• Tidak ada hasil yang ditemukan

Krisis Peradaban Barat dan timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Krisis Peradaban Barat dan timur "

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Krisis Peradaban Barat

Untuk memenuhi tugas mata kuliah

Oksidentalisme

Pengampu:

Drs. Ahmad Shobiri Muslim, M.A

Nala Alfia Chusna Neng Nida Mutiara Hasan

FAKULTAS USHULUDDIN

STUDI AGAMA-AGAMA

UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR PUTRI KAMPUS 5

KANDANGAN, KEDIRI, JAWA TIMUR

(2)

ABSTRAC

Peradaban barat pernah mengalami masa Dark Age pada abad pertengahan. Adapun Peradaban Barat abad ke-20 bukanlah produk masa-masa akhir, yang dimaklumi sebagai masa-masa akhir, yang dimaklumi sebagai abad-abad kegelapan bagi Eropa, atau ia bukan peradaban “modern” seperti anggapan banyak orang. Melainkan bahwa peradaban Eropa itu memiliki akar-akar historis yang usianya mencapai ribuan tahun. Peradaban Eropa tidak lain adalah “anak” peradaban Yunani dan Roma yang telah mewarisi materi, sistem kehidupan politik, filsafat sosial, pemikiran dan tradisi keilmuan kedua imperium tersebut. Sehingga, perilaku , identitas dan watak Yunani dan Roma telah mendarah daging dalam tubuh bangsa Eropa. Dan pada abad ke-20, barat telah menetapkan demokrasi liberal untuk negaranya sendiri. Tidak hanya itu, barat pun bahkan menampakkan paham-paham baru seperti sekulerisme, materialisme, bahkan atheisme atau anti terhadap Tuhan yang akhirnya pemikiran tersebut laris di negaranya, dan tanpa mereka sadari bahwa kepercayaan terhadap ideologi tersebut yang akhirnya membawa barat kepada krisis peradaban.

PENDAHULUAN

Seperti yang telah termaktub dalam sejarah bahwa Eropa pernah mengalami masa kegelapan atau Dark Age pada abad pertengahan dibawah kendali Kristen. Kemudian pada abad ke-19, barat terlahir kembali dalam kemasan yang mempesona dan mengundang kekaguman sampai pada abad ke-20. Peradaban Barat memang tampak modern akan tetapi berdarah daging Yunani dan Roma. 1

Oleh karena itu, tidak heran bahwa selama beberapa abad, barat memelihara watak dan karakteristik peradaban Roma dan Yunani dan mewarisi khazanah filsafat, ilmu pengetahuan, sastra dan pemikiran kedua peradaban klasik itu. Meskipun abad ke-19 dan abad ke-20 dinilai sebagai lahirnya kembali peradaban barat karena barat tampak modern apalagi dari segi ilmu pengetahuan

(3)

atau sains nya, nyatanya kehidupan di barat pada masa tersebut justru menghadirkan bentuk asli kehidupan jahiliyah bangsa Yunani dan Roma.

Kenyataan tersebut tidak mengherankan karena orang-orang barat itu tidak lain adalah anak cucu bangsa Yunani dan Roma, yang mengikuti agama yang kehilangan spiritualitas, sebagaimana diutarakan Dr. Haas ketika memberikan pemaparan tentang peradaban Yunani. Oleh karenanya kita dapat memperhatikan betapa dangkalnya ajaran agama, tidak ada unsur rasa takut (khusyuk) pada Tuhan dan tidak ada semangat untuk untuk beribadah. Hidup mereka sarat dengan huru-hara dan pesta pora, sebagaimana gambaran yang disampaikan oleh Lecky ketika ia berbicara tentang agama bangsa Yunani. 2

Selain itu juga bisa dilihat dari rakusnya bangsa barat pada kenikmatan dan kesenangan hidup, layaknya anai-anai yang berhamburan menuju cahaya api atau seperti orang yang kehausan saat ia mendapati air. Mereka sungguh tamak untuk memetik kesenangan dunia dengan kedua tangan, seperti yang pernah dikemukakan oleh Socrates. Hal ini juga bisa dilihat dari kebimbangan mereka pada agama dan keguncangan dalam hal kepercayaan, serta sikap yang terlalu meremehkan hukum-hukum agama, tradisi dan ritual keagamaan. Lalu, apa sebenarnya karakteristik dari peradaban barat tersebut? Adakah sisi positif dan negatif dari peradaban barat tersebut? Dan apakah barat masih bisa disebut dengan peradaban yang eksis setelah melihat fenomena yang sebenarnya terjadi di barat? Atau apakah peradaban barat sudah mengalami masa krisis hingga saat ini?

KARAKTERISTIK PERADABAN BARAT DAN SEJARAHNYA

Peradaban barat adalah hasil dari peradaban Yunani dan Roma. Maka tak heran jika dikatakan bahwa karakteristik peradaban barat adalah karakteristik dari bangsa Yunani dan Roma. Lalu apa sajakah karakteristik peradaban Yunani dan Roma yang akhirnya mengantarkan pada peradaban barat hingga saat ini?

Yang pertama dibahas ialah karakteristik peradaban Yunani untuk barat. Seperti diketahui bahwa Yunani adalah bangsa yang pintar, bangsa yang paling cerdas dan mahir dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan memiliki kekayaan

(4)

intelektual yang besar. Berbekal filsafat dan sastra , dan berkat kemahiran para pemikir, filosof serta ilmuwan, bangsa Yunani telah memainkan peran abadi melalui kekayaan pemikiran yang memenuhi perpustakaan dunia.

Yunani memiliki keistimewaan tersendiri yang tidak dimiliki oleh peradaban lain, yaitu : Keyakinan yang mendalam pada hal-hal yang nyata dan kurangnya perhatian pada hal-hal metafisis, minimnya unsur-unsur religi dan unsur rasa takut pada Tuhan, paham nasionalisme yang kental. Tiga fenomena tersebut dapat diungkapkan dalam satu ungkapan yaitu “materialisme” dan itulah semboyan peradaban Yunani yang diwariskan kepada peradaban barat dan masih mendarah daging pada masyarakat barat. Bangsa Yunani juga memiiki format kepercayaan pada banyak Tuhan (polytisme) yang digambarkan dalam patung-patung.

Para pemikir barat mengakui bahwa peradaban Yunani didominasi oleh paham materialisme dan menggagasnya dalam buku-buku dan tulisan-tulisan ilmiah. Adapun mengenai kepercayaan agama, filsafat ketuhanan yang berkembang di Yunani sangat tidak mengenal jiwa khusyu’ pada Tuhan, tidak ada semangat penghambaan diri, do’a dan permohonan pertolongan pada Tuhan. Hal ini dikarenakan filsafat hidup bangsa Yunani yang terlampau mementingkan aspek duniawi dan cara pandang yang amat berlebihan terhadap nilai materi, kegemaran yang kelewat batas pada gambar-gambar, patung-patung, nyanyian dan musik yang mereka sebut sebagai “kesenian”, kebebasan para sastrawan dan kalangan penulis tanpa ada batasan, telah membawa dampak amat buruk dalam kehidupan moral dan institusi sosial bangsa Yunani.3 Maka yang terjadi adalah dekadensi moral dan pembangkangan terhadap aturan hidup.

Kemudian berbicara tentang nasionalisme, maka ia merupakan unsur vital dalam peradaban barat. Nasionalisme di bumi barat lebih kental dengan apa yang terjadi di Asia. Paham ini adalah salah satu bentuk warisan dari Yunani, karena sejarah Yunani menjadikan nasionalisme sebagai paham yang berkedudukan seperti agama, inilah yang antara lain dikemukakan oleh Lecky. Cinta tanah air merupakan keutamaan moral yang nomor satu dalam ajaran para filosof Yunani.

(5)

Bahkan Aristoteles tidak cukup mengemukakan cinta dan kesetiaan pada tanah air sebagai keutamaan tertinggi, lebih dari itu ia berpendapat bahwa bangsa Yunani boleh memperlakukan bangsa lain seperti memperlakukan binatang. Paham nasionalisme picik Aristoteles ini telah mengakar dalam pemikiran bangsa Yunani. Hingga ketika seorang filosof Yunani mengatakan bahwa nasihat dan petuahnya tidak khusus untuk bangsa Yunani saja, tetapi untuk seluruh umat manusia, niscaya ia akan dipandang rendah dan diremehkan.

Yang kedua : Karakteristik Peradaban Roma. Bangsa Roma memang lebih unggul dalam kekuatan atau militer, sistem pemerintahan dan luasnya wilayah, akan tetapi Roma tidak sanggup menandingi kemajuan Yunani dalam ilmu pengetahuan, filsafat, sastra, pencerahan moral, dan peradaban secara umum. Sejarah membuktikan bahwa Roma tidak pernah memiliki konsep keimanan yang kokoh. Sejak semula mereka memproklamirkan bahwa Tuhan tidak berhak ikut campur tangan dalam urusan politik atau persoalan-persoalan keduniaan. Agama sama sekali tidak mampu memberi warna pada moralitas, kehidupan sosial dan politik Roma. Kepercayaan bangsa Roma bukanlah agama yang memiliki nilai keimanan yang dalam, yang mampu mengendalikan jiwa dan terbit dari dasar hati. Agama adalah tradisi, tidak lebih. Dan semata-mata atas pertimbangan politik sajalah kepercayaan mereka masih mampu bertahan. Lecky menuturkan sebagai berikut :

“Agama bangsa Romawi berdiri di atas dasar egoisme, tidak memiliki orientasi pembangunan kesejahteraan bangsa, dan keselamatan mereka dari petaka. Buktinya adalah bahwa di zaman itu banyak terlahir patriot-patriot dan pemimpin-pemimpin besar, namun tidak satu pun diantara mereka yang menempuh cara hidup zuhud, dan sepanjang sejarah Roma, tidak pernah terdengar sosok ideal dalam pengorbanan dan sikap menomorduakan kepentingan pribadi. Yang pasti bahwa para lahirnya para patriot dan orang-orang besar di Roma, semata-mata oleh faktor kepentingan nasionalisme dan bukan kepentingan agama.”4

(6)

Dan keistimewaan lain yang menonjol dari Roma adalah watak imperialisme dan pandangan materialistik murni terhadap dunia. Inilah watak yang diwarisi Barat abad modern.

Kristenisasi di Barat

Ada peristiwa besar yang mesti dicatat oleh pena sejarah, yakni naiknya agama kristen ke atas singgasana Roma yang menggantikan kepercayaan pagan di negeri barat, yang sebelumnya barat menganut kepercayaan pagan dan polyteisme yang merupakan hasil dari warisan Yunani. Peristiwa tersebut berlangsung pada masa kekuasaan Kaisar Konstantin setelah ia menjadi pemeluk agama kristen pada tahun 306 M. Pada masa inilah dengan liciknya Kaisar Konstantin memasukkan unsur-unsur kepercayaan pagan ke dalam agama kristen, sedangkan umat kristen yang menyadari hal tersebut hanya bersikap acuh tak acuh justru mereka berfikir hal itu semakin menambah daya tarik kristen dimata manusia.5

Berkembangnya agama kristen di barat tidaklah membuat barat mengalami masa kejayaan pada masa itu. Justru hal ini malah membuat barat semakin terpuruk karena adanya legitimasi ditangan kristen untuk menggenggam barat ditangan mereka, hingga akhirnya dalam kristen itu sendiri muncul istilah ”Monastisisme” atau sistem kependetaan dalam agama kristen yang akhirnya mengalami perkembangan yang sangat mencengangkan hingga akhirnya meningkatkan jumlah pendeta dalam kristen. Akan tetapi, dalam dunia kependetaan (monastisime), penyiksaan-penyiksaan fisik dipercayai sebagai gambaran ideal dalam ajaran agama dan moral. Keadaan ini berlangsung kurang lebih dua abad. Para sejarahwan menuturkan banyak peristiwa aneh tentang kehidupan para pendeta. Konon, pendeta Makarius pernah tidur selama lima tahun di kubangan berlumpur agar tubuhnya yang telanjang digerogoti semut.

Para pendeta beranggapan bahwa kesucian jasad bertantangan dengan dengan kesucian batin, dan mereka beranggapan pula bahwa membersihkan anggota badan sebagai perbuatan maksiat. Banyak orang awam yang memuji dan mendukung orang-orang yang meninggalkan kedua orang tuanya untuk hidup mengasingkan diri sebagai pertapa. Para pendeta ketika itu memiiki kemahiran

(7)

dalam melarikan anak-anak. Para ibu menyembunyikan anak-anak mereka apabila mereka mendengar kedatangan pendeta Ambrose. Para orang tua tidak berkesempatan mendidik anak-anak dan dengan terpaksa menyerahkan mereka pada para pendeta.

Kehidupan kependetaan (monastisisme) membawa dampak pada pergeseran sistem nilai dalam masyarakat. Semangat berjuang dan dan harga diri yang sebelumnya dinilai identitas pribadi yang mulia, menjadi berbalik sebagai aib dan kenistaan. Pilar kehidupan berkeluarga menjadi tumbang, kejahatan dan kekerasan dalam kehidupan rumah tangga merajalela. Tidak hanya paham monastisime saja yang berkembang di barat kala itu, paham materialisme juga turut menggerogoti akal dan pemikiran masyarakat barat yang berakibat pada kemerosotan peradaban barat dan timbulnya pertikaian antara Paus dan Kaisar ataupun antar pemuka agama dan para bangsawan. Mereka berlomba-lomba membuat peraturan untuk rakyat demi kepentingan mereka sendiri, segala bentuk upaya dalam politik, perdagangan dan sektor lainnya hanyalah kamuflase para pembesar saja. Mereka hidup dalam kemewahan dan berfoya-foya dengan harta yang mereka rampas dari rakyat, kehidupan mereka sangat jauh dari agama dan kezuhudan. Sedangkan rakyat mereka berada dalam penderitaan, penyiksaan dan kemiskinan yang memang dibuat oleh para pembesar mereka sendiri. Hingga akhirnya muncul banyak kejahatan dan kriminal dimana-mana. Inilah salah satu kelamnya peradaban barat dibawah kekuasaan Kristen. 6

Tidak hanya sampai disitu perbuatan keji yang dilakukan oleh gereja. Gereja juga mengintimidasi ilmu pengetahuan. Sehingga kala itu banyak para ilmuwan yang meninggal dibunuh oleh gereja dikarenakan mereka punya andil dalam memajukan ilmu pengetahuan. Gereja tidak ingin ilmu pengetahuan pesat di barat karena mereka takut legitimasi mereka hilang dan kekuasaan mereka jatuh ke tangan para pembangkang. Maka tak heran kala itu para pemuka kristen banyak memasukkan unsur-unsur ilmu pengetahuan dan penemuan-penemuan abad modern yang meliputi bidang sejarah, geografi, ilmu alam, dan perkembangan terbaru ilmu pengetahuan ke dalam buku suci mereka yang kebenarannya dinilai mutlak oleh gereja, sehingga tidak dibenarkan bagi

(8)

masyarakat atau ilmuwan yang memberikan teori yang bertentangan dengan gereja meskipun teori mereka lah yang sebenarnya benar. 7

Munculnya Gerakan Renaissance di Barat

Akibat perlakuan buruk yang dilakukan oleh gereja akhirnya memunculkan gerakan Renaissance yang menolak dan memberontak terhadap segala keputusan dan perlakuan gereja. Dari sinilah akhirnya muncul paham sekularisme. Akhirnya pada abad ke 17 M, paham sekularisme menggantikan pola pikir masyarakat barat. Mereka mulai meninggalkan agama mereka (kristen) dan mengejar kehidupan dunia. Maka sampai saat ini barat percaya bahwa kemajuan sains dan teknologi yang mereka rasakan hingga saat ini karena mereka meninggalkan agama mereka. Pola pikir ini yang kemudian mulai merasuki masyarakat Asia. Dari berkembangnya paham sekulerisme muncullah paham atau isme isme lain dari barat yang berkembang menjadi pola pikir tetap masyarakat barat seperti liberalisme, pluralisme, relativisme, dan lain sebagainya. Bahkan dari gerakan Renaissance ini juga banyak masyarakat barat yang meningglkan agama mereka dan mereka lebih memilih untuk tidak beragama atau atheis dan barat menjadi bangsa yang jauh dari nilai spiritual dan tak kenal dengan Tuhan atau agama. Faktor-faktor itulah yang akhirnya mengantarkan barat pada dekadensi moral dan maraknya kejahatan di barat hingga muncullah istilah “krisis peradaban barat.”

Dampak Positif Peradaban Barat

1. Kebaradaan peradaban barat itu telah mengefektifkan sekaligus mengefisiensikan proses pelaksanaan pendidikan islam.

2. Kemajuan peradaban barat telah menyadarkan dunia islam akan ketinggalannya, sehingga menggugah hati mereka untuk berusaha keras menuju penguasaan kembali ilmu pengetahuan dan peradaban yang pernah dimiliki oleh orang islam.

(9)

3. Keberadaan peradaban barat memudahkan transfer ilmu pengetahuan, nilai-nilai keagamaan, kebudayaan, pemikiran dan keahlian kepada generasi muda, sehingga mereka betul-betul siap mengarungi kehidupan sekarang dan yang akan dating.

Dampak Negatif Peradaban Barat

1. Keraguan terhadap Syari’at Islam8

Pengaruh westernisasi yang telah tumbuh lama di Indonesia sangat terasa khususnya di bidang hukum. Hal ini disebabkan penjajahan dan kolonialisasi yang dilakukan oleh kaum Barat dalam segala bidang di masa lalu, sehingga dampaknya masih terasa sampai saat sekarang. Dinamika yang muncul di masyarakat Indonesia yang mayoritas berpenduduk muslim adalah keraguaan dalam menerapkan hukum syari’at. Dampak pengaruh penjajahan dari orang-orang Eropa ini mengakibatkan berubahnya pola pikir bangsa Indonesia terhadap penerapan hukum, bahkan sebagian masyarakat menggangap hukum syari’at adalah hukum usang yang tidak layak diterapkan lagi pada masa sekarang ini. Hasilnya adalah pengadopsian hukum penjajah dalam masyarakat Islam yang dianggap lebih modern dan terkini atau disebut hukum positif Indonesia. Jika pun terdapat beberapa daerah di wilayah Indonesia seperti Aceh yang berusaha menerapkan hukum syari’at harus mengacu dan mengikuti aturan-aturan hukum positif yang berlaku sekarang. Hal ini terjadi karena pengaruh westernisasi di bidang hukum yang cukup mengakar dalam masarakat Indonesia dewasa ini.

2. Akidah Ummat Islam Menjadi Rusak

Tidak dapat dipungkiri, pengaruh westernisasi menyebabkan rusaknya akidah dan moral masyarakat khususnya kalangan remaja. Pengaruh dunia hiburan dewasa ini sangat membahayakan kalangan remaja, musik-musik dengan lirik-lirik yang mengundang syahwat dilantunkan dengan bebas tanpa sensor dan pengawasan yang ketat dari pemerintah. Penyedian panggung hiburan setiap pagi dan malam oleh lembaga penyiaran menyebabkan terjadinya kosentrasi masa yang sangat besar, baik laki dan perempuan tanpa ada pembatas. Maka tidak heran,

(10)

akan terjadi pelecehan seksual dan tindakan kriminal lainnya ketika acara berlangsung atau sesudahnya. Hal di atas terjadi dengan menjiplak budaya barat dalam mengadakan konser hiburan di negara mereka, padahal dalam Islam sangat tegas melarang kegiatan yang tidak bermamfaat seperti ini, segbagaimana diutarakan oleh Muhammad 11 bahwa ”mendengarkan nayian dan musik tidak terdapat manfaatnya bagi jiwa dan tidak mengandung maslahat, bahkan faktor merusak lebih besar daripada manfaatnya, nyanyian dan musik terhadap jiwa ibarat arak terhadap badan yang membuat orang mabuk. Bahkan mabuk karena nyanyian dan musik lebih besar efek yang ditimbulkan daripada mabuk karena arak itu sendiri.”

3. Adanya Kehidupan Individualis Pada zaman era globalisai

sekarang ini kehidupan yang bersifat individualis telah mengakar dan menjadi tradisi dalm jiwa ummat Islam, terutama sekali dalam pergaulan remaja sebagai generasi masa kini. Dalam kenyataannya mereka bebas tanpa menghiraukan norma-norma agama, minum-minuman keras, berdiskotik, dan dalam kehidupan sehari-hari tidak menghiraukan norma sosial dan bersifat mementingkan diri sendiri. Dan akhirnya mereka tenggelam dalam kemewahan hidup, kesombongan, hurahura karena menganggap kehidupan dunia adalah kehidupan indah dan kekal selamalamanya. Disisi lain, mereka tidak menghiraukan mayarakat yang hidup miskin, begitulah sikap egois yang tinggi telah menghilangkan kasih sayang sesama ummat di zaman sekarang ini.

4. Adanya Pemikiran yang diwarnai oleh Sekulerisasi

(11)

akibat pemisahan ini terjadi ketidakseimbangan masyarakat dalam memperoleh ilmu secara utuh. Maka lahirlah para ilmuan di bidang science yang melakukan penemuan-penemuan baru tanpa batas dan tidak menhiraukan nilainilai agama, seperti penemuan di bidang persenjataan dan meliter untuk melakukan pembunuhan manusia secara massal dan banyak penemuan lainya yang merusak lingkungan. Disamping beberapa dampak negatif yang ditimbulkan akibat dari westernisasi juga membawa dampak positif yang sangat baik bagi ummat. Antara lain adalah ummat Islam telah sadar atas ketertinggalanya dalam bidang teknologi sehingga akan berusaha untuk mengejar ketertinggalan itu. Selanjutnya, perkembangan teknologi penyiaran yang sangat maju dewasa ini akan berdampak posistif jika pengaturan penyiaran disesuaikan dengan perkembangan budaya dan nilai-nilai agama yang hidup dan berkembang di masayarakat Indonesia yang dikenal berbudi luhur dan sangat menjunjung tinggi nilai-nilai agama. penyiaran terhadap tokohtokoh dan anak-anak yang berprestasi misalanya akan mendorong orang dan anak lainnya untuk mengikuti hal yang sama. Kemudian, pengaruh westernisasi dalam ummat Islam telah mengaktifkan kembali para da’i-da’i yang telah lama mati suri untuk lebih giat dalam berdakwah kepada ummat dan memperdalam agama Islam kepada masyarakat, dengan cara pengabdian, kajian-kajian, dan seminar-seminar lainnya. 4.

Dampak Negatif Epistemologi Barat Modern9

Tradisi epistemologi keilmuan Barat memberikan pengaruh besar pada pola fikir, cara pandang dan perilaku manusia yang menjadi motor perkembangan suatu peradaban. Pengaruh ini bukan hanya pada masyarakat Barat sendiri, tetapi juga telah meluas menjadi pengaruh global yang juga ikut mempengaruhi cara pandang umat Islam. Adapun pengaruh yang ditimbulkan oleh keilmuan dan epistemologi Barat antara lain secara lebih rinci di antaranya adalah sebagai berikut:

a. Sekularisasi dan Liberalisasi Teologi

Para teolog Kristen terkemuka abad ke-20 seperti Karl Barth, Dietrich Bonhoeffer, Paul Van Buren, Thomas Altizer, William Hamilton dan lain

(12)

sebagainya, memodifikasi teologi Kristen supaya sesuai dengan peradaban Barat modern yang sekuler. Mereka menegaskan ajaran Kristiani harus disesuaikan dengan pandangan hidup sains modern yang sekuler. Mereka membuat penafsiran baru terhadap Bible dan menolak penafsiran lama yang menyatakan ada alam lain yang lebih hebat dan lebih agamis dari alam ini. Sekulerisasi dan liberalisasi teologi menyebabkan agama menjadi urusan pribadi dan menjadi pinggiran dalam arus peradaban Barat Modern.43 Sekularisasi telah menjadikan manusia menjauh dari Tuhan bahkan sudah mendorong manusia “menuhankan” dirinya sendiri.10

b. Meluasnya Atheisme di Berbagai Disiplin Keilmuan

Berbagai disiplin keilmuan, seperti dalam teologi, filsafat, sains, sosiologi, psikologi, politik, ekonomi, dan lain-lain tidak terlepas dari paham ateisme. Salah seorang perintis paham ateisme di abad modern adalah Ludwig Feurbach (1804- 1872 M). Feurbach, seorang ahli teologi Kristen, menegaskan prinsip filsafat yang paling tinggi adalah manusia.45 Teori big bang sebagai teori yang sangat populer mengandaikan ketidakwujudan Tuhan sebagai sang Pencipta. Laplace sebagai pencetus teori tersebut mengatakan “saya tidak membutuhkan hipotesa seperti itu” (Je n’ai pas besoin de cet hypothese). Dalam pandangannya Tuhan dianggap sebagai sebuah hipotesa semata-mata bahkan sebuah hipotesa yang tidak diperlukan dalam menjawab asal mula dan mekanisme cara kerja alam semesta.11

Charles Darwin (1809-1882 M) termasuk salah satu ilmuwan yang tidak mengakui adanya peran dari Tuhan sebagai pencipta alam semesta melalui teori evolusi dan teori seleksi alamnya. Baginya tidak ada penciptaan yang dilakukan oleh Tuhan, yang ada adalah evolusi dari satu tahap ke tahap lainnya. Tuhan sudah berhenti melakukan penciptaan dan digantikan dengan hukum mekanika dan hukum evolusi serta seleksi alam ketika berkaitan dengan proses dan kejadian-kejadian di alam semesta ini.12

10 Al-Attas, Islam and Secularism, 38–40

11 Mulyadhi Kartanegara, Mengislamkan Nalar: Sebuah Respons terhadap Modernitas (Jakarta: Erlangga, 2007), 108.

(13)

Dalam disiplin ilmu ekonomi, Karl Marx (1818-1883 M) terpengaruh karya Feurbach, ia berpendapat agama adalah keluhan mahluk yang tertekan, perasaan dunia tanpa hati, sebagaimana ia adalah suatu roh zaman yang tanpa roh. Agama adalah candu rakyat. Dalam pandangan Marx, agama adalah faktor sekunder, sedangkan faktor primernya adalah ekonomi. Ia pun memuji karya Darwin yang menyatakan bahwa Tuhan tidak berperan dalam penciptaan.

Dalam disiplin ilmu sosiologi paham ateisme ini juga berkembang. August Comte (1798-1857 M), penemu istilah sosiologi, memandang kepercayaan kepada agama merupakan bentuk keterbelakangan masyarakat. Pendapatnya yang menolak agama ini diikuti oleh para ahli sosiologi dan antropologi seperti Emile Durkheim dan Herbert Spencer. Agama, tegas Spencer, bermula dari mimpi manusia tentang adanya spirit di dunia lain.

Pemikiran ateistik ikut bergema juga dalam disiplin ilmu psikologi. Sigmund Freud (1856-1939 M), seorang psikolog menegaskan doktrin-doktrin agama adalah ilusi. Agama sangat tidak sesuai realitas dunia. Bukan agama, tetapi hanya karya ilmiah satu-satunya jalan untuk membimbing ke arah ilmu pengetahuan.13

c. Lahirnya paradigma-paradigma pemikiran yang saling bertentangan

Akibat lain dari epistemologi Barat modern adalah munculnya paradigma pemikiran yang saling bertentangan antara satu dengan yang lainnya. Beberapa paradigma pemikiran ini adalah materialisme, positivisme, eksistensialisme, pragmatisme, realisme, agnostisisme, konstruktivisme, humanisme, liberalisme dan lain-lain. Jika dicermati semua paradigma pemikiran demikian saling bertentangan. Misalnya saja materialisme bertentangan dengan idealisme dan eksistensialisme. Agnostisisme bertentangan dengan realisme dan pertentangan pertentangan lainnya.

Saat Barat mengalami masa Krisis Peradaban

Barat memang pernah mengalami masa Dark Age selama kurang lebih 10 abad dibawah kekuasaan gereja. Dan Abad ke 19 hingga saat ini dinilai sebagai

(14)

titik majunya bangsa barat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, meskipun demikian dalam hal moral dan spiritual sangat terbelakang. Keadaan inilah yang memicu para sejarahwan untuk mengatakan bahwa barat sudah mengalami krisis peradaban dan hal ini akan terus memburuk akibat merosotnya moral dan ketidakpercayaan mereka terhadap Tuhan. Lalu dari faktor mana sajakah hingga akhirnya barat berada pada situasi krisis peradaban? Lalu apa dampak dari krisis peradaban barat untuk bangsa lain?

Bisa dikatakan bahwa barat sudah mengalami krisis peradaban maka barat sudah mengalaminya sejak awal yaitu dari zaman Yunani Kuno hingga saat ini meskipun dari segi sains dan teknologi mereka dikatakan maju dan mereka sangat mendominasi perdagangan dunia akan tetapi dari segi moral dan akhlak nilai mereka nol. Meskipun barat pernah mengalami masa kejayaan peradaban pada masa Spanyol dibawah kepemimpinan Islam. Lalu setelah itu kemerosotan peradaban terulang kembali setelah muncul gerakan Renaissance meskipun dengan konsep yang berbeda. Dari sekularisme melahirkan liberalisme, yang memberikan kebebasan pada tiap individualnya.

Pemikiran sekular-liberal memang sudah menjalar di kalangan masyarakat barat bahkan hal ini sudah menular ke berbagai belahan dunia. Salah satu contoh problem moral yang terus mengguncang dan memicu kontroversi di Barat dan hal ini juga merupakan bagian dari sekularisasi yaitu problema homoseksualitas. Homoseksualitas yang berabad-abad dicap sebagai praktik kotor dan maksiat, oleh agama-agama, justru kemudian diakui sebagai praktik yang manusiawi dan harus dihormati sebagai bagian dari penghormatan Hak Asasi Manusia. Dalam kasus ini, para teolog Kristen juga berlomba-lomba membuat tafsiran baru agar praktik maksiat ini disahkan oeh Gereja. Tidak hanya kasus homoseksual saja akan tetapi banyak kasus pelecehan seksual terhadap anak-anak, yang ternyata pelakunya adalah para pastur, pendeta dan uskup gereja. Bahkan dilaporkan anak-anak sebanyak 10.667 telah menjadi korban pelecehan oleh lebih dari 4.392 pastur.14

Logika kebebasan individu asal tidak merugikan orang lain ini telah menjebak masyarakat Barat dan masyarakat sekular lainnya untuk menerapkan

(15)

hukum yang berdasarkan pada hak individu, seperti dalam kasus hukum zina. Selain permasalahan homoseksual atau yang saat ini sudah meluas menjadi kasus LGBT yang sudah dilegalkan kebolehannya di barat, kaum feminis juga berusaha keras agar mereka mendapatkan legitimasi dari Bible. Mereka tidak lagi menulis God, tetapi juga Goddes. Sebab, gambaran Tuhan dalam agama mereka adalah Tuhan maskulin. Mereka ingin Tuhan yang perempuan. Dalam buku Feminist Aproaches to the Bible, seorang aktivis perempuan, Tivka Frymer-Kensky, menulis makalah dengan judul : “Goddesses : Biblical Echoes”. 15

Titik-titik ekstrim pada gerakan pembebasan wanita yang kemudian dikenal dengan gerakan “kesetaraan gender (gender aquality)” ini juga sudah menjadi tren global. Pada akhirnya masyarakat Barat seperti terjebak dalam berbagai titik ekstrim dan lingkaran setan yang tiada ujung pangkal dalam soal nilai. Mereka berangkat dari satu titik ekstrim ke titik ekstrim lainnya. Pada tingkat global, cara pandang sekular-liberal gaya Barat ini kemudian diglobalisasi sebagai bagian dari upaya pelestarian hegemoni. Ini adalah wajar dalam logika politis yang dominan saat ini. Demokratisasi liberal mengharuskan sekularisasi dan sekaligus pluralisme, yang tidak membedakan manusia atas dasar agama atau ras tertentu namun manusia dikotak-kotakkan atas dasar bangsa dan negara. Berbagai kajian tentang fenomena globalisasi telah banyak diungkapkan.. Penyebaran budaya Barat yang didominasi dengan budaya konsumerisme, hedonisme dan materialisme menjadi tema menarik dalam kajian tentang globalisasi. Globalisasi yang melanda dunia ditandai dengan homogenisasi food (makanan), fun (hiburan), fashion (mode) dan thought (pemikiran). Globalisasi adalah sesuatu yang kompleks dan sulit dihindarkan oleh umat manusia yang semakin terintegrasi dalam perkembangan alat-alat komunikasi dan transportasi modern. Namun, kuatnya arus konsumerisme, hedonisme dan narkotikisme yang dijejalkan kepada masyarakat dunia melalui berbagai acara-acara hiburan, memang sulit dibendung.

Di era globalisasi, dimana proses liberalisasi berlangsung diberbagai bidang, pro kontra tentang batas-batas moral akan selalu terjadi. Kaum

(16)

liberal dengan mudahnya berfikir, bahwa “kebebasan berekspresi” adalah standar moral yang mutlak dan tidak dapat diganggu gugat. Jadi, kata mereka, tidak boleh ada satu pihak pun yang boleh mengambil alih dan memonopoli kewenangan dalam melakukan penghukuman dan pemberangusan, atas nama apapun. Baik itu alasan politik, moral, agama dan adat. Logika kaum liberal ini berasal dari prinsip “humanisme sekular”, yang menempatkan manusia sebagai Tuhan. Manusialah yang menentukan segala hal, dengan kebebasan individualnya asal tidak merugikan orang lain. Mereka tidak mau ada campur tangan agama dalam masalah moral. Mereka ingin mengatur diri mereka sendiri. Menurut mereka, Tuhan tidak berhak campur tangan dalam urusan kehidupan, karena manusia lebih hebat dari Tuhan. Meskipun agama jelas-jelas melarang, negara, ulama, atau kelompok apa pun, tidak boleh ikut-ikutan melarang. Belum lagi dengan adanya konsep relativisme di Barat, yang menganggap bahwa kebenaran adalah relatif, bahkan kebenaran dalam tiap agama itu bernilai relatif. Jika fenomena semacam itu sudah muncul, maka nilai moral agama akan hancur dan memasuki lingkaran setan kebingungan yang tiada ujung. Cara mengatasinya, tentu saja kembali kepada agama dan tidak mengikuti langkah-langkah setan yang terkutuk. Jika hal ini terus dibiarkan saja maka sudah tentu bahwa barat akan terus mengalami dekadensi moral berkepanjangan karena tidak adanya kekuatan spiritual agama, akhirnya mengakibatkan peradaban hancur. Sebenarnya, Barat pun sadar, Demokrasi liberal tidak dapat diterapkan pada semua aspek kehidupan umat manusia khususnya di dunia Internasional. 16

Sebagaimana yang telah dijelaskan, bahwa memang peradaban barat sejatinya merupakan ramuan dari unsur-unsur Yunani Kuno, Kristen dan tradisi paganisme Eropa. Meskipun barat telah menjadi sekular-liberal, namun sentimen-sentimen keagamaan Kristen terus mewarnai kehidupan mereka. Jika dalam masa kolonialisme klasik mereka mengusung jargon “Gold, Gospel, dan Glory”, maka di era modern, dalam beberapa hal, semboyan itu tidak berubah . jika dianalisis secara mendalam, serbuan AS terhadap Irak tahun 2003 dan dukungannya yang terus menerus terhadap Israel, juga tidak lepas dari unsur “Gold, Gospel, dan Glory”. Meskipun berbeda dalam banyak hal, unsur-unsur Barat sekular-liberal

(17)

kadang bisa bertemu dengan kepentingan “misi Kristen”, atau “Sentimen Kristen.”

Jalan Kematian Sebuah Peradaban

Berbagai kemajuan teknologi telah dicapai, dan dalam banyak hal di zaman-zaman belakangan ini Barat banyak diikuti bangsa-bangsa lain di dunia. Tragisnya, Barat sendiri sekaligus menciptakan mekanisme dan mesin penghancur untuk dirinya sendiri. Barat telah menciptakan begitu banyak jalan untuk bunuh diri dan jalan kematian bagi umat manusia. Umat manusia, dari berbagai kalangan, tak henti-hentinya melakukan protes. Dalam soal penyelamatan lingkungan hidup, paradoksi itu pun dapat dilihat dengan jelas. Kasus Protokol Kyoto, 2001, sangat baik untuk disimak. Barat, khususnya AS, yang menjadikan lingkungan hidup sebagai salah satu isu penting dalam politik internasional, justru merupakan perusak alam terbesar diantara umat manusia. Ironisnya, AS yang merupakan penyumbang terbesar emisi gas CO2, justru menolak untuk menandatangani Protokol Kyoto. Sikap AS itu telah memicu protes keras dari berbagai lembaga swadya masyarakat.

Protes-protes dari berbagai kalangan terhadap ketidakadilan ‘kuasa besar’ atau ‘penguasa dunia’ itu sejatinya menunjukkan, bagaimana watak peradaban Barat yang dimainkan oleh AS, yang begitu mementingkan dirinya sendiri, meskipun harus menghancurkan bumi, alam semesta dan umat manusia. Tentang tanda-tanda kehancuran AS, Frederic F. Clairmont juga mempublikasikan satu risalah berjudul “USA : The Crumbling of Empire”, yang menyorot pemborosan dan pembekakan utang AS. Clairmont menyebut Asia sebagai “an imperialist empire”, yang pada tahun 2003 saja dana 400 miliar USD hanya untuk berperang dan persiapan perang. 17

Akan halnya bangsa Eropa, mereka telah memandang agama sebagai barang yang tabu, maka mereka tidak lagi memiliki unsur pengarah yang berhasil dari ajaran agama dan petunjuk ketuhanan yang memberi arah kepada jalan yang benar. Bangsa Barat telah lalai akan tujuan final dari kehadiran dirinya di alam

(18)

dunia, juga peran dan kemana mereka akan kembali. Mereka bersemboyan, “kehidupan kami hanyalah kehidupan di dunia ini, kami hidup dan mati dan sekali-sekali kami tidak akan dibangkitkan.”

Di dunia Barat tidak ada lagi keseimbangan antara kekuatan materi dan kekuatan moral. Dan antara ilmu dan teknologi satu sisi dan kekuatan agama disisi lain. Pasca kebangkitan Eropa modern, kekuatan militer dan perkembangan ilmu pengetahuan dengan sangat pesat, tetapi hal itu dicapai dengan mengorbankan agama dan akhlak. Prof. Joad mengemukakan bahwa ilmu pengetahuan alam telah mendatangkan kekuatan yang layaknya hanya dimiiki oleh Tuhan akan tetapi kita mempergunakan cara berfikir seperti anak-anak atau hewan. 18

Tema kesenjangan antara ilmu pengetahuan dan teknologi di satu pihak dengan akhlak dan nilai-nilai kemanusiaan di pihak lain, serta kegagalan peradaban modern dalam menjalankan misi kemanusiaan, dikemukakan pula oleh pemikir dan filosof Barat paling terkemuka dewasa ini, Dr. Alexis Carrel, dalam karya tulisnya, “Man the Unknown”, melalui analisa mendalam dan ungkapan yang menakjubkan ia mengatakan :

“Tampak bahwa peradaban modern telah gagal melahirkan manusia-manusia yang memiliki daya inovasi, kecerdasan dan keberanian dalam satu waktu. Di berbagai kawasan, dapat dilihat bahwa pada pribadi sekelompok orang yang memegang otoritas, adanya kemunduran mentalitas berfikir dan kehidupan moral.”19

Kita mengamati bahwa peradaban modern, belum lagi mampu mewujudkan cita-cita besar yang diharapkan umat manusia dan bahwa peradaban modern gagal melahirkan generasi yang memiliki tingkat kecerdasan dan keberanian. Kegagalan yang membawa peradaban untuk menapaki jalan penuh bahaya. Individu dan umat manusia tidak mengalami kemajuan secepat kemajuan yang dicapai oleh institusi-institusi yang terlahir dari kemampuan intelektual mereka. Inilah antara lain ketidak sempurnaan intelektual dan moralitas para

(19)

penguasa dan pemimpin politik dan kebodohan mereka yang menjerumuskan umat manusia abad modern ke jurang bahaya.

Dunia baru yang lahir dan semata-mata hasil olah fikir dan inovasi tidak sesuai kita sebagai umat manusia. Kita tidak merasa senang sebab kita sedang mengalami degradasi moral dan intelektual. Bangsa yang “dimakmurkan” oleh kemajuan teknologi-industri dan bangsa yang telah sampai pada puncak kemajuan teknologi itu, hakikatnya tidak lebih ringkih dari bangsa-bangsa sebelumnya. Sesungguhnya mereka sedang melangkah menuju pola kehidupan barbar, akan tetapi mereka tidak menyadari. Di sana tidak ada benteng yang melindungi mereka dari gelombang dahsyat yang diciptakan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi disekitar bangsa-bangsa itu.

PENUTUP

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Nadwi, Sayyid Abul Hasan Ali, Derita Dunia akibat kemunduran umat Islam, Cetakan

Pertama, Fadlindo Publishing, Jakarta, 2006

Lecky, W.E.H., History of European Morals pa, London, 1869, Vol. 1 History of the Conflict Between Religion and Science, London, 1927

Husaini, Adian, Wajah Peradaban Barat dari Hegemoni Kristen ke Dominasi

Sekular-Liberal, Gema Insani, Jakarta, 2005

Bernard, Lewis, 1993, Islam and the West, (New York : Oxford University Press) Jackson J, Spielvogel, 2000, Western Civilization, (Belmont : Wadsworth)

Kartanegara, Mulyadhi, Mengislamkan Nalar : Sebuah Respons terhadap Modernitas (Jakarta: Erlangga), 2007

Sipe, A.W. Richard, Sex, Priest, and Power : Anatomy of a Crisis, (London, Cassel, 1995)

Trible, Phyllis, Feminist Aproaches to the Bible, (Washington : Biblical Archeology Society, 1995)

Adler, Philip J., World Civilization, (Belmont : Wasworth, 2000)

Referensi

Dokumen terkait

Setelah memperhatikan penjelasan guru tengan volume bangun ruang, siswa dapat menghitung panjang, lebar, dan tinggi pada balok dengan cara menurunkan dari rumus

The goal of adding semantic­level service descriptions is to enable consumers to locate services based on each service's purpose, rather than the names of the service's operations

Adapun BAB I menjelaskan tentang alasan dan latar belakang penulis memilih judul skripsi, yang dikarenakan penulis merasa perlu mengangkat tulisan berkaitan dengan

Judul : perbedaan latihan smash kedeng dengan bola dilambungkan pelatih secara terus menerus dan pergantian terhadap kemampuan smash sepak takraw bagi pemain yunior klub padang

Namun sebagian dari kita tidak banyak yang tahu bahwa sesungguhnya islamlah agama yang sangat berjasa dalam perkembangan ilmu pengetahuan di jaman modern seperti saat

korban kekerasan dalam rumah tangga.. 13 Data sekunder adalah data yang diperoleh penulis dari penelitian. kepustakaan dengan cara melakukan study dokumen dan

Sebagai orang beriman, kita percaya bahwa keseimbangan dalam kehidupan hanya diperoleh dari Yesus yang adalah “jalan dan kebenaran dan hidup.” Adanya Yesus dalam

Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya atau sebelum terjadinya persalinan. Apabila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia 37 minggu