• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI SULAWESI UTARA

TRIWULAN III TAHUN 2014

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Luctor E. Tapiheru

: Kepala Perwakilan /Direktur

Dudung C. Setyadi : Deputi Kepala Perwakilan /Deputi Direktur

Eko Siswantoro

: Kepala Tim Ekonomi dan Keuangan /Asisten Direktur

Wahyu Sihati

: Analis Ekonomi /Manajer

Curie Rantung

: Analis /Manajer

Noula T. Sondakh

: Analis /Manajer

Connie T. Tumewu : Sekretaris /Manajer

Jeanny J. Legoh

: Kepala Unit Layanan Nasabah dan Penyelenggara Kliring

Teguh D. Prasetyo

: Kasir Senior /Manajer

Achmad Jainuri

: Kepala Unit Sumber Daya

Abdullah Atalapu

: Kepala Unit Sekretariat, Protokol dan Pengamanan

Esty Melasih

: Analis Ekonomi /Asisten Manajer

Weno Adji Syahdana : Analis Ekonomi /Asisten Manajer

Donny H. Pratama

: Analis /Asisten Manajer

Hendro B. Sirait

: Analis /Asisten Manajer

(2)
(3)

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2014 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Utara diterbitkan secara periodik setiap triwulan sebagai wujud peranan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta prospeknya. Kami berharap informasi yang kami sajikan ini dapat menjadi salah satu referensi atau acuan dalam proses diskusi atau proses pengambilan kebijakan berbagai pihak terkait.

Dalam proses penyusunan kajian ini, kami menggunakan data yang diperoleh dari berbagai pihak, yakni instansi di lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Badan Pusat Statistik, pelaku usaha, laporan perbankan serta data hasil analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang.

Kami juga menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan kajian ini ataupun terdapat penyajian data yang kurang tepat, oleh karena itu kami senantiasa mengharapkan kritikan dan masukan membangun demi penyempurnaan di masa yang akan datang.

Akhirnya besar harapan kami mudah-mudahan laporan triwulanan ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan dalam memahami perekonomian Sulawesi Utara. Terima Kasih.

Manado, November 2014

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI UTARA

Luctor E. Tapiheru Direktur

(4)
(5)

Daftar Isi

KATA PENGANTAR halaman iii

DAFTAR ISI halaman v

INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN PROVINSI SULAWESI UTARA halaman vi

RINGKASAN EKSEKUTIF halaman 1

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO halaman 11

Sisi Permintaan halaman 12

Sisi Penawaran halaman 17

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH halaman 31

Inflasi Tahunan (yoy) halaman 32

Inflasi Triwulanan (qtq)

Inflasi Bulanan (mtm)

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Upaya Pengendalian Inflasi Daerah

halaman 33 halaman 34 halaman 37 halaman 41

BAB III STABILITAS SISTEM KEUANGAN halaman 47

Pekembangan Indikator Utama Bank Umum halaman 48

Perkembangan Kredit Sektor Utama halaman 48

Pembiayaan Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) halaman 49

Perkembangan Suku Bunga Kredit dan DPK halaman 51

Ketahanan Sektor Korporasi halaman 52

Ketahanan Sektor Rumah Tangga Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat

halaman 53 halaman 55

BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH halaman 59

Struktur Dana Perimbangan di Sulawesi Utara halaman 59

APBD di Tingkat Provinsi halaman 61

BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 71

Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 72

Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai halaman 76

BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

halaman 81

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah halaman 81

Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat halaman 84

BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN halaman 93

Prospek Ekonomi Makro halaman 93

Prakiraan Inflasi Prospek Perbankan

halaman 98 halaman 101

(6)

INDIKATOR

I. MAKRO NASIONAL TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III

A PDB Nasional (yoy) 6,02 5,81 5,62 5,72 5,21 5,12

B Inflasi Nasional (yoy) 5,90 5,90 8,40 8,38 7,32 6,70 4,53

II. MAKRO REGIONAL TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III

A 1. Laju Inflasi (ytd) % 2,34 1,82 5,99 8,12 1,15 1,97

2. Laju Inflasi (yoy) % 6,83 4,95 7,73 8,12 5,67 6,27 4,00 3. Laju Inflasi (mtm) % 1,52 0,21 (2,10) 2,69 0,31 0,67 (0,03) 4. Inflasi Bahan Makanan (mtm) % 4,77 (2,36) (6,49) 7,97 1,30 1,43 (1,25) 4. Inflasi Makanan Jadi (mtm) % 0,13 0,01 0,08 0,79 0,12 0,05 0,13 5. Inflasi Perumahan (mtm) % 0,13 0,16 0,11 0,16 0,15 0,14 0,68 6. Inflasi Sandang (mtm) % (0,17) (0,71) 1,55 0,90 (0,19) 0,96 (0,18) 7. Inflasi Kesehatan (mtm) % 0,04 0,71 0,23 0,19 0,08 0,12 0,21 8. Inflasi Pendidikan (mtm) % - - - 0,16 0,07 0,33 0,11 9. Inflasi Transportasi (mtm) % 0,21 7,16 (1,10) 0,32 (0,20) 1,47 0,15 B PDRB Penggunaan 7,57 7,25 7,46 7,51 7,94 7,32 7,01 Konsumsi 7,78 6,81 5,37 6,52 6,31 7,58 Konsumsi Swasta 7,46 6,92 5,94 5,86 8,88 8,27 7,34 Konsumsi Pemerintah 8,39 6,60 4,28 7,61 1,43 6,26 7,88 PMTB 9,28 8,67 1,24 (2,73) 4,22 5,05 6,19 Stok (6,90) 7,33 28,22 30,73 (3,50) 4,70 3,13 Ekspor (5,75) (10,68) 3,09 6,16 2,63 7,70 2,27 Impor (7,51) (16,80) (5,71) (3,22) (3,87) 6,68 0,19 C PDRB Sektoral 7,57 7,25 7,46 7,51 7,94 7,32 7,01 Pertanian 2,46 2,29 3,19 6,95 1,03 1,98 4,05 Pertambangan & Penggalian 4,08 5,17 6,75 4,92 2,01 3,92 4,61 Industri Pengolahan 4,85 5,27 4,47 2,25 4,17 4,98 3,22 Listrik, Gas & Air Bersih 4,26 16,13 19,21 19,42 5,83 4,00 4,23 Bangunan 7,87 5,48 5,32 2,40 4,33 7,68 6,19 Perdagangan, Hotel & Restoran 10,70 11,40 12,04 15,22 14,37 12,96 10,79 Pengangkutan & Komunikasi 9,30 7,10 6,39 5,29 12,43 9,93 9,88 Keuangan, Sewa & Jasa Perusahaan 16,38 16,32 14,23 14,65 12,21 6,67 4,14 Jasa-Jasa 7,24 7,73 8,41 6,35 10,32 7,23 8,34

II. MONETER TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III

3. BI Rate (%) 5,75 6,00 7,25 7,50 7,50 7,50 7,50 Kurs (Rp/USD - posisi akhir) 9.709 9.882 11.404 12.087 11.427 11.893 11.899

III. PERDAGANGAN LUAR NEGERI TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III**

1. Ekspor (ribu USD) 218.765 192.930 199.269 229.306 290.623 351.209 295.563 2. Impor (ribu USD) 9.035 43.008 22.927 21.489 46.377 22.612 12.977

IV. PERBANKAN (berdasarkan bank pelapor) TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III

A. Jumlah Bank 43 44 44 45 45 45 45

1. Bank Umum 23 23 23 24 24 24 24

1.1. Bank Pemerintah 5 5 5 6 6 6 6

1.2. Bank Swasta 18 18 18 18 18 18 18

2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 17 17 17 17 17 17 17

3. Bank Syariah 3 4 4 4 4 4 4

B. Jaringan Kantor (Termasuk Unit) 316 322 324 323 324 324 330

1. Bank Umum 254 255 274 272 272 272 278

1.1. Konvensional 241 239 258 258 258 258 262

1.2. Syariah 13 16 16 16 16 16 16

2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 49 51 50 51 52 52 52

2.1. Konvensional 49 51 50 51 52 52 52

2.2. Syariah - - - - - - -C. Total Asset (Rp miliar) 27.648 29.284 29.779 30.219 30.547 32.749 34.255 1. Bank Umum 26.254 27.803 28.272 28.691 29.085 31.305 32.824 2. BPR 850 905 959 962 906 899 926

3. Bank Syariah 544 576 548 566 556 546 505 Keterangan :

* Angka sementara ** Angka sangat sementara *** Berdasarkan Lokasi Bank Pelapor

2013 2014

INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN PROVINSI SULAWESI UTARA

(7)

INDIKATOR

IV. PERBANKAN (berdasarkan bank pelapor) TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III

D. Indikator Kinerja Bank Umum Konvensional

1. Dana Pihak Ketiga (DPK) (Rp miliar) 16.108 16.684 17.356 17.156 17.600 19.176 19.627 1.1.Giro 3.217 3.085 3.272 3.048 3.298 3.807 3.702 1.2. Deposito 5.158 5.577 5.669 4.710 5.954 7.009 7.228 1.3. Tabungan 7.734 8.022 8.414 9.398 8.348 8.359 8.697 2. Kredit (Rp miliar) 19.960 21.458 22.287 22.848 23.022 24.027 24.606 2.1. Berdasarkan Jenis Penggunaan

- Modal Kerja 5.865 6.204 6.320 6.455 6.543 6.923 6.974 - Investasi 2.423 2.697 2.502 2.591 2.520 2.692 2.710 - Konsumsi 11.672 12.557 13.465 13.802 13.959 14.412 14.922 2.2. Berdasarkan Sektor Ekonomi

- Pertanian 563 498 464 535 463 482 465 - Pertambangan 71 43 38 39 44 50 49 - Industri 438 526 446 467 610 670 652 - Listrik, Gas & Air 13 13 3 4 4 4 4 - Konstruksi 558 681 710 662 616 707 775 - Perdagangan 5.241 5.833 5.852 6.012 6.021 6.305 6.317 - Angkutan 183 218 214 228 219 234 236 - Jasa Dunia Usaha 704 789 773 726 686 731 693 - Jasa Sosial 225 296 316 374 399 433 493 - Lainnya 11.963 12.561 13.472 13.802 13.959 14.412 14.921 2.3. Kredit untuk Debitur UMKM 5.812 6.344 6.188 6.407 6.560 6.871 6.741 2.4. Loan to Deposit Ratio (LDR) % 123,91 128,62 128,41 133,18 130,81 125,30 125,37 2.5. Non Performing Loan (NPL)

- Nominal (Rp miliar) 440 477 521 572 676 809 897 - Rasio (%) 2,21 2,22 2,34 2,50 2,94 3,37 3,65

V. SISTEM PEMBAYARAN TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III

1. Kas (Rp miliar)

- Inflow 2.314 1.299 2.093 1.536 2.422 1.129 2.185 - Outflow 952 1.732 2.308 3.094 869 1.298 2.352 2. Kliring

- Volume Kliring (Lembar) 91.631 98.823 99.655 101.927 82.527 93.703 123.665 - Nominal Kliring (Rp Miliar) 2.407 2.411 2.657 2.816 2.446 2.593 2.536 - Rata2 Volume Kliring/hari (Lembar) 1.529 1.569 1.581 1.701 1.375 1.487 1.974 - Rata2 Nominal Kliring/hari (Rp Miliar) 40 38 42 47 41 41 41 - Rata2 Lembar Tolakan Kliring/hari (%) 1,87 2,13 2,03 1,96 2,15 1,97 1,70 - Rata2 Nominal Tolakan Kliring/hari (%) 2,19 1,94 2,07 2,08 2,19 2,33 2,52 Keterangan :

* Angka sementara ** Angka sangat sementara *** Berdasarkan Lokasi Bank Pelapor

2013 2014

INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN PROVINSI SULAWESI UTARA

(8)
(9)

RINGKASAN

EKSEKUTIF

(10)
(11)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Perkembangan Makro Ekonomi Regional

Sejalan dengan tren perlambatan global dan nasional, perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III 2014 tercatat tumbuh melambat dibandingkan dengan periode sebelumnya. Perekonomian pada triwulan laporan berada pada angka 7,01% (yoy), melambat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh 7,46% (yoy) maupun jika dibandingkan triwulan II 2014 sebesar 7,32% (yoy).

Perlambatan dipengaruhi oleh pertumbuhan sektor utama yang tidak setinggi periode sebelumnya. Sektor utama yang tumbuh melambat adalah sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (PHR), sektor Bangunan, dan sektor Angkutan, sementara sektor Jasa-jasa masih tercatat tumbuh lebih tinggi. Adanya periode hari besar keagamaan (Peringatan Idul Fitri) dan periode liburan sekolah pada triwulan laporan ternyata tidak cukup signifikan dalam mendorong sektor PHR dan Angkutan ke arah yang lebih tinggi. Hal ini diikuti pula oleh masih berlanjutnya tren perlambatan sektor bangunan seiring dengan masih adanya berbagai hambatan pembangunan infrastruktur.

Sejalan dengan perlambatan sektor PHR, aktivitas konsumsi pada triwulan laporan juga tercatat melambat. Perlambatan juga terlihat dari aktivitas perdagangan internasional khususnya ekspor yang disebabkan oleh masih terbatasnya permintaan seiring dengan pemulihan ekonomi global yang masih berjalan lambat. Sementara itu, aktivitas investasi tercatat tumbuh moderat yang terutama didorong oleh pertumbuhan di sektor non bangunan.

Perkembangan Inflasi Daerah

Tekanan inflasi di Provinsi Sulawesi Utara mereda di triwulan III 2014 yang sejalan dengan tren perlambatan inflasi nasional maupun wilayah Sulawesi-Maluku-Papua (Sulampua). Inflasi Provinsi Sulawesi Utara yang diwakili oleh Kota Manado tercatat sebesar 4,00% (yoy) di akhir triwulan III 2014, atau menurun dibandingkan inflasi triwulan II 2014

Sejalan dengan tren perlambatan global dan nasional, perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III 2014 tercatat tumbuh melambat

dibandingkan dengan periode sebelumnya. Perekonomian pada triwulan laporan berada pada angka 7,01% (yoy), ...

Tekanan inflasi di Provinsi Sulawesi Utara mereda di triwulan III 2014 yang sejalan dengan tren perlambatan inflasi nasional maupun wilayah Sulawesi-Maluku-Papua (Sulampua). Inflasi Provinsi Sulawesi Utara yang diwakili oleh Kota Manado tercatat sebesar 4,00% (yoy) di akhir triwulan III 2014..

(12)

yang sebesar 6,27% (yoy). Dengan pencapaian tersebut, inflasi tahunan Kota Manado masih berada di bawah angka inflasi nasional yang tercatat sebesar 4,53% (yoy), namun sedikit di atas wilayah Sulampua yang mengalami inflasi sebesar 3,84% (yoy).

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, meredanya tekanan inflasi secara tahunan disebabkan perlambatan kelompok volatile foods dan administered prices seiring koreksi harga pangan pasca Idul Fitri dan meredanya efek kenaikan BBM bersubsidi. Sementara itu inflasi inti (core inflation) juga mengalami perlambatan didorong penurunan tekanan domestik, tekanan eksternal yang minim, serta penurunan ekspektasi inflasi.

Stabilitas Sistem Keuangan

Pertumbuhan aset, DPK dan kredit perbankan di Sulawesi Utara secara umum menunjukan perlambatan sejalan dengan arah kebijakan moneter Bank Indonesia. Pada triwulan laporan, kredit perbankan tercarat tumbuh sebesar 10,28% (yoy) atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 11,99% (yoy). Di sisi lain, DPK perbankan Sulawesi Utara juga mengalami perlambatan pertumbuhan. Pada triwulan laporan DPK tercatat tumbuh sebesar 13,00%(yoy) atau melambat dibandingkan triwulan sebelunya yang tercatat tumbuh sebesar 14,60%(yoy) kendati relatif lebih tinggi jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 11,03%(yoy).

Di tengah pertumbuhan kredit yang masih positif, kualitas kredit relatif mengalami penurunan baik kredit produktif maupun kredit rumah tangga. Hal tersebut tercermin dari peningkatan rasio NPL baik pada kredit produktif maupun kredit rumah tangga pada periode laporan. Sejalan dengan peningkatan NPL, mortality rate baik secara baki debet maupun jumlah debitur juga menunjukkan tren meningkat baik untuk kredit produktif maupun rumah tangga.

Sementara itu, laju pertumbuhan kredit kepada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Sulawesi Utara juga mengalami

Pertumbuhan aset, DPK dan kredit perbankan di Sulawesi Utara secara umum menunjukan perlambatan sejalan dengan arah kebijakan moneter Bank Indonesia. Pada triwulan laporan, kredit perbankan tercarat tumbuh sebesar 10,28% (yoy) atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 11,99% (yoy)... Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, meredanya tekanan inflasi secara tahunan disebabkan perlambatan kelompok volatile foods dan administered prices seiring koreksi harga pangan pasca Idul Fitri dan meredanya efek kenaikan BBM bersubsidi.

(13)

perlambatan pada triwulan III 2014. Perlambatan pertumbuhan kredit UMKM telah terjadi sejak awal tahun 2014. Pada triwulan laporan, kredit UMKM tercatat sebesar Rp.6,9 triliun atau tumbuh 9,17% (yoy) melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan sebesar 9,77% (yoy).

Sejalan dengan kinerja bank umum, kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan III 2014 mengalami penurunan terutama pada sisi aset dan kredit. Aset BPR pada triwulan III 2014 mengalami kontraksi sebesar 3,44% (yoy) menjadi Rp.926,12 miliar. Penurunan aset BPR yang terjadi pada periode laporan terutama disebabkan oleh kondisi kredit yang juga mengalami kontraksi cukup dalam sebesar 6,23% (yoy) dengan baki debet sebesar Rp.692,27 miliar..

Perkembangan Keuangan Daerah (APBD)

Dukungan fiskal dari pemerintah pusat untuk pengembangan ekonomi daerah tercermin dari transfer dana berupa Dana perimbangan dan Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus. Dukungan fiskal dari pemerintah pusat kepada Provinsi Sulawesi Utara serta 15 kab/kota di bawahnya pada tahun 2014 menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun 2013, yang tercermin dari peningkatan alokasi Dana Perimbangan dan Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus yang meningkat dari Rp8,64 triliun menjadi Rp9,23 triliun.

Sementara itu, alokasi pendanaan pemerintah daerah dalam bentuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada tahun 2014 juga tercatat meningkat dari Rp2,2 triliun menjadi Rp2,4 triliun. Meskipun alokasi belanja maupun target pendapatan pada tahun 2014 cukup besar, namun demikian realisasi sampai dengan triwulan III 2014 masih relatif rendah. Realisasi pendapatan baru mencapai 71% atau senilai Rp1,65 triliun. Kondisi ini lebih rendah dibandingkan pencapaian tahun lalu yang sebesar Rp 1,60 triliun atau 78% dari total target. Kondisi yang sama juga terlihat dari realisasi belanja yang baru mencapai 49% atau senilai Rp1,21 triliun, lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu sebesar Rp1,13 triliun atau 50% dari target belanja.

Dukungan fiskal dari pemerintah pusat untuk pengembangan ekonomi daerah tercermin dari transfer dana berupa Dana perimbangan dan Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus. Dukungan fiskal dari pemerintah pusat kepada Provinsi Sulawesi Utara serta 15 kab/kota di bawahnya pada tahun 2014 menunjukkan

peningkatan dibandingkan tahun 2013 ...

Sejalan dengan kinerja bank umum, kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan III 2014 mengalami penurunan terutama pada sisi aset dan kredit..

(14)

Perkembangan Sistem Pembayaran

Perekonomian Sulawesi Utara yang masih tumbuh positif pada triwulan III 2014 didukung pula oleh aktivitas sistem pembayaran tunai maupun non-tunai. Aktivitas permbayaran tunai pada periode laporan menunjukkan kondisi net outflow sebesar Rp170 miliar, yang berarti bahwa arus dana keluar dari khasanah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara lebih besar daripada dana yang masuk ke khasanah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara. Kondisi ini merupakan siklus umum yang terjadi secara tahunan dimana terjadi peningkatan aktivitas perekonomian yang didorong oleh peningkatan konsumsi pada masa seasional Hari Raya Idul Fitri dan liburan sekolah. Di sisi lain, kondisi pembayaran non tunai menunjukkan peningkatan aktivitas, khususnya dilihat dari volume kliring, dari 93 ribu lembar para triwulan II 2014 menjadi 123 ribu pada triwulan III 2014.

Perkembangan Ketenagakerjaan& Kesejahteraan Masyarakat Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara mengalami kontraksi temporer seiring moderasi pertumbuhan perekonomian Sulawesi Utara. Hal ini terindikasi dari jumlah tenaga kerja regional yang meski tumbuh namun diwarnai tingkat pengangguran yang meningkat. Jumlah tenaga kerja Sulawesi Utara tercatat tumbuh 1,58% (yoy) seiring Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang meningkat ke angka 59,99%. Sementara itu tingkat pengangguran tercatat meningkat baik secara tahunan maupun dibanding triwulan sebelumnya. Kendati demikian, kondisi ketenagakerjaan diperkirakan membaik yang tercermin dari optimisme ketersediaan lapangan kerja di penghujung tahun seiring perayaan Natal dan Tahun Baru

Sementara itu di sisi lain, berbagai indikator tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara mencerminkan tekanan terhadap kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara. Meski demikian, tingkat kesejahteraan masyarakat secara umum masih terjaga cukup baik dengan meningkatnya penghasilan di triwulan III 2014.

Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara mengalami kontraksi temporer seiring moderasi pertumbuhan perekonomian Sulawesi Utara. Hal ini terindikasi dari jumlah tenaga kerja regional yang meski tumbuh namun diwarnai tingkat pengangguran yang meningkat. Jumlah tenaga kerja Sulawesi Utara tercatat tumbuh 1,58% (yoy)...

Perekonomian Sulawesi Utara yang masih tumbuh positif pada triwulan III 2014 didukung pula oleh aktivitas sistem pembayaran tunai maupun non-tunai. Aktivitas permbayaran tunai pada periode laporan menunjukkan kondisi net outflow sebesar Rp170 miliar...

(15)

Outlook Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan IV 2014 diperkirakan tumbuh pada kisaran 7,1% - 7,5% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan III 2014. Pertumbuhan terutama akan berasal dari sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR), sektor Angkutan dan Komunikasi, sektor Jasa-jasa dan sektor Bangunan. Faktor utama yang diperkirakan akan menjadi pendorong pertumbuhan di akhir tahun adalah periode seasonal Hari Raya Natal dan Tahun Baru yang dapat mendorong kinerja sektor PHR dan Angkutan, serta akhir periode tahun anggaran yang dapat mendorong kinerja sektor Bangunan dan Jasa-jasa.

Outlook Inflasi

Tren perlambatan laju inflasi tahunan Kota Manado diprakirakan berbalik meningkat di triwulan IV 2014 seiring faktor musiman dan serangkaian kebijakan kenaikan harga. Angka inflasi Kota Manado di akhir tahun 2014 diperkirakan akan berada pada kisaran 7,18%±1% (yoy) dengan asumsi kenaikan harga BBM bersubsidi terealisasi di bulan November 2014. Dari sisi fundamental, inflasi inti diperkirakan meningkat. Tekanan inflasi sisi eksternal diperkirakan berada pada level moderat di tengah terbatasnya peningkatan harga global sementara nilai tukar masih melemah. Dari sisi domestik diperkirakan akan terjadi peningkatan konsumsi masyarakat sesuai pola musiman di akhir tahun yang disertai dampak kenaikan LPG 12 kg terhadap makanan/minuman jadi.

Dari sisi non fundamental, inflasi volatile foods diperkirakan meningkat yang didorong faktor musiman perayaan Natal dan Tahun Baru. Sementara itu tekanan inflasi administered price diperkirakan semakin menguat dengan diberlakukannya serangkaian kebijakan kenaikan tarif energi dan transportasi..

Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan IV 2014 diperkirakan tumbuh pada kisaran 7,1% - 7,5% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan

pertumbuhan pada triwulan III 2014

Tren perlambatan laju inflasi tahunan Kota Manado diprakirakan berbalik meningkat di triwulan IV 2014 seiring faktor musiman dan serangkaian kebijakan kenaikan harga. Angka inflasi Kota Manado di akhir tahun 2014 diperkirakan akan berada pada kisaran 7,18%±1% (yoy)

(16)

Outlook Perbankan

Optimisme peningkatan permintaan kredit pada triwulan yang akan datang dikarenakan adanya optimisme perbankan terhadap prospek usaha nasabah. Penggunaan kredit pada triwulan yang akan datang diproyeksikan dominan pada Kredit Modal Kerja. Sementara itu, sebagian kecil responden memproyeksikan permintaan kredit pada triwulan yang akan datang mengalami penurunan. Hal tersebut dikarenakan penetapan persyaratan kredit yang semakin ketat. Sektor-sektor yang diproyeksikan akan banyak menyerap kredit dari perbankan pada triwulan selanjutnya di Sulawesi Utara adalah sektor perdagangan, hotel & restoran, pertanian, konstruksi, jasa-jasa dunia usaha, serta pertambangan & penggalian.

Optimisme peningkatan permintaan kredit pada triwulan yang akan datang dikarenakan adanya optimisme perbankan terhadap prospek usaha nasabah. Penggunaan kredit pada triwulan yang akan datang diproyeksikan dominan pada Kredit Modal Kerja.

(17)
(18)
(19)

PERKEMBANGAN

EKONOMI MAKRO

(20)
(21)

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

Sejalan dengan tren perlambatan global dan nasional, perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III 2014 tercatat tumbuh melambat dibandingkan dengan periode sebelumnya. Perekonomian pada triwulan laporan berada pada angka 7,01% (yoy), melambat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh 7,46% (yoy) maupun jika dibandingkan triwulan II 2014 sebesar 7,32% (yoy).

Perlambatan dipengaruhi oleh pertumbuhan sektor utama yang tidak setinggi periode sebelumnya. Sektor utama yang tumbuh melambat adalah sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (PHR), sektor Bangunan, dan sektor Angkutan, sementara sektor Jasa-jasa masih tercatat tumbuh lebih tinggi. Adanya periode hari besar keagamaan (Peringatan Idul Fitri) dan periode liburan sekolah pada triwulan laporan ternyata tidak cukup signifikan dalam mendorong sektor PHR dan Angkutan ke arah yang lebih tinggi. Hal ini diikuti pula oleh masih berlanjutnya tren perlambatan sektor bangunan seiring dengan masih adanya berbagai hambatan pembangunan infrastruktur.

Sejalan dengan perlambatan sektor PHR, aktivitas konsumsi pada triwulan laporan juga tercatat melambat. Perlambatan juga terlihat dari aktivitas perdagangan internasional khususnya ekspor yang disebabkan oleh masih terbatasnya permintaan seiring dengan pemulihan ekonomi global yang masih berjalan lambat. Sementara itu, aktivitas investasi tercatat tumbuh moderat yang terutama didorong oleh pertumbuhan di sektor non bangunan.

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sulawesi Utara (yoy)

(22)

Grafik 1.2.

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Sumber:Survei Konsumen (SK) KPwBI Prov. Sulawesi Utara 1.1 SISI PERMINTAAN

Sumber pertumbuhan ekonomi triwulan III 2014 dilihat dari sisi permintaan, terutama ditopang oleh kegiatan konsumsi meskipun dengan pertumbuhan melambat. Faktor seasonal liburan sekolah dan peringatan hari besar keagamaan ternyata belum dapat mendorong perekonomian untuk tumbuh ke arah yang lebih tinggi. Perlambatan juga terlihat dari aktivitas perdagangan internasional khususnya ekspor. Masih adanya keterbatasan pemulihan ekonomi global diperkirakan berdampak pada tertahannya akselerasi perekonomian dari sisi aktivitas ekspor. Kondisi yang berbeda terlihat dari aktivitas investasi yang mulai tumbuh lebih tinggi pada triwulan laporan yang terutama didorong oleh kegiatan investasi non bangunan.

Tabel 1.1.

Pertumbuhan Provinsi Sulawesi Utara Menurut Penggunaan (% yoy)

1.1.1 Konsumsi

Konsumsi masih menjadi kontributor utama pertumbuhan Sulawesi Utara pada triwulan III 2014 dengan sumbangan sebesar 4,67% (yoy), dengan pertumbuhan 7,52% (yoy), sedikit melambat dibandingkan dengan periode sebelumnya sebesar 7,58% (yoy).

Pertumbuhan konsumsi terutama didorong oleh aktivitas konsumsi swasta dengan pertumbuhan sebesar 7,34% (yoy). Sementara konsumsi pemerintah tercatat tumbuh 7,88% (yoy).

Masih tumbuh positifnya aktivitas konsumsi dipengaruhi oleh adanya beberapa faktor pendorong seperti peringatan hari besar kegamaan (Idul Fitri) dan periode liburan sekolah meskipun dalam level yang rendah.

Q1 Sumb Q2 Sumb Q3 Sumb Q4 Sumb Q1 Sumb Q2 Sumb Q3 Sumb

Kons ums i 7.78 5.24 6.81 4.26 5.37 3.32 6.52 4.19 6.31 4.26 7.58 4.27 7.52 4.67 Kons ums i Swa s ta 7.46 3.30 6.92 2.83 5.94 2.40 5.86 2.67 8.88 3.93 8.27 3.37 7.34 2.93 Kons ums i Pemeri nta h 8.39 1.94 6.60 1.43 4.28 0.92 7.61 1.51 1.43 0.33 6.26 1.35 7.88 1.64 PMTB 9.28 2.12 8.67 1.93 1.24 0.30 -2.73 0.81 4.22 0.98 5.05 1.14 6.19 1.40 Stok -6.90 -0.07 7.33 0.07 28.22 0.28 30.73 0.16 -3.50 -0.03 4.70 0.05 3.13 0.04 Eks por -5.75 -3.09 -10.68 -5.89 2.15 1.51 6.16 -0.92 2.63 1.24 7.70 3.53 2.27 1.07 Impor -7.50 -3.38 -16.80 -6.88 -6.98 -2.05 -3.22 -1.07 -3.87 -1.50 6.68 2.12 0.19 0.06 PDRB 7.57 7.57 7.25 7.25 7.46 7.46 7.51 7.51 7.94 7.94 7.32 7.32 7.01 7.01 2013 Jenis Penggunaan 2014

(23)

Kondisi pertumbuhan konsumsi yang moderat cenderung lemah tercermin dari persepsi masyarakat terhadap kondisi ekonomi pada triwulan laporan yang menunjukkan penurunan. Hasil Survei Konsumen (SK) KPw BI Prov. Sulawesi Utara menunjukkan bahwa persepsi masyarakat pada periode triwulan III 2014 menunjukkan tren penurunan angka Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), khususnya pada periode Agustus 2014 yang mencapai angka 133,50, turun dari 146,9 pada Juni 2014. Namun demikian, di akhir periode (September 2014) angka IKK kembali menunjukkan adanya optimisme sebesar 148,17,yang terutama didorong oleh peningkatan ekspektasi konsumen akan adanya perbaikan kondisi ekonomi di masa yang akan datang, yang tercermin dari peningkatan angka Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dari 126 pada Juni 2014 menjadi 129,17 pada September 2014.

Grafik 1.3.

Indeks Penjualan Eceran Perkembangan Penjualan Kendaraan Roda Empat Grafik 1.4.

Sumber: Survei Penjualan Eceran (SPE) KPw BI Prov.Sulawesi Utara Sumber : Pelaku Usaha, diolah

Indikator aktivitas konsumsi yang masih positif juga tercermin dari perkembangan penjualan ritel beberapa kelompok usaha di kota Manado. Berdasarkan hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dilakukan oleh KPw BI Prov. Sulawesi Utara, terlihat adanya indikasi peningkatan penjualan yang tercermin dari peningkatan Indeks Penjualan Eceran dari 243,36 pada Juni 2014 menjadi 253,03 pada September 2014. Peningkatan angka indeks terutama berasal dari kelompok Kerajinan, seni dan mainan. Peningkatan angka indeks ini menunjukkan bahwa pedagang ritel dapat mengkonfirmasi bahwa aktivitas perdagangan eceran pada periode laporan masih tumbuh positif.

Indikator konsumsi swasta lainnya adalah perkembangan penjualan kendaraan roda empat di wilayah Sulawesi Utara. Berdasarkan prompt indicator yang diperoleh dari data penjualan kendaraan pada beberapa main dealer di Sulawesi Utara, pertumbuhan jumlah kendaraan terjual pada triwulan III 2014 masih menunjukkan pertumbuhan negatif meskipun membaik dibandingkan dengan periode sebelumnya.

(24)

Sejalan dengan perlambatan aktivitas konsumsi masyarakat, penyaluran kredit konsumsi oleh perbankan di Sulawesi Utara juga menunjukkan perlambatan dari 17% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 12% (yoy) pada triwulan laporan. Sementara jumlah kredit yang disalurkan pada triwulan III 2014 tercatat Rp16 triliun.

1.1.2 Investasi

Kegiatan investasi yang tercermin dari angka PMTB pada triwulan III 2014 tercatat tumbuh 6,19% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada periode sebelumnya yang tercatat 5,05% (yoy). Pertumbuhan investasi terutama didorong oleh aktivitas non bangunan yang masih berlanjut, meskipun sektor bangunan pada triwulan laporan justru menunjukkan pertumbuhan yang melambat.

Grafik 1.6.

Perkembangan Penjualan Semen

Grafik 1.7.

Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Sumber : KPw BI Prov. Sulawesi Utara

Indikator pertumbuhan investasi tercermin dari pertumbuhan penjualan semen yang menunjukkan peningkatan. Penjualan semen di Sulawesi Utara pada triwulan III 2014 tercatat tumbuh 18,11% (yoy), meningkat dibandingkan periode sebelumnya sebesar 4,76% (yoy). Dari sisi nominal, volume penjualan semen juga menunjukkan peningkatan dari 180 ribu ton pada triwulan II 2014 menjadi 184 ribu ton pada periode laporan.

Grafik 1.5.

Perkembangan Kredit Konsumsi

(25)

Sejalan dengan pertumbuhan sektor investasi, perkembangan kredit investasi yang disalurkan oleh perbankan di Sulawesi Utara juga menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 11% (yoy), lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya sebesar 4% (yoy). Dilihat dari nilainya, jumlah penyaluran kredit investasi pada triwulan III 2014 meningkat tipis Rp3,40 triliun menjadi Rp3,44 triliun.

1.1.3 Ekspor Impor

Kinerja perdagangan internasional di Sulawesi Utara masih menunjukkan kondisi instabilitas, tercermin dari kembali terkontraksinya pertumbuhan ekspor setelah tumbuh 7,70% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 2,27% (yoy) pada periode laporan. Kondisi kontraksi juga terjadi pada aktivitas impor yang tumbuh melambat dari 6,68% (yoy) menjadi 0,19% (yoy) pada triwulan III 2014.

Meskipun secara umum kinerja perdagangan internasional cenderung melambat, namun demikian nilai ekspor Sulawesi Utara pada triwulan III 2014 tercatat meningkat pada angka USD 933,08 juta, dari sebelumnya sebesar USD563,26 juta.Hal ini sejalan dengan mulai adanya kecenderungan peningkatan harga komoditas internasional khususnya minyak nabati (CPO).

Tabel 1.2.

Perkembangan Ekspor Sulawesi Utara (Juta USD)

Jika dilihat berdasarkan pangsa komoditi utama ekspor Sulawesi Utara, komoditi yang menjadi unggulan ekspor masih berasal dari produk olahan lemak dan minyak nabati dengan komposisi sebesar 78%, diikuti oleh ikan (8%), produk daging dan ikan olahan sebesar 5%, ampas (4%), produk kimia (2%) dan lainnya (3%).

Grafik 1.8

Pangsa Komoditi Utama Ekspor Sulawesi Utara

Grafik 1.9

Harga Komoditas International

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

Total Ekspor (Juta USD) 183.00 349.87 211.87 229.91 255.86 563.26 933.08 340.40%

2014

Uraian 2013 Growth (yoy)

(26)

Sementara itu, berdasarkan negara tujuan, ekspor Sulawesi Utara sampai dengan triwulan III 2014 masih didominasi oleh Amerika Serikat (31%), Belanda (27%), China (20%), dan Korea Selatan (11%).

Berbeda dengan kinerja ekspor luar negeri yang tumbuh positif, arus perdagangan dalam negeri yang tercermin dari kegiatan muat barang melalui pelabuhan Bitung tercatat mengalami pertumbuhan negatif meskipun dalam level yang lebih baik dibandingkan periode sebelumnya. Pada triwulan III 2014, volume barang asal Sulawesi Utara yang dikirim (muat) ke pasar domestik tercatat sebanyak 244 ribu ton atau tumbuh negatif 20,38% (yoy), lebih baik dibandingkan pertumbuhan sebelumnya yang tercatat minus 43,77% (yoy).

Grafik 1.10

Negara Tujuan Ekspor Jan-Sep 2014

Grafik 1.11.

Perkembangan Kegiatan Muat di Pelabuhan Bitung

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Sumber : PT Pelindo IV, Bitung

Sejalan dengan membaiknya kondisi ekspor luar negeri, aktivitas impor juga menunjukkan perbaikan dibandingkan periode sebelumnya. Pada triwulan III 2014, nilai impor tercatat mencapai USD92,88 Juta atau tumbuh 204% (yoy). Nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan periode triwulan II 2014 sebesar USD75,40 juta.

Berdasarkan komoditinya, impor komponen mesin merupakan komoditi impor terbesar dengan pangsa 49% dari total nilai impor, disusul oleh komoditas lainnya diantaranya bahan bakar mineral (9%), kapal laut (8%), besi dan baja (8%), dan benda besi baja (8%).

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

Total Impor (Juta USD) 10.00 56.64 30.53 23.50 42.59 75.40 92.88 204%

2014 2013

Uraian Growth (yoy)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Tabel 1.3.

Impor Sulawesi Utara (Juta USD)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

(27)

Berdasarkan negara asal barangnya, barang impor sampai dengan September 2014 lebih dominan didatangkan dari negara Amerika Serikat (31%), China (15%), Filipina (13%), dan Australia (13%).

Grafik 1.12

Pangsa Komoditi Utama Impor Sulawesi Utara

Grafik 1.13

Negara Asal Impor Sulawesi Utara

Sumber : BPS Prov. Sulawesi Utara, diolah Sumber : PT. Pelindo IV (Persero), Bitung

Berbeda dengan aktivitas impor antar negara yang menunjukkan adanya perbaikan, nilai impor antar daerah menunjukkan kondisi perlambatan yang tercermin dari penurunan volume bongkar barang di pelabuhan Bitung. Pada triwulan III 2014, total barang yang masuk ke Sulawesi Utara tercatat hanya 571 ribu ton, atau tumbuh negatif 21,33% (yoy). Angka impor tersebut terkontraksi lebih dalam dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 623 ribu ton dengan pertumbuhan minus 12,41% (yoy). 1.2 SISI PENAWARAN

Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2014 disumbang oleh seluruh sektor yang ada dengan tingkat pertumbuhan total sebesar 7,01% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan II 2014 sebesar 7,32% (yoy). Melambatnya perekonomian pada triwulan laporan terutama disebabkan oleh perlambatan sektor utama yaitu Perdagangan Hotel dan Restoran (PHR), Bangunan, Angkutan dan Komunikasi, serta sektor Keuangan, persewaan dan Jasa. Sementara sektor Jasa mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Relatif terbatasnya pelaksanaan MICE yang menjadi faktor

Grafik 1.14

Perkembangan Kegiatan Bongkar Pelabuhan

(28)

pendorong pergerakan sektor PHR dan Angkutan pada triwulan laporan, serta masih adanya kendala pembangunan infrastruktur pemerintah yang menahan pergerakan sektor bangunan, menjadi penyebab tertahannya laju pertumbuhan secara keseluruhan.

Tabel 1.4.

Laju Pertumbuhan Sulawesi Utara Menurut Sektor Ekonomi (%)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

1.2.1. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) masih menjadi pendorong utama perekonomian Sulawesi Utara yang ditunjukkan dengan kontribusi sebesar 1,98%, namun dengan pertumbuhan yang melambat dibandingkan periode sebelumnya. Pada triwulan III 2014, sektor PHR tumbuh 10,79% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan II 2014 yang tercatat sebesar 12,96% (yoy).

Dilihat berdasarkan sub sektornya, pertumbuhan sektor PHR pada triwulan II 2014 terutama berasal dari kegiatan Perdagangan Besar dan Eceran yang ditunjukkan dengan share 79%, diikuti oleh sub sektor Hotel (10%) dan sub sektor Restoran (9%).

Perlambatan sektor PHR disebabkan relatif terbatasnya aktivitas MICE pada tiwulan laporan dibandingkan dengan periode sebelumnya. Beberapa faktor yang masih menjadi pendorong pertumbuhan sektor PHR adalah pelaksanaan Hari Raya Idul Fitri dan peringatan Sulawesi Utara Emas. Pertumbuhan positif sektor PHR tercermin dari hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) KPw BI Provinsi Sulawesi Utara yang menunjukkan adanya peningkatan angka

Q1 Sumb Q2 Sumb Q3 Sumb Q4 Sumb Q1 Sumb Q2 Sumb Q3 Sumb

Pertani a n 2.46 0.43 2.29 0.43 3.19 0.59 6.95 1.13 1.03 0.18 1.98 0.35 4.05 0.70 Pertamba nga n & Pengga l i a n 4.08 0.21 5.17 0.25 6.75 0.32 4.92 0.24 2.01 0.10 3.66 0.18 4.61 0.22 Indus tri Pengol a ha n 4.85 0.39 5.27 0.40 4.47 0.34 2.25 0.17 4.17 0.32 4.98 0.37 3.22 0.24 Li s tri k, Ga s & Ai r Bers i h 4.26 0.04 16.13 0.13 19.21 0.15 19.42 0.14 5.83 0.05 4.00 0.03 4.23 0.04 Ba nguna n 7.87 1.26 5.48 0.88 5.32 0.85 2.40 0.41 4.33 0.68 7.75 1.21 6.19 0.96 PHR 10.70 1.86 11.40 1.95 12.04 2.12 15.22 2.76 14.37 2.56 12.96 2.31 10.79 1.98 Penga ngkutan & Komuni ka s i 9.30 1.15 7.10 0.91 6.39 0.84 5.29 0.70 12.43 1.55 9.93 1.27 9.88 1.29 Keu., Sewa & Ja s a Perus a ha a n 16.38 1.13 16.32 1.13 14.23 0.99 14.65 0.98 12.21 0.91 6.47 0.49 4.14 0.31 Ja s a -Ja s a 7.24 1.11 7.73 1.17 8.41 1.27 6.35 0.98 10.32 1.57 7.23 1.10 8.34 1.27

PDRB 7.57 7.57 7.25 7.25 7.46 7.46 7.51 7.51 7.94 7.94 7.32 7.32 7.01 7.01

2014

Lapangan Usaha 2013

Grafik 1.15. Indeks Penjualan Eceran

(29)

Indeks Penjualan Eceran dari 243,36 pada Juni 2014 menjadi 253,03 pada September 2014. Angka indeks terbesar berasal dari kelompok Kerajinan, Seni dan Mainan (827,87).

Data penjualan kendaraan di Sulawesi Utara juga masih menunjukkan adanya pertumbuhan dibandingkan periode sebelumnya, meskipun masih berada pada level pertumbuhan tahunan yang negatif. Dari sub sektor perhotelan, terlihat adanya perbaikan level pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dari minus 24,35% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi minus 3,70%(yoy) pada periode laporan. Total wisatawan yang berkunjung ke Sulawesi Utara pada triwulan III 2014 tercatat mencapai 5158 orang, lebih banyak dibandingkan periode triwulan II 2014 sebanyak 3931 orang.

Grafik 1.16.

Perkembangan Wisatawan Mancanegara

Grafik 1.17. Penjualan Kendaraan

Sumber : BPS Prov. Sulawesi Utara, diolah Sumber : Pelaku Usaha Dari segi pembiayaan, dukungan perbankan

kepada sektor PHR pada triwulan III 2014 masih cukup besar ditunjukkan dengan pertumbuhan sebesar 11% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tumbuh 5% (yoy). Sementara secara nominal, jumlah kredit yang disalurkan untuk sektor PHR pada triwulan III 2014 tercatat Rp6,74 triliun.

1.2.2. Bangunan

Setelah menunjukkan tren penguatan pada triwulan II 2014, pertumbuhan sektor bangunan pada triwulan III 2014 tercatat kembali melambat. Pada triwulan III 2014 pertumbuhan sektor bangunan tercatat 6,19% (yoy), sedikit melambat dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh 7,68% (yoy).

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Grafik 1.18.

(30)

Sumber : Kanwil DJPN Prov. Sulawesi Utara

Perlambatan pertumbuhan terutama disebabkan oleh adanya hambatan pembangunan infrastruktur pemerintah yang tercermin dari masih rendahnya penyerapan anggaran. Penyerapan APBD Prov. Sulawesi Utara untuk belanja modal pada triwulan III 2014 juga tercatat baru mencapai 36% dari total anggaran Rp509 miliar. Sementara, Penyerapan APBN Prov. Sulawesi Utara (termasuk didalamnya APBN 15 kab/kota) untuk belanja modal pada triwulan III 2014 tercatat baru mencapai 49% dari total anggaran Rp3,07 triliun yang terutama disebabkan oleh kendala lambatnya pembebasan lahan. Adanya kendala pembebasaan lahan untuk pembangunan jalan sangat signifikan dalam mempengaruhi penyerapan anggaran belanja modal APBN mengingat alokasi belanja modal terbesar merupakan pembiayaan untuk pembangunan Jalan, Irigasi dan Jaringan (77%). Beberapa pengembangan proyek strategis di Sulawesi Utara s/d triwulan III 2014 antara lain sebagai berikut :

Perlambatan sektor bangunan juga tercermin dari kegiatan pembangunan kawasaan pemukiman di kota Manado. Berdasarkan hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia terhadap 9 (sembilan) developer utama di kota Manado, total rumah yang dibangun pada triwulan III 2014 sebanyak 1497 unit, lebih sedikit dibandingkan dengan rumah yang dibangun pada triwulan II 2014 sebanyak 2063 unit.

No Kegiatan Pagu Realisasi %

1 Pemba nguna n Wa duk Lol a k da n Kuwi l Rp34,36 M Rp3,83 M 11,14%

2 Pemba nguna n Fa s i l i tas pel a buha n Bi tung Rp59,18 M Rp39,08 M 66,04%

3 Pemba nguna n Ba nda ra Mi a nga s da n Si a u Rp52,68 M Rp26,74 M 50,75%

4 Rekons truks i /Peni ngka tan Struktur Ja l a n da n

Jemba tan di Ta huna Rp133,96 M Rp74,59 M 55,68%

5 Pemba nguna n Ja l a n da n Jemba tan Ma na do

da n Ka b/Kota s eki tarnya , a ntara l a i n :

a . Rekons truks i Ja l a n 42,76 KM Rp163,90 M Rp87,67 M 53.49%

b. Pengga ntia n 8 Jemba tan Rp61,4 M Rp32,79 M 53.40%

c. Pemba nguna n Ja l a n Ba ru, Pembeba s a n l a ha n Gi ri a n-Kema , MANADO BYPASS (KAIRAGI-BENGKOL)

Rp70,66 M Rp34,79 M

49.24% d. Pemba nguna n Jemba tan Ba ru (Jemba tan

Soeka rno, 95 m) Rp90,96 M Rp32,05 M 35.24%

e. Pel eba ra n Ja l a n Rp191,54 M Rp84,72 M 44.23%

f. Pemba nguna n Ja l a n Beba s Ha mba tan Rp9,03 M - 0%

Tabel.1.5

Perkembangan Pembangunan Proyek Strategis Sulut Tw III 2014

(31)

Tabel 1.6

Perkembangan Pembangunan Rumah di kota Manado

Sumber : Survei Harga Properti Residensial (SHPR) KPw BI Prov. Sulawesi Utara

Sementara itu, secara umum pertumbuhan sektor bangunan yang masih positif tercermin dari Indikator penjualan semen di Sulawesi Utara yang menunjukkan peningkatan pertumbuhan, dari 4,76% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 18,11% (yoy) pada triwulan III 2014 atau secara nominal meningkat dari 180 ribu ton menjadi 184 ribu ton. Hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dilakukan KPw BI Prov. Sulawesi Utara juga menunjukkan bahwa Indeks Penjualan Bahan Konstruksi pada triwulan III 2014 meningkat dari 224,43 pada Juni 2014 menjadi 231,47 pada September 2014.

Grafik 1.19.

Perkembangan Penjualan Semen

Grafik 1.20

Indeks Penjualan Bahan Konstruksi

Sumber : Asosiasi Semen Indoensia Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE)

Dari sisi produksi, produsen utama produk seng di Sulawesi Utara juga mengonfirmasi masih adanya pertumbuhan positif sektor bangunan yang tercermin dari peningkatan jumlah produksi seng pada triwulan III 2014. Sementara dari sisi perbankan, data kredit yang disalurkan oleh perbankan Sulawesi Utara menunjukkan adanya peningkatan dukungan perbankan yang tercermin dari peningkatan pertumbuhan kredit dari 2% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 6% (yoy) pada triwulan laporan.

TW II 2013 TW III 2013 TW IV 2013 TW I 2014 TW II 2014 TW III 2014

Tipe Kecil 1589 923 1161 1242 1464 1184

Tipe Sedang 322 369 422 477 480 230

Tipe Besar 75 164 142 130 119 83

(32)

Grafik 1.21 Perkembangan Produksi Seng

Grafik 1.22

Perkembangan Kredit Konstruksi

Sumber : Pelaku Usaha

1.2.3. Sektor Pertanian

Kinerja sektor pertanian pada triwulan III 2014 tumbuh 4,05% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan II 2014 yang tercatat 1,98% (yoy). Membaiknya pertumbuhan sektor pertanian terutama didorong oleh sub sektor perikanan yang ditunjukkan dengan pertumbuhan mencapai 8,30% (yoy) pada triwulan III 2014, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan periode sebelumnya yang mencapai 5,05% (yoy). Sub sektor perikanan juga mencatat kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan III 2014 yaitu sebesar 0,35%, lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya sebesar 0,22%. Selanjutnya, kinerja sektor pertanian juga didukung oleh pertumbuhan sub sektor peternakan yang mencapai 5,47% (yoy) dengan kontribusi 0,1%, sub sektor tanaman bahan makanan (3,83%; 0,2%,yoy) dan sub sektor tanaman perkebunan (1,08%;0,06%,yoy). Sementara sub sektor kehutanan mencatat pertumbuhan negatif 5,15% (yoy) dengan kontribusi -0,01%. Perbaikan kinerja sub sektor perikanan terutama dipengaruhi oleh peningkatan hasil tangkapan nelayan menyusul kondisi cuaca yang relatif membaik. Perkiraan BMKG menunjukkan curah hujan di wilayah Sulawesi Utara hingga akhir triwulan III 2014 diperkirakan akan berada pada level menengah dengan kecenderungan rendah.

Indikasi peningkatan kinerja sub sektor perikanan terlihat dari perkembangan jumlah perikanan tangkap Sulawesi Utara pada triwulan III 2014 yang menunjukkan perbaikan pertumbuhan dari minus 44% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi minus 14% (yoy) pada triwulan III 2014. Sementara jumlah tangkapan ikan pada triwulan III 2014 tercatat 95 ribu ton, lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2014 sebanyak 53 ribu ton.

(33)

Tabel 1.23

Perkembangan Produksi Ikan Grafik 1.24 Perkembangan Produksi Kelapa

Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Berbeda dengan sub sektor perikanan yang tumbuh membaik, sub sektor perkebunan justru menunjukkan perlambatan pertumbuhan dari 2,71% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 1,08% (yoy). Hal ini terkonfirmasi dari data perkembangan produksi tanaman kelapa yang menunjukkan adanya perlambatan pertumbuhan dari 6,39% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi negatif 2,25% (yoy) pada triwulan III 2014. Namun demikian, meskipun cenderung dengan pertumbuhan yang melambat, jumlah produksi kelapa tercatat meningkat dari 63 ribu ton pada triwulan II 2014 menjadi 66 ribu ton pada triwulan III 2014.

Dukungan perbankan terhadap perkembangan sektor pertanian masih relatif rendah. Hal ini tercermin dari pertumbuhan jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan Sulawesi Utara yang melambat dari negatif 5% (yoy) menjadi negatif 6% (yoy). Dilihat dari nominalnya, jumlah kredit yang disalurkan pada triwulan III 2014 tercatat Rp517 miliar, lebih rendah dibandingkan penyaluran pada triwulan II 2014 sebesar Rp545 miliar.

1.2.4. Sektor lainnya A. Sektor Jasa-jasa

Kinerja sektor jasa pada triwulan III 2014 tumbuh 8,34% (yoy), meningkat dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,23% (yoy) dengan sumbangan sebesar 1,27% terhadap total pertumbuhan triwulan laporan.

Grafik 1.25.

(34)

Tabel 1.7

Perkembangan Lalu Lintas Penumpang dan Kargo di Bandara Sam Ratulangi

Sektor jasa menjadi sektor utama yang mencatat pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode sebelumnya. Dilihat berdasarkan sub sektornya, sektor jasa masih didorong oleh pertumbuhan aktivitas jasa pemerintahan yang ditunjukkan dengan kontribusi mencapai 0,91%, lebih tinggi dibandingkan kontribusi aktivitas jasa swasta yang tercatat 0,36%. Pertumbuhan sektor jasa-jasa juga tercermin dari perbaikan pertumbuhan dukungan pembiayaan

perbankan. Pertumbuhan penyaluran kredit sektor jasa pada triwulan III 2014 tumbuh 68% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan periode sebelumnya sebesar 54% (yoy), dengan jumlah kredit yang disalurkan pada periode laporan sebesar Rp499 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah penyaluran kredit pada triwulan II 2014 sebesar Rp439 miliar. B. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Sektor Angkutan dan Komunikasi pada triwulan III 2014 tumbuh 9,88% (yoy), sedikit melambat dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat tumbuh 9,93% (yoy) dengan kontribusi mencapai 1,29%. Dilihat berdasarkan sub sektornya, pertumbuhan sektor ini terutama berasal dari sub sektor angkutan (1,15%), sementara kontribusi sub sektor komunikasi hanya sebesar 0,14%.

Perlambatan pertumbuhan pada triwulan III 2014 tercermin dari data arus kargo datang dan berangkat di bandara Sam Ratulangi. Jumlah kargo yang masuk ke Sulawesi Utara pada triwulan III 2014 tercatat sebanyak 2082 ton, lebih rendah dibandingkan dengan jumlah kargo yang masuk pada triwulan II 2014 yang tercatat 2284 ribu ton atau tumbuh 17% (yoy). Perlambatan juga tercermin dari jumlah kargo yang berangkat dari bandara Sam Ratulangi yang menurun dari 782 ribu kg menjadi 669 ribu kg. Sementara data arus penumpang masih menunjukkan adanya peningkatan aktivitas baik dari sisi jumlah penumpang yang datang maupun berangkat di bandara Sam Ratulangi.

Grafik 1.26

Perkembangan Kredit Sektor Jasa-jasa

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Sumber: PT. Angkasa Pura II, Sulawesi Utara

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

Penumpang Datang (orang) 162,888 276,516 392,437 290,689 216,336 236,018 261,756 -33.30% Penumpang Berangkat (orang) 262,609 278,629 390,053 277,150 228,609 239,743 257,766 -33.92% Kargo Datang (kg) 1,754,492 1,845,718 1,770,487 2,440,699 2,208,863 2,284,495 2,081,959 17.59% Kargo Berangkat (kg) 1,005,130 1,075,263 932,232 935,385 877,551 782,141 669,406 -28.19% Kargo Penumpang Jenis Pengangkutan Growth (YoY) 2014 2013

(35)

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Grafik 1.27

Perkembangan Kredit Sektor Transportasi & Komunikasi

Sejalan dengan perlambatan pertumbuhan sektor angkutan dan komunikasi, dukungan kredit perbankan terhadap sektor ini juga menunjukkan adanya perlambatan. Kredit sektor angkutan dan komunikasi pada triwulan III 2014 tercatat tumbuh 12% (yoy), melambat dibandingkan triwulan II 2014 yang tumbuh 17% (yoy). Secara nominal, jumlah kredit yang disalurkan pada triwulan III 2014 tercatat Rp330 miliar, lebih rendah dibandingkan triwulan II 2014 sebesar Rp333 miliar.

C. Sektor Industri Pengolahan

Kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan III 2014 menunjukkan pertumbuhan melambat dari 4,98% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 3,22% (yoy) pada triwulan laporan. Perlambatan tercermin dari hasil Survei Produksi yang dilakukan oleh KPw BI Prov. Sulawesi Utara terhadap pelaku usaha industri pengolahan yang menunjukkan adanya penurunan produksi minyak nabati pada triwulan III 2014 dibandingkan dengan triwulan II 2014.

Grafik 1.28

Perkembangan Produksi Minyak Nabati

Grafik 1.29

Perkembangan Kredit Sektor Industri

Sumber : Survei Produksi (SP) KPw BI Prov. Sulawesi Utara

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Berbeda dengan pertumbuhan sektor industri pengolahan yang menunjukkan kondisi perlambatan, kinerja perbankan Sulawesi Utara dalam menyalurkan kredit kepada sektor industri pengolahan masih menunjukkan pertumbuhan yang meningkat dari 18% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 21% (yoy) pada triwulan III 2014. Secara nominal, jumlah kredit yang disalurkan oleh perbanakn di Sulawesi Utara pada triwulan III 2014 tercatat Rp1,3 triliun.

(36)

Grafik 1.30

Perkembangan Penyaluran Kredit Perbankan

D. Sektor Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan Kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan III 2014 tumbuh 4,14% (yoy) dengan sumbangan 0,31%, melambat dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat tumbuh 6,47% (yoy). Perlambatan kinerja sektor ini terutama dipengaruhi oleh melambatnya kinerja sub sekor perbankan seiring dengan kebijakan pengereman kredit yang diberlakukan oleh Bank Indonesia. Adanya pelambatan di sektor perbankan

memberikan andil cukup besar terhadap pertumbuhan sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan karena sub sektor perbankan memiliki share terbesar yang mencapai 54% pada triwulan laporan, diikuti oleh sub sektor real estat (28%) dan jasa perusahaan (13%)..

Sementara itu, indikator pertumbuhan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan lainnya yaitu perkembangan jumlah perbankan yang beroperasi di Sulawesi Utara menunjukkan adanya penambahan 1 (satu) kantor cabang bank umum pada periode laporan.

E. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Meskipun secara kontribusi sektoral pertumbuhan sektor pertambangan relatif rendah terhadap pertumbuhan Sulawesi Utara secara keseluruhan, namun demikian kinerja sektor pertambangan pada triwulan III 2014 tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya. Pertumbuhan Sektor Pertambangan pada triwulan III 2014 tercatat mencapai 4,61% (yoy) dengan sumbangan sebesar 0,22% terhadap total pertumbuhan, lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat tumbuh 3,66% (yoy).

Sektor pertambangan dan penggalian di Sulawesi Utara masih didominasi oleh usaha di bidang penggalian. Hal ini terkait dengan relatif rendahnya potensi pertambangan baik migas maupun non migas yang ada di Sulawesi Utara. Berdasarkan sharenya pada PDRB, usaha penggalian

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

Jumlah Bank Umum*) 26 27 27 27 28 28 28

Jumlah Kantor Bank Umum 264 268 271 272 272 272 278

Jumlah BPR 17 17 17 17 17 17 17

Jumlah kantor BPR 49 51 50 51 52 52 52

Ket: *) Ko nvensio nal dan Syariah

2014 2013

Data Bank

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Tabel 1.8

(37)

tercatat memiliki share mencapai 70%, diikuti dengan sektor pertambangan non migas (23%) dan pertambangan migas (4%).

Masih belum signifikannya kontribusi sektor pertambangan terhadap perekonomian Sulawesi Utara tercermin juga dari dukungan perbankan dalam bentuk penyaluran kredit kepada pelaku usaha di sektor pertambangan yang masih rendah. Jumlah kredit yang disalurkan pada triwulan III 2014 tercatat Rp85 miliar atau tumbuh negatif 93% (yoy).

F. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih

Sektor listrik, gas dan air bersih merupakan sektor yang memiliki kontribusi terkecil terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara. Pada periode laporan, kontribusi sektor LGA terhadap perekonomian tercatat hanya sebesar 0,04% (yoy). Meskipun demikian, pertumbuhan sektor LGA pada triwulan laporan tercatat membaik dari 4,00% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 4,23% (yoy) pada triwulan III 2014. Komponen pembentuk pertumbuhan sektor LGA pada triwulan III 2014 terutama berasal dari sub sektor listrik yang ditunjukkan dengan share sebesar 82%, diikuti oleh sub sektor air bersih (18%).

Grafik 1.32

Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Perkembangan Jumlah Pemakaian Listrik Grafik 1.33

Sumber: PT. PLN Kanwil Sulawesi Utaraenggo, diolah

Sumber: PT. PLN Kanwil Sulawesi Utaraenggo, diolah Pertumbuhan sektor listrik, gas dan air bersih dapat dikonfirmasi dari pertumbuhan jumlah pelanggan listrik dan jumlah pemakaian listrik di Sulawesi Utara. Pertumbuhan pemakaian listrik pada triwulan III 2014 tercatat mencapai 10% (yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan II 2014 sebesar 7% (yoy) di tengah adanya penurunan jumlah ketersediaan listrik dan perlambatan pertumbuhan jumlah pelanggan. Penurunan jumlah listrik yang tersedia telah terjadi sejak awal tahun 2014, yang berdampak pada penurunan layanan

Grafik 1.31

Perkembangan Kredit Sektor Pertambangan

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

(38)
(39)

PERKEMBANGAN

INFLASI DAERAH

(40)
(41)

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Tekanan inflasi di Provinsi Sulawesi Utara mereda di triwulan III 2014 yang sejalan dengan tren perlambatan inflasi nasional maupun wilayah Sulawesi-Maluku-Papua (Sulampua). Inflasi Provinsi Sulawesi Utara yang diwakili oleh Kota Manado tercatat sebesar 4,00% (yoy) di akhir triwulan III 2014, atau menurun dibandingkan inflasi triwulan II 2014 yang sebesar 6,27% (yoy). Dengan pencapaian tersebut, inflasi tahunan Kota Manado masih berada di bawah angka inflasi nasional yang tercatat sebesar 4,53% (yoy), namun sedikit di atas wilayah Sulampua yang mengalami inflasi sebesar 3,84% (yoy).

Inflasi bulanan Kota Manado sepanjang triwulan III 2014 bergerak mengikuti pola musiman yang melonjak seiring bulan Ramadhan, hari raya Idul Fitri, dan musim liburan sekolah di awal triwulan, diikuti deflasi pada 2 bulan berikutnya. Tekanan inflasi yang mulai meningkat di akhir triwulan II 2014 mencapai puncaknya pada bulan Juli seiring hari raya Idul Fitri dan musim liburan yang masih berlangsung. Inflasi bulan Juli 2014 mencapai 0,85% (mtm) yang disusul deflasi sebesar 0,26% (mtm) di bulan Agustus. Inflasi mulai merambat naik pada bulan September 2014 meski masih mencatat deflasi sebesar 0,03% (mtm), disebabkan oleh tekanan harga cabai serta kenaikan LPG 12 kg dan tarif listrik rumah tangga di tengah berlanjutnya koreksi harga bahan pangan.

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, meredanya tekanan inflasi secara tahunan disebabkan perlambatan kelompok volatile foods dan administered prices seiring koreksi harga pangan pasca Idul Fitri dan meredanya efek kenaikan BBM bersubsidi. Sementara itu inflasi inti (core inflation) juga mengalami perlambatan didorong penurunan tekanan domestik, tekanan eksternal yang minim, serta penurunan ekspektasi inflasi.

Grafik 2.1.

Laju Inflasi Kota Manado, Sulampua & Nasional (yoy)

Grafik 2.2.

Laju Inflasi Kota Manado, Sulampua & Nasional (qtq)

4,00% 3,84% 4,53% -2% 0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3 2009 2010 2011 2012 2013 2014

yoy Manado yoy Sulampua yoy Nasional

0,56% 1,53%1,68% -3% -2% -1% 0% 1% 2% 3% 4% 5% Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3 2009 2010 2011 2012 2013 2014

qtq Manado qtq Sulampua qtq Nasional

(42)

2.1. PERKEMBANGAN INFLASI

2.1.1 INFLASI TAHUNAN (yoy)

Laju inflasi tahunan Provinsi Sulawesi Utara yang diwakili Kota Manado mengalami perlambatan pada triwulan III 2014 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Inflasi pada triwulan laporan tercatat sebesar 4,00% (yoy) atau menurun dibanding triwulan II 2014 yang mencapai 6,27% (yoy). Inflasi Kota Manado yang melambat didorong oleh meredanya tekanan permintaan bahan pangan pasca hari raya keagamaan dan berlalunya dampak kenaikan harga BBM bersubsidi yang diberlakukan pada bulan Juni 2013. Penurunan tingkat inflasi Kota Manado sejalan dengan berlanjutnya tren perlambatan inflasi nasional dan wilayah Sulawesi, Maluku, Papua (Sulampua). Pada triwulan II 2014 angka inflasi Kota Manado berada di bawah inflasi nasional yang tercatat sebesar 4,53% (yoy) namun sedikit di atas inflasi wilayah Sulampua yang sebesar 3,84% (yoy) (grafik 2.1).

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

1 Bahan Makanan 16,54 7,60 12,92 13,33 3,89 9,45 2,79

2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 2,97 3,06 2,24 2,67 2,61 2,27 3,42 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 3,27 2,48 4,13 4,73 7,90 7,76 6,83

4 Sandang 1,19 -0,20 0,55 -0,04 2,67 3,76 2,31

5 Kesehatan 0,95 2,03 2,82 2,96 2,48 2,84 3,31

6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 8,56 8,47 0,70 1,15 1,66 2,26 2,32 7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 1,45 8,46 18,02 17,92 11,71 7,37 2,73

6,83 4,95 7,73 8,12 5,67 6,27 4,00 2014

2013 No Kelompok

Umum

Berdasarkan kelompok barang dan jasa, inflasi paling tinggi di triwulan III 2014 terjadi pada kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar yang juga merupakan penyumbang inflasi terbesar dengan inflasi tercatat mencapai 6,83% (yoy) dan sumbangan 1,97% terhadap inflasi tahunan (grafik 2.3). Inflasi pada kelompok ini didorong oleh kenaikan harga LPG 12 kg (Januari & September 2014), penyesuaian tarif listrik rumah tangga (Mei, Juli & September 2014), serta kenaikan upah tukang bangunan di awal tahun 2014.

Sementara itu inflasi kelompok Bahan Makanan, kelompok Sandang, dan kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan tercatat mengalami penurunan pada triwulan III 2014 dibanding triwulan sebelumnya seiring meredanya tekanan permintaan pasca hari raya Idul Fitri dan musim liburan sekolah yang telah usai, serta berlalunya dampak kenaikan BBM bersubsidi tahun 2013 (tabel 2.1). Kelompok lain yang mengalami peningkatan inflasi adalah Makanan/Minuman Jadi dan Kesehatan, sedangkan kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga relatif stabil.

Tabel 2.1.

Inflasi Tahunan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)

(43)

Dilihat dari komoditasnya, tiga penyumbang utama inflasi tahunan berasal dari kelompok Perumahan & Bahan Bakar, yaitu bahan bakar rumah tangga, tukang bukan mandor dan tarif listrik. Bahan bakar rumah tangga tercatat mengalami inflasi 29,20% (yoy) dengan sumbangan sebesar 0,54% terhadap inflasi tahunan yang didorong kenaikan harga LPG 12 kg di bulan Januari dan September 2014. Inflasi tukang bukan mandor mencapai 13,81% (yoy) dengan sumbangan 0,50% yang disebabkan kenaikan upah tukang bangunan di awal tahun seiring kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) tahun 2014.

Kebijakan penyesuaian tarif listrik rumah tangga berdaya besar (di atas 6.600 VA) yang berlaku sejak Mei 2014 disertai kenaikan tarif listrik rumah tangga daya menengah (1.300-5500 VA) yang diberlakukan bertahap sejak Juli 2014, memicu inflasi tahunan tarif listrik mencapai 13,06% (yoy) dengan sumbangan 0,42%. Di sisi lain, di tengah meredanya tekanan permintaan bahan pangan pasca Lebaran, beberapa komoditas bahan makanan mengalami deflasi yang menahan laju inflasi umum, terutama bawang merah dan cabai rawit. Meski demikian, harga tomat sayur belum kembali ke level normalnya sehingga masih mengalami inflasi tahunan yang tinggi di triwulan laporan. (Tabel 2.2)

Tabel 2.2.

Komoditas Penyumbang Inflasi Tahunan Kota Manado

Grafik 2.3

Inflasi & Sumbangan per Kelompok September 2014 KOMODITAS Inflasi/Deflasi (%) Andil (%)

BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA 29,20 0,54

TUKANG BUKAN MANDOR 13,81 0,50

TARIP LISTRIK 13,06 0,42 TOMAT SAYUR 68,44 0,42 ANGKUTAN UDARA 42,11 0,29 BERAS 3,31 0,17 PAKET LIBURAN 38,86 0,17 AIR KEMASAN 21,00 0,16

BIJI NANGKA / KUNIRAN 49,02 0,13

CAPCAI 31,08 0,09

PEPAYA -5,71 -0,02

BAYAM -37,09 -0,02

TELUR AYAM RAS -6,20 -0,02

DAGING AYAM RAS -4,97 -0,03

CAKALANG ASAP -10,36 -0,04 GULA PASIR -4,27 -0,04 EMAS PERHIASAN -6,47 -0,04 DAUN BAWANG -23,65 -0,06 CABAI RAWIT -25,05 -0,22 BAWANG MERAH -46,07 -0,52 Inflasi Deflasi 2,79 3,42 6,83 2,31 3,31 2,32 2,73 0,61 0,58 1,97 0,13 0,14 0,16 0,42 0 2 4 6 8 Bahan Makanan Makanan jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transportasi

Andil Inflasi (yoy) September 2014

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

2.1.2 INFLASI TRIWULANAN (qtq)

Sejalan dengan perlambatan inflasi tahunan, inflasi triwulanan Kota Manado kian melambat di triwulan III 2014. Inflasi pada triwulan laporan tercatat sebesar 0,56% (qtq), menurun dibanding triwulan II 2014 yang mengalami inflasi 0,82% (qtq). Perlambatan inflasi triwulanan

(44)

disebabkan oleh deflasi bahan makanan, sandang, dan transportasi pasca hari raya keagamaan dan musim liburan. Kendati demikian, tekanan inflasi makanan jadi dan perumahan tercatat meningkat sebagai dampak dari kenaikan LPG dan tarif listrik.

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

1 Bahan Makanan 6,45 -5,21 6,70 5,27 -2,19 1,28 -0,51

2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0,78 0,59 0,42 0,85 1,21 0,26 1,41 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 1,30 0,54 1,96 0,85 4,22 0,31 1,43

4 Sandang -0,84 -1,33 2,55 -0,37 0,97 0,90 -0,03

5 Kesehatan 0,32 1,12 1,24 0,25 0,56 1,23 1,28

6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0,13 0,06 0,45 0,51 0,31 0,66 0,38 7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan -0,22 7,52 9,66 0,24 0,82 1,69 -0,37

2,34 -0,51 4,09 2,01 1,15 0,82 0,56 2014

2013 No Kelompok

Umum

Berdasarkan kelompoknya, sumbangan inflasi terutama berasal dari kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar dan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau yang mengalami inflasi masing-masing sebesar 1,43% (qtq) dan 1,41% (qtq) dengan sumbangan sebesar 0,42% dan 0,24% terhadap inflasi umum. Di sisi lain, penahan inflasi berasal dari kelompok Bahan Makanan dan Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan yang mengalami deflasi masing-masing sebesar 0,51% (qtq) dan 0,37% (qtq) dengan sumbangan sebesar -0,11% dan -0,06%. Sementara itu 3 kelompok lainnya memberi sumbangan inflasi/deflasi yang relatif terbatas terhadap inflasi triwulanan.

2.1.3 INFLASI BULANAN (mtm) 0,27% 0,14% -0,03% -3% -2% -1% 0% 1% 2% 3% 4% 5% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2012 2013 2014

mtm Manado mtm Sulampua mtm Nasional

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Tabel 2.3

Inflasi Triwulanan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

Grafik 2.4

Gambar

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi  Provinsi Sulawesi Utara (yoy)
Grafik 7.2  Indeks Penjualan Eceran
Grafik 7.6  Perkembangan Produksi Ikan
Grafik 7.6  Indeks Keyakinan Konsumen

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi pertumbuhan pada sektor PHR juga sejalan dengan perkembangan penyaluran kredit PHR di perbankan wilayah Maluku yang pada triwulan laporan mencatat pertumbuhan

Akan tetapi disisi lain, konsumsi masyarakat masih didukung oleh kredit perbankan, dimana tercatat kredit konsumsi meningkat 29,89% (yoy), lebih tinggi dibandingkan

Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2017 akan ditopang oleh peningkatan sektor pertanian seiring dengan membaiknya perikanan tangkap dan

Pertumbuhan sektor jasa ini juga didukung oleh pertumbuhan kredit perbankan sektor jasa yang tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 16,97% (qtq) pada triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode November 2017 Memperkuat Momentum Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Selatan 19 1.3.1 Lapangan Usaha

Perkembangan sektor industri pengolahan tak lepas pula dari dukungan pembiayaan oleh perbankan, sampai dengan akhir triwulan I-2010 jumlah kredit yang disalurkan pada sektor

Pertumbuhan sektor ini pada triwulan laporan tercatat mengalami perlambatan dari 25,15% pada triwulan I-2010 menjadi sebesar 14,46% (yoy), namun diperkirakan lebih tinggi

Seiring dengan pertumbuhan DPK, kredit perbankan di Provinsi Sumatera Utara pada triwulan IV-2013 juga mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya...