• Tidak ada hasil yang ditemukan

Key words: Games, Teaching, Speaking. Pendahuluan - View of PENERAPAN GAMES TEACHING TECHNIC DALAM PENGAJARAN BERBICARA UNTUK SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Key words: Games, Teaching, Speaking. Pendahuluan - View of PENERAPAN GAMES TEACHING TECHNIC DALAM PENGAJARAN BERBICARA UNTUK SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ARDIYANSAH

SMKN 1 Labang,e-mail:ardiyansahardana1996@gmail.com

Abstrak: Tujuan dari pengajaran berbicara adalah untuk meningkatkan keterampilan komunikasi siswa. Siswa dapat belajar bagaimana mengikuti aturan sosial dan budaya yang tepat dalam setiap keadaan komunikatif. Guru memecahkan masalah dengan menggunakan game untuk mendorong siswa untuk dapat berbicara di dalam kelas. Guru harus mendiagnosa masalah yang dihadapi oleh siswa yang mengalami kesulitan dalam mengekspresikan diri dalam bahasa target dan mempraktekkan bahasa lisan.

Abstract: The goal of teaching speaking is to improve students' communicative skills. Students can learn how to follow the social and cultural rules appropriate in each communicative circumstance. The teacher solves the problems by using games to encourage the student to be able to speak up in the classroom. The teacher should diagnose problem faced by students who have difficulty in expressing themselves in the target language and to practice the spoken language.

Key words: Games, Teaching, Speaking.

Pendahuluan

Salah satu keterampilan bahasa yang harus dikuasai oleh setiap pelajar bahasa asing adalah kemampuan untuk berbicara atau berkomunikasi dalam bahasa target. Dalam Kuri-kulum K.13, jelas dinyatakan bahwa salah satu tujuan dari subjek bahasa Inggris di SMA / SMK adalah mengembangkan kemampuan berko-munikasi dalam bahasa Inggris, baik dalam bentuk tertulis atau lisan yang meliputi mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Sayangnya fakta telah menunjukkan bahwa siswa cukup sulit untuk meningkatkan ke-mampuan berbicara mereka karena mereka terbiasa menggunakan bahasa bahasa asli mereka dalam kehidupan sehari-hari mereka daripada meng-gunakan bahasa Inggris. Ini adalah alasan mengapa kita tidak dapat

(2)

melarang siswa untuk mengembang-kan keterampilan berbicara mereka sebagai sesuatu yang menghambat, kurangnya ide-ide berbicara, partisi-pasi rendah, dan siswa lebih suka untuk menggunakan bahasa ibu me-reka.

Berbahasa Inggris adalah tujuan utama dari banyak pelajar di sekolah menengah atas. kepribadian mereka memainkan peran besar dalam me-nentukan seberapa cepat dan bagaimana benar mereka akan men-capai tujuan ini. Mereka yang me-ngambil risiko tidak takut membuat kesalahan umumnya akan lebih ba-nyak bicara, tapi dengan baba-nyak kesa-lahan yang bisa menjadi kebiasaan buruk. Siswa pemalu mungkin mema-kan waktu lama untuk berbicara de-ngan penuh percaya diri, tetapi ketika mereka melakukannya, bahasa Inggris mereka sering mengandung lebih se-dikit kesalahan dan mereka akan bangga dengan kemampuan bahasa Inggris mereka. Ini masalah kuantitas melawan kualitas, dan pendekatan tersebut tidak salah. Namun, jika tujuan berbicara adalah komunikasi dan yang tidak memerlukan bahasa Inggris yang sempurna, maka masuk akal untuk mendorong kuantitas di kelas. Memecah keheningan dan sis-wa berkomunikasi dengan apa pun bahasa Inggris mereka, bisa mereka gunakan, benar atau tidak, dan selek-tif mengatasi kesalahan yang meng-hambat komunikasi.

Banyak siswa menyamakan bisa ber-bicara bahasa dengan mengetahui

bahasa dan karena melihat yang belajar bahasa seperti belajar bagai-mana berbicara bahasa, atau sebagai-mana Harmer (1998) menulis, "keber-hasilan diukur dalam hal kemampuan untuk melaksanakan percakapan da-lam (target) bahasa." Oleh karena itu, jika siswa tidak belajar bagaimana berbicara atau tidak mendapatkan kesempatan untuk berbicara di kelas bahasa, mereka mungkin kurang mo-tivasi dan kehilangan minat belajar. Di sisi lain, jika kegiatan yang tepat diajarkan dengan cara yang benar, berbicara dalam kelas akan menjadi sangat menyenangkan, meningkatkan motivasi belajar secara umum dan membuat kelas bahasa Inggris yang menyenangkan dan tempat yang dinamis.

(3)

mengajar pembelajaran bahasa Ing-gris, bagaimana berbicara dengan cara terbaik, beberapa kegiatan berbicara yang disediakan di bawah, dapat dite-rapkan pada siswa, juga dengan saran untuk guru yang mengajar bahasa secara lisan.

Berdasarkan kondisi tersebut, peneliti mencoba untuk memecahkan masalah dalam mengajar speaking dengan menggunakan game. Penulis juga ingin mengetahui bagaimana siswa kelas X.SMK berbahasa Inggris seca-ra aktif dengan menggunakan game. Alasan mengapa tujuan penulis meng-gunakana tehnik pembelajaran per-mainan karena perper-mainan bisa men-jadi teknik mengajar yang sangat ber-guna untuk pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Permainan juga diyakini dapat memberikan efek positif pada minat siswa dan motivasi dalam belajar bahasa Inggris serta untuk meningkatkan kemampuan ber-bicara mereka. Ur,penny (1996) menekankan bahwa metode permai-nan yang layak untuk mencapai ba-nyak tujuan pendidikan seperti pengu-atan, review, reward, bersantai, peng-hambatan, pengurangan, perhatian, retensi dan motivasi.

Metode :

Dalam penelitian ini, peneliti meng-gunakan desain penelitian deskriptif kualitatif untuk mendapatkan data. Ini berkaitan dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk menyajikan gambaran dari pembelajaran berbicara pada siswa SMK yang meliputi teknik yang digunakan oleh guru.

Penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi mengenai fe-nomena status. Riset ini diarahkan menentukan sifat situasi seperti yang ada pada saat penelitian. Tujuannya adalah untuk menggambarkan “apa yang ada“ sehubungan dengan vari-abel kondisi dalam suatu situasi. Oleh karena itu, penelitian ini menggam-barkan masalah siswa dalam berbi-cara, penyebab masalah dan meme-cahkan masalah dapat diklasifikasi-kan sebagai penelitian deskriptif.

Penelitian dilakukan di SMK Negeri 1 Labang, . Hal ini dipilih sebagai setting penelitian dengan alasan bah-wa adalah dimana peneliti mengajar dan bermaksud untuk menerapkan strategi dalam meningkatkan kemam-puan berbicara siswa. Subyek pene-litian adalah siswa kelas sepuluh TKJ.1 dengan jumlah 32 siswa di tahun akademik 2015/2016. Para siswa dipilih karena mereka telah belajar berbicara cukup dalam semes-ter sebelumnya dan mereka siap untuk memiliki kemampuan improvi-sasi bahasa di kelas mereka. Data dari penelitian ini adalah teknik mengajar oleh guru bahasa Inggris di kelas tersebut.

Berikut adalah lebih detail dari data dan sumber data:

Wawancara:

(4)

(Sunarto, 2001: 143). Wawancara digunakan untuk menggali data dari para siswa, Hal ini dilakukan untuk mengetahui informasi tentang siswa kesulitan, dalam berbicara, latar belakang pendidikan, teknik menga-jar, dan media pembelajaran / manfaat ketika peserta didik belajar di kelas.

Wawancara dilakukan di luar kelas saat guru bahasa Inggris tidak me-ngajar di kelas. Untuk memiliki wa-wancara ringan dan terstruktur dila-kukan agar guru dapat berbicara dengan bebas tentang keterampilan siswa dalam berbicara bahasa Inggris dan metode yang digunakan untuk membuat siswa aktif dalam berbicara bahasa Inggris di kelas serta kegiatan yang diterapkan di dalam kelas. Perta-nyaan wawancara bisa meliputi hal-hal berikut: Apa saja kegiatan sehari-hari siswa di kelas sepuluh, apa kete-rampilan siswa dalam berbicara baha-sa Inggris di kelas, dan bagaimana bisa siswa aktif dalam berbicara bahasa Inggris di kelas.

Pengamatan

Pengamatan ini digunakan untuk me-ngetahui kegiatan nyata yang dilaku-kan oleh guru dan siswa di kelas. Selain itu, alat ini digunakan untuk mengetahui bagaimana proses belajar mengajar di kelas. Peneliti adalah juga sebagai pengamat yang sedang mengajar di kelas.

Analisis data

Data keterampilan siswa dalam berba-hasa Inggris dan metode untuk

mem-buat siswa aktif dalam berbicara di kelas yang diperoleh melalui obser-vasi, wawancara dan catatan lapangan dianalisis dengan penjelasan sebagai berikut :

1. data keterampilan siswa diperoleh dari observasi terkait keterampilan siswa dalam berbahasa Inggris. 2. Data metode untuk membuat siswa

aktif dalam berbahasa Inggris dari observasi wawancara siswa.

Secara rinci, proses analisis data dapat ditampilkan sebagai berikut:

TAHAP I: Persiapan

1. Pada fase ini, penulis melaku-kan semacam pra-wawancara de-ngan siswa atau subyek penelitian untuk mengumpulkan data, tujuan dari pra-wawancara hanya untuk mempertajam dan memperdalam fokus dari pengumpulan data beri-kutnya.

TAHAP II: Proses Wawancara 2. Setelah pre-interview, penulis melanjutkan pengumpulan data de-ngan menggunakan teknik wawan-cara mendalam untuk mengklasifi-kasikan dan memperoleh informasi kunci untuk mendukung keakura- tan analisa data.

3. Siapa nama Anda?

4. Jam berapa Anda bangun? 5. Jam berapa Anda sholat Subuh? 6. Apa yang Anda lakukan setiap pagi?

(5)

9. Pelajaran APA yang paling An-da Suka? (Alasan)

10. Pelajaran APA yang paling Anda TIDAK Suka? (Alasan) 11. seperti apa guru ketika Menga-jar bahasa Inggris?

12. Aspek APA yang kalian ang-gap Sulit dalam Bahasa Inggris? 13. Apakah Kalian menyukai Per-mainan?

14. pernakah Kalian diajari DE-NGAN menggunakan Permainan? 15.Menurut Kalian, bagaimana metode Pelajaran menggunakan Permainan?

TAHAP III: Proses Observasi

penulis melakukan observasi parti-sipan dengan menggunakan check-list dan mengajar di kelas. Penga-matan ini mengajar siswa dan sis-wa selama proses belajar mengajar bagaimana guru menggunakan me-tode, dan dengan mengamati reaksi siswa terhadap metode pengajaran guru di kelas. teknik observasi ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi yang valid dan dapat diandalkan seperti apa yang telah diberikan guru / subyek penelitian, atau dengan kata lain, hanya untuk menguji validitas data yang dikum-pulkan dari wawancara dengan da-ta yang dikumpulkan selama pe-ngamatan.

FASE IV: Akhir Analisis Data

Setelah semua data telah dikum-pulkan, penulis membuat analisis terpisahkan dan interpretasi data,

dalam proses akhir ini, analisis dilakukan dengan hati-hati dan komprehensif terhadap masalah. Akhirnya, kesimpulan yang disu-sun secara sistematis.

Ringkasan Teknik Pengajaran Keterampilan Berbicara Digunakan Dalam Kelas X.TKJ.1

No Technique Activities

1. Reading Loud

- Guru meminta siswa untuk membaca teks - Siswa

membaca teks satu per satu (3 atau 4 siswa) 2. Discussion - Guru

meminta siswa untuk mendiskusi kan terkait tentang topik - Para siswa bekerja dalam pasangan untuk mendiskusi kan

3. Game - - Para siswa dibagi dalam dua tim

(6)

bermain game - Tim A-B

mendapatka n poin 4. Repeatation

/ Drills

- Para siswa mengulang kalimat setelah guru 5. Asking and

answering

- Guru memberika n

pertanyaan pemahaman yang

berkaitan dengan teks - Siswa

menjawab pertanyaan guru secara sukarela dan penuh semangat

Diskusi

Bagian ini menyajikan dan membahas temuan penelitian berdasarkan data yang dikumpulkan selama penelitian. Sejalan dengan masalah penelitian, mengeksplorasi temuan penelitian tentang teknik dalam pengajaran berbicara dan manfaat dari teknik dalam mengajar berbicara.

Berdasarkan observasi kelas yang telah dilakukan selama 2 hari, peneliti sebagai guru menerapkan teknik da-lam mengajar berbicara seperti yang dinyatakan sebelumnya.

Guru juga memacu siswa untuk ber-bicara dengan memberikan poin

tam-bahan. Di kelas ini, guru mengga-bungkan bahasa Inggris dan Indo-nesia. Ketika guru memberikan ins-truksi, selalu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia karena tidak semua siswa bisa memahami instruksi yang diberikan dan mereka tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. Dengan menerjemahkan instruksi, hal ini membuat proses belajar mengajar berubah dengan baik. Ini terjadi kare-na siswa kurang memahami kosakata.

Dalam pertemuan di kelas, guru memberi kegiatan kuis sebelum memulai pelajaran. Guru meminta pe-serta didik untuk menyebutkan jenis transportasi dan fungsinya. Selanjut-nya guru memberikan kepada siswa teks membaca tentang transportasi dan meminta mereka untuk membaca beberapa menit. Lalu ia menunjuk salah satu siswa untuk membacakan paragraf pertama dari teks bacaan. Kemudian siswa lainnya membaca teks. Setelah mereka selesai mem-baca, guru meminta mereka untuk menuliskan di papan tulis kosakata yang mereka tidak mengerti dalam teks, kemudian guru juga meminta siswa lain untuk menulis arti kosakata yang sulit secara sukarela

.

(7)

meminta siswa untuk menemukan gagasan utama. Dia juga mencoba untuk meminta siswa beberapa per-tanyaan di luar teks, dan siswa men-jawab pertanyaan secara sukarela dan antusias, beberapa kali guru menun-juk salah satu siswa yang tidak benar-benar berbicara dan meminta mereka beberapa pertanyaan yang berhubu-ngan deberhubu-ngan teks.

Ketika siswa menjawab pertanyaan guru itu berarti dia / guru melatih kemampuan berbicara siswa yang meliputi kemampuan mengucapkan kata dengan tepat dan untuk mema-hami apa pertanyaan guru. Menurut Steinberg (seperti dikutip dalam Arifin, 2003) menekankan bahwa game metode yang layak untuk men-capai banyak tujuan pendidikan se-perti penguatan, review, reward, bersantai, kediaman perhatian, reten-si, dan motivasi. Ketika guru menda-patkan siswa bosan di kelas dia, dia membuat kondisi agar lebih berminat dengan situasi baru, yaitu game, guru mempersiapkan dalam game ini

Penerapan permainan dalam berbicara bahasa Inggris

.

Kegiatan game pertama adalah men-jawab dua puluh pertanyaan. Siswa dibagi dalam dua tim. Setiap tim ber-pikir tentang suatu objek dan menga-takan pada tim lain , objek tersebut biasa berupa binatang, transportasi, atau kombinasi dari itu. Tim A ber-tanggung jawab, sehingga tim B harus mencari tahu apa benda itu dengan bertanya hanya “ya / tidak”, pertany

a-an seperti “dapat Anda gunaka-an untuk pergi ke sekolah?” Dan tim Jawaban pertanyaan dalam jawaban yang leng-kap seperti, “ya kita bisa” Tim B dapat mengetahui apa benda itu da-lam dua puluh pertanyaan atau ku-rang. Tim B mendapat titik. Tim mendapat 4 poin jika tim bisa menjawabnya. Dan tim B bisa men-jawabnya dalam lima pertanyaan, sehingga tim B mendapat poin.

Game kedua adalah game gambar. Guru menyiapkan beberapa gambar tentang topik kemudian dia me-manggil salah satu siswa dengan nomor absen mereka. Berikutnya sis-wa mengambil salah satu gambar, kemudian dia menjelaskan tentan gambar tersebut.

Pada akhir kelas, guru membuat kesimpulan tentang topik yang ber-kaitan dengan alat transportasi. Dia meminta siswa, dan siswa menjawab secara sukarela dan antusias, setelah itu guru memberikan lembar kerja kepada siswa tentang topik tersebut.

(8)

Yang ketiga bertanya dan menjawab pertanyaan secara lisan berdasarkan topik, dan sebagainya.

Permainan memberikan efek positif dalam minat siswa dan motivasi dalam mempelajari bahasa Inggris serta untuk meningkatkan kemampu-an berbicara mereka. Game membuat peserta didik menggunakan bahasa langsung tanpa berpikir tentang ben-tuk yang benar dari bahasa itu sendiri. Hal ini dapat membantu digunakan siswa dan mempraktekkan bahasa target dalam cara yang santai.

Ada juga temuan beberapa kendala yang dialami oleh guru dalam me-ngajar keterampilan berbicara bahwa guru mengalami kesulitan dengan siswa yang tidak bisa berbicara keras dan berbicara dalam bahasa Indo-nesia. Itu satu kemungkinan mengapa mereka tidak berbicara keras karena ada kegelisahan, ketakutan, kurang-nya kosakata, dan kecemasan yang mungkin membuat mereka enggan untuk berbicara bahasa Inggris. Untuk mengatasi situasi ini, guru mengguna-kan strategi yang berbeda misalnya, dengan memberikan tambahan dan mengajukan pertanyaan yang dapat mendorong mereka untuk mengeks-presikan pendapat mereka secara bebas.

Menurut Nunan (1991) “Sukses diu -kur dalam hal kemampuan untuk melaksanakan percakapan”. Ada keti -dakbiasaan dengan pendekatan komu-nikatif dan pembelajar berpusat untuk belajar dan harapan peran guru dan

peserta didik. Ada juga faktor li-nguistik yang menghambat siswa untuk berbicara di kelas. Para siswa memiliki pemahaman yang rendah tentang pola tata bahasa umum dalam bahasa Inggris dan ini dikarenakan perbedaan tatabahasa dengan bahasa mereka. Para siswa memiliki kurang-nya keakraban dengan pengetahuan bahasa budaya atau sosial yang diper-lukan untuk memproses makna. Fak-tor psikologis yang berasal dari siswa itu sendiri seperti rasa malu, kurang-nya motivasi dan persepsi yang terla-lu tua untuk belajar bahasa baru. Dalam hal ini, guru harus mendorong siswa untuk lebih berbicara di kelas.

Dalam penerapan metode pembelaja-ran bahasa Inggris terutama dalam keterampilan berbicara, ada beberapa kendala yang dialami oleh guru dalam mengajar keterampilan berbicara bah-wa sisbah-wa tidak bisa berbicara keras dan berbicara. Ada dua faktor yang mempengaruhi dalam belajar kete-rampilan berbicara. Faktor pertama adalah linguistik, yang meliputi tata bahasa, kurangnya kosakata, dan fak-tor kedua adalah kurangnya motivasi dan partisipasi yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya bahasa. Hal itu membuat mereka enggan untuk ber-bicara bahasa Inggris secara lisan.

(9)

pe-nguatan, review, bersantai retensi dan motivasi. Yang menyiratkan bahwa pengulangan seperti itu memungkin-kan siswa untuk berkomunikasi se-cara efektif serta membantu mereka untuk mengembangkan kemampuan, mengatakan apa yang mereka maksud dan mengungkapkan diri mereka de-ngan jelas.

Permainan menyediakan kegiatan dan praktek yang dapat memotivasi siswa untuk berinteraksi dan berkomunikasi tetapi juga dapat menciptakan pelu-ang bagi siswa untuk memperoleh ba-hasa dengan cara yang berarti. Dalam permainan sederhana dapat memban-tu siswa menggunakan dan memprak-tekkan bahasa target secara santai, hal itu membuat peserta didik mengguna-kan bahasa langsung tanpa berpikir tentang bentuk yang benar dari baha-sa itu sendiri sedangkan siswa pemalu akan mendapatkan lebih banyak ke-sempatan untuk mengekspresikan pendapat dan perasaan mereka.

Kesimpulan

Kesimpulan disajikan berdasarkan pertanyaan penelitian, yaitu menemu-kan serta memaparmenemu-kan keterampilan siswa dalam berbicara bahasa Inggris dan pelaksanaan game dalam menga-jar berbicara. Ketrampilan bahasa Inggris siswa dalam setiap proses pembelajaran mengalami beberapa kendala. Ada dua faktor yang mem-pengaruhi keberhasilan dalam belajar dan mengajar berbahasa Inggris. Fak-tor pertama adalah linguistik, fakFak-tor ini meliputi tata bahasa, kurangnya kosakata, gaya bahasa, dialek, dan

sound system. Faktor kedua adalah faktor psikologis, seperti rasa malu, kekurangan motivasi dan partisipasi serta latar belakang budaya bahasa. Dalam proses pembelajaran guru menemukan beberapa kendala yang dihadapi oleh siswa dalam berbahasa Inggris seperti diam, tidak ingin mengatakan apa-apa, partisipasi ren-dah atau tidak rata, dan menggunakan bahasa ibu.

Keuntungan menggunakan game di dalam kelas adalah mampu memoti-vasi dan menantang siswa untuk terlibat dalam permainan, membantu siswa untuk membuat upaya pem-belajaran menjadi lebih menarik, memberikan latihan bahasa yang terintegrasi kemampuan bahasa, game juga membantu siswa untuk me-ngembangkan kemampuan mereka berbicara dalam cara-cara alami, permainan mendorong siswa untuk berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain, game menciptakan konteks yang bermakna untuk bahasa yang sedang dipelajari oleh siswa, per-mainan dapat menurunkan kecemasan siswa, memberi memotivasi, siswa pemalu akan mendapatkan lebih banyak kesempatan untuk mengek-spresikan pendapat dan perasaan mereka.

Referensi

Arikunto,S, 2006, Prosedur Pene-litian. Jakarta PT.Asdi Maha Sayta. Athena, Tera. 2004. The Students’

Problem In Learning English

(10)

Year Students on SMPN III Batu. Malang : Muhammadi-yah University Press.

Brown, HD.2001. Teaching by Principles : An Interactive

Approach to Language

Pedagogy ( 2nd edition ), New York.

Cresswell. W.J. 1994. Research design Qualitative & Quantita-tive Approach. Saga Publica-tion.

Harmer, J. 1998. How to Teach English : An Introduction to

the Practice of English

Language Teaching England : Addison Wesley Longman, Inc.

Ur, penny. 1996. A Course in Language Teaching : Practice and Theory. New York : Cambridge University Press.

Referensi

Dokumen terkait

MAUPUN NON AKADEMIK // TIDAK HANYA SISWA / DISEKOLAH INI / PARA GURUPUN TIDAK SEDIKIT YANG BERHASIL MEMENANGKAN SEJUMLAH.

In spatial, streets can be divided into two parts; street space and street wall. Street space can be 

Dari hasil Analisa yang korelasi yang sudah diperhitungkan dengan menggunakan SPSS 16.0 for Windows maka diperoleh hasil penelitian yaitu koefisien korelasi antara

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus I diketahui bahwa rata-rata persentase sikap ilmiah siswa kelas X 3 SMAN 14 Pekanbaru setelah penerapan model

Pemohon Informasi Publik adalah warga negara dan/atau badan hukum Indonesia yang mengajukan permintaan informasi publik sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri

Dari uji korelasi yang telah dilakukan pada kelompok kontrol jerawat yang mengalami penyembuhan tanpa menggunakan daun sirih lebih banyak berkurang dari indikator

(self assessment) , yang membantu seseorang untuk melihat jangkar karir mana yang lebih menonjol.. Self assessment yang realistik dapat membantu seseorang untuk

VLAN ini berfungsi untuk membatasi komputer-komputer yang terhubung sesuai dengan keinginan kita, bisa dianalogikan kalau terdiri banyak ruangan bisa dibuat VLAN sebanyak