• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN EKONOMI REGIONAL"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

0

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Provinsi Sulawesi Utara

Triwulan I – 2010

(2)

1

Kata Pengantar

Sesuai Pasal 7 UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dijelaskan bahwa tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Guna mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia mempunyai 3 (tiga) tugas yaitu menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran serta mengatur dan mengawasi bank. Sejalan dengan itu dan diperkuat oleh momentum otonomi daerah, setiap Kantor Bank Indonesia (KBI) yang berada di daerah, termasuk KBI Manado dituntut berperan sebagai ”economic intelligent and research unit” yang diharapkan mampu memberikan informasi ekonomi dan keuangan daerah yang akurat, menyeluruh, dan terkini sebagai bahan masukan Kantor Pusat Bank Indonesia dalam perumusan dan penetapan kebijakan moneter yang tepat sasaran. Penyajian informasi ekonomi dan keuangan daerah tersebut, disusun dalam bentuk Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Sulawesi Utara secara triwulanan, yang berisi analisis mengenai kondisi makro ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta prospeknya ekonomi di triwulan mendatang.

Di samping itu, dalam rangka meningkatkan akuntabilitas Bank Indonesia melalui penyampaian informasi mengenai kondisi perekonomian dan keuangan kepada stakeholder maka KBI perlu menyampaikan informasi dimaksud kepada stakeholder di daerah seperti pemerintah daerah, lembaga pendidikan, institusi keuangan, dan lembaga lainnya di daerah. Kami senantiasa mengharapkan masukan dan saran untuk meningkatkan kualitas dan manfaat laporan di masa yang akan datang. Akhir kata, kiranya laporan ini dapat memberikan manfaat bagi yang berkepentingan dan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini kami ucapkan terima kasih.

Manado, 31 Maret 2010

BANK INDONESIA MANADO

Ramlan Ginting Pemimpin

(3)

2

Daftar Isi

RINGKASAN EKSEKUTIF halaman 5

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL halaman 13 Sisi Permintaan halaman 14 Sisi Penawaran halaman 23

Boks 1. Kondisi Sektor Industri Pengolahan di Triwulan I-2010 dan Prospeknya Dalam Menghadapi Perdagangan Bebas ASEAN Cina (ASEAN China Free Trade Area)

halaman 32

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH halaman 38 Inflasi Tahunan (yoy) halaman 38 Inflasi Triwulanan (qtq)

Inflasi Bulanan (mtm)

halaman 39 halaman 40

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH halaman 43 Fungsi Intermediasi halaman 44 Risiko Kredit halaman 53 Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat halaman 55

Boks 2. Pengaruh Perdagangan Bebas ASEAN Cina Terhadap Potensi Pembiayaan Daerah

Halaman 57

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH halaman 59 Dana Perimbangan halaman 59 Perkembangan APBD Provinsi halaman 61

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 65 Perkembangan Aliran Uang Kartal halaman 65 Penemuan Uang Palsu halaman 68 Perkembangan Kliring Lokal (Tunai) halaman 69 RTGS (Real Time Gross Settlement) halaman 69

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

halaman 71

Pengangguran halaman 71 Kemiskinan halaman 75 Rasio Gini halaman 77 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) halaman 78

(4)

3

PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI halaman 80 Prospek Pertumbuhan Ekonomi halaman 80 Prakiraan Inflasi halaman 82 Prospek Perbankan Halaman 83

(5)

4 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi :

Kantor Bank Indonesia Manado Jl. 17 Agustus No. 56

Ph. 0431-868102, 868103, 868108 Fax. 0431 - 866933

Email : [email protected] [email protected]

(6)

5

RINGKASAN EKSEKUTIF

Perkembangan Makro Ekonomi Regional

Secara umum, perekonomian nasional pada triwulan I-2010 terus menunjukan perkembangan yang semakin baik. Perbaikan tersebut ditopang oleh meningkatnya optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi domestik dan global, serta terjaganya kestabilan makroekonomi domestik. Sejalan dengan hal tersebut, kinerja pasar keuangan global terus membaik, dampak krisis utang Dubai World dan krisis fiskal Yunani berlangsung singkat dan rambatannya bersifat minimal terhadap pasar keuangan dunia. Di sisi domestik, kinerja ekspor diperkirakan mengalami peningkatan seiring dengan perbaikan ekonomi global dan membaiknya harga komoditas internasional. Konsumsi rumah tangga masih tumbuh pada level tinggi, didorong oleh stabilnya daya beli masyarakat serta ekspektasi konsumen yang masih terjaga. Sejalan dengan hal tersebut, investasi diperkirakan juga akan membaik didukung oleh peningkatan investasi swasta dan upaya pemerintah untuk mendorong proyek infrastruktur dalam bidang energi, transportasi dan telekomunikasi. Dengan semakin membaiknya kondisi tersebut, ekonomi domestik secara tahunan di triwulan I-2010 diperkirakan tumbuh 5,7%.

Berbagai indikator ekonomi Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan I-2010 tak terlepas dari perkembangan kondisi makro ekonomi Indonesia yang menunjukan perkembangan positif. Optimisme masyarakat terhadap pemulihan ekonomi nasional dan regional menunjukan peningkatan tercermin dari indeks keyakinan konsumen (IKK) dari hasil Survey Ekspektasi Konsumen (SEK) Kota Manado. Peningkatan rasa optimisme ini didorong oleh adanya kenaikan UMP dan aktivitas persiapan pilkada yang pada tahap berikutnya akan mendorong peningkatan kegiatan konsumsi. Tanda-tanda pemulihan ekspor dan meningkatnya kegiatan Secara umum, perekonomian

nasional pada triwulan I-2010 terus mnenunjukan

perkembangan yang semakin baik.

Berbagai indikator ekonomi Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan I-2010 tak terlepas dari perkembangan kondisi makro ekonomi Indonesia...

(7)

6 konsumsi masyarakat mendorong pelaku usaha untuk menanamkan investasinya di Sulawesi Utara. Mengacu data baik primer maupun sekunder serta merujuk hasil survei yang dilakukan oleh Kantor Bank Indonesia Manado, maka laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan I-2010 diperkirakan berada pada level 6,7% (yoy) masih lebih tinggi dibandingkan perkiraan laju pertumbuhan ekonomi nasional.

Berdasarkan sektor ekonominya, pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2010 disumbangkan secara merata oleh seluruh sektor yang ada. Kinerja sektor pertanian dan industri pengolahan diperkirakan akan mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Peningkatan ini salah satunya didorong oleh pemberlakuan ASEAN China Free Trade Area (ACFTA) yang memberikan peluang bagi komoditi unggulan di Sulut khususnya ikan olahan dan produk kelapa dan turunannya untuk memperluas pasarannya ke negara China dan ASEAN. Sementara itu, kinerja sektor perdagangan, hotel dan restaurant (PHR), sektor bangunan dan sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan I-2009 diperkirakan akan mengalami sedikit perlambatan. Hal ini antara lain disebabkan oleh ketiadaan even berskala besar dibandingkan periode yang sama tahun lalu sehingga aktivitas pembangunan infrastruktur, sarana/prasarana lainnya menunjukan tren perlambatan, yang pada tahap selanjutnya akan berdampak terhadap perlambatan kegiatan perdagangan dan kunjungan wisatawan.

Perkembangan Inflasi Daerah

Laju inflasi tahunan Kota Manado pada triwulan I – 2010 cenderung menurun bila dibandingkan periode sebelumnya. Inflasi Kota Manado pada triwulan I – 2010 tercatat sebesar 1,84% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya dan periode yang sama tahun lalu yang tercatat 8,85% (yoy). Penurunan laju inflasi tahunan Sulawesi Utara selama triwulan I – 2010 disebabkan baik Berdasarkan sektor ekonominya,

pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2010 disumbangkan oleh seluruh sektor...

Laju inflasi tahunan Kota Manado pada triwulan I-2010 cenderung menurun...

(8)

7 oleh faktor fundamental maupun non fundamental. Faktor fundamental diantaranya adalah apresiasi rupiah terhadap dollar AS seiring dengan semakin derasnya aliran modal dari luar negeri masuk ke Indonesia, kembali stabilnya harga beras setelah dipenghujung Tahun 2009 lalu sempat meningkat seiring dengan tingginya kebutuhan menjelang dan pada saat perayaan keagamaan dan Tahun Baru 2010 serta kembali normalnya pola permintaan masyarakat selama triwulan I - 2010. Sedangkan faktor non fundamental yang menyebabkan melemahnya tekanan inflasi adalah tidak adanya kebijakan pemerintah terkait harga yang signifikan mempengaruhi laju inflasi barang dan jasa secara umum.

Berdasarkan kelompoknya, penurunan inflasi selama Triwulan I – 2010 terutama disumbangkan oleh kelompok bahan makanan yang mengalami deflasi -2,19% (yoy). Sedangkan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mencatat inflasi tertinggi selama triwulan laporan yang mencapai 8,13% (yoy) yang disusul oleh kelompok kesehatan sebesar 4,98% (yoy). Inflasi terendah dicatat oleh kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar yang tercatat sebesar 1,45% (yoy).

Perkembangan Perbankan Daerah

Secara umum perkembangan berbagai indikator perbankan di Sulawesi Utara pada triwulan I-2010 menunjukan perkembangan yang cukup baik. Laju pertumbuhan dari total aset, dana pihak ketifa (DPK) dan kredit tercatat mengalami pertumbuhan yang positif, walaupun lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, fungsi intermediasi perbankan memperlihatkan tren peningkatan sejak awal triwulan II-2009 sampai dengan triwulan laporan, yang tercermin dari meningkatnya prosentase Loan To Deposit Ratio (LDR) yang mencapai 106,12% di triwulan I-2010. Sejalan dengan hal tersebut, kualitas kredit yang disalurkan perbankan semakin membaik, yang ditunjukan oleh turunnya rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan) dari 3,86% pada Triwulan I-2009 menjadi Secara umum perkembangan

berbagai indikator perbankan di Sulawesi Utara pada triwulan I-2010 menunjukkan

perkembangan yang cukup baik. Berdasarkan kelompoknya, pernurunan inflasi selama triwulan I-2010 terutama disumbangkan oleh kelompok bahan makanan...

(9)

8 3,57% pada triwulan I-2010. Sementara itu, kredit UMKM juga terus menunjukan perkembangan yang cukup signifikan, ditandai dengan meningkatnya pangsa kredit UMKM terhadap total kredit yang mencapai 80,83%, disertai oleh membaiknya kualitas kredit UMKM yang pada triwulan laporan tercatat sebesar 3,49%.

Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di wilayah Sulawesi Utara selama triwulan I-2010 mengalami peningkatan jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu, tercermin dari naiknya total aset, DPK, dan jumlah kredit yang berhasil disalurkan. Peningkatan beberapa indikator ini juga dibarengi dengan membaiknya rasio

Loan To Deposit Ratio (LDR). Namun demikian, kenaikan rasio LDR

ini tidak diiringi dengan perbaikan pada kualitas kreditnya, hal ini tercermin dari kenaikan rasio Non Performing Loan (NPL) BPR.

Perkembangan Keuangan Daerah (APBD)

Alokasi transfer dana dari pemerintah pusat yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) ke Provinsi/Kab/Kota di wilayah Sulawesi Utara pada Tahun 2010 diperkirakan mencapai Rp5,68 Triliun atau naik 0,12% dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan komponen penyusunnya, kenaikan transfer dana dari pemerintah pusat terutama berasal dari Dana Perimbangan (Dana Alokasi Umum) yang naik 9,17% (yoy) mencapai jumlah Rp4,43 Triliun. Sementara itu Dana Penyesuaian dan Otonomi khusus justru mengalami penurunan sebesar 43,88% dibandingkan tahun sebelumnya.

Kinerja keuangan pemerintah provinsi pada triwulan I-2010 relatif lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sampai dengan 31 Maret 2010, realisasi belanja pemerintah mencapai Rp137,24 miliar atau hanya sebesar 12,6% dari target pengeluaran dalam APBD sebesar Rp1.094 miliar. Sementara itu, realisasi pendapatan pemerintah pada triwulan laporan sebesar Rp319 miliar atau baru mencapai 29,9% dari target pendapatan Alokasi transfer dana dari

pemerintah pusat yang bersumber dari APBN ke Provinsi/Kab/Kota di wilayah Sulawesi Utara pada Tahun 2010 diperkirakan mencapai Rp5,68 Triliun...

Kinerja keuangan pemerintah provinsi pada triwulan I- 2010 relatif lebih rendah...

Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di wilayah Sulawesi Utara selama triwulan I-2010

(10)

9 dalam APBD sebesar Rp1.066 miliar. Sedangkan untuk Tahun 2010, pembiayaan pemerintah Provinsi menunjukkan penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, atau hanya sebesar Rp27 miliar.

Perkembangan Sistem Pembayaran

Aliran uang kartal di khasanah Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan I-2010 berada pada kondisi net inflow. Artinya jumlah aliran uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia (inflow) lebih besar dibandingkan dengan jumlah aliran uang kartal yang keluar ke masyarakat (outflow) . Aliran uang masuk meningkat 0,62% (yoy) atau sebesar Rp3,8 miliar sedangkan aliran uang keluar mengalami penurunan yang signifikan sebesar 95,80% (yoy) atau sebesar Rp17,47 miliar.

Penemuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan laporan menunjukan penurunan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Total uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Bank Indonesia Manado pada triwulan I-2010 sebanyak 37 lembar yang terdiri dari 14 lembar uang pecahan Rp100.000,-, 19 lembar uang pecahan Rp50.000, 1 lembar uang pecahan Rp10.000,- dan 3 lembar uang pecahan Rp5.000,-. Jumlah ini lebih kecil dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya sebesar 41 lembar. Penurunan temuan ini mengindikasikan pemahaman masyarakat terhadap ciri-ciri keaslian uang rupiah sudah cukup baik.

Perkembangan kliring di wilayah Sulawesi Utara selama triwulan I-2010 mengalami peningkatan, jumlah warkat yang dikliringkan sebanyak 75.799 lembar dengan nilai Rp1.658 miliar atau meningkat jumlahnya sebesar 10,75% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Jika dilihat berdasarkan rata-rata harian lembar warkat yang dikliringkan selama periode laporan tercatat sebanyak 1.221 lembar dengan nilai sebesar Rp26,73 miliar atau tumbuh sebesar 5,24% (yoy). Peningkatan rata-rata jumlah nominal kliring tersebut semakin menegaskan bahwa Aliran uang kartal di khasanah

Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan I-2010 berada pada kondisi net inflow.

Penemuan uang palsu di wilayah kerja KBI Manado pada triwulan laporan menunjukan penurunan...

Perkembangan kliring di wilayah Sulawesi Utara selama triwulan I-2010 tercatat mengalami peningkatan...

(11)

10 perekonomian Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan yang positif.

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan

Kesejahteraan Masyarakat

Kinerja yang cukup baik dari berbagai indikator makro ekonomi regional, perbankan, sistem pembayaran dan fiskal, berimplikasi pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat dalam bentuk penurunan tingkat pengangguran dan kemiskinan di Sulawesi Utara. Tingkat pengangguran di Sulawesi Utara pada Agustus 2009 mengalami perbaikan tercermin dari rasio TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) sebesar 10,56% atau turun tipis (0,09%) dibandingkan dengan periode Agustus 2008 lalu sebesar 10,65%. Berdasarkan jenis lapangan pekerjaan, pertanian masih menjadi sektor lapangan pekerjaan utama, walaupun telah terjadi pergeseran ke sektor lainnya, terutama sektor perdagangan dan sektor jasa. Berdasarkan persebarannya, Manado masih menjadi daerah dengan jumlah angkatan kerja terbesar dan angka pengangguran tertinggi.

Seiring dengan itu, tingkat kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara di tahun 2009 menunjukkan perbaikan, salah satunya tercermin dari penurunan jumlah penduduk miskin. Pada Maret 2009 jumlah penduduk miskin di Sulawesi Utara tercatat sebesar 219,57 ribu (9,79%), sedikit lebih rendah dibandingkan jumlah penduduk miskin pada Maret 2008 yang berjumlah 223,5 ribu (10,10%). Penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin selama periode Maret 2008 - Maret 2009 antara lain disebabkan oleh perkembangan pesat pertumbuhan ekonomi selama periode tersebut yang mendorong bertambahnya luasnya kesempatan kerja akibat banyak berdirinya hotel, restoran, ataupun perusahaan-perusahaan baru lainnya.

Kinerja yang cukup baik dari berbagai indikator makro ekonomi regional, perbankan, sistem pembayaran dan fiskal berimplikasi pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat...

Seiring dengan itu, tingkat kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara di tahun 2009 menunjukkan perbaikan...

(12)

11

Outlook Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan II – 2010 diperkirakan akan mengalami pertumbuhan sebesar 7,4%±0,5%, lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya. Faktor pendorong pertumbuhan diantaranya adalah penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di 7 kabupaten/kota dan provinsi yang direncanakan akan dilaksanakan secara serentak paling akhir triwulan II - 2010. Penyelenggaraan Pilkada diperkirakan tidak hanya meningkatkan aktivitas konsumsi swasta namun juga belanja pemerintah. Masa liburan sekolah di akhir triwulan II – 2010 diperkirakan juga akan mendorong peningkatan aktivitas konsumsi khususnya konsumsi rumah tangga. Selain itu, mulai direalisasikannya kenaikan gaji PNS, TNI dan Polri sebesar 5% pada April 2010 juga diprediksi akan mendorong potensi pembelanjaan masyarakat sehingga akan meningkatkan aktivitas ekonomi.

Kinerja perdagangan luar negeri diperkirakan juga akan mengalami peningkatan. Sementara itu, implementasi ACFTA belum berpengaruh terhadap menurunnya permintaan dunia terhadap komoditas ekspor Sulawesi Utara. Hal ini diperkuat dengan hasil Survei Liason yang menunjukan bahwa sebagain besar debitur bank umum dan BPR di Sulawesi Utara belum merasakan pengaruh ACFTA. Demikian pula halnya dengan beberapa perusahaan yang bergerak di sektor pertanian dan perikanan yang tetap optimis bahwa pemberlakuan ACFTA akan meningkatkan kinerja ekspor perusahaan mereka

Beberapa sektor yang diperkirakan akan mengalami percepatan pertumbuhan pada triwulan mendatang adalah sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR), sektor jasa-jasa dan sektor bangunan. Perkiraan ini didukung antara lain oleh Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang mengindikasikan bahwa ekpektasi realisasi kegiatan usaha di triwulan II - 2010 diperkirakan akan meningkat bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Prospek perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan II-2010 diperkirakan akan mengalami pertumbuhan sebesar 7,4%±0,5%...

Kinerja perdagangan luar negeri diperkirakan juga akan mengalami peningkatan.

Beberapa sektor yang

diperkirakan akan mengalami percepatan pertumbuhan pada triwulan mendatang adalah sektor Perdagangan...

(13)

12

Outlook Inflasi Regional

Tekanan inflasi Kota Manado selama triwulan II–2010 diperkirakan akan cenderung meningkat seiring dengan dikeluarkannya kebijakan pemerintah berupa kenaikan harga pupuk bersubsidi per tanggal 9 April 2010 rata-rata sebesar ±35%. Kenaikan harga pupuk bersubsidi ini berpotensi akan meningkatkan biaya produksi produk pertanian yang pada tahap berikutnya akan mendorong kenaikan harga jual. Faktor lain yang berpotensi memberikan tekanan terhadap harga adalah meningkatnya aktivitas konsumsi selama masa kampanye Pilkada Gubernur dan 7 walikota/bupati baik berasal dari konsumsi rumah tangga, perusahaan maupun belanja pemerintah.

Prospek Perbankan

Perkembangan berbagai indikator perbankan di Sulawesi Utara pada triwulan II – 2010 diperkirakan masih cukup baik. Kebijakan Bank Indonesia untuk tetap mempertahankan suku bunga acuannya (BI rate) sebesar 6,5% mendorong perbankan untuk lebih ekspansif dalam melakukan pembiayaan yang didukung oleh kecenderungan menurunnya suku bunga kredit. Sementara itu, jumlah Dana Pihak Ketiga yang berhasil dihimpun pada triwulan mendatang diperkirakan akan mengalami peningkatan. Hal ini didorong oleh potensi meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat seiring dengan realisasi kenaikan gaji PNS, TNI/Polri sebesar 5% pada April 2010, dimulainya panen raya cengkeh, dan potensi membaiknya kinerja ekspor Sulawesi Utara.

Dari sisi penyaluran kredit, perbankan Sulawesi Utara optimis untuk terus meningkatkan pertumbuhan hingga 25 – 30%, lebih tinggi dibandingkan target penyaluran kredit secara nasional yang hanya berada pada kisaran 17%. Menurut sektor ekonominya, sektor PHR (Perdagangan, Hotel dan Restoran), sektor konstruksi, sektor jasa dunia usaha dan konsumsi masih menjadi fokus utama dalam portofolio kredit di Sulawesi Utara

Tekanan Inflasi Kota Manado selama triwulan II-2010 diperkirakan akan cenderung meningkat...

Perkembangan berbagai indikator perbankan di Sulawesi Utara pada triwulan II-2010 diperkirakan masih cukup baik.

Dari sisi penyaluran kredit, perbankan Sulawesi Utara optimis untuk terus meningkatkan pertumbuhan hingga 25-30%..

(14)

13

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Secara umum, perekonomian nasional pada triwulan I-2010 terus menunjukkan perkembangan yang semakin baik. Perbaikan tersebut ditopang oleh meningkatnya optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi domestik dan global, serta terjaganya kestabilan makroekonomi domestik. Di tengah-tengah pemulihan pasca krisis global, berbagai kinerja yang cukup positif tersebut tidak terlepas dari daya tahan permintaan domestik yang kuat, sektor perbankan yang tetap sehat dan stabil, ekspektasi pemulihan ekonomi global yang semakin optimis, serta respons kebijakan fiskal dan moneter yang akomodatif dalam mendukung terjaganya perekonomian domestik. Sejalan dengan hal tersebut, kinerja pasar keuangan global terus membaik. Meskipun sempat mengalami tekanan akibat kembali menurunnya kepercayaan investor terkait krisis utang Dubai World dan krisis fiskal Yunani, dampak kedua krisis tersebut berlangsung singkat dan rambatannya bersifat minimal terhadap pasar keuangan dunia. Hal ini tercermin dari Indeks harga saham yang mulai kembali menguat di pasar saham Amerika Serikat, Eropa dan Jepang.

Di sisi domestik, perbaikan ekonomi global mendukung kinerja ekspor dan peningkatan investasi. Kinerja ekspor diperkirakan mengalami peningkatan seiring dengan perbaikan ekonomi global dan membaiknya harga komoditas internasional. Konsumsi rumah tangga masih tumbuh pada level tinggi, didorong oleh stabilnya daya beli masyarakat serta ekspektasi konsumen yang masih terjaga. Sejalan dengan peningkatan ekspor dan konsumsi rumah tangga, investasi diperkirakan juga akan membaik didukung oleh peningkatan investasi swasta dan upaya pemerintah untuk mendorong proyek infrastruktur dalam bidang energi, transportasi dan telekomunikasi. Dengan semakin membaiknya kondisi tersebut, ekonomi domestik secara tahunan di triwulan I-2010 diperkirakan tumbuh 5,7%. Membaiknya berbagai indikator makro ekonomi nasional berdampak pula pada perkembangan berbagai indikator makro ekonomi regional termasuk di Provinsi Sulawesi Utara. Hal ini antara lain ditandai dengan pertumbuhan ekspor antar daerah yang lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu dan semakin minimalnya tingkat ketergantungan terhadap daerah lain yang tercermin dari melambatnya permintaan impor ke daerah lain. Seiring dengan itu, optimisme masyarakat terhadap pemulihan ekonomi

(15)

14 nasional dan regional menunjukan peningkatan tercermin dari indeks keyakinan konsumen (IKK) dari hasil Survey Ekspektasi Konsumen (SEK) Kota Manado. Peningkatan rasa optimisme ini didorong oleh adanya kenaikan UMP dan aktivitas persiapan pilkada yang pada tahap berikutnya akan mendorong peningkatan kegiatan konsumsi. Tanda-tanda pemulihan ekspor dan meningkatnya kegiatan konsumsi masyarakat mendorong pelaku usaha untuk menanamkan investasinya di Sulawesi Utara. Mengacu data baik primer maupun sekunder serta merujuk hasil survei yang dilakukan oleh Kantor Bank Indonesia Manado maka, laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan I-2010 diperkirakan berada pada level 6,7% (yoy) masih lebih tinggi dibandingkan perkiraan laju pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya berada pada 5,7% (yoy).

A. SISI PERMINTAAN

Dari sisi permintaan, kegiatan perekonomian selama triwulan I-2010 diperkirakan lebih banyak disumbangkan oleh kegiatan konsumsi dan kinerja ekspor yang menunjukkan perkembangan yang cukup membaik. Meningkatnya kegiatan konsumsi seiring dengan peningkatan optimisme masyarakat yang tercermin dari hasil Survei Ekspektasi Konsumen (SEK) dan hasil penjualan ritel berdasarkan hasil Survei Penjualan Eceran (SPE). Sementara itu, kegiatan ekspor khususnya ekspor antar daerah pada triwulan laporan menunjukan tren yang meningkat. Kondisi ini didukung pula oleh neraca perdagangan luar negeri yang secara neto mengalami net ekspor sebesar USD14,05 juta.

Tabel 1.1.

Pertumbuhan Provinsi Sulawesi Utara Menurut Penggunaan (%)

1. Konsumsi

Kegiatan konsumsi selama Triwulan I-2010 diperkirakan tumbuh 5,6% (yoy) dengan kontribusi sebesar 3,8% terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Dibandingkan pencapaian

Ket : 1

Data Proyeksi Bank Indonesia

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Q1 Sumb. Q4 Sumb. Q1 1 Sumb.

Konsumsi 4,1 8,5 5,8 3,8 2,4 5,6 5,6 3,8 Konsumsi Swasta 3,4 5,1 2,4 2,5 1,0 4,0 5,8 2,4 Konsumsi Pemerintah 5,3 15,9 3,4 6,1 1,4 8,7 5,2 1,2 PMTB 11,7 10,0 2,0 5,0 1,2 7,2 5,3 1,1 Stok 40,5 -19,9 -0,3 7,6 0,1 -22,6 -20,4 -0,2 Ekspor 18,4 6,0 2,9 13,5 6,0 3,9 11,1 5,4 Impor 18,4 7,9 3,1 5,2 1,8 -3,0 8,7 3,4 PDRB 7,6 7,5 7,5 8,0 8,0 7,9 6,7 6,7 2010 2008 2009 2009 Jenis Penggunaan

(16)

15 periode yang sama tahun sebelumnya maka kinerja kegiatan konsumsi selama triwulan laporan tercatat mengalami perlambatan. Hal ini antara lain disebabkan oleh ketiadaan even berskala besar serta turunnya realisasi belanja pemerintah selama triwulan I-2010. Namun, terdapat beberapa faktor pendorong yang menyebabkan kegiatan konsumsi masih tumbuh positif, diantaranya kenaikan Upah Minimun Regional dan berbagai aktivitas persiapan pilkada.

Berdasarkan komponen penyusunnya, kegiatan konsumsi dapat digolongkan pada konsumsi swasta dan konsumsi pemerintah. Konsumsi swasta pada triwulan I-2010 tumbuh 5,8% (yoy) dengan kontribusi sebesar 2,4% terhadap pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan. Peningkatan konsumsi swasta khususnya konsumsi rumah tangga antara lain dapat dikonfirmasi melalui beberapa indikator penuntun konsumsi rumah tangga yang mengindikasikan perbaikan. Salah satu diantaranya adalah hasil Survei Ekspektasi Konsumen (SEK) Kota Manado periode Maret 2010 dimana sebagian besar konsumen yakin bahwa kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasinya ke depan masih cukup baik terindikasi dari kenaikan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dari 105,92 pada Maret 2009 menjadi 145,42 pada Maret 2010 (optimis > 100). Membaiknya kondisi ekonomi saat ini, didorong oleh kenaikan indeks pada seluruh komponen penyusunnya yaitu aspek penghasilan, pembelian barang tahan lama dan ketersediaan tenaga kerja dimana sebagian besar responden menyatakan bahwa kondisinya saat ini lebih baik dibandingkan 3 – 6 bulan yang lalu.

Peningkatan kegiatan konsumsi selama triwulan laporan tak lepas pula dari relatif terjaganya daya beli masyarakat khususnya para petani tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) untuk posisi Februari 2010 yang tercatat pada level 100,85. Pencapaian ini relatif lebih lambat jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu, namun demikian indeks NTP pada triwulan laporan masih berada dalam kategori sejahtera (indeks > 100). Sebagaimana diketahui, berdasarkan komposisinya hampir 40% masyarakat di Sulawesi Utara bermata pencaharian bertani, sehingga tingkat kesejahteraan petani mampu memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap aktivitas konsumsi rumah tangga.

(17)

16

Peningkatan kegiatan konsumsi selama triwulan laporan juga dapat dikonfirmasi dari data perkembangan penjualan ecaran berdasarkan hasil Survei Penjualan Eceran (SPE). Nilai penjualan riil selama triwulan laporan mengalami peningkatan 12,42% dari Rp146,7 miliar selama triwulan I-2009 menjadi Rp164,9 miliar selama triwulan I-2010. Dorongan peningkatan pendapatan (UMR), sebagian besar diprediksikan akan direalisasikan melalui kenaikan daya beli masyarakat. Sejalan dengan

Grafik 1.1.

Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen

Grafik 1.2.

Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini

Sumber : Survey Konsumen (SK) Kota Manado Sumber : Survey Konsumen (SK) Kota Manado

Grafik 1.3.

Perkembangan Nilai Tukar Petani

Grafik 1.4.

Perkembangan Upah Minimum Regional (Rp)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara Sumber : Disnaker Provinsi Sulawesi Utara 95  97  99  101  103  105  J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F 2008 2009 2010 713.500 750.000 845.000 929.000 1.000.000 0 200.000 400.000 600.000 800.000 1.000.000 1.200.000 2006 2007 2008 2009 2010 Grafik 1.5.

Perkembangan Nilai Penjualan Riil

Sumber : Survey Penjualan Eceran (SPE) Kota Manado ‐ 20  40  60  80  100  120  140  160  180  Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2008 2009 2010 Milliar  Rp 50  70  90  110  130  150  170  J F M A M J J  A S O N D J F M 2009 2010 Kondisi Ekonomi Saat Ini Ekspektasi Konsumen Indeks Keyakinan Konsumen 40  60  80  100  120  140  160  J F M A M J J  A S O N D J F M 2009 2010 Penghasilan Saat Ini Pembelian Barang Tahan Lama Ketersediaan Lap. Kerja Kondisi Ekonomi Saat Ini

(18)

17 hal tersebut, ekspektasi yang tetap terjaga terbukti mampu menopang kestabilan pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2010.

Sementara itu, kegiatan konsumsi pemerintah selama triwulan I-2010 diperkirakan akan mengalami perlambatan atau hanya tumbuh sebesar 5,2% (yoy) dibandingkan pada triwulan I-2009 yang tumbuh 15,9% (yoy). Perlambatan ini antara lain dapat dikonfirmasi dengan penurunan anggaran belanja pada APBD 2010 yang turun sebesar 2,52% dibandingkan anggaran belanja pada APBD 2009. Sejalan dengan itu, persentase realisasi belanja pemerintah pada triwulan laporan baru mencapai Rp137 miliar (12,6%) dari total anggaran belanja yang ditargetkan sebesar Rp1.093 miliar.

2. Investasi

Pada triwulan I-2010, investasi di Sulawesi Utara diperkirakan akan tumbuh sebesar 5,3% (yoy), relatif lebih lambat dibandingkan pada triwulan I-2009 yang tercatat sebesar 10%. Perlambatan ini diantaranya diprediksi sebagai dampak dari ketiadaan even berskala besar sehingga pembangunan berbagai sarana dan prasarana fisik oleh pemerintah maupun swasta semakin berkurang, ditambah dengan kondisi infrastruktur yang kurang memadai terutama jalan dan pelabuhan. Kinerja investasi selama triwulan laporan, antara lain dapat dikonfirmasi melalui data volume penjualan semen di Sulawesi Utara yang memperlihatkan penurunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Volume penjualan semen pada 2 bulan pertama di triwulan 2010 baru mencapai 61% dari pencapaian pada triwulan I-2009. Dari sisi penyaluran kredit, jumlah kredit yang disalurkan untuk investasi selama triwulan I-2010 sebesar Rp1.035 miliar atau hanya tumbuh 17,44% (yoy). Pertumbuhan kredit investasi ini jauh lebih lambat dibandingkan kinerja triwulan I-2009 yang tumbuh 31,77% (yoy).

Grafik 1.7.

Pertumbuhan Kredit Produkif (%) Grafik 1.6.

Perkembangan Penjualan Semen

Sumber : Asosiasi Semen Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Basel II

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 -200 400 600 800 1.000 1.200 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2008 2009 2010 Investasi gInvestasi % Rp miliar

(19)

18

Ket: Sumber: Ditjen Binamarga Dep. PU Sementara itu, kondisi infrastruktur yang kurang

memadai juga turut mendorong perlambatan investasi, tercermin dari kondisi jalan rusak yang mencapai 47,5% dari total jalan yang ada di Sulawesi Utara. Jalan yang rusak ringan dan berat termasuk dalam katagori jalan yang rusak, sedangkan untuk jalan yang tidak rusak adalah kondisi jalan yang masih baik dan sedang.

Namun demikian, kinerja investasi masih menunjukkan pertumbuhan yang positif, pencapaian ini diantaranya dapat dikonfirmasi oleh data volume impor barang modal dan indikator dini volume penjualan listrik yang diperkirakan akan mengalami peningkatan. Volume impor barang modal sampai dengan Februari 2010 diperkirakan mencapai 2.371 ton atau mengalami ekspansi sangat signifikan (2.277%) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Indikator dini yang menunjukkan arah positif dari kinerja investasi juga ditunjukkan oleh volume penjualan listrik yang diproyeksikan akan mengalami peningkatan sebesar 11,71% (yoy) selama triwulan I-2010.

Grafik 1.8. Kondisi Infrastruktur Jalan

‐500 0 500 1.000 1.500 2.000 2.500 0 500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2009 2010 Capital (ton) gCapital (%) Grafik 1.9.

Perkembangan Volume Impor Barang Modal

Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter

Grafik 1.10. Volume Penjualan Listrik

Sumber : Kanwil PLN Sulutenggo

52,50% 47,50%

(20)

19

3. Ekspor – Impor

Sejalan dengan membaiknya kondisi perekonomian domestik dan daerah mitra dagang Sulawesi Utara, kinerja ekspor pada triwulan I-2010 diperkirakan masih akan tumbuh positif. Indikasi membaiknya kinerja ekspor terutama disumbang oleh perdagangan antar daerah/provinsi yang ditunjukkan oleh tren peningkatan permintaan ekspor dari daerah lain. Sementara itu, untuk pasar luar negeri masih menunjukkan adanya perlambatan permintaan bahkan pertumbuhannya diproyeksikan akan mengalami kontraksi di akhir triwulan I-2010.

Kinerja ekspor Sulawesi Utara selama triwulan I-2010 diperkirakan masih akan mencatat pertumbuhan yang positif sebesar 11,1% (yoy). Salah satu indikator untuk mengkonfirmasi kinerja ekspor pada triwulan laporan adalah perkembangan volume ekspor baik ke luar negeri maupun ke pasar domestik (antar daerah). Perkembangan kegiatan ekspor antar daerah/provinsi dapat dikonfirmasi dengan kegiatan muat barang melalui pelabuhan Bitung. Kegiatan muat didefinisikan

sebagai kegiatan pengiriman barang dari Sulawesi Utara ke luar provinsi. Selama triwulan I-2010, volume barang asal Sulawesi Utara yang dikirim (muat) ke pasar domestik mencapai 250,3 ribu ton atau meningkat 9,5% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Sementara itu, kegiatan ekspor luar negeri sampai dengan bulan Februari 2010 menunjukan perlambatan. Volume ekspor Sulawesi Utara ke luar negeri hanya mencapai 18 ribu ton atau turun 79,1% (yoy) dengan nilai ekspor sebesar USD29,69 juta atau turun 63,1% (yoy). Berdasarkan jenisnya, komoditi utama ekspor luar negeri terutama dalam bentuk Food &

Live Animals serta Animals & Vegetable Oils & Fats khususnya olahan dari produk kopra,

minyak kelapa (Virgin Coconut Oil) dan ikan dengan negara tujuan utama adalah Amerika Serikat, Belanda, Malaysia, Australia dan Jerman.

-8 -4 0 4 8 12 0 150 300 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1*) 2008 2009 2010 % Ribu Ton Muat gMuat Grafik 1.11.

Perkembangan Volume Ekspor Sulawesi Utara

Sumber : PT. Pelindo IV (Persero), Bitung *) Data Sementara

(21)

20 Grafik 1.12.

Perkembangan Nilai Ekspor Sulawesi Utara

Tabel 1.2.

Komoditi Utama Ekspor Sulut (dlm Ribu Ton)

Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d. Februari 2010

Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d Februari 2010

Grafik 1.13.

Perkembangan Volume Ekspor Sulawesi Utara

-80 -60 -40 -20 0 20 40 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1*) 2008 2009 2010 Ekspor_Value gEkspor_Value Juta USD % 2010 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1*)

Food and Live Animals 36,27 71,82 43,54 66,47 4,92 Animal and Vegetable Oils&Fats 48,13 132,62 114,83 128,47 11,85

Others 1,53 9,86 1,79 11,65 1,22 Total 85,94 214,30 160,16 206,59 18,00 Komoditi 2009 21% 19% 16% 8% 7% 6% 23% Belanda China Amerika Serikat Korea Selatan Jepang Jerman Negara Lainnya 11,11% 26,49% 20,24% 9,27% 4,69% 9,64% 18,55% US Australia Belanda Jerman Malaysia Korsel Lainnya Grafik 1.14.

Negara Tujuan Utama Ekspor Tahun 2009

Grafik 1.15.

Negara Tujuan Utama Ekspor Januari-Februari 2010

Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia

-100 -80 -60 -40 -20 0 20 40 0 50 100 150 200 250 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1*) 2008 2009 2010 Ekspor_Vol gEkspor_Vol Ribu Ton %

(22)

21 Berbeda dengan ekspor, kinerja impor luar negeri ke Sulawesi Utara pada triwulan I-2010 diperkirakan mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Peningkatan kinerja impor luar negeri merupakan salah satu konsekuensi dari diberlakukannya ACFTA pada awal Januari 2010. Penurunan tarif impor sampai dengan 0% berdampak pada maraknya barang-barang impor yang masuk wilayah Sulawesi Utara. Perkembangan kinerja impor luar negeri ini antara lain dapat dikonfirmasi dengan data volume impor selama bulan Januari dan Februari 2010 yang mencapai 2,48 ribu ton atau meningkat 947,02% (yoy) dengan total nilai impor mencapai USD15,64 juta. Meskipun demikian, secara agregat, neraca perdagangan luar negeri Sulawesi Utara masih berada pada kondisi surplus perdagangan. Hal ini berarti bahwa nilai ekspor luar negeri lebih tinggi dibandingkan nilai impor dari luar negeri ke Sulawesi Utara.

Grafik 1.18.

Perkembangan Net Nilai Ekspor-Impor Sulawesi Utara

Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia *) s.d. Februari 2010

Grafik 1.16.

Perkembangan Nilai Impor Sulawesi Utara

Grafik 1.17.

Perkembangan Volume Impor Sulawesi Utara

Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia *) s.d. Februari 2010

Grafik 1.19.

Perkembangan Net Volume Ekspor-Impor Sulawesi Utara

-200 0 200 400 600 800 1.000 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1*) 2008 2009 2010 Impor_Vol gImpor_vol ribu ton % -2.500 0 2.500 5.000 7.500 0 5 10 15 20 25 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1*) 2008 2009 2010 Impor_Value gImpor_Value Juta USD % -100 -80 -60 -40 -20 0 20 40 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1*) 2008 2009 2010 NetExim_Value gNetExim_Value Juta USD % -100 -80 -60 -40 -20 0 20 40 0 50 100 150 200 250 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1*) 2008 2009 2010 NetExim_Vol gNetExim_Vol Ribu Ton %

(23)

22 2010 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1*)

Machinery and Transport Equipment 100 2.510 10.700 105 2.393 Manufactured Goods 1 350 3.333 665 30

Chemical 6 37 637 262 5

Animal and Vegetable Oils & Fats 0 15 803 40 42 Food and Lived Animals 0 10 93 20 0

Others 6 44 33 8 8

Total 113 2.966 15.597 1.100 2.479

Komoditi 2009

Berdasarkan strukturnya, kegiatan impor luar negeri masih didominasi oleh impor barang modal dengan pangsa 96% dari total impor. Beberapa produk barang modal tersebut antara lain mesin, perkakas, alat transportasi, dlsb-nya. Meningkatnya komposisi barang impor dalam bentuk mesin, peralatan dan material ini mengindikasikan terus meningkatnya kegiatan investasi di Sulawesi Utara. Berdasarkan negara asal barangnya, barang impor sepanjang Tahun 2009 sampai dengan Februari 2010 lebih banyak didatangkan dari negara China, Australia dan Filipina.

Grafik 1.20.

Negara Asal Impor Sulawesi Utara

Sementara itu, perkembangan kegiatan impor antar provinsi selama triwulan laporan masih mencatat pertumbuhan yang positif. Hal ini dapat dikonfirmasi dengan kegiatan bongkar barang melalui pelabuhan Bitung. Kegiatan bongkar didefinisikan sebagai masuknya barang dari luar provinsi ke Sulawesi Utara. Selama triwulan I-2010, volume barang asal Sulawesi

Tabel 1.4.

Komoditi Utama Impor Sulut (dlm Ton)

Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia *) s.d. Februari 2010 15,99% 11,34% 7,29% 37,90% 21,02% 6,46% Filipina Malaysia Jepang China Australia Lainnya 0,34% 94,20% 3,58% 1,88% Malaysia China Australia Lainnya 2009 Jan - Feb 2010

Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia *) s.d. Februari 2010

(24)

23 Utara yang dikirim (muat) ke pasar

domestik mencapai 250,3 ribu ton atau meningkat 9,5% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Jika dilihat perkembangannya, tingkat ketergantungan Sulawesi Utara terhadap daerah/provinsi lainnya di luar Sulawesi Utara sudah mulai menunjukan adanya tren penurunan, yang tercermin dari pertumbuhan volume barang yang masuk ke Sulawesi Utara (bongkar) yang mengalami perlambatan.

B. SISI PENAWARAN

Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2010 disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada dengan proyeksi laju pertumbuhan sebesar 6,7% (yoy), lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (7,5%). Potensi perlambatan ini diantaranya disebabkan oleh ketiadaan even berskala besar dibandingkan periode yang sama tahun lalu sehingga aktivitas pembangunan infrastruktur, sarana/prasarana lainnya menunjukan tren perlambatan, yang pada tahap selanjutnya akan berdampak terhadap perlambatan kegiatan perdagangan dan kunjungan wisatawan.

Tabel 1.5.

Laju Pertumbuhan Sulawesi Utara Menurut Sektor Ekonomi (%)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah *) Proyeksi Bank Indonesia Manado

Grafik 1.21.

Perkembangan Kegiatan Bongkar dan Muat di Pelabuhan Bitung

2010

Q1 Sumb. Q4 Sumb. Q1*)

Pertanian 2,7 4,7 0,9 0,6 0,1 2,1 5,0 Pertambangan & Penggalian 9,4 5,7 0,3 5,1 0,3 5,5 7,1 Industri Pengolahan 6,2 5,4 0,4 7,5 0,6 7,0 5,4 Listrik, Gas & Air Bersih 7,5 17,8 0,1 9,8 0,1 14,9 10,0 Bangunan 10,7 7,9 1,3 4,2 0,7 6,1 7,2 PHR 10,9 12,4 1,8 12,9 2,2 12,3 10,4 Pengangkutan & Komunikasi 11,0 8,7 1,1 21,2 2,4 16,9 8,1 Keu., Sewa & Jasa Perusahaan 7,3 7,0 0,5 8,0 0,5 7,6 6,3 Jasa-Jasa 5,4 6,5 1,1 7,2 1,1 6,9 4,3 PDRB 7,6 7,5 7,5 8,0 8,0 7,9 6,7 2009 Lapangan Usaha 2008 2009 0 5 10 15 20 25 -1.000 500 2.000 3.500 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1*) 2008 2009 2010 % Ribu Ton Bongkar gBongkar

Sumber : PT. Pelindo IV (Persero), Bitung *) Data Sementara

(25)

24

Tabel 1.6.

Produksi, Produktivitas dan Luas Panen Tanaman Padi dan Palawija di Provinsi Sulawesi Utara

1. Pertanian

Kinerja sektor pertanian pada triwulan I-2010 diperkirakan sedikit lebih baik dibandingkan periode yang sama Tahun 2009. Pada triwulan ini, sektor pertanian diperkirakan akan tumbuh 5,0% (yoy). Berdasarkan pangsanya, pertumbuhan sektor pertanian terutama disumbangkan oleh sub sektor perkebunan, tanaman bahan makanan, sub sektor peternakan dan kemudian disusul oleh sub sektor perikanan.

Sementara itu, untuk sub sektor lainnya yaitu sub sektor kehutanan laju pertumbuhannya rendah sehingga kontribusinya relatif terbatas. Rendahnya pertumbuhan sub sektor kehutanan antara lain disebabkan oleh semakin terbatasnya lahan kehutanan yang bisa dimanfaatkan serta gencarnya proses penegakan hukum terhadap pelaku illegal logging yang menyebabkan masyarakat dan pengusaha harus extra hati-hati dalam memanfaatkan lahan yang ada.

Perkembangan kinerja sektor pertanian antara lain dapat dikonfirmasi dengan data angka ramalan (Aram) I Tahun 2010 untuk produksi padi dan palawija. Jumlah produksi padi pada triwulan I-2010 diperkirakan mencapai 584.647 ton atau naik 6,51% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Demikian pula dengan komoditi jagung, kedelai, kacang tanah dan ubi kayu yang diprediksikan akan mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 8,40%, 19,56%, 7,59% dan 14,75%. Seperti halnya jumlah produksi, angka produktivitas dan luas panen dari tanaman padi dan jagung juga tercatat mengalami peningkatan.

Jenis Tanaman ATAP 2008 ASEM 2009 ARAM I-2010 Perubahan (%) Padi (Sawah+Ladang) 520.193 548.912 584.647 6,51 Jagung 466.041 450.989 488.859 8,40 Kedelai 7.217 7.667 9.167 19,56 Kacang Tanah 8.640 8.493 9.138 7,59 Kacang Hijau 2.381 2.680 2.164 -19,25 Ubi Kayu 83.656 77.206 88.591 14,75 Ubi Jalar 42.062 53.121 50.063 -5,76 Padi (Sawah+Ladang) 47,31 47,84 48,71 1,82 Jagung 35,36 35,69 36,48 2,21 Kedelai 13,81 13,57 13,28 -2,14 Kacang Tanah 13,14 13,17 13,12 -0,38 Kacang Hijau 13,29 12,62 12,71 0,71 Ubi Kayu 130,96 130,70 130,70 0,00 Ubi Jalar 98,34 97,83 97,93 0,10 Padi (Sawah+Ladang) 109.951 114.745 120.018 4,60 Jagung 131.791 126.349 133.991 6,05 Kedelai 5.227 5.652 6.903 22,13 Kacang Tanah 6.573 6.450 6.965 7,98 Kacang Hijau 1.791 2.123 1.702 -19,83 Ubi Kayu 6.388 5.907 6.778 14,75 Ubi Jalar 4.277 5.430 5.112 -5,86 Produksi (Ton) Produktivitas (Ku/Ha)

Luas Panen (Ha)

Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia *) s.d. Februari 2010

(26)

25

Sumber : Lapoaran Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

Dari sisi pembiayaan, peran perbankan untuk membiayai sektor pertanian masih relatif terbatas. Sampai dengan Maret 2010, jumlah kredit yang disalurkan pada sektor pertanian hanya mencapai Rp140 milliar atau hanya 1,29% dari total kredit yang disalurkan. Belum terlalu optimalnya penyaluran kredit di sektor pertanian antara lain disebabkan oleh relatif tingginya resiko usaha di sektor tersebut tercermin dari tingginya NPL (Non Performing

Loan). Selain itu, belum terlalu kondusifnya kondisi usaha di sektor riil sebagai dampak krisis

ekonomi global menyebabkan saat ini perbankan lebih berhati-hati dalam menyalurkan pembiayaan termasuk di sektor pertanian. Hal ini terbukti dengan terus melambatnya pertumbuhan kredit di sektor ini dari sebelumnya tumbuh pada kisaran 35-40% (yoy) pada triwulan I Tahun 2009 sampai menyentuh level kontraksi sebesar 66,89% (yoy) di triwulan I-2010.

2. Sektor Bangunan (Konstruksi)

Kinerja sektor bangunan (konstruksi) selama triwulan I-2010 diperkirakan akan mengalami perlambatan dari 7,9% (yoy) pada triwulan 2009 menjadi 7,2% (yoy) pada triwulan I-2010. Perlambatan kinerja sektor bangunan diperkirakan dipengaruhi oleh ketiadan even berskala besar sehingga terjadi penurunan aktivitas pembangunan. Selain itu, realisasi belanja pemerintah khususnya untuk pekerjaan proyek fisik yang masih cenderung rendah di awal triwulan juga turut mendorong perlambatan kinerja sektor bangunan. Beberapa variabel ekonomi yang bisa mengkonfirmasi perkembangan sektor ini diantaranya adalah data perkembangan volume penjualan semen yang pada 2 bulan pertama triwulan I-2010 baru mencapai 60% pencapaian pada periode triwulan I-2009. Namun demikian, kinerja

Grafik 1.22. Pertumbuhan Kredit Pertanian

-80 -60 -40 -20 0 20 40 60 80 100 120 -100 200 300 400 500 600 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2008 2009 2010 Pertanian gPertanian % Rp miliar

(27)

26 sektor ini masih relatif baik tercermin dari angka pertumbuhan yang positif. Dari sisi pembiayaan, posisi kredit perbankan ke sektor bangunan pada triwulan I-2010 juga menunjukan tren yang melambat bahkan menyentuh level kontraksi sebesar 4,89% dengan jumlah nominal Rp459 miliar.

.

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Sumber : LBU Bank Umum Basel II

3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

Sektor PHR pada triwulan I-2010 diprediksi akan tumbuh 10,4% (yoy). Kinerja ini relatif lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tumbuh 12,4% (yoy). Ketiadaan even internasional telah berdampak terhadap perlambatan kinerja sektor PHR. Perlambatan ini antara lain dapat dikonfirmasi melalui perkembangan data pariwisata yang secara umum memperlihatkan tren penurunan diantaranya adalah data wisatawan mancanegara, data jumlah tamu dan lama tamu menginap, Tingkat Penghunian Kamar (TPK), dan jumlah kamar terjual.

Grafik 1.23.

Volume dan Pertumbuhan Penjualan Semen

Grafik 1.24.

Perkembangan Kredit Konstruksi

Grafik 1.25. Kunjungan Wisman ke Sulut

Grafik 1.26. Jumlah Tamu Menginap

-10 0 10 20 30 40 50 60 70 -2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1*) 2008 2009 2010 % orang Wisman gWisman (y.o.y)

-5 0 5 10 15 20 25 30 -10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1*) 2008 2009 2010 % orang Kmr Terjual gKmr Terjual (y.o.y)

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sulut, diolah *) estimasi Maret 2010. -30 -20 -10 0 10 20 30 40 50 60 70 -100 200 300 400 500 600 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2008 2009 2010 Konstruksi gKonstruksi % Rp Miliar

(28)

27 Selain itu, kinerja sektor PHR selama triwulan I-2010 antara lain dapat dikonfirmasi melalui nilai penjualan riil dari hasil Survey Penjualan Eceran (SPE) yang meningkat 12,42% (yoy) yaitu dari Rp146,71 miliar di triwulan I-2009 naik menjadi Rp164,93 miliar di triwulan laporan.

Sumber : Survey Penjualan Eceran (SPE) Kota Manado Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Basel II

Dari segi pembiayaan, sektor PHR merupakan sektor terbesar kedua setelah sektor konsumsi yang mendapatkan alokasi pembiayaan dari perbankan yaitu sebesar Rp2.456 miliar di

Grafik 1.30.

Perkembangan Kredit Sektor PHR Grafik 1.27.

TPK dan Lama Menginap

Grafik 1.28. Jumlah Kamar Terjual

-1 2 3 4 5 6 -10 20 30 40 50 60 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1*) 2008 2009 2010 hari % TPK Ratas Menginap 0 10 20 30 40 50 60 -5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000 40.000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1*) 2008 2009 2010 % orang

Menginap gMenginap (y.o.y)

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sulut, diolah *) estimasi Maret 2010. ‐ 20  40  60  80  100  120  140  160  180  Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2008 2009 2010 Milliar  Rp Grafik 1.29.

Perkembangan Nilai Penjualan Riil

‐20 ‐10 0 10 20 30 40 50 60 ‐ 500  1.000  1.500  2.000  2.500  3.000  3.500  Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2008 2009 2010 PHR gPHR Rp Miliar %

(29)

28 triwulan I-2010. Jika dibandingkan periode yang sama tahu lalu yang tumbuh 25,02% (yoy), jumlah penyaluran kredit di sektor ini mengalami penurunan bahkan menyentuh level kontraksi sebesar 7,37% (yoy). Hal ini mengindikasikan bahwa pengurangan jumlah kredit yang disalurkan pihak perbankan di sektor PHR turut mendorong perlambatan kinerja sektor ini.

4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Salah satu multiplier effect dari adanya penyelenggaraan berbagai even berskala internasional di Tahun 2009 adalah semakin dikenalnya Kota Manado sebagai salah satu kota tujuan wisata oleh masyarakat luar. Hal ini berpengaruh pada meningkatkan minat wisatawan untuk berkunjung ke Sulawesi Utara hingga pada tahap lanjut mampu mendorong kinerja sektor pengangkutan dan telekomunikasi. Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan I-2010 diproyeksikan akan tumbuh 8,1% (yoy). Menurut sub sektornya, pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi terutama berasal dari sub sektor pengangkutan dengan kontribusi diatas 80% sedangkan sisanya disumbangkan oleh sub sektor komunikasi (±20%).

Sementara itu, relatif tingginya pertumbuhan sub sektor komunikasi dalam triwulan laporan terutama disebabkan oleh dibukanya rute baru penerbangan (Manado-Gorontalo) serta dijadikannya Kota Manado sebagai

home base bagi salah satu maskapai

penerbangan domestik (Lion Air) khususnya untuk rute penerbangan di wilayah timur. Sejalan dengan hal tersebut, pesatnya penggunaan sarana telepon selular oleh masyarakat yang

didukung oleh semakin luasnya wilayah jangkauan, disamping pesatnya pembangunan sejumlah menara BTS (Base Transceiver System) di beberapa lokasi pada daerah yang sebelumnya terisolir sehingga dapat meningkatkan kenyamanan pelanggan dalam berkomunikasi. Selain itu perkembangan berbagai macam fasilitas/ fitur baru dan gencarnya promosi yang dilakukan oleh para provider telekomunikasi semakin memudahkan dan memanjakan para pengguna jasa telekomunikasi.

Grafik 1.31.

Perkembangan Kredit Sektor Angkutan (%)

‐40 ‐20 0 20 40 60 80 ‐ 10  20  30  40  50  60  70  80  90  100  Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2008 2009 2010 Angk&Kom gAngk&Kom Rp Miliar %

(30)

29

5. Sektor Jasa-Jasa

Pada triwulan I-2010 sektor jasa-jasa diperkirakan tumbuh positif sebesar 4,3% (yoy). Pencapaian ini antara lain disebabkan persentase realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) selama triwulan laporan yang mencapai Rp87,91 miliar atau 25,1% dari total PAD yang ditargetkan pada APBD Tahun 2010 sebesar Rp350,03 miliar, atau mengalami kenaikan bila dibandingkan realisasi PAD pada periode yang sama tahun lalu sebesar 23,3%.

6. Sektor Lainnya

Kinerja sektor industri pengolahan selama triwulan I-2010 relatif stabil sehingga sektor industri pengolahan diprediksikan tumbuh 5,4% (yoy). Dari hasil Quick Survey “Kondisi Sektor/Produk Unggulan di Sulawesi Utara Saat ini & Prospeknya (Peluang/Ancaman) dalam Menghadapi Perdagangan Bebas ASEAN-China” yang dilakukan kepada 5 responden yakni 4 perusahaan ekpor komoditi tepung kelapa dan 1 perusahaan minyak kelapa (Crude Coconut Oil) diperoleh kesimpulan bahwa dengan pemberlakuan ACFTA merupakan peluang bagi komoditi tepung kelapa untuk memperluas pasarannya ke negara China dan ASEAN, karena selama ini target pemasaran produk mereka hanya ke pasar Eropa, Timur Tengah dan Afrika. Selain kelapa dan produk turunannya, komoditi ikan dan produk olahannya juga menjadi andalan ekspor Sulawesi Utara ke mancanegara. Semakin terbukanya pasaran ekspor di ASEAN dan China diperkirakan akan mendorong kinerja ekspor dan sektor industri pengolahan sebagaimana tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) di triwulan IV-2009 yang memprediksikan perkembangan kegiatan industri pengolahan pada triwulan I-2010 akan cenderung mengalami peningkatan tercermin dari nilai SBT yang naik sebesar 7,38%.

Perkembangan sektor industri pengolahan tak lepas pula dari dukungan pembiayaan oleh perbankan, sampai dengan akhir triwulan I-2010 jumlah kredit yang disalurkan pada sektor ini mencapai Rp251 miliar atau tumbuh signifikan sebesar 28,63% (yoy), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya tercatat 5,27% (yoy).

(31)

30 Sementara itu, sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan I-2010 diperkirakan akan tumbuh 10% (yoy). Peningkatan kinerja sektor ini, tak lepas dari pulihnya pasokan listrik di Sulawesi Utara seiring dengan kembali beroperasinya beberapa mesin pembangkit yang sebelumnya mengalami kerusakan dan pemeliharaan. Namun demikian, jumlah antrian calon pelanggan PLN masih tetap tinggi. Hal ini disebabkan oleh relatif terbatasnya pasokan listrik oleh PLN di Sulawesi Utara. Kinerja sektor listrik, gas dan air besih antara lain dapat dikonfirmasi dengan perkembangan jumlah pemakaian listrik.

Sumber : PLN Kanwil Sulutenggo Grafik 1.32.

Ekspektasi Kegiatan Dunia Usaha Per Sektor Ekonomi Tw.I-2010

Grafik 1.33.

Perkembangan Kredit Sektor Industri

Grafik 1.34.

Penggunaan Listrik di Sulawesi Utara

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 50.000 55.000 60.000 65.000 70.000 75.000 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2008 2009 2010 MWh % (10,00) (8,00) (6,00) (4,00) (2,00) -2,00 4,00 6,00

8,00 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan

Perdagangan, Hotel dan Restoran

Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan

Jasa-Jasa

%

Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha Kota Manado Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Basel II

0 10 20 30 40 50 60 ‐ 50  100  150  200  250  300  Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2008 2009 2010 Inds_Pengolahan gInds_Pengolahan Rp Miliar %

(32)

31 Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan I-2010 diperkirakan tumbuh 7,1% (yoy). Berdasarkan sub sektornya, pertumbuhan sektor ini disumbangkan oleh seluruh sub sektor yang ada yaitu sub sektor minyak dan gas, pertambangan tanpa migas dan penggalian. Berdasarkan pelaku usahanya, sub sektor penggalian ini lebih banyak dilakukan oleh penambangan tradisional/rakyat dan bukan industri berskala besar. Sementara itu, untuk kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan laporan diperkirakan akan tumbuh 6,3% (yoy). Perkembangan sektor keuangan, persewaan dan jasa antara lain tercermin dari maraknya pembangunan jaringan kantor dan fasilitas perbankan antara lain: pembukaan kantor cabang pembantu baru, penambahan ATM (Anjungan Tunai Mandiri), serta penawaran produk-produk baru yang memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada masyarakat dalam bertransaksi.

(33)

32

BOKS 1.

KONDISI SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DI TRIWULAN I-2010 DAN

PROSPEKNYA DALAM MENGHADAPI PERDAGANGAN BEBAS ASEAN-CINA

(ASEAN-CHINA FREE TRADE AREA)

Perkembangan sektor industri pengolahan selama Triwulan I-2010 di wilayah kerja KBI Manado diperoleh dengan melakukan wawancara terhadap 7 perusahaan yang selanjutnya disebut contact dengan orientasi pasar domestik maupun luar negeri yang tersebar di wilayah kota/kabupaten di Sulawesi Utara. Mulai diberlakukannya ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) tahun 2010 diperkirakan akan memberi dampak positif bagi sebagian besar pelaku usaha di Sulut. Kecenderungan ke arah positif ini terutama disebabkan karena sebagian besar sektor usaha di Sulut bergerak dalam memproduksi jenis komoditi primer, sehingga dengan terbukanya peluang pasar ke negara-negara anggota ACFTA yang bebas tarif akan memacu pelaku usaha untuk lebih gencar mempromosikan produknya.

Kinerja ekspor cenderung mengalami pertumbuhan. Contact yang berorientasi ekspor menyatakan bahwa kinerja penjualan produk ekspor pada triwulan I-2010 menunjukkan indikasi pertumbuhan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Peningkatan penjualan terutama disebabkan karena semakin luasnya pasar tujuan ekspor yang diikuti dengan tingkat permintaan yang masih cukup tinggi. Sementara untuk contact dengan orientasi domestik menyatakan bahwa nilai penjualan di awal tahun 2010 menunjukkan adanya sedikit penurunan akibat telah kembalinya tingkat permintaan ke posisi normal, setelah sebelumnya mengalami masa peak di akhir tahun 2009.

Kapasitas utilisasi masih berada dalam posisi normal dengan kecenderungan sedikit meningkat. Rata-rata kapasitas utilisasi sebesar 80% dari total kapasitas terpasang yang tersedia. Peningkatan kapasitas utilisasi terutama untuk industri pengolahan ikan yang menyesuaikan peningkatan permintaan ekspor. Sementara untuk contact yang berorientasi domestik cenderung mempertahankan tingkat kapasitas utilisasi pada level normal.

Investasi baru masih belum direncanakan oleh sebagian besar contact. Contact yang berorientasi ekspor cenderung tidak melakukan investasi baru, melainkan melakukan tindak lanjut atas investasi yang dilakukan sebelumnya serta melakukan perbaikan dan perawatan mesin. Sementara contact yang berorientasi domestik melakukan investasi dalam bentuk differensiasi usaha. Tingginya tingkat persaingan menyebabkan contact berusaha untuk mengembangkan produknya guna meraih market yang lebih luas.

Harga jual komoditas ekspor telah kembali ke posisi normal. Harga jual produk yang sempat mengalami peningkatan cukup signifikan pada tahun 2008 telah berangsur normal sepanjang tahun 2009 dan kembali stabil di awal tahun 2010. Kembalinya harga jual ke posisi

(34)

33 normal berdampak pada margin perusahaan yang terkoreksi ke kembali ke level normal.

Pembiayaan internal masih menjadi prioritas sumber pembiayaan contact. Sebagian besar contact masih kurang berminat untuk menambah sumber pembiayaan dari perbankan. Alasan utama yang melatar belakanginya adalah karena tingkat suku bunga perbankan dinilai masih terlalu tinggi untuk menjalankan usaha. Rata- rata tingkat suku bunga yang diterima contact masih di atas 12% per tahun.

Penambahan tenaga kerja belum menjadi prioritas utama perusahaan. Mayoritas contact baik yang berorientasi ekspor maupun domestik menyatakan masih akan tetap mempertahankan jumlah tenaga kerja yang ada sementara melihat perkembangan kondisi pasar. Contact menilai bahwa tenaga kerja yang tersedia saat ini masih cukup memadai bahkan masih bisa ditingkatkan produktivitasnya.

Trend penguatan nilai tukar rupiah memangkas margin sebagian contact. Sebagian besar contact yang berorientasi ekspor menyatakan penguatan nilai rupiah sepanjang tahun 2009 yang berlanjut hingga awal tahun 2010 berdampak terhadap margin yang diperolehnya.

P

P

a

a

s

s

a

a

r

r

D

D

o

o

m

m

e

e

s

s

t

t

i

i

k

k

Kinerja penjualan domestik contact pada triwulan I-2010 menunjukkan perlambatan dibandingkan periode sebelumnya sebagai dampak faktor musiman. Tingginya tingkat penjualan di akhir tahun 2009 menyebabkan kondisi awal tahun berikutnya menjadi cenderung melambat. Jika dibandingkan dengan kondisi tahun sebelumnya, perlambatan di awal tahun ini juga disebabkan oleh berkurangnya aktivitas perekonomian. Pada tahun 2009, aktivitas perekonomian cenderung bergerak di atas level normal akibat adanya persiapan penyelenggaraaan event berskala internasional. Sementara dengan ketiadaan event berskala internasional pada tahun 2010 maka aktivitas ekonomi masyarakat kembali pada posisi normal. Harga jual produk berada pada kondisi stabil. Contact menyatakan bahwa harga jual produk dipertahankan pada level tetap. Keputusan untuk mempertahankan tingkat harga ini disesuaikan dengan permintaan pasar yang cenderung melambat.

Di masa mendatang, contact memperkirakan akan terjadi peningkatan permintaan masyarakat. Contact mengkonformasi perkiraan peningkatan permintaan masyarakat pada triwulan berikutnya akan membaik. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan contact dalam memperkirakan peningkatan permintaan antara lain meningkatnya pertumbuhan ekonomi daerah yang tercermin dari perkiraan peningkatan konsumsi akibat adanya kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) dan pelaksanaan Pemilihan Kepala daerah (Pilkada).

P

P

a

a

s

s

a

a

r

r

E

E

k

k

s

s

p

p

o

o

r

r

Permintaan pasar ekspor pada triwulan I-2010 masih menunjukkan pertumbuhan positif. Menurut contact yang berorientasi ekspor, permintaan dari luar negeri pada triwulan

(35)

34

Tabel.1

Perkembangan Ekspor Sulut ke China

TAHUN  VOLUME 

NILAI

SHARE DARI TOTAL 

EKSPOR

2008

84325 Ton

US$74,70 juta

10,09%

2009 124553 Ton

US$ 71,85 juta

13,50%

laporan masih menunjukan pertumbuhan positif.

Pemberlakuan ACFTA 2010 disinyalir akan memberi dampak positif terhadap pelaku perdagangan internasional di Sulawesi Utara. Hal ini tidak terlepas dari peran Sulawesi Utara sebagai penghasil komoditas primer, dengan produk utama kelapa dan turunannya serta produk ikan dan olahannya. Salah satu kesepakatan ACFTA yang dinilai akan menguntungkan bagi penghasil komoditas primer adalah ditetapkannya bea masuk 0 (nol) % atau tanpa pajak sama sekali untuk produk dari sektor pertanian. Adanya kesepakatan ACFTA juga dinilai akan dapat membuka peluang pasar baru bagi eksportir Sulut yang selama ini cenderung lebih banyak melakukan kegiatan ekspor dengan negara tujuan non ASEAN-China. Walaupun China belum menjadi negara tujuan utama ekspor Sulut, namun demikian terlihat adanya trend peningkatan baik dalam hal volume maupun nilai ekspor dari Sulut ke China pada periode waktu 2008-2009.

Tingkat harga jual khususnya untuk produk tepung kelapa telah kembali ke posisi normal. Harga jual tepung kelapa yang sempat mengalami periode peak sepanjang tahun 2008, telah berangsur normal pada tahun 2009. Pada awal tahun 2010 ini, tingkat harga telah kembali stabil di posisi USD 1/kg. Sementara itu, untuk produk ikan, tingkat harga ikan beku mulai kembali meningkat, setelah di akhir tahun 2009 mengalami penurunan akibat melimpahnya pasokan di negara tujuan ekspor.

Gambar. 1

Nilai Ekspor Sulut Berdasarkan Negara Tujuan (ribu USD)

Sumber : SEKDA

Tabel.2

Komoditi Ekspor Sulut ke China

Sumber : Disperindag Prov Sulut

1.Minyak kelapa kasar 7.Sabut kelapa 2.Minyak goreng kelapa 8.Serbuk sabut kelapa 3.Minyak sawit kasar 9.Arang tempurung 4.Minyak goreng sawit 10.Tuna segar 5.Bungkil kopra 11.Tuna beku 6.Tepung kelapa 12.Ikan kayu. KOMODITI EKSPOR SULUT KE CHINA 0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 2005 2006 2007 2008 2009

Referensi

Dokumen terkait

(Barbodes gonionotus) merupakan jenis yang paling melimpah, dan yang tersebar paling luas di lokasi penelitian adalah ikan bulowo

Controling yang dilakukan oleh Marketing Bank Muamalat kepada nasabah yang melakukan pembiayaan di Bank Muamalat merupakan salah satu mekanisme Bank Muamalat dalam

Merendah di sisi belakang kemudian meninggi dengan kenaikan sudut yang !ukup tajam pada area (asade menjadi sebuah ungkapan kehati#hatian untuk menunjukkan eksistensinya

 Bahwa akan tetapi disisi lain judex factie (Pengadilan Negeri Medan) telah pula mempermasalahkan tentang hasil temuan sidang pemeriksaan setempat yang dilakukan

Prinsip dari percobaan ini adalah perbedaan daya larut antara zat yang akan dimurnikan (NaCl kasar) dengan zat-zat pengotor yang terkandung dalam garam NaCl kasar

Bila terjadi udem otak, dapat dilihat dari keadaan penderta yang mengantuk, adanya bradikardi, atau dengan pemeriksaan funduskopi.

Pada gambar 9 terlihat bahwa gelombang kotak keluaran driver memiliki ampitudo sebsar 4 div dengan volt/div = 5 v dan faktor pengali 1x maka tegangan yang

Hasil dari penelitian yang dilakukan Rosita (2009) menunjukkan bahwa variabel Nilai Utilitarian secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian