1
Makalah Seminar Tugas Akhir PERANCANGAN KWH METER DIGITAL MENGGUNAKAN KWH METER KONVENSIONAL Pasurono[1], Susatyo Handoko, S.T, M.T[2], Iwan Setyawan, S.T, M.T[2]
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, SH, Tembalang, Semarang, Indonesia
Abstract :
KWh-meter is an instrument that is used to measure and record consumption of electricity consumed by the customer. Currently, most of the kWh-meter in a residential area in particular is still a conventional kWh-meter. KWh-meter measuring instruments has been improved in recent years. This is supported by the developments in the world of digital technology.
Due to conventional kWh-meter limitation and digital information technology progress, as well as to better utilize exist conventional kWh-meter, we propose an idea to design a development of the conventional kWh-meter by adding some unit systems, which consist of ATmega8535 microcontroller as system control center, optocoupler sensors to detect disc rotation kWh-meter, and an LCD as digital display. KWh-meter digital display will make it easy to read and the possibility of errors in reading/recording of value display in kWh-meter can be minimized.
System testing was done by taking a load on the kWh-meter so that the disc spins and which then reduce the number of kWh-meter token. Reducing the number of kWh-meter token continues until it requires top-up. The prototype has been able to run well and is quite stable. Measurement error of 5.14%, occurred possibly error in manual time recording and uncorrected of kWh-meter setting.
Keywords : KWh-meter, ATmega8535 microcontroller, optocoupler.
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
KWh-meter merupakan suatu alat yang digunakan oleh pihak PLN untuk mengukur dan menghitung jumlah pemakaian energi listrik yang dikonsumsi oleh pelanggan (konsumen listrik). KWh-meter yang dikenal umum oleh masyarakat adalah kWh-meter konvensional (analog). KWh-meter ini banyak dipakai baik di lingkungan perumahan, perkantoran maupun industri.
Tampilan nilai dari kWh-meter konvensional yang masih berupa analog akan menyulitkan seseorang dalam pembacaannya. Hal ini dapat
menyebabkan adanya kesalahan
pembacaan/pencatatan nilai kWh-meter oleh petugas pencatat nilai kWh-meter. Kesalahan dalam pembacaan/pencatatan nilai kWh-meter berakibat dipihak penyedia jasa listrik mengalami kerugian dan pembukuan yang dilakukan menjadi tidak teratur, sedangkan dipihak konsumen akan terjadi ketidaksesuaian antara jumlah rekening yang harus dibayar dengan pemakaian listrik yang tercatat.
Seiring berkembangnya jaman, bidang teknologi informasi digital juga berkembang dengan sangat cepat. Hampir semua aspek kehidupan tersentuh oleh teknologi informasi digital, termasuk bidang instrumentasi. Tugas akhir ini dilatar belakangi oleh dua hal tersebut, yaitu keterbatasan
kWh-meter konvensional khususnya pada segi tampilan yang berupa tampilan analog serta pesatnya teknologi informasi digital. Berdasarkan analisa tersebut maka penulis mencoba untuk melakukan penelitian tugas akhir dengan judul “Perancangan KWH Meter Digital Menggunakan KWH Meter Konvensional”.
.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian tugas akhir ini adalah : 1. Mengubah tampilan jumlah (nilai) kWh pada kWh-meter konvensional yang berupa tampilan analog menjadi kWh-meter yang menampilkan jumlah (nilai) kWh dalam bentuk digital sehingga memudahkan dalam pembacaannya.
2. Mengubah konsep kWh-meter konvensional yang menggunakan sistem pascabayar menjadi kWh-meter yang menggunakan konsep prabayar, dimana untuk dapat menggunakan energi listrik harus dilakukan pengisian sejumlah nilai kWh tertentu terlebih dahulu.
3. Membuat sebuah sistem kWh-meter yang secara otomatis dapat memutus suplai daya dari PLN apabila jumlah token kWh-meter telah habis (nol).
2 1.3 Batasan Masalah
Untuk mencapai tujuan yang diinginkan, penulis memberikan beberapa batasan dalam pembahasannya, yaitu :
1. Alat dirancang menggunakan kWh-meter analog 1 fasa 2 kawat.
2. Alat yang dibuat hanya menampilkan data mengenai informasi sisa jumlah pulsa (unit) kWh dan informasi jumlah putaran piringan kWh-meter.
3. Beban yang digunakan dalam pengujian alat menggunakan beban resistif (bohlam). 4. Tidak membahas TDL (Tarif Dasar Listrik)
dan perhitungan (harga) token listrik prabayar.
5. Suplai daya untuk rangkaian plant kWh-meter digital ini menggunakan tegangan jala-jala PLN 220V AC (sinusoidal murni) dengan frekuensi 50 Hz.
II. Dasar Teori
2.1 KWH Meter Analog
KWh-meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur energi listrik. Bagian-bagian utama dari sebuah kWh-meter adalah kumparan tegangan, kumparan arus, sebuah piringan aluminium, sebuah magnet tetap, dan sebuah gir mekanik yang menggerakkan counter untuk menghitung jumlah energi listrik yang dikonsumsi.
Gambar 1 Medan magnet pada kWh-meter
Arus listrik yang melalui kumparan arus menimbulkan adanya medan di permukaan kawat tembaga pada koil kumparan arus. Sebuah piringan aluminium yang berada pada medan kumparan arus menyebabkan adanya arus pusar (eddy current) pada piringan tersebut. Reaksi arus pusar dan medan kumparan tegangan membangkitkan torsi terhadap piringan dan menyebabkannya berputar. Kecepatan putar piringan dipengaruhi oleh besar kecilnya arus listrik yang melalui kumparan arus.
Poros yang menopang piringan aluminium dihubungkan melalui susunan roda gigi untuk
menggerakkan counter penghitung pemakaian energi listrik.
2.2 KWH Meter Digital PLN
KWh-meter digital PLN menggunakan system prabayar. Ketika pelanggan resmi menjadi pengguna kWh-meter digital maka pelanggan akan mendapat sebuah kartu prabayar (ID Card). Kartu prabayar selain sebagai nomor identitas pelanggan prabayar, juga berfungsi sebagai alat transaksi pembelian energi listrik (token stroom). Pembelian
token stroom dapat dilakukan di kantor pelayanan
PLN terdekat dan di bank yang telah bekerjasama dengan pihak PLN.
Pengisian ulang pulsa dilakukan dengan cara memasukkan 20 digit angka yang terdapat pada struk
token stroom. Apabila proses pengisian berhasil maka
sisa pulsa kWh-meter yang masih ada sebelumnya akan segera ditambahkan dengan jumlah pulsa kWh yang baru saja diisikan.
Gambar 2 KWh-meter digital PLN
Gambar 3 Diagram blok kWh-meter digital PLN Keluaran dari sensor tegangan dan sensor arus akan diintegrasikan oleh komponen pengali
(multiplier). Sebelum masuk ADC, keluaran dari
rangkaian pengali akan disearahkan oleh rangkaian penyearah. Sebuah Analog to Digital Converter
(ADC) berfungsi untuk mengubah sinyal kontinu (analog) menjadi keluaran diskrit/digital. Komponen memori berfungsi untuk menyimpan informasi digital berupa bilangan-bilangan biner, sedangkan indikator operasi akan memberikan sinyal kasat mata, yang menunjukan bahwa alat ukur sedang beroperasi.
3 mikroprosesor dan hasil akhir dari seluruh proses kWh-meter elektronik yaitu berupa energi listrik yang sedang dipakai dan informasi sisa pulsa kWh akan ditampilkan pada display.
2.3 Mikrokontroler AVR ATmega8535 Mikrokontroler adalah IC yang dapat diprogram berulang kali, baik ditulis atau dihapus. Salah satunya adalah mikrokontroler AVR ATmega8535 yang menggunakan teknologi RISC
(Reduce Instruction Set Computing) dimana program
berjalan lebih cepat karena hanya membutuhkan satu siklus clock untuk mengeksekusi satu instruksi program.
Mikrokontroler AVR ATmega8535 memiliki fitur yang cukup lengkap yaitu adanya 32 saluran I/O (port A, port B, port C, dan port D), ADC internal, EEPROM internal, Timer/Counter, PWM, analog
comparator, port antarmuka SPI dan port USART
untuk komunikasi serial.
2.4 Rele
Rele berfungsi untuk menghubungkan atau memutus aliran arus listrik yang dikontrol dengan memberikan energi listrik pada koilnya. Rele terdiri dari koil dan kontak.
Konfigurasi dari kontak-kontak rele terdiri dari normally open (NO) dan normally close (NC). Kontak normally open akan membuka ketika tidak ada arus mengalir pada kumparan, tetapi tertutup secepatnya setelah koil dialiri arus listrik.. Kontak
normally close akan tertutup apabila tidak ada arus
yang mengalir pada koil dan membuka ketika koil dialiri arus listrik.
Gambar 4 Kontak NC (Normally Close)
Gambar 5 Kontak NO (Normally Open)
2.5 Sensor Optocoupler
Optocoupler merupakan komponen
penggandeng (coupling) antara rangkaian input
dengan rangkaian output yang menggunakan media cahaya (opto) sebagai penghubung. Optocoupler
terdiri dari dua bagian yaitu transmitter dan receiver.
(a) (b)
Gambar 6 (a) Bentuk fisik sensor optocoupler
(b) Rangkaian dasar optocoupler
Transmitter merupakan bagian yang
terhubung dengan rangkaian input, berfungsi untuk mengirimkan sinyal kepada receiver.
Receiver merupakan bagian yang terhubung
dengan rangkaian output, dan berisi komponen penerima cahaya yang dipancarkan oleh transmitter. 2.6 LCD (Liquid Crystal Display)
LCD merupakan penampil dengan sistem termodul, yang dapat menampilkan karater angka dan teks (huruf).
Gambar 7 LCD M1632
LCD M1632 merupakan modul LCD matrik dengan konfigurasi 16 karakter x 2 baris dan terdiri dari 16 pin, yaitu delapan jalur hubungan data, tiga jalur hubungan kontrol, 3 jalur suplai daya dan pada modul LCD dengan fasilitas back lighting terdapat dua jalur suplai daya untuk back lighting sehingga LCD ini dapat ditampilkan dalam kondisi cahaya yang kecil (redup).
Gambar 8 Konfigurasi pin LCD M1632 2.7 Keypad 4x4
Keypad sering digunakan sebagi suatu input
pada beberapa peralatan yang berbasis mikroprosessor atau mikrokontroler. Keypad terdiri dari sejumlah saklar, yang terhubung sebagai baris dan kolom. Agar mikrokontroler dapat melakukan
scan keypad, maka port mengeluarkan salah satu bit dari 4 bit yang terhubung pada kolom dengan logika low “0” dan selanjutnya membaca 4 bit pada baris untuk menguji jika ada tombol yang ditekan pada
4 kolom tersebut. Sebagai konsekuensi, selama tidak ada tombol yang ditekan, maka mikrokontroler akan melihat sebagai logika high “1” pada setiap pin yang
terhubung ke baris.
(a) (b)
Gambar 9 (a) Bentuk fisik keypad 4x4 (b) Skema rangkaian keypad 4x4 2.8 Bahasa Pemrograman C
Bahasa C dikatakan sebagai bahasa pemrograman yang terstruktur, hal ini karena strukturnya menggunakan fungsi-fungsi sebagai program-program bagiannya (subrutine). Struktur penulisan bahasa C secara umum terdiri atas empat blok yaitu header, program utama, deklarasi konstanta global atau variabel, dan fungsi atau prosedur.
2.9 CodeVisionAVR
CodeVisionAVR merupakan salah satu
software compiler yang khusus digunakan untuk
mikrokontroller keluarga AVR. Dari bebarapa
software compiler C, CodeVisionAVR merupakan
yang terbaik jika dibandingkan dengan compiler
yang lain.
III. PERANCANGAN ALAT
3.1 Perancangan Perangkat Keras
PLN Rele KWh-meter MCB Beban Power Supply Sensor Display (LCD) Mikrokontroler ATmega8535 Keypad Fuse
Gambar 10 Rancangan plant kWh-meter digital
Penjelasan dari masing-masing blok sistem adalah sebagai berikut :
1. Listrik dari PLN yang akan dialirkan ke pelanggan (beban) terlebih dahulu dialirkan melalui MCB yang berfungsi sebagai
pembatas arus sekaligus pengaman bila terjadi short circuit.
2. Fuse berfungsi sebagai pengaman apabila
pada rangkaian kontrol terjadi short circuit.
3. Rele berfungsi sebagai penghubung atau pemutus aliran listrik dari PLN ke kWh-meter dan beban.
4. KWh-meter digunakan untuk mengukur dan menghitung energi listrik yang dikonsumsi sesuai dengan beban yang dipakai.
5. Rangkaian power supply berfungsi sebagai catu daya untuk rangkaian mikrokontroler dan unit sistem.
6. Mikrokontroller ATMega8535 berfungsi sebagai pusat kendali sistem dan diprogram dengan menggunakan bahasa C embedded. 7. Sensor optocoupler dipasang sedemikian
rupa pada kWh-meter untuk mendeteksi putaran piringan kWh-meter.
8. Keypad digunakan untuk proses isi ulang pulsa kWh.
9. LCD berfungsi untuk menampilkan hasil dari seluruh proses.
3.1.1 Rangkaian Suplai Daya
Gambar 11 Rangkaian suplai daya
Rangkaian suplai daya yang dibuat terdiri dari dua keluaran, yaitu 5V DC dan 12V DC. Keluaran 5V digunakan untuk menyuplai tegangan ke rangkaian mikrokontroler, sedangkan keluaran 12V digunakan untuk menyuplai tegangan ke rele 12V DC.
3.1.2 Rangkaian Mikrokontroler ATMega8535 Rangkaian ini berfungsi sebagai pusat kendali dari seluruh sistem. Port yang digunakan pada sistem yaitu port B (PB0..PB2, PB4..PB7) digunakan untuk modul LCD, port C (PC0..PC7) digunakan untuk mengambil masukan dari keypad, PD.2 sebagai port masukan dari output sensor
5 Gambar 12 Port mikrokontroler ATMega8535
3.1.3 Rangkaian Sensor Optocoupler
Sensor optocoupler berfungsi untuk mendeteksi putaran piringan kWh-meter. Output
sensor berupa perubahan logika dari low menjadi
high atau sebaliknya akan dihitung oleh mikrokontroler sebagai 1 putaran piringan.
Gambar 13 Penempatan sensor optocoupler
3.1.4 Rangkaian Keypad
Gambar 14 Rangkaian keypad
Pada saat saklar push button ditekan, rangkaian keypad ini akan mendeteksi perubahan logika dari high ke low (aktif rendah). Rangkaian ini terhubung ke PC.0…PC.7 dimana pin-pin kolom sebagai output dan pin-pin baris sebagai input. 3.1.5 Rangkaian LCD (Liquid Crystal Display)
LCD digunakan untuk menampilkan pilihan menu, proses isi ulang pulsa, dan menampilkan hasil akhir dari seluruh proses sistem yaitu berupa jumlah putaran piringan dan jumlah sisa pulsa (unit) kWh yang masih bisa digunakan.
Gambar 15 Rangkaian LCD M1632 3.1.6 Rangkaian Rele
Pada perancangan alat digunakan 2 buah rele yaitu rele 12V DC dan rele 220V AC. Aktifnya rele 12V DC akan mengaktifkan rele 220V AC yang akan menghubungkan atau memutuskan daya dari PLN ke kWh-meter dan beban. Hubungan rele yang digunakan adalah NO (normally open).
Gambar 16 Rangkaian rele 3.2 Perancangan Perangkat Lunak
Start
Baca Sisa Pulsa KWH
Sisa = 0 Unit Nonaktifkan Relay Baca Jumlah Putaran Piringan Jumlah Putaran = Jenis Putaran Pulsa KWH – 1 Jumlah Putaran = 0 Tampilkan ke LCD Ya Tidak Ya Tidak Tentukan Jenis Putaran Jalankan Alat
6 Pada saat rangkaian diberi daya listrik maka sistem akan langsung beroperasi dan membaca jumlah pulsa kWh-meter. Apabila sistem membaca jumlah pulsa kWh sama dengan nol, rele akan tetap off dan sistem berada pada kondisi stand by.
Apabila telah dilakukan pengisian pulsa, mikro memberikan logika high mengaktifkan transistor (saturation) sehingga rele on dan daya dari PLN akan mengalir ke kWh-meter dan beban. Kemudian sistem akan melanjutkan menghitung counter (putaran piringan) dan melakukan pengurangan jumlah pulsa kWh.
Pengurangan jumlah pulsa akan berlangsung terus menerus sampai jumlah pulsa sama dengan nol (habis), untuk melakukan penambahan (isi ulang) pulsa kWh dilakukan dengan menekan tombol isi ulang (keypad 4x4).
IV. PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA
4.1 Pengujian Rangkaian Suplai Daya
Pengujian dilakukan dengan mengukur tegangan keluaran menggunakan multimeter pada masing-masing port keluaran rangkaian. Dari hasil pengukuran diperoleh tegangan sebesar 4,97V DC pada port keluaran 5V dan diperoleh tegangan sebesar 11,96V DC pada port keluaran 12V. Hal ini menunjukkan bahwa rangkaian power supply ini telah bekerja dengan baik.
4.2 Pengujian Rangkaian Sensor Optocoupler Pengujian dilakukan dengan melakukan mengukur tegangan keluaran pada port keluaran sensor.
Tabel 1 Tegangan output sensor optocoupler
Kondisi Vout
Sensor terhalang 4,8 Volt
Sensor tidak terhalang 0,3 Volt
Hasil pengujian membuktikan bahwa rangkaian sensor telah berjalan dengan baik. Output
dari rangkaian ini yaitu berupa perubahan logika dari
high ke low atau sebaliknya akan menjadi input pada rangkaian mikrokontroler. Setiap perubahan logika yaitu dari high ke low atau sebaliknya akan dikenali oleh mikrokontroler sebagai satu putaran piringan. 4.3 Pengujian Rangkaian Keypad
Pengujian rangkaian keypad dilakukan dengan penekanan saklar push button pada keypad dan hasilnya akan ditampilkan pada display LCD M1632. Rangkaian keypad ini telah berjalan dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan perancangan alat.
4.4 Pengujian Rangkaian LCD
Rangkaian LCD ini terhubung dengan mikrokontroler ATMega8535 melalui PB.0...PB.2 dan PB.4…PB.7. Didalam modul LCD M1632 sudah tersedia mikrokontroler HD44780 sehingga AVR ATMega8535 tidak perlu lagi mengatur scanning pada layar LCD. Mikrokontroler hanya mengirim data-data ASCII yang merupakan karakter yang akan ditampilkan pada LCD atau perintah yang mengatur proses tampilan pada LCD saja.
Dari hasil pengujian terbukti bahwa modul LCD M1632 telah mampu menampilkan setiap karakter dari penekanan tombol keypad.
4.5 Pengujian Rangkaian Rele
Rele 12V DC dikontrol oleh mikrokontroler dan aktif apabila mikro memberikan logika high, yaitu pada saat sisa pulsa kWh tidak sama dengan nol. Aktifnya rele 12V DC akan mengaktifkan rele 220V AC yang akan menghubungkan daya dari PLN ke kWh-meter dan beban, dimana hubungan yang digunakan adalah normally open (NO).
Pengujian rangkaian rele dilakukan dengan memberikan program pada mikro. Rangkaian rele ini terhubung dengan PD.3 mikrokontroler. Dari hasil pengujian terbukti bahwa rangkaian ini telah berjalan dengan baik.
4.6 Pengujian Sistem
Pengujian dilakukan dengan memberi beban berupa bohlam dengan variasi beban mulai dari 100W sampai 1000W. Data hasil pengujian berupa waktu yang diperlukan oleh sistem untuk mengurangi jumlah pulsa kWh-meter sebesar 1 unit dan 2 unit untuk setiap variasi beban dan jenis putaran yang dipilih.
Hasil pengujian ini dibandingkan dengan hasil perhitungan menurut rumus :
W = P x t ……….… (pers 4.1) Dimana :
W : Watthour (Wh) P : Daya beban (Watt) t : Waktu (Jam)
Karena kWh-meter yang digunakan mempunyai spesifikasi 900 putaran per kWh, maka perhitungan yang dilakukan disesuaikan dengan spesifikasi tersebut.
7 Tabel 2 Perbandingan waktu hasil pengujian dan
perhitungan untuk W = Wh
Gambar 18 Kurva karakteristik beban terhadap waktu untuk W = Wh
Dari tabel dan grafik diatas terlihat bahwa sistem berjalan dengan baik dan stabil, terdapat selisih antara data hasil pengujian dengan data hasil perhitungan, tetapi nilainya cukup kecil.
Tabel 3 Perbandingan waktu hasil pengujian dan perhitungan untuk W = Wh
Gambar 19 Kurva karakteristik beban terhadap waktu untuk W = Wh
Dari tabel dan grafik perbandingan hasil pengujian dan perhitungan di atas terlihat bahwa sistem telah berjalan dengan baik dan stabil, terdapat selisih nilai (waktu) yang cukup kecil.
Dari hasil pengujian terlihat bahwa dengan beban yang semakin besar maka waktu yang diperlukan untuk menghabiskan pulsa kWh (unit) semakin sedikit. Hal ini karena dengan semakin besar beban maka putaran piringan kWh-meter semakin cepat.
Dari hasil pengujian dan hasil perhitungan diperoleh selisih (error) sebagai berikut :
Tabel 4 Selisih (error) antara hasil perhitungan dengan pengujian Beban (Watt) Error (%) Jenis Putaran 1 Jenis Putaran 2 100 5,06 2,49 200 5,55 3,5 300 7,05 3,97 400 5,9 6,25 500 8,38 7 600 8,4 6,9 700 7,01 5,24 800 6,8 5,8 900 1,12 1,57 1000 3 1,75
Prototype sistem cukup stabil, namun dari
seluruh hasil pengujian apabila dibandingkan dengan hasil perhitungan terdapat error (kesalahan) rata-rata, yaitu sebesar 5,14 %. Kesalahan ini terjadi karena kalibrasi kWh-meter yang kurang baik (penempatan piringan kWh-meter) dan respon penekanan
stop-watch yang kurang tepat untuk pengukuran waktu
8
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil perancangan alat hingga pengujian dan pembahasan maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. KWh-meter konvensional dapat diubah menjadi kWh-meter digital dengan menambahkan beberapa rangkaian kontrol dan unit sistem berupa mikrokontroler ATMega8535 sebagai pusat kendali sistem, sensor optocoupler untuk mendeteksi putaran piringan kWh-meter, LCD sebagai display
dan keypad 4x4 untuk proses isi pulsa kWh. 2. Sensor optocoupler mampu mendeteksi
putaran piringan kWh-meter analog dengan baik.
3. Logika yang dihasilkan oleh output dari
optocoupler akan dikirimkan ke
mikrokontroler dimana setiap perubahan logika high (1) menjadi low (0) dihitung oleh mikrokontroler sebagai 1 putaran piringan. 4. Pada mikrokontroler ATMega8535 terdapat
EEPROM yang dapat mempertahankan data meskipun terjadi pemutusan catu daya. 5. Dari hasil pengujian terlihat bahwa prototype
sistem cukup stabil, namun dari seluruh hasil pengujian apabila dibandingkan dengan hasil perhitungan terdapat error sebesar 5,14 %, hal ini karena kalibrasi kWh-meter yang kurang baik (penempatan piringan kWh-meter) dan respon penekanan stop-watch
yang kurang tepat untuk pengukuran waktu setiap pengurangan jumlah token kWh-meter. 5.2 Saran
Setelah melakukan penelitian, diperoleh beberapa hal yang dapat dijadikan saran untuk dilakukan penelitian lebih lanjut yaitu :
1. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan dengan membandingkan hasil perancangan alat pada tugas akhir ini dengan salah satu jenis kWh-meter prabayar PLN.
2. Penambahan timer untuk pengukuran waktu setiap pengurangan jumlah pulsa kWh akan mendapat data yang lebih akurat.
3. Penelitian dapat dilakukan dengan berbagai macam jenis beban yaitu beban induktif, kapasitif, dan kombinasi dari kedua jenis beban tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Nishino. O, Pengukuran dan Alat-alat Ukur
Listrik, Cetakan Pertama, Jakarta : PT Pradnya
Paramita, 1974.
[2] Amirrudin. A, Sistem Hardware KWH Meter
Prabayar PT. PLN UPJ Jatiwangi, Laporan
Kerja Praktek, Universitas Komputer Indonesia, 2009.
[3] Wardhana. L, Belajar Sendiri Mikrokontroler
AVR Seri ATmega8535, Yogyakarta : Penerbit
Andi, 2006.
[4] Heryanto. M. Ary, Adi. Wisnu. P,
Pemrograman Bahasa C untuk Mikrokontroler
ATmega8535, Yogyakarta : Penerbit Andi,
2008.
[5] Kilian. Cristopher. T, Modern Control
Technology, West Publishing Co, 1996.
[6] Malvino, Prinsip-prinsip Elektronika, Edisi III, Jilid 1, Jakarta : Gramedia Pustaka Umum, 1985.
[7] Datasheet LCD LM1632.
[8] Solichin. A, Pemrograman Bahasa C dengan
Turbo C, Artikel IlmuKomputer.com, 2003.
[9] ---, CodeVisionAVR User Manual, Version 2.05.3, HP Info Tech. 2008. BIOGRAFI PENULIS Pasurono (L2F006069) Dilahirkan di Kebumen, 25 Agustus 1988, menempuh pendidikan di SD 1 Pagedangan, SMP 1 Kutowinangun, SMA 1 Kutowinangun, dan saat ini sedang melanjutkan studi S1 di jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang angkatan 2006 dengan konsentrasi Teknik Energi Listrik.
Mengetahui dan mengesahkan, Dosen Pembimbing I Susatyo Handoko,ST, MT NIP. 197305262000121001 Tanggal: Februari 2013 Dosen Pembimbing II Iwan Setyawan, ST, MT NIP. 197309262000121001 Tanggal: Februari 2013