• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN SURVEY TOPOGRAFI.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN SURVEY TOPOGRAFI.pdf"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

SURVEY TOPOGRAFI

SID Potensi Rawan Bencana Alam

S. Mamua P. Ambon Kab. Maluku Tengah

Oktober 2013

CV. PRIMA NUREKELE CONSULTANT

PT. ASTAKONA DUTASARANA DIMENSI JO

(2)

Laporan Survey Topografi Ambon Kab. Maluku Tengah

PPK Perencanaan dan Program Satker Balai Wilayah Sungai Maluku Dutasaran Dimensi Jo CV. Prima Nurkele Consultant

nomor: HK.02.03/07/BWS

Laporan ini berisi uraian beberapa hal,

1. Pendahuluan

2. Pelaksanaan Survey

3. Analisa dan Pengolahan Dat

4. Hasil dan Pembahasan

Demikian pengantar Laporan

kerjasamanya, diucapkan terima kasih.

K

K

A

A

T

T

A

A

P

P

E

E

N

N

G

G

A

A

N

N

T

T

A

A

R

R

Survey Topografi pekerjaan SID Potensi Rawan Bencana Alam S. Mamua P. Ambon Kab. Maluku Tengah, disampaikan dalam rangka perwujudan kerjasama antara

Program Satker Balai Wilayah Sungai Maluku

Dutasaran Dimensi Jo CV. Prima Nurkele Consultant berdasarkan surat perjanjian kontrak nomor: HK.02.03/07/BWS-MAL/PPK-PRG/V/2013 tanggal 19 April 2013

uraian beberapa hal, antara lain ;

Analisa dan Pengolahan Data Hasil dan Pembahasan

Laporan Survey Topografi ini kami buat, atas perhatian dan kerjasamanya, diucapkan terima kasih.

Makassar, Oktober

PT. ASTAKONA DUTASARANA DIMENSI JO CV. PRIMA NURKELE CONSULTANT

Ir. Sitti Nursiah

Wakil KSO

pekerjaan SID Potensi Rawan Bencana Alam S. Mamua P. , disampaikan dalam rangka perwujudan kerjasama antara Program Satker Balai Wilayah Sungai Maluku dengan PT. Astakona berdasarkan surat perjanjian kontrak

19 April 2013.

ini kami buat, atas perhatian dan

Oktober 2013

ASTAKONA DUTASARANA DIMENSI JO CV. PRIMA NURKELE CONSULTANT

Sitti Nursiah

(3)

KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum ...

1.2 Maksud dan Tujuan

1.3 Lingkup Pekerjaan ... 1.4 Lokasi Pekerjaan ...

BAB II PELAKSANAAN SURVEY LAPANGAN 2.1 Mobilisasi Personil

2.2 Peralatan ... 2.3 Jadwal Pelaksanaan

2.4 Pemetaan Situasi ...

2.4.1 Pengukuran Kerangka Dasar Horisontal 2.4.2 Pengukuran K

2.4.3 Pengukuran Situasi Detail 2.5 Pengukuran Trase Saluran

2.5.1 Pengukuran Polygon Saluran 2.5.2 Pengukuran Potongan Memanjang 2.5.3 Pengukuran Potong

BAB III ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA

3.1 Perhitungan Penentuan Posisi Horisontal/Koordinat

3.2 Perhitungan Penentuan Posisi Vertikal Metode Sipat Datar

DAFTAR ISI

... ... ... ... ... Maksud dan Tujuan ...

... ...

PELAKSANAAN SURVEY LAPANGAN

Mobilisasi Personil ...

... Jadwal Pelaksanaan ...

...

Pengukuran Kerangka Dasar Horisontal ... Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal ...

gukuran Situasi Detail ... ngukuran Trase Saluran ...

ukuran Polygon Saluran ... an Potongan Memanjang ...

Pengukuran Potongan Melintang ...

BAB III ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA

Perhitungan Penentuan Posisi Horisontal/Koordinat ... Penentuan Posisi Vertikal Metode Sipat Datar ...

... i ... ii ... v ... vi ... I - 1 ... I - 1 ... I - 2 ... I - 2 ... II - 1 ... II - 2 ... II - 2 ... II- 7 ... II- 7 ... II - 9 ... II - 11 ... II - 11 ... II – 11 ... II – 12 ... II – 13 ... III - 1 ... III - 5

(4)

3.3 Perhitungan Penentuan Posisi Vertikal Metode Tachymetri 3.4 Penyajian Data...

3.5 Ketelitian Pengukuran Polygon /

3.6 Ketelitian Pengukuran Sipat Datar/

BAB IV HASIL PEMBAHASAN

4.1 Pemasangan Bench Mark

4.2 Hasl Pengukuran Situasi

4.3 Hasil Pengukuran Potongan Memanjang dan Melintang

DESKRIPSI BM

Perhitungan Penentuan Posisi Vertikal Metode Tachymetri ... ... Ketelitian Pengukuran Polygon /

Traversing ...

Ketelitian Pengukuran Sipat Datar/

Levelling ...

BAB IV HASIL PEMBAHASAN

Pemasangan Bench Mark ... Situasi ... Pengukuran Potongan Memanjang dan Melintang Sungai

... III - 6 ... III - 7

...

III - 7

...

III - 7 ... IV - 1 ... IV - 2 Sungai ... IV - 3

(5)

Tabel 2.1 Jadwal Penugasan Personil

Tabel 2.2 Daftar dan Jadwal Penggunaan Peralatan Tabel 2.3 Jadwal Pelaksanaan

Tabel 4.1 Daftar Koordinat dan Elevasi BM Tabel 4.2 Daftar Jumlah Gamb

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jadwal Penugasan Personil ... Tabel 2.2 Daftar dan Jadwal Penggunaan Peralatan ... Tabel 2.3 Jadwal Pelaksanaan ... Tabel 4.1 Daftar Koordinat dan Elevasi BM ...

Gambar ... Halaman ... II - 3 ... . II - 4 ... . II - 5 ... .. IV - 2 ... .. IV - 3

(6)

Gambar 2.1 Bagan Alir Pelaksanaan Pengukuran Gambar 2.2 Penentuan Posisi Horisontal

Gambar 2.3 Pengukuran Waterpass Gambar 2.4 Pengukuran Cross Section

Gambar 3.1 Skema Kedudukan sisi poligon untuk hitungan azimuth Gambar 3.2 Skema Kedudukan sisi poligon untuk hitungan koordinat Gambar 3.3 Transformasi Koordinat

Gambar 3.4 Penentuan Posisi Vertikal metode tachymetri

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Alir Pelaksanaan Pengukuran ... Gambar 2.2 Penentuan Posisi Horisontal ... Gambar 2.3 Pengukuran Waterpass ... Gambar 2.4 Pengukuran Cross Section ... Gambar 3.1 Skema Kedudukan sisi poligon untuk hitungan azimuth

Gambar 3.2 Skema Kedudukan sisi poligon untuk hitungan koordinat Gambar 3.3 Transformasi Koordinat ...

Penentuan Posisi Vertikal metode tachymetri ...

Halaman ... .. . II - 6 ... .. . II - 8 ... .. . II - 10 ... .. . II - 13 Gambar 3.1 Skema Kedudukan sisi poligon untuk hitungan azimuth ... .. . III - 3 Gambar 3.2 Skema Kedudukan sisi poligon untuk hitungan koordinat ... .. . III - 3 ... .. . III - 4 ... .. . III - 6

(7)

1.1. Umum

Laporan Pengukuran ini dimaksudkan untuk melaporkan kegiatan pekerjaan pengukuran topografi pada pekerjaan

Bencana Alam Sungai Mamua

dari persiapan, kalibrasi alat ukur, pemasangan BM, metode pengukuran dan metode perhitungan dan penggambaran hasil pengukuran.

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud pekerjaan ini adalah untuk melaksanakan pengukuran topografi yang dapat memperlihatkan kondisi topografi

Sedangkan tujuannya adalah untuk menyiapkan suatu peta situasi dan gambar alur sungai

dijadikan pedoman atau pegangan implementasi untuk perencanaa desain.

Laporan Pengukuran ini dimaksudkan untuk melaporkan kegiatan pekerjaan pengukuran topografi pada pekerjaan Studi Potensi Rawan Bencana Alam Sungai Mamua Kabupaten Maluku Tengah

dari persiapan, kalibrasi alat ukur, pemasangan BM, metode pengukuran dan metode perhitungan dan penggambaran hasil pengukuran.

Maksud dan Tujuan

Maksud pekerjaan ini adalah untuk melaksanakan pengukuran topografi yang dapat memperlihatkan kondisi topografi sepanjang sungai

Sedangkan tujuannya adalah untuk menyiapkan suatu peta situasi dan alur sungai (potongan memanjang dan melintang) yang

dijadikan pedoman atau pegangan implementasi untuk perencanaa

P

P

E

E

N

N

D

D

A

A

H

H

U

U

L

L

U

U

A

A

Laporan Pengukuran ini dimaksudkan untuk melaporkan kegiatan Studi Potensi Rawan Kabupaten Maluku Tengah yang dimulai dari persiapan, kalibrasi alat ukur, pemasangan BM, metode pengukuran dan metode perhitungan dan penggambaran hasil pengukuran.

Maksud pekerjaan ini adalah untuk melaksanakan pengukuran topografi sepanjang sungai.

Sedangkan tujuannya adalah untuk menyiapkan suatu peta situasi dan (potongan memanjang dan melintang) yang dapat dijadikan pedoman atau pegangan implementasi untuk perencanaan detail

A

(8)

1.3. Lingkup Pekerjaan

Lingkup pengukuran topografi pada pekerjaan DD Rehabilitasi D.I Sadang Paket I Kabupaten Pinrang meliputi :

Pemasangan bench mark/patok

Penelusuran

Pengukuran Kerangka Horisontal

Pengukuran Kerangka Vertikal

Pemetaan situasi

Pengukuran penampang memanjang dan melintang saluran

Pengukuran situasi detail bangunan irigasi

Pengukuran situasi sungai

Perhitungan

Penggambaran

Pelaporan

1.4. Lokasi Kegiatan

Lokasi kegiatan terletak di DAS Mamua yang secara administratif pemerintahan terletak di Dusun Mamua Desa Hila P. Ambon Kabupaten Maluku Tengah. Secara geografis letak DAS Mamua terletak

batas sebagai berikut :

- Sebelah Utara

- Sebalah Selatan

- Sebelah Barat

- Sebelah Timur Lingkup Pekerjaan

Lingkup pengukuran topografi pada pekerjaan DD Rehabilitasi D.I Sadang Paket I Kabupaten Pinrang meliputi :

Pemasangan bench mark/patok

Pengukuran Kerangka Horisontal Pengukuran Kerangka Vertikal Pemetaan situasi

Pengukuran penampang memanjang dan melintang saluran Pengukuran situasi detail bangunan irigasi

Pengukuran situasi sungai

Lokasi kegiatan terletak di DAS Mamua yang secara administratif pemerintahan terletak di Dusun Mamua Desa Hila P. Ambon Kabupaten Maluku Tengah. Secara geografis letak DAS Mamua terletak

batas sebagai berikut :

: 03o 35’ 5.32” LS dan 122o 07’ 57.88” BT : 03o 38’ 1.15” LS dan 122o 07’ 40.37” BT : 03o 37’ 35.46” LS dan 122o 08’ 28.73” BT : 03o 36’ 53.69” LS dan 122o 08’ 28.73” BT

Lingkup pengukuran topografi pada pekerjaan DD Rehabilitasi D.I Sadang

Pengukuran penampang memanjang dan melintang saluran

Lokasi kegiatan terletak di DAS Mamua yang secara administratif pemerintahan terletak di Dusun Mamua Desa Hila P. Ambon Kabupaten Maluku Tengah. Secara geografis letak DAS Mamua terletak pada

batas-07’ 57.88” BT 07’ 40.37” BT 08’ 28.73” BT 08’ 28.73” BT

(9)

Gambar 1.1 Peta Lokasi Studi Lokasi Studi

P. AMBON

P. SERAM

PULAU PULAU

(10)

2.1. Mobilisasi Personil

Personil yang terlibat dalam pelaksanaan Alam Sungai Mamua

1. Tenaga Ahli

1. Team Leader

2. Design Engineer

3. Geodetic Engineer

2. Tenaga Sub Ahli

1. Kepala Juru Ukur

2. Kepala Juru Gambar

3. Surveyor

4. Draftman/Cad Operator

Jadwal penugasan untuk masing pada tabel 2.1

BAB

BAB

BAB

BAB

II

Mobilisasi Personil

Personil yang terlibat dalam pelaksanaan SID Potensi Rawan Bencana Alam Sungai Mamua Kabupaten Maluku Tengah adalah :

Team Leader 1 orang

Design Engineer 1 orang

Geodetic Engineer 1 orang

Tenaga Sub Ahli

ala Juru Ukur 1 orang

Kepala Juru Gambar 1 orang

2 orang Draftman/Cad Operator 2 orang

Jadwal penugasan untuk masing-masing personil tersebut dapat dilihat

P

P

E

E

L

L

A

A

K

K

S

S

A

A

N

N

A

A

A

A

N

N

S

S

U

U

SID Potensi Rawan Bencana

masing personil tersebut dapat dilihat

U

(11)

2.2. Peralatan

Dalam melaksanakan pekerjaan pengukuran topografi ini, di

peralatan untuk menunjang pekerjaan tersebut diatas, jenis peralatan, jumlah dan waktu penggunaannya dapat dilihat pada daftar dan jadwal penggunaan peralatan seperti disajikan pada Tabel 2.2.

2.3. Jadwal Pelaksanaan

Rencana kerja dan realiasasi pelak

SID Potensi Rawan Potensi Bencana Alam Sungai Mamua Kabupaten Maluku Tengah pada Tabel 2.3.

Dalam melaksanakan pekerjaan pengukuran topografi ini, di

peralatan untuk menunjang pekerjaan tersebut diatas, jenis peralatan, jumlah dan waktu penggunaannya dapat dilihat pada daftar dan jadwal penggunaan peralatan seperti disajikan pada Tabel 2.2.

Jadwal Pelaksanaan

Rencana kerja dan realiasasi pelaksanaan pekerjaan pengukuran topografi SID Potensi Rawan Potensi Bencana Alam Sungai Mamua Kabupaten

pada Tabel 2.3.

Dalam melaksanakan pekerjaan pengukuran topografi ini, diperlukan peralatan untuk menunjang pekerjaan tersebut diatas, jenis peralatan, jumlah dan waktu penggunaannya dapat dilihat pada daftar dan jadwal

sanaan pekerjaan pengukuran topografi SID Potensi Rawan Potensi Bencana Alam Sungai Mamua Kabupaten

(12)

T a b el 2 .1 D a ft a r d a n J a d w a l P er so n il u n tu k P en g u k u ra n T o p o g ra fi N o N am a Pe rs o n il P o si si y an g D iu su lk an O ra n g B u l a n k e -N o N am a Pe rs o n il P o si si y an g D iu su lk an B u la n 1 2 3 1 0 1 Ir . S te p an u s To 'lo ng an Te am L ea d er 6 2 Ir . H . B ah ar u d di n D ol m in g A h li H id ro lik a/ B an g. A ir 4 3 H en d ra H af id , S T. M T A h li G eo d es i 3 13 1 So lt h an H S, S T K ep al a Ju ru U ku r 3 2 Sy u kr i, ST Ke p al a Ju ru G am b ar /C A D 3 3 A w al u d di n Ju ru U ku r 2 4 A zw ar A bd u lla h Ju ru G am b ar /C A D 2 10 1 To b e n am e Te na ga L o ka l P en gu ku ra n 2 T en ag a A h li Su b T o ta l T en ag a P en d u ku n g Su b T o ta l T en ag a P en d u ku n g V I 4 5 6 7 8 9 I II II I IV V 1 To b e n am e Te na ga L o ka l P en gu ku ra n 2 2 25 T o t a l S u b T o t a l

(13)

Daftar dan Jadwal Peralatan

Tabel 2.2

(14)

T

a

b

el

2

.3

J

a

d

w

a

l

P

el

a

k

sa

n

a

a

n

P

en

g

u

k

u

ra

n

T

o

p

o

g

ra

fi

1 1. Pe m bu at an d an P em as an ga n BM , C P da n Pa to k Ka yu . 2. Pe ng uk ur an P ol ig on In du k, C ab an g & D et ai l, Pe rh itu ng an & P en gg am ba ra n Pe ta S itu as i D et ai l. 3. Pe ng uk ur an M em an ja ng , M el in ta ng , P er hi tu ng an & Pe ng ga m ba ra n Sa l. Pe m ba w a & P em bu an g. 4. Pe ng uk ur an S itu as i 9 1 0 7 2 4 5 6 8

N

o.

JE

N

IS

K

EG

IA

TA

N

AP

R

M

EI

JU

N

AG

U

SE

P

O

KT

JU

L

4. Pe ng uk ur an S itu as i

(15)

Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan Pengukuran PEMASANGAN BM/ PATOK KAYU PENGUKURAN POLIGON CABANG PENGUKURAN WATERPASS SURVEY SIAP PENGUKURAN TOPOGRAFI BM/PATOK KAYU TERPASANG

PENGUKURAN POLIGON UTAMA

DATA PENGUKURAN POLIGON UTAMA CEK Ya DATA PENGUKURAN POLIGON CABANG CEK Ya DATA PENGUKURAN WATERPASS CEK Ya PENGUKURAN SITUASI DATA PENGUKURAN SITUASI CEK Ya (E)SP. (E)SP. (E)SD. (E)SP. (E)SP. (J)SD. (J)SD. (J)SD. (L)SD. (E)SP. (E)SP. Gambar 2.1

Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan Pengukuran

PERALATAN SURVEY SIAP Cek Ya MOBILISASI PERHITUNGAN PENGGAMBARAN PEMASANGAN BM/ PATOK KAYU PENGUKURAN AZIMUTH PENGUKURAN POLIGON CABANG PENGUKURAN SITUASI DETAIL PEMASANGAN BM/ PATOK KAYU PENGUKURAN POLIGON PENGUKURAN WATERPASS PENETAPAN TANDA-TANDA AZIMUTH PENGUKURAN POLIGON KERANGKA PENGIKATAN PERSONIL SURVEY SIAP BAHAN SIAP Tidak PENGUKURAN SITUASI BANGUNAN PENGUKURAN PENGUKURAN TRASE

SALURAN

PENETAPAN BM

BM/PATOK KAYU BM/PATOK KAYU TERPASANG

DATA PENETAPAN BM

PENELUSURAN & PEMASANGAN PATOK IP PENGUKURAN POLIGON UTAMA

DATA PENELUSURAN & PEMASANGAN PTK IP DATA PENGUKURAN

POLIGON UTAMA DATA PENETAPAN TANDA2 AZIMUTH

Tidak Tidak CEK Ya Tidak CEK Ya DATA PENGUKURAN

POLIGON CABANG DATA PENGUKURAN POLIGON POLIGON KERANGKA DATA PENGUKURAN

Tidak Tidak CEK Ya Tidak CEK Ya PENGUKURAN WATERPASS

DATA PENGUKURAN DATA PENGUKURAN

AZIMUTH DATA PENGUKURAN WATERPASS Tidak Tidak CEK Ya Tidak CEK Ya PENGUKURAN PENAMPANG MEMANJANG & MELINTANG PENGUKURAN

WATERPASS PENGUKURAN

PENGUKURAN PENAMPANG MEMANJANG & MELINTANG

DATA PENGUKURAN WATERPASS DATA PENGUKURAN PENAMPANG DATA PENGUKURAN Tidak Tidak CEK Ya Tidak CEK Ya DATA PENGUKURAN PENAMPANG Tidak CEK Ya DATA PENGUKURAN SITUASI DETAIL Tidak CEK Ya HASIL PERHITUNGAN Tidak CEK Ya GAMBAR & PETA SIAP Tidak ASISTENSI Ya SELESAI (A)SP.01-08 (B)SD.05,08-10 (B)SD.26-31 (B)SD.44 (B)SP.01-02

(E)SP.01-09 (E)SP.10-15 (E)SP.10-15 (E)SP.02-04 (E)SP.02-04 (E)SP.02-04 (E)SD.01-07 (E)SD.01-07 (E)SD.01-05 (E)SP.05-07 (E)SP.18 (E)SP.09

(E)SP.05 (E)SP.06-07 (E)SP.06-07 (J)SD.07-08 (J)SD.07-08 (J)SD.07-08 (J)SD.07-08 (J)SD.07-08 (J)SD.07-08 (J)SD.07-08 (J)SD.07-08 (J)SD.07-08 (L)SD.06-07 (J)SP.07 (E)SP.11 (E)SP.11 (E)SP.11 (E)SP.09 (E)SP.13 (E)SP.13 (E)SP.10,12 (E)SP.10,12 (E)SP.15-17 (J)SP.01-06 (J)SP.08 MULAI PERSIAPAN MOBILISASI (L)SD.06-07 (L)SD.06-07 (L)SD.06-07 (L)SD.06-07 (L)SD.06-07

(16)

2.4. Pemetaan Situasi

Pengukuran topografi dilakukan untuk mengetahui bentuk dan situasi kontur dari bentuk

peta situasi areal darat dan pantai yang ada. Ruang lingkup pekerjaan pengukuran yang dilakukan mencakup lokasi

direkomendasikan seperti tersebut pada uraian diatas. Ad lingkup pengukuran secara garis besar meliputi :

1. Pengukuran kerangka dasar horizontal

2. Pengukuran kerangka dasar vertikal

3. Pengukuran detail situasi

2.4.1 Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal

Sebelum melakukan pekerjaan pemetaan daerah baik pengukuran kerangka dasar horizontal, kerangka dasar vertikal maupun pengukuran detail situasi, terlebih dahulu dilakukan pematokan yang mengcover seluruh areal yang akan dipetakan. Adapun spesifikasi pemasangan patok permanen dan patok kerangka dasar penguku

1. Pemasangan patok permanen Bench Mark (BM), Patok BM

terbuat dari beton bertulang setiap lokasi, dipasang sebanyak

terganggu. Bagian BM yang muncul dipermukaan tanah setinggi 40 c

adalah

masing BM tersebut dan keterangan lebih lengkap terdapat dapat pada lembar (Deskripsi BM).

2. Patok Kerangka Dasar Peta dengan interval jarak 50 m di

sepanjang

horisontal dilakukan dengan metoda poligon dimaksudkan untuk mengetahui posisi horizontal, koordinat (X,Y).

Pemetaan Situasi

Pengukuran topografi dilakukan untuk mengetahui bentuk dan situasi kontur dari bentuk alur sungai secara detail. Selanjutnya mendapatkan peta situasi areal darat dan pantai yang ada. Ruang lingkup pekerjaan pengukuran yang dilakukan mencakup lokasi-lokasi yang telah direkomendasikan seperti tersebut pada uraian diatas. Ad

lingkup pengukuran secara garis besar meliputi : Pengukuran kerangka dasar horizontal Pengukuran kerangka dasar vertikal Pengukuran detail situasi

Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal

Sebelum melakukan pekerjaan pemetaan daerah baik gukuran kerangka dasar horizontal, kerangka dasar vertikal maupun pengukuran detail situasi, terlebih dahulu dilakukan pematokan yang mengcover seluruh areal yang akan dipetakan. Adapun spesifikasi pemasangan patok permanen dan patok kerangka dasar pengukuran adalah sebagai berikut :

Pemasangan patok permanen Bench Mark (BM), Patok BM terbuat dari beton bertulang setiap lokasi, dipasang sebanyak 4 (empat) buah dan dipasang ditempat yang tidak terganggu. Bagian BM yang muncul dipermukaan tanah setinggi 40 cm ukuran 30 x 30 cm. Sistem penomoran BM adalah MA.01, MA.02 ….. dst. Lebih jelasnya posisi masing masing BM tersebut dan keterangan lebih lengkap terdapat dapat pada lembar (Deskripsi BM).

Patok Kerangka Dasar Peta dengan interval jarak 50 m di sepanjang alur sungai. Pengukuran kerangka dasar horisontal dilakukan dengan metoda poligon dimaksudkan untuk mengetahui posisi horizontal, koordinat (X,Y).

Pengukuran topografi dilakukan untuk mengetahui bentuk dan situasi secara detail. Selanjutnya mendapatkan peta situasi areal darat dan pantai yang ada. Ruang lingkup pekerjaan lokasi yang telah direkomendasikan seperti tersebut pada uraian diatas. Adapun ruang

Sebelum melakukan pekerjaan pemetaan daerah baik gukuran kerangka dasar horizontal, kerangka dasar vertikal maupun pengukuran detail situasi, terlebih dahulu dilakukan pematokan yang mengcover seluruh areal yang akan dipetakan. Adapun spesifikasi pemasangan patok permanen dan patok

ran adalah sebagai berikut :

Pemasangan patok permanen Bench Mark (BM), Patok BM terbuat dari beton bertulang setiap lokasi, dipasang ) buah dan dipasang ditempat yang tidak terganggu. Bagian BM yang muncul dipermukaan tanah m ukuran 30 x 30 cm. Sistem penomoran BM .02 ….. dst. Lebih jelasnya posisi masing-masing BM tersebut dan keterangan lebih lengkap terdapat

Patok Kerangka Dasar Peta dengan interval jarak 50 m di sungai. Pengukuran kerangka dasar horisontal dilakukan dengan metoda poligon dimaksudkan untuk mengetahui posisi horizontal, koordinat (X,Y).

(17)

Pengukuran kerangka horisontal menggunakan sistim pengukuran terestris dengan metode poligon, hal ini mutla digunakan untuk pemetaan daerah yang kecil dan untuk keperluan perencanaan teknik sipil karena lebih praktis dan fleksibel. Metode ini menggunakan total station. Metode pengukuran ini minimal harus dimulai dari titik yang telah diketahui koordinatnya dar

Pengukuran poligon terdiri dari pengukuran sudut dan jarak yang akan digunakan untuk menentukan titik

berdasarkan satu bidang referensi; dalam hal ini bidang referensi yang digunakan adalah koordinat UTM

Mercator

Prinsip dari pengukuran ini adalah membentuk satu rangkaian yang terdiri dari sudut dan jarak yang biasa disebut polygon (segi banyak) karena membentuk sisi

titik polygon inilah dimulai pengambilan titik

keperluan tertentu seperti bangunan, jalan, batas

sebagainya. Secara umum pengukuran ini dapat dilihat pada gambar berikut ini :

1 1

BM.

Pengukuran kerangka horisontal menggunakan sistim

pengukuran terestris dengan metode poligon, hal ini mutla digunakan untuk pemetaan daerah yang kecil dan untuk keperluan perencanaan teknik sipil karena lebih praktis dan fleksibel. Metode ini menggunakan total station. Metode pengukuran ini minimal harus dimulai dari titik yang telah diketahui koordinatnya dari GPS.

Pengukuran poligon terdiri dari pengukuran sudut dan jarak yang akan digunakan untuk menentukan

titik-berdasarkan satu bidang referensi; dalam hal ini bidang referensi

yang digunakan adalah koordinat UTM

(Universal Transver

Mercator).

Prinsip dari pengukuran ini adalah membentuk satu rangkaian yang terdiri dari sudut dan jarak yang biasa disebut polygon (segi banyak) karena membentuk sisi-sisi yang banyak. Dari titik titik polygon inilah dimulai pengambilan titik-titik detail untuk

eperluan tertentu seperti bangunan, jalan, batas

sebagainya. Secara umum pengukuran ini dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 2.2 Penentuan Posisi Horisontal dengan Pengukuran Terestris

1 2 1 1 2 2 2 2

Pengukuran kerangka horisontal menggunakan sistim

pengukuran terestris dengan metode poligon, hal ini mutlak digunakan untuk pemetaan daerah yang kecil dan untuk keperluan perencanaan teknik sipil karena lebih praktis dan fleksibel. Metode ini menggunakan total station. Metode pengukuran ini minimal harus dimulai dari titik yang telah

Pengukuran poligon terdiri dari pengukuran sudut dan jarak yang -titik koordinat berdasarkan satu bidang referensi; dalam hal ini bidang referensi

(Universal Transver

Prinsip dari pengukuran ini adalah membentuk satu rangkaian yang terdiri dari sudut dan jarak yang biasa disebut polygon sisi yang banyak. Dari

titik-titik detail untuk eperluan tertentu seperti bangunan, jalan, batas-batas dan sebagainya. Secara umum pengukuran ini dapat dilihat pada

Gambar 2.2 Penentuan Posisi Horisontal

3

(18)

Adapun spesifikasi pengukurannya sebag

1. Pengukuran Jarak

1. Pengukuran menggunakan pita ukur dikontrol dengan

pembacaan benang

2. Pembacaan dilakukan pergi pulang

3. Hasil pembacaan jarak dicek beberapa kali

2. Pengukuran Sudut

1. Menggunakan Theodolite dengan ketelitian 1 detik

2. Jumlah seri pengu

3. Selisih sudut antara dua pembacaan < 5” (lima detik )

4. Salah penutup sudut f

5. Salah penutup jarak fd <1:10.000

6. Bentuk geometris poligon adalah tertutup (

BM dan patok kayu dimana :

n = Jumlah tit f

fd = jumlah penutup jarak

2.4.2 Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal

Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui posisi tinggi elevasi (Z), pada masing

Metoda pengukuran yang dilak

dengan melakukan pengukuran beda tinggi antara dua titik terhadap bidang referensi yang dipilih (LLWS) jalannya pengukuran setiap titik seperti diilustrasikan pada Gambar 2.2. dibawah ini.

Adapun spesifikasi pengukurannya sebagai berikut: Pengukuran Jarak

Pengukuran menggunakan pita ukur dikontrol dengan pembacaan benang

Pembacaan dilakukan pergi pulang

Hasil pembacaan jarak dicek beberapa kali

Pengukuran Sudut

Menggunakan Theodolite dengan ketelitian 1 detik Jumlah seri pengukuran 2 seri (B,LB) muka belakang Selisih sudut antara dua pembacaan < 5” (lima detik ) Salah penutup sudut f∞<10 √n detik

Salah penutup jarak fd <1:10.000

Bentuk geometris poligon adalah tertutup ( BM dan patok kayu

dimana :

n = Jumlah titik Poligon f∞ = Jumlah penutup sudut fd = jumlah penutup jarak

Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal

Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui posisi tinggi elevasi (Z), pada masing-masing patok kerangka dasar vertikal. Metoda pengukuran yang dilakukan ini metoda waterpas, yaitu dengan melakukan pengukuran beda tinggi antara dua titik terhadap bidang referensi yang dipilih (LLWS) jalannya pengukuran setiap titik seperti diilustrasikan pada Gambar 2.2. dibawah ini.

ai berikut:

Pengukuran menggunakan pita ukur dikontrol dengan

Hasil pembacaan jarak dicek beberapa kali

Menggunakan Theodolite dengan ketelitian 1 detik kuran 2 seri (B,LB) muka belakang Selisih sudut antara dua pembacaan < 5” (lima detik )

Bentuk geometris poligon adalah tertutup (

loop

) melalui

Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui posisi tinggi masing patok kerangka dasar vertikal. ukan ini metoda waterpas, yaitu dengan melakukan pengukuran beda tinggi antara dua titik terhadap bidang referensi yang dipilih (LLWS) jalannya pengukuran setiap titik seperti diilustrasikan pada Gambar 2.2.

(19)

Gambar 2.3. Penguk

Metode p

1. Jalur pengukuran dibagi menjadi beberapa seksi.

2. Tiap seksi dibagi menjadi slag yang genap

3. Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang dan

rambu belakang menjadi rambu muka

4. Peng

5. Toleransi kesalahan pembacaan stand 1 dengan stand 2 < 2

mm

6. Jalur pengukuran mengikuti jalur poligon dan meliwati (BM)

7. Toleransi salah penutup tinggi (ft) < 10 mm

n = Salah penutup tinggi D = Jara

8. Alat ukur yang digunakan waterpas dan rambu ukur

alumunium 3 m.

Pengukuran sip

patok lainnya yang digunakan untuk pengukuran sit profil melintang

rambu

P1

Gambar 2.3. Pengukuran Waterpass

Metode pengukuran waterpass adalah sebagai berikut: Jalur pengukuran dibagi menjadi beberapa seksi. Tiap seksi dibagi menjadi slag yang genap

Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang dan rambu belakang menjadi rambu muka

Pengukuran dilakukan dengan cara double stand, ring

Toleransi kesalahan pembacaan stand 1 dengan stand 2 < 2

Jalur pengukuran mengikuti jalur poligon dan meliwati (BM)

Toleransi salah penutup tinggi (ft) < 10 mm √

n = Salah penutup tinggi D = Jarak dalam satuan km

Alat ukur yang digunakan waterpas dan rambu ukur alumunium 3 m.

Pengukuran sipat datar ini dilakukan melalui

titik-patok lainnya yang digunakan untuk pengukuran sit profil melintang Sungai.

rambu

P2 P3

engukuran waterpass adalah sebagai berikut: Jalur pengukuran dibagi menjadi beberapa seksi.

Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang dan

ukuran dilakukan dengan cara double stand, ring

Toleransi kesalahan pembacaan stand 1 dengan stand 2 < 2

Jalur pengukuran mengikuti jalur poligon dan meliwati (BM)

D dimana

Alat ukur yang digunakan waterpas dan rambu ukur

-titik poligon dan patok lainnya yang digunakan untuk pengukuran situasi dan

(20)

2.4.3 Pengukuran Si

Penentuan posisi (x,y,z) titik detail dilakukan pengukuran situasi dengan metoda pengukuran Tachymetri. Adapun spesifikasi teknis pengukuran situasi detail adalah sebagai berikut :

1. Alat yang digunakan theodolite.

2. Titik detail terikat terha

koordinat dan elevasi.

3. Pengambilan data menyebar keseluruh areal yang dipetakan

dengan kerapatan disesuaikan dengan kondisi lapangan dan skala peta 1 : 2000.

2.5. Pengukuran Penampang Sungai 2.5.1 Pengukuran Polygon

Pengukuran poligon

jarak yang akan digunakan untuk menentukan titik

berdasarkan satu bidang referensi dalam hal ini bidang referensi yang digunakan adalah koordinat UTM

Mercator)

Bentuk-bentuk pengukuran poligon untuk pekerjaan ini adalah poligon terbuka terikay sempurna dimana titik awal dan akhir pengukuran diikatkan pada titik yang telah diketahui koordinatnya dengan menggunakan metode transformasi.

Pengukuran poligon ini mempun

1. Semua patok dan BM yang sudah dipasang merupakan titik

poligo

2. Sudut diukur satu seri (biasa dan luar biasa) menggunakan

Theodolite dengan tingkat ketelitian 5”

3. Jarak diukur muka belakang dengan pembacaan benang dan

sudut ve

4. Pengukuran sudut poligon dilakukan dengan 2 (dua) seri

dengan ketelitian sudut 5” (empat bacaan sudut)

Pengukuran Situasi Detail

Penentuan posisi (x,y,z) titik detail dilakukan pengukuran situasi dengan metoda pengukuran Tachymetri. Adapun spesifikasi teknis pengukuran situasi detail adalah sebagai berikut :

Alat yang digunakan theodolite.

Titik detail terikat terhadap patok yang sudah punya nilai koordinat dan elevasi.

Pengambilan data menyebar keseluruh areal yang dipetakan dengan kerapatan disesuaikan dengan kondisi lapangan dan skala peta 1 : 2000.

Penampang Sungai Pengukuran Polygon Sungai

gukuran poligon Sungai terdiri dari pengukuran sudut dan jarak yang akan digunakan untuk menentukan titik

berdasarkan satu bidang referensi dalam hal ini bidang referensi

yang digunakan adalah koordinat UTM

(Universal Transver

Mercator)

.

bentuk pengukuran poligon untuk pekerjaan ini adalah poligon terbuka terikay sempurna dimana titik awal dan akhir pengukuran diikatkan pada titik yang telah diketahui koordinatnya dengan menggunakan metode transformasi.

Pengukuran poligon ini mempunyai kriteria sebagai berikut : Semua patok dan BM yang sudah dipasang merupakan titik poligon.

Sudut diukur satu seri (biasa dan luar biasa) menggunakan Theodolite dengan tingkat ketelitian 5”

Jarak diukur muka belakang dengan pembacaan benang dan sudut vertikal.

Pengukuran sudut poligon dilakukan dengan 2 (dua) seri dengan ketelitian sudut 5” (empat bacaan sudut)

Penentuan posisi (x,y,z) titik detail dilakukan pengukuran situasi dengan metoda pengukuran Tachymetri. Adapun spesifikasi teknis pengukuran situasi detail adalah sebagai berikut :

dap patok yang sudah punya nilai

Pengambilan data menyebar keseluruh areal yang dipetakan dengan kerapatan disesuaikan dengan kondisi lapangan dan

terdiri dari pengukuran sudut dan jarak yang akan digunakan untuk menentukan titik-titik koordinat berdasarkan satu bidang referensi dalam hal ini bidang referensi

(Universal Transver

bentuk pengukuran poligon untuk pekerjaan ini adalah poligon terbuka terikay sempurna dimana titik awal dan akhir pengukuran diikatkan pada titik yang telah diketahui koordinatnya dengan menggunakan metode transformasi.

yai kriteria sebagai berikut : Semua patok dan BM yang sudah dipasang merupakan titik

Sudut diukur satu seri (biasa dan luar biasa) menggunakan

Jarak diukur muka belakang dengan pembacaan benang dan

Pengukuran sudut poligon dilakukan dengan 2 (dua) seri dengan ketelitian sudut 5” (empat bacaan sudut)

(21)

5. Kesalahan penutup sudut maksimum 10” utama dan 20”

banyaknya titik poligon

6. Poligon cabang diikatkan dengan poligon utama pada titik

awal dan titik akhir.

7. Ketelitian linier poligon 1 : 2.000.

2.5.2. Pengukuran P

Pengukuran potongan memanjang menggunakan metode sipat datar yaitu penentuan beda tinggi dari titik

dengan menggunakan bidang nivo.

Dari beda tinggi ini akan digunakan untuk menentukan elevasi berdasarkan bidang referen

rata-rata (MSL). Seperti halnya pengukuran poligon bentuk pengukuran sipat datar yang digunakan adalah sipat datar terbuka terikat sempurna.

Pada pengukuran sipat datar terbuka terikat dilakukan dengan

cara

double

sipat datar terbuka pengukuran dilakukan dengan cara pergi pulang karena hanya salah satu ujungnya saja yang diketahui elevasinya.

Pengukuran berikut :

1. Sebelum melaksanakan pengukuran, alat ukur sipat datar

harus dicek dulu garis bidiknya. dengan garis arah nivo.

2. Data yang diambil adalah bacaan pada tiga benang (benang

atas, benang tengah dan benang bawah)

3. Alat ukur yang digunakan

4. Jarak bidikan alat ke rambu maksimum 50 m.

Kesalahan penutup sudut maksimum 10” √n untuk poligon utama dan 20” √n untuk poligon cabang, dimana n banyaknya titik poligon

Poligon cabang diikatkan dengan poligon utama pada titik awal dan titik akhir.

Ketelitian linier poligon 1 : 2.000.

Pengukuran Potongan Memanjang

Pengukuran potongan memanjang menggunakan metode sipat datar yaitu penentuan beda tinggi dari titik-titik yang diukur dengan menggunakan bidang nivo.

Dari beda tinggi ini akan digunakan untuk menentukan elevasi berdasarkan bidang referensi tertentu dalam hal ini muka air laut rata (MSL). Seperti halnya pengukuran poligon bentuk pengukuran sipat datar yang digunakan adalah sipat datar terbuka terikat sempurna.

Pada pengukuran sipat datar terbuka terikat dilakukan dengan

double stand

bila kedua ujungnya diketahui, sedangkan sipat datar terbuka pengukuran dilakukan dengan cara pergi pulang karena hanya salah satu ujungnya saja yang diketahui elevasinya.

Pengukuran sipat datar vertikal ini mempunyai kriteria sebagai

Sebelum melaksanakan pengukuran, alat ukur sipat datar harus dicek dulu garis bidiknya. Garis bidik harus sama dengan garis arah nivo.

Data yang diambil adalah bacaan pada tiga benang (benang atas, benang tengah dan benang bawah)

Alat ukur yang digunakan adalah

Automatic Level

Jarak bidikan alat ke rambu maksimum 50 m.

√n untuk poligon √n untuk poligon cabang, dimana n

Poligon cabang diikatkan dengan poligon utama pada titik

Pengukuran potongan memanjang menggunakan metode sipat titik yang diukur

Dari beda tinggi ini akan digunakan untuk menentukan elevasi si tertentu dalam hal ini muka air laut rata (MSL). Seperti halnya pengukuran poligon bentuk pengukuran sipat datar yang digunakan adalah sipat datar

Pada pengukuran sipat datar terbuka terikat dilakukan dengan bila kedua ujungnya diketahui, sedangkan sipat datar terbuka pengukuran dilakukan dengan cara pergi pulang karena hanya salah satu ujungnya saja yang diketahui

mempunyai kriteria sebagai

Sebelum melaksanakan pengukuran, alat ukur sipat datar Garis bidik harus sama

Data yang diambil adalah bacaan pada tiga benang (benang

Automatic Level

Jarak bidikan alat ke rambu maksimum 50 m.

(22)

5. Diusahakan pada waktu pembidikan, jarak rambu muka = jarak rambu belakang, atau jumlah jarak muka sama dengan jumlah jarak belakang.

6. Jumlah jarak (slaag) per seksi diusahakan selalu genap.

7. Data yang dicatat adalah pembacaan ketiga benang, yaitu

benang atas, benang bawah, dan benang tengah.

8. Pengukuran sipat datar dilakukan pada semua titik poligon

dan BM.

9. Semua BM yang ada maupun yang akan dipasang harus

melalui jalur sipat datar apabila ber dengan jalur sipat datar.

10. Batas toleransi untuk kesalahan penutup maksimum 10 VD

mm, dimana D = jumlah jarak dalam km.

2.5.3 Pengukuran Potongan Melintang (cross section)

Untuk mengetahui bentuk permukaan rencana maupun

(cross section). Skematisasi pengukuran profil melintang seperti pada Gambar 2.3.

Diusahakan pada waktu pembidikan, jarak rambu muka = jarak rambu belakang, atau jumlah jarak muka sama dengan jumlah jarak belakang.

Jumlah jarak (slaag) per seksi diusahakan selalu genap.

Data yang dicatat adalah pembacaan ketiga benang, yaitu benang atas, benang bawah, dan benang tengah.

Pengukuran sipat datar dilakukan pada semua titik poligon dan BM.

Semua BM yang ada maupun yang akan dipasang harus melalui jalur sipat datar apabila berada ataupun dekat dengan jalur sipat datar.

Batas toleransi untuk kesalahan penutup maksimum 10 VD mm, dimana D = jumlah jarak dalam km.

Pengukuran Potongan Melintang (cross section)

Untuk mengetahui bentuk permukaan rencana

maupun Sungai yang ada, maka dilakukan pengukuran profil (cross section). Skematisasi pengukuran profil melintang seperti pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Pengukuran Cross Section

rambu

P1

Diusahakan pada waktu pembidikan, jarak rambu muka = jarak rambu belakang, atau jumlah jarak muka sama dengan

Jumlah jarak (slaag) per seksi diusahakan selalu genap. Data yang dicatat adalah pembacaan ketiga benang, yaitu benang atas, benang bawah, dan benang tengah.

Pengukuran sipat datar dilakukan pada semua titik poligon

Semua BM yang ada maupun yang akan dipasang harus ada ataupun dekat

Batas toleransi untuk kesalahan penutup maksimum 10 VD

Pengukuran Potongan Melintang (cross section) Sungai

Untuk mengetahui bentuk permukaan rencana bangunan yang ada, maka dilakukan pengukuran profil (cross section). Skematisasi pengukuran profil melintang seperti

(23)

1. Penguk

memanjang yang telah dipasang

2. Interval profil 50 m

3. Pengukuran profil tegak lurus

4. Pengukuran terikat terhadap titik

Pengukuran dilakukan disepanjang patok-patok potongan memanjang yang telah dipasang

Interval profil 50 m

Pengukuran profil tegak lurus Sungai Pengukuran terikat terhadap titik polygon

(24)

Pengolahan data terdiri dari pengolahan data sementara yang dilakukan di lapangan berfungsi sebagai kontrol hasil

dilakukan di kantor. Adapun jenis perhitungan yang dipergunakan adalah sebagai berikut :

1. Penentuan Posisi Horisontal (koordinat X,Y)

2. Penentuan Posisi Vertikal (elevasi Z)

3.1 Perhitungan Penentuan Posisi Horisontal

A. Persyaratan Teknis

• Syarat Geometrik Sudut untuk Polygon Tertutup

f β = Σβ -

• Syarat Geometrik Sudut untuk Polygon Terikat Sempurna

αakhir - αawal αakhir - αawal αakhir - αawal Koreksi absis Koreksi ordinat dimana :

BAB

BAB

BAB

BAB

III

Pengolahan data terdiri dari pengolahan data sementara yang dilakukan di lapangan berfungsi sebagai kontrol hasil pengukuran dan perhitungan yang dilakukan di kantor. Adapun jenis perhitungan yang dipergunakan adalah sebagai

Penentuan Posisi Horisontal (koordinat X,Y) Penentuan Posisi Vertikal (elevasi Z)

Perhitungan Penentuan Posisi Horisontal

aratan Teknis

Syarat Geometrik Sudut untuk Polygon Tertutup (n + 2) . 180

Syarat Geometrik Sudut untuk Polygon Terikat Sempurna

awal = Σβ - (n + 2) . 180 + f β awal = Σd sin α + f x awal = Σd cos α + f y Koreksi absis d d Σ . f x Koreksi ordinat d d Σ . f y

A

A

N

N

A

A

L

L

I

I

S

S

A

A

D

D

AN

A

P

P

E

E

N

N

G

G

O

O

L

L

A

A

H

H

A

A

N

N

D

D

Pengolahan data terdiri dari pengolahan data sementara yang dilakukan di pengukuran dan perhitungan yang dilakukan di kantor. Adapun jenis perhitungan yang dipergunakan adalah sebagai

(1)

Syarat Geometrik Sudut untuk Polygon Terikat Sempurna (2) (3) (4) (5) (6)

AN

N

D

D

A

A

T

T

A

A

(25)

αakhir = azimut akhir

αawal = azimut awal

Σβ = jumlah sudut ukuran

n = jumlah titik poligon

f β = salah penutup

xakhir = absis akhir

xawal = absis awal

Yakhir = ordinat akhir

Yawal = ordinat awal

Σ d = jumlah jarak poligon

α = azimut

f x = salah penutup absis f y = salah penutup ordinat

B. Perhitungan Koordinat

Dalam kaitannya dengan pelaksanaan pekerja

di lokasi, bentuk jaring pengukuran yang digunakan adalah bentuk poligon terbuka dimana koordinat titik awal dan akhir pengukuran diketahui.

Langkah-langkah perhitungan untuk mendapatkan adalah :

a) Menghitung

αi = (αi-1

azimut akhir azimut awal

jumlah sudut ukuran jumlah titik poligon salah penutup sudut absis akhir

absis awal ordinat akhir ordinat awal

jumlah jarak poligon azimut

salah penutup absis salah penutup ordinat

Perhitungan Koordinat

Dalam kaitannya dengan pelaksanaan pekerjaan pengukuran poligon di lokasi, bentuk jaring pengukuran yang digunakan adalah bentuk poligon terbuka dimana koordinat titik awal dan akhir pengukuran

langkah perhitungan untuk mendapatkan koordinat definitif

Menghitung azimuth sisi-sisi polygon dengan rumus :

+ Si) -180

an pengukuran poligon di lokasi, bentuk jaring pengukuran yang digunakan adalah bentuk poligon terbuka dimana koordinat titik awal dan akhir pengukuran

koordinat definitif

(26)

αi = azimuth

Si = sudut

b) Menghitung koordinat pendekatan

Skema kedudukan titik

hitungan koordinat pendekatan

Untuk mendapatkan nilai koordinat definitf pada

langsung digunakan rumus diatas sedangkan untuk titik

Si

i (Xi,Yi)

Gambar 3-1

Skema kedudukan sisi poligon untuk

hitungan azimuth

azimuth sudut

Menghitung koordinat pendekatan atau sementara, dengan rumus

Gambar 3-2

Skema kedudukan titik-titik untuk

hitungan koordinat pendekatan

Untuk mendapatkan nilai koordinat definitf pada titik-titik detail dapat langsung digunakan rumus diatas sedangkan untuk titik

αi i-1 αi-1 αi Si αij dij i (Xi,Yi)

Skema kedudukan sisi poligon untuk

sementara, dengan rumus :

titik detail dapat langsung digunakan rumus diatas sedangkan untuk titik-titik poligon

i+1

(27)

(kerangka terbuka) ditentukan melalui rumus transformasi sebagai berikut : BD = EB – EA, BC = XB AD = NB – α =    − − − YB XB 1 tan β =    − − − YB XB 1 tan Keterangan : θ : α−β − X’A : XA . cos Y’A : YA . cos TX : EA – X’A

TY : NA – Y’A, dimana TX,TY adalah komponen translasi

N (Y)

Y

(kerangka terbuka) ditentukan melalui rumus transformasi sebagai

EA, BC = XB – XA

Gambar 3-3

Transformasi Koordinat

NA, AC= YB – YA    − − YA XA    − − YA XA α−β − komponen rotasi XA . cos θ − YA . sin θ YA . cos q – YA . sin θ X’A

Y’A, dimana TX,TY adalah komponen translasi

Y’ N (Y) TY TX Y X’ A B P D C X

(kerangka terbuka) ditentukan melalui rumus transformasi sebagai

Y’A, dimana TX,TY adalah komponen translasi

(28)

EP : XP . cos

NP : XP . sin

Penentuan koordinat definitif untuk polygon tertutup melalui rumus sebagai berikut :

a) Hitungan Absis Definitif

Xi = X

(i-Xi = absis titik ke i

X(i-1) = absis titik ke titik sebelum i

∆Xi = selisih absis

b) Hitungan Ordinat Defenitif (y)

Yi = Y

(i-k Xi = koreksi absis

Yi = ordinat titik ke i

Y(i-1) = ordinat sebelum titik i

∆Yi = selisih ordinat

KYi = koreksi ordinat

3.2 Penentuan Posisi Vertikal Metode Sipat Datar

Penetuan posisi vertikal menggunakan dua metode sesuai dengan cara pengukurannya yaitu metode sipat datar dan tachimetri yang digunakan khusus pada pengukuran situa

Langkah – langkah perhitungan ketinggian / elevasi dengan metode sipat datar adalah sebagai berikut :

1. Menghitung beda tinggi per seksi

− Beda tinggi stand satu =

− Beda tinggi stand 2 =

− Beda tinggi ukuran pergi =

. cos θ - YP . sin θ + TX

. sin θ − YP . cos θ + TY

Penentuan koordinat definitif untuk polygon tertutup melalui rumus sebagai berikut :

Hitungan Absis Definitif (x)

-1) + ∆ Xi + k Xi

absis titik ke i

absis titik ke titik sebelum i selisih absis

Hitungan Ordinat Defenitif (y)

-1) + ∆ Yi + k YI

koreksi absis ordinat titik ke i ordinat sebelum titik i selisih ordinat

koreksi ordinat

Penentuan Posisi Vertikal Metode Sipat Datar

Penetuan posisi vertikal menggunakan dua metode sesuai dengan cara pengukurannya yaitu metode sipat datar dan tachimetri yang digunakan khusus pada pengukuran situasi.

langkah perhitungan ketinggian / elevasi dengan metode sipat datar adalah sebagai berikut :

Menghitung beda tinggi per seksi

Beda tinggi stand satu = ∆ h1

Beda tinggi stand 2 = ∆ h2

Beda tinggi ukuran pergi =∆ hpr = ½ (D1+D2)

Penentuan koordinat definitif untuk polygon tertutup melalui rumus

Penetuan posisi vertikal menggunakan dua metode sesuai dengan cara pengukurannya yaitu metode sipat datar dan tachimetri yang digunakan

(29)

− Salah penutup (S

melebihi batas toleransi yang diizinkan (10

2. Jarak tiap slag , didapat dari jumlah jarak ke belakang ditambah jarak

ke muka.

3. Menghitung salah penutup setiap kring sipat datar (H)

H = ∆ h

4. Menghitung tinggi : Hj = hi +

3.3 Penentuan Posisi Vertikal Metode Tachymetri

Metode tachimetri digunakan untuk menghitung data situasi dan cross section sungai atau saluran pembuang, seperti pada

Berdasarkan ilustrasi Gambar 3.4, alat berdiri pada titik A yang telah diketahui (X,Y,Z) maka titik B dapat dihitung.

Berdasarkan gambar dibawah, titik Tb dapat diketahui tingginya dari titik TA yang telah diketahui elevasinya sebagai berikut :

TB = TA+∆H ∆H =

(

B   100 2 1

Untuk menghitung jarak datar (Dd) menggunakan rumus:

Dd = Dο Cos 2 Dd = 100 (Ba U Az m A

Salah penutup (SP) ukuran stand satu dan stand dua tidak boleh

melebihi batas toleransi yang diizinkan (10√D) , D=dalam Km

Jarak tiap slag , didapat dari jumlah jarak ke belakang ditambah jarak

Menghitung salah penutup setiap kring sipat datar (H)

h1 + ∆ h2 + ……….+ ∆hn + SP =0

Menghitung tinggi : Hj = hi + ∆hij + 

     D SP . Dij

Penentuan Posisi Vertikal Metode Tachymetri

Metode tachimetri digunakan untuk menghitung data situasi dan cross section sungai atau saluran pembuang, seperti pada

Berdasarkan ilustrasi Gambar 3.4, alat berdiri pada titik A yang telah diketahui (X,Y,Z) maka titik B dapat dihitung.

Berdasarkan gambar dibawah, titik Tb dapat diketahui tingginya dari titik TA yang telah diketahui elevasinya sebagai berikut :

Gambar 3.4. Metode Tachymetri

)

A t b a B m T B B + −   − sin2

Untuk menghitung jarak datar (Dd) menggunakan rumus:

2 m

- Bb) Cos2 m Dm

B

P) ukuran stand satu dan stand dua tidak boleh D) , D=dalam Km

Jarak tiap slag , didapat dari jumlah jarak ke belakang ditambah jarak

Metode tachimetri digunakan untuk menghitung data situasi dan cross section sungai atau saluran pembuang, seperti pada Gambar 3.1. Berdasarkan ilustrasi Gambar 3.4, alat berdiri pada titik A yang telah

(30)

dimana :

TA =

TB = Tinggi titik B yang akan ditentukan

∆H = Beda tinggi antara titik A dan titik B

Ba = Bacaan diaframa benang atas

Bb = Bacaan diafragma benang bawah

Bt = Bacaan diafragma benang tengah

TA = Tinggi alat

Dο = Jarak optis [100(Ba

Dd = Jarak datar

m = Sudut miring Az = Azimuth

3.4 Penyajian Data

Data dari hasil pengukuran yang telah dihitung disajikan dalam bentuk tabel dengan menggunakan software

dilihat pada buku data ukur.

3.5 Ketelitian Pengukuran Poligon /

Pengukuran polygon dibedakan atas dua yaitu kerangka utama dan polygon saluran. Refer

diperoleh dari pengamatan GPS

adalah polygon terbuka terikat, dimana titik awal dan titik akhir pengukuran diketahui.

3.6 Ketelitian Pengukuran Sipat Datar/

Pengukuran sipat datar menggunakan referensi dari surut atau muka air laut rata

dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa semua jalur pengukuran yang = Tinggi titik A yang telah diketahui (X,Y,Z)

Tinggi titik B yang akan ditentukan Beda tinggi antara titik A dan titik B Bacaan diaframa benang atas Bacaan diafragma benang bawah Bacaan diafragma benang tengah Tinggi alat

Jarak optis [100(Ba-Bb)] Jarak datar

Sudut miring

Penyajian Data

Data dari hasil pengukuran yang telah dihitung disajikan dalam bentuk tabel dengan menggunakan software Microsoft Excel, tabel terse

buku data ukur.

Ketelitian Pengukuran Poligon /

Traversing

Pengukuran polygon dibedakan atas dua yaitu kerangka utama dan polygon saluran. Referensi yang digunakan adalah BM

diperoleh dari pengamatan GPS sehingga semua bentuk pengukuran adalah polygon terbuka terikat, dimana titik awal dan titik akhir pengukuran diketahui.

Ketelitian Pengukuran Sipat Datar/

Levelling

Pengukuran sipat datar menggunakan referensi dari pengamatan pasang atau muka air laut rata-rata. Dari hasil pengukuran sipat datar yang dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa semua jalur pengukuran yang

Tinggi titik A yang telah diketahui (X,Y,Z)

Data dari hasil pengukuran yang telah dihitung disajikan dalam bentuk Microsoft Excel, tabel tersebut dapat

Pengukuran polygon dibedakan atas dua yaitu kerangka utama dan 1 yang nilainya tuk pengukuran adalah polygon terbuka terikat, dimana titik awal dan titik akhir

pengamatan pasang . Dari hasil pengukuran sipat datar yang dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa semua jalur pengukuran yang

(31)

mengikat telah memenuhi persyaratan teknis yang ditentukan dalam kerangka acuan kerja (KAK)

mengikat telah memenuhi persyaratan teknis yang ditentukan dalam acuan kerja (KAK).

(32)

4.1. Pemasangan Bench Mark (BM)

BM yang dipasang yang didistribusikan secara merata pada daerah irigasi dan BM kecil yang dipasang pada

Penamaan BM menggunakan kode “MA

Kalosi. Penomoran dimulai dari nomor 01. BM yang dipasang sebanyak 4 buah.

Gambar 4.1 Contoh penamaan BM

BAB

BAB

BAB

BAB

IV

2008

Pemasangan Bench Mark (BM)

BM yang dipasang yang didistribusikan secara merata pada daerah irigasi dan BM kecil yang dipasang pada bangunan-bangunan irigasi.

Penamaan BM menggunakan kode “MA” yang merupakan singkatan dari Kalosi. Penomoran dimulai dari nomor 01. BM yang dipasang sebanyak 4

ambar 4.1 Contoh penamaan BM

H

H

A

A

S

S

I

I

L

L

D

D

A

A

N

N

P

P

E

E

M

M

B

B

A

A

H

H

A

A

S

S

A

A

N

N

BM yang dipasang yang didistribusikan secara merata pada daerah irigasi bangunan irigasi.

” yang merupakan singkatan dari Kalosi. Penomoran dimulai dari nomor 01. BM yang dipasang sebanyak 4

N

(33)

Daftar BM yang telah dipasang dapat dilihat

Daftar Titik Tetap (BM) D.I Kalosi Kiri NO NAMA BM 1 BM1 2 CP1 3 BM2 4 CP2 5 BM3 6 CP3 7 BM4 8 CP4

4.2. Hasil Pengukuran Situasi

Pengukuran yang dilaksanakan

Kerangka dasar untuk pemetaan dengan mengikuti sungai sampai ke hulu

pengukuran tampang memanjang dan melintang sungai Titik referensi yang d

hasil pengamatan pasang surut atau muka air laur rata Hasil yang diperoleh dari kegiatan

skala 1 : 2000.

Pada peta tersebut digambarkan :

- Batas-batas pengukuran.

- Perkampungan, kampung, rumah, makam dan lain

Daftar BM yang telah dipasang dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.1

Daftar Titik Tetap (BM) D.I Kalosi Kiri KOORDINAT ELEVASI X (m) Y (m) Z (m) 403547.979 9603549.222 8.452 403519.824 9603567.966 8.320 403563.812 9602948.383 26.265 403511.190 9602952.106 27.005 403666.310 9601643.623 79.795 403637.617 9601651.569 82.461 403835.587 9600750.068 114.219 403808.593 9600774.340 108.776 Pengukuran Situasi

yang dilaksanakan di sungai Mamua sepanjang

Kerangka dasar untuk pemetaan dengan mengikuti tepi sungai dari muara sungai sampai ke hulu. Kemudian dari jalur utama tersebut dimulai

tampang memanjang dan melintang sungai. Titik referensi yang digunakan adalah elevasi BM.01 yang hasil pengamatan pasang surut atau muka air laur rata-rata

Hasil yang diperoleh dari kegiatan pengukuran ini adalah gambar situasi Pada peta tersebut digambarkan :

pengukuran.

Perkampungan, kampung, rumah, tempat ibadah, kantor, sekolah, makam dan lain-lain

pada tabel berikut ini :

di sungai Mamua sepanjang 4077 m

tepi sungai dari muara . Kemudian dari jalur utama tersebut dimulai yang diperoleh dari

rata

pengukuran ini adalah gambar situasi

(34)

- Batas desa dan nama desa

- Sawah, kebun, tegalan, hutan dan lain

- Titik-titik tinggi (hasil pengukuran) serta garis kontur.

4.3. Hasil Pengukuran Potongan Memanjang dan Melintang

Pengukuran ini ber memanjang dan melintang kerangka dasar pengukuran

terikat. Hasil yang diperoleh dari pengkuran adalah

- Gambar potongan memanjang

- Gambar potongan memanjang skala H 1:200 dan sakal V 1:200

No Nama S

1 Sungai Mamua

Batas desa dan nama desa

Sawah, kebun, tegalan, hutan dan lain-lain

titik tinggi (hasil pengukuran) serta garis kontur.

Pengukuran Potongan Memanjang dan Melintang

engukuran ini bertujuan untuk mendapatkan gambar potongan memanjang dan melintang sungai. Pengukuran ini tetap mengikat pada

pengukuran situasi. Bentuk pengukuran ini terbuka Hasil yang diperoleh dari pengkuran adalah

Gambar potongan memanjang skala H 1:2000 dan sakal V 1:200 Gambar potongan memanjang skala H 1:200 dan sakal V 1:200

Tabel 4.5

Daftar Jumlah Gambar

Nama Sungai Panjang Situasi & (m) Pot. Memanjang Sungai Mamua 4077 4

Pengukuran Potongan Memanjang dan Melintang Irigasi

tujuan untuk mendapatkan gambar potongan . Pengukuran ini tetap mengikat pada situasi. Bentuk pengukuran ini terbuka dan

skala H 1:2000 dan sakal V 1:200 Gambar potongan memanjang skala H 1:200 dan sakal V 1:200

Situasi & Potongan Pot.

Memanjang Melintang

21

(35)
(36)

D

(37)

PROPINSI : KONSULTAN :

FOTO BENCH MARK SKETSA DETAIL

MALUKU PT. ADD JO PNC

KOORDINAT UTM X (meter) Y (meter) Z (meter)

403,547.979 9,603,549.222 8.452

GEOGRAFI Lintang Bujur

3.586354 122.131554

SKETSA LOKASI SEKITARNYA

DISKRIPSI

TITIK REFERENSI

BM.MA.01 (Koordinat berdasarkan hasil pengamatan GPS Mapping dan Elevasi berdasarkan pasang surut)

X = m Y = m 403,547.979 9,603,549.222 BM. MA.01

Terletak di sebelah kanan jembatan Sungai Mamua arah ke Ambon, dapat dijangkau dengan kendaraan roda 4 dari kota Ambon ke arah hila sampai di jembatan sungai Mamua.

Sungai Mamua

P. AMBON

P. SERAM

PULAU PULAU LEASE

(38)

PROPINSI : KONSULTAN :

FOTO BENCH MARK SKETSA DETAIL

GEOGRAFI Lintang Bujur

3.586184 122.131301

MALUKU PT. ADD JO PNC

KOORDINAT UTM X (meter) Y (meter) Z (meter)

403,519.824 9,603,567.966 8.32

SKETSA LOKASI SEKITARNYA

DISKRIPSI

TITIK REFERENSI

BM.MA.01 (Koordinat berdasarkan hasil pengamatan GPS Mapping dan Elevasi berdasarkan pasang surut)

X = m

Y = m

CP. MA.01

Terletak di sebelah kanan jembatan Sungai Mamua arah ke Hila, dapat dijangkau dengan kendaraan roda 4 dari kota Ambon ke arah hila sampai di jembatan sungai Mamua.

403,547.979 9,603,549.222 Sungai Mamua P. AMBON P. SERAM

PULAU PULAU LEASE

(39)

PROPINSI : KONSULTAN :

FOTO BENCH MARK SKETSA DETAIL

MALUKU PT. ADD JO PNC

KOORDINAT UTM X (meter) Y (meter) Z (meter)

403,563.812 9,602,948.383 26.2645

GEOGRAFI Lintang Bujur

3.591789 122.131691

SKETSA LOKASI SEKITARNYA

DISKRIPSI

TITIK REFERENSI

BM.MA.01 (Koordinat berdasarkan hasil pengamatan GPS Mapping dan Elevasi berdasarkan pasang surut)

X = m Y = m 403,547.979 9,603,549.222 BM. MA.02

Terletak di sebelah kanan Sungai Mamua arah ke hilir, dapat dijangkau dengan kendaraan roda 4 dari kota Ambon ke arah hila sampai di jembatan sungai Mamua, kemudian berjalan kaki ke arah hulu sejauh 650 m atau dekat bangunan sabo dam.

Sungai Mamua

P. AMBON

P. SERAM

PULAU PULAU LEASE

(40)

PROPINSI : KONSULTAN :

FOTO BENCH MARK SKETSA DETAIL

GEOGRAFI Lintang Bujur

3.591755 122.131218

MALUKU PT. ADD JO PNC

KOORDINAT UTM X (meter) Y (meter) Z (meter)

403,511.190 9,602,952.106 27.0045

SKETSA LOKASI SEKITARNYA

DISKRIPSI

TITIK REFERENSI

BM.MA.01 (Koordinat berdasarkan hasil pengamatan GPS Mapping dan Elevasi berdasarkan pasang surut)

X = m

Y = m

CP. MA.02

Terletak di sebelah kiri Sungai Mamua arah ke hilir, dapat dijangkau dengan kendaraan roda 4 dari kota Ambon ke arah hila sampai di jembatan sungai Mamua, kemudian berjalan kaki ke arah hulu sejauh 650 m atau dekat bangunan sabo dam.

403,547.979 9,603,549.222 Sungai Mamua P. AMBON P. SERAM

PULAU PULAU LEASE

(41)

PROPINSI : KONSULTAN :

FOTO BENCH MARK SKETSA DETAIL

MALUKU PT. ADD JO PNC

KOORDINAT UTM X (meter) Y (meter) Z (meter)

403,666.310 9,601,643.623 79.7945

GEOGRAFI Lintang Bujur

3.603593 122.132603

SKETSA LOKASI SEKITARNYA

DISKRIPSI

TITIK REFERENSI

BM.MA.01 (Koordinat berdasarkan hasil pengamatan GPS Mapping dan Elevasi berdasarkan pasang surut)

X = m Y = m 403,547.979 9,603,549.222 BM. MA.03

Terletak di sebelah kanan Sungai Mamua arah ke hilir, dapat dijangkau dengan kendaraan roda 4 dari kota Ambon ke arah hila sampai di jembatan sungai Mamua, kemudian berjalan kaki ke arah hulu sejauh 2.118 m.

Sungai Mamua

P. AMBON

P. SERAM

PULAU PULAU LEASE

(42)

PROPINSI : KONSULTAN :

FOTO BENCH MARK SKETSA DETAIL

GEOGRAFI Lintang Bujur

3.603521 122.132345

MALUKU PT. ADD JO PNC

KOORDINAT UTM X (meter) Y (meter) Z (meter)

403,637.617 9,601,651.569 82.4605

SKETSA LOKASI SEKITARNYA

DISKRIPSI

TITIK REFERENSI

BM.MA.01 (Koordinat berdasarkan hasil pengamatan GPS Mapping dan Elevasi berdasarkan pasang surut)

X = m

Y = m

CP. MA.03

Terletak di sebelah kiri Sungai Mamua arah ke hilir, dapat dijangkau dengan kendaraan roda 4 dari kota Ambon ke arah hila sampai di jembatan sungai Mamua, kemudian berjalan kaki ke arah hulu sejauh 2.118 m.

403,547.979 9,603,549.222 Sungai Mamua P. AMBON P. SERAM

PULAU PULAU LEASE

(43)

PROPINSI : KONSULTAN :

FOTO BENCH MARK SKETSA DETAIL

MALUKU PT. ADD JO PNC

KOORDINAT UTM X (meter) Y (meter) Z (meter)

403,835.587 9,600,750.068 114.2185

GEOGRAFI Lintang Bujur

3.611677 122.134119

SKETSA LOKASI SEKITARNYA

DISKRIPSI

TITIK REFERENSI

BM.MA.01 (Koordinat berdasarkan hasil pengamatan GPS Mapping dan Elevasi berdasarkan pasang surut)

X = 403,547.979 m BM. MA.04

Terletak di sebelah kanan Sungai Mamua arah ke hilir, dapat dijangkau dengan kendaraan roda 4 dari kota Ambon ke arah hila sampai di jembatan sungai Mamua, kemudian berjalan kaki ke arah hulu sejauh 3.105 m.

Sungai Mamua

P. AMBON

P. SERAM

PULAU PULAU LEASE

X = m

(44)

PROPINSI : KONSULTAN :

FOTO BENCH MARK SKETSA DETAIL

GEOGRAFI Lintang Bujur

3.611457 122.133876

MALUKU PT. ADD JO PNC

KOORDINAT UTM X (meter) Y (meter) Z (meter)

403,808.593 9,600,774.340 108.7755

SKETSA LOKASI SEKITARNYA

DISKRIPSI

TITIK REFERENSI

BM.MA.01 (Koordinat berdasarkan hasil pengamatan GPS Mapping dan Elevasi berdasarkan pasang surut)

X = m

CP. MA.04

Terletak di sebelah kiri Sungai Mamua arah ke hilir, dapat dijangkau dengan kendaraan roda 4 dari kota Ambon ke arah hila sampai di jembatan sungai Mamua, kemudian berjalan kaki ke arah hulu sejauh 3.105 m.

403,547.979

Sungai Mamua

P. AMBON

P. SERAM

PULAU PULAU LEASE

X = m

Gambar

Gambar 1.1  Peta Lokasi Studi
Tabel 2.1 Daftar dan Jadwal Personil untuk Pengukuran Topografi NoNama PersonilPosisi yang DiusulkanOrangB u l a n  k e -NoNama PersonilPosisi yang Diusulkan Bulan 12310 1 Ir
Tabel 2.3 Jadwal Pelaksanaan Pengukuran Topografi 1 1.Pembuatan dan Pemasangan BM, CP dan Patok Kayu
Gambar 2.2 Penentuan Posisi Horisontal
+6

Referensi

Dokumen terkait

Metode poligon adalah salah satu cara penentuan posisi horizontal banyak titik dimana titik satu dengan lainnya dihubungkan satu sama lain dengan pengukuran sudut dan jarak

Setelah poligon gaya terbentuk (awal-akhir bertemu pada 1 titik), tentukan titik joint yang ditinjau dengan pertimbangan arah putaran dan gaya-gaya dari batang yang tidak

Metode poligon adalah salah satu cara penentuan posisi horizontal banyak titik dimana titik satu dengan lainnya dihubungkan satu sama lain dengan pengukuran sudut dan jarak

Akuisisi data dilakukan dengan titik pengukuran sebanyak tujuh titik (Gambar 1), dimana setiap titik pengukuran data terdistribusi pada lokasi yang akan digunakan

Pengukuran sipat datar/waterpass memanjang adalah suatu metode pengukuran untuk menentukan beda tinggi antara dua buah titik di permukaan bumi yang letaknya berjauhan, atau dengan

Pengukuran sipat datar/waterpass memanjang adalah suatu metode pengukuran untuk menentukan beda tinggi antara dua buah titik di permukaan bumi yang letaknya

Kompetensi Akhir : ✓ Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa dapat mengetahui cara pengukuran penentuan posisi horizontal banyak titik dengan metode poligon tertutup.. ✓ Setelah

memasukan konstanta instrument konstan maka alat akan tekoreksiotomatis.Tidak ada pengukuran yang meghasilkan ketelitian yang sempurna,tetapi adalah penting untuk megetahui ketelitian