• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dokumen tips pembiayaan kesehatan 55c43b

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Dokumen tips pembiayaan kesehatan 55c43b"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 3

MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

PEMBIAYAAN KESEHATAN SKENARIO 3

Oleh :

KELOMPOK 3

Tutor :

Drg. Kiswaluyo, M.kes

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

(3)

Kepengurusan :

Ketua : Nurul Aini Fajrin (101610101006)

Scriber : Ani Nur Rosidah (101610101085)

Notulen : Mohammad Yasin AS (101610101004)

Anggota :

1. Idayu Windriyana (101610101012)

2. Friezka Amalia P (101610101011)

3. Nur Lailatul M (101610101019)

4. Ika Wahyu P (101610101024)

5. Gea A Sabrina (101610101025)

6. Khoirul Anam (101610101073)

7. Annisa Tari Aramintha (101610101080)

8. Syamsinar (101610101082)

Jadwal :

Tutorial I : Kamis, 04 Januari 2012

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan

hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan tutorial ini dengan skenario yang

berjudul “Pembiayaan Kesehatan Skenario 3” dengan tepat waktu dan tanpa suatu halangan apapun.

Laporan Tutorial ini kami buat sebagai salah satu sarana untuk lebih

mendalami materi tentang pembiayaan kesehatan.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada:

1. Drg. Kiswaluyo, M. Kes. yang telah memberikan waktu untuk menjadi tutor

kami dalam diskusi tutorial ini.

2. Anggota kelompok III yang telah berperan aktif, dalam diskusi maupun

pembuatan tutorial ini.

3. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan tutorial

ini.

Tak ada gading yang tak retak, begitupun dengan laporan kami untuk itu

kami mohon maaf apabila dalam laporan ini ada kesalahan baik dalam isi maupun

sistematika. Karenanya kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan.

Kami juga berharap laporan ini dapat bermanfaat untuk pendalaman pada blok

manajemen pelayanan kesehatan ini.

Jember, Januari 2013

(5)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Daftar Nama Kelompok ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... iv

BAB 1. PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan ... 2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

BAB 3. PEMBAHASAN ...5

3.1 Implementasi Strategi Pembiayaan Kesehatan ...5

3.2 Pola Pembayaran serta Macam Pembiayaan Kesehatan ...7

3.3 Hambatan Pembiayaan Kesehatan ...16

3.4 Tujuan Pembiayaan Kesehatan ...17

3.5 Maksud dari Pembiayaan yang Kuat dan Stabil dan Berkesinambungan dalam Pembiayaan Kesehatan ...18

3.6 Hal yang Mempengaruhi Pembiayaan Kesehatan ...19

BAB 4. PENUTUP ...22

DAFTAR PUSTAKA ...25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah unsur vital dan merupakan elemen konstitutif

dalam proses kehidupan seseorang. Tanpa kesehatan, tidak mungkin bisa

berlangsung aktivitas seperti biasa. Dalam kehidupan berbangsa,

(6)

investasinya terletak pada tersedianya sumber daya yang senatiasa “siap pakai” dan tetap terhindar dari serangan berbagai penyakit. Namun, masih

banyak orang menyepelekan hal ini. Negara, pada beberapa kasus, juga

demikian.

Minimnya Anggaran Negara yang diperuntukkan bagi sektor

kesehatan, dapat dipandang sebagai rendahnya apresiasi akan pentingnya

bidang kesehatan sebagai elemen penyangga, yang bila terabaikan akan

menimbulkan rangkaian problem baru yang justru akan menyerap

keuangan negara lebih besar lagi. Sejenis pemborosan baru yang muncul

karena kesalahan kita sendiri.

Sebagai subsistem penting dalam penyelenggaraan pembanguan

kesehatan, terdapat beberapa faktor penting dalam pembiayaan kesehatan

yang mesti diperhatikan. Pertama, besaran (kuantitas) anggaran

pembangunan kesehatan yang disediakan pemerintah maupun sumbangan

sektor swasta. Kedua, tingkat efektifitas dan efisiensi penggunaan

(fungsionalisasi) dari anggaran yang ada.

Terbatasnya anggaran kesehatan di negeri ini, diakui banyak pihak,

bukan tanpa alasan. Berbagai hal bias dianggap sebagai pemicunya. Selain

karena rendahnya kesadaran pemerintah untuk menempatkan

pembangunan kesehatan sebagai sector prioritas, juga karena kesehatan

belum menjadi komoditas politik yang laku dijual di negeri yang sedang

mengalami transisi demokrasi ini.

Ironisnya, kelemahan ini bukannya tertutupi dengan penggunaan

anggaran yang efektif dan efisien akibatnya, banyak kita jumpai

penyelenggaraan program-program kesehatan yang hanya dilakukan

secara asal-asalan dan tidak tepat fungsi. Relatif ketatnya birokrasi di

lingkungan departemen kesehatan dan instansi turunannya, dapat disangka

sebagai biang sulitnya mengejar transparansi dan akuntabilitas anggaran di

wilayah ini. Peran serta masyarakat dalam pembahasan fungsionalisasi

anggaran kesehatan menjadi sangat minim, jika tak mau disebut tidak ada

(7)

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana implementasi strategi dari pembiayaan kesehatan?

2. Bagaimana pola pembayaran serta macam dari pembiayaan kesehatan?

3. Apa saja hambatan atau masalah dari pembiayaan kesehatan?

4. Apa saja tujuan dari pembiayaan kesehatan?

5. Apa maksud dari “pembiayaan yang kuat dan stabil dan

berkesinambungan” dalam pembiayaan kesehatan?

6. Apa saja yang mempengaruhi pembiayaan kesehatan?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui dan memahami implementasi strategi pembiayaan

kesehatan.

2. Mengetahui dan memahami pola pembayaran serta macam

pembiayaan kesehatan.

3. Mengetahui dan memahami hambatan atau masalah pembiayaan

kesehatan.

4. Mengetahui dan memahami tujuan dari pembiayaan kesehatan.

5. Mengetahui dan memahami maksud dari “pembiayaan yang kuat dan

stabil dan berkesinambungan” dalam pembiayaan kesehatan.

6. Mengetahui dan memahami faktor yang mempengaruhi pembiayaan

kesehatan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Yang dimaksud dengan biaya kesehatan adalah besarnya dana yang harus

disediakan untuk menyelenggarakan dan/atau memanfaatkan berbagai upaya

kesehatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat

(Azrul A, 1996). Dari pengertian tersebut tampak ada dua sudut pandang ditinjau

(8)

a. Penyelenggara pelayanan kesehatan (provider) yaitu besarnya dana untuk

menyelenggarakan upaya kesehatan yang berupa dana investasi serta dana

operasional.

b. Pemakai jasa pelayanan yaitu besarnya dana yang dikeluarkan untuk dapat

memanfaatkan suatu upaya kesehatan.

Adanya sektor pemerintah dan sektor swasta dalam penyelenggaraan

kesehatan sangat mempengaruhi perhitungan total biaya kesehatan suatu negara.

Total biaya dari sektor pemerintah tidak dihitung dari besarnya dana yang

dikeluarkan oleh pemakai jasa (income pemerintah), tapi dari besarnya dana yang

dikeluarkan oleh pemerintah (expence) untuk penyelenggaraan pelayanan

kesehatan. Total biaya kesehatan adalah penjumlahan biaya dari sektor

pemerintah dengan besarnya dana yang dikeluarkan pemakai jasa pelayanan untuk

sektor swasta.

Dalam membicarakan pembiayaan kesehatan yang penting adalah

bagaimana memanfaatkan biaya tersebut secara efektif dan efisien baik ditinjau

dari aspek ekonomi maupun sosial dengan tujuan dapat dinikmati oleh seluruh

masyarakat yang membutuhkan. Dengan demikian suatu pembiayaan kesehatan

dikatakan baik, bila jumlahnya mencukupi untuk menyelenggarakan pelayanan

kesehatan yang dibutuhkan dengan penyebaran dana sesuai kebutuhan serta

pemanfaatan yang diatur secara seksama, sehingga tidak terjadi peningkatan biaya

yang berlebihan.

Dilihat dari pembagian pelayanan kesehatan, biaya kesehatan dibedakan

atas:

a. Biaya pelayanan kedokteran yaitu biaya untuk menyelenggarakan dan atau

memanfaatkan pelayanan kedokteran, tujuan utamanya lebih ke arah

pengobatan dan pemulihan dengan sumber dana dari sektor pemerintah

maupun swasta.

b. Biaya pelayanan kesehatan masyarakat yaitu biaya untuk

(9)

masyarakat, tujuan utamanya lebih ke arah peningkatan kesehatan dan

pencegahan dengan sumber dana terutama dari sektor pemerintah.

Pelayanan kesehatan dibiayai dari berbagai sumber, yaitu:

a. Pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah (propinsi

dan kabupaten/kota) dengan dana berasal dari pajak (umum dan

penjualan), deficit financial (pinjaman luar negeri) serta asuransi sosal.

b. Swasta, dengan sumber dana dari perusahaan, asuransi kesehatan swasta,

(10)

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Implementasi Strategi Pembiayaan Kesehatan

Implementasi strategi pembiayaan kesehatan di suatu negara

diarahkan kepada beberapa hal pokok yakni; kesinambungan pembiayaan

program kesehatan prioritas, reduksi pembiayaan kesehatan secara tunai

perorangan (out of pocket funding), menghilangkan hambatan biaya untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan, pemerataan dalam akses pelayanan,

peningkatan efisiensi dan efektifitas alokasi sumber daya (resources) serta

kualitas pelayanan yang memadai dan dapat diterima pengguna jasa.

3.1.1 Strategi pembiayaan kesehatan

Identifikasi dan perumusan faktor utama pembiayaan kesehatan

mencakup aspek-aspek:

1. Kecukupan/adekuasi dan kesinambungan pembiayaan kesehatan

pada tingkat pusat dan daerah yang dilakukan dalam

langkah-langkah:

a. mobilisasi sumber-sumber pembiayaan baik sumber-sumber

tradisional maupun non tradisional,

b. kesinambungan fiscal space dalam anggaran kesehatan

nasional,

c. peningkatan kolaborasi intersektoral untuk mendukung

pembiayaan kesehatan

2. Pengurangan pembiayaan Out Of Pocket (OOP) dan meniadakan

hambatan pembiayaan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan

terutama kelompok miskin dan rentan (pengembangan asuransi

kesehatan sosial) yang dilakukan melalui:

a. promosi pemerataan akses dan pemerataan pembiayaan dan

(11)

b. pencapaian universal coverage dan penguatan jaminan

kesehatan masyarakat miskin dan rentan.

3. Peningkatan efisiensi dan efektifitas pembiayaan kesehatan yang

dilakukan melalui:

a. kesesuaian tujuan kesehatan nasional dengan reformasi

pembiayaan yang diterjemahkan dalam instrument anggaran

operasional dan rencana pembiayaan,

b. penguatan kapasitas manajemen perencanaan anggaran dan

pemberi pelayanan kesehatan (providers),

c. pengembangan best practices

3.1.2 Pokok utama pembiayaan kesehatan

Pokok utama dalam pembiayaan kesehatan adalah:

1. Mengupayakan kecukupan/adekuasi dan kesinambungan

pembiayaan kesehatan pada tingkat pusat dan daerah .

2. Mengupayakan pengurangan pembiayaan OOP dan

meniadakan hambatan pembiayaan untuk mendapatkan

pelayanan kesehatan terutama kelompok miskin dan rentan

melalui pengembangan jaminan.

3. Peningkatan efisiensi dan efektifitas pembiayaan kesehatan.

Pengembangan jaminan kesehatan dilakukan dengan beberapa

skema sebagai berikut:

a. Pengembangan jaminan pemeliharaan kesehatan keluarga

miskin (JPK-Gakin).

b. Pengembangan Jaminan Kesehatan (JK) sebagai bagian

dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

c. Pengembangan jaminan kesehatan berbasis sukarela:

 Asuransi kesehatan komersial

 Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM)

sukarela

(12)

a. Jaminan kesehatan mikro (dana sehat)

b. Dana sosial masyarakat

Prioritas pembangunan kesehatan sedapat mungkin lebih diarahkan untuk masyarakat miskin – mereka yang jumlahnya mayoritas

dan telah banyak terampas haknya selama ini. Untuk itu, sasaran dari

subsidi pemerintah di bidang kesehatan perlu dipertajam dengan jalan

antara lain:

Pertama, meningkatkan anggaran bagi program-program kesehatan

yang banyak berkaitan dengan penduduk miskin. Misalnya program

pemberantasan penyakit menular, pelayanan kesehatan ibu dan anak, serta

peningkatan gizi masyarakat.

Kedua, meningkatkan subsidi bagi sarana pelayanan kesehatan

yang banyak melayani penduduk miskin, yaitu Puskesmas dan Puskesmas

Pembantu, ruang rawat inap kelas III di rumah sakit. Untuk itu, subsidi

bantuan biaya operasional rumah sakit perlu ditingkatkan untuk

menghindari praktik eksploitasi dan ‘pemalakan’ pasien miskin atas nama

biaya perawatan.

Ketiga, mengurangi anggaran bagi program yang secara tidak

langsung membantu masyarakat miskin mengatasi masalah kesehatannya.

Contohnya adalah pengadaan alat kedokteran canggih, program kesehatan

olahraga dan lain sebagainya.

Keempat, mengurangi subsidi pemerintah kepada sarana pelayanan

kesehatan yang jarang dimanfaatkan oleh masyarakat miskin, misalnya

pembangunan rumah sakit-rumah sakit stroke.

3.2 Pola Pembayaran serta Cara Pembiayaan Kesehatan 3.2.1 Pola pembiayaan kesehatan

Macam-macam pola pembiayaan kesehatan

1. Penataan Terpadu (managed care)

Merupakan pengurusan pembiayaan kesehatan sekaligus dengan

(13)

dilakukan di masyarakat dengan program Jaminan

Pelayanan Kesehatan Masyarakat atau JPKM. Managed care

membuat biaya pelayanan kesehatan yang dikeluarkan bisa lebih

efisien. Persyaratan agar pelayanan managed care di perusahaan dapat

berhasil baik, antara lain:

a. Para pekerja dan keluarganya yang ditanggung perusahaan

harus sadar bahwa kesehatannya merupakan tanggung jawab

masing-masing atau tanggung jawab individu. Perusahaan akan

membantu upaya untuk mencapai derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya. Hal ini perlu untuk menghidari bahaya

moral hazard.

b. Para pekerja harus menyadari bahwa managed care menganut

sistem rujukan.

c. Para pekerja harus menyadari bahwa ada pembatasan fasilitas

berobat, misalnya obat yang digunakan adalah obat generik

kecuali bila keadaan tertentu memerlukan life saving.

d. Prinsip kapitasi dan optimalisasi harus dilakukan

2. Sistem reimbursement

Perusahaan membayar biaya pengobatan berdasarkan fee for services.

Sistem ini memungkinkan terjadinya over utilization. Penyelewengan

biaya kesehatan yang dikeluarkan pun dapat terjadi akibat pemalsuan

identitas dan jenis layanan oleh karyawan maupun provider

layanan kesehatan.

3. Asuransi

Perusahaan bisa menggunakan modal asuransi kesehatan dalam upaya

melaksanakan pelayanan kesehatan bagi pekerjanya. Dianjurkan agar

asuransi yang diambil adalah asuransi kesehatan yang mencakup

seluruh jenis pelayanan kesehatan (comprehensive), yaitu kuratif dan

preventif. Asuransi tersebut menanggung seluruh biaya kesehatan,

atau group health insurance (namun kepada pekerja dianjurkan agar

(14)

4. Pemberian Tunjangan Kesehatan

Perusahaan yang enggan dengan kesukaran biasanya memberikan

tunjangankesehatan atau memberikan lumpsum

biaya kesehatan kepada pegawainya dalam bentuk uang. Sakit maupun

tidak sakit tunjangannya sama. Sebaiknya tunjangan ini digunakan

untuk mengikuti asuransi kesehatan (family health insurance).

Tujuannya adalah menghindari pembelanjaan biaya kesehatan untuk

kepentingan lain, misalnya untuk membeli rokok, minuman

beralkohol, dan hal – hal lain yang malah merugikan kesehatannya.

5. Rumah Sakit Perusahaan

Perusahaan yang mempunyai pegawai berjumlah besar akan lebih

diuntungkan apabila mengusahakan suatu rumah sakit untuk keperluan

pegawainya dan keluarga pegawai yang ditanggungnya. Dalam

praktisnya, rumah sakit ini bisa juga dimanfaatkan oleh masyarakat

bukan pegawai perusahaan tersebut.

Menyangkut kesehatanpegawainya, rumah sakit perusahaan harus

menyiapkan rekam medis khusus, yang lebih lengkap, dan perlu

dievaluasi secara periodik. Perlu diingatkan bahwa pelayanan

kesehatan yang didapat dari rumah sakit perusahaan diupayakan bisa

lebih baik bila dibandingkan jika dilayani oleh rumah sakit lain.

Dengan demikian, pegawai perusahaan yang dirawat akan merasa puas

dan bangga terhadap fasilitas yang disediakan. Rasa senang menerima

fasilitas kesehatan ini akan membuahkan semangat bekerja untuk

membalas jasa perusahaan yang dinikmatinya.

3.2.2 Cara Pembiayaan Kesehatan

Uang yang dibayarkan untuk pelayanan kesehatan dapat dibayarkan dalam

empat cara:

1. Out of Pocket (OOP)

Pada umumnya ketika melakukan pembayaran untuk layanan

(15)

pasien atau keluarga sebagai penerima layanan dan rumah sakit

sebagai pemberi layanan. Yang mana pihak penerima layanan (pasien)

akan membayar langsung kepada pemberi layanan (rumah sakit).

Dengan cara ini pasien membayar langsung kepada dokter atau

pembeli pelayanan kesehatan lainnya untuk pelayanan kesehatan yang

sudah diterima. Aspek positif metoda ini, pasien menjadi

lebihmenghargai nilai ekonomi dari pelayanan kesehatan yang diteima

sehingga menghindari penggunaan pelayanan kesehatan secara

berlebihan. Aspek negatif nya pasien dan keluarga akan sangat rentan

untuk mengalami pengeluaran bencana (catastrophic expenditure),

karena harus membayar biaya kesehatan yang mahal pada suatu saat

ketika sakit, sehingga bisa menyebabkan pasien dan keluarganya jatuh

miskin.

2. Asuransi atau pihak lain

Terdapat pihak lain yang campur tangan dalam pembayaran pelayanan

kesehatan pasien, yaitu perusahaan asuransiatau pihak lainya.

Pembayaran oleh pihak ketiga bisa melalui cara:

 Pasien membayar dahulu ke rumah sakit, lalu tagihan akan diklaim ke perusahaan asuransi sehingga biaya yang ikeluarkan

pasien akan diganti.

 Rumah sakit langsung menagih biaya pelayanan yang diberikan

pada pasien kepada perusahaan asuransi.

3. Pajak atau taxation

Pemerintah Indonesia telah menarik pajak umum, Pemerintah

membayar sebagian darai biaya pelayanan kesehatan pasien yang

diberikan pada fasilitas kesehatan pemerintah, misalnya Puskesmas

dan Rumah Sakit Pemerintah Pusat maupun Daerah. Pasien harus

membayar sebagian dari pelayanan kesehatan yang digunakan, disebut

User fee (user charge). Di Indonesia terdapat skema Jamkesmas yang

(16)

maupun sekunder yang disediakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan

Pemerintah

4. Medical Saving Account (MSA, personal saving account )

Mengharuskan warga menabung uang untuk membiayai pelayanan

kesehatan sendiri. Sejauh ini hanya Singapore yang menggunakan

sistem ini. Sistem ini memproteksi generasi berikutnya dari

biaya-biaya akibat generasi kini.

3.2.3 Unsur pembiayaan Kesehatan

Subsistem pembiayaan kesehatan terdiri dari tiga unsur utama yaitu

penggalian dana, alokasi dana, dan pembelanjaan

1. Penggalian dana adalah kegiatan menghimpuna dana yang

diperlukan untuk penyelenggaraan upaya kesehatan dan atau

pemeliharaan kesehatan. Terdapat dua jenis penggalian dana, yaitu:

a. Penggalian dana untuk UKM

Sumber dana untuk UKM (Unit Kesehatan masyarakat)

terutama berasal dari pemerintah baik pusat maupun daerah,

melalui pajak umum, pajak khusus, bantuan dan pinjaman,

serta berbagai sumber lainnya. Sumber dana lain untuk upaya

kesehatan masyarakat adalah swasta serta masyarakat. Sumber

dari swasta dihimpun dengan menerapkan prinsip

publik-private partnership yang didukung dengan pemberian sentif,

misalnya keringanan pajak untuk setiap dana yang

disumbangkan.

Sumber dana dari masyarakat dihimpun secara aktif oleh

masyarakat sendiri guna membiayai upaya kesehatan

masyarakat misalnya dalam bentuk dana sehat, atau dilakukan

secara pasif, yakni menambahkan aspek kesehatan dalam

rencana pengeluaran dari dana yang sudah terkumpul

dimasyarakam, misalnya dana sosial keagamaan.

(17)

Sumber dana untuk UKP (Unit Kesehatan Perorangan)

berasal dari masing-masing individu dalam satu kesatuan

keluarga. Bagi masyarakat rentan dan keluarga miskin, sumber

dananya berasal dari pemerintah melalui mekanisme jaminan

pemeliharaan kesehatan wajib.

2. Pengalokasian dana adalah penetapan peruntukan pemakaian dana

yang telah berhasil dihimpun, baik yang bersumber dari

pemerintah, masyarakat, maupun swasta. Terdapat dua jenis

pengalokasian dana:

a. Alokasi dana dari pemerintah

Alokasi dana yang berasal dari pemerintah untuk UKM dan

UKP dilakukan melalui penyusunan anggaran pendapatan dan

belanja, baik pusat maupun daerah, sekurang-kurangnya 5%

dari PDB atau 15% dari total anggaran pendapatan dan belanja

setiap tahunnya.

b. Alokasi dana dari masyarakat

Alokasi dana yang berasal dari masyarakat untuk UKM

dilaksanakan berdasarkan asas gotong royong sesuai dengan

kemampuan. Sedangkan untuk UKP dilakukan melalui

kepesertaan dalam program jaminan pemeliharaan kesehatan

wajib dan atau sukarela.

3. Pembelanjaan dana adalah pemakaian dana yang telah dialokasikan

dalam anggaran pendapatan dan belanja sesuai dengan

peruntukannya dana atau dilakukan melalui jaminan pemeliharaan

kesehatan wajib atau sukarela.

Pembiayaan kesehatan dari pemerintah dan publik-private

partnership digunakan untuk membiayai UKM. Pembiayaan kesehatan

yang terkumpul dari Dana Sehat dan Dana Sosial Keagamaan

digunakan untuk membiayai UKM dan UKP.

Pembelanjaan untuk pemeliharaan kesehatan masyarakat rentan

(18)

Pemeliharaan Kesehatan wajib. Sedangkan pembelanjaan untuk

pemeliharaan kesehatan keluarga mampu dilaksanakan melalui

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan wajib dan atau sukarela.

Di masa mendatang, biaya kesehatan dari pemerintah secara

bertahap digunakan seluruhnya untuk pembiayaan UKM dan jaminan

pemeliharaan kesehatan masyarakat rentan dan keluarga miskin.

3.2.4 Penyelenggaraan Pembiayaan Kesehatan

Subsistem pembiayaan kesehatan merupakan suatu proses

yang terus-menerus dan terkendali, agar tersedia dana kesehatan yang

mencukupi dan berkesinambungan, bersumber dari pemerintah,

swasta, masyarakat, dan sumber lainnya. Perencanaan dan pengaturan

pembiayaan kesehatan dilakukan melalui penggalian dan

pengumpulan berbagai sumber dana yang dapat menjamin

kesinambungan pembiayaan pembangunan kesehatan,

mengalokasikannya secara rasional, menggunakannya secara efisien

dan efektif.

Dalam hal pengaturan penggalian dan pengumpulan serta

pemanfaatan dana yang bersumber dari iuran wajib, pemerintah harus

melakukan sinkronisasi dan sinergisme antara sumber dana dari iuran

wajib, dana APBN/APBD, dana dari masyarakat, dan sumber lainnya.

a. Penggalian dana

Penggalian dana untuk upaya pembangunan kesehatan yang

bersumber dari pemerintah dilakukan melalui pajak umum,

pajak khusus, bantuan atau pinjaman yang tidak mengikat, serta

berbagai sumber lainnya; dana yang bersumber dari swasta

dihimpun dengan menerapkan prinsip public-private

partnership yang didukung dengan pemberian insentif;

penggalian dana yang bersumber dari masyarakat dihimpun

secara aktif oleh masyarakat sendiri atau dilakukan secara pasif

(19)

masyarakat.Penggalian dana untuk pelayanan kesehatan

perorangan dilakukan dengan cara penggalian dan

pengumpulan dana masyarakat dan didorong pada bentuk

jaminan kesehatan.

b. Pengalokasian Dana

Pengalokasi dana pemerintah dilakukan melalui perencanaan

anggaran dengan mengutamakan upaya kesehatan prioritas,

secara bertahap, dan terus ditingkatkan jumlah

pengalokasiannya sehingga sesuai dengan kebutuhan.

Pengalokasian dana yang dihimpun dari masyarakat didasarkan

pada asas gotong-royong sesuai dengan potensi dan

kebutuhannya. Sedangkan pengalokasian dana untuk pelayanan

kesehatan perorangan dilakukan melalui kepesertaan dalam

jaminan kesehatan.

c. Pembelanjaan

Pemakaian dana kesehatan dilakukan dengan memperhatikan

aspek teknis maupun alokatif sesuai peruntukannya secara

efisien dan efektif untuk terwujudnya pengelolaan pembiayaan

kesehatan yang transparan, akuntabel serta penyelenggaraan

pemerintahan yang baik (Good Governance).

Pembelanjaan dana kesehatan diarahkan terutama melalui

jaminan kesehatan, baik yang bersifat wajib maupun sukarela.

Hal ini termasuk program bantuan sosial dari pemerintah untuk

pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu

(Jamkesmas).

3.2.5 Sumber dana

Sumber dana biaya kesehatan berbeda pada beberapa negara,

namun secara garis besar berasal dari:

(20)

Pada sistem ini, biaya dan penyelenggaraan

pelayanan kesehatan sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah.

Pelayanannya diberikan secara cuma-cuma oleh pemerintah

sehingga sangat jarang penyelenggaraan

pelayanan kesehatandisediakan oleh pihak swasta. Untuk negara

yang kondisi keuangannya belum baik, sistem ini sulit

dilaksanakan karena memerlukan dana yang sangat besar.

2. Bersumber dari anggaran masyarakat

Dapat berasal dari individual ataupun perusahaan. Sistem ini

mengharapkan agar masyarakat (swasta) berperan aktif secara

mandiri dalam penyelenggaraan maupun pemanfaatannya. Hal ini

memberikan dampak adanya pelayanan-pelayanankesehatan yang

dilakukan oleh pihak swasta, dengan fasilitas dan penggunaan

alat-alat berteknologi tinggi disertai peningkatan biaya pemanfaatan

atau penggunaannya oleh pihak pemakai jasa

layanan kesehatan tersebut.

3. Bantuan biaya dari dalam dan luar negeri

Sumber pembiayaan kesehatan, khususnya untuk penatalaksanaan

penyakit – penyakit tertentu cukup sering diperoleh dari bantuan

biaya pihak lain, misalnya oleh organisasi sosial ataupun

pemerintah negara lain. Misalnya bantuan dana dari luar negeri

untuk penanganan HIV dan virus H5N1 .

4. Gabungan anggaran pemerintah dan masyarakat

Sistem ini banyak diadopsi oleh negara-negara di dunia karena

dapat mengakomodasi kelemahan – kelemahan yang timbul pada

sumber pembiayaan kesehatan sebelumnya. Tingginya

biaya kesehatan yang dibutuhkan ditanggung sebagian oleh

pemerintah dengan menyediakan layanan kesehatan bersubsidi.

Sistem ini juga menuntut peran serta masyarakat dalam memenuhi

biaya kesehatan yang dibutuhkan dengan mengeluarkan biaya

(21)

3.3 Hambatan Pembiayaan Kesehatan

Kecenderungan meningkatnya biaya pemeliharaan kesehatan

menyulitkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang

dibutuhkannya. Keadaan ini terjadi terutama pada keadaan dimana

pembiayaannya harus ditanggung sendiri ("out of pocket") dalam sistim tunai

("fee for service").

Kenaikan biaya kesehatan terjadi akibat penerapan teknologi canggih,

karakter supply induced demand dalam pelayanan kesehatan, pola

pembayaran tunai langsung ke pemberi pelayanan kesehatan, pola penyakit

kronik dan degeneratif, serta inflasi. Kenaikan biaya pemeliharaan kesehatan

itu semakin sulit diatasi oleh kemampuan penyediaan dana pemerintah

maupun masyarakat. Peningkatan biaya itu mengancam akses dan mutu

pelayanan kesehatan dan karenanya harus dicari solusi untuk mengatasi

masalah pembiayaan kesehatan ini.

Masalah-masalah dalam pembiayaan kesehatan:

1. Kurangnya dana yang tersedia

2. Penyebaran dana yang tidak sesuai dengan kebutuhan (equity -

fairness).

3. Pemanfaatan yang tidak tepat

4. Pengelolaan dana yang belum sempurna

5. Biaya kesehatan yang makin meningkat

 Inflasi

 Demand yang meningkat

6. Kemajuan IPTEK

7. Perubahan pola penyakit (triple burden)

8. Perubahan pola pelayanan kesehatan (fragmented health services)

9. Perubahan pola hubungan dokter pasien

10.Lemahnya mekanisme pengendalian biaya

(22)

3.4 Tujuan Pembiayaan Kesehatan

Tujuan dari pembiayaan kesehatan adalah tersedianya pembiayaan

kesehatan dengan jumlah yang mencukupi, terlokasi secara adil dan

termanfaatkan secara berhasil-guna dan berdaya-guna, untuk menjamin

terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Tujuan subsistem pembiayaan kesehatan:

1. Tersedianya pembiayaan kesehatan dengan jumlah yang

mencukupi.

2. Teralokasi secara adil dan termanfaatkan secara berhasil-guna

dan berdaya-guna.

3. Untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan

guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya.

Organisasi kesehatan dunia (WHO) sendiri member fokus strategi

pembiayaan kesehatan yang memuat isu-isu pokok, tantangan, tujuan

utama, kebijakan dan program aksi itu pada umumnya adalah dalam area

sebagai berikut:

1. meningkatkan investasi dan pembelanjaan publik dalam

bidang kesehatan.

2. mengupayakan pencapaian kepesertaan semesta dan

penguatan pemeliharaan kesehatan masyarakat miskin

3. pengembangan skema pembiayaan praupaya termasuk

didalamnya asuransi kesehatan social (SHI)

4. penggalian dukungan nasional dan internasional

5. penguatan kerangka regulasi dan intervensi fungsional

6. pengembangan kebijakan pembiayaan kesehatan yang

didasarkan pada data dan fakta ilmiah

(23)

3.5 Maksud dari Pembiayaan yang Kuat dan Stabil dan Berkesinambungan

dalam Pembiayaan Kesehatan

Pembiayaan kesehatan yang kuat, stabil dan berkesinambungan

memegang peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan

kesehatan dalam rangka mencapai berbagai tujuan penting dari pembangunan

kesehatan di suatu negara diantaranya adalah pemerataan pelayanankesehatan

dan akses (equitable access to health care) dan pelayanan yang berkualitas

(assured quality).

Kuat : sumber dana yang diperoleh baik dari pemerintah atau swasta

harus dapat mencukupi kebutuhan pembiayaan kesehatan negara.

Sumber dana kesehatan:

1. Pemerintah

Dana pemerintah pusat, propinsi, kabupaten kota, saham

pemerintah dalam BUMN, premi bagi jamkesmas miskin yg

dibayarkan oleh pemerintah.

2. Swasta atau masyarakat

CSR (Corporate Social Responsibility), pengeluaran rumah tangga

baik yg dibayarkan tunai atau lewat sistem asuransi, bantuan dari

luar negeri, hibah atau donor dari LSM.

Stabil : diharapkan kenaikan pembiayaan kesehatan dapat terkontrol

dan tidak ada kenaikan secara signifikan. Hal ini dapat dipengaruhi oleh

adanya sumber pembiayaan kesehatan berdasarkan ideology suatu negara.

Beberapa sumber pendanaan yang dipengaruhi oleh ideologi negara

adalah:

1. Sosialis (welfare state).

Negara bertanggung jawab dan memberikan kebebasan biaya pada

seluruh masyarakat. Aspek kesehatan warga ditanggung penuh oleh

negara dan hal tersebut tidak untuk mencari keuntungan. Hal ini

(24)

ekonomi rendah sampai dengan kalangan ekonomi tinggi dapat

merasakannya. Tetapi hal tersebut memberi konsekuensi bahwa

biaya kesehatan negara tersebut menjadi tinggi.

2. Liberal-kapitalis

Negara tidak bertanggung jawab sepenuhnya dalam pendanaan

kesehatan. Negara menyerahkan harga pembiayaan kesehatan

tergantung pasar sehingga bisa disebut juga profit-oriented, dimana

pembiayaan tidak dilihat dari status ekonomi masyarakat sehingga

penyedia pelayanan kesehatan dapat mengambil untung

sebesar-besarnya.

3. Kombinasi

Kombinasi yang berarti perpaduan antara pendanaan dari

pemerintah, swasta dan masyarakat. Hal ini dimaksudnya jika

ketika pemerintah tidak mampu ikut andil dalam pembiayaan

kesehatan, maka dapat dibantu oleh biaya dari masyarakat atau

swasta.

Berkesinambungan : pembiayaan kesehatan dapat dilakukan secara

berkelanjutan. Dengan sumber dana yang kuat dan kebijakan pemerintah

yang dikeluarkan pemerintah diharapkan pembiayaan kesehatan dapat

berkelanjutan.

3.6 Hal yang Mempengaruhi Pembiayaan Kesehatan

Pola tarif rumah sakit di Indonesia umumnya masih sangat lemah

terutama rumah sakit pemerintah. Tarif yang diberlakukan belum unit cost

based dan tanpa pertimbangan yang cermat terhadap berbagai dimensi yang

mempengaruhi tarif, bahkan rumah sakit pemerintah belum ada penyesuaian

tarif selama bertahun-tahun meskipun telah terjadi inflasi pelayanan kesehatan

( obat, bahan habis pakai, dll). Selama ini penetapan tarif rawat inap rumah

sakit berdasarkan Kepmenkes, No. 582/1997 (BN No. 6055 hal. 3B-7B) yang

(25)

metode double distribusi, maka dapatlah diketahui besarnya tarif Kelas III (1/3

kali UC Kelas II), kisaran tarif Kelas I (2-9 Kali UC Kelas II) dan VIP/Super

VIP (10-20 kali UC Kelas II). Dengan adanya jaminan pemerintah pada

pelayanan rawat inap kelas III yang diasumsi sesuai dengan Unit cost, maka

rumah sakit memerlukan penataan kembali pola tarif rawat inap yang ada

dengan menjadikan kelas III setara dengan unit cost terhitung dengan metode

double distribusi dan untuk kelas II, Kelas I, dan VIP dijadikan kelas profit

rumah sakit sesuai dengan kebutuhan rumah sakit.

1. Konsep Biaya.

Biaya (cost) adalah nilai sejumlah input (faktor produksi) yang dipakai

untuk menghasilkan suatu produk (output). Biaya juga sering diartikan

sebagai nilai suatu pengorbanan/pengeluaran untuk memperoleh suatu

harapah (target)/output tertentu.

2. Pembagian Biaya Berdasarkan Hubungan Dengan Volume Produksi

 Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi/jasa dan waktu pengeluarannya, biasanya lebih

dari satu tahun.

 Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang jumlahnya bergantung dari jumlah produksi/jasa. Biaya tidak tetap biasanya

berupa biaya operasional yang habis dikeluarkan selama satu

tahun.

 Semi Variabel Cost adalah biaya yang memiliki sifat antara fixed cost dan variabel cost (Gani,1996) .

3. Biaya Berdasarkan Biaya Satuan (Unit Cost)

Biaya satuan adalah biaya yang dihitung untuk setiap satu satuan produk

pelayanan. Biaya satuan didapatkan dari pembagian antara biaya total

(Total Cost = TC) dengan jumlah produk (Quantity = Q). Dengan

demikian tinggi rendahnya biaya satuan suatu produksi tidak hanya

dipengaruhi oleh besarnya biaya total, tetapi juga dipengaruhi oleh

besarnya biaya produk.

(26)

Analisis biaya rumah sakit adalah suatu kegiatan menghitung biaya rumah

sakit untuk berbagai jenis pelayanan yang ditawarkan baik secara total

maupun per unit atau per pasien dengan cara menghitung seluruh biaya

pada seluruh unit pusat biaya serta mendistribusikannya ke unit-unit

produksi yang kemudian dibayar oleh pasien (Depkes, 1977).

Menurut Gani (1996), analisis biaya dilakukan dalam perencanaan

kesehatan untuk menjawab pertanyaan berapa rupiah satuan program atau

proyek atau unit pelayanan kesehatan agar dapat dihitung total anggaran

yang diperlukan untuk program atau pelayanan kesehatan. Dalam

perhitungan tarif di rumah sakit seluruh biaya di rumah sakit dihitung

mulai dari:

1. Fixed Cost

Fixed cost atau biaya tetap ini terdiri dari :- Biaya Investasi gedung

rumah sakit- Biaya peralatan Medis- Biaya peralatan Medis Biaya

Kendaraan (Ambulance, Mobil Dinas, Motor, dll)

2. Semi Variabel Cost

 Biaya Air- Biaya Listrik

 Biaya Makan Minum Pegawai dan pasien

 Biaya Telepon

 Dll

5. Manfaat analisis biaya

Manfaat utama dari analisis biaya ada empat yaitu

(27)

Informasi biaya satuan sangat penting dalam penentuan

kebijaksanaan tarif rumah sakit. Dengan diketahuinya biaya satuan

(Unit cost), dapat diketahui apakah tarif sekarang merugi, break

event, atau menguntungkan. Dan juga dapat diketahui berapa besar

subsidi yang dapat diberikan pada unit pelayanan tersebut misalnya

subsidi pada pelayanan kelas III rumah sakit,

2. Budgeting /Planning

Informasi jumlah biaya (total cost) dari suatu unit produksi dan

biaya satuan (Unit cost) dari tiap-tiap output rumah sakit, sangat

penting untuk alokasi anggaran dan untuk perencanaan anggaran,

3. Budgetary control Hasil analisis biaya dapat dimanfaatkan untuk

memonitor dan mengendalikan kegiatan operasional rumah sakit.

Misalnya mengidentifikasi pusat-pusat biaya (cost center) yang

strategis dalam upaya efisiensi rumah sakit. Evaluasi dan

Pertanggung Jawaban Analisis biaya bermanfaat untuk menilai

performance keuangan RS secara keseluruhan, sekaligus sebagai

(28)

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Implementasi strategi pembiayaan kesehatan di suatu negara diarahkan kepada beberapa hal pokok yakni; kesinambungan pembiayaan program

kesehatan prioritas, reduksi pembiayaan kesehatan secara tunai

perorangan (out of pocket funding), menghilangkan hambatan biaya

untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, pemerataan dalam akses

pelayanan, peningkatan efisiensi dan efektifitas alokasi sumber daya

(resources) serta kualitas pelayanan yang memadai dan dapat diterima

pengguna jasa.

2. Tujuan pembiayaan kesehatan adalah tersedianya pembiayaan kesehatan

dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil dan termanfaatkan

secara berhasil-guna dan berdaya-guna, untuk menjamin

terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

3. Sumber Dana

a. Bersumber dari anggaran pemerintah

b. Bersumber dari anggaran masyarakat

c. Bantuan biaya dari dalam dan luar negeri

d. Gabungan anggaran pemerintah dan masyarakat

4. Hambatan atau masalah dalam pembiayaan kesehatan

Kurangnya dana yang tersedia

 Penyebaran dana yang tidak sesuai dengan kebutuhan (equity - fairness)

Pemanfaatan yang tidak tepat

Pengelolaan dana yang belum sempurna

(29)

Inflasi

Demand yang meningkat

Kemajuan IPTEK

Perubahan pola penyakit (triple burden)

Perubahan pola pelayanan kesehatan (fragmented health services) Perubahan pola hubungan dokter pasien

Lemahnya mekanisme pengendalian biaya

Penyalahgunaan asuransi kesehatan

5. Pola pembiayaan

a. Penataan Terpadu (managed care)

b. Sistem reimbursement

c. Asuransi

d. Pemberian Tunjangan Kesehatan

e. Rumah Sakit Perusahaan

6. Cara pembiayaan

a. Out of pocket funding

b. Pajak atau taxation

c. Asuransi

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Astiena, Dr. Adila Kasni, MARS. 2009. Materi Kuliah Pembiayaan Pelayanan

Kesehatan. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas

Andalas

Brotowasisto. 1990. Pembangunan Kesehatan di Indonesia. Prisma, vol. 19,

No. 6.

Depkes RI. Sistem Kesehatan Nasional. 2009. Jakarta: Depkes RI.

Lubis, Ade Fatma. 2009. Ekonomi Kesehatan. Medan: USU Press.

Mukti A G. 2000. Berbagai Model Alternatif Sistem Penyelenggaraan

Asuransi Kesehatan di Indonesia. JMPK 03:01

Pohan, Imbalo. S. 2007. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan: Dasar-dasar

Pengertian dan Penerapan. Jakarta: EGC

Referensi

Dokumen terkait

Melihat bagaimana perjuangan yang dilakukan oleh Arung palakka terhadap kerajaan Gowa dalam membela negerinya dan membebaskan rakyatnya dari perbudakan, sehingga

Hal ini menunjukkan bahwa auditor berdasarkan gender tidak hanya digeluti oleh auditor pria saja namun banyak auditor wanita juga yang masing-masing memiliki beragam

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014

a) Perhimpunan Bank-bank Umum Nasional (Perbanas) mengusulkan agar pemerintah menggabung Bank Mandiri dan Bank BNI untuk menciptakan bank terbesar di Asia Tenggara. Usul ini

Starter ‘starfung’ yang digunakan berisi bakteri asam laktat (BAL) yang berasal dari ekstrak limbah sayur pasar kubis dan sawi yaitu Lactobacillus plantarum dan jenis

Pada prinsipnya, pengembangan fasilitas pedestrian bertujuan untuk menciptakan suatu kawasan manusiawi dengan lebih mengutamakan kenyamanan dan keamanan pejalan

Kriteria untuk setiap nilai resiko dalam matriks penilaian resiko dipergunakan untuk menentukan bisa atau tidaknya suatu resiko dapat diterima atau tindakan yang

Hasil ini ditunjukan dengan adanya pengaruh efektivitas ISO 9001 pada kualitas produk, kinerja operasional dan kinerja perusahaan.Hasil dari penelitian menunjukkan