• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Desa Sidakaton 4.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif

Desa Sidakaton merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Dukuhturi. Secara geografis Desa Sidakaton memiliki luas wilayah sebesar 324.617 Ha terletak pada ketinggian tanah di atas permukaan laut 5 M dan merupakan desa yang bertopografi dataran rendah dengan kondisi desa persawahan/perkebunan. Desa Sidakaton memilki batas wilayah sebagai berikut .

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Kaligangsa 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kupu

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sidapurna 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Sungai Gangsa

Secara administratif Desa Sidakaton memiliki 42 Rukun Tetangga yang terdistribusi dalam 12 Rukun Warga, Menurut data monografi Desa Sidakaton tahun 2009 yang mempunyai luas wilayah 324,617 Ha dimana 30,78 persen merupakan daerah pemukiman : 69,22 persen daerah areal pekarangan/ tegalan, pertanian/sawah dll. Berikut ini sebaran pemanfaatan lahan Desa Sidakaton :

Tabel 3. Pemanfaatan lahan Wilayah Desa Sidakaton Tahun 2011

Pemanfaatan Lahan Ha persen

Sawah irigasi teknis 215,920 66,52

Tegalan 1,370 0,42

Permukiman 99,910 30,78

Lain-lain 7,407 2,28

(2)

4.1.2 Kondisi Penduduk

Total penduduk di Desa Sidakaton pada tahun 2011 tercatat sebanyak 13.674 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 6.793 jiwa dan perempuan sebanyak 6.881 jiwa serta jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 3.846 jiwa.

Tingkat pendidikan warga tergolong masih rendah, hal ini ini dapat ditunjukan dengan banyaknya warga yang berpendidikan formal dibawah SLTA/sederajat memcapai 5.72l orang atau 94,05 persen bahkan termasuk didalamya termasuk jumlah penduduk yang buta huruf cukup tinggi mencapai 375 atau 6,15 persen orang dan tidak tamat SD, 3.517 orang atau 57,68 persen. Kondisi ini cendrung disebabkan karena :

a. Tingkat penghasilan keluarga sehingga kurang mampu untuk membiayai pendidikan anak sampai jenjang yang lebih tinggi.

b. Tingkat kesadaran warga terhadap pentingnya pendidikan bagi anak rendah, dimana masyarakat lebih menyukai anaknya untuk bekerja mengikuti usaha orang tua dari pada sekolah.

c. Pemahaman masyarakat yang telah terinternalisasi yaitu bahwa suksesnya seorang tidak ditentukan oleh tingkat pendidikan yanh lebih tinggi tetapi faktor nasib atau takdir manusia yang sudah ditentukan.

Tabel 4. Sebaran Penduduk Desa Sidakaton menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2011

No Pendidikan Jumlah Persen

1 Buta huruf 375 6,15 2 Tidak tamat SD 3,517 57,68 3 Tamat SD sederajat 1,537 25,21 4 SLTP/sederajat 305 5,00 5 SLTA/sederajat 325 5,33 6 D-1 15 0,25 7 S-1 16 0,26 JUMLAH 6,097 100,00

(3)

Mata pencaharian penduduk sebagian besar disektor swasta /informal antara lain sebagai pedagang warung makan ( warteg ) di luar desa terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Tangerang, Bekasi, dll separuh lebih, petani dan buruh tani. Produk unggulan Desa Sidakaton yang sebagian besar wilayahnya merupakan areal pertanian adalah bawang merah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini.

Tabel 5. Penduduk Desa Sidakaton Menurut Jenis Mata Pencaharian, Tahun 2011 (dalam jumlah dan persen)

4.2 Kondisi Sosial Budaya 4.2.1 Upacara Khas Suku Jawa

a. Kematian Mendhak

Tradisi Mendhak adalah salah satu ritual dalam adat istiadat kematian budaya Jawa. Upacara tradisional Mendhak dilaksanakan secara individu atau berkelompok untuk memperingati kematian seseorang. Peralatan dan perlengkapan yang diperlukan untuk upacara tradisional Mendhak adalah

No Mata Pencaharian Orang persen

1 Buruh Tani 1.416 23,42 2 Petani 1.215 20,09 3 Pedagang 3.078 50,90 4 PNS 15 0,25 5 TNI/POLRI 3 0,05 6 Penjahit 3 0,05 7 Montir 4 0,07 8 Sopir 7 0,12 9 Pramuwisma 15 0,25 10 Karyawan Swasta 37 0,61 11 Tukang Kayu 106 1,75 12 Tukang Batu 141 2,33 13 Guru swasta 7 0,12 Jumlah 6.097 100,00

(4)

sebagai berikut: tumpeng, sega uduk, side dishes, kolak, ketan, dan apem. Kadang-kadang, sebelum atau sesudah upacara Mendhak dilaksanakan, sanak keluarga dapat mengunjungi makam saudara mereka.

Upacara tradisional ini dilaksanakan tiga kali dalam seribu hari setelah hari kematian: pertama disebut Mendhak Pisan, upacara untuk memperingati satu tahun kematian (365 hari); kedua disebut Mendhak Pindho sebagai upacara peringatan dua tahun kematian; ketiga disebut sebagai Mendhak Telu atau Pungkasan atau Nyewu Dina, yang dilaksanakan pada hari ke seribu setelah kematian.

Menurut kepercayaan Jawa, setelah satu tahun kematian, arwah dari saudara yang diperingati kematiannya tersebut telah memasuki dunia abadi untuk selamanya. Menurut kepercayaan juga, untuk memasuki dunia abadi tersebut, arwah harus melalui jalan yang sangat panjang; oleh karena itu penting sekali diadakannya beberapa upacara untuk menemani perjalanan sang arwah.

b. Kematian surtanah

Tradisi kematian dalam adat Jawa salah sataunya adalah Upacara Surtanah yang bertujuan agar arwah atau roh orang mati mendapat tempat yang layak di sisi Sang Maujud Agung. Perlengkapan upacara: - Golongan bangsawan: tumpeng asahan lengkap dengan lauk, sayur adem (tidak pedas), pecel dengan sayatan daging ayam goreng/panggang, sambal docang dengan kedelai yang dikupas, jangan menir, krupuk, rempeyek, tumpeng ukur-ukuran, nasi gurih, nasi golong, dan pisang raja. - Golongan rakyat biasa: tumpeng dengan lauknya, nasi golong, ingkung dan panggang ayam, nasi asahan, tumpeng pungkur, tumpeng langgeng, pisang sajen, kembang setaman, kinang, bako enak dan uang bedah bumi. Upacara ini diadakan setelah mengubur jenazah yang dihadiri oleh keluarga, tetangga dekat, dan pemuka agama.

c. Upacara nyewu dina

Inti dari upacara ini memohon pengampunan kepada Tuhan. Perlengkapan upacara: - Golongan bangsawan: takir pentang yang berisi lauk, nasi asahan,

(5)

ketan kolak, apem, bunga telon ditempatkan distoples dan diberi air, memotong kambing, dara/merpati, bebek/itik, dan pelepasan burung merpati. - Golongan rakyat biasa: nasi ambengan, nasi gurih, ketan kolak, apem, ingkung ayam, nasi golong dan bunga yang dimasukan dalam lodong serta kemenyan. Upacara tersebut diadakan setelah maghrib dan diikuti oleh keluarga, ulama, tetangga dan relasi

d. Upacara Brobosan

Salah satu upacara tradisional dalam adat istiadat kematian jawa adalah upacara Brobosan. Upacara Brobosan ini bertujuan untuk menunjukkan penghormatan dari sanak keluarga kepada orang tua dan leluhur mereka yang telah meninggal dunia. Upacara Brobosan diselenggarakan di halaman rumah orang yang meninggal, sebelum dimakamkan, dan dipimpin oleh anggota keluarga yang paling tua. Tradisi Brobosan dilangsungkan secara berurutan sebagai berikut: 1) peti mati dibawa keluar menuju ke halaman rumah dan dijunjung tinggi ke atas setelah upacara doa kematian selesai, 2) anak laki-laki tertua, anak perempuan, cucu laki-laki dan cucu perempuan, berjalan berurutan melewati peti mati yang berada di atas mereka (mrobos) selama tiga kali dan searah jarum jam, 3) urutan selalu diawali dari anak laki-laki tertua dan keluarga inti berada di urutan pertama; anak yang lebih muda beserta keluarganya mengikuti di belakang.

4.2.2 Upacara Adat Kelahiran Suku Jawa

Upacara tradisional ini menyimbolkan penghormatan sanak keluarga yang masih hidup kepada orang tua dan leluhur mereka. Salah satu tradisi kelahiran dalam budaya Jawa adalah Selapanan. Upacara Selapanan bertujuan memohon keselamatan bagi si bayi. Perlengkapan upacara yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:

a) Golongan bangsawan: Nasi tumpeng gudangan, nasi tumpeng kecil yang ujungnya ditancapi tusukan bawang merah dan cabe merah, bubur lima macam, jajan pasar, nasi golong, nasi gurih, sekul asrep-asrepan, pecel ayam, pisang, kemenyan, dan kembang setaman diberi air.

(6)

b) Golongan rakyat biasa: Tumpeng nasi gurih dengan lauk, nasi tumpeng among-among, nasi golong, jenang abang putih, ingkung dan panggang ayam. Upacara terakhir dalam rangkaian selamatan kelahiran yang dilakukan pada hari ke 36 sesuai dengan weton atau hari pasaran kelahiran si bayi. Selapanan diadakan setelah maghrib dan dihadiri oleh si bayi, ayah, dukun, ulama, famili dan keluarga terdekat.

4.2.3 Upacara Pernikahan Suku Jawa

Pesta pernikah adat Jawa mempunya beraneka ragam tradisi. Pemaes, dukun pengantin perempuan di mana menjadi pemimpin dari acara pernikahan, itu sangat penting. Dia mengurus dandanan dan pakaian pengantin laki-laki dan pengantin perempuan yang bentuknya berbeda selama pesta pernikahan. Biasanya dia juga menyewakan pakaian pengantin, perhiasan dan perlengkapan lain untuk pesta pernikahan.

Banyak yang harus dipersiapkan untuk setiap upacara pesta pernikahan. Panitia kecil terdiri dari teman dekat, keluarga dari kedua mempelai. Besarnya panitia itu tergantung dari latar belakang dan berapa banyaknya tamu yang di undang (300, 500, 1000 atau lebih). Sesungguhnya upacara pernikahan itu merupakan pertunjukan besar. Panitia mengurus seluruh persiapan perkawinan: protokol, makanan dan minuman, musik gamelan dan tarian, dekorasi dari ruangan resepsi, pembawa acara, wali untuk Ijab, pidato pembuka, transportasi, komunikasi dan keamanan. Persiapan yang paling penting adalah Ijab (catatan agama dan catatan sipil), dimana tercatat sebagai pasangan suami istri.

Biasanya sehari sebelum pesta pernikahan, pintu gerbang dari rumah orangtua wanita dihias dengan Tarub (dekorasi tumbuhan), terdiri dari berbeda Tuwuhan (tanaman dan daun).

a) Dua pohon pisang dengan setandan pisang masak berarti: Suami akan menjadi pemimpin yang baik di keluarga. Pohon pisang sangat mudah tumbuh dimana saja. Pasangan pengantin akan hidup baik dan bahagia dimana saja.

(7)

b) Sepasang Tebu Wulung berarti: Seluruh keluarga datang bersama untuk bantuan nikah.

c) Cengkir Gading berarti: Pasangan pengantin cinta satu sama lain dan akan merawat keluarga mereka.

d) Bentuk daun seperti beringin, mojo-koro, alang-alang, dadap srep berarti: Pasangan pengantin akan hidup aman dan melindungi keluarga. bekletepe di atas pintu gerbang berarti menjauhkan dari gangguan roh jahat dan menunjukan di rumah mana pesta itu diadakan.

e) Kembar Mayang adalah karangan dari bermacam daun (sebagian besar daun kelapa di dalam batang pohon pisang). Itu dekorasi sanggat indah dan menpunya arti yang luas. Itu menpunyai bentuk seperti gunung: Gunung itu tinggi dan besar, berarti laki-laki harus punya banyak pengetahuan, pengalaman dan kesabaran.

f) Keris: Melukiskan bahwa pasangan pengantin berhati-hati dalam kehidupan, pintar dan bijaksana.

g) Cemeti: Pasangan pengantin akan selalu hidup optimis dengan hasrat untuk kehidupan yang baik.

h) Payung: Pasangan pengantin harus melindungi keluarganya.

i) Belalang: Pasangan pengantin akan giat, cepat berpikir dalam mengambil keputusan untuk keluarganya.

j) Burung: Pasangan pengantin mempunyai motivasi hidup yang tinggi.

k) Daun Beringin: Pasangan pengantin akan selalu melindungi keluarganya dan masyarakat sekitarnya.

l) Daun Kruton: Daun yang melindungi mereka dari gangguan setan.

m) Daun Dadap srep: Daun yang dapat digunakan mengompres untuk menurunkan demam, berarti pasangan pengantin akan selalu mempunyai pikiran yang jernih dan tenang dalam mengadapi masalah.

n) Daun Dlingo Benglé: Jamu untuk infeksi dan penyakit lainnya, itu digunakan untuk melindungi gangguan setan.

(8)

Sebelum memasang Tarub dan Bekletepe harus membuat sepesial Sajen. Tradisionil Sajen (persembahan) dalam pesta adat Jawa itu sangat penting. Itu adalah simbol yang sangat berarti, di mana Tuhan Pencipta melidungi kami. Sajen berarti untuk mendoakan leluhur dan untuk melindungi dari gangguan roh jahat. Sajen diletakan di semua tempat di mana pesta itu diadakan, diantaranya di kamar mandi, di dapur, di bawah pintu gerbang, di bawah dekorasi Tarub, di jalan dekat rumah, dan lain-lain.

Siraman sajen terdiri dari:

a) Tumpeng Robyong, nasi kuning dengan hiasan. b) Tumpeng Gundul, nasi kuning tanpa hiasan. c) Makanan: ayam, daging, tahu, telur.

d) Tujuh macam bubur.

e) Pisang raja dan buah lainnya. f) Kelapa muda.

g) Kue manis, lemper, cendol. h) Teh dan kopi pahit.

i) Rokok dan kretek. j) Lantera.

k) Bunga Telon (kenanga, melati, magnolia) dengan air Suci.

Siraman: Makna dari pesta Siraman adalah untuk membersihkan jiwa dan raga. Pesta Siraman ini biasanya diadakan di siang hari, sehari sebelum Ijab dan Panggih. Siraman di adakan di rumah orangtua pengantin masing-masing. Siraman biasanya dilakukan di kamar mandi atau di taman. Sekarang lebih banyak diadakan di taman. Daftar nama dari orang yang melakukan Siraman itu sangat penting. Tidak hanya orangtua, tetapi juga keluarga dekat dan orang yang dituakan. Mereka menyeleksi orang yang bermoral baik. Jumlah orang yang melakukan Siraman itu biasanya tujuh orang. Bahasa Jawa tujuh itu PITU, mereka memberi nama PITULUNGAN (berarti menolong). Apa saja yang harus dipersiapkan:

(9)

a) Baskom untuk air, biasanya terbuat dari tembaga atau perunggu. Air dari sumur atau mata air.

b) Bunga Setaman - mawar, melati, magnolia dan kenanga - di campur dengan air.

c) Aroma - lima warna - berfungsi seperti sabun.

d) Tradisionil shampoo dan conditioner (abu dari merang, santan, air asam Jawa).

e) gayung dari 2 kelapa, letakkan bersama. f) Kursi kecil, ditutup dengan:

g) Tikar - kain putih - beberapa macam daun - dlingo benglé (tanaman untuk obat-obatan) - bango tulak (kain dengan 4 macam motif) - lurik (motif garis dengan potongan Yuyu Sekandang dan Pula Watu).

h) Memakai kain putih selama Siraman.

i) Kain batik dari Grompol dan potongan Nagasari. j) Handuk.

k) Kendi.

Keluarga dari pengantin wanita mengirim utusan untuk membawa air-bunga ke keluarga dari pengantin laki-laki. Itu Banyu Suci Perwitosari, berarti air suci dan simbol dari intisari kehidupan. Air ini diletakan di rumah pengantin laki-laki.

Pelaksanaan dari SIRAMAN: Pengantin perempuan/laki-laki datang dari kamarnya dan bergabung dengan orangtuanya. Dia diantar ke tempat Siraman. Beberapa orang jalan di belakangnya dan membawa baki dengan kain batik, handuk, dan lain-lain. Dan ini akan digunakan setelah Siraman. Dia mendudukkan di kursi dan berdoa. Orang pertama yang menyiramkan air ke pengantin adalah ayah. Ibu boleh menyiramkan setalah ayah. Setelah mereka, orang lain boleh melakukan Siraman. Orang terakhir yang melakukan Siraman adalah Pemaes atau orang sepesial yang telah ditunjuk. Pengantin perempuan/laki-laki duduk dengan kedua tangan di atas dada dengan posisi berdoa. Mereka menyiramkan air ke tangannya dan membersihkan mulutnya tiga kali. Kemudian mereka menyiramkan air ke atas kepala, wajah, telinga, leher, tangan dan kaki juga sebanyak tiga kali. Pemaes menggunakan tradisionil shampoo dan conditioner. Setelah Kendi itu

(10)

kosong, Pemaes atau orang yang ditunjuk memecahkan kendi ke lantai dan berkata: „Wis Pecah Pamore„ - berarti dia itu tampan (menjadi cantik dan siap untuk menikah).

Upacara NGERIK: Setelah Siraman, pengantin duduk di kamar pengantin. Pemaes mengeringkan rambutnya dengan handuk dan menberi pewangi (ratus) di seluruh rambutnya. Dia mengikat rambut ke belakang dan mengeraskannya (gelung). Setelah itu Pemaes membersihkan wajahnya dan lehernya, dia siap untuk di dandani. Pemaes sangat behati-hati dalam merias pengantin. Dandanan itu tergantun dari bentuk perkawinan. Akhirnya, pengantin wanita memakai kebaya dan kain batik dengan motif Sidomukti atau Sidoasih. Itu adalah simbol dari kemakmuran hidup.

Upacara Midodareni: Pelaksanaan pesta ini mengambil tempat sama dengan Ijab dan Panggih. Midodareni itu berasal dari kata Widodari yang berarti Dewi. Pada malam hari, calon pengantin wanita akan menjadi cantik sama seperti Dewi. Menurut kepercayaan kuno, Dewi akan datang dari kayangan. Pengantin wanita harus tinggal di kamar dari jam enam sore sampai tengah malam di temani dengan beberapa wanita yang dituakan. Biasanya mereka akan memberi saran dan nasihat. Keluarga dan teman dekat dari pengantin wanita akan datang berkunjung; semuanya harus wanita. Orangtua dari pengantin wanita akan menyuapkan makanan untuk yang terakhir kalinya. Mulai dari besok, suaminya yang akan bertanggung jawab.

Gambar

Tabel 3. Pemanfaatan lahan Wilayah Desa Sidakaton Tahun 2011
Tabel  4.  Sebaran  Penduduk  Desa  Sidakaton  menurut  Tingkat  Pendidikan  Tahun  2011
Tabel 5.     Penduduk  Desa  Sidakaton  Menurut  Jenis  Mata  Pencaharian,  Tahun  2011 (dalam jumlah dan persen)

Referensi

Dokumen terkait

dan Anggota Badan Pengawas Pemilu, Panitia Pengawas Pemilu Provinsi atau Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota dapat dicalonkan oleh Partai Politik atau gabungan Partai

Masing-masing bangunan tersebut adalah Sthadius (Museum Fatahillah) yang dibangun pada periode yang sama dengan de nieuwe Hollandsche Kerk (Museum Wayang)

Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang bersifat degeneratif yang dimanifestasikan oleh kehilangan toleransi karbohidrat dengan karakteristik

Komponen Produksi Tanaman Kedelai Perlakuan olah tanah tidak ber- pengaruh nyata terhadap jumlah polong pada umur 90 HST, sedangkan perlakuan pengendalian gulma

Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan

Senada dengan hasil penelitian Hani’ah (2013), menunjukkan bahwa ada hubungan negative yang signifikan antara kematanagan emosi dan perilaku agresif remaja siswa

Tren corporate social responsibility (CSR) dengan menunjukan peningkatan pemberian perusahaan, peningkatan pelaporan perusahaan terhadap.. inisiatif CSR, pembentukan

Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah matematis yang diajarkan dengan model