TUGAS AKHIR
MANAJEMEN KEUANGAN I ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
PT. UNILEVER INDONESIA Tbk
Disusun oleh :
Gibran Swadana 346386 (11) Bima Sena Suarga Eka Putra 346393 (12)
Rizky Aji Wiguna 346419 (13) Muhammad Hatta 346420 (14) Dhevi Anindya Windayanti 346428 (15)
Adrian Adi Setiawan 347623 (23) Sabrina Aisyah 348395 (32) I Nyoman Artha Ananda 348404 (33)
Claudia Evelina 352990 (55)
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS GADJAH MADA
A. PROFIL COMPANY
PT. Unilever IndonesiaTbk
PT Unilever Indonesia Tbk merupakan salah satu perusahaan Fast Moving Consumer Goods (FMCG) terkemuka di Indonesia. Rangkaian produk Perseroan mencakup produk Home and Personal Care serta Foods and Refreshment ditandai dengan brand-brand terpercaya dan ternama di dunia, antara lain Wall’s, Lifebuoy, vaseline, Pepsodent, Lux, Pond’s, Sunlight, Rinso, Blue Band, Royco, Dove, Rexona, Clear, dan lain- lain.
PT Unilever Indonesia Tbk (perusahaan) didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai Zeepfabrieken N.V. Lever di Batavia. Perusahaan berganti nama menjadi PT Unilever pada tahun 1980, tepatnya 22 Juli 1980 dan kemudian menjadi perusahaan go public pada 16 November 1981 mendaftarkan 15% sahamnya pada Bursa Efek Indonesia.
Visi Unilever
To Earn The Love and Respect of Indonesia by Touching The Lives of Every Indonesian Every Day.
Untuk meraih rasa cinta dan penghargaan dari Indonesia dengan menyentuh kehidupan setiap orang Indonesia setiap harinya.
Misi Unilever
1. Kami bekerja untuk menciptakan masa depan yang lebih baik setiap hari.
2. Kami membantu konsumen merasan yaman, berpenampilan baik dan lebih menikmati hidup melalui brand - layanan yang baik bagi mereka dan orang lain. 3. Kami menginsipirasi masyarakat untuk melakukan langkah kecil setiap harinya
yang bila digabungkan bias mewujudkan perubahan besar bagi dunia.
B. ANALISIS RATIO LIKUIDITAS
A. Current Ratio = Current Assets Current Liabilities 2011 = 4.446.219 = 0,687
6.474.594
2012 = 5.035.962 = 0,668 7.535.896
2013 = 5.862.939 = 0,696 8.419.442
PT Mayora Indah Tbk Tahun 2013
= 6.430.065 = 2,40
2.676.892
B. Quick Ratio = Current Assets – Inventory Current Liabilities
2011 = (4.446.219 –1.812.821 – 48.127 – 60.848) = 0,390 6.474.594
2012 = (5.035.962 – 2.061.899 – 1.840 – 1.718 – 73.940) = 0,384 7.535.896
2013 = (5.862.939 – 2.084.331 – 10.168 – 66.170 ) = 0,440 8.419.442
PT Mayora Indah Tbk Tahun 2013
= (6.430.065 – 1.456.454 – 47.888 – 236.688 – 15.395) = 1,75 2.676.892
2013 2012 2011
Current Ratio 0,696 0,668 0,687
2011 2012 2013 0
0.2 0.4 0.6 0.8 1
Current Ratio
Current Ratio
2011 2012 2013
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Quick Ratio
UNILEVER MAYORA 0
0.5 1 1.5 2 2.5 3
Current Ratio
Current Ratio
UNILEVER MAYORA
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2
Quick Ratio
 ANALISIS CURRENT RATIO
RasioLancar (Current Ratio) merupakan hasil dari Aset Lancar dibagi Kewajiban Lancar.Berdasarkan data Rasio Lancar (Current Ratio) diatas, tahun 2013 perusahaan memiliki rasio yang lebih tinggi di bandingkan denganr rasio lancer pada tahun 2012 maupun 2011.
Pada tahun 2012 dibandingkan dengan 2011, Aset lancar Unilever Indonesia meningkat 13,3% dari tahun 2011 menjadi Rp5,0 triliun tahun 2012. Di akhir tahun 2012, liabilitas jangka pendek meningkat 15,9% dari tahun 2011 menjadi Rp7,5 triliun. Komposisi dari liabilitas jangka pendek ini adalah pinjaman jangka pendek 13,8%, utang usaha 36,7%, utang pajak 6,9%, akrual 29,7%, utang lain-lain 12,4%, dan kewajiban imbalan kerja – bagian lancar 0,5%. Peningkatan jumlah liabilitas jangka pendek sebesar Rp1,0 triliun terutama disebabkan naiknya pinjaman jangka pendek terkait dengan pertumbuhan Perusahaan.
Hal ini menyebabkan terjadi penurunan rasio sebesar - 0,019 disebabkan adanya kenaikan pada liabilitas sebanyak 16,39% pada tahun 2012. Dapat di indikasikan bahwa pada tahun 2012, Unilever sedang mengalami penurunan dalam income sehingga perusahaan mulai lambat dalam membayar tagihan.
Pada tahun 2013 dibandingkan dengan 2012, Aset lancar Unilever Indonesia meningkat 16,4% dari tahun 2012 menjadi Rp5,9 triliun tahun 2013. Di akhir tahun 2013, liabilitas jangka pendek meningkat 11,7% dari tahun 2012 menjadi Rp8,4 triliun. Komposisi dari liabilitas jangka pendek ini adalah pinjaman jangka pendek 11,6%, utang usaha 44.7%, utang pajak 5,2%, akrual 21,9%, utang lain-lain 16,2%, dan kewajiban imbalan kerja jangka panjang – bagian lancar 0,4%. Peningkatan jumlah liabilitas jangka pendek sebesar Rp0,9 triliun terutama disebabkan naiknya utang usaha untuk pembelian bahan baku.
Hal ini menyebabkan terjadi peningkatan rasio sebesar 0,028 yang disebabkan adanya kenaikan pada asset sebanyak 16,4%, walaupun liabilitas dari Unilever juga naik sebanyak 11,7% namun tetap rasio lancarnya dapat lebih tinggi dibandingkan tahun 2011 dan 2012.
mengatur utang dengan baik, sehingga liabilitas jangka pendek perusahan lebih rendah dibandingkan dengan dengan aset lancar perusahaan. Tentunya ini membuat para kreditur lebih percaya terhadap PT Mayora mampu membayar hutang-hutangnya tepat waktu, dan berdampak PT Mayora mampu memiliki tambahan modal dari para kreditur.
 ANALISIS QUICK RATIO
Rasio Cepat (Quick Ratio) merupakan hasil dari Aset Lancar dikurangi dengan persediaan, pajak dibayar dimuka, serta beban dibayar dimuka, kemudian dibagi Kewajiban Lancar.
Pada tahun 2012, Persediaan meningkat sebesar 13,7% dibandingkan dengan angka tahun lalu. Termasuk didalamnya penyisihan untuk persediaan utang dan persediaan tidak terpakai / tidak laris yang menurun dari Rp82,5 miliar pada tahun 2011 menjadi Rp62,3 miliar pada tahun 2012. Persediaan juga telah dilindungi oleh asuransi terhadap risiko kerugian karena bencanaalam, kebakaran, dan risiko-risiko lainnya dengan jumlah pertanggungan sebesar Rp145,1miliar per lokasi. Pajak Dibayar di Muka mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun lalu disebabkan oleh penerimaan pembayaran lebih bayar pajak entitas anak sebesar Rp39,2 miliar pada April 2012. Beban Dibayar di Muka ini mengalami kenaikan sebesar 21,5% dari Rp60,8 miliar di tahun 2011 menjadi Rp73,9 miliar di tahun 2012. Berdasarkan data tersebut, pengurangan pada asset tetap meningkat, sedangkan likuiditasnya tetap tinggi, sehingga menyebabkan penurunan pada rasio cepat. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan kurang dapat mengendalikan hutang mereka.
Berdasarkan analisis tersebut, perusahaan mampu mengelola hutangnya dengan baik terbukti dengan naiknya rasio cepat dibandingkan dengan tahun 2011 dan 2012.
C. ANALISIS RASIO ASET MANAJEMEN
 RASIO ASET
2011 : Terdapat peningkatan nilai total aset sebesar 20,5% dari Rp8,7 triliun di tahun 2010 menjadi Rp10,5 triliun di tahun 2011. Peningkatan utama berasal dari aset tidak lancar. 2012 : Terdapat peningkatan nilai total aset sebesar 14,3% dari Rp10,5 triliun di tahun 2011 menjadi Rp11,9 triliun di tahun 2012. Peningkatan utama berasal dari aset tidak lancer 2013 : Terdapat peningkatan nilai total aset sebesar 11,4% dari Rp11,9 triliun di tahun 2012 menjadi Rp13,3 triliun di tahun 2013. Peningkatan utama berasal dari aset lancar.
 RASIO UTANG USAHA
2011 : Kenaikan piutang usaha bersih sebesar 32,4% dari tahun 2010 mengikuti
pertumbuhan penjualan Unilever Indonesia. Piutang usaha terdiri dari piutang usaha kepada pihak ketiga (90,4%) dan kepada pihak berelasi (9,6%). Pihak berelasi adalah anak
perusahaan dan perusahaan afiliasi. Di tahun 2011 Unilever mencadangkan Rp3,4 miliar. Pencadangan ini digunakan untuk menutupi kerugian yang mungkin muncul dari piutang tidak tertagih. Penghapusbukuan piutang tidak tertagih hanya dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari direktur keuangan.
2012 : Kenaikan piutang usaha bersih sebesar 16,8% dari tahun 2011 mengikuti
pertumbuhan penjualan Unilever Indonesia. Piutang usaha terdiri dari piutang usaha kepada pihak ketiga (92,9%) dan kepada pihak berelasi (7,1%). Pihak berelasi adalah anak
perusahaan dan perusahaan afiliasi. Di tahun 2012 Unilever mencadangkan Rp4,5 miliar. Pencadangan ini digunakan untuk menutupi kerugian yang mungkin muncul dari piutang tidak tertagih. Penghapus-bukuan piutang tidak tertagih hanya dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Direktur Keuangan.
 RASIO PERSEDIAAN
2011 : Persediaan meningkat sebesar 15,2% dibandingkan dengan angka tahun lalu.
Termasuk didalamnya penyisihan untuk persediaan usang dan persediaan tidak terpakai/tidak laris yang meningkat dari Rp63,3 miliar pada tahun 2010 menjadi Rp82,5 miliar pada
location tahun 2011. Persediaan juga telah dilindungi oleh asuransi terhadap risiko kerugian karena bencana alam, kebakaran, dan risiko-risiko lainnya dengan jumlah pertanggungan sebesar Rp99,9 miliar per lokasi.
2012 : Persediaan meningkat sebesar 13,7% dibandingkan dengan angka tahun lalu.
Termasuk didalamnya penyisihan untuk persediaan usang dan persediaan tidak terpakai/tidak laris yang menurun dari Rp82,5 miliar pada tahun 2011 menjadi Rp62,3 miliar pada tahun 2012. Persediaan juga telah dilindungi oleh asuransi terhadap risiko kerugian karena bencana alam, kebakaran, dan risiko-risiko lainnya dengan jumlah pertanggungan sebesar Rp145,1 miliar per lokasi.
2013 : Persediaan sedikit meningkat sebesar 1,1% dibandingkan dengan angka tahun lalu. Termasuk didalamnya penyisihan untuk persediaan usang dan persediaan tidak terpakai/tidak laris yang meningkat dari Rp62,3 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp78,3 miliar pada tahun 2013. Jumlah persediaan yang relatif sama pada tahun 2013 dan 2012 menunjukkan
manajemen persediaan yang baik pada tahun berjalan. Persediaan juga telah dilindungi oleh asuransi terhadap risiko kerugian karena bencana alam, kebakaran, dan risiko-risiko lainnya dengan jumlah pertanggungan sebesar Rp1,435 miliar.
 RASIO ASET TETAP
2011 : Aset tetap mengalami kenaikan cukup signifikan, yakni sebesar 28,1% dari tahun lalu. Kenaikan ini terutama berasal dari penambahan mesin dan peralatan di pabrik dalam rangka peningkatan kapasitas produksi.
2012 : Aset tetap mengalami kenaikan sebesar 18,2% dari tahun lalu. Kenaikan ini terutama berasal dari penambahan mesin dan peralatan di pabrik dalam rangka peningkatan kapasitas produksi.
 RASIO TINGKAT KOLEKTIBILITAS PIUTANG
2011 : Pada akhir tahun 2011, kemampuan Unilever Indonesia dalam menagih piutang (collection period) menurun dari 24 hari pada tahun 2010 menjadi 25 hari pada tahun 2011. Hal ini disebabkan oleh peningkatan penjualan ke daerah di luar pulau besar (outer island) yang mengakibatkan kenaikan waktu tempuh untuk pengiriman barang kepada distributor dan cuaca yang kurang baik yang menyebabkan kedatangan barang tidak sesuai dengan jadwal.
2012 : Pada akhir tahun 2012, kemampuan Unilever Indonesia dalam menagih piutang (collection period) menurun dari 25 hari pada tahun 2011 menjadi 27 hari pada tahun 2012. Hal ini disebabkan oleh peningkatan penjualan ke luar pulau Jawa (outer island) yang mengakibatkan kenaikan waktu tempuh untuk pengiriman barang kepada distributor dan cuaca yang kurang baik yang menyebabkan kedatangan barang tidak sesuai dengan jadwal. 2013 : Pada akhir tahun 2013, kemampuan Unilever Indonesia dalam menagih piutang (collection period) melemah
dari 30 hari pada tahun 2012 menjadi 33 hari pada tahun 2013. Hal ini disebabkan oleh pengiriman barang kepada distributor ke luar pulau Jawa (outer island) yang
membutuhkan waktu tempuh yang lebih lama.
 ANALISIS RASIO ASET MANAJEMEN PADA PT MAYORA INDAH Tbk Inventory turnover : Penjualan/Persediaan
12.017.837.133.337 / 1.456.454.215.049 = 8,251x
Setiap barang dalam persediaan Pt. Mayora Indah yang terjual dan diganti kembali atau berputar, sebanyak 9,251 kali pertahun.
Fixed Asset Turnover : Penjualan / Aset tetap bersih 12.017.837.133.337 / 6.430.065.428.871 = 1,869x
Rasio perputaran asset tetap Pt.Mayora Indah sebesar 1,8 kali Total Asset Turnover : Penjualan / Total asset
12.017.837.133.337 / 9.710.223.454.000 = 1,237x
Rasio perputaran total asset Pt.Mayora Indah sebesar 1,2 kali
Days Sales Outstanding : Piutang/Rata2 penjualan perhari = Piutang/Penjualan tahunan:365 hari =
D. ANALISIS RASIO DEBT MANAGEMENT
Rasio 2011 2012 2013 Mayora
Debt Ratio 64.9% 66.9% 68.1% 59.9%
Times-Interest-Earned
4.49 4.97 3.52 5.17
2011 = 6,801,375 /10,482,312 = 0.649 2012 = 8,016,614 / 11,984,979 = 0.669 2013 = 9,093,518 / 13,348,188 = 0.681 Mayora = 5,816,323 / 9.710.223 = 0.599
2011 = 11.462.805 + 5.243.477 + 1.307.526 / 4010747 = 4.49 2012 = 13.414.122 + 5.889.372 + 1.544.946 / 4196937 = 4.968 2013 = 11.462.805 + 5.243.477 + 1.307.526 / 5,121,735 = 3.517 Mayora = 1,356,073,496,557 + 32,388,888,893 / 32,388,888,893 = 5.17
2011 2012 2013
54.00% 56.00% 58.00% 60.00% 62.00% 64.00% 66.00% 68.00% 70.00%
Unilever
2011 2012 2013
D/A  Terjadi kenaikan dari 2011 ke 2012 dan 2012 ke 2013. Hal ini menunjukkan bahwa para kreditur memberikan lebih dari setengah dari total pendanaan. Unilever akan sulit untuk meminjam tambahan dana, karena kreditur berpikir akan terjadi banyak kerugian jika terjadi likuidasi. Tetapi, disampin itu, dengan besarnya presentase D/A tersebut, maka makin memperbesar laba yang diharapkan.
TIE  Pada Tahun 2011, Unilever memiliki TIE Ratio sebesar 4.49x dimana Unilever dapat membayar dengan tingkat 4.49x melalui operating income nya. Terjadi kenaikan sedikit di tahun 2012 menjadi 4.97x dan kembali menurun di tahun 2013 di titik 3.52x.
Perbandingan dengan industry sejenis :
Rasio 2011 2012 2013 Mayora
Debt Ratio 64.9% 66.9% 68.1% 59.9% U
Times- Interest-Earned
4.49 4.97 3.52 5.17 U
Jika dibandingkan dengan rasio industry sejenis, unilever memiliki debt ratio yang lebih tinggi dibanding dengan industry sejenis (mayora), yang berarti unilever memiliki peluang kesulitan tambahan dana dibanding dengan mayora karena memiliki peluang kerugian bagi kreditur yang lebih besar jika terjadi likuidasi.
Sedangkan untuk TIE nya, unilever memiliki angka lebih rendah dibandingkan mayora, hal ini unfavorable karena berarti mayora memiliki tingkat pembayaran bunga sebelum
operating income nya tidak bisa membayar lagi dibanding dengan mayora.
E. ANALISIS PROFITABILITY RATIO
2. Profit Margin = Net Sales – ( HPP + Biaya Penjualan + Biaya Adsminitrasi) x 100%
Net Sales
 2013 = 30.757.435 – ( 14.978.947 + 6.627.850 + 2.028.895 ) x 100% 30.757.435
= 23,15 %
 2012 = 27.303.248 – ( 13.414.122 + 5.889.372 + 1.544.946 ) x 100% 27.303.248
= 23,64 %
 2011 = 23.469.218 – ( 11.462.805 + 5.243.477 + 1.307.526 ) x 100% 23.469.218
= 23,24 %
Profit margindimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat kepada besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya dengan penjualan (sales). Dapat kita lihat pada data diatas, profit margin dari Unilever masih fluktuatif pada rentang waktu 2011 sampai 2013. Dari 2011 ke tahun 2012 profit margin mengalami peningkatan sebesar 0,4 %. Walaupun HPP, biaya administrasi dan biaya penjualan meningkat sebesar Rp, 2.834.632, namun net sales meningkat jauh lebih besar yaitu sebesar Rp, 3.834.040. Meski range
peningkatannya menurun namun peningkatan net sales tidak hanya terjadi ditahun sebelumnya. Pada tahun 2013 net sales-pun meningkat sebesar Rp, 3.454.187. Tetapi karena EBITnya meningkat sebesar Rp, 2.787.252, hal itu menyebabkan profit margin menurun dari tahun sebelumnya.
3. Basic Earning Power = EBIT / Total Assets
2011 = 18013808/10482312 : 1.72%
2012 = 20848440/11984979 : 1.74%
Dengan penghitungan BEP, kita bisa membandingkan kondisi perusahaan tiap tahunnya. Dengan begini kita bisa membandingkan dengan rata-rata industry lainnya, apakah kita masih dibawah rata-rata atau diatas. Lalu kita bisa melakukan improvisasi untuk perusahaan kedepannya.
4. ROA & ROE
- 2011
Profit Margin = net income/ sales = 4,164,304/23,469,218 = 0.18% Total Asset Turnover = sales/ total assets = 23,469,218/10,482,312 = 2.24 times
ROA = 0.40
Equity Multiplier = total asset/common equity = 10,482,312/3,680,937 = 2.85 times
ROE = ROA x Equity Multiplier = 0.40 x 2.85 = 1.14%
- 2012
Profit Margin = net income/ sales = 4,839,145/ 27,303,248 = 0.18% Total Asset Turnover = sales/ total assets =27,303,248/ 11,984,979 = 2.28 times
ROA = 0.41
Equity Multiplier = total asset/common equity =11,984,979/ 3,968,365 = 3.02 times
ROE = ROA x Equity Multiplier = 0.41 x 3.02 = 1.24%
- 2013
Profit Margin = net income/ sales = 5,352,625/ 30,757,435 = 0.17% Total Asset Turnover = sales/ total assets =30,757,435/ 13,384,188 = 2.3 times
Equity Multiplier = total asset/common equity =13,384,188/ 4,254,670 = 3.14 times
ROE = ROA x Equity Multiplier = 0.39 x 3.14 = 1.22%
Selama kurun waktu 2011-2013. Profit Margin perusahaan Unilever mengalami tren penurunan sebesar 0,01 %. Hal ini dapat terjadi karena perusahaan tidak mengontrol cost yang ada dengan baik atau hutang perusahaan semakin besar sehingga berdampak langsung kepada penurunan profit margin.
Pada 2011-2013. Total Asset Turnover perusahaan Unilever mengalami tren kenaikan yang berkisar 0,03 kali. Hal ini menunjukan tingkat perputaran aset dalam kurun waktu 1 tahun meningkat sebesar 0,03 kali.
Dalam tenggang waktu 2011-2013. Equity Multiplier perusahaan Unilever mengalami tren meningkat sebesar 0,2. Rasio ini juga bisa diartikan sebagai beberapa porsi dariaktiva perusahaan yang dibiayai oleh pemegang saham. Peningkatan pada Equity Multiplier berarti bahwa porsi dari aktiva perusahaan yang dibiayai oleh pemegang saham meningkat dari kurun waktu 2011-2013.
Perbandingan dengan PT Mayora Indah Tbk. 2013
Profit Margin = net income/ sales = 1,304,809/ 12,000,000 = 0.11% Total Asset Turnover = sales/ total assets = 12,000,000/ 9,710,223 = 1.24 times ROA = 0.14%
Equity Multiplier = total asset/common equity = 9,710,223/ 3,893,900= 2.49 times ROE = ROA x Equity Multiplier = 0.14 x 2.49 = 0.35%
ROA memberitahu kita seberapa efisien penggunaan aset oleh manajemen untuk mendapatkan keuntungan.
ROE merupakan bagian dari pendapatan yang dikembalikan sebagai persentase dari modal pemegang saham. ROE mengukur tingkat keuntungan perusahaan dengan mengungkaplan seberapa banyak keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan dengan uang yang diinvestasikan oleh para investor
bahwa Mayora tidak mengendalikan kosnya dengan baik, selain itu dapat juga diartikan bahwa terdapat kemungkinan Mayora menggunakan lebih banyak hutang dibandingkan dengan Unilever dalam proses usahanya.
Total Asset Turnover memberitahu kita berapa kali profit margin diperoleh setiap tahunnya. Total Asset Turnover perusahaan Unilever yang sebesar 2.3x lebih besar apabila dibandingkan dengan perusahaan Mayora yang hanya sebesar 1.24x. Hal ini berarti bahwa Perusahaan Unilever memiliki tingkat perputaran aset 2.3 kali pertahun yang jauh lebih besar dibandingkan dengan Mayora. Dari hal tersebut dapat ditarik kesimpulan yaitu Mayora mungkin memiliki terlalu banyak aset dibandingkan dengan Unilever sesuai dengan porsi usahanya.
F. ANALISIS MARKET VALUE RATIO
RASIO HARGA LABA P/E : Price per Share / Earning per Share
Rasio Harga Laba menunjukkan jumlah yang rela dibayarkan oleh investor untuk setiap rupiah yang dilaporkan.
P/E
2011 : 18800/545 : 34,5x 2012 : 20850/634 : 32,9x 2013 : 26000/701 : 37,1x
Dari hasil penghitungan diatas, rasio harga / laba dari tahun 2011, 2012, dan 2013 bisa dibilang fluktuatif. Di tahun 2011 rasio sebesar 34.5x akan tetapi di tahun 2012 rasio turun menjadi 32.9x, dan rasio mengalami kenaikan cukup lumayan di tahun 2013 dengan marjin 4.2 menjadi 37.1.
RASIO NILAI PASAR atau NILAI BUKU
Rasio tersebut menunjukkan perbandingan harga pasar terhadap nilai bukunya yang memberi indikasi pandangan investor atas perusahaan.
Price per Share Earning per Share
M/B : Price per Share / Book Value per Share
Price per Share Total Equity Share Outstanding
2011 18800 3.637.971.000.000 7.630.000.000
2012 20850 3.968.365.000.000 7.630.000.000
2013 26000 4.254.676.000.000 7.630.000.000
Book Value per Share :
2011 : 3.637.971.000.000 / 7.630.000.000= 476,798 2012 : 3.968.365.000.000 / 7.630.000.000= 520,1 2013 : 4.254.676.000.000 / 7.630.000.000= 557.6
M/B :
2011 : 18.800 / 476,798 : 39,4x 2012 : 20.850 / 520,1 : 40,1x 2013 : 26.000 / 557.6 : 46.6x
2011 2012 2013
34 36 38 40 42 44 46 48