Gaya dan Format
Berkala Ilmiah Idaman
Mien A. Rifai
Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia
n.a. “Herbarium Bogoriense” Puslit Nasional Biologi LIPI, Jalan Raya Juanda 22, Bogor
Pendahuluan
Koleksi berkala asing yang dimiliki perpustakaan mapan pasti dikemas dan ditata berjejer yang menawarkan pemandangan yang meyakinkan akan bobot kandungan keilmiahan sebagai penyimpan khasanah kecendekiaan. Setiap jilid berkala-berkala yang sejenis pasti dibundel dalam ukuran dan ketebalan serta diberi bersampul sehingga semuanya serba seragam yang mengesankan kemewahan, kemapanan dan keterpelajaran. Oleh karena itu tidaklah
mengherankan jika potret wisuda sarjana baru sering diberi berlatar belakang koleksi buku dan berkala seperti itu.
Banyak hal yang terinferensikan dari citra kemapanan yang tersaksikan tersebut. Di tinjau dari kata mata penyuntingan akan segera terungkap bahwa berkala ilmiah tadi telah diproduksi secara mapan, teratur, tertib, dan sepenuhnya mengikuti tradisi dan pedoman penerbitan jurnal ilmiah yang boleh dikatakan berlaku secara universal. Kegunaan dan kenyamanan pemanfaatan berkala ilmiah sebagai sarana komunikasi dan gudang penyimpan khasanah pengetahuan, ilmu, dan teknologi yang terkuasai memang tidak hanya ditentukan oleh mutu bobot kandungan isinya tetapi juga oleh gaya dan format dalam memeroduksinya. Keputusan penentuan gaya dan format yang dipilih memang harus dilakukan secermatnya dengan penuh pertimbangan oleh penyunting, penerbit, dan pencetak dengan satu tujuan bersama: melayani kebutuhan pembaca, pustakawan, dan bibliografer. Untuk itu kejelasan, kelugasan, keringkasan, ketepatan, serta keutuhan ataupun kelengkapan informasi perlu diutamakan, yang semuanya dapat dicapai dengan menaati gaya dan fomat yang dipakai.
Dari uraian ini terlihat betapa pentingnya peran penyunting untuk mencapai kemapanan yang didambakan dan diidealkan tersebut. Untuk kita di Indonesia masalah besar lalu muncul, karena dari suatu kajian yang diadakan DIKTI pada tahun 1991-1993 terungkap bahwa
penyunting (atau editor, atau redaktur) merupakan komoditas langka. Profesi, fungsi, tugas, hak, berikut tanggung wajib (accountability) dan tanggung jawab (responsibility) penyunting tidak dikenal, tidak dimengerti, sehingga juga tidak disayangi, dan diduga disalahgunakan. Sebagai akibatnya kiprahnya tidak selalu sesuai dengan perilaku sesama mitranya di dunia internasional. Oleh karena itu terbitan yang dihasilkan di Indonesia (baik berkala maupun buku, apalagi yang beradjektif ilmiah) pada umumnya boleh dikatakan belum disunting secara profesional sehingga hasilnya tidak mengundang orang untuk membaca dan menyenanginya. Masih perlu dikaji
apakah kekurangan-kekurangan ini juga ikut menyumbang pada rendahnya minat baca bangsa Indonesia, apalagi setelah disaingi produk audio-visual elektronik yang lebih memesonakan.
Luasnya pemakaian buku-buku The Chicago Style Manual yang dikeluarkan University of Chicago Press dan Copy Editing: The Cambridge Handbook for Editors, Authors and
Publishers terbitan Cambridge University Press yang sangat terkenal dan bersifat autoritatif,
semakin hari semakin membakukan corak dan penampilan susunan, gaya, dan format berkala ilmiah. Begitu pula diterapkannya standar-standar yang dikeluarkan International Organization of Standardization (ISO standards) yang terkait telah ikut meningkatkan penyeragaman tadi. Makin meluasnya penerimaan buku Scientific Style and Format: The CBE Manual for Authors,
Editors, and Publishers di kalangan ilmuwan dan pandit telah pula ikut melestarikan tradisi yang
membudaya.
Berikut ini secara terlepas-lepas akan dicoba disoroti sekumpulan masalah yang berkaitan dengan penyuntingan dalam upaya memantapkan kegiatan penerbitan Indonesia, khususnya yang berhubungan dengan gaya dan format bidang permajalahan. Sebelum itu agaknya perlu
disepakati dulu bahwa yang dimaksud dengan gaya (style) adalah konvensi tata keseragaman dalam tulis-menulis, yang antara lain meliputi penggunaan tanda baca, pengapitalan nama atau istilah tertentu, pemiringan huruf, pengejaan kata majemuk, saat tepat penggunaan angka atau singkatan, serta juga mencakup kebiasaan penulis/penyunting menyajikan naskah, merancang tabel dan indeks, dan menulis bibliografi serta catatan kaki sesuai dengan bidang
kespesialisannya. Adapun format (format) adalah pola yang dimapankan oleh bentuk, ukuran, lebar pinggir, dan penempatan bagian tercetak, serta juga pemilihan tipe huruf, yang kesemuanya tertuang secara harmonis, selaras, dan berimbangan sehingga dihasilkan halaman yang sedap dipandang.
Penjatidiri Berkala
Identitas berkala dilakukan melalui judul dan nomor registrasi. Judul berkala hendaklah cukup panjang untuk mencerminkan cakupan dan isi berkala, tetapi pendek sehingga tidak menjengkelkan orang yang merekamnya saat menyusun bibliografi. Judul yang terdiri atas satu kata dapat saja dipakai karena bisa diperkuat dengan subjudul yang mencerminkan ranah berkala. Akan tetapi singkatan atau akronim supaya dihindari karena sering tidak berarti bagi orang di luar bidangnya. Idealnya panjang judul tadi janganlah lebih dari 80 ketukan sesuai dengan kemampuan komputer untuk menampilkannya dalam satu baris.
Keunikan judul harus dijaga sehingga janganlah sampai menyerupai judul yang sudah dipakai berkala atau dimiliki penerbit lain. Kesamaan judul sangat merugikan pemajuan ilmu karena pasti membingungkan pembaca, pustakawan maupun bibliografer, dan dalam jangka panjang dapat menyentuh masalah hak cipta sehingga bisa jadi perkara. Informasi keterisian suatu nama dapat diminta pada PDII yang di Indonesia berkewajiban mendata dan menerbitkan ISSN.
Bentuk, ukuran format, dan penempatan yang sama harus dipakai setiap kali nama judul dipergunakan pada kesempatan pemakaian berulang (berturut-turut di sampul, punggung,
halaman judul, panji-panji, kepala surat, ruang kerja penyunting, papan nama kantor berkala, dan lain-lain). Lokasi dan tipografi judul harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak meragukan atau dikacaukan dengan teks yang ada di dekatnya. Bentuk akronim atau nama penerbit harus dijauhkan agar tidak dikira merupakan bagian daripada nama judul.
Selain judul, jatidiri berkala dapat pula diketahui dari registrasi yang dianutnya. ISSN adalah sistem registrasi internasional berupa nomor kode 8-digit yang secara unik bisa dipakai untuk mengetahui identitas judul berkala. Judul jurnal juga bisa diidentifikasi melalui suatu pengenal unik yang terdiri atas 6 huruf yang dikeluarkan oleh International CODEN Service, c/o Chemical Abstracts Service, PO Box 3012, Colombia OH 43210, USA. Berkala Mycotaxon, sebuah jurnal internasional tentang taksonomi dan tata nama jamur yang terbit di Ithaca New York, misalnya, di samping memiliki nomor ISSN 0093-4666 juga masih mencantumkan MYXNAE sebagai kode CODENnya.
Macam Rubrik sebagai Unsur Penjatidiri Berkala
Artikel penelitian
Bagian terbesar isi berkala ilmiah umumnya diduduki oleh artikel penelitian. Karena besarnya variasi yang terbuka oleh banyaknya macam disiplin ilmu, semula banyak sekali format yang diperlukan untuk menampung keanekaragaman yang dijumpai. Akan tetapi kesamaan pendekatan permasalahan tujuan bersamanya telah menumbuhkan konvergensi dalam pelaporan hasil kegiatannya. Sebagaimana diketahui kegiatan ilmiah dalam hampir semua ilmu biasanya dimulai dari pernyataan masalah yang dihadapi serta kemungkinan pemecahan yang bisa dilakukan yang melahirkan akan asumsi positif dan negatif. Disusunlah pendekatan untuk mengumpulkan data pengukuh atau penggoyah hipotesis yang barangkali diajukan, yang memungkinkan dilakukannya pencermatan penelaahan atau pengamatan terhadapnya untuk kemudian dibahas berdasarkan peta kemajuan terakhir yang sudah dicapai para peneliti lain, sehingga kegiatan analisis dan sintesis tadi menghasilkan simpulan dan perampatan.
Kelogisan pendekatan yang bersifat universal ini menyebabkan terjadinya pembagian dan pengurutan penyajian laporan penelitian yang semakin hari semakin membaku. Terciptalah tradisi yang memulai penulisan dari 1) pendahuluan (introduction) tempat pembaca diantar langsung pada inti persoalan yang ditangani, sehingga masalah diungkapkan dan state-of-the-art kemajuannya yang terdapat dalam kepustakaan diulas serta hipotesis (kalau ada dan diperlukan) dikemukakan, diikuti dengan 2) pendekatan untuk mengemukakan teori dan kerangka pikir atau prosedur pemecahan yang diusulkan dengan dilengkapi informasi tentang lokasi, waktu, bahan, dan metode (materials and methodes) yang dipakai, dilanjutkan dengan pemaparan 3) hasil (result) yang menggelarkan data dan informasi yang telah ditelaah dan dianalisis, yang kemudian diteruskan dengan 4) pembahasan (discussion) untuk melakukan perbandingan dan sintesis yang meliputi hasil penelitian dan pemikiran mutakhir yang terdapat dalam kepustakaan, serta ditutup dengan perampatan dan penyimpulan, lalu umumnya diakhiri dengan 5) pengacuan pada sumber bacaan (references).
Lahirlah pola IMRDR yang sudah sangat umum dipakai––terutama dalam bidang ilmu-ilmu eksakta––sehingga menjadi sangat terkenal. Kemudian kespesialisan berkala berdasarkan sesuatu disiplin ilmu yang ingin dilayaninya telah menumbuhkan keseragaman gaya dan format yang pada gilirannya lalu melahirkan gaya selingkung yang khas untuk berkalanya.
• Untuk mengefisienkan kegiatan ilmuwan dalam mengembangkan, memajukan, menguasai, dan menerapkan ilmu, secara universal gaya penulisan artikel penelitian sebagai pelaporan akhir kegiatan ilmiah memang sudah dimapankan mengikuti suatu tradisi yang panjang. Ketepatan, kelugasan, keringkasan, kejelasan, dan ketaatasasan
merupakan ciri khas yang sangat dihormati orang untuk memudahkan komunikasi antarilmuwan. Oleh karena itu segala sesuatu yang dapat dibakukan pasti sudah
dilakukan orang, yang semakin hari semakin ketat pelaksanaannya. Sekalipun demikian perubahan selalu terjadi sehingga pelbagai kecondongan harus terus dicermati dan diikuti jika diinginkan bahwa hasil jerih payah kegiatan seseorang sebagai ilmuwan dapat merupakan sumbangan nyata untuk kemajuan ilmu.
• Perlu disadari bahwa dalam dunia banjir informasi ilmiah seperti sekarang, hanya judul tulisan seseorang sajalah yang mungkin akan pernah dibaca orang. Oleh karena itu waktu khusus harus disediakan secukupnya buat memikirkan penyusunan bunyi judul yang secara efektif menggambarkan keseluruhan isi naskah. Sehubungan dengan itu judul suatu tulisan dalam jurnal ilmiah diharapkan pendek (8 patah kata dalam bahasa Jerman, 10 dalam bahasa Inggris, dan 12 untuk bahasa Indonesia, atau maksimum 80 ketukan pada keyboard), sehingga sekali dibaca langsung dapat dimengerti isi dan maksudnya. Beberapa jurnal mengharuskan penulis memasok judul pelari (terdiri atas 3 – 5 kata, atau sekitar 50 ketukan pada keyboard bila bersama nama penulisnya) untuk dicantumkan di halaman kanan atas jurnal berselingan dengan nama jurnal di halaman kirinya.
• Nama penulis (-penulis) – yang harus selalu sama bentuk dan pengejaannya – dan nama
lembaga tempat kegiatan yang dilaporkan dilakukan (lengkap dengan alamat posnya)
harus dicantumkan secara jelas untuk memfasilitasi pengakuan hak atas kepengarangan dan hak kepemilikan serta memudahkan komunikasi. Tulisan dalam beberapa jurnal di Indonesia terkadang belum dapat dikatakan sudah merupakan bylined article, sebab baris
kepemilikan yang dicantumkan sering lebih berfungsi sebagai ajang pameran pangkat dan
jabatan serta gelar, alih-alih untuk memudahkan korespondensi, atau memberikan akreditasi dan persantunan pada lembaga tempat suatu penelitian dilaksanakan. Dari sini dapatlah dimengerti jika sekarang ada jurnal yang meminta dicantumkan pula alamat
e-mail penulis artikel.
• Dalam kaitannya dengan baris kepemilikan ini perlu dicamkan bahwa hanya mereka yang memiliki saham nyata dan terukurkan yang berhak tercantum namanya sebagai penulis sesuatu naskah. Salah satu masalah yang sering dihadapi kalangan penulis karya ilmiah di Indonesia adalah pembagian hak kepengarangan, karena sering disalahgunakan oleh beberapa pihak. Landasan sumbangan kecendekiaan sebagai titik tolak penentuan peran seseorang dalam memerjuangkan hak kepengarangan pada suatu kegiatan ilmiah, merupakan salah satu pendekatan yang perlu dipahami dan dihormati oleh semua pihak. Seperti pernah diungkapkan dalam jurnal ilmiah Nature 352: 187. 18 Juli 1991, memang sulit menentukan pengarang senior vs. junior, anggota staf vs. tamu peneliti, dana vs. waktu, dan sakit pinggang vs. sakit kepala vs. sakit hati. Oleh karena itu dicoba
diformulasikan suatu sistem skor untuk menentukan posisi seseorang dalam urutan hak kepengarangan suatu karya ilmiah. Bila dihadapi masalah dalam kaitan pembagian atau penentuan hak kepengarangan ini, maka sistem skor seperti dirinci dalam lampiran mungkin akan dapat menolong mencari jalan keluar.
• Bergantung macam dan corak disiplin keilmuannya, garis besar kerangka pembaban tulisan dalam jurnal ilmiah secara universal sudah tersepakati sehingga membaku pula.
Abstrak yang terdiri atas sekitar 200 kata dan umumnya disajikan dalam satu paragraf 4
(jarang digantikan dengan summary atau ringkasan yang dapat memuat 500 kata dalam beberapa paragraf) dan kata kunci (dalam bahasa Inggris) yang disiapkan dengan rapi sekarang merupakan kemutlakan. Ini disebabkan karena abstrak dan terutama kata kunci dapat membantu memerluas keteraksesan sesuatu tulisan ke tengah khalayak pembacanya yang menjadi sasaran di seantero jagad melalui pemindaian oleh komputer di internet. • Pendahuluan untuk mengantarkan permasalahan secara langsung pada pembaca pasti
selalu ada, sekalipun judul ‘pendahuluan’ mungkin ditiadakan atau diganti dengan istilah lain. Persoalan pokok agar dikemukakan sebagai alasan dilakukannya penelitian atau penulisan artikel, umumnya dengan mengacu pada perkembangan pemikiran mutakhir (seperti diperlihatkan oleh khasanah kepustakaan dalam 5 – 10 tahun terakhir) sebagai pembanding untuk menunjukkan peta terra incognita yang mau dijelajah. Pengacuan harus bersifat kritis dan total namun tidak perlu ekstensif agar tidak terjadi pengulangan dalam pembahasan. Tinjauan pada pustaka harus menyeluruh tetapi tidak perlu lengkap dan tuntas, apalagi karena sekarang tidak ada satu pun jurnal ilmiah yang bertoleransi terhadap bab yang bertajuk ‘tinjauan pustaka’. Bila diperlukan hipotesis dapat disajikan, walaupun sekarang orang lebih sering mengutarakannya secara tersirat terutama pada tulisan yang pendahuluannya pendek.
• Jika relevan pertelakan secara objektif pendekatan, landasan teori, kerangka pikir, bahan, lokasi, cara atau teknik (terutama dalam memeroleh sumber dan menganalisis data), serta instrumen (peranti keras dan lunak) utama yang dipakai. Ukuran keluasan cakupan bahan
dan metode yang disajikan adalah kecukupan untuk memungkinkan orang lain
mengulang kegiatan penelitian, percobaan, atau penelaahan guna mendapatkan hasil atau simpulan serupa. Dalam ilmu-ilmu kemanusiaan dan kemasyarakatan, uraian panjang tentang latar belakang lokasi dan objek penelitian terkadang sangat diperlukan. • Penyajian hasil merupakan inti tulisan ilmiah, sebab memuat data dan informasi
terkumpulkan, analisis (yang harus mendalam) sesuai dengan pendekatan, dan penafsiran serta sintesisnya, yang semuanya kemudian dipakai sebagai dasar penyimpulan,
pengikhtisaran, perampatan, atau pencetusan teori baru. Oleh karena itu penyajiannya harus bersistem berdasarkan oleh data yang diolah, dan lengkap didukung dengan grafik, tabel, dan ilustrasi lain sesuai dengan kebutuhan.
• Pembahasan yang leluasa namun terkendali dilakukan terhadap hasil yang terkumpulkan, umumnya dengan mengaitkannya pada simpulan, pendapat, teori-teori dan segala hasil orang lain yang sudah ada dalam terbitan mutakhir, untuk kemudian disimpulkan menjadi perampatan atau teori umum yang baru dan luas. Oleh karena itu dapatlah dimengerti jika pustaka yang terkait dibicarakan (dan diacu dengan sistem yang membaku) serta
diperbandingkan untuk menunjukkan makna kecendekiaan simpulan penelitian yang dicapai. Dengan demikian besar delta atau signifikansi kontribusi baru yang
disumbangkan artikelnya untuk memajukan ilmu dan teknologi jelas terlihat. Perlu disadari bahwa banyak artikel penelitian yang ditulis peneliti Indonesia tidak disertai pembahasan sebab terlalu keasyikan membicarakan hasil penelitiannya sendiri dan lupa membandingkannya dengan khasanah pengetahuan yang ada. Pengacuan pada artikel penelitian peneliti lain harus dilakukan secara langsung dan tidak boleh lewat pinjaman (yang di Indonesia umum dilakukan dengan menulis ‘Menurut si Badu dalam si Dadap’)
untuk menghindari kesalahan yang dapat fatal. Karena buku teks merupakan tulisan yang dimaksudkan untuk mendidik mahasiswa, maka buku teks tidak layak diacu dalam pembahasan ataupun dalam naskah artikel penelitian. Dalam karya ilmu-ilmu eksakta sering dirasakan keuntungannya untuk menyatukan hasil dan pembahasan dalam satu bab sehingga kelogisan alur penyajian tidak terputus.
• Secara umum dapat dikatakan bahwa kebanyakan jurnal ilmiah internasional tidak mengharuskan penyumbang karangan membuat bab simpulan (apalagi saran) secara tersendiri. Saran merupakan khas Indonesia mungkin terkena pengaruh asas manfaat bersifat antroposentris yang digalakkan oleh sumber dana projek pembangunan yang dipakai untuk membiayai penelitiannya. Walaupun disajikan dengan pola yang berbeda-beda – dan terkadang bahkan ditonjolkan dalam bab tersendiri – persantunan
(acknowledgement) umumnya selalu ada, terutama kepada pihak penyandang dana. • Rekaman terhadap perujukan atau pengacuan pada pustaka mutlak harus disajikan secara
bertaat asas dan membaku. Sumber acuan primer dan kemutakhiran kepustakaan masih merupakan suatu desiderata di Indonesia sehingga harus diwaspadai para penulis, dan terutama oleh para penyunting agar sumbangsih ilmiah jurnalnya memunyai makna yang lebih berbobot. Gaya penyajian bibliografi, daftar rujukan atau pustaka acuan pun akhir-akhir ini mulai berbeda, lebih dikembangkan ke arah kesederhanaan untuk menghemat waktu.
Artikel ulasan (review article)
Pendekatan pengulasan dan penelaahan banyak dilakukan orang dalam penelitian humaniora dan kemasyarakatan. Bahan baku utamanya sering berupa bacaan kepustakaan yang luas, sehingga banyak orang menafsirkan bahwa mutu kecendekiaan artikel ulasan tidaklah sama dengan artikel penelitian. Anggapan penuh prasangka tersebut terjadi karena memang banyak artikel ulasan yang ditulis ilmuwan dan pandit Indonesia yang tidak jelas makna dan arti sumbangan ilmiahnya bagi kemajuan ilmu, sebab sering tidak ada pendapat, pemikiran, pandangan, dan gagasan yang baru untuk ilmu yang disumbangkannya.
Sebenarnya artikel ulasan yang direncanakan dan disusun secara cermat dapat memunyai susunan argumentasi kritis seperti sebuah artikel hasil penelitian. Pendahuluan yang
mengantarkan pembaca pada masalah yang dihadapi berikut tinjauan dan telaahan pada pustaka yang ada, memang tidak berbeda banyak dengan pendahuluan artikel penelitian. Uraian tentang pendekatan yang diambil dalam mengupas permasalahan dan standar yang diterapkan dalam memilih bahan pustaka akan memungkinkan artikel ulasan memiliki derajat keintelektualan yang sama dengan pembakuan material dan metode yang dipakai dalam laporan penelitian. Dalam kegiatan ilmiah yang dilakukan buat mendasari artikel ilmiah dan artikel ulasan pasti telah terhimpun hasil yang sama-sama dapat diandalkan kesahihannya. Dengan demikian pembahasan yang dilakukan dalam membincangkan dan membandingkannya terhadap paparan masalah yang sudah terkumpul dalam pustaka yang diacu dalam tulisan artikel ulasan akan dapat menyamai ‘hasil dan pembahasan’ yang dilakukan dalam pelaporan hasil penelitian.
Sekali lagi perlu ditekankan bahwa nilai dan mutu ilmiah sebuah artikel ulasan sangat bergantung kepada besarnya pengungkapan pendapat, gagasan, dan hasil pemikiran yang betul-betul baru sehingga secara nyata menyumbangkan sesuatu untuk memajukan frontir ilmu.
Surat kepada penyunting (letters to the editor)
Sebagian terbesar tulisan yang dimuat berkala ilmiah terkenal Nature merupakan hasil penelitian sangat orisinil yang dikemas secara pendek dalam bentuk surat. Bobot keintelektualan surat-surat tadi tidak pernah diragukan orang. Nilai karya ilmiah memang tidak ditentukan oleh panjang artikel yang melaporkannya tetapi betul-betul diukur dari makna kontribusi orisinalnya dalam memajukan dunia ilmu. Dalam bidang yang memerlukan kecepatan penyampaian
informasi artikel pendek merupakan pilihan yang tepat sambil menunggu penyelesaian keseluruhan laporan lengkap penelitiannya.
Di Indonesia berkala Berita Biologi dan Floribunda berturut-turut secara teratur memuat ‘Surat Kepada Berita Biologi’ dan ‘Epistolae Botanicae’ yang dimodelkan pada Letters to the
Editors berkala Nature tersebut. Isinya memang memuat temuan-temuan orisinial, beberapa di
antaranya diangkat dari tesis mahasiswa sehingga sangat bermakna untuk memajukan ilmu.
Editorial (Editorial)
Pada umumnya berkala ilmiah Indonesia tidak memuat tajuk rencana atau editorial, sekalipun banyak sekali berkala yang mengira melakukannya. Akan tetapi isi tulisan yang mereka sebut editorial itu lebih sering hanya berisi permintaan maaf karena dalam terbitan yang terlambat dikeluarkannya, atau pemberitahuan termuatnya karangan ini dan itu tulisan si badu dan si polan dalam suatu terbitan. Padahal yang dimaksud dengan editorial adalah kupasan ilmiah berbobot tentang sesuatu masalah (yang mungkin berkaitan atau tidak berkaitan sama sekali dengan artikel-artikel yang dimuat dalam terbitan termaksud) yang dipenuhi gagasan pemikiran serba orisinal dan dilakukan dengan gaya kunci nada yang berakibatan dan berdampak luas. Editorial yang baik umumnya tertampung dalam satu halaman tetapi tidak pernah lebih dari dua halaman.
Timbangan buku
Pemuatan timbangan buku merupakan ciri berkala ilmiah sebagai bukti penunaian
baktinya dalam merekam jejak langkah kemajuan pengetahuan, ilmu dan teknologi dalam bidang yang digelutinya. Ulasan buku yang baik umumnya berisi padangan si penelaah mengenai
kebaruan pendekatan atau pemikiran dan temuan-temuan yang dipaparkan di dalamnya dan makna sumbangannya bagi kemajuan ilmu, atau dengan perkataan lain relung yang ditempati buku tadi dalam upaya pemacuan penguasaan bidang ilmu yang dijadikan pumpunan
kandungannya. Kekurangan dan kesalahan lain buku yang dijumpai penelaah perlu pula
diutarakan untuk membantu upaya penyempurnaannya pada edisi-edisi berikutnya, dan dengan demikian berfungsi sebagai penuntun pembaca dalam memutuskan membeli buku itu atau tidak.
Obituari
Riwayat hidup seorang tokoh yang baru meninggal dunia merupakan rubrik yang sangat bermanfat untuk mengungkapkan sepak terjang kecendekiaannya yang dapat dijadikan suri teladan oleh generasi ilmuwan mendatang. Sebagai salah satu bentuk penghormatan terakhir bagi yang bersangkutan, jasa-jasa besarnya terhadap kemajuan ilmu dan kemanusian dapat diuraikan yang umumnya dibuktikan dengan senarai panjang karya ilmiah yang sudah dihasilkannya selama hayatnya. Pemuatan obituari sering dilengkapi dengan foto terakhir tokoh yang bersangkutan.
Catatan tentang Gaya Penyajian Rubrik
Perlu disadari bahwa gaya penulisan dapat memengaruhi substansi suatu karya ilmiah dan dengan demikian mutu berkala yang memuatnya, yang dapat disebabkan karena banyaknya hambatan budaya dalam pola penelitian yang dilakukan di Indonesia, antara lain:
• kekurangberanian untuk menganalisis secara mendalam hasil yang diperoleh
• ketiadaan sintesis melebar dengan membandingkan hasil dengan 'mencakup' hasil penelitian lain, meminjam dari budaya lain, mengambil dari waktu lain, memanfaatkan disiplin lain, ataupun mengacu pada pengalaman ilmuwan lain yang sudah ada dalam khasanah pustaka mutakhir
• ketakutan mengambil perampatan meluas untuk menyusun grand theory • kesempitan sudut pandang pembatasan cakupan oleh judul yang mengungkung • keterbatasan aspirasi yang terkadang sangat melokal dan tidak menasional apalagi
mengglobal.
Untuk itu perlu dipikirkan untuk meningkatkan mutu berkala, antara lain dengan melebarkan aspirasinya. Secara umum suatu berkala ilmiah dikatakan beraspirasi internasional jika memenuhi ketentuan berikut:
• Ditulis dalam salah satu bahasa PBB sehingga memiliki cakupan pembaca yang luas. Berkala yang mengkhususkan diri pada telaahan mendalam tentang seluk-beluk suatu bahasa lokal spesifik bukan bahasa PBB yang secara luas diminati pakar ilmu internasional dengan sendirinya dapat menggunakan bahasa termaksud.
• Memuat artikel yang berisi sumbangan nyata bagi kemajuan suatu disiplin ilmu yang banyak diminati ilmuwan sedunia.
• Penerbitannya dikelola secara terbuka sehingga melibatkan dewan penyunting dari berbagai penjuru dunia, atau paling tidak setiap artikelnya diolah oleh pakar-pakar internasional melalui sistem penelaahan oleh mitra bestari dunia secara anonim.
• Penyumbang artikelnya berasal dari pelbagai negara yang lembaga-lembaganya memiliki pakar yang berspesialisasi dalam bidang kekhususan berkala.
• Sejalan dengan itu persebaran berkalanya juga mendunia karena dilanggan oleh pebagai lembaga dan pakar dari berbagai negara yang berminat pada disiplin ilmu termaksud. Dalam kaitannya dengan gaya penulisan ini perlu diketahui bahwa aspirasi masa depan penyuntingan jurnal ilmiah yang dianjurkan secara global akhir-akhir ini ditujukan pada:
• konvergensi gaya –– untuk memudahkan lalu lintas naskah antar disiplin ilmu, antar bidang, antar jurnal
• penyeragaman dan penyederhanaan cara pengacuan kepustakaan –– sedang diamati preferensi dan frekuensi pemakaian catatan kaki vs. catatan akhir (umum dipakai dalam bidang sosial dan humaniora, sistem acu-urut vs. nama-tahun (atau pola Vancouver vs. pola Harvard).
• penyederhanaan aturan gaya –– diperbolehkannya pemakaian angka untuk semua pengacuan pada jumlah atau nomor dari 1 – ad libitum jadi tidak hanya terbatas pada 1 – 9 saja,
pemiringan semua nama ilmiah dan tidak terbatas hanya pada nama marga (genus) dan jenis (species) tetapi disertai penanggalan nama pengarangnya
• penggunaan tanda-tanda baca baru seperti < > dan @ yang sekarang diberi makna khusus, serta singkatan-singkatan baru seperti da dan mo yang dalam bahasa Inggris mulai
dibakukan sebagai lambang satuan untuk menyatakan hari dan bulan
• pengurangan kerja pada papan kunci (keyboard) –– ‘dan’ lebih menghemat energi
dibandingkan ‘&’ sebab tidak perlu menekan shift, begitu pula '(Rifai 2004)' dan bukannya '(Rifai, 2004)' dalam teks, ataupun ‘Rifai MA’ dan bukan ‘Rifai, M.A.’ dalam daftar pustaka mulai sering dipakai orang karena dianggap mubazirnya tanda baca.yang ada
• sejalan dengan itu penggunaan huruf Itali untuk nama jurnal dalam daftar pustaka sudah mulai dihindari, begitu pula penyingkatan nama jurnal mulai tidak dilakukan karena dianggap menghabiskan waktu untuk melakukan pengecekan oleh penulis dan penyunting karena tiadanya pembakuan yang mapan
• masih disediakan opsi untuk memertahankan gaya selingkung jika diinginkan –– sampai sekarang belum disarankan macam, tipe dan ukuran huruf serta spasi yang seyogianya dipakai. Akan tetapi perlu diketahui bahwa huruf berserief seperti Times dianggap lebih tinggi keterbacaannya dibandingkan yang tidak berserief seperti Arial, dan bahwa pemakaian hanya huruf besar dalam judul (apalagi keseluruhan teks) mulai dihindari karena melelahkan mata
• penelaahan secara anonim oleh mitra bestari yang bukan anggota sidang penyunting semakin membudaya
• sesuai dengan rekomendasi UNESCO semakin banyak jurnal ilmiah yang sekarang mengubah ukuran formatnya menjadi A4 (297 x 210 mm²) yang teksnya umumnya ditata dalam 2 kolom. Ini dilakukan demi penghematan kayu hutan, sebab penggunaan ukuran A4 menyebabkan tidak ada kertas yang terbuang, sebab pembuatan kertas sekarang dianjurkan untuk menggunakan ukuran A0 (1189 x 841 mm² yang berarti 1 m²). Perlu diketahui bahwa ukuran ketebalan kertas 70 gram didasarkan pada berat selembar kertas yang lebarnya 1 m² tadi.
Terbitan sebagai Satuan Berkala
Demi kemudahan dan keefisienan penerbitannya, berkala biasanya dibagi menjadi satuan yang dikenal dengan istilah terbitan (issue), yang merupakan bagian untuk kemudian digabung menjadi satuan lebih besar lagi yang disebut jilid (volume). Tradisi mapan ini memungkinkan terciptanya kemudahan dalam menangani keberkalaan penerbitan, pengiriman dan penyebaran, pemameran dan penyimpanannya, dan juga memenuhi konvensi identifikasi bibliografinya.
Ukuran dan frekuensi terbitan
Terbitan merupakan satuan berkala yang memuat sekumpulan artikel yang dikeluarkan bersama-sama dengan pertimbangan waktu dan dimensi lain (seperti jumlah halaman) yang paling menguntungkan bagi penyunting dan penerbit, tidak merugikan penulis yang mengejar prioritas tanggal, dan mengenakkan bagi pembaca. Pertimbangan keberkalaannya (mingguan, bulanan, dua bulanan, tiga bulanan, enam bulanan) ditentukan oleh ketersediaan naskah yang akan diterbitkan, ketebalan teks dalam kaitannya dengan biaya pencetakan dan pengiriman pos, serta kecepatan sampainya informasi ke tangan pembaca. Untuk terbitan mingguan diinginkan agar berkala dapat terbit pada hari yang sama setiap minggunya, sedangkan untuk bulanan tanggal pengiriman hendaklah juga sama. Pada majalah dua -, tiga -, atau enam bulanan, bulan
terbitnya haruslah sama dari tahun ke tahun. Keperluan penulis, penyunting, penerbit, pembaca dan pustakawan sangat dibantu oleh kepastian tanggal atau saat dikeluarkannya terbitan.
Setiap kali diterbitkan berkala harus memiliki ukuran pangkas (trim size) – yang meliputi panjang dan lebar – yang sama dan seragam. Sesuai dengan saran UNESCO semakin banyak berkala ilmiah yang sekarang berukuran A4. Begitu pula setiap terbitan haruslah memiliki jumlah halaman yang sama.
Setiap terbitan hendaklah diidentifikasi secara berurut dengan menggunakan angka Arab mulai dengan nomor 1 dan berakhir dengan nomor n untuk setiap jilidnya. Besarnya n ditentukan berdasarkan pilihan ketebalan halaman jilid yang direncanakan lalu dibagi dengan ketebalan halaman setiap terbitan.
Sampul terbitan
Sampul depan setiap terbitan hendaklah berisi informasi yang diperlukan untuk
mengidentifikasi berkala. Selain judul lengkap berkala, informasi yang harus dimasukkan antara lain adalah nomor jilid dan nomor terbitan, waktu penerbitan sesuai dengan keberkalaan yang dianutnya, ISSN dan CODEN, nama lembaga penyandang dan penanggung jawab atau pemilik penerbitan, dan daftar isi, serta barcode berikut lajur bibliografinya. Punggung sampul terbitan harus berisi judul berkala atau singkatan resminya dan nomor jilid serta nomor terbitannya.
Diadatkan dalam penerbitan berkala ilmiah untuk menampilkan daftar isinya pada sampul depan. Kalau tidak dimungkinkan daftar isi dipilihkan tempat di sampul belakang atau dapat bagian dalam sampul depan. Penyajian daftar isi itu harus lengkap dan utuh, artinya nama (para) penulis dan kata-kata judul artikelnya wajib sesuai dengan apa yang tercantum di dalam berkala. Penunjuk halaman cukup dilakukan pada halaman pertama tempat butir bersangkutan muncul dan tidak perlu untuk menunjukkan kisaran akhirnya.
Semua informasi ini hendaklah muncul dalam setiap sampul terbitan dengan lokasi, tipe muka huruf, dan fon yang sama. Judul harus menempati posisi dan lokasi paling menonjol, umumnya di bagian paruh atas sampul. Tata letak yang merugikan kemenonjolan posisi judul harus dijauhi.
Sampul tidak boleh diberi bernomor halaman.
Panji-panji (masthead)
Setiap terbitan perlu adanya bagian yang dimuat untuk menjelaskan segala sesuatu tentang berkala, mulai dari saat ketersediaannya, pemiliknya, dan sampai ke informasi lain yang umumnya diperlukan oleh pembaca, penulis, pelanggan, pustakawan, toko buku, pengindeks, bibliografer, arsiparis, dan pemasang iklan. Disarankan agar lokasi penempatan panji-panji ini tetap dari satu terbitan ke terbitan berikutnya. Tempat paling sering dipakai orang untuk menampilkan panji-panji adalah bagian dalam sampul depan.
Adapun informasi yang umumnya diperlukan untuk ditampilkan dalam panji-panji ini meliputi judul berkala yang lengkap dengan subjudulnya dan akronimnya kalau ada. Nomor ISSN dan kode CODEN supaya diberikan dekat dengan judul berkala. Keterangan frekuensi penerbitan (bulanan, tiga bulanan, enam bulanan), yang berarti penjelasan tentang jumlah jilid dan terbitan berkala setiap tahunnya supaya diberikan selengkapnya. Nama penerbit lengkap dengan alamat pos, telefon dan fax serta e-mail perlu dicantumkan. Informasi tentang hak cipta berikut kebebasan pemakaian yang diperkenankan supaya dinyatakan dengan jelas. Tarif langganan, harga per terbitan, informasi pemesanan dan tata cara berlangganan berikut metode pembayaran, serta alamat (termasuk telefon, fax dan e-mail) yang harus dihubungi, ketersediaan dan harga nomor-nomor sebelumnya, perlu diberikan selengkapnya. Kalau berbeda dengan
penerbit, maka alamat penyandang dan pendukung (misalnya organisasi profesi ilmiah yang bekerja sama) perlu dicantumkan. Penyunting, staf, atau komisi publikasi yang mewakili
organisasi profesi ilmiah, harus dicantumkan lengkap dengan alamat pos, fax dan e-mail mereka. Kebijakan penelaahan oleh mitra bestari, dan informasi lain yang diperlukan penulis supaya secara gamblang dinyatakan. Informasi lain (seperti keterangan tentang mutu kertas, rakaman penerbit) yang dipersyaratkan undang-undang dapat dipenuhi dengan mencantumkannya di sini. Begitu pula petunjuk pada pengarang yang tidak ektensif dapat pula diberikan di sini – tetapi ada berkala ilmiah yang petunjuk pada penulisnya mencapai 64 halaman!
Petunjuk kepada penulis
Berkala membantu dirinya dan juga calon penulis yang akan menyusun dan memasukkan naskah untuk dipertimbangkan pemuatannya jika menyediakan petunjuk kepada penulis yang agak lengkap. Kepanjangan petunjuk tadi sangat berbeda dari satu berkala ke berkala berikutnya. Pengalaman menunjukkan bahwa ada berkala di Indonesia yang membiarkan penulis melanggar petunjuk yang sudah berpanjang lebar diuraikan dan tentunya bersusah payah disusun
penyunting, yang menunjukkan kurang berfungsinya penyunting dalam mengelola berkala bersangkutan.
Petunjuk kepada penulis itu sedikitdikitnya memuat informasi tentang macam dan isi artikel yang bisa dimasukkan (hasil penelitian, laporan kemajuan, ulasan pustaka), kedalaman kespesialisan keilmuan yang dicakup, kespesifikan format yang dapat dipertimbangkan, dan jumlah halaman yang diperkenankan. Tata cara pengiriman naskah, meliputi surat pengantar (yang harus mencantumkan nama dan alamat penulis yang bisan dan perlu dihubungi untuk korespondensi perbaikan), bentuk dan jumlah kopi naskah yang harus dikirim, apa hardcopy masih diperlukan, dan kalau ya cara pengetikannya, serta program pengolah kata komputer yang bisa diterima, biaya per halaman yang harus ditanggung kalau ada. Selanjutnya gaya dan format penyajian naskah perlu diperinci, mulai dari batasan panjang judul, susunan dan panjang abstrak, teks dan pembaban berikut judul-judulnya, lalu perincian gaya ilmiah seperti tata nama dan satuan ukuran, serta persyaratan ilustrasi dan tabel berikut format alternatif yang diperkenankan, dan bilamana perlu buku pegangan gaya dan kamus yang direkomendasikan untuk diacu.
Kebijakan dan proses penelaahan oleh mitra bestari serta pola penyuntingan yang diikuti berkala, berikut hambatan kendala waktu perlu diberitahuakn pula. Selanjutnya berguna sekali untuk menjelaskan penanganan contoh cetak, pemesanan cetak lepas, serta jadwal penerbitan.
Keterangan etika hak kepengarangan, pengurutan nama pengarang, dan identifikasi pertentangan kepentingan mungkin diperlukan, serta persyaratan pemindahan hak cipta. Penulis akan terbantu jika diberi pula informasi tentang distribusi berkala, ketersediaan CD-ROM dan on-line service, serta majalah penyari yang ikut menyebarluaskan informasi yang dimuat berkala.
Format halaman
Bergantung pada ukuran yang dipilihnya, teks isi berkala dapat disajikan berbentuk blok sepenuh halaman, atau dibagi-bagi menjadi dua atau tiga kolom. Kelebaran kolom menentukan kemudahan keterbacaan saat pindah dari ujung suatu baris ke awal baris berikutnya, sehingga semakin sempit kolom semakin meningkat keterbacaannya. Kolom yang sempit juga
memungkinkan variasi penempatan ilustrasi dan tabel, akan tetapi kolom yang sempit sekali mengharuskan dipakainya baris yang pendek-pendek sehingga mungkin kurang efisien. Oleh karena itu untuk berkala ilmiah dua kolom per halaman banyak dianut orang. Dalam menentukan pilihan dan menata letak kolom harus diperhitungkan agar pinggir luar teks cukup leluasa bagi proses pemangkasan saat dilakukan pembundelan.
Ilustrasi dan tabel harus diorientasikan dalam batas blok teks. Umumnya tabel dan gambar lebih baik bila diletakkan di bagian atas halaman sedangkan teks di bagian bawah. Tabel yang terlalu lebar dapat disajikan miring sedangkan yang panjang dianjurkan agar disajikan dalam dua halaman yang berhadapan (tetapi ulanglah petunjuk/kepala baris). Garis-garis (terutama garis tegak) tidak perlu ditampilkan dalam tabel.
Pengalaman dan konvensi menunjukkan bahwa pinggir bawah halaman harus lebih lebar dibandingkan pinggir atasnya sebab jika sebaliknya yang terjadi maka mata yang umumnya otomatis tertarik ke bawah halaman dapat menyebabkan kepala menjadi pusing. Kedua halaman yang berhadapan harus merupakan suatu satuan yang membawa informasi tentang identitas berkala, terutama kalau hanya halaman-halaman tertentu yang tersedia pada pembaca. Untuk itu sisi atas verso (halaman kiri) menampilkan (singkatan) judul berkala berikut nomor jilid dan terbitan serta tahun, sedangkan sisi atas rekto (halaman kanan) memuat nama pengarang berikut judul pelari artikelnya. Adakalanya informasi tadi dimuat tidak di bagian atas sebagai sirahan (running head) tetapi dijadikan kakian (running foot atau footline). Yang terakhir kurang populer karena menarik mata ke bawah dalam pencarian cepat bagian artikel yang diperlukan.
Penghalamanan terbitan
Sebagai bagian daripada jilid, hanya halaman pertama terbitan nomor 1 yang diberi berhalaman dengan angka Arab 1, sehingga halaman pertama terbitan nomor 2 harus
melanjutkan halaman terakhir terbitan nomor 1 dan demikian seterusnya sampai terbitan nomor n sebagai penutup jilid. Halaman berangka Arab 1 dimulai lagi pada terbitan nomor 1 sebagai bagian jilid berikutnya.
Angka penunjuk halaman sebaiknya ditempatkan di pojok luar atas atau pojok luar bawah karena lebih memudahkan untuk pencariannya secara cepat dibandingkan dengan angka
penunjuk halaman yang ditempatkan di tengah apalagi di pojok dalam. Angka penunjuk halaman ganjil selalu di sisi rekto.
Pemuatan iklan
Iklan dapat dimuat dalam sebuah berkala ilmiah, tetapi hendaklah menggunakan sistem penghalamanan yang berbeda, misalnya dengan diberi berkode khusus A-1, A-2 dst. yang berada di luar sistem penghalaman isi berkala. Halaman-halaman iklan dapat dicetak pada kertas
berbeda kualitasnya, bisa berwarna-warni, atau berpenampilan lain selama dibiayai
pemerosesannya oleh perusahaanyang memasang iklan. Suatu iklan (sering disebut advertorial) yang bisa dikacaukan dengan artikel ilmiah karena disajikan dalam bentuk mirip halaman teks berkala harus ditolak.
Terbitan ke-n
Terbitan terakhir penyususn jilid harus ditangani dengan lebih hati-hati, karena banyak pekerjaan yang harus dipenuhi penyunting pengelola. Sebagai sebuah penutup jilid, maka perbaikan kesalahan yang terdeteksi dalam terbitan-terbitan sebelumnya dapat dilakukan di sini dengan memuat suatu daftar erata (errata). Tetapi yang terpenting ialah menyediakan halaman-halaman pengganti untuk bagian-bagian yang bakal dibuang dari terbitan saat dilakukan pembundelan jilid. Karena sampul terbitan umumnya dibuang, sebuah halaman judul untuk keseluruhan jilid terkait memang harus dibuat dengan terus mengingat agar penataletakannya tetap mencirikian berkalanya.
Selain sampul, pembundel jilid berkala umumnya juga akan membuang lembaran yang halamannya ditulis dengan angka Romawi, lembaran-lembaran memuat iklan, dan sisipan lain
yang diberi bertanda halaman khusus. Oleh karena itu akan ada informasi yang hilang yang penting dan mungkin dianggap perlu (misalnya keterangan tentang kepengurusan berkala, penjelasan mengenai pengelolaan kebijakan berkala, dan petunjuk kepada calon penyumbang karangan) sehingga harus diganti oleh penyunting saat mengeluarkan terbitan yang merupakan bagian terakhir suatu jilid. Untuk itu pada terbitan akhir berkala perlu disisipkan lembaran(-lembaran) yang lepas – idealnya jumlah halamannya berkelipatan 4 – untuk bagain depan jilid, dan tambahan yang terlekat di bagian belakang. Lembaran-lembaran lepas ini pada saatnya akan disatukan dengan dijahit atau dijilid pada tempatnya yang sesuai oleh pembundel.
Berdasarkan pertimbangan tersebut lembar-lembar lepas perlu menyediakan satu halaman judul, dengan format yang harus ditampilkan sama seperti sampul terbitan, dilengkapi dengan nomor jilid, periode atau tahun terbit, nama-nama penyunting, ISSN dan CODEN (kalau ada). Halaman judul umumnya diberi berangka halaman Romawi kecil i yang tidak pernah
dicantumkan. Pada halaman ii perlu ditampilkan panji-paji berkala yang terbuang bersama terbuangnya sampul terbitan. Bergantung pada kebijakan yang dianut, petunjuk pada penulis dapat ditampilkan dalam lembar-lembar lepas di depan, atau ditambahkan di belakang terbitan terakhir jilid termaksud bersama-sama dengan indeks dan informasi lainnya. Bila dianggap perlu (suatu keharusan untuk berkala yang memuat artikel taksonomi), tanggal dikeluarkannya setiap terbitan dapat dicantumkan selengkapnya. Halaman iii umumnya disediakan untuk daftar isi kumulatif untuk keseluruhan jilid, mulai terbitan nomor 1 sampai nomor n, yang harus ada bagi berkala yang mencantumkan daftar isinya pada sampul sampul terbitannya.
Bagian terpenting berkala yang harus dipersiapkan saat mengerjakan terbitan nomor n adalah penyusunan indeks yang diurut berdasarkan alfabet untuk keseluruhan jilid termaksud. Indeks merupakan daftar menurut abjad berisi butir-butir nama, tempat, proses, rumus, peristiwa, fenomena, atau topik lainnya yang dibahas dalam buku yang diberi penunjuk halaman dalam berkala tempat hal itu dibahas atau disinggung. Keberadaannya sangat membantu pembaca mencari dan menemukan dengan cepat informasi yang diperlukannya. Pemuatan indeks masih belum membudaya dalam berkala dan buku terbitan Indonesia, sehingga banyak mahasiswa yang belum bisa menggunakannya (tetapi perlu disebutkan pula bahwa penggunaan kamus pun kurang populer di kalangan cerdik cendekiawan Indonesia).
Beberapa macam indeks dapat dipersiapkan, tetapi yang terpenting ialah indeks subjek yang menunjuk ke halaman tempat dikupasnya masalah tersebut. Daftar isi berdasarkan indeks nama pengarang juga akan diperlukan. Sebagai persantunan indeks nama para mitra bestari yang telah berkiprah dan berjasa membantu pengelolaan terbitan-terbitan dalam jilid perlu pula
dimuat.
Jilid sebagai Satuan Berkala
Jika secara acak satu jilid dari koleksi berkala ilmiah asing yang dimiliki perpustakaan mapan diperiksa dengan cermat akan dijumpai keseragaman yang terjadi sebagai akibat tradisi dan konvensi yang sudah lama dipakai orang dalam dunia penerbitan jurnal ilmiah. Unsur-unsur keseragaman penampilan luarnya yang menegaskan kemapanan tadi disebabkan karena
kebiasaan membudaya dalam memeroduksi berkala ilmiah, yang harus dipahami benar oleh penyunting dan penerbit.
Sampul (cover)
Sebagaimana diketahui pada umumnya berkala ilmiah itu dikeluarkan sebagian-sebagian secara teratur. Setiap terbit bagian berkala tadi biasanya hanya diberi bersampul kertas karton tipis, semula dirancang untuk berfungsi sebagai pelindung bagian dalam berkala, sambil mencoba memerkenalkan isinya. Untuk itu bagian depan sampul berkala lalu memuat judul sebagai penjatidirinya, dilengkapi dengan informasi tentang nomor urut penerbitannya, nomor pendaftaran identitasnya, dan sering daftar isinya. buku. Kemudian alat penjatidiri tadi mendapat sentuhan seni dalam perancangannya sebagai suatu alat pemikat dan penarik calon pembacanya sehingga diperlukan biaya mahal. Sewaktu terbitan atau bagian-bagian berkala sudah mencapai jumlah halaman tertentu, perpusataan pemilik dan penyimpannya akan menyatukan semuanya dengan membundel dan menjilidnya menjadi sebuah jilid seperti sebuah buku. Untuk itu sampul bagian yang indah-indah tadi umumnya dibuang dan sebagai gantinya diberilah sebuah sampul tebal baru yang bahan (kertas, kain linen, kulit), warna, dan juga penampilan penjatidirinya ditentukan sendiri oleh perpustakaan. Oleh karena itu jilid-jilid berkala yang terbundel secara rapi dan seragam di perustakaan sering lain sekali dengan penampilan berkala aslinya. Sebagai pengenal identitas jilidnya perpustakaan paling hanya akan membubuhkan judul berkala, nomor jilid, dan tahun terbit terjilid.
Punggung (spine)
Punggung berkala yang terbundel umumnya digunakan untuk keperluan identifikasinya saat disimpan secara bertumpuk yang umumnya dilakukan dengan cara diberdirikan. Oleh karena itu ¾ bagian teratas punggung diperuntukkan sebagai tempat penjatidiri bibliografi jurnal
(umumnya juga judul dan nomor jilid serta tahun terbit), sedangkan sisanya disediakan bagi penomoran klasifikasi penunjuk tempat penyimpanannya di perpustakaan.
Kertas-kertas penghujung (end papers)
Kertas-kertas penghujung adalah kertas terlipat (umumnya berbahan kertas tipis yang kuat) yang dipakai oleh pembundel berkala untuk melekatkan sampul pada keseruhan isi berkala. Untuk itu separuh bagian kertas berlipat tadi direkatkan pada karton sampul berkala sedangkan separuh terlepasnya lagi bertetangga dengan lembar pertama dan lembar terakhir berkala.
Isi sebuah jilid
Isi sebuah jilid berkala terdiri atas halaman judul, panji-panji, daftar isi, halaman-halaman informasi, teks jilid yang diberi berpenanda halaman mulai dengan angka Arab 1, dan indeks yang juga berpenanda halaman angka Arab melanjutkan halaman teks jilid.
Cetak Lepas (
reprint, offprint
)
Cetak lepas merupakan bagian daripada upaya lebih melebarkan penyebarluaskan isi sebuah artikel dengan jalan dipertukarkan antarilmuwan penulis. Selain yang disediakan cuma-cuma oleh penerbit berkala (jumlahnya bervariasi antara 5 – 50 eksemplar) cetak lepas dapat pula dipesan oleh penulis sebelum terbitannya dikeluarkan.
Karena diproduksi dari plat cetak yang sama cetak lepas (harus) memunyai ukuran pangkas, format dan penghalamanan yang sama dengan terbitan aslinya.
Perubahan-Perubahan
Karena di dunia tidak ada sesuatu yang langgeng, terjadinya perubahan terkadang tidak terelakkan. Sekalipun demikian perubahan drastis pada berkala merupakan sesuatu yang tidak dikehendaki sehingga saat suatu berkala diluncurkan segala sesuatunya harus diperhitungkan dengan sangat cermat dan saksama.
Judul
Perubahan judul berkala hendaklah dilakukan dengan penuh pertimbangan, dan hanya dibenarkan jika dirasakan keperluannya oleh adanya perubahan cakupan subjek, atau karena diinginkan suatu judul yang lebih jelas, tepat dan spesifik. Perubahan hendaklah dilakukan pada saat dimualinay suatu jilid baru, jadi dimulai dari terbitan pertama jilid baru tersebut. Perubahan itu harus diumumkan secara jelas, misalnya dengan menyebutkan dalam panji-panji “sebelumnya berjudul . . .” sesudah nama judul yang baru. Dua berkala yang digabung sebaiknya
memertahankan nama salah satu berkala yang dianggap lebih tepat untuk ranah barunya. Begitu pula sebuah berkala yang dipecah dua sebaiknya nama yang lama dipertahankan untuk salah satu di antaranya.
Setiap perubahan nama harus diregistrasi ulang untuk mendapatkan nomor ISSN baru. Perubahan itu harus pula diumumkan pada para pelanggannya.
Ukuran
Perubahan ukuran pangkas hanya dibenarkan dilakukan mulai pada jilid baru, jadi juga dimulai pada terbitan pertama jilid tersebut.
Keberkalaan
Perubahan keberkalaan juga hanya dibenarkan dilakukan kalau dimulai pada terbitan pertama sebuah jilid yang baru.
Bibliografi
Butcher J 1992. Copy Editing: The Cambridge Handbook for Editors, Authors and Publishers . Cambridge (UK): Cambridge University Press.
Rifai MA 2005. Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan, dan Penerbitan Karya Ilmiah
Indonesia. Cetakan ke-5. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Style Manual Committee Council of Biology Editors 1994. Scientific Style and Format: The
CBE Manual for Authors, Editors, and Publishers. New York: Council of Biology
Editors, Inc. & Cambridge University Press.
University of Chicago Press 1993. The Chicago Style Manual . Chicago: University of Chicago Press.
LAMPIRAN
Sistem skor penentuan hak kepengarangan bersama
sebuah karya tulis ilmiah
1. Masukan intelektual
(identifikasi masalah, gagasan pendekatan, perencanaan, perancangan)
Tidak ada sumbangan secara berarti 0
Dua tiga kali diskusi 5 Beberapa kali diskusi terinci 10 Pertemuan dan pembicaraan berlama-lama 15
Pembahasan mendalam terus-menerus 20
2. Masukan fisik
(penataan peranti, serta pengamatan, pengumpulan, perekaman, dan penyarian data)
Tidak pernah terlibat secara berarti 0 Terlibat tidak langsung, hanya dua tiga kali 5 Keterlibatan langsung, beberapa kali 10
Keterlibatan berkali-kali, tak terhitung 15 Terlibat secara penuh dan terus-menerus 20
3. Masukan pengolahan data
(pengorganisasian, pemerosesan, analisis, sintesis)
Tidak ada sumbangan secara berarti 0
Keterlibatan pendek, dua tiga kali 5 Beberapa kali terlibat 10
Ikut cukup lama 15
Terlibat terus-menerus dari awal sampai akhir 20
4. Masukan kepakaran)
(konsultasi, nasihat, pandangan, pemikiran, pendapat dari bidang lain)
Tidak ada sumbangan secara berarti 0
Nasihat pendek merutin 5 Pandangan cukup bermakna 10 Bantuan pemikiran yang khusus dipersiapkan 15 Pendapat yang mendasari pendekatan dan penyimpulan 20
5. Masukan keahlian
(penyimpulan, pengikhtisaran, perampatan, pencetusan teori)
Tidak ada sumbangan secara berarti 0 Penyimpulan bagian-bagian tertentu 5 Pengikhtisaran sebagian besar hasil 10
Perampatan menyeluruh 15 Pencetusan teori umum 20
6. Masukan kesastraan
(sumbangan terhadap buram naskah lengkap pertama)
Tidak ada sumbangan secara berarti 0 Membaca dan memerbaiki sumbangan orang lain 5 Membantu menulis buram dua tiga bagian naskah 10 Ikut menulis buram sebagian besar naskah 15 Menulis buram hampir keseluruhan naskah 20
Skor tertinggi yang bisa dicapai seseorang adalah 100 (karena butir 4 melibatkan pihak luar). Jumlah pengarang yang dapat berbagi hak kepengarangan suatu naskah tidak terbatas, namun seseorang baru berhak ikut menjadi pengarang kegiatan yang sedang ditangani kalau paling sedikit ia berhasil mengumpulkan skor 30. Pencantuman nama pengarang(-pengarang) dilakukan dengan menggunakan peringkat urutan sesuai dengan jumlah skor yang diraihnya. Kalau dua orang peserta meraih skor yang sama, urutan alfabet nama seyogianya dipakai, dengan catatan bahwa pencetus gagasan memunyai kelebihan untuk didahulukan.
(Dimodifikasi untuk situasi Indonesia dari tulisan dalam jurnal ilmiah Nature 352: 187. 18 Juli 1991).
PENATARAN DAN LOKAKARYA MANAJEMEN JURNAL ILMIAH
Direktorat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat DIKTI, Jakarta
Pengembangan dan Pemapanan
Gaya Selingkung Berkala Ilmiah
Mien A. Rifai
“Herbarium Bogoriense” Puslit Nasional Biologi LIPI, Jalan Raya Juanda 22,
Bogor
Sekali lagi perlu ditekankan bahwa yang
dimaksud dengan gaya (style) adalah konvensi tata keseragaman
dalam tulis-menulis, yang antara lain meliputi penggunaan tanda
baca, pengapitalan nama atau istilah tertentu, pemiringan huruf,
pengejaan kata majemuk, saat tepat penggunaan angka atau
singkatan, serta juga mencakup kebiasaan penyajian naskah,
perancangan tabel dan indeks, dan penulisan bibliografi serta
catatan kaki sesuai dengan bidang kespesialisannya.
Adapun format (format) adalah pola yang
dimapankan oleh bentuk, ukuran, lebar pinggir, dan
penempatan bagian tercetak, serta juga pemilihan tipe huruf,
yang kesemuanya tertuang secara harmonis, selaras, dan
berimbangan sehingga dihasilkan halaman yang tata
peletakan segala sesuatunya sedap dipandang.
Gaya dan format berkala yang dibakukan
untuk keperluan suatu lingkungan penerbitan umumnya
disebut ‘gaya selingkung’ (in-house style). Dalam kaitannya
dengan berkala ilmiah, faktor keteknisan substansi dan
kedalaman perincian isinya juga diperhitungkan untuk
menubuhkan suatu gaya selingkungnya.
Dengan demikian gaya selingkung suatu
berkala
merupakan konvergensi keseluruhan upaya
penubuhan kebakuan dan wahana pengungkapan serta
penyampaian pesan dan kesan secara bertaat asas, dengan
sangat memerhatikan jati diri dan penciri kepribadiannya.
Dari sini tersirat bahwa gaya selingkung
tumbuh dan berkembang dalam suatu rentang waktu dan
menjadi matang sesudah kemantapannya memapankan diri,
yang dapat terjadi sebagai akibat kegiatan pengasuhnya
dalam menggariskan kebijakannya mengenai:
•
gaya dan format
•
tingkat keteknisan dan kedalaman isi
•
bentuk dan penampilan perwajahan
•
ukuran pangkas serta tebal terbitan dan jilid
•
keberkalaan
Pengalaman menunjukkan bahwa gaya
selingkung
bersifat dinamis, sehingga sambil berjalan
terjadi perubahan-perubahan evolusioner menuju perbaikan
dan penyempurnaan pengembangannya, yang semuanya
dilakukan secara sadar dan bersistem untuk mencapai suatu
keunikan kepribadian serta kemandirian penjati diri yang
khas.
Kesemuanya diperoleh jika para pengelola
berkala berhasil menggalang pola, kebiasaan, dan gaya setiap
pribadi penyumbang naskah menjadi selaras dengan gaya
selingkung penerbitan yang dianut, dipegang, dipelihara,
dimapankan, dimantapkan, dan dikembangkan.
Karena mati hidup suatu berkala bergantung
pada keterlibatan banyak pihak, dapat dimengerti jika
banyak faktor––baik yang berasal dari luar maupun dari
dalam berkala––sangat memengaruhi perkembangan
kemapanan gaya selingkungnya secara langsung.
Faktor dalam yang besar pengaruhnya pada
gaya selingkung berkala tertumpu pada kegigihan dan
kekukuhan para penyunting dalam memertahankan gawang
gaya selingkungnya, terutama dalam menghadapi
penyumbang naskah yang memiliki autoritas besar.
Kesungkanan mengubah naskah atasan atau pakar yang
ditokohkan untuk menyesuaikannya dengan patokan yang
telah dibakukan dapat menyebabkan terjadinya gangguan
dalam menjaga kemapanan gaya selingkung.
Dalam hal ini para penyunting harus
menyadari fungsi sosialnya sebagai salah satu unsur
penentu dan pemandu pengembangan kebudayaan
bangsanya yang memiliki nilai kelanggengan hakiki jika
dibandingkan dengan autoritas temporal sang atasan atau
sang tokoh.
Perkembangan teknologi berdampak besar
terhadap upaya pemapanan gaya selingkung. Kemajuan
teknik percetakan seperti tersaksikan dalam beberapa tahun
terakhir oleh kemudahan yang disediakan komputer dengan
teknolgi informasi dan komunikasinay yang penuh pesona
telah mengubah berbagai pendekatan pengolahan naskah dan
pengelolaan produksi berkala.
Gara-gara perkembangan keadaan produksi
dan perdagangan kertas, UNESCO merekomendasikan
agar berkala ilmiah diterbitkan dengan ukuran A4.
Sebagai akibatnya satu demi satu berkala- berkala ilmiah
internasional yang terkenal (seperti Transaction of British
Mycological Society, Mycologia, dan Reinwardtia)
mengubah formatnya sehingga meninggalkan kemapanan
tradisi mereka yang sudah berumur puluhan tahun.
Suatu gejala yang kurang menguntungkan
dalam menubuhkan kemapanan gaya selingkung berkala
ilmiah di Indonesia terjadi oleh adanya kebijakan
pengelolaan keuangan yang kaku. Keharusan
melaksanakan pemesanan pencetakan melalui
pelelangan terbuka membesarkan peluang terjadinya
penggantian perusahaan percetakan. Kebijakan ini
sering terlihat dampaknya secara langsung pada gaya
selingkung karena dapat berakibat penggantian tipe
huruf, tinta (sehingga juga memengaruhi warna), dan
kertas.
Dalam kaitan ini penerapan asas paperless
society
dalam pengelolaan berkala ilmiah di era
kepesatan teknologi informasi dan komunikasi telah
menyuburkan “penerbitan” jurnal elektronik.
Sejalan dengan itu penelaahan secara anonim oleh mitra
bestari yang bukan anggota sidang penyunting juga
semakin membudaya secara luas karena mudah dan
murahnya biaya komunikasi.
Keinginan bersama pembakuan secara universal
untuk keperluan efisiensi pemanfaatan informasi secara tidak langsung
ikut pula menentukan perkembangan gaya selingkung. Dalam kaitan ini
perlu diketahui bahwa aspirasi masa depan penyuntingan jurnal ilmiah
yang dianjurkan secara global akhir-akhir ini ditujukan pada:
•
konvergensi gaya –– untuk memudahkan lalu lintas naskah antar
disiplin
ilmu, antar bidang, antar jurnal
•
penyeragaman dan penyederhanaan cara pengacuan kepustakaan ––
sedang diamati preferensi dan frekuensi pemakaian catatan kaki vs.
catatan akhir (umum dipakai dalam bidang sosial dan humaniora, sistem
acu-urut vs. nama-tahun (atau pola Vancouver vs. pola Harvard).
•
penyederhanaan aturan gaya –– diperbolehkannya pemakaian angka
untuk semua pengacuan pada jumlah atau nomor dari 1 – ad libitum jadi
tidak hanya terbatas pada 1 – 9 saja, pemiringan semua nama ilmiah dan
tidak terbatas hanya pada nama marga (genus) dan jenis (species) tetapi
disertai penanggalan nama pengarangnya
Pembakuan universal (lanjutan):
•
penggunaan tanda-tanda baca baru seperti < > dan @ yang
sekarang diberi makna khusus, dan singkatan-singkatan baru
seperti da dan mo yang mulai dibakukan sebagai lambang satuan
untuk menyatakan hari dan bulan
•
pengurangan kerja pada papan kunci (keyboard) –– ‘dan’ lebih
menghemat energi dibandingkan ‘&’ sebab tidak perlu menekan
shift, begitu pula '(Rifai 2004)' dan bukannya '(Rifai, 2004)' dalam
teks, ataupun ‘Rifai MA’ dan bukan ‘Rifai, M.A.’ dalam daftar
pustaka mulai sering dipakai orang karena dianggap mubazirnya
tanda-tanda baca yang ada
•
sejalan dengan itu penggunaan huruf Itali untuk nama jurnal
dalam
daftar pustaka sudah mulai dihindari, begitu pula penyingkatan
nama jurnal mulai tidak dilakukan karena dianggap menghabiskan
waktu untuk melakukan pengecekan oleh penulis dan penyunting
Sekalipun demikian, sampai sekarang belum
disarankan macam, tipe, dan ukuran huruf serta spasi, ataupun
tata peletakannya yang seyogianya dipakai, sehingga masih
disediakan opsi untuk memertahankan gaya selingkung jika
diinginkan. Akan tetapi perlu diketahui bahwa huruf berserief
seperti Times dianggap lebih tinggi keterbacaannya
dibandingkan yang tidak berserief seperti Arial, dan bahwa
pemakaian hanya huruf besar dalam judul (apalagi
keseluruhan teks) mulai dihindari karena melelahkan mata
pembaca
Walaupun lebih dari hanya penampilan luar,
bagi orang luar kemapanan gaya selingkung memang sering
berarti keberhasilan memertahankan visualisasi majalah secara
sepintas.
Memang harus diakui bahwa unsur penampakan ini merupakan
komponen yang menonjol dalam menjaga kemapanan gaya
selingkung.
Kesemuanya dapat diatasi dengan berpegang teguh pada
petunjuk pada penulis, lembar gaya, dan panduan lain yang
telah disepakati untuk menjadi pegangan penjagaan
Kemantapan wajah majalah (ukuran, warna,
hiasan, isi, dan tata letak sampul) setiap terbit merupakan
kesan pertama yang diamati orang.
Format dan tata letak halaman, tipe dan ukuran huruf,
sistem penomoran, organisasi atau pengaturan isi naskah,
jenis kertas, dan faktor penampilan fisik secara makro
lainnya adalah pengukur kecermatan kinerja para
penyunting dalam memertahankan kemapanan gaya
selingkungnya.
Ketaatasasan penulisan dan pengejaan kata,
istilah, angka, lambang, satuan ukuran, singkatan, rumus, dan kata-kata
asing dalam tubuh teks, merupakan batu dasar pemapanan gaya
selingkung yang tidak segera terlihat oleh orang awam.
Cara penyuguhan ilustrasi dan tabel beserta perincian keterangan
pendukungnya ikut berperan dalam menjaga jati diri majalah.
Kekonsistenan pola perujukan dan pendokumentasian pustaka yang
dipakai merupakan bagian yang paling sering kurang disimak calon
penyumbang naskah.
Oleh karena itu, kelalaian para penyunting untuk mengatasinya
akan dapat merusak gaya selingkung yang dianut, dan sekaligus
menunjukkan kekurangrapian kinerja penyunting.
Kedalaman dan kerincian data dan informasi,
gaya bahasa dan nuansa yang tersirat darinya,
urutan penyuguhan fakta dan argumentasi,
serta intensitas pemikiran yang terasa mendasari penulisan
isi majalah,
merupakan segi lain gaya selingkung yang menjamin jati
diri dan sekaligus mutu sesuatu majalah.
Berdasarkan kenyataan ini, terlihat bahwa
gaya selingkung merupakan cermin besar kepribadian dan
jati diri berkala yang pengembangan kemapanannya hanya
dapat diperoleh melalui kesinambungan penerbitan dan
ketaatasasan pemeliharaannya setiap majalah itu terbit.
Keberhasilannya dipertahankan sangat ditentukan oleh
kesungguhan para penyuntingnya untuk melaksanakan
hak, kewajiban, tugas, dan fungsinya secara bertaat asas.
Untuk itu merupakan keniscayaan buat
menyediakan petunjuk pada penulis (instructions to
authors) yang terperinci untuk dijadikan pedoman calon
penyumbang naskah, dan lembar gaya (style sheet) yang
secara panjang lebar merekam setiap butir gaya dan format
untuk dipegang oleh setiap penyunting, akan merupakan
keniscayaan untuk dipakai dalam setiap langkah pengolahan
dan pengelolaan berkala sehingga tidak akan mengalami
Bagi pengamat yang cermat, gaya selingkung
memang merupakan hasil total penampilan fisik dan
kedalaman falsafah yang melandasi penuangan pesan yang
disampaikan melalui terbitan.
Dari uraian di atas tersimpulkan bahwa
kunci utama penentu keberhasilan perkembangan
kemapanan gaya selingkung terletak di tangan
penyunting, terutama penyunting pelaksana yang
bertanggung jawab atas pengejawantahan pengolahan
isi substansi dan penampilan majalahnya.
Ini menyiratkan keperluan perapian organisasi
pengelolaan berkala beserta pertelaan tugas,
wewenang, mandat, dan tanggung jawab setiap
anggotanya.
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa para
penyunting
perlu memiliki kesadaran sejarah dan
kebanggaan akan hasil karyanya dalam merekam kemajuan
seperti ditampilkan dalam berkala asuhannya yang bergaya
selingkung yang berjati diri, berkepribadian, dan terkenali.
PENATARAN DAN LOKAKARYA MANAJEMEN JURNAL ILMIAH
Direktorat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat DIKTI, Jakarta
<BAHAN PENGAYAAN>
Posisi, Peran, dan Fungsi
Mitra Bebestari
Mien A. Rifai
“Herbarium Bogoriense” Puslit Nasional Biologi LIPI, Jalan Raya Juanda 22, Bogor
Dalam era ketika superspesialisasi mewarnai kehidupan keilmuan sehariharinya, tidaklah mungkin seorang pengelola berkala ilmiah mampu mengikuti kemajuan
perkembangan ilmu secara tuntas. Pada pihak lain, berkala sebagai corong pelapor kemajuan ilmu dan teknologi serta rekayasa selalu dituntut agar mampu menyuguhkan data dan informasi temuan terbaru orisinal yang serba mutakhir dan berkepioneran tinggi. Sejalan dengan itu sidang penyunting berkala ilmiah harus bisa menjaga mutu naskah yang diterbitkannya sesuai dengan gaya selingkung yang dikembangkan dan dianutnya.
Bagi sebuah berkala yang cakupan kesuperspesialisan bidangnya sangat sempit, sidang penyunting yang berjumlah sedikit (sekitar 3 – 7 orang) biasanya sudah dianggap cukup ideal untuk menangani segala segi keteknisan isi penyuntingan. Untuk berkala dengan liputan bidang ilmu yang lebih luas dan berpendekatan lintas disiplin, seringkali dirasakan bahwa diperlukan orang di luar sidang penyunting guna membantu menilai naskah yang masuk. Dalam kaitan ini berkala tadi dapat memiliki 1) suatu tim
penyunting penelaah (board of editors) yang tetap, yang dalam beberapa berkala
Indonesia sering disebut ‘penyunting ahli’, 2) sejumlah penelaah independen yang hanya diminta berfungsi sewaktu diperlukan, atau 3) peninjau lepas berpola kerja lain. Dalam kaitan terakhir, berkala seperti Mycotaxon dan Floribunda mengharuskan bahwa naskah yang diajukan sudah disertai pernyataan tertulis lolos suntingan dari dua orang pakar yang dipilih oleh penulisnya sendiri. Jadi orang-orang di luar sidang penyunting ini merupakan wasit yang umumnya berperan sebagai kelompok peninjau atau penelaah naskah sebelum diputuskan untuk diterima, diperbaiki, atau ditolak penerbitannya dalam sesuatu berkala.
Penelaahan atau peninjauan kritis ini pada umumnya dilakukan oleh ilmuwan yang dianggap setara keahlian dan kepakarannya dengan si penulis naskah yang
diwasitinya. Mereka merupakan peer (dipadankan dengan istilah ‘bebestari’, atau ‘tetara’ dalam bahasa Indonesia––berturut-turut diciptakan dari kata ‘bestari’ dan ‘tara’
berdasarkan analogi istilah ‘tetua’ dari tua-tua, dan “leluhur” dari luhur). Dalam kamus-kamus, peer umumnya didefinisikan dengan ‘orang yang memiliki kedudukan tingkatan setaraf dengan kelompok sesamanya dilihat dari umur, peringkat, kemampuan, atau statusnya’. Dengan demikian, dalam kaitannya dengan tradisi penerbitan berkala ilmiah