• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Kasus Septic Arthritis Knee

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Kasus Septic Arthritis Knee"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

Septik arthritis adalah suatu penyakit radang sendi yang disebabkan oleh bakteri atau Septik arthritis adalah suatu penyakit radang sendi yang disebabkan oleh bakteri atau  jamur. Septik arthritis

 jamur. Septik arthritis piogenik paling sering disebabkan oleh Stapiogenik paling sering disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Hal iniphylococcus aureus. Hal ini  juga

 juga dapat dapat disebabkan disebabkan beberapa beberapa organisme organisme lain, lain, termasuk termasuk Staphylococci, Staphylococci, StreptococcusStreptococcus  pneumoniae,

 pneumoniae, Streptokokus Streptokokus grup grup B, B, spesies spesies Gonococcus, Gonococcus, Escherichia Escherichia coli, coli, spesiesspesies Haemophilus, spesies Klebsiella, spesies Pseudomonas, dan spesies Candida. Infeksi dapat Haemophilus, spesies Klebsiella, spesies Pseudomonas, dan spesies Candida. Infeksi dapat menyebabkan kerusakan sendi cepat dan berat. Infeksi primer disebabkan oleh inokulasi menyebabkan kerusakan sendi cepat dan berat. Infeksi primer disebabkan oleh inokulasi langsung akibat trauma termasuk pembedahan. Infeksi sekunder akibat penyebaran secara langsung akibat trauma termasuk pembedahan. Infeksi sekunder akibat penyebaran secara hematogen atau perluasan dari osteomielitis (Holder L, 2013).

hematogen atau perluasan dari osteomielitis (Holder L, 2013).

Septik arthritis dapat mengenai berbagai usia, tetapi anak-anak dan orang tua lebih Septik arthritis dapat mengenai berbagai usia, tetapi anak-anak dan orang tua lebih mudah terkena, terutama jika mereka sudah mempunyai kelainan pada sendi seperti riwayat mudah terkena, terutama jika mereka sudah mempunyai kelainan pada sendi seperti riwayat trauma atau kondisi seperti hemofilia, osteoarthritis, atau rheumatoid arthritis. Pasien trauma atau kondisi seperti hemofilia, osteoarthritis, atau rheumatoid arthritis. Pasien immunocompromise untuk beberapa alasan dan penyakit seperti diabetes mellitus, immunocompromise untuk beberapa alasan dan penyakit seperti diabetes mellitus, alkoholisme, sirosis, kanker, dan uremia meningkatkan resiko infeksi (Canale, 2008).

alkoholisme, sirosis, kanker, dan uremia meningkatkan resiko infeksi (Canale, 2008).

Insiden septik artritis pada populasi umum bervariasi 2-10 kasus per 100.000 orang per tahun. Insiden septik artritis pada populasi umum bervariasi 2-10 kasus per 100.000 orang per tahun. Insiden ini meningkat pada penderita dengan peningkatan risiko seperti artritis rheumatoid Insiden ini meningkat pada penderita dengan peningkatan risiko seperti artritis rheumatoid 28-38 kasus per 100.000 per tahun, penderita dengan protese sendi 40-68 28-38 kasus per 100.000 per tahun, penderita dengan protese sendi 40-68 kasus/100.000/tahun (30-70%). Puncak insiden pada kelompok umur adalah anak-anak usia kasus/100.000/tahun (30-70%). Puncak insiden pada kelompok umur adalah anak-anak usia kurang dari 5 tahun (5 per 100.000/tahun) dan dewasa usia lebih dari 64 tahun (8,4 kurang dari 5 tahun (5 per 100.000/tahun) dan dewasa usia lebih dari 64 tahun (8,4 kasus/100.000 penduduk/tahun). Kebanyakan septik artritis terjadi pada satu sendi, kasus/100.000 penduduk/tahun). Kebanyakan septik artritis terjadi pada satu sendi, sedangkan keterlibatan poli artikular terjadi 10-15% kasus. Sendi lutut merupakan sendi yang sedangkan keterlibatan poli artikular terjadi 10-15% kasus. Sendi lutut merupakan sendi yang  paling

 paling sering sering terkena terkena sekitar sekitar 48-56%, 48-56%, diikuti diikuti oleh oleh sendi sendi panggul panggul 16-21%, 16-21%, dan dan pergelanganpergelangan kaki 8% (Abdullah, 2014).

(2)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi fisiologi knee joint

Knee joint adalah salah satu sendi kompleks dalam tubuh manusia. Femur, tibia, fibula, dan patella disatukan menjadi satu kelompok yang kompleks oleh ligament. (Ballinger, 2007)

Sendi merupakan pertemuan antara dua atau beberapa tulang dari kerangka.Terdapat tiga jenis utama berdasarkan kemungkinan gerakannya yaitu sendi fibrus, sendi tulang rawan dan sendi sinovial (C Evelyn, 1999).

Sendi fibrus atau sinartroses adalah sendi yang tidak dapat bergerak atau merekat ikat, maka tidak mungkin ada gerakan antara tulang –  tulangnya, misalnya: sutura antara tulang pipih tengkorak. Sendi tulang rawan atau amfiartroses adalah sendi dengan gerakan sedikit dan permukaan persendiannya dipisahkan oleh bahan dan mungkin sedikit gerakannya. Misalnya, Simphisis pubis, dimana sebuah bantalan tulang rawan mempersatukan kedua tulang pubis. Sendi synovial atau diartroses adalah  persendian yang bergerak bebas dan terdapat banyak ragamnya.

Gambar IIA.1 Anatomi Knee Joint kanan dari sisi Anterior view dan Posterior view (Nucleus Medical Art, 1997-2007)

(3)

Gambar IIA.2 Anatomi Knee Joint Kanan dari sisi Lateral view dan Medial view (Nucleus Medical Art, 1997-2007)

Sendi lutut dibentuk oleh epiphysis distalis tulang femur, epiphysis proksimalis, tulang tibia dan tulang patella, serta mempunyai beberapa sendi yang terbentuk dari tulang yang  berhubungan, yaitu antar tulang femur dan patella disebut articulatio patella femoral, antara

tulang tibia dengan tulang femur disebut articulatio tibio femoral dan antara tulang tibia dengan tulang fibula proximal disebut articulatio tibio fibular proxsimal (De Wolf, 1996).

Sendi lutut merupakan suatu sendi yang disusun oleh beberapa tulang , ligament beserta otot, sehingga dapat membentuk suatu kesatuan yang disebut dengan sendi lutut atau knee  joint. Anatomi sendi lutut terdiri dari:

1. Tulang pembentuk sendi lutut antara lain: a. Tulang Femur

Merupakan tulang pipa terpanjang dan terbesar di dalam tulang kerangka pada  bagian pangkal yang berhubungan dengan acetabulum membentuk kepala sendi yang disebut caput femoris. Di sebelah atas dan bawah dari columna femoris terdapat taju yang disebut trochantor mayor dan trochantor minor, di bagian ujung membentuk  persendian lutut, terdapat dua buah tonjolan yang disebut condylus medialis dan condylus lateralis, di antara kedua condylus ini terdapat lekukan tempat letaknya tulang tempurung lutut (patella) yang disebut dengan fosa condylus (Syaifuddin, 1997).

 b. Tulang Tibia

Tulang tibia bentuknya lebih kecil, pada bagian pangkal melekat pada os fibula, pada bagian ujung membentuk persendian dengan tulang pangkal kaki dan terdapat taju yang disebut os maleolus medialis. (Syaifuddin, 1997).

c. Tulang Fibula

Merupakan tulang pipa yang terbesar sesudah tulang paha yang membentuk  persendian lutut dengan os femur pada bagian ujungnya. Terdapat tonjolan yang

disebut os maleolus lateralis atau mata kaki luar. (Syaifuddin, 1997). d. Tulang Patella

Pada gerakan fleksi dan ekstensi patella akan bergerak pada tulang femur. Jarak patella dengan tibia saat terjadi gerakan adalah tetap dan yang berubah hanya jarak patella dengan femur. Fungsi patella di samping sebagai perekatan

(4)

otot-derajat, kedudukan patella di antara kedua condylus femur dan saat extensi maka  patella terletak pada permukaan anterior femur (Syaifuddin, 1997).

2. Ligamentum pembentuk sendi lutut

Gambar IIA.3 Susunan Ligamen Sendi Lutut Anterior View (R.Putz, R.Pabst, 2002) Keterangan Gambar A.3 Susunan Ligamen Sendi Lutut (R.Putz, R.Pabst, 2002) yaitu :

1. Ligamen cruciatum anterior 2. Meniscus lateralis

3. Ligament collateral fibula

4. Ligament capitis fibula posterior 5. Caput fibula

6. Femur, condylus medial

7. Ligament meniscofemorale posterior 8. Ligament collateral tibia

9. Ligament popliteum obliqum 10. Ligament cruciatum posterior

(5)

Susunan Ligamen Sendi Lutut Lateral View (R.Putz R.Pabst, 2002) 1. Ligamen patella

2. Meniscus medialis

3. Ligament collateral tibia

Stabilitas sendi lutut yang lain adalah ligamentum. Ada beberapa ligamentum yang terdapat pada sendi lutut antara lain :

a. Ligamentum crusiatum anterior, yang berjalan dari depan eminentia intercondyloidea tibia, ke permukaan medial condylus lateralis femur, fungsi menahan hiperekstensi dan menahan bergesernya tibia ke depan.

 b. Ligamentum crusiatum posterior, berjalan dari facies lateralis condylus medialis femoris, menuju fossa intercondyloidea tibia, berfungsi menahan bergesernya tibia, ke arah belakang.

c. Ligamentum collateral lateralle yang berjalan dari epicondylus lateralis ke capitulum fibulla, yang berfungsi menahan gerakan varus atau samping luar.

d. Ligamentum collateral mediale tibia (epicondylus medialis tibia), yang berfungsi menahan gerakan valgus atau samping dalam dan eksorotasi, dan secara bersamaan ligament collateral juga berfungsi menahan bergesernya ke depan pada posisi lutut fleksi 90 derajat.

e. Ligamentum popliteum abligum, berasal dari condylus lateralis femoris menuju ke insertio musculus semi membranosus melekat pada fascia musculus popliteum. f. Ligamentum transversum genu, membentang pada permukaan anterior meniscus

medialis dan lateralis. Semua ligament tersebut berfungsi sebagai fiksator dan stabilisator sendi lutut. Tranversum genu di samping ligament ada juga bursa pada sendi lutut. Bursa merupakan kantong yang berisi cairan yang memudahkan terjadinya gesekan dan gerakan, berdinding tipis dan dibatasi oleh membran synovial. Ada  beberapa bursa yang terdapat pada sendi lutut antara lain : (a) bursa popliteus, (b) bursa supra patellaris, (c) bursa infra patellaris, (d) bursa subcutan prapatellaris, (e) bursa sub patellaris, (f) bursa prapatellaris.

(6)

3. Sistem Otot

Gambar IIA.5 Otot Paha dan Pangkal Paha Tampak dari Depan (R.Putz R.Pabst, 2002) Keterangan Gambar IIA.5 Otot Paha dan Pangkal Paha Tampak dari Depan (R.Putz R.Pabst, 2002) yaitu :

1. Musculus vatus medial 2. Femur condylus medial 3. Ligament patella

4. Bursa subcutanea infrapatellaris 5. Caput fibula

6. Bursa subtendinea prepatellaris 7. Fascialata, tractus, illiotibialis 8. Musculus Vastus lateralis 9. Musculus Rectus femoris

Otot-otot yang bekerja pada sendi lutut yaitu:

a. Bagian anterior adalah musculus rectus femoris, musculus vastus lateralis, musculus Vastus medialis, musculus vastus intermedius.

 b. Bagian posterior adalah musculus biceps femoris, musculus semitendinosus, musculussemimembranosus, musculus Gastrocnemius.

c. Bagian medial adalah musculus Sartorius

d. Bagian lateral adalah musculus Tensorfacialatae

4. Biomekanik sendi lutut

Aksis gerak fleksi dan ekstensi terletak di atas permukaan sendi, yaitu melewati condylus femoris. Sedangkan gerakan rotasi aksisnya longitudinal pada daerah condylus

(7)

medialis (Kapandji, 1995). Secara biomekanik, beban yang diterima sendi lutut dalam keadaan normal akan melalui medial sendi lutut dan akan diimbangi oleh otot-otot paha  bagian lateral, sehingga resultannya akan jatuh di bagian sentral sendi lutut.

a. Osteokinematika

Osteokinematika yang memungkinkan terjadi adalah gerakan fleksi dan ekstensi pada bidang sagital dengan lingkup gerak sendi fleksi antara 120-130 derajat,  bila posisi hip fleksi penuh, dan dapat mencapai 140 derajat, bila hip ekstensi penuh, untuk gerakan ekstensi, lingkup gerak sendi antara 0  –   10 derajat gerakan putaran  pada bidang rotasi dengan lingkup gerak sendi untuk endorotasi antara 30  –  35 derajat, sedangkan untuk eksorotasi antara 40-45 derajat dari posisi awal mid  posision. Gerakan rotasi ini terjadi pada posisi lutut fleksi 90 derajat (Kapandji,

1995), gerakan yang terjadi pada kedua permukaan tulang meliputi gerakan rolling dan sliding. Saat tulang femur yang bergerak maka, gerakan rolling ke arah belakang dan sliding ke arah depan (berlawanan arah). Saat fleksi, femur rolling ke arah belakang dan sliding ke belakang, untuk gerakan ekstensi, rolling ke depan dan sliding ke belakang. Saat tibia yang bergerak fleksi adapun ekstensi maka rolling maupun sliding bergerak searah, saat fleksi maka rolling maupun sliding bergerak searah, saat fleksi rolling dan sliding ke arah belakang, sedangkan saat ekstensi rolling dan sliding bergerak ke arah depan.

 b. Artrokinematika

Artrokinematika pada sendi lutut di saat femur bergerak rolling dan sliding  berlawanan arah, disaat terjadi gerak fleksi femur rolling ke arah belakang dan sliding-nya ke depan, saat gerakan ekstensi femur rolling kearah depannya sliding-nya ke belakang. Jika tibia bergerak fleksi ataupun ekstensi maka rolling maupun sliding terjadi searah, saat fleksi menuju dorsal, sedangkan ekstensi menuju ventral (Kapandji, 1995).

B. Patologi 1. Definisi

Septik arthritis adalah suatu penyakit radang sendi yang disebabkan oleh infeksi bakteri atau jamur. Artritis bakteri atau biasa disebut supuratif piogenik atau septik artritis, adalah infeksi pada sendi yang paling sering terjadi dan yang paling  penting karena merupakan kegawatan dibidang rematologi yang berpotensi untuk menyebabkan kerusakan sendi dan hilangnya fungsi yang ireversibel (25-50% dari  pasien) jika terlambat dalam diagnosis dan pengobatan. Infeksi primer disebabkan

(8)

 penyebaran secara hematogen atau perluasan dari osteomyelitis atau selulitis yang  berdekatan dengan celah sendi (Canale, 2008).

Septik artritis adalah salah satu penyakit infeksi pada sistem muskuloskeletal. Infeksi pada sistem musculoskeletal dapat terjadi pada tulang, sendi, otot dan  jaringan lunak, sehingga menimbulkan manifestasi klinis yang bervariasi, tergantung  pada struktur yang terlibat. Ketika infeksi tersebut terjadi pada sendi disebut septik artritis. Biasanya septik arthritis mempengaruhi satu sendi besar seperti lutut atau  pinggul. Septik artritis jarang mempengaruhi beberapa sendi Septik artritis paling

sering terjadi pada sendi pinggul, kemudian sendi lutut dan pergelangan kaki.

Angka kejadian ketiga sendi tersebut dapat mencapai 80% dari seluruh kasus (Ortega, 2014). Pada anak-anak yang memiliki keluhan nyeri sendi terutama pada daerah yang non-weight bearing, maka dapat dicurigai sebagai septik artritis. Ortopedi menggunakan Kriteria Kocher untuk menentukan kemungkinan terkena septik artritis. Kriteria kocher terdiri dari (Bond, 2011):

- Erythrocyte Sedimentation Rate >40 mm/hr - WBC > 12.000 mm3

- Sendi yang terkena adalah non weight-bearing - Demam

2. Etiologi

Stapylococcus aureus merupakan bakteri yang sering menyebabkan arthritis  bacterialis dan osteomelitis pada manusia. Diduga, kemampuan sthapylococcus aureus untuk menginfeksi sendi berhubungan dengan interaksi antara bakteri tersebut dengan komponen matriks ekstrasululer.

Produk-produk bakteri seperti endotoksin (lipopolisakarida) bakteri gram negative, fragmen dinding sel bakteri gram positif dan kompleks imun akan merangsang sel-sel synovial untuk melepaskan TNF- α (tumor necrosis factor alfa) dan IL – 1 β ( Interleukin-1 beta) yang akan mencetuskan infiltrasi dan aktivasi sel-sel PMN (Poly Morpho Nuclear). Bakteri akan difagositosis oleh vacuolated synovial linning ells dan sel  –   sel PMN. Sel-sel fagositik tersebut, memiliki sistem  bakterisidal, kemampuannya mematkan bakteri tergantung pada virulensi bakteri

yang menginfeksi.

Komponen bakteri yang membentuk kompleks antigen-antibodi, akan mengaktifkan komplemen melalui jalur klasik, sedangkan toksin  bakteri akan mengaktifkan komplemen melalui jalur alternative. Fagositosis bakteri

yang mati oleh sel-sel PMN, juga dapat menyebabkan autolysis sel, PMN akan melepaskan enzim lisozomal kedalam sendi yang menyebabkan kerusakan synovial, ligament dan rawan sendi. Selain itu, sel PMN dapat merangsang metabolisme asam

(9)

arakidonat dan melepaskan kolagenase, enzim-enzim proteolitik dan IL-1 sehingga reaksi inflamasi bertambah hebat.

Organism cultured from 56 cases of acute septic arthritis

Organism Number of cases

Staphylococcus aureus Haemophilus influenza Haemophilus para-influenza Streptococcus pyogenes Califorms Streptococcus pneumonia Streptococcus viridians Staphylococcus albus Anaerobic Gram-positive cocci

Meningococcus 27 10 3 8 2 2 1 1 1 1 Sumber : THE JOURNAL OF BONE AND JOINT SURGERY  Stadium Arthritis Septic

Apley membagi 3 stadium, yaitu (Muttaqin, 2008): 1. Stadium akut.

Ditemukannya peradangan local berupa kemerahan, pembengkakan sendi, atropi otot. Dengan pemeriksaan radiologi, terlihat adanya refraksi tulang. Pada stadium dini terjadi peradangan sinovium (sinovitis), pembengkakan sinovium, dan belum terdapat kerusakan tulang rawan.

2. Stadium Penyembuhan

Pada stadium ini terjadi penyembuhan secara berangsur-angsur. Gejala klinis seperti panas dan nyeri menghilang serta terjadi klasifikasi pada tulang.

3. Stadium Residual

Bila penyembuhan penyakit terjadi sebelum ada kerusakan pada sendi, akan terjadi  penyembuhan sempurna, tetapi bila telah terjadi kerusakan pada tulang rawan sendi, akan terdapat gejala sisa/sekuela yang bersifat permanen berupa fibrosis dan deformitas sendi.

3. Tanda dan gejala

Manifestasi klinis septik artritis sangat bergantung pada usia dan kondisi dari tubuh pasien. Tapi secara umum septik artritis ditandai dengan trias gejala akut yang tipikal dan dengan durasi ejala 1-2 minggu, disertai dengan demam dengan suhu rendah (tanpa menggigil), nyeri pada sendi, dan penurunan pergerakan sendi. Pada  pemeriksaan fisik didapatkan sendi tampak bengkak, kemerahan, nyeri tekan, dan

teraba panas. Umumnya kelaianan yang melibatkan intraartikular ditandai dengan terbatasnya gerak sendi baikitu secara aktif maupun pasif. Sendi biasanya terhenti

(10)

 pada posisi maksimal dari sebuah pergerakan sendi. Berlawanan dengan itu, inflamasi periatrikular terbatasnya gerak sendi hanya oada pergerakan sendi aktif, dan disertai bengkak yang terlokalisir (Horowitz, et.al. 2011).

Pasien dengan Artrits Septic Akut di tandai dengan (Sudoyo,dkk.2009): 1. Nyeri sendi hebat.

2. Bengkak sendi.

3. Kaku dan gangguan fungsi sendi. 4. Demam.

5. Kelemahan umum.

4. Proses patologi

Bakteri penyebab septik arthritis bisa berasal dari beberapa sumber, yaitu:

a. Hematogen atau melalui pembuluh darah dari sumber infeksi lain

b. Contiguous atau secara perkontinuitatum dari jaringan atau organ sekitar yang

mengalami infeksi seperti osteomyelitis

c. Infeksi secara langsung terhadap sendi tersebut baik selama proses pembedahan,

 penyuntikan, trauma, gigitan hewan atau manusia, atau tindakan-tindakan invasif lainnya (Ortega, 2014).

Gambar 5. Mekanisme terjadinya septik arthrits (Abdullah, 2014)

Penyebaran secara hematogen merupakan yang paling sering ditemukan pada  pasien dengan septik arthritis. Bakteri masuk ke dalam sendi melalui pembuluh- pembuluh darah kapiler synovial yang tidak mempunyai membrana basalis yang  berfungsi untuk membatasi terjadinya penyebaran infeksi (Mathews, 2010). Dalam  beberapa jam kemudian neutrophil dan sel-sel radang lainnya mulai menginfiltrasi sinovium, serta terjadi hyperplasia pada membrane synovial. Selsel radang dan  bakteri masuk ke dalam celah sendi dan kemudian mulai menempel (adesi) pada

kartilago sendi. Kemudian dalam beberapa jam berikutnya sel-sel inflamaasi mulai melepaskan sitokin-sitokin dan protease, yang selanjutnya akan menyebabkan

(11)

hidrolisis dari kolagen dan proteoglikan yang akhirnya menghambat sitesis dari kartilago serta meningkatkan proses degradasinya (Abdullah, 2014).

Proses perusakan sendi akan berlanjut dengan terbentuknya pannus (jaringan granulasi sinovial) dan erosi pada kartilago sendi. Efusi sendi yang sangat massif dapat menyebabkan vaskularisasi ke sendi tersebut menjadi terganggu, sehingga bisa menyebabkan nekrosis pada tulang (aspetic bone necrosis). Proses perusakan sendi ini dapat terjadi pada septik arthritis pada tahap-tahap awal, bila kondisi infeksi tidak segara diatasi. Oleh karena itu kondisi septik arthritis bisa dianggap sebagai kondisi emergensi (Moyad, 2008).

Gambar 6 . (a) gambaran sendi normal, dengan (f) cairan synovial dan (c) kartilago sendi. (b) gambaran sendi dengan kondisi septik arthritis, tanda-tanda radang, sinovitis, dengan (P) Pannus yang meerusak katilago sendi dan tulang. Panah  putih menunjukkan tulang subkondral yang mengalami perusakan dan terekspos ke  bagian intraartikular (Abdullah, 2014).

C. Pendekatan intervensi fisioterapi 1. R.I.C.E

Tujuan :

Rest : untuk melindungi area yang mengalami cedera agar tidak te rjadi komplikasi cedera lainnya

Ice : untuk mengurangi oedema dan nyeri

Compression : mengurangi oedema pada rea cidera

Elevation : untuk melancarkan sirkulasi darah dan mengurangi penumpukan cairan pada area yang mengalami cedera

2. Breathing exercise

Tujuan : meningkatkan ekspansi thorax dan membantu untuk mengeluarkan akumulasi cairan pada chets akibat bed rest yang terlalu lama

3. Positioning

(12)

4. Pasif ROM exercise

Tujuan : untuk mencegah potensi kaku sendi 5. Streching

Tujuan : mencegah terjadinya kontraktur 6. Interferential current therapy

Tujuan : mengurangi rasa sakit dengan merangsang sel saraf lokal - Mengurangi pembengkakan dengan meningkatkan aliran darah lokal - Relaksasi kejang otot karena cedera lokal

(13)

BAB III

PROSES FISIOTERAPI A. Identitas umum pasien

Diagnosa ICD : Septic arthritis et right knee

 Nama : Tuan. R

Umur : 6 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Pelajar

Alamat : Sidrap

B. Anamnesis khusus

Keluhan utama : Nyeri dan bengkak pada lutut kanan Lokasi keluhan : Lutut kanan

Riwayat medis : Diawali sejak 4 bulan sebelum masuk rumah sakit. Pasien sebelumnya terkena jarum suntik untuk mengisi tinta print, pasien punya riwayat operasi  pada lutut. Tidak ada riwayat demam, tidak ada riwayat batuk lama, tidak ada riwayat

keringat di malam hari dan tidak ada riwayat nyeri pada malam hari.

Riwayat keluarga : tidak ada keluarga yang pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya

C. Inspeksi atau observasi

Statis : terpasang elastic perban, terpasang infus, oedema, kemerahan, lutut kanan lebih besar dari pada kiri

Dinamis : tidak dapat dinilai

Palpasi : suhu lokal hangat, nyeri tekan.

Pemeriksaan Vital sign : BP : 90/60 mmHg HR : 90x/menit RR : 20x/menit T : 36,5 oC D. Tes orientasi

Fleksi knee tidak bisa dilakukan karena nyeri E. Pemeriksaan fungsi dasar

Tes gerak aktif Hip joint :

- Fleksi : terbatas karna nyeri - Ekstensi : terbatas karna nyeri

(14)

- Adduksi : terbatas karna nyeri

- Eksternal rotasi : terbatas karna nyeri - Internal rotasi : terbatas karna nyeri

Knee joint : tidak mampu dilakukan karna sangat nyeri Ankle joint :

- Plantar fleksi : terbatas karna terpsangan elastic perban - Dorso fleksi : terbatas karna terpsangan elastic perban - Inversi kaki : terbatas karna terpsangan elastic perban - Eversi kaki : terbatas karna terpsangan elastic perban Tes gerak pasif

Hip joint :

- Fleksi : keterbatasan gerak (soft end feel) - Ekstensi : keterbatasan gerak (firm end feel) - Abduksi : keterbatasan gerak (firm end feel) - Adduksi : keterbatasan gerak (firm end feel) - Internal rotasi : keterbatasan gerak (firm end feel) - Eksternal rotasi : keterbatasan gerak (firm end feel) Knee joint : empty end fell karne adanya nyeri

Ankle joint :

- Plantar fleksi : keterbatasan gerak (firm end feel) - Dorso fleksi : keterbatasan gerak (firm end feel) - Inversi kaki : keterbatasan gerak (firm end feel) - Eversi kaki : keterbatasan gerak (firm end feel) TIMT

Hip joint :

- Fleksi : tahanan sedang - Ekstensi : tahanan sedang - Abduksi : tahanan sedang - Adduksi : tahanan sedang

- Internal rotasi : tahanan sedang - Eksternal rotasi : tahanan sedang

Knee joint : tidak mampu dilakukan karna nyeri Ankle joint :

- Plantar fleksi : tahanan sedang - Dorso fleksi : tahanan sedang - Inversi kaki : tahanan sedang

(15)

- Eversi kaki : tahanan sedang

F. Pemeriksaan spesifik dan pengukuran fisioterapi

Pngukuran skala nyeri (FLACC) : skor 4 (jauh lebih nyeri) Patellat tap test : positif gangguan pada periartikular 

MMT

 No. Sendi Gerakan Hasil

1 Hip Fleksi 3 Ekstensi 3 Abduksi 3 Adduksi 3 Eksternal rotsi 3 Internal rotasi 3 2 Knee Fleksi 1 Ekstensi 1 3 Ankle Dorsofleksi 3 Plantar fleksi 3 Inversi 3 Eversi 3

Tes tonus otot : normal Tes sensorik:

Tes tajam tumpul : Dalam batas normal Rasa sakit : Dalam batas normal Raba ringan-tekan : Dalam batas normal Gangguan ADL :

Index barthel (modifikasi) :

 No Jenis AKS Kriteria

1. Saya dapat mengendalikan BAB 0 = tidak dapat

1 = kadang –  kadang 2 = selalu

2. Saya dapat mengendalikan BAK 0 = tidak dapat

1 = kadang –  kadang 2 = selalu

(16)

cukur) 1 = selalu

4. Saya dapat menggunakan toilet 0 = sepenuhnya dibantu 1 = bantu jika perlu

2 = bisa

5. Makan 0 = bergantung orang lain

1 = bantu jika perlu 2 = bisa

6. Naik turun kursi 0 = bergantung orang lain

1 = mampu duduk, banyak  bantuan

2 = perlu sedikit bantuan 3 = bebas

7. Jalan 0 = bergantung orang lain

1 = tidak dapat, tapi bisa menjalankan kursi roda sendiri

2 = dapat, tetapi dibantu orang lain

3 = bebas penuh

8. Berpakaian 0 = bergantung orang lain

1 = kadang

 – 

 kadang dibantu

2 = bebas termasuk pakai sepatu

9. Naik turun tangga 0 = tidak mampu

1 = perlu bantuan 2 = bebas

10. Mandi 0 = bergantung orang lain

1 = bebas, termasuk keluar dan masuk kamar mandi

Jumlah 11

Interpretasi : nilai 11 (cacat sedang) 0 – 4 = cacat sangat berat

5 – 9 = cacat berat 10

 – 

 14 = cacat sedang 15 –  19 = cacat ringan

> 20 = bebas dan fungsi penuh Pemeriksaan penunjang :

1. X-ray knee AP/lateral :

(17)

2. Pemeriksaan laboratorium Mikrobiologi :

- Spesimen : jaringan

- Afinitas gram : tidak ditemukan

- Bentuk dan konfigurasi : tidak ditemukan - Kuantitas : tidak ditemukan

- Lokalisasi :

-- Sel lain : lekosit 4+ dan sel epitel : 1 + - Jamur : tidak ditemukan

- Jenis spesimen :jaringan - Pewarnaan BTA : negatif

Hematologi :

- Laju endap darah : jam I = 3 jam II = 62

G. Diagnosa dan problematik fisioterapi

Diagnosa ICF : Knee pain with functional limitation post op septic arthritis right knee Problematik Fisioterapi :

1. Impairment : -  Nyeri lutut kanan

- Kelemahan anggota gerak akibat nyeri - Potensial kaku sendi dan kontraktur - Potensial terjadi pneumonia berbaring - Potensial terjadi decubitus

2. Activity limitation :

- Kesulitan untuk melakukan gerakan - Kesulitan untuk transfer

- Gangguan ADL

3. Patricipation restriction : - Kehilangan rasa percaya diri

- Tidak mampu melakukan hobby yang diminati

H. Rencana intervensi fisioterapi a. Tujuan jangka pendek :

(18)

- Mengurangi nyeri dan pembengkakan

- Memelihara sifat fisiologis otot pada keempat anggota gerak  b. Tujuan jangaka panjang :

- Mencegah kontraktur

- Mencegah pneumonia berbaring - Mencegah decubitus

- Meningkatkan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional pasien yang sudah ada

I. Program intervensi fisioterapi 1. Komunikasi terapeutik :

Memberikan motivasi kepada pasien untuk meningkatkan rasa percaya diri dan semangat untuk sembuh agar bisa melakukan aktivitas fungsional tanpa bantuan orang lain.

2. R.I.C.E

Rest : mengistirahatkan area yang mengalami cedera dan melindungi sendi yang megalami cedera.

Ice : memberika kompres dingin pada area yang mengalami pembengkakan Compretion : pemberian penekanan pada are yang mengalami cidera dengan menggunakan ace perban untuk mengurangi pembengkakan pada area l okal Elevasion : meninggikan bagian tubuh yang mengalami cedera

3. Interferentian current

Mengaplikasikan dua arus bolak balik frekuensi menengah dengan 4 electrode dengan frekuensi efektif 40000 Hz, intensitas arus ditingkatkan dalam tingkat kenyamanan pasien.

4. Pasif ROM exercise

Melakukan gerakan pasif pada persendian sekitar area yang mengalami nyeri seperti gerakan pasif pada hip (flkesi hip, ekstensi hip, internal rotasi, eksternal rotasi, abduksi dan adduksi) gerakan pasif pada ankle (planyar fleksi, dorso fleksi, eversi dan inversi kaki).

5. Breathing exercise

Mengajarkan tehnik pernapasan dada dan pernapasan perut secara aktif untuk meningkatkan ekspansi thorax.

6. Positioning

Mengajarkan untuk miring kiri dan ke kanan selama 2 jam dalam satu posisi untuk mencegah decubitus dan static pneumoni.

(19)

J. Evaluasi fisioterapi

1. Kepercayaan diri meningkat

2.  Nyeri dan bengkak pada lutut kanan berkurang

Gambar

Gambar IIA.1 Anatomi Knee Joint kanan dari sisi Anterior view dan Posterior  view (Nucleus Medical Art, 1997-2007)
Gambar IIA.3  Susunan Ligamen Sendi Lutut Anterior View (R.Putz, R.Pabst, 2002)
Gambar IIA.5 Otot Paha dan Pangkal Paha Tampak dari Depan (R.Putz R.Pabst, 2002)
Gambar 5. Mekanisme terjadinya septik arthrits (Abdullah, 2014)

Referensi

Dokumen terkait

Sebagian besar dari diare akut disebabkan oleh karena infeksi. Banyak dampak  Sebagian besar dari diare akut disebabkan oleh karena infeksi. Banyak dampak  yang dapat terjadi karena

Sebuah serangan gout terjadi ketika asam urat yang tidak dikeluarkan dari tubuh bentuk kristal dalam cairan yang melumasi lapisan sendi, menyebabkan inflamasi dan

Osteomielitis akut hematogen merupakan infeksi serius yang biasanya terjadi pada tulang yang sedang tumbuh. Penyakit ini disebut sebagai osteomielitis primer karena

Keterlibatan orbita pada infeksi TB dapat terjadi pada salah satu dari tiga cara: infeksi eksogen primer, infeksi sekunder yang terjadi dengan ekstensi langsung dari

Komplikasi yang dapat terjadi adalah gagal napas, aspirasi makanan atau cairan ke dalam paru, pneumonia, meningkatkan resiko terjadinya infeksi, trombosis vena

Pada peritonitis primer, etiologi terjadinya peritonitis tidak  berasal dari traktus gastrointestinal (infeksi yang nantinya terjadi tidak  berhubungan langsung dengan

Osteomyelitis biasanya merupakan infeksi bakteri, tetapi mikrobakterium dan jamur juga dapat menyebabkan osteomyelitis jika mereka menginvasi tulang (Ros, 1997:90).Osteomyelitis

Peningkatan jumlah bakteri akan terjadi saat pertahanan integument terganggu, invasi oleh bakteri tersebut menyebabkan infeksi pada kulit atau pyoderma DAYA TAHAN TUBUH Selain itu,