… VII-17

TABEL VII-3. PROGRAM PEMBANGUNAN TRANSPORTASI

UDARA ...……… VII-17

TABEL VII-4. PROGRAM PENYELENGGARAAN PIMPINAN

KENEGARAAN DAN KEPERINTAHAN ... VII-19

TABEL VIII-1 KINERJA PELAYANAN SARNAS TAHUN 2006

– 2007 ... VIII-9

TABEL VIII-2. PROGRAM PENDUKUNG PENGEMBANGAN

TRANSPORTASI ANTAR MODA... VIII-17

TABEL VIII-3. PROGRAM PENINGKATAN SARANA DAN PRA-

SARANA APARATUR NEGARA ... VIII-18

TABEL VIII-4. PROGRAM PENERAPAN KEPEMERINTAHAN YANG

BAIK ... VIII-18 TABEL VIII-5. PROGRAM PENDUKUNG PENCARIAN DAN

PENYELAMATAN PERHUBUNGAN ... VIII-19

TABEL VIII-6. PROGRAM PENDUKUNG PROGRAM PENELITIAN

DAN PENGEMBANGAN PERHUBUNGAN... VIII-19

Rencana Kerja Departemen Perhubungan Tahun 2009

(10)

TABEL VIII-7. PROGRAM PENDUKUNG PENGELOLAAN

KAPASITAS SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR

DAN PENDIDIKAN KEDINASAN... VIII-19

TABEL VIII-8. PROGRAM PENDUKUNG PENINGKATAN PENGA-WASAN DAN AKUNTABILITAS APARATUR NEGARA... VIII-20

TABEL IX-1. PROGRAM PENGEMBANGAN DAN

PEMBA-NGUNAN DI WILAYAH PERBATASAN, DAERAH TERPENCIL DAN RAWAN BENCANA TAHUN 2009

... IX-5

Rencana Kerja Departemen Perhubungan Tahun 2009

(11)

DAFTAR DIAGRAM

DIAGRAM I-1. KERANGKA PIKIR SISTEM PERENCANAAN

PEMBANGUNAN PERHUBUNGAN (SP3)... I-4

DIAGRAM III-1. PRIORITAS ALOKASI APBN DEPHUB

TAHUN 2009 ... III-9

Rencana Kerja Departemen Perhubungan Tahun 2009

(12)

BAB I

P E N D A H U L U A N

Rencana Kerja (RENJA) Departemen Perhubungan Tahun 2009 merupakan rencana tahun kelima pelaksanaan pembangunan sesuai dengan Rencana Strategis (RENSTRA) Departemen Perhubungan Tahun 2005 – 2009, dan merupakan kelanjutan RENJA Departemen Perhubungan tahun 2008. Rencana Kerja (RENJA) Departemen Perhubungan Tahun 2009 disusun berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2009, Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional 2004 - 2009 dan Rencana Strategis (RENSTRA) Departemen Per-hubungan Tahun 2005 – 2009, dimaksudkan untuk menjadi acuan dalam pelaksanaan tugas Departemen Perhubungan pada tahun 2009.

Rencana Kerja Departemen Perhubungan Tahun 2009 berisi kebijakan pembangunan perhubungan, yaitu transportasi dan kegiatan pendukungnya, baik yang akan dibiayai melalui APBN, anggaran BUMN, maupun Swasta. Uraian ini akan diawali dengan kondisi umum yang secara singkat menguraikan pencapaian kinerja sampai dengan tahun 2007 dan perkiraan tahun 2008, masalah dan tantangan yang harus dihadapi pada tahun 2009.

Dari perkembangan keadaan tersebut kemudian dirumuskan prioritas-prioritas pembangunan tahun 2009 dan sasaran pembangunan yang hendak dicapai pada masing-masing prioritas dengan mengacu kepada agenda pembangunan Departemen Perhubungan yang perlu diselesaikan pada tahun 2009. Prioritas pembangunan tahunan disusun dengan pertimbangan-pertim-bangan sebagai berikut :

1. Memiliki dampak yang besar terhadap pencapaian

sasaran-sasaran pembangunan sehingga langsung dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat;

2. Mendesak dan penting untuk segera dilaksanakan;

3. Merupakan tugas pemerintah sebagai pelaku utama;

4. Realistis untuk dilaksanakan.

Berdasarkan arah kebijakan pada masing-masing bidang pemba-ngunan perhubungan, yang meliputi transportasi darat (angkutan jalan, angkutan perkeretaapian dan ASDP), transportasi laut, transportasi udara, dan kegiatan penunjang transportasi, selan-jutnya disusun program-program pembangunan yang dikaitkan dengan kebutuhan pendanaan.

Dengan demikian RENJA Departemen Perhubungan merupakan pedoman bagi penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) De-partemen Perhubungan yang merupakan bagian dari penyusunan

Rencana Kerja Departemen Perhubungan Tahun 2009

(13)

APBN. Berdasarkan cakupan tersebut, RENJA Departemen Perhubungan mempunyai fungsi pokok sebagai berikut :

1. Menjadi acuan bagi seluruh jajaran Departemen Perhubungan

dan lembaga-lembaga baik pemerintah maupun swasta yang memiliki keterkaitan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan Departemen Perhubungan, karena memuat seluruh kebijakan publik yang menjadi tugas pokok dan fungsi Departemen Perhubungan;

2. Menjadi pedoman dalam menyusun RKA Departemen

Perhu-bungan sebagai bagian dalam penyusunan APBN, karena memuat arah kebijakan pembangunan Departemen Perhubu-ngan selama satu tahun;

3. Menciptakan kepastian kebijakan, karena merupakan

komit-men Departekomit-men Perhubungan sebagai lembaga pemerintah.

Dokumen RENJA Departemen Perhubungan Tahun 2009 dilengkapi dengan lampiran yang berisi uraian tentang Program dan Kegiatan beserta indikasi pagu untuk masing-masing program. Kedudukan RENJA Departemen Perhubungan dalam kerangka pikir Sistem Perencanaan Pembangunan Perhubungan disampaikan pada Diagram 1. Diagram 1 memberikan gambaran bahwa proses perencanaan di lingkungan Departemen Perhubungan dikelom-pokkan atas tiga bagian utama yang saling terkait satu sama lain, sebagai berikut :

A. Tatanan Makro Strategis Perhubungan (TMSP)

Secara substansial, Tatanan Makro Strategis Perhubungan merupakan perangkat hukum di bidang Transportasi dan Tata Ruang, serta penjabaran transportasi secara sistemik, strategik, konsepsional, makro, dan filosofis yang dirumuskan menjadi Sistem Transportasi Nasional (SISTRANAS).

Pada skala nasional, SISTRANAS diwujudkan dalam Tataran Transportasi Nasional (TATRANAS) yang disusun mengacu kepada Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) dan Rencana Tata Ruang Pulau (RTRP).

Pada skala wilayah provinsi, SISTRANAS diwujudkan dalam Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) yang disusun mengacu kepada Rencana Tata Ruang Pulau (RTRP) dan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP).

Pada skala lokal (Kabupaten/Kota), SISTRANAS diwujudkan dalam Tataran Transportasi Lokal (TATRALOK) yang disusun berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota.

B. Rencana Umum & Rencana Teknis Pengembangan Perhubungan

Rencana Umum Pengembangan Perhubungan (RUPP) merupakan cetak biru pengembangan transportasi dan fasilitas

Rencana Kerja Departemen Perhubungan Tahun 2009

(14)

penunjangnya dalam kurun waktu tertentu, sedangkan Rencana Teknis Pengembangan Perhubungan (RTPP) adalah rencana pemanfaatan ruang yang bersifat teknis. Dalam penyusunan RUPP dan RTPP, Pedoman dan Standar Teknis Pembangunan Perhubungan (PSTPP) merupakan acuan utama.

C. Sistem Perencanaan Pembangunan Perhubungan (SP3)

Sistem Perencanaan Pembangunan Perhubungan (SP3) terdiri dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RENSTRA) dan Rencana Pembangunan Jangka Pendek (RENJA). Rencana Pembangunan Jangka Panjang Departemen Perhubungan (RPJP DEPHUB) dijabarkan menjadi Rencana Strategis Departemen Perhubungan (RENSTRA DEPHUB), Rencana Strategis Departemen Perhubungan dijabarkan menjadi Rencana Kerja Departemen Perhubungan (RENJA DEPHUB).

Rencana Kerja Departemen Perhubungan Tahun 2009

(15)

DIAGRAM I-1

KERANGKA PIKIR SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERHUBUNGAN (SP3)

- PANCASILA - UUD 1945

SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

RENCANA UMUM PENGEMBANGAN PERHUBUNGAN (RUPP)

TATANAN MAKRO STRATEGIS PERHUBUNGAN (TMSP)

TATRANAS

TATRALOK SISTRANAS

RENCANA TEKNIS PENGEMBANGAN PERHUBUNGAN (RTPP)

KEBIJAKAN STRATEGIS DEPARTEMEN PERHUBUNGAN

SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERHUBUNGAN (SP3)

RENCANA STRETEGIS (RENSTRA) DEPARTEMEN

PERHUBUNGAN

RENCANA KERJA (RENJA) DEPARTEMEN

Rencana Kerja Departemen Perhubungan Tahun 2009

(16)

BAB II

SASARAN, PRIORITAS DAN ARAH KEBIJAKAN

PEMBANGUNAN DEPARTEMEN PERHUBUNGAN

TAHUN 2009

A. KONDISI UMUM

Secara umum hasil pembangunan transportasi di lingkungan Departemen Perhubungan tahun 2007 dan perkiraan tahun 2008 telah mengalami beberapa kemajuan berdasarkan beberapa indikasi sebagai berikut :

1. Pembangunan Transportasi

Pada tahun 2007, pembangunan transportasi dilaksanakan melalui 5 (lima) program yang terdiri dari: Program pemeliharaan, rehabilitasi, peningkatan dan pembangunan transportasi darat; Program pemeliharaan, rehabilitasi, peningkatan dan pembangunan transportasi laut; Program pemeliharaan, rehabilitasi, peningkatan dan pembangunan transportasi udara; Program restrukturisasi, reformasi perhubungan dan pengembangan transportasi antarmoda; serta Program peningkatan sarana dan prasarana trans-portasi. Selain itu terdapat program pendukung yang meliputi: Program pencarian dan penyelamatan; Program penelitian dan pengembangan perhubungan; Program pengelolaan kapasitas sumber daya manusia aparatur dan pendidikan kedinasan; Program penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan; serta Program pengawasan aparatur negara;

a. Transportasi Darat

1) Lalu Lintas Angkutan Jalan

Realisasi program lalu lintas angkutan jalan pada tahun 2007, meliputi:

a) Pembatasan muatan

Pembatasan muatan secara komprehensif telah dilakukan untuk mengurangi kerusakan jalan, kemacetan, dan turunnya jaminan keselamatan lalu lintas akibat dari angkutan muatan lebih di jalan;

b) Pengadaan Bus dan Subsidi Bus Perintis

Pengadaan bus terealisasi terbanyak 170 unit yang terdiri dari : bus ukuran sedang 100 unit Non AC diperuntukkan 50 unit bantuan armada DAMRI, 50 unit bantuan bus Pelajar/Mahasiswa dan angkutan kota, bus sedang 40 unit AC, diperuntukkan untuk bantuan armada BRT Kota Bogor, dan Kota

Rencana Kerja Departemen Perhubungan Tahun 2009

(17)

Yogyakarta, bus ukuran besar 30 unit, diperuntukkan bantan armada DAMRI.

c) Penyelenggaraan angkutan lebaran

Penyelenggaraan angkutan lebaran tahun 2007 telah berjalan dengan lancar dan telah dilakukan persiapan penyelenggaraan angkutan lebaran tahun 2008 melalui koordinasi dengan instansi terkait;

d) Pembangunan fasilitas keselamatan

TABEL II – 1

PROGRAM KEGIATAN PEMBANGUNAN FASILITAS KESELAMATAN TAHUN 2007

NO PROGRAM/KEGIATAN REALISASI UNIT

1. Pembangunan Fasilitas dan Keselamatan LLAJ

a. Pengadaan dan pemasanan Marka Jalan

b. Pengadaan dan pemasangan guard-rail

c. Pengadaan dan pemasangan Rambu Lalu Lintas

d. Pengadaan dan pemasangan RPPJ e. Pengadaan dan pemasangan Traffic

Light

f. Pengadaan dan pemasangan Alat PKB g. Pengadaan dan pemasangan cermin

tikungan

h. Pengadaan dan pemasangan deli-niator 3. Pembangunan Jembatan Timbang

(Subu-lussalam-Aceh Singkil)

1 Lokasi 4. Pembangunan Terminal Penumpang 8 Lokasi 5. Rehabilitasi Terminal (Maluku, Inpres

6/2003: Masohi, Tual, Saumlaki, Kodya Ambon)

4 Paket

6. Manajemen & Rekayasa Lalu Lintas 27 Paket 7. Pembangunan Paku Marka 1.000 Buah 8. Pengadaan Uji Tipe Khusus Kendaraan

Motor

1 Paket 9. Sosialisasi Keselamatan LLAJ 28 Paket

10. Pengadaan Peralatan Unit Penelitian Kece-lakaan

1 Paket 11. Perbaikan LRK di Perlintasan sebidang 1 Paket

12. Pengadaan dan Pemasangan Fasilitas ZoSS 6 Lokasi 13. Pengadaan helm untuk anak 1.000 Buah 14. Pengadaan peralatan sosilisasi keselamatan 2 Unit 15. Pengadaan dan pemasangan conventer kit

pada taksi termasuk instalasi dan supervisi

1.755 Set

Pada tahun 2007 diprogramkan pembangunan prasarana LLAJ guna mendukung peningkatan aksesibilitas berupa pembangunan 9 (Sembilan) lokasi terminal penumpang, antara lain:

1. Terminal Ogan Ilir (Sumatera Selatan)

2. Terminal Sei Ambang Pontianak (Kalimantan Barat)

3. Terminal Badung (Bali)

4. Terminal Kuningan (Jawa Barat)

5. Terminal Enterop (Papua)

6. Terminal Mota’ain Atambua (NTT)

7. Terminal Wonosari Kabupaten Gunung Kidul

Rencana Kerja Departemen Perhubungan Tahun 2009

(18)

8. Terminal Palangkaraya (Kalimantan Tengah)

9. Terminal Aceh Timur Kabupaten Aceh Timur (NAD)

Dari 9 (Sembilan) terminal tersebut, terdapat 3 (tiga) terminal Antar Lintas Batas Negara (ALBN), yaitu di Enterop, NTT dan Kalimantan Barat. Akan tetapi pembangunan terminal ALBN di Enterop belum dilaksanakan karena terdapat permasalahan status lahan.

Pada tahun anggaran 2008 sedang dilaksanakan fasi-litas keselamatan berupa pengadaan dan pemasangan marka jalan sepanjang 1.949.000 m, pagar pengaman jalan sepanjang 70.902 m, delineator 22.935 buah, traffic light 29 unit, 18 unit peralatan pengujian kendaraan bermotor (PKB), serta manajemen rekayasa lalu lintas sebanyak 19 paket. Selain itu, untuk peningkatan keselamatan bidang transportasi darat dilakukan pengadaan peralatan UPK, serta sosialisasi keselamatan LLAJ di 8 propinsi. Dalam menunjang keperintisan diprogramkan pengadaan bus ukuran sedang perintis sebanyak 31 unit bus ukuran sedang dan 40 bus ukuran besar.

2) Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan

Realisasi program angkutan sungai, danau dan penyeberangan tahun 2007 meliputi :

a)Mekanisme Penetapan tarif

Telah disusun formulasi dan mekanisme penetapan tarif angkutan penyeberangan yang lebih sederhana dengan memperhitungkan jumlah unit kendaraan yang menggunakan jasa penyeberangan;

b) Pembangunan Dermaga

TABEL II – 2

KEGIATAN PEMBANGUNAN ANGKUTAN SUNGAI DANAU DAN PENYEBERANGAN TAHUN 2007

NO KEGIATAN REALISASI UNIT

1. Pembangunan dermaga sungai a. Baru 2. Pembangunan dermaga danau

a. Baru 3. Pembangunan pelabuhan penyeberangan

a. Baru 4. Pembangunan kapal penyeberangan

a. Baru

Rencana Kerja Departemen Perhubungan Tahun 2009

(19)

5. Pembangunan bus air 5 Unit 6. Pembangunan speed boat 10 Unit

7. Rambu suar 18 Unit

8. Subsidi angkutan penyeberangan perintis a. Dalam propinsi

b. Antar propinsi

64 8

Lintas Lintas

Pada tahun 2008, telah dan sedang dilaksanakan pem-bangunan dermaga penyeberangan sebanyak 65 unit (baru dan lanjutan), pembangunan dermaga sungai / danau 41 buah (baru dan lanjutan), rehabi-litasi/peningkatan dermaga penyeberangan sebanyak 22 unit, rehabilitasi/peningkatan dermaga sungai da-nau 9 unit, rambu laut sebanyak 12 unit, rambu sungai 900 unit. Pengoperasian kapal penyeberangan perintis pada 71 lintas dan pengerukan alur pelayaran

1.703.333 m3 serta pembangunan break water di 1

lokasi.

b. Transportasi Perkeretaapian

Kegiatan pembangunan/peningkatan prasarana dan sarana perkeretaapian yang telah dilaksanakan pada tahun 2007 meliputi :

1) Prasarana Perkeretaapian

Pembangunan jalan KA yaitu antara Simpang Mane-Blangpulo sepanjang 20 km, penyelesaian pemba-ngunan jalan KA antara Stasiun Payakabung Simpang menuju Indralaya (Kampus UNSRI) sepanjang 4,30

km, pembangunan longersiding di emplasement Muara

Enim dan Penanggiran; pembangunan jalur ganda 2 km dan perpanjangan sepur di emplasemen Tiga Gajah (Sumsel) dan penyelesaian jalur ganda Serpong-Tanah Abang.

Peningkatan jalan KA sepanjang 241 km melalui penggantian rel R.33/R.38 menjadi rel R.42/R.54 dan penggantian bantalan kayu/besi menjadi bantalan beton di lintas utama Jawa dan Sumatera. Pening-katan sinyal, telekomunikasi dan listrik (sintelis) sebanyak 17 paket di lintas utama Jawa dan Sumatera. Peningkatan atau perkuatan jembatan KA sebanyak 33 buah di lintas utama Jawa dan Sumatera.

2) Sarana Perkeretaapian

Pengadaan sarana perkeretaapian meliputi pengadaan

K3 Baru sebanyak 37 unit, pengadaan KRLI Prototype

1 train set (4 unit), pengadaan KRDI sebanyak 2 train

set (60%), pengadaan dan pengangkutan KRL ex

Jepang sebanyak 40 unit, modifikasi KRL menjadi KRDE tahap I sebanyak 4 set (20 unit), sedangkan

Rencana Kerja Departemen Perhubungan Tahun 2009

(20)

untuk rehabilitasi sarana meliputi KRL VVVF sebanyak 2 train set (8 unit), KRD sebanyak 4 unit dan retrofit/penyehatan K3 dengan bogie baru sebanyak 20 unit.

Kegiatan pembangunan/peningkatan prasarana dan sarana perkeretaapian yang sedang dilaksanakan pada tahun 2008 meliputi :

1) Prasarana Perkeretaapian

a) Pembangunan jalan KA meliputi pembangunan

perkeretaapian NAD lintas Blangpulo – Cunda

sepanjang 10,3 km, pembangunan partial double

track lintas Tarahan - Tanjung Enim antara Tulungbuyut – Blambanganumpu sepanjang 5,7 Km, pembangunan elektrifikasi Serpong – Maja tahap I sepanjang 20 km termasuk rehabilitasi

track eksisting sepanjang 11,52 km, persiapan

pembangunan Double Double Track (DDT)

Manggarai – Cikarang sepanjang 16 km, pembe-basan tanah untuk pembangunan jalan KA Pasoso – Terminal Peti Kemas (JICT), lanjutan pemba-ngunan jalan kereta api Cisomang – Cikadongdong, lanjutan pembangunan jalan KA jalur ganda segmen III Cikampek – Cirebon, pembangunan jalur ganda Cirebon – Kroya antara Paguturan – Purwokerto sepanjang 30,94 km, pembangunan jalur ganda Tegal – Pekalongan lintas Pemalang – Surodadi – Larangan sepanjang 24 km,

penye-lesaian pembangunan spoor emplasemen Bandara

Adisucipto, lanjutan pembangunan shortcut

Surabaya Pasar Turi-Surabaya Gubeng, realokasi jalur KA antara Sidoarjo – Gunungpasir (segmen I sepanjang 3,8 km), pembangunan jalan kereta api dengan memperbesar radius lengkung lintas Tarahan - Tanjung Enim sepanjang 10,6 km.

b) Peningkatan jalan KA sepanjang 531,83 km di

lintas utama Jawa dan Sumatera;

c) Peningkatan jembatan KA sebanyak 38 unit di

lintas utama Jawa dan Sumatera;

d) Peningkatan dan pembangunan peralatan sintelis

KA sebanyak 17 paket di lintas utama Jawa dan Sumatera.

2) Sarana Perkeretaapian

Pengadaan dan modifikasi sarana KA meliputi pengadaan KRDI tahap II sebanyak 2 set (8 unit), pengadaan kereta penumpang kelas ekonomi (K3) sebanyak 25 unit, pengadaan kereta penolong (NNR)

Rencana Kerja Departemen Perhubungan Tahun 2009

(21)

sebanyak 2 unit, pengadaan gerbong kerja sebanyak 20 unit, penyelesaian modifikasi KRL menjadi KRDE sebanyak 4 Set (20 unit).

c. Transportasi laut

Untuk mempertahankan tingkat pelayanan jasa

transpor-tasi laut dalam tahun anggaran 2007 telah dilaksanakan

pembangunan menara suar 22 unit, pembangunan rambu suar 7 unit, pembangunan pelampung suar 21 unit, pembangunan tanda siang 29 unit, pembangunan anak pelampung 15 unit, pembangunan kapal patroli kelas III sebanyak 1 unit dan kelas V sebanyak 8 unit.

Revisi terhadap Undang-Undang No. 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran telah selesai dilaksanakan dengan terbitnya Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran yang telah diundangkan dan berlaku sejak tanggal 7 Mei 2008 serta dicantumkan pada Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 No. 64 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 No. 4849.

Sejak tanggal 1 Juli 2004, Indonesia telah menerapkan standar keselamatan dan keamanan sesuai ketentuan

International Ship and Port Facilities Security (ISPS) Code, di mana sejumlah armada kapal dan fasilitas pelabuhan telah memenuhi ketentuan tersebut yang mengalami kenaikan setiap tahunnya. Fasilitas pelabuhan yang telah menerapkan ISPS Code pada tahun 2004 sebanyak 189 unit, tahun 2005 sebanyak 212 unit meningkat pada tahun 2006 menjadi 220 unit dan pada tahun 2007 menjadi 231 unit. Jumlah armada kapal yang telah menerapkan ISPS Code pada tahun 2004 sebanyak 353 unit, tahun 2005 sebanyak 480 unit meningkat pada tahun 2006 menjadi 521 unit dan pada tahun 2007 menjadi 630 unit.

Jumlah fasilitas kenavigasian lainnya di seluruh Indonesia pada akhir tahun 2007: 61 unit kapal negara kenavigasian, 15.336 unit taman pelampung, 222 Stasiun Radio Pantai (SROP), 7 Stasiun Vessel Traffic Service (VTS).

Kegiatan pembangunan/peningkatan prasarana dan sarana transportasi laut yang sedang dilaksanakan pada tahun 2008 meliputi:

1) Bidang Angkutan Laut:

a) Pembangunan 3 unit kapal 2000 GT untuk Maluku,

Maluku Utara dan Sulawesi Barat;

b) Pembangunan 2 unit kapal Catamaran kapasitas

200 penumpang untuk Sulawesi Selatan;

Rencana Kerja Departemen Perhubungan Tahun 2009

(22)

c) Lanjutan pembangunan 1 unit kapal perintis tipe 750 DWT;

d) Lanjutan pembangunan 2 unit kapal perintis tipe

500 DWT;

e) Lanjutan pembangunan 2 unit kapal perintis tipe

350 DWT;

f) Pembangunan 3 unit kapal perintis tipe 900 DWT;

g) Pembangunan 3 unit kapal perintis tipe 750 DWT;

h) Pembangunan 2 unit kapal perintis tipe 500 DWT;

i) Pembangunan 2 unit kapal perintis tipe 350 DWT;

j) Penerapan National Single Window pada 3 lokasi

(Pelabuhan Belawan, Semarang dan Surabaya).

2) Bidang Kepelabuhanan

a) Pembangunan fasilitas pelabuhan laut di: Labuhan

Angin tahap I, dermaga penumpang di Dumai, Malarko dan Seluan;

b) Pembangunan trestle di Tanjung Batu (Riau),

Rembang, Batang, Gilimandangin, Panarukan, Kalbut, Tanjung Tembaga (Probolinggo), Carik, Labuan Haji, Ende, Maumbawa, Waiwole, Wini, Telik Melano, Tanjung Batu (Kalbar), Kuala Pembuang, Palaihari, Pasir Penajam, Kariangau, Maloy/ Sangkulirang, Tahuna, Kawaluso, Kawio, Malangu-ane, Takorotan, Marampit, Makalehi, Labuan Uki, Pantoloan, Lameluru, Garongkong, Lakor, Ahmad Yani (Ternate), Raja Ampat, Arar/Sorong;

c) Lanjutan pembangunan fasilitas pelabuhan Tanjung

Buton, Pasean, Pulau Karamian, Labuhan Amuk Tahap II, Reo, Mempawah, Malundung (Tarakan), Sungai Nyamuk, tahap VIII, Manado, Marore tahap IV, Essang tahap II, Beo tahap III, Miangas, Sawang, Biaro tahap II, Belang tahap II, Bitung tahap II, Gorontalo tahap II, Anggrek, Machini Baji tahap II, Gudang Arang, Tulehu tahap III, Wulur tahap II, Tanjung Priok;

3) Bidang Keselamatan Pelayaran

a) Pembangunan 1 unit kapal patroli kelas I;

b) Pembangunan 20 unit kapal patroli kelas III;

c) Pengadaan Sistem Pengawasan Kapal Patroli (Vessel

Tracking System);

d) Pengadaan Peralatan SAR di 22 lokasi;

e) Pengadaan peralatan ISPS Code untuk pelabuhan;

Rencana Kerja Departemen Perhubungan Tahun 2009

(23)

f) Marine Electronic Highway;

g) Pembangunan 5 unit Kapal Negara Kenavigasian;

h) Pengadaan sistem lampu suar SBNP;

i) Vessel Traffic Information System (VTIS) di 2 lokasi;

j) ATN Vessel Procurement 4 unit;

k) Maritime Telecomunication System Development Project;

l) Pengerukan alur dan kolam pelabuhan di 6 lokasi.

d. Transportasi Udara

Hasil-hasil yang dicapai pada tahun 2007 untuk kegiatan pemeliharaan, rehabilitasi, peningkatan dan pembangunan transportasi udara antara lain: pengembangan pelayanan internasional transportasi udara, yaitu telah dikembangkan sejumlah bandara, baik yang dikelola oleh Pemerintah maupun yang dikelola oleh BUMN melalui penetapan bandara internasional (Bandara Minangkabau International Airport di Padang dan SM Badaruddin II di Palembang).

Beberapa kegiatan yang dilakukan pada sub sektor transportasi udara sebagian besar merupakan kegiatan-kegiatan pembangunan dan pengembangan bandar udara strategis yaitu, pembangunan Bandara Medan Baru sebagai pengganti Bandar Udara Polonia Medan, pembangunan terminal 3 bandara Soekarno Hatta, lanjutan pengembangan bandara Hasanuddin-Makassar dan pembangunan Bandara Lombok yang pendanaannya disediakan bersama oleh PT (Persero) Angkasa Pura I, Pemprov NTB dan Pemkab Lombok Tengah. Di samping itu dilanjutkan pelayanan penerbangan perintis di tigabelas propinsi.

Pada tahun 2008 beberapa kegiatan pada subsektor transportasi udara yang telah dan sedang dilakukan meliputi: lanjutan pembangunan Bandar udara Medan Baru, Makassar dan Ternate; perpanjangan landasan Bandar Udara Ahmad Yani Semarang, Mamuju, dan Lampung; melanjutkan pembangunan bandara di Banyuwangi dan Bawean (Jatim), Dr.F.L. Tobing/Sibolga (Sumut), dan Domine Edward Osok/Sorong (Papua); pengembangan bandar udara di daerah pedalaman, perbatasan, dan rawan bencana di 12 lokasi yaitu Rembele, Silangit, Sibolga, Enggano, Rote, Ende, Naha, Manokwari, DEO Sorong, Melonguane, Nunukan, Hali-wen; pembangunan apron dan taxiway di Bengkulu dan Kendari; Rehabilitasi/peningkatan fasilitas bandar udara yang melayani penerbangan perintis, penyediaan pelayanan angkutan udara perintis di Papua, Kalimantan, Sumatera, NTT, Maluku dan Sulawesi dengan jumlah rute sebanyak 91 rute pada tahun 2008; dan peningkatan keandalan

Rencana Kerja Departemen Perhubungan Tahun 2009

(24)

operasional keselamatan penerbangan berupa peralatan telekomunikasi, navigasi dan kelistrikan terutama di bandara-bandara kecil.

e. Transportasi Antar Moda

Melalui program pengembangan transportasi antarmoda, pada tahun 2007 telah dilaksanakan kegiatan penyusunan perencanaan dan program, pemantauan dan evaluasi di bidang transportasi, koordinasi dan pemantapan sistem transportasi nasional dan wilayah.

f. Penelitian dan Pengembangan

Pada program penelitian dan pengembangan perhubungan telah dilakukan kegiatan desain dan persiapan pelaksanaan

penelitian asal tujuan transportasi nasional (OD Survey),

kajian strategi pengembangan transportasi multimoda di Indonesia, kajian peningkatan keselamatan di perlintasan sebidang antara jalan dan jalur kereta api, serta kegiatan operasional Badan Litbang Perhubungan.

g. Penunjang Transportasi

Pada tahun 2008 terdapat beberapa kegiatan pada program penunjang transportasi yang telah dan sedang dilakukan meliputi : kajian perencanaan, evaluasi dan kebijakan bidang transportasi, kajian strategis perhubungan dan transportasi intermoda, penyusunan evaluasi dan operasional pemantauan kinerja keuangan; penyusunan pembinaan kinerja kepegawaian; dan peningkatan peran dan kinerja Pusdatin.

2. Regulasi dan Kerjasama Luar Negeri

Selain hasil kegiatan yang telah diuraikan di tiap-tiap subsektor transportasi, pada tahun 2007 telah disyahkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian dan pada tahun 2008 telah disyahkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran.

Pada tahun 2008 sedang dilakukan pembahasan penyelesaian revisi dua peraturan perundang-undangan di bidang transportasi, yaitu: UU nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan UU nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan serta penyusunan rancangan peraturan pelaksanaan UU nomor 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian dan UU nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran. Di samping itu untuk meningkatkan pelayanan angkutan lintas negara, telah dicapai kerja sama internasional, bilateral, regional dan multilateral. Pada kerja sama bilateral telah dilakukan konsultasi hubungan transportasi udara dengan RRC, Uni Emirat Arab, Vietnam, Srilangka, Korea Selatan, Jerman, dan Timor Leste. Pada kerja sama regional telah dilakukan pembahasan naskah perjanjian angkutan multimoda, saling

Rencana Kerja Departemen Perhubungan Tahun 2009

(25)

mengakui hasil pemeriksaan kendaraan bermotor, pengaturan angkutan barang secara bebas dan jaringan jalan raya ASEAN,

perumusan ASEAN Near Coastal Voyage, serta beberapa kerja

sama proyek ASEAN-Jepang di bidang keamanan dan keselamatan angkutan pelayaran serta pelatihan pemahaman angkutan multimoda oleh APEC. Pada kerja sama multilateral, Indonesia aktif dalam organisasi-organisasi internasional, seperti IMO, ICAO, WMO, dan ESCAPE.

Pada tahun 2008 telah dan sedang dilakukan beberapa kegiatan pada program regulasi dan kerjasama luar negeri bidang transportasi, meliputi: penyusunan peraturan bidang transportasi, sosialisasi peraturan bidang transportasi, peningkatan kerjasama luar negeri (KSLN) Perhubungan.

B. PERMASALAHAN DAN TANTANGAN

Meskipun telah dicapai kemajuan di berbagai bidang pada pelayanan jasa sarana dan prasarana transportasi, permasa-lahan yang dihadapi adalah bagaimana meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan dalam kondisi pendanaan pemerintah yang terbatas, termasuk mempertahankan dan meningkatkan keselamatan pengguna jasa transportasi. Permasalahan pelayanan transportasi ini diindikasikan oleh belum memadainya dan belum dicapainya tingkat keandalan, keselamatan serta kepuasan pengguna jasa baik karena faktor perilaku manusia, kelaikan armada, kondisi teknis sarana dan prasarana, manajemen operasional maupun kualitas penegakan hukum, sebagai berikut :

1. Transportasi Darat

Permasalahan yang masih dihadapi pada pembangunan lalu lintas angkutan jalan sampai dengan tahun 2008, baik prasarana dan sarana moda transportasi jalan terutama adalah masih rendahnya kelaikan prasarana dan sarana jalan, disiplin dan keselamatan lalu lintas di jalan, serta perkembangan armada dan pergerakan angkutan jalan yang terus meningkat dan tidak sebanding dengan perkembangan panjang dan kapasitas prasarana jalan. Di samping itu, masalah kemacetan dan dampak polusi udara khususnya di kota-kota besar masih merupakan tantangan yang harus diatasi. Jumlah kecelakaan lalu lintas dan pelanggaran lalu lintas, serta pelanggaran muatan lebih di jalan masih tinggi sehingga memerlukan koordinasi dan upaya yang lebih intensif di masa depan. Jumlah kecelakaan kendaraan ber-motor berdasarkan tingkat kecelakaan tahun 2007 mengalami penurunan sebesar 44,25% dari tahun 2006 sehingga menjadi 48.508 kejadian dengan korban meninggal dunia sebanyak 16.548 orang dan 20.180 orang luka berat.

Rencana Kerja Departemen Perhubungan Tahun 2009

(26)

Tingkat jangkauan pelayanan angkutan jalan di wilayah perdesaan dan terpencil masih terbatas, dilihat dari terbatasnya pembangunan prasarana jalan dan penyediaan angkutan umum perintis.

Permasalahan yang masih akan dihadapi dalam pembangunan transportasi sungai, danau dan penye-berangan sampai tahun 2008 adalah terbatasnya baik jumlah sarana dan prasarana angkutan sungai, danau, dan penyeberangan (ASDP) maupun optimasi dan sinerginya dengan prasarana / dermaga transportasi laut, dibandingkan dengan kebutuhan pengembangan wilayah dan angkutan antar pulau di seluruh Indonesia. Pembinaan dan pengembangan angkutan sungai dan danau serta potensi penggunaan sumberdaya air di sungai dan kanal secara terpadu untuk transportasi dan pengembangan sektor lain, baik pariwisata, penanggulangan banjir maupun kesehatan, belum dikembangkan secara baik. Sistem pembinaan dan manajemen sumber daya air sungai dan danau secara terpadu, baik dari sektor transportasi, pariwisata, pekerjaan umum maupun pemerintah daerah serta peran serta dan budaya masyarakat, secara berkesinambungan dan jangka panjang perlu dibangun dan dikembangkan. Ketersediaan prasarana dan sarana serta kondisi armada angkutan penyeberangan masih sangat terbatas dan sebagian besar perlu diremajakan baik armada yang dikelola oleh BUMN maupun swasta nasional.

2. Perkeretaapian

Permasalahan yang sedang dan masih akan dihadapi oleh transportasi perkeretaapian pada masa yang akan datang

adalah masih rendahnya share angkutan penumpang

maupun barang. Hal ini diakibatkan oleh beberapa faktor seperti terbatasnya kapasitas angkut dan kapasitas lintas serta masih kurangnya fasilitas keterpaduan dengan moda lain.

Terbatasnya kapasitas angkut kereta api saat ini diakibatkan oleh kurangnya ketersediaan jumlah armada terutama untuk kereta api ekonomi dan makin menurunnya jumlah lokomotif yang siap operasi karena telah melewati umur ekonomis. Sebagai ilustrasi data sarana KA yang siap operasi pada tahun 2006 adalah : lokomotif sebanyak 339 unit, KRD/KRL sebanyak 342 unit, kereta K3 sebanyak 1.297 unit dan gerbong sebanyak 3.318 unit sedangkan pada tahun 2007 sarana yang siap operasi mengalami penurunan yaitu lokomotif sebanyak 333 unit (-1,7%), kereta K3 sebanyak 1.190 unit (-8,2%) dan gerbong sebanyak 3.289 unit (-0,9%), namun KRD/KRL mengalami kenaikan menjadi 408 unit (19,3%). Dengan program peningkatan aksesibiltas angkutan

Rencana Kerja Departemen Perhubungan Tahun 2009

(27)

KA diharapkan ketersediaan armada KA dapat ditingkatkan diantaranya dengan pengadaan sarana KA baru serta modifikasi. Hal tersebut sementara dapat dilihat pada kondisi sarana KA siap operasi untuk tahun 2008 (semester 1) secara keseluruhan mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu dengan perincian sebagai berikut : lokomotif sebanyak 476 atau naik sebesar 42,9%, KRD/KRL sebanyak 414 unit atau naik sebesar 1,5%, kereta K3 sebanyak 1.262 unit atau naik sebesar 6,1% serta gerbong sebanyak 3.551 atau naik sebesar 8,0%.

Terkait dengan hal tersebut diatas dan dalam rangka meningkatkan kondisi sarana dan prasarana KA yang ada, Pemerintah menyusun program Revitalisasi Perkeretaapian Nasional selama tiga tahun (2008-2010). Diharapkan dengan terlaksananya program tersebut akan meningkatkan keselamatan dan kualitas pelayanan sehingga pangsa pasar angkutan KA dapat ditingkatkan.

Untuk meningkatkan kapasitas lintas terutama pada lintas-lintas yang sudah jenuh dilakukan melalui upaya pembangunan jalur ganda secara parsial sesuai dengan kemampuan pendanaan pemerintah. Demikian pula untuk mengatasi kemacetan lalu lintas terutama di wilayah perkotaan diperlukan upaya untuk mengintegrasikan kereta api dengan moda lainnya sehingga mewujudkan keterpaduan moda. Di sisi lain angkutan barang belum optimal sehingga diperlukan peningkatan aksesibilitas menuju pelabuhan utama seperti Tanjung Priok, Tanjung Mas, Tanjung Perak dan Belawan.

Permasalahan lainnya adalah terkait pengadaan lahan dalam pembangunan transportasi perkeretaapian diantaranya pada pembangunan perpanjangan jalur KA Pasoso – Dermaga

Petikemas JICT/Koja dan pembangunan double-double track

Manggarai – Cikarang yang menyebabkan tertundanya pelak-sanaan pembangunan dari waktu yang dijadwalkan.

Dalam hal partisipasi swasta/Pemda dalam penyelenggaraan perkeretaapian juga menjadi permasalahan, hal ini disebabkan aturan/pedoman yang menunjang pelaksanaan kebijakan tersebut saat ini sedang dalam proses penyelesaian.

3. Transportasi Laut

Tantangan dan masalah utama sampai dengan tahun 2008 pada subsektor transportasi laut adalah upaya untuk meningkatkan aksesibilitas pada daerah tertinggal dan wilayah terpencil, terutama pada kawasan Timur Indonesia. Hal ini dilakukan dengan menyelenggarakan angkutan laut perintis dan meningkatkan pembangunan fasilitas pelabuhan di wilayah tersebut, dan menciptakan kondisi agar

Rencana Kerja Departemen Perhubungan Tahun 2009

(28)

keselamatan pelayaran di Indonesia semakin baik dan kegiatan bongkar muat di pelabuhan dapat dilakukan secara lebih cepat sehingga tidak terjadi penumpukan barang di pelabuhan. Penumpukan barang kemungkinan besar terjadi apabila tidak dilakukan penambahan kapasitas dan perbaikan pengelolaan prasarana dan sarana transportasi laut. Terkait dengan permasalahan keselamatan, data kecelakaan tahun 2007 menunjukkan bahwa peristiwa kecelakaan kapal terjadi 145 kali dengan rincian 59 kali kapal tenggelam, kebakaran 25 kali, tubrukan 14 kali, kandas/hanyut 26 kali, kecelakaan lainnya 21 kali dengan korban jiwa 182 orang. Faktor-faktor penyebab adalah : kelalaian manusia 23 peristiwa, faktor alam 35 kejadian, dan faktor teknis 87 kejadian. Data jumlah kecelakaan kapal sampai dengan bulan Agustus 2008 adalah sebanyak 97 kali dengan rincian: kapal tenggelam 38 kali, kebakaran 16 kali, tubrukan 15 kali, kandas/hanyut 12 kali dan kecelakaan lainnya sebanyak 17 kali dengan korban jiwa 69 orang. Faktor-faktor penyebabnya adalah: kelalaian manusia 23 kejadian, faktor teknis 25 kejadian, dan faktor alam 48 kejadian.

Mengacu kepada tingginya kecelakaan transportasi laut, perlu dilakukan peningkatan fasilitas keselamatan pelayaran seperti Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP), pengerukan alur pelayaran dan rekondisi dan pembangunan sarana transportasi laut seperti kapal-kapal navigasi dan kapal-kapal patroli agar penyelenggaraan transportasi laut dapat dijalankan dengan tingkat keselamatan dan keamanan sesuai dengan standar keselamatan pelayaran internasional.

4. Transportasi Udara

Permasalahan yang masih dihadapi pada pembangunan transportasi udara sampai dengan tahun 2008 adalah SDM, karena dari kejadian-kejadian kecelakaan selama ini, sekitar 70 – 80 % penyebabnya adalah SDM. Sumber Daya manusia sangat berpengaruh dan berkaitan satu sama lain misalnya pilot dengan petugas air traffic control begitu juga dengan

maintenance pesawat dan dengan manajemen maskapai penerbangan. Sejak terjadi deregulasi industri penerbangan di Amerika Serikat, perkembangan penerbangan di Indonesia mengalami peningkatan yang drastis. Pada 1998 jumlah penumpang pesawat sebanyak 6 juta per tahun melonjak menjadi 30 juta penumpang pertahun pada kurun waktu 2003-2006. Pada tahun 2007 penumpang angkutan udara niaga berjadwal nasional jumlahnya meningkat menjadi 40,81 juta penumpang. Sementara itu untuk jumlah kecelakaan

(accident-incident) pada tahun 2005 adalah sebanyak 30 kecelakaan, dengan korban fatal sebanyak 120 orang, pada

tahun 2006 jumlah kecelakaan (accident-incident) meningkat

Rencana Kerja Departemen Perhubungan Tahun 2009

(29)

sebanyak 46 kecelakaan, dengan korban fatal sebanyak 26

orang, sepanjang tahun 2007 jumlah kecelakaan

(accident-incident) sebanyak 26 kecelakaan, dengan korban fatal sebanyak 243 orang. Disamping itu hasil audit bandara menunjukkan bahwa kebanyakan teknologi sarana dan prasarana bandara belum memadai. Hal ini disebabkan mahalnya biaya perawatan untuk peralatan navigasi dan fasilitas lainnya, sedangkan disisi lain peralatan alat bantu navigasi, alat bantu komunikasi penerbangan, alat keamanan terminal bandara dan peralatan lainnya, jumlahnya masih belum memadai. Dari sisi maskapai penerbangan (operator), armada yang di operasikan 70 % diantaranya tergolong pesawat tua tetapi masih layak untuk dioperasikan, meskipun sebenarnya tidak ekonomis sehingga menyebabkan timbulnya persaingan yang tidak sehat. Disamping itu diperlukan pengawasan yang ketat sehingga dapat dijamin bahwa pesawat udara tersebut laik terbang. Oleh karena itu, penambahan dan perbaikan kapasitas dan fasilitas serta perbaikan pengelolaan termasuk SDM, prasarana dan sarana transportasi udara harus menjadi prioritas utama.

5. Penunjang Transportasi

Tantangan dan masalah yang dihadapi sampai dengan tahun 2008 oleh Pencarian dan Penyelamatan adalah koordinasi secara internal kelembagaan badan SAR dan antar lembaga yang terkait, baik di pusat maupun di daerah, kondisi fasilitas dan peralatan serta kompetensi sumber daya manusia yang belum merata antara tingkat pusat dan daerah.

Tantangan dan masalah yang dihadapi sampai dengan tahun 2008 di bidang keuangan adalah pelaksanaan anggaran, pengelolaan PNBP, pelaporan pertanggungjawaban keuangan dan pengelolaan Barang Milik Negara yang belum sesuai standard.

Tantangan dan masalah yang dihadapi sampai dengan tahun 2008 oleh Badan Diklat adalah kualitas profesionalisme sumber daya manusia dan evaluasi kurikulum yang masih rendah.

Tantangan dan masalah yang dihadapi sampai dengan tahun 2008 oleh Badan Litbang adalah peningkatan kapasitas para peneliti.

Tantangan dan masalah yang dihadapi sampai dengan tahun 2008 oleh Pusat Kajian dan Kemitraan adalah jumlah kuantitas dan kualitas profesionalisme sumber daya manusia.

Rencana Kerja Departemen Perhubungan Tahun 2009

(30)

C. SASARAN, PRIORITAS, ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

1. Sasaran dan Prioritas Pembangunan Tahun 2009

Sasaran pembangunan Departemen Perhubungan diarahkan kepada upaya penyelenggaraan transportasi guna mewujudkan Indonesia yang lebih sejahtera, aman dan damai serta adil dan demokratis. Guna mendukung perwujudan kesejahteraan masyarakat, pelayanan trans-portasi difungsikan melalui penyediaan jasa transtrans-portasi guna mendorong pemerataan pembangunan, melayani kebutuhan masyarakat luas dengan harga terjangkau, baik di perkotaan maupun di perdesaan, mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah pedalaman dan terpencil, serta untuk memperlancar mobilitas orang, distribusi barang dan jasa serta mendorong pertumbuhan sektor-sektor ekonomi nasional. Dalam rangka mendukung perwujudan Indonesia yang aman dan damai, diupayakan penyediaan aksesibilitas transportasi di wilayah konflik, wilayah perbatasan dan wilayah terisolasi untuk mendorong kelancaran mobilitas orang, distribusi barang dan jasa, serta mempercepat pengembangan wilayah dan mempererat hubungan antar wilayah dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Guna mendukung Indonesia yang adil dan demokratis, pembangunan transportasi pada tahun 2009 diarahkan untuk menjembatani kesenjangan antar wilayah dan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan. Trans-portasi antar wilayah akan membuka peluang kegiatan perdagangan antar wilayah dan mengurangi perbedaan harga antar wilayah, meningkatkan mobilitas tenaga kerja untuk mengurangi konsentrasi keahlian dan keterampilan pada beberapa wilayah, sehingga mendorong terciptanya kesempatan melaksanakan pembangunan antar wilayah. Pemerataan pelayanan transportasi secara adil dan demokratis terkait dengan peluang yang sama bagi setiap orang untuk berperanserta dalam penyelenggaraan transportasi. Dengan memperhatikan arah penyelenggaraan transportasi seperti tersebut di atas, sasaran pembangunan Departemen Perhubungan pada tahun 2009 adalah mewujudkan sasaran yang telah diformulasikan dalam rencana strategis Departemen Perhubungan 2005-2009 sebagai berikut:

a. Terwujudnya pemulihan fungsi sarana dan prasarana perhubungan agar mampu memberi dukungan maksimal bagi kegiatan pemulihan ekonomi nasional;

b. Terwujudnya keberkelanjutan reformasi dan

restruk-turisasi (kelembagaan, sumber daya manusia dan

peraturan perundang-undangan/regulatory reform) di

Rencana Kerja Departemen Perhubungan Tahun 2009

(31)

bidang perhubungan dalam rangka memberikan peluang yang sama secara adil dan demokratis kepada masyarakat untuk berperanserta dalam penyelenggaraan perhu-bungan sesuai dengan prinsip-prinsip good governance;

c. Tersedianya aksesibilitas pelayanan jasa perhubungan di kawasan perdesaan, pedalaman, kawasan tertinggal, kawasan terpencil dan kawasan perbatasan untuk menciptakan suasana aman dan damai;

d. Tersedianya tambahan kapasitas pelayanan jasa

perhubungan yang berkualitas untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Berdasarkan sasaran pembangunan Departemen Perhubungan tahun 2009, skenario pagu anggaran setiap program pembangunan Departemen Perhubungan tahun 2009 disusun berdasarkan 8 (delapan) prioritas sebagai berikut :

a. Terselenggaranya dukungan kelancaran transportasi

untuk mensukseskan Pemilu tahun 2009;

b. Terselenggaranya dukungan sektor transportasi untuk

kelancaran distribusi bahan pokok kebutuhan masya-rakat dan komoditas strategis lainnya sehubungan dengan perubahan iklim terkait dengan isu pemanasan global (global warming);

c. Terwujudnya keselamatan transportasi sebagai

imple-mentasi dari program Roadmap to Zero Accident;

d. Mendukung program pengentasan kemiskinan melalui

upaya penyediaan aksesibilitas dan kegiatan kepe-rintisan baik transportasi darat, perkeretaapian, laut dan udara;

e. Pembangunan dan rehabilitasi sarana dan prasarana

transportasi terutama untuk kegiatan yang tidak dapat diselesaikan dalam 1(satu) tahun anggaran :

pengu-rangan backlog sarana dan prasarana perkeretaapian;

dan penambahan kapasitas terkait dengan peningkatan permintaan jasa transportasi;

f. Penyediaan dana pendamping pinjaman dan hibah luar

negeri sesuai dengan kebijakan pemerintah dalam mengupayakan pinjaman secara bilateral;

g. Pembangunan di daerah pasca bencana dalam rangka

normalisasi dan pemulihan fungsi infrastruktur trans-portasi;

h. Pembangunan kawasan perbatasan/pulau-pulau terluar

dalam rangka mempertahankan kedaulatan NKRI.

Rencana Kerja Departemen Perhubungan Tahun 2009

(32)

2. Arah Kebijakan Pembangunan

Arah kebijakan pembangunan sektor transportasi tahun 2009 adalah meningkatkan kinerja keselamatan dan pelayanan, sehingga pelayanan jasa transportasi dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Upaya tersebut antara lain meliputi :

a. Meningkatkan keselamatan operasional baik sarana

maupun prasarana transportasi;

b. Meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap

pela-yanan jasa transportasi baik dikawasan perkotaan maupun daerah perbatasan, terisolir dan belum ber-kembang.

c. Penyediaan pelayanan jasa transportasi yang berkualitas;

d. Melanjutkan reformasi peraturan perundangan agar

dapat mendorong keikutsertaan investasi swasta dan memperjelas hak dan kewajiban masing-masing pihak yang terkait;

e. Melakukan restrukturisasi kelembagaan terhadap

penyelenggara transportasi baik ditingkat pusat maupun daerah;

f. Melakukan optimalisasi penggunaan dana pemerintah

baik untuk operasional, pemeliharaan, rehabilitasi maupun investasi melalui penyusunan prioritas program yang diwujudkan dalam suatu kegiatan.

Arah kebijakan masing-masing sub sektor adalah sebagai berikut:

a. Transportasi Darat

Arah kebijakan transportasi darat meliputi: (1) Memulihan kondisi pelayanan angkutan umum jalan raya; (2) Meningkatkan pelayanan angkutan sungai, danau dan penyeberangan sebagai pendukung moda transportasi lainnya; (3) Melanjutkan kewajiban peme-rintah memberikan pelayanan angkutan perintis untuk wilayah terpencil; (4) Melanjutkan kegiatan operasional unit pelaksana teknis dan tugas serta fungsi pemerintah lainnya seperti merestrukturisasi kelembagaan UPT (Balai Besar Perhubungan Darat di daerah); (5) Meningkatkan keselamatan transportasi darat secara komprehensif dan terpadu; (6) Mengembangkan transportasi darat secara berkelanjutan; (7) Memadukan pengembangan kawasan dengan sistem transportasi kota; (8) Mendorong pengembangan angkutan massal berbasis jalan di wilayah perkotaan.

Rencana Kerja Departemen Perhubungan Tahun 2009

(33)

b. Transportasi Kereta api

Arah kebijakan pembangunan transportasi perkere-taapian tahun 2009 meliputi: (1) Mewujudkan program revitalisasi perkeretaapian nasional; (2) Mengoperasikan kembali jalur-jalur KA yang tidak beroperasi; (3) Mewu-judkan peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaannya yang merupakan derivasi UU No. 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian; (4) Meningkatkan peranserta Pemerintah Daerah dan swasta dalam investasi di bidang perkeretaapian; (5) Meningkatkan peran angkutan kereta api perkotaan khususnya di wilayah Jabotabek; (6) Mewujudkan keterpaduan transportasi antar dan intra moda; (7) Meningkatkan keselamatan angkutan dan kualitas pelayanan melalui pemulihan kondisi prasarana dan sarana perkeretaapian termasuk pengujian dan sertifikasi; (8) Menyiapkan SDM Perkeretaapian yang handal diantaranya melalui sertifikasi kompetensi.

c. Transportasi laut

Arah kebijakan pembangunan transportasi laut tahun 2009 adalah: (1) Meningkatkan Pelayanan Transportasi Laut Nasional; (2) Meningkatkan Keselamatan dan Keamanan dalam Penyelenggaraan Transportasi Laut Nasional; (3) Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia. serta (4) Melanjutkan arah kebijakan tahun 2008 yakni memperlancar kegiatan bongkar-muat dan menghilangkan ekonomi biaya tinggi di pelabuhan, memulihkan fungsi prasarana dan sarana transportasi laut, melengkapi fasilitas keselamatan pelayaran, menambah dan memperbaiki pengelolaan prasarana dan sarana transportasi laut khususnya untuk pelabuhan yang terbuka bagi perdagangan luar negeri.

d. Transportasi Udara

Arah kebijakan pembangunan transportasi udara adalah: (1) Meningkatkan pembinaan, pengawasan melalui peningkatan kemampuan pengawasan para inspektur penerbangan, teknisi penerbangan dan menegakkan peraturan guna meningkatkan penyelenggaraan transportasi udara yang berkualitas; (2) Memenuhi / menyelesaikan tindak lanjut hasil audit ICAO tentang penyelenggaraan Transportasi Udara di Indonesia; (3) Memenuhi kebutuhan persyaratan mini-mum keamanan dan keselamatan Penerbangan terhadap sarana dan prasarana Transportasi Udara; (4) Menyediakan pelayanan angkutan udara perintis; (5) Meningkatkan sarana dan prasarana Transportasi Udara di daerah terisolir, perbatasan, dan rawan bencana secara

Rencana Kerja Departemen Perhubungan Tahun 2009

(34)

bertahap; (6) Menyelesaikan penyusunan peraturan pelaksana hasil revisi UU Penerbangan dan peraturan perundang-undangan lainnya; (7) Menyelesaikan pem-bentukkan lembaga/unit tunggal Navigasi Penerbangan dan lembaga / unit kerja lainnya yang dibutuhkan; (8)Menerapkan tatanan kebandarudaraan nasional yang efisien dan efektif yang menunjang wawasan nusantara dan ketahanan nasional.

e. Penunjang Transportasi

Pada tahun 2009 Arah Kebijakan penunjang transportasi yang akan dilakukan meliputi: menyusun peraturan di bidang transportasi, mensosialisasikan peraturan bidang transportasi, meningkatkan KSLN Perhubungan, kajian perencanaan, mengevaluasi kebijakan bidang trans-portasi, kajian strategis perhubungan dan transportasi intermoda, menyusun evaluasi dan operasional; peman-tauan kinerja keuangan; menyusun pembinaan kinerja kepegawaian; dan meningkatkan peran dan kinerja Pusdatin; serta membina dan menindak serta menegakkan hukum berupa pengenaan sanksi admi-nistratif terhadap SDM pelayaran, khususnya Nahkoda dan Perwira kapal yang terbukti salah atau lalai dalam penerapan standar profesi kepelautan.

Rencana Kerja Departemen Perhubungan Tahun 2009

(35)

BAB III

TARGET PERTUMBUHAN

DAN KEBUTUHAN PEMBIAYAAN DEPARTEMEN

PERHUBUNGAN TAHUN 2009

A. TARGET PERTUMBUHAN TAHUN 2009

1. Realisasi Pertumbuhan Tahun 2007

Stabilitas ekonomi makro yang merupakan prasyarat bagi per-tumbuhan ekonomi yang berkualitas dalam rangka peningkatan kesejahteraan rakyat dapat terjaga pada tahun 2007. Upaya yang mensinergikan kebijakan fiskal, moneter, penguatan lembaga keuangan dan sektor riil telah mampu mendorong perekonomian nasional untuk dapat kembali tumbuh cukup tinggi.

Pada tahun 2007 perekonomian nasional tumbuh sebesar 6,3% lebih tinggi dari tahun 2006 sebesar 5,%, namun lebih rendah daripada target pemerintah (yang ditetapkan dalam asumsi APBN 2007) sebesar 6,4%, dan lebih rendah dari target pertumbuhan ekonomi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun 2005-2009 sebesar 6,7%.

Dilihat dari pola distribusi penggunaan PDB Nasional, tampak bahwa konsumsi rumah tangga masih merupakan penyumbang terbesar. Tabel 1 memperlihatkan bahwa 63,5% Produk Domestik Bruto Nasional digunakan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga; 8,3% untuk belanja (pengeluaran) pemerintah; 24,9% untuk pembentukan modal tetap bruto atau investasi fisik; 29,4% untuk ekspor; dan 25,3% untuk impor.

Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi pada tahun 2007 didorong oleh : Konsumsi rumah tangga yang tumbuh 5,0%; Konsumsi (pengeluaran) pemerintah tumbuh 3,9%; Pemben-tukan Modal Tetap Bruto tumbuh 9,2%; serta Ekspor dan Impor barang & jasa masing-masing tumbuh 8,0% dan 8,9%.

Dari sisi produksi, pertumbuhan ekonomi terutama didorong oleh sektor transportasi dan komunikasi yang tumbuh 14,4%; sektor industri pengolahan khususnya non migas yang tumbuh sebesar 5,2%; sektor listrik, gas dan air bersih serta bangunan yang masing-masing tumbuh sebesar 10,4% dan 8,6%. Kemudian disusul oleh sektor pertanian serta pertambangan dan penggalian yang masing-masing tumbuh sebesar 3,5% dan 2,0%.

Secara sektoral, tabel 2 menunjukkan bahwa kontribusi nilai tambah transportasi tahun 2007 sebagian besar (127,1%)

(36)

berasal dari konsumsi rumah tangga (terdiri dari konsumsi dalam negeri 81,8% dan konsumsi luar negeri 45,3%), sedangkan pengeluaran pemerintah dan investasi swasta/ BUMN masing-masing hanya menyumbang 12,5% dan 5,7%. Pertumbuhan nilai tambah di sektor transportasi terkendala oleh defisit neraca jasa transportasi sebesar Rp. 67,9 triliun (yang merupakan konsumsi masyarakat di luar negeri) atau 45,3% dari total PDB Sektor transportasi. Hal ini terutama terkait dengan masih besarnya pangsa muatan yang diangkut armada pelayaran asing selama tahun 2007, baik angkutan antar pulau/dalam negeri (13,66%) maupun angkutan antar negara (86,34%).

TABEL III-1

DISTRIBUSI PDB NASIONAL TAHUN 2007 MENURUT PENGGUNAAN

Y = C + G + I + (X – M)

Harga Konstan Th 2000 Harga Berlaku No. Penggunaan

2006 2007 Growth

Konsumsi Rumah Tangga © Konsumsi Pemerintah (G) Pemb. Modal Tetap Bruto (I) b Perubahan Inventory b Diskrepansi Statistik Ekspor (X)

tahun 2007 dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional 2005-2009 berdampak kepada pencapaian target-target indikator makro sektoral pada sektor transportasi tahun 2007 dalam Renstra Dephub 2005-2009. Kontribusi nilai tambah sektor transportasi dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional pada tahun 2007 adalah sebesar 3,8%. Dalam besaran kontribusi tersebut pertumbuhan sektor transportasi tercapai sebesar 2,7% lebih rendah dari target sebesar 11%. Rendahnya capaian target pertumbuhan sektor transportasi tersebut terkait erat dengan realisasi belanja pemerintah untuk kegiatan transportasi (di luar jalan) sebesar Rp.9 triliun lebih rendah dari target Renstra Dephub 2005-2009 sebesar Rp. 23,34 triliun (38,6% dari target). Realisasi investasi BUMN transportasi (di luar jalan) tercapai sebesar Rp. 2,9 triliun lebih tinggi dari target Renstra sebesar Rp.2,3 triliun (126%

Rencana Kerja Departemen Perhubungan Tahun 2009

(37)

dari target), namun realisasi investasi swasta hanya tercapai Rp.1,2 triliun lebih rendah dari target sebesar Rp.75,16 triliun (1,6% dari target).

TABEL III-2

DISTRIBUSI PDB TRANSPORTASI TAHUN 2007 MENURUT PENGGUNAAN : Y = C + G + I + (X – M)

Harga Konstan Th 2000 Harga Berlaku No. Penggunaan

2006 2007 Growth

Konsumsi Rumah Tangga © Belanja Pemerintah (G) a. Transportasi b. Jalan & Jembatan Investasi (I)

a. Swasta b. BUMN Ekspor Nett (X-M)

88,1

Statistik Ekonomi & Keuangan BI 2008, BKPM 2008, dan Kementerian BUMN 2008.

Realisasi pertumbuhan nilai tambah sektor transportasi pada tahun 2007 berdasarkan harga konstan tahun 2000 seperti disampaikan pada tabel 3, semuanya berada dibawah target. Angka-angka pertumbuhan pada tabel 3 mengindikasikan penurunan kegiatan transportasi nasional yang merupakan dampak kumulatif menurunnya kegiatan perekonomian nasional, baik yang terkait dengan dampak global maupun isu nasional seperti bencana alam, perubahan iklim/ pemanasan global, berbagai musibah transportasi (darat, laut, udara dan perkeretaapian) yang disebabkan oleh lemahnya pengawasan di bidang keselamatan transportasi. Beberapa hal yang berpengaruh terhadap tidak tercapainya target pertumbuhan nilai tambah transportasi nasional tahun 2007 adalah :

a. Penurunan kumulatif jumlah barang yang diangkut oleh

moda kereta api sebesar 1,13%, sedangkan khusus di Sumatera angkutan barang turun 1,63%;

b. Penurunan kumulatif jumlah penumpang angkutan laut

dalam negeri sebesar 49,94% dan jumlah barang sebesar 1,3%.

(38)

TABEL III-3

TARGET DAN REALISASI PERTUMBUHAN SEKTOR TRANSPORTASI TAHUN 2007 ATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN 2000

Target Realisasi

PDB Transportasi Angkutan Kereta Api Angkutan Jalan Angkutan SDP Angkutan Laut Angkutan Udara

Jasa Penunjang Angkutan PDB Nasional katkan optimisme pada tahun 2008. Selama tahun 2008 diharapkan terjadi peningkatan koordinasi kebijakan fiskal, moneter dan sektor riil yang berdampak positif terhadap upaya mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 6,8%, menjaga stabilitas ekonomi, dan meningkatkan kemampuan ekonomi dalam memperluas lapangan kerja serta mengurangi jumlah penduduk miskin. Namun dengan adanya tekanan eksternal yang berat, terutama meningkatnya harga minyak mentah dunia yang menembus batas psikologis US.$.100/ barel, serta perkiraan menurunnya lifting minyak mentah di dalam negeri merupakan justifikasi dilakukannya perubahan terhadap perkiraan pertumbuhan 6,8% pada tahun 2008. Tingginya harga minyak mentah dan harga pangan dunia telah mengakibatkan terjadinya penurunan permintaan global yang mengarah kepada resesi ekonomi. Kenaikan harga BBM di dalam negeri sebagai implikasi kenaikan harga minyak mentah dunia, di satu sisi telah berhasil mengurangi beban fiskal terutama pada pos subsidi, namun di sisi lain telah menimbulkan biaya sosial ekonomi yang cukup besar, yaitu berupa efek domino yang mendongkrak kenaikan harga-harga barang dan jasa lainnya sehingga meningkatkan laju inflasi yang berujung kepada kontraksi ekonomi di dalam negeri. Dengan demikian upaya menumbuhkan sinyal positif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional yang mantap dan berkesinambungan melalui pengurangan ekonomi biaya tinggi guna mendorong investasi dan meningkatkan daya saing ekspor non migas, menjadi kontraproduktif, meskipun upaya meningkatkan pemberantasan tindak pidana korupsi

Rencana Kerja Departemen Perhubungan Tahun 2009

Gambar

TABEL II – 1 PROGRAM KEGIATAN PEMBANGUNAN FASILITAS
TABEL II – 2  KEGIATAN PEMBANGUNAN ANGKUTAN SUNGAI DANAU DAN
TABEL III-1
TABEL III-2 DISTRIBUSI PDB TRANSPORTASI TAHUN 2007
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ini berarti makin ke atas ukuran molekul makin kecil, maka gaya tarik- menarik antar-molekul (gaya Van der Waals) akan makin kecil. Perhatikan juga titik didih dan titik

Apabila pembiayaan yang dilakukan oleh bank syariah lebih banyak menggunakan utang, akan berpotensi meningkatkan resiko financial distress dimana nilai S-Score

Penelitian ini dilatarbelakangi pentingnya Kemampuan Berpikir Reflektif Matematis (KBRM) Kemampuan tersebut mendukung keberhasilan dalam kemampuan berpikir kritis dan

Ibadah Youth Online GKI Bungur bersama Pos Jemaat Alam Sutera dan Sekolah Saint John diadakan pada hari ini Pk.. di channel youtube

PT SUMBER TATA CITRA MANDIRI adalah perusahaan yang dalam proses produksinya tidak mempergunakan kayu yang berasal dari hasil impor, dengan demikian verifier ini tidak

• Individu WNA masukkan kewarganegaraan dan nomor identitas (tidak diformat) • Perusahaan nasional masukkan nomor akta (tdk diformat) dan NPWP (diformat) • Perusahaan asing

Merupakan kemampuan dana yang tertanam dalam tiap unsur modal kerja perusahaan yang berputar dalam satu periode tertentu, yang merupakan rasio antara jumlah

Yaitu kondisi ketika individu mampu pulih kembali pada fungsi psikologis dan emosi secara wajar dan mampu beradaptasi dalam kondisi yang menekan, walaupun masih