• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kajian Teori Maslow terhadap Motivasi Menjadi Guru Sekolah Minggu di Gereja Kristen Jawa Tangerang T1 712012009 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kajian Teori Maslow terhadap Motivasi Menjadi Guru Sekolah Minggu di Gereja Kristen Jawa Tangerang T1 712012009 BAB II"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

6

2. Suatu Tinjauan Teoretis: Kajian Teori Maslow Terhadap Motivasi

Menjadi Guru Sekolah Minggu

2.1.Teori Motivasi Abraham Maslow yang Meliputi Hierarki Kebutuhan

Maslow

Abraham Maslow dilahirkan di New York pada tahun 1908 dan meninggal tahun 1970. Abraham Maslow, sebagai tokoh motivasi aliran humanisme, menyatakan bahwa kebutuhan manusia secara hierarkis semuanya laten dalam diri manusia. Maslow mengidentifikasi kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar manusia dalam sebuah hierarki yang terendah dan bersifat biologis sampai tingkat tertinggi dan mengarah pada kemajuan individu.1 Setiap kali membicarakan motivasi, hierarki kebutuhan Maslow ini didasarkan pada anggapan bahwa pada waktu orang telah memuaskan satu tingkat kebutuhan tertentu, mereka ingin bergeser ke tingkat yang lebih tinggi.2 Kebutuhan tersebut mencakup kebutuhan fisiologis (sandang pangan), kebutuhan rasa aman (bebas bahaya), kebutuhan kasih sayang, kebutuhan dihargai dan dihormati, dan kebutuhan aktualisasi diri.3

Gambar: hierarki kebutuhan menurut Maslow4

1

Henry Clay Lindgren, Psychology In The Classroom (Japan: Modern Asia Edition, 1972), 25.

2

A.H. Maslow, A Theory of Human Motivation (Martino Fine Books, 2013), 12.

3

Stephen P. Robbins, Organizational Behavior (New Jersey: Printice Hall Clifts, 1996), 213-214.

4

(2)

7

2.1.1 Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs)

Perwujudan paling nyata dari kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan-kebutuhan pokok manusia. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan-kebutuhan yang paling dasar, seperti cukup makanan, udara, air untuk bertahan hidup. Kebutuhan ini dipandang sebagai kebutuhan mendasar bukan saja karena setiap orang membutuhkannya terus menerus sejak lahir hingga ajalnya, melainkan karena tanpa pemuasan berbagai kebutuhan tersebut seseorang tidak dapat dikatakan hidup secara normal. Berbagai kebutuhan fisiologis itu bersifat universal dan tidak mengenal batas geografis, asal-usul, tingkat pendidikan, status sosial, pekerjaan, umur, jenis kelamin dan faktor-faktor lainnya yang menunjukkan keberadaan seseorang.5

Konsep Maslow tentang kebutuhan fisiologis ini sekaligus merupakan jawaban terhadap pandangan Behaviorisme yang mengatakan bahwa satu-satunya motivasi tingkah laku manusia adalah kebutuhan fisiologis. Bagi Maslow pendapat ini dibenarkan jika kebutuhan fisiologis belum dapat terpenuhi. Lalu apa yang terjadi dengan hasrat-hasrat manusia tatkala tersedia makanan yang cukup dan merasa kenyang? Maslow lalu menjawab, “Dengan segera kebutuhan-kebutuhan lain yang lebih tinggi akan muncul, kemudian kebutuhan-kebutuhan-kebutuhan-kebutuhan inilah yang akan mendominasi seseorang, bukan lagi kebutuhan fisiologis”. Selanjutnya jika kebutuhan-kebutuhan ini telah terpenuhi, maka muncul kebutuhan-kebutuhan baru yang lebih tinggi dan begitu seterusnya. Inilah yang dimaksud Maslow bahwa kebutuhan dasar manusia diatur dalam sebuah hierarki yang bersifat relatif.6

2.1.2. Kebutuhan Rasa Aman (Safety Needs)

Kebutuhan keamanan harus dilihat dalam arti luas, tidak hanya dalam arti keamanan fisik tetapi juga keamanan yang bersifat psikologis, seperti perlakuan yang manusiawi dan adil. Dalam kebutuhan ini juga seorang yang tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas secara berlebihan serta akan berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat asing dan yang tidak

5

Frank G. Goble, Mazhab Ketiga, 71-72.

6

(3)

8

diharapkannya. Begitu juga orang yang sehat akan menginginkan keteraturan dan stabilitas, namun kebutuhan itu tidak sampai menjadi soal hidup atau mati seperti pada orang yang mengalami gangguan neurotik. Kemudian orang yang sudah waktunya juga menaruh minat pada hal-hal yang baru dan misterius.7

2.1.3. Kebutuhan Kasih Sayang (Belongingness and Love Needs)

Jika kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman telah terpenuhi, maka muncullah kebutuhan akan cinta, kasih sayang, dan rasa memiliki-dimiliki. Selanjutnya orang akan mendambakan hubungan penuh kasih sayang dengan orang lain pada umumnya. Cinta, sebagaimana kata itu digunakan oleh Maslow tidak boleh dikacaukan dengan seks, yang dapat dipandang sebagai kebutuhan fisiologis semata-mata. Bagi Maslow, cinta menyangkut suatu hubungan sehat termasuk sikap saling percaya. Ia mengatakan, “the love needs involve giving and receiving affection…”,8 kebutuhan akan cinta meliputi cinta yang memberi dan cinta yang menerima.

Bagi kebanyakan orang, keanggotaan dalam kelompok sering menjadi tujuan yang dominan dan mereka bisa menderita kesepian, terasing dan tak berdaya apabila keluarga, pasangan hidup, atau teman-teman meninggalkannya. Seseorang yang merantau jauh dari kampung halamannya akan kehilangan ikatan atau rasa memiliki. Keadaan ini bisa mendorongnya untuk membentuk ikatan baru dengan orang-orang atau kelompok tempat ia merantau. Hal yang ditemukan Maslow yaitu tanpa cinta, pertumbuhan dan perkembangan kemampuan orang akan terhambat. Karena kebutuhan akan cinta meliputi cinta yang memberi dan cinta yang menerima. Kita harus memahami cinta; kita harus mampu mengajarkannya, menciptakannya, dan meramalkannya. Jika tidak, dunia ini akan hanyut ke dalam gelombang permusuhan dan kebencian.9

7

Frank G. Goble, Mazhab Ketiga, 73.

8

Abraham H. Maslow, Motivation and Personality, Third Edition (America: Longman, 1970), 20.

9

(4)

9

2.1.4. Kebutuhan Dihargai dan Dihormati (Esteem Needs)

Salah satu ciri manusia adalah mempunyai harga diri, karena itu semua orang memerlukan pangakuan atas keberadaan dan statusnya oleh orang lain. Maslow menemukan bahwa setiap orang memiliki dua kategori kebutuhan akan penghargaan: yakni, harga diri dan penghargaan dari orang lain. 1. Harga diri meliputi kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi, ketidaktergantungan dan kebebasan. 2. Penghargaan dari orang lain meliputi prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, nama baik serta penghargaan. Seseorang yang memiliki cukup harga diri akan lebih percaya diri serta lebih mampu, maka juga lebih produktif. Sebaliknya jika harga dirinya kurang maka ia akan diliputi rasa rendah diri serta tidak berdaya, yang selanjutnya dapat menimbulkan rasa putus asa. Harga diri yang paling stabil, karenanya juga yang paling sehat, tumbuh dari penghargaan yang wajar dari orang-orang lain, bukan karena nama harum, kemasyhuran serta sanjungan kosong.10

2.1.5. Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self-Actualization Needs)

Dewasa ini semakin disadari oleh berbagai kalangan yang semakin luas bahwa dalam diri setiap orang terpendam potensi kemampuan yang belum seluruhnya dikembangkan. Dengan pengembangan demikian, seseorang dapat memberikan sumbangan yang lebih besar bagi kepentingan organisasi dan dengan demikian meraih kemajuan profesional yang pada gilirannya memungkinkan yang bersangkutan memuaskan berbagai jenis kebutuhannya.11

Kebutuhan untuk mengungkapkan diri atau aktualisasi diri merupakan hierarki kebutuhan dasar manusia yang paling tinggi dalam Maslow. Aktualisasi diri dapat didefinisikan sebagai perkembangan dari individu yang paling tinggi, mengembangkan semua potensi yang ia miliki dan menjadi apa saja menurut kemampuannya.12 Maslow juga melukiskan kebutuhan ini sebagai “hasrat untuk makin menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya”. Maslow menemukan bahwa kebutuhan akan aktualisasi diri ini

10

Frank G. Goble, Mazhab Ketiga, 76.

11

Sondang P. Siagian, Teori Motivasi dan Aplikasinya, 158.

12

(5)

10

biasanya muncul sesudah kebutuhan akan cinta dan akan penghargaan keterpuaskan secara memadai.13 Contoh dari aktualisasi diri adalah seseorang yang berbakat musik menciptakan komposisi musik, seseorang yang berbakat melukis menciptakan karya lukisannya, seseorang yang berpotensi menyanyi akan mengembangkan bakatnya.

Dorongan untuk aktualisasi diri tidak sama dengan dorongan untuk menonjolkan diri atau untuk mendapatkan prestise atau gengsi. Karena jika demikian sebenarnya dia belum mencapai tingkat aktualisasi diri. Aktualisasi diri dilakukan tanpa tendensi apapun. Meskipun hal ini diawali dari pemenuhan kebutuhan pada tingkat dibawahnya. Bagaimanapun Maslow mengakui bahwa untuk mencapai tingkat aktualisasi diri tidaklah mudah, sebab upaya ke arah itu banyak sekali hambatannya baik internal maupun eksternal. Hambatan internal yaitu hambatan yang berasal dari dirinya sendiri, antara lain ketidaktahuan akan potensi diri, keraguan dan juga rasa takut untuk mengungkap potensi yang dimiliki, sehingga potensi tersebut terpendam.14 Hambatan eksternalnya yaitu menuntut adanya kesediaan atau keterbukaan individu terhadap gagasan dan pengalaman-pengalaman baru untuk siap mengambil risiko, membuat kesalahan dan melepaskan kebiasaan-kebiasaan lama yang tidak konstruktif. Bagi individu kebutuhan akan rasa amannya terpenuhi dan sangat kuat, maka semua itu justru merupakan hal yang mengancam dan menakutkan. Pada akhirnya ketakutan ini akan mendorong individu untuk bergerak mundur menuju kebutuhan akan rasa aman.15

Menurut Maslow bahwa hierarki kebutuhan ini merupakan suatu pola yang tipikal dan bisa dilaksanakan pada hampir setiap waktu.16 Pemenuhan kebutuhan yang satu akan menimbulkan kebutuhan yang lain. Setiap orang mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda. Adakalanya seseorang untuk mencapai kebutuhan aktualisasi diri harus melewati pemenuhan kebutuhan mulai dari fisik, terus merangkak keaktualisasi.

13

Frank G. Goble, Mazhab Ketiga, 77.

14

Frank G. Goble, Mazhab Ketiga, 49.

15

E. Koeswara, Motivasi, 126.

16

(6)

11

2.2. Pengertian Motivasi

Motivasi seorang individu tergantung dari motive atau dengan bahasa latinnya, yaitu movere, yang berarti mengerahkan. Rukminto menyatakan bahwa motif dapat diartikan sebagai kekuatan dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya tingkah laku tertentu.17 Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak.18

Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting, yaitu perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem “neurophysiological” yang ada pada organisme manusia. Motivasi menjadi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi, dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia. Motivasi seseorang muncul dari dalam dirinya, tetapi kemunculannya karena terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain yaitu tujuan.19 Persoalan motivasi sering dikaitkan dengan persoalan minat. Minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri/arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Menurut Bernard, minat timbul tidak secara tiba-tiba/spontan melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja.20

17

Isbandi Rukminto Adi, Psikologi, Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial: Dasar-Dasar Pemikiran (Jakarta: Grafindo Persada, 1994), 154.

18

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, 73.

19

Frederick Mc. Donald, Educational Psychology (Tokyo: Kaigai Shuppan Boeki KK, 1959), 14.

20

(7)

12

2.2.1. Kebutuhan-Kebutuhan Motivasi

Menurut Morgan dan ditulis kembali oleh Sardiman A.M, manusia hidup dengan memiliki berbagai kebutuhan.21 Pertama, kebutuhan untuk mengatasi kesulitan. Suatu kesulitan atau hambatan, mungkin cacat, mungkin menimbulkan rasa rendah diri, tetapi hal ini menjadi dorongan untuk mencari kompensasi dengan usaha yang tekun dan luar biasa, sehingga tercapai kelebihan/keunggulan dalam bidang tertentu. Sikap guru terhadap kesulitan atau hambatan ini sebenarnya banyak bergantung pada keadaan dan sikap lingkungan. Sehubungan dengan ini maka peranan motivasi sangat penting dalam upaya menciptakan kondisi-kondisi tertentu yang lebih kondusif bagi mereka untuk berusaha agar memperoleh keunggulan. Kedua, kebutuhan untuk menyenangkan orang lain. Banyak orang yang dalam kehidupannya berbuat sesuatu demi kesenangan orang lain. Harga diri seseorang dapat dinilai dari berhasil tidaknya usaha memberikan kesenangan pada orang lain. Hal ini sudah tentu merupakan kepuasaan atau kebahagiaan tersendiri bagi orang yang melakukan kegiatan tersebut.

Ketiga, kebutuhan untuk mencapai hasil. Suatu pekerjaan atau kegiatan mengajar akan berhasil baik, kalau disertai dengan pujian. Aspek pujian ini merupakan dorongan bagi seseorang untuk mengajar dengan giat. Guru harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk melakukan sesuatu dengan hasil yang optimal, sehingga ada “sense of succes”. Dalam kegiatan belajar-mengajar harus dimulai dari yang sederhana dan bertahap menuju sesuatu yang semakin kompleks. Kebutuhan manusia tersebut senantiasa akan selalu berubah. Begitu juga motif, motivasi yang selalu berkait dengan kebutuhan tentu akan berubah-ubah atau bersifat dinamis, sesuai dengan keinginan dan perhatian manusia. Relevan dengan soal kebutuhan itu maka timbullah teori tentang motivasi. Teori motivasi ini lahir dan awal perkembangannya ada di kalangan para psikolog yaitu teori motivasi Maslow dalam hierarki kebutuhan manusia.

2.2.2. Kekuatan Motivasi

Motivasi yang bekerja dalam diri individu mempunyai kekuatan yang berbeda-beda. Untuk mengetahui kekuatan relatif motif-motif yang sedang

21

(8)

13

menguasai seseorang pada umumnya dapat dilihat melalui: kuatnya kemauan untuk berbuat, jumlah waktu yang disediakan, kerelaan meninggalkan kewajiban atau tugas yang lain, kerelaan untuk mengeluarkan biaya demi perbuatan itu, ketekunan dalam mengerjakan tugas dan lain-lain. Kuat lemahnya motivasi seringkali juga dipengaruhi oleh emosi yang menyertai tindakan. Motivasi yang kuat dapat menjadi lemah karena muncul emosi lain yang tidak mendukung motivasi yang sedang menguasainya. Sebaliknya motivasi yang sebenarnya tidak begitu kuat dapat menjadi sangat kuat karena pengaruh emosi.22

2.3. Guru Sekolah Minggu

Pelayanan anak (sekolah minggu) merupakan tempat yang dipakai oleh Tuhan untuk menjangkau anak-anak agar mereka mengenal kasih Tuhan Yesus Kristus serta keselamatan dari-Nya. Melalui sekolah minggu, anak-anak juga memiliki relasi yang baik dengan Tuhan, sehingga mereka memliki pengalaman spiritualitas yang bagus. Untuk mewujudkan tujuan sekolah minggu tersebut, maka gereja merekrut warga jemaat untuk menjadi guru sekolah minggu.

Panggilan untuk mengajar jemaat di dalamnya termasuk anak sekolah minggu sudah di awali sejak Perjanjian Lama. Dalam artian, umat menerima pendidikan dalam proses sosialisasi, baik dalam konteks keluarga maupun umat Allah. Selanjutnya, dalam Perjanjian Baru, hal mengajar telah dimulai oleh Tuhan Yesus Kristus saat memanggil para murid-Nya menjadi komunitas murid Kristus yang menjadi ‘cikal bakal’ gereja Kristen. Di sinilah mandat pendidikan itu sudah kita temukan. Tuhan Yesus memanggil dan mendidik para murid-Nya dengan tujuan agar menjadi murid Kristus dan mengikuti Dia.23

Jelas di sini, warga jemaat dipanggil melakukan tugas panggilan Kristiani untuk menjadikan semua bangsa murid-Nya. Begitu juga menurut penulis bahwa ungkapan Rasul Paulus dalam Efesus 4:1-6 sangat menarik bahwa Tuhan telah menganugerahkan tugas-tugas pelayanan sebagai guru atau pengajar kepada gereja. Karunia sebagai guru atau pengajar diberikan Allah untuk membangun tubuh Kristus menuju kedewasaan iman. Setiap orang yang dipanggil-Nya

22

Handoko Martin, Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku (Yogyakarta: Kanisius, 1992), 59-60.

23

(9)

14

menjadi guru sekolah minggu pasti akan dipanggil-Nya secara khusus, pribadi lepas pribadi. Panggilan adalah karunia dan kepercayaan dari Tuhan.24

Pelayanan sekolah minggu dapat diumpamakan sebagai “tabungan untuk masa depan”. Karenanya sangat berharga. Bukan hanya bagi gereja, tetapi juga bagi anak-anak itu sendiri. Pelayanan ini berharga bagi masa depan gereja, karena anak-anak itulah yang akan menggantikan generasi sekarang. Kita semua (termasuk di dalamnya orang tua) cepat atau lambat akan “turun gelanggang”, dan anak-anak itu akan mendapat giliran untuk “naik pentas”. Itu sebabnya pendidikan dan pelayanan terhadap anak-anak menjadi amat penting.25 Bahkan banyak orang tua berpandangan, sekolah minggulah memegang peranan penting dalam menyampaikan pendidikan Kristiani kepada anak-anak mereka. Oleh karena itu, para orang tua biasanya mengirimkan anaknya pada hari minggu kepada guru sekolah minggu untuk mengikuti kegiatan pembinaan rohani di sekolah minggu. Dalam hal ini guru sekolah minggu memegang peranan penting dalam keberhasilan sekolah minggu itu sendiri.

Sebagai faktor penentu keberhasilan sekolah minggu, seorang guru sekolah minggu harus memenuhi beberapa syarat: 1) Seorang yang telah diselamatkan; 2) Seorang Kristen yang bertumbuh; 3) Seorang Kristen yang setia terhadap gereja; 4) Memahami pelayanan pendidikan adalah sebuah panggilan; 5) Suka pada anak didiknya; 6) Baik kesaksian hidupnya; 7) Bertanggung jawab; 8) Terlatih sebagai guru; 9) Bersandar pada kuasa Roh Kudus.26 Seorang guru harus berani “membayar harga atas panggilan kudus yang diterimanya dari Tuhan”. Ia rela mempersembahkan semuanya bagi Tuhan, baik waktu, tenaga, pemikiran, maupun uang, bagi pelayanan anak. Agar pelayanannya berhasil, ia harus mempersiapkan diri sebaik mungkin, baik secara pribadi maupun bersama teman guru lainnya. Persiapan mengajar merupakan hal yang wajib dilakukan oleh para guru sekolah minggu, baik secara pribadi maupun secara bersama-sama guru yang lain.27

24

Paulus Lie, Mereformasi Sekolah Minggu, 59-60.

25

Ayub Yahya, Menjadi Guru Sekolah Minggu yang Efektif (Jakarta: Footprints Publishing, 2011), 19.

26

I Putu Ayub Darmawan, Dasar-Dasar Mengajar Sekolah Minggu (Ungaran: STT Simpson, 2015), 36.

27

(10)

15

2.3.1. Tugas dan Tanggung Jawab Guru

Setiap guru sekolah minggu memiliki tugas pribadi, sebagai berikut: Pertama, menyiapkan setiap pertemuan hari Minggu dengan berbagai acara atau lagu/cerita/aktivitas yang kreatif, sehingga sekolah minggu tidak menjadi pertemuan rutin yang monoton. Sekolah Minggu diharapkan penuh variasi yang bukan saja menyenangkan anak, melainkan juga membuat anak semakin mengenal Yesus bertumbuh dalam segala hal seperti yang Yesus inginkan. Kedua, mengikuti persiapan mengajar serajin mungkin, membuat alat peraga sebaik mungkin, membuat tata ruang kelas variatif agar tidak monoton, menyiapkan aktivitas anak yang kreatif yang mengembangkan seluruh potensi anak.

Ketiga, mengembangkan diri, sebagai seorang guru ia harus terus aktif mengembangkan dirinya dengan banyak membaca buku dan menerapkan serta mengembangkan pengetahuan yang ia peroleh. Seorang guru juga harus aktif mengikuti pelatihan seminar, pelatihan mengajar, pembinaan guru, dan sebagainya. Keempat, tugas guru lainnya adalah belajar dari kebutuhan dan keinginan anak. Tujuannya adalah agar guru semakin memahami dunia anak-anaknya, dan kemudian memikirkan arah pembinaan dan model pembinaan yang tepat.28

28

Referensi

Dokumen terkait

Ada beberapa penelitian yang menggambarkan tentang Contract Change Order (Perubahan Kontrak Pekerjaan) diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Penelitian yang

Dalam perspektif tanggungjawab sosial perusahaan, yang harus diuntungkan dengan adanya perusahaan, tidak hanya pemegang atau pemilik saham ( share-holders ) perusahaan

Dalam hal ini peraturan perundang-undangan yang dimaksud adalah peraturan daerah provinsi jawa timur nomor 4 Tahun 2011 yang terdapat pada pasal 15 dan 16

Penggunaan Model Cooperative Learning Tipe Think Pair Share Untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKn Pada Siswa Kelas IV SD.. Muhammadiyah 3

[r]

Dari 44 (empat puluh empat) perusahaan yang mendaftar dan mengambil dokumen, ternyata 5 (lima) Perusahaan memasukkan dokumen penawaran.. Demikian Berita Acara ini

[r]

Panitia Pengadaan Barang/Jasa Dinas Pendidikan Kabupaten Humbang Hasundutan akan mengadakan Pelelangan Umum dengan Pascakualifikasi yang bersumber dari Dana DAK Luncuran 2011