• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pengembangan Karir dan Desain Pekerjaan Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Pada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pengembangan Karir dan Desain Pekerjaan Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Pada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Medan"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Uraian Teoritis

2.1.1 Pengembangan Karir

2.1.1.1 Pengertian Pengembangan Karir

Penetapan karir seseorang merupakan langkah awal untuk jenjang

karirnya. Disinilah saatnya perlu mulai dipikirkan oleh pegawai tentang

pengembangan dirinya masing-masing sesuai kemampuan dan keterampilan

yang dimiliki. Departemen SDM dapat membantu pengembangan diri pegawai/

anggota organisasi yang bersangkutan dengan sistem yang baik.

Karir terdiri dari semua pekerjaan yang ada selama seorang bekerja,

atau dapat pula dikatakan bahwa karir adalah seluruh jabatan yang diduduki

seseorang dalam kehidupan kerjanya. Selain itu karir juga merupakan rangkaian

sikap dan perilaku yang berkaitan dengan pengalaman dan aktivitas kerja selama

rentang waktu kehidupan seseorang dan rangkaian aktivitas kerja yang terus

berkelanjutan. Menurut Irianto (2001:94), pengertian karir meliputi

elemen-elemen obyektif dan subyektif. Elemen obyektif berkenaan dengan

kebijakan-kebijakan pekerjaan atau posisi jabatan yang ditentukan organisasi, sedangkan

elemen subyektif menunjuk pada kemampuan seseorang dalam mengelola karir

dengan mengubah lingkungan obyektif (misalnya dengan mengubah

pekerjaan/jabatan) atau memodifikasi persepsi subyektif tentang suatu situasi

(2)

Pengembangan karir terdiri atas peningkatan pribadi yang dijalani

seseorang untuk mencapai rencana karirnya dan hal ini menjadi tanggung jawab

karyawan tersebut, manajer dan departemen SDM hanya membantu didalam

perencanaan karir serta member jalan menuju karir tersebut (Rivai 2004:280).

Perkembangan karir sangat membantu karyawan didalam menganalisis

kemampuan dan minat mereka untuk lebih dapat disesuaikan dengan kebutuhan

SDM sejalan dengan pertumbuhan dan berkembangnya perusahaan.

Pengembangan karir adalah aktivitas kepegawaian yang membantu

pegawai-pegawai merencanakan karir masa depan mereka di perusahaan agar

perusahaan dan pegawai yang bersangkutan dapat mengembangkan diri secara

maksimum (Mangkunegara 2005:77). Pengembangan karir adalah usaha yang

dilakukan secara formal dan berkelanjutan dengan difokuskan pada peningkatan

dan penambahan kemampuan seseorang pekerja (Nawawi 2008:289). Dalam

pengertian ini dikatakan bahwa pengembangan karir merupakan usaha formal

untuk meningkatkan dan menambah kemampuan, yang diharapakan berdampak

pada pengembangan dan perluasan wawasan, yang membuka kesempatan

mendapatkan posisi/ jabatan yang memuaskan dalam kehidupan sebagai

perkerja.

2.1.1.2 Tujuan dan Manfaat Pengembangan Karir

Tujuan dari seluruh program pengembangan karir adalah untuk

menyesuaikan antara kebutuhan dan tujuan karyawan dengan kesempatan karir

yang tersedia di perusahaan saat ini dan di masa mendatang. Menurut Rivai

(3)

secara baik akan membantu karyawan dalam menentukan kebutuhan karir

mereka sendiri dan menyesuaikan antara kebutuhan karyawan dengan tujuan

perusahaan.

Adapun tujuan pengembangan karir menurut Mangkunegara (2005:77) adalah:

1. Membantu dalam pencapaian tujuan individu dan perusahaan

Seorang karyawan yang sukses dengan prestasi kerja yang sangat baik

kemudian menduduki posisi jabatan yang lebih tinggi, hal ini berarti tujuan

perusahaan dan tujuan individu tercapai.

2. Menunjukkan hubungan kesejahteraan karyawan

Perusahaan merencanakan karir karyawan dengan cara meningkatkan

kesejahteraannya agar loyalitas karyawan lebih tinggi.

3. Membantu karyawan menyadari potensi mereka

Pengembangan karir membantu menyadarkan karyawan akan kemampuannya

untuk menduduki suatu jabatan tertentu sesuai dengan potensi dan

keahliannya.

4. Memperkuat hubungan antara karyawan dan perusahaan

Pengembangan karir akan memperkuat hubungan dan sikap karyawan

terhadap perusahaannya.

5. Mengurangi keusangan profesi dan manajerial

Pengembangan karir dapat menghindarkan diri dari keusangan dan kebosanan

profesi dan manajerial.

Menurut (Sulistiyani dan Rosidah 2003:182) secara umum manfaat

(4)

1. Mengembangkan prestasi pegawai,

2. Mencegah terjadinya pegawai yang minta berhenti untuk pindah kerja dengan

cara meningkatkan loyalitas pegawai,

3. Sebagai wahana untuk memotivasi pegawai agar dapat mengembangkan

bakat dan kemampuannya,

4. Mengurangi subyektivitas dalam promosi,

5. Memberikan kepastian hari depan,

6. Sebagai usaha untuk mendukung organisasi memperoleh tenaga yang cakap

dan terampil dalam melaksanakan tugas.

2.1.1.3 Tahap-Tahap Pengembangan Karir

Menurut Rivai (2004:298) kebutuhan dan ekspektasi individu berubah

melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Tahap awal/tahap pembentukan

Menekanan pada perhatian untuk memperoleh jaminan terpenuhinya

kebutuhan dalam tahun-tahun awal pekerjaannya.

2. Tahap lanjutan

Tahap dimana pertimbangan jaminan keamanan sudah mulai berkurang,

namun lebih menitikberatkan pada pencapaian, harga diri dan kebebasan.

3. Tahap mempertahankan

Pada fase ini individu mempertahankan pencapaian keuntungan atau manfaat

yang telah diraihnya sebagai hasil pekerjaan di masa lalu. Individu telah

(5)

4. Tahap pensiun

Individu telah menyelesaikan satu karir dan dia akan berpindah ke karir yang

lain. Individu memiliki kesempatan untuk mengekspresikan diri yang

sebelumnya tidak dapat dia lakukan.

2.1.1.4 Bentuk-Bentuk Pengembangan Karir

Bentuk-bentuk pengembangan karir tergantung pada jalur karir yang

direncanakan oleh masing-masing organisasi. Bagaimana suatu perusahaan

menentukan suatu jalur karir bagi karyawannya tergantung pada kebutuhan dan

situasi perusahaan itu sendiri, namun pada umumnya yang sering dilakukan

perusahaan adalah melalui pendidikan dan pelatihan, promosi serta mutasi

(Nitisemito, 2001:173).

Pengertian mengenai ketiga hal tersebut dapat dijelaskan di bawah ini:

1. Pendidikan dan pelatihan adalah suatu kegiatan yang diselenggarakan

perusahaan yang dimaksudkan untuk memperbaiki dan mengembangkan

sikap, tingkah laku, keterampilan, dan pengetahuan para karyawan sesuai

dengan dari pekerjaan masing-masing karyawan.

2. Promosi adalah perubahan posisi/jabatan dari tingkat yang lebih rendah ke

tingkat yang lebih tinggi. Perubahan ini biasanya akan diikuti dengan

meningkatnya tanggung jawab, hak, serta status sosial seseorang. Dalam

pelaksanaannya, suatu promosi harus didasarkan pada syarat-syarat tertentu

yang bagi setiap organisasi dapat berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan

organisasi itu sendiri. Adapun syarat yang dipergunakan itu dapat memberi

(6)

menduduki jabatan/pekerjaan yang akan ditempati. Berikut ini contoh syarat

yang harus dipenuhi seorang karyawan dalam promosi diantaranya kejujuran,

loyalitas, tingkat pendidikan, pengalaman kerja, tanggung jawab,

kepemimpinan, kerjasama, dan inisiatif.

3. Mutasi adalah perpindahan pekerjaan seseorang dalam suatu organisasi yang

memiliki tingkat level yang sama dari posisi pekerjaan sebelum mengalami

pindah kerja.

Menurut Nawawi (2008:310) bentuk dari program pengembangan karir meliputi:

1. Penyelenggaraan sistem mentoring

Sistem mentor adalah cara pengembangan dengan menyelenggarakan

hubungan antar pekerja senior dan yunior sebagai kolega (teman kerja) atau

pasangan kerja. Pekerja senior bertindak sebagai mentor (pembimbing)

bertungas memberikan advis, keteladanan, membantu dan mengatur dalam

menghubungi pejabat untuk mendapatkan informasi, dan memberikan

dukungan secara umum, dalam usaha pekerja yunior mengembangkan

karirnya.

2. Rotasi Jabatan

Rotasi jabatan dilakukan dengan cara menugaskan pekerja untuk berbagai

jabatan, melalui proses pemindahan secara horizontal. Pemindahan untuk

suatu jabatan ke jabatan lain hanya layak dilakukan apabila pekerja memiliki

dasar keterampilan untuk melaksanakan tugasnya pada jabatan baru. Dengan

demikian rotasi jabatan dapat digunakan untuk pengembangan karir, karena

(7)

3. Program Beasiswa/Ikatan Dinas

Organisasi/perusahaan dalam menghadapi lingkungan bisnis yang dapat

berubah secara cepat dan semakin kompetitif, setiap saat dan juga di masa

mendatang memerlukan sejumlah pekerja yang mampu mengantipasinya.

Kebutuhan itu dapat diatasi dengan menyediakan beasiswa/ ikatan dinas bagi

para pekerja sebagai pendukung upayanya dalam meningkatkan pendidikan

diluar organisasi/perusahaannya. Sehubungan dengan itu banyak kesempatan

disediakan di masyarakat, baik berupa program pendidikan formal maupun

non-formal. Diantaranya berupa penyediaan dana untuk mengikuti seminar

dan atau lokakarya di dalam dan di luar negeri, mengikuti pendidikan lanjutan

khususnya program gelar dan lain-lain.

2.1.1 Dimensi Pengembangan Karir

Simamora (2006:412) mengemukakan dimensi pengembangan karir

meliputi perencanaan karir (career planning) dan manajemen karir (career

management).

1. Perencanaan karir (career planning) adalah suatu proses dimana individu

dapat mengidentifikasi dan mengambil langkah-langkah untuk mencapai

tujuan-tujuan karirnya. Perencanaan karir melibatkan pengidentifikasian

tujuan-tujuan yang berkaitan dengan karir dan penyusunan rencana-rencana

untuk mencapai tujuan tersebut. Perencanaan karir merupakan proses untuk:

(1) menyadari diri sendiri terhadap peluang-peluang,

kesempatan-kesempatan, kendala-kendala, pilihan-pilihan, dan konsekuensi-konsekuensi;

(8)

pendidikan, dan yang berhubungan dengan pengalaman-pengalaman yang

bersifat pengembangan guna menyediakan arah, waktu, dan urutan

langkah-langkah yang diambil untuk meraih tujuan karir. Perencanaan karir meliputi

pengenalan diri, mengidentifikasi tujuan karir, konseling karir, dan sikap

terhadap karir.

2. Manajemen karir (career management) adalah proses dimana organisasi

memilih, menilai, menugaskan, dan mengembangkan para karyawannya guna

menyediakan suatu kumpulan orang-orang yang berbobot untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhan di masa yang akan datang.

Menurut Irianto (2001:96) efektivitas manajemen karir tergantung pada

kesadaran manajer untuk mengakui peran penting pengembangan karir dalam

upaya memuaskan kebutuhan individu dan organisasi. Jika manajer dan

departemen SDM memiliki kesadaran yang tinggi dalam memenuhi

kebutuhan jangka panjang organisasi, maka kesempatan karir dan peluang

program pengembangan karir akan terbuka dengan lebar. Manajemen karir

meliputi komunikasi peluang karir pada para karyawan, adanya jalur karir,

kesesuaian yang lebih baik antara aspirasi karyawan dengan peluang karir,

dan program pengembangan karir.

Menurut Sulistiyani dan Rosidah (2003:183) career management yaitu

bagaimana organisasi mendesain dalam melaksanakan program karir

anggotanya. Proses ini merupakan usaha formal, terorganisir dan terencana

untuk mencapai keseimbangan antara keinginan karir individu dengan

(9)

Ada tiga fase dalam mendesain program pengembangan karir para

pekerjanya:

1. Fase perencanaan mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan pegawai

dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

2. Fase pengarahan bermaksud untuk membantu para pekerja agar mampu

mewujudkan perencanaannya menjadi kenyataan, yakni dengan

memantapkan tipe karir yang diinginkan dan mengatur langkah-langkah

yang harus ditempuh untuk mewujudkannya.

3. Fase pengembangan yaitu fase dimana pegawai dapat melakukan kegiatan

memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikapnya

bisa melalui penyelenggaraan sistem mentor, pelatihan, rotasi jabatan,

maupun program beasiswa.

2.1.1.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Karir

Pengembangan karir nerupakan tindakan seseorang pegawai untuk

mencapai rencana karirnya. Tindakan ini bisa disponsori oleh departemen SDM,

manajer atau pihak lain. Meskipun bagian pengelola sumber daya manusia dapat

turut berperan dalam kegiatan pengembangan tersebut, sesungguhnya yang

paling bertanggung jawab adalah karyawan yang bersangkutan sendiri. Hal ini

merupakan salah satu prinsip pengembangan karir yang sangat fundamental.

Siagian (2007:215) berpendapat bahwa faktor-faktor yang

(10)

1. Prestasi kerja yang memuaskan

Tolak ukur pengembangan karir seorang karyawan adalah prestasi kerjanya

melakukan tugas yang dipercayakan kepadanya. Tanpa prestasi kerja yang

memuaskan, sulit bagi seorang karyawan agar diusulkan oleh atasannya untuk

dipromosikan ke pekerjaan atau jabatan yang lebih tinggi di masa depan.

2. Pengenalan oleh pihak lain

Berbagai pihak yang berwenagn memutuskan layak tidaknya sesorang

dipromosikan seperti atasan langsung dan pimpinan bagian kepegawaian yang

Mengetahui kemampuan dan kinerja karyawan.

3. Kesetiaan pada organisasi

Dedikasi seorang karyawan yang ingin terus berkarya dalam organisasi

tempatnya bekerja untuk jangka waktu yang lama. Dedikasi karir yang besar

pada perusahaan yang sama melengkapi sasaran departemen SDM dalam

mengurangi turnover karyawan.

4. Pembimbing dan sponsor

Pembimbing adalah orang yang memberikan nasehat-nasehat atau saran-saran

kepada karyawan dalam upaya mengembangkan karirnya. Sedangkan sponsor

adalah seseorang di dalam perusahaan yang dapat menciptakan kesempatan bagi

karyawan untuk mengembangkan karirnya.

5. Peluang untuk tumbuh

Karyawan hendaknya diberi kesempatan untuk meningkatkan

(11)

melanjutkan jenjang pendidikannya. Hal ini memberikan kesempatan kepada

karyawan untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan rencana karirnya.

2.1.2 Desain Pekerjaan

2.1.2.1 Pengertian Desain Pekerjaan

Setiap organisasi atau perusahaan mempunyai cara tersendiri dalam

membuat desain pekerjaan untuk setiap karyawannya sesuai dengan bagiannya

masing-masing, dalam membuat desain pekerjaan, komunikasi antara atasan dan

bawahan harus diperhatikan karena desain pekerjaan dalam suatu organisasi dan

proses komunikasi adalah hal yang tidak dapat dipisahkan.

Inti dalam menyusun desain pekerjaan adalah bagaimana membuat

semua pekerjaan yang ada disusun secara sistematis. Desain pekerjaan

membantu dalam menjelaskan pekerjaan apa yang harus dikerjakan, bagimana

mengerjakan pekerjaan tersebut, berapa banyak pekerjaan yang harus dilakukan

dan bagaimana ketentuan yang harus dijalankan sehingga pekerjaan dapat

diselesaikan.

Desain pekerjaan adalah spesifikasi isi, metode dan hubungan berbagai

pekerjaan untuk memenuhi tuntutan bisnis dan kebutuhan pribadi pemegang

pekerjaan secara individu maupun tim (Sunarto 2005 : 99).

Desain Pekerjaan adalah rinician tugas dan cara pelaksanaan tugas atau

kegiatan yang mencakup siapa yang mengerjakan tugas, bagaimana tugas itu

dilaksanakan, dimana tugas dikerjakan dan hasil apa yang diharapkan (Herjanto

(12)

2.1.2.2 Dasar Desain Pekerjaan.

Permulaan yang harus dilakukan ketika mendesain pekerjaan adalah

mengenai proses pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan, pastikan

bahwa setiap desain pekerjaan yang dibuat bersifat mengikat untuk

merealisasikan tujuan bisnis perusahaan. Jika desain pekerjaan yang dibuat

merancu maka tujuan perusahaan sulit untuk tercapai. Menurut Sunarto

(2005:103) beberapa hal penting dalam mendesain pekerjaan karyawan:

1. Signifikansi Tugas.

Karyawan akan bekerja dengan lebih baik apabila mereka meyakini bahwa

pekerjaan yang diberikan oleh atasan adalah pekerjaan yang cukup penting,

berikan kepastian bahwa setiap pekerjaan yang mereka kerjakan akan membuat

perusahaan semakin kuat.

2. Keberagaman Tugas.

Karyawan akan bekerja lebih baik dan bertahan pada pekerjaannya lebih lama

apabila mereka diberikan pekerjaan yang beragam. Walaupun terkadang

pekerjaan yang terlalu bermacam-macam akan mengarahkan pada ketidak

efisienan dan stress pada karyawan.

3. Penggunaan dan Pengembangan Kemampuan.

Desain pekerjaan yang dibuat harus dapat menggambarkan penggunaan

kemampuan dari karyawan tersebut dan bagaimana kemampuan mereka yang

telah ada sebelumnya dapat berkembang secara berkala sesuai dengan minat dan

bakat karyawan sehingga karyawan tidak cepat bosan dengan pekerjaan yang

(13)

2.1.2.3 Tujuan Desain Pekerjaan

Tujuan desain pekerjaan secara umum adalah untuk penugasan kerja

yang memenuhi kebutuhan perusahaan, teknologi dan perilaku. Dengan

demikian dari sudut pandang personalia, desain pekerjaan sangat mempengaruhi

kualitas kehidupan kerja, dimana hal ini tercermin pada kepuasan kerja para

pegawai yang memegang jabatan tersebut.

Atas dasar pentingnya peranan yang dimainkan oleh desain pekerjaan

dalam kualitas dan kepuasan kerja, maka sangat dibutuhkan analisis pekerjaan.

Analsis pekerjaan secara sistemtis mengumpulkan, mengevaluasi dan

mengorganisasi informasi tentang pekerjaan-pekerjaan. Dari informasi yang

dihasilkan oleh analisis pekerjaan akan disusun atau diadakan desain pekerjaan

yang sesuai dengan pekerjaan, tujuan dan jenis usaha yang dijalankan oleh

perusahaan.

Menurut Sunarto (2005:99) desain pekerjaan memiliki tujuan

mengoptimalkan:

1. Efesiensi operasional, produktivitas dan kualitas pelayanan.

2. Fleksibilitas dan kemampuan melaksanakan proses kerja horizontal, secara

hierarkis dan terpisah-pisah.

3. Minat, tantangan dan prestasi.

4. Tanggung jawab tim ditetapkan sedemikian rupa, sehingga bisa

meningkatkan kerja sama dan efektivitas tim.

(14)

2.1.2.4 Faktor-faktor dalam mendesain pekerjaan

Faktor- faktor yang harus dipertimbangkan dalam mendesain pekerjaan

adalah sebagai berikut:

a. Buat atau modifikasi pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut berisi tugas-tugas

yang saling berhubungan secara logis.

b. Apabila dilakukan dengan benar, pekerjaan tersebut harus memberi kontribusi

yang tepat dan terukur pada pencapaian sasaran departemen atau tim.

c. Pekerjaan tersebut harus menuntut perhatian dan pemikiran penuh untuk

melaksanakannya.

d. Tuntutan fleksibilitas harus dipertimbangkan. Pemegang pekerjaan bisa

melakukan beragam pekerjaan, baik sebagai individu maupun anggota tim,

serta menguasai beragam keterampilan untuk bisa menyelesaikan tugas

tersebut.

e. Tuntutan pekerjaan akan selalu berubah, dan isi pekerjaan juga harus diubah

apabila perlu untuk menyesuaikannya.

f. Desain pekerjaan harus mempertimbangkan kemampuan dan minat kayawan

yang akan melaksanakannya. Desain pekerjaan bisa dimodifikasi untuk

menyesuaikan orang yang tersedia, namun harus bisa memperluas dan

memperbesar tanggung jawab karyawan, sehingga akan “memperkaya”

(15)

2.1.3 Prestasi Kerja

Dalam kenyataan sehari-hari, perusahaan sesungguhnya hanya

mengharapkan prestasi atau hasil kerja terbaik dari para pegawainya. Namun hasil

kerjanya itu tidak akan optimal penuh muncul dari pegawai dan bermanfaat bagi

pegawai dan bermanfaat bagi perusahaan. Namun tanpa adanya laporan kondisi

prestasi kerja pegawai, pihak organisasi atau perusahaan juga tidak cukup mampu

membuat keputusan yang jernih mengenai pegawai mana yang patut diberi

penghargaan atau pegawai mana pula yang harus menerima hukuman selaras

dengan pencapaian tinggi rendahnya prestasi kerja pegawai.

2.1.3.1 Pengertian Prestasi Kerja

Menurut Bernard dan Russel (dalam buku Sutrisno 2009:150),

memberikan defenisi tentang prestasi adalah catatan tentang hasil-hasil yang

diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama

kurun waktu tertentu.

Pada umumnya, prestasi kerja diberi batasan sebagai kesuksesan

seseorang di dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Lebih tegas lagi adalah

menurut Lawler dan Porter (dalam buku Sutrisno 2009:150), yang menyatakan

bahwa job performance adalah “successful role achievement” yang diperoleh

seseorang dari perbuatan-perbuatannya. Tingkat sejauh mana keberhasilan

seseorang di dalam melakukan tuga pekerjaannya dinamakan level of

performanceoleh Vroom (dalam As’ad 2001).

Prestasi kerja juga dapat diartikan secara operasional sebagai usaha

(16)

secara kuantitas maupun kualitas (Wijono 2010:61). Hal tersebut dicapai dengan

cara menjalankan atau menyempurnakan tugas secara efesien dan efektif dalam

organisasi.

Berdasarkan pendapat sebelumnya, maka dapat disimpulakan bahwa

prestasi kerja adalah sebagai hasil kerja yang telah dicapai seseorang dari

tingkah laku kerjanya dalam melaksanakan aktivitas kerja. Informasi tentang

tinggi rendahnya prestasi kerja seorang karyawan tidak dapat diperoleh begitu

saja, tetapi diperoleh melalui proses yang panjang yaitu proses penilaian prestasi

kerja karyawan yang disebut dengan istilah performance appraisal.

2.1.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Kerja Ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi kerja:

1. Faktor-faktor individu

a. Usaha (effort) yang menunjukkan sejumlah sinergi fisik dan mental yang

digunakan dalam menyelenggarakn gerakan tugas.

b. Abilities, yaitu sifat-sifat personal yang diperlukan untu melaksanakan

suatu tugas.

c. Role/task perception, yaitu segala perilaku dan aktivitas yang dirasa perlu

oleh individu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.

2. Faktor-faktor lingkungan

a. Kondisi fisik. g. desain organisasi

b. Peralatan. h. pelatihan

c. Waktu. i. keberuntungan

(17)

e. Pendidikan.

f. Supervisi

Untuk mengukur penelitian itu sendiri atau sejauh mana individu

berperilaku sesuai dengan apa yang diharapkan oleh organisasi atau institus,

yaitu prestasi kerja pada umumnya dikaitkan dengan pencapaian hasil dari

standar kerja yang telah ditetapkan. Pengukuran prestasi kerja diarahkan pada

enam aspek yang merupakan bidang prestasi kunci bagi perusahaan yang

bersangkutan. Bidang prestasi kunci tersebut adalah:

a. Hasil kerja. Tingkat kuantitas maupun kualitas yang telah dihasilkan dan

sejauh mana pengawasan dilakukan.

b. Pengetahuan pekerjaan. Tingkat pengetahuan yang terkait dengan tugas

pekerjaan yang akan berpengaruh langsung terhadap kuantitas dan kualitas

dari hasil kerja.

c. Inisiatif. Tingkat inisiatif selama melaksanakan tugas pekerjaan khusunya

dalam hal penagangan masalah-masalah yang timbul.

d. Kecekatan mental. Tingkat kemampuan dan kecepatan dalam menerima

instruksi kerja dan menyesuaikan dengan cara kerja serat situasi kerja yang

ada.

e. Sikap. Tingkat semangat kerja serta sikap positif dalam melaksanakan tugas

pekerjaan.

f. Disiplin waktu dan absensi. Tingkat ketepatan waktu dan tingkat kehadiran.

Dimensi-dimensi prestasi kerja yang dapat dijadikan sebagai contoh

(18)

minat terhadap pekerjaan, meneriman pengarahan, pengetahuan kerja,

keefektifan kerja, sikap positif, kehadiran, dan hubungan dengan teman kerja.

2.1.3.3 Tujuan Penilaian Prestasi

Menurut Murphy dan Cleveland (dalam Panggabean, 2002)

mengemukakan penilaian prestasi kerja adalah untuk memperoleh informasi

yang berguna dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kegiatan

sumber daya manusia yang lain, seperti perencanaan dan pengembangan karir,

program-program kompensasi, promosi, demosi, pensiun, dan pemberhentian

karyawan atau pemecatan.

Walaupun diakui bahwa penilaian prestasi banyak manfaatnya, namun

masih banyak pimpinan yang tidak bersedia melakukannya. Adapun yang

menyebabkannya antara lain adalah sebagai berikut.

1. Pihak penilai tidak meresa memiliki. Perasaan ini muncul karena mereka

tidak dilibatkan dalama menentukan sistem penilaian, tidak dilatih untuk

dapat menggunakan sistem yang ada, dan usulan mereka terhadap system

yang ada tidak diperhitungkan.

2. Pimpinan enggan untuk memberikan nilai yang buruk kepada karyawan

mereka, khususnya kepada orang yang mereka sukai secara pribadi.

3. Jika hasil penilaiannya buruk, pihak karyawan tidak mau menerimanya.

Penilian yang buruk cenderung menimbulkan reaksi untuk bertahan atau

bermusuhan daripada untuk mendorong meningkatkan kinerja karyawan.

4. Pimpinan ragu-ragu untuk memberikan penilaian yang buruk karena takut

(19)

2.1.3.4 Dimensi Prestasi Kerja

Menurut Rivai (2004:309) prestasi kerja terdiri dari lima dimensi yaitu :

1. Kualitas

Kualitas kerja karyawan yaitu kerapian, ketelitian,dan keterkaitan hasil kerja

dengan tidak mengabaikan volume pekerjaan. Dengan adanya prestasi kerja

yang baik dapat menghindari tingkat kesalahan di dalam penyelesaian suatu

pekerjaan serta produktivitas dari kerja yang dihasilkan dapat bermanfaat bagi

kemajuan perusahaan.

2. Kuantitas

Kuantitas kerja yaitu volume kerja yang dihasilkan normal atau diatas kondisi

normal. Kuantitas juga menunjukkan banyaknya jenis atau pekerjaan yang

dilakukan dalam satu waktu sehingga efisiensi dan efektivitas dapat terlaksana

sesuai dengan tujuan perusahaan.

3. Kemampuan

Kemampuan yaitu kemampuan dari karyawan untuk mengoperasikan

peralatan kantor dan juga kemampuan untuk mengerjakan serta memahami

setiap tugas agar dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan standar yang

ditetapkan perusahaan.

4. Sikap Karyawan

Sikap karyawan yaitu tingkah laku kesopanan yang dipraktekkan dalam

keseharian baik kepada atasan, bawahan, rekan kerja, masyarakat sehingga

(20)

5. Waktu

Pemanfaatan waktu adalah penggunaan masa kerja yang disesuaikan dengan

kebijaksanaan dari perusahaan. Karena dengan adanya pemanfaatan waktu maka

pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu pada waktu yang ditentukan oleh

perusahaan.

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian Ali dan

Aroosiya (2010)

Impact Of Job Design On

Employees’ Performance (with special reference to school

teachers in the kalmunai zone)

Job Desain, Kinerja Guru, Sekolah Pemerintah korelasional bukan kausal

Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang signifikan dan positif antara tingkat persepsi dari desain pekerjaan dan dirasakan tingkat kinerja karyawan di sekolah-sekolah. Ditemukan hubungan signifikan (koefisien korelasi adalah 0,363 yang signifikan pada tingkat 0,01) menyiratkan bahwa sekolah harus mengadopsi efektif identitas tugas, otonomi dan umpan balik dalam rangka meningkatkankinerja guru. Atiqah

(2010)

Pengaruh Pengembang an Karir Dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan pada Kantor Penelitian Kepala Sawit (PPKS) Pengemban gan Karir, Kepuasan Kerja, Kinerja Karyawan Metode Analisis Regresi Berganda

Pengembangan karir dan

kepuasan kerja memiliki pengaruh yang positif dan signifikan

terhadap kinerja karyawawan Pada Kantor Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan. Hal

tersebut dapat diketahui dari hasil uji simultan (Uji-F), dimana nilai F

hitung sebesar 17,527 lebih besar

dari F

tabelsebesar 3,150 pada

(21)

Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian Lovina (2011). Pengaruh desain pekerjaan terhadap prestasi kerja pegawai pada Kantor

Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan Desain pekerjaan dan prestasi. Analisis regresi Berganda (Multiple Regression Analysis)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel desain pekerjaan (X) berpengaruh yang positif dan signifikan terhadap prestasi kerja (Y) pegawai pada Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan. Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis dengan hasil R square sebesar 0.617 atau 61.7%. Desain pekerjaan mempengaruhi prestasi kerja pegawai. Caroline and Susan (2014) Influence of career development on employee performance in the Public University,a case of Kenyatta University Pelatihan; orientasi pekerjaan; kemajuan karir; mentoring dan prestasi karyawan

Metode Analisis Regresi Berganda

Penelitian ini menetapkan bahwa

pelatihan terutama

pengembangan manajemen, komunikasi melalui orientasi, kemajuan karir, bimbingan memiliki dampak positif pada kinerja karyawan di perguruan tinggi negeri di Kenya.

Wahyun, Utami , Ruhana (2014) Pengaruh Pengembang an Karir Terhadap Prestasi Kerja Karyawan (Studi pada Karyawan Tetap PT. Astra International, Tbk Daihatsu Malang) Perencanaa n karier, pengarahan karier, implementa si pengemban gan karier, dan prestasi kerja karyawan Analisis regresi Berganda (Multiple Regression Analysis)

Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa secara simultan dan parsial variabel Perencanaan Karier, Pengarahan Karier, dan Implementasi Pengembangan Karier mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Prestasi Kerja Karyawan.

Pengaruh yang signifikan secara simultan pada variabel

(22)

2.3 Kerangka Konseptual

Pengembangan karir adalah proses peningkatan kemampuan kerja

individu yang dicapai dalam rangka mencapai karir yang diinginkan (Rivai

2004:290). Faktor yang paling penting untuk meningkatkan dan mengembangkan

karir seorang pegawai yaitu prestasi kerja. Tanpa prestasi kerja yang memuaskan,

sulit bagi seorang pegawai agar diusulkan oleh atasannya untuk dipromosikan ke

pekerjaan atau jabatan yang lebih tinggi di masa depan. Kemajuan karir sebagian

besar tergantung pada prestasi kerja yang baik dan etis. Asumsi kinerja yang baik

melandasi seluruh aktivitas pengembangan karir. Ketika kinerjanya dibawah

standar, dengan mengabaikan upaya-upaya pengembangan karir lain, bahkan

tujuan karir yang paling sederhana sekalipun biasanya tidak bisa tercapai.

Kemajuan karir umumnya terletak pada kinerja dan prestasi (Rivai 2004:291).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wahyun, Utami , Ruhana

(2014) yang berjudul : Pengaruh Pengembangan Karir Terhadap Prestasi Kerja

Karyawan (Studi pada Karyawan Tetap PT. Astra International, Tbk Daihatsu

Malang). Hasil menunjukkan bahwa secara simultan dan parsial variabel

Perencanaan Karier, Pengarahan Karier, dan Implementasi Pengembangan Karier

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Prestasi Kerja Karyawan Tetap

PT. Astra International, Tbk Daihatsu Malang.

Dengan adanya desain kerja dapat membantu dalam menjelaskan

pekerjaan apa yang harus dikerjakan, bagimana mengerjakan pekerjaan tersebut,

berapa banyak pekerjaan yang harus dilakukan dan bagaimana ketentuan yang

(23)

pekerjaan, harus menyesuaikan pekerjaan dengan karyawan, bukan menyesuaikan

karyawan dengan pekerjaan yang akan membangkitkan prestasi dan fleksibilitas.

Jika pekerjaan dibangun berdasarkan keterampilan dan bakat yang dikuasai oleh

pegawai, maka pegawai akan lebih mudah untuk dikembangkan untuk

menjalankan peran-peran baru serta pegawai akan merasa senang dalam

mengerjakan pekerjaannya. Dengan adanya perasaan senang dihati para pegawai

maka akan terwujud prestasi kerja dalam melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang

diberikan kepadanya (Sunarto 2005:105).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lovina (2011) yang berjudul :

Pengaruh desain pekerjaan terhadap prestasi kerja pegawai pada Kantor Regional

VI Badan Kepegawaian Negara Medan. Hasil menunjukkan bahwa variabel

desain pekerjaan (X) berpengaruh yang positif dan signifikan terhadap prestasi

kerja (Y) pegawai pada Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan.

Dengan adanya desain pekerjaan sehingga prestasi kerja tercapai dengan demikian

target yang telah ditetapkan dapat tercapai

Berdasarkan uraian di atas maka kerangka konseptual penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Sumber : Rivai (2004:291), Sunarto (2005:105).

Desain Pekerjaan Pengembangan Karir

(24)

2.4 Hipotesis

Suatu Hipotesis selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang

menghubungkan antara dua variabel atau lebih. Hubungan tersebut dirumuskan

secara eksplisit maupun implisit (Sofian dan Tukiran 2012 : 41).

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.

Berdasarkan kerangka konseptual diatas maka hipotesis yang akan diuji dalam

penelitian adalah:

1. Pengembangan karir berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi kerja

pegawai pada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Medan

2. Desain pekerjaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi kerja

pegawai pada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Medan.

3. Pengembangan karir dan desain pekerjaan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap prestasi kerja pegawai pada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara

Gambar

Tabel 2.1  Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1  Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Disiplin kerja (X 1 ) dan Komitmen Karyawan (X 2 ) berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi karyawan (Y) pegawai

Ini mempunyai pengertian bahwa hubungan pengaruh variabel disiplin (X) terhadap prestasi kerja pegawai (Y) di Dinas Sosial Kabupaten Halmahera Barat ialah positif

simultan terhadap variabel Y, atau boleh disimpulkan bahwa variabel pengembangan sumber daya manusia dan motivasi berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi kelja pegawai

Berdasarkan uji parsial menunjukkan bahwa variabel Kepribadian berpengaruh positif dan signifikan, dan variabel Pengembangan Sumber Daya Manusia berpengaruh positif

Hal ini berarti bahwa hipotesis 1 diterima, pengembangan karir berpengaruh secara positif dan berpengaruh secara signifikan terhadap Prestasi Kerja Karyawan PDAM

menunjukkan bahwa variabel Kepribadian (X1) berpengaruh negatif tetapi signifikan terhadap Kinerja Pegawai (Y) dan variabel Orientasi Kerja (X2) tidak berpengaruh

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Motivasi Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai di Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kabupaten Deli

Rumusan Hipotesis : H0 : b1= 0 : Komitmen karyawan dan Karakteristik pekerjaan secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja prestasi kerja pegawai pada Dinas