1
DAMPAK KEBIJAKAN HARGA BBM TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA :
Sebuah Pendekatan Model Dinamik
Prof. Dr. Ir. Budisantoso Wirjodirdjo, M.Eng., Kuntum Khoiro Ummatin
Jurusan Teknik Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111
Email: purple_kuntum@yahoo.co.id ; santoso@ie.its.ac.id
Abstrak
Gejolak perekonomian global melanda hampir seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. Untuk itu, berbagai kebijakan pengendalian harga BBM telah dilakukan pemerintah yang berdampak pada tingkat PDB, jumlah pengangguran, serta jumlah orang miskin. Data BPS menyebutkan jumlah orang miskin 2008 sebesar 15.42 % penduduk Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara kebijakan harga BBM dengan angka kemiskinan. Sehingga diketahui variabel-variabel yang berpengaruh terhadap sistem untuk dapat mengelaborasi pengaruh kebijakan harga BBM terhadap masyarakat miskin di Indonesia. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah permodelan sistem dinamik untuk mengevaluasi kebijakan yang telah dilakukan. Variabel yang mempengaruhi kemiskinan antara lain adalah pendapatan, pendidikan, kesehatan dan tingkat kesempatan kerja.
Hasil penelitian menyebutkan dari simulasi skenario didapatkan bahwa skenario kebijakan kompensasi BBM secara langsung pada masyarakat miskin dapat mengurangi angka kemiskinan. Dengan skenario ini jumlah orang miskin pada tahun 2015 sebesar 1.09 %. Sedangkan dengan skenario kedua yaitu penurunan harga BBM didapatkan bahwa jumlah orang miskin pada 2015 sebesar 13.2 %. Namun untuk variabel tingkat pendapatan dan tingkat kesempatan kerja, nilai yang lebih tinggi ditunjukkan pada skenario penurunan harga BBM.
Kata kunci : Harga BBM, kemiskinan, Kebijakan, model, sistem dinamik
ABSTRACT
Global economic fluctuate stricken almost the whole state around the world include Indonesia. Because of that, vary of fuels price policies had been done that impact at PDB level, amount of unemployment, and also the amount of pauper. BPS data mention the amount of pauper at 2008 equal to 15.42 percent of total Indonesian population.This research is done to find the relation between fuels price and the poverty rate. So variables influence the system that elaborate fuels policy relation with Indonesian poverty rate could be found. One of approximation method used is dynamic system model. This method to evaluate the policy that had been done.
The result of scenario simulation shows that policy of direct fuels compensation to pauper scenario could reduce the poverty rate. With this scenario amount of the pauper at 2015 is 1.09%. Whereas with the second scenario, fuels price reduction, amount of the pauper at 2015 is 13.2%. But for the rate of return and job opportunities variables, fuels price reduction scenario shows bigger value than other scenario.
Keywords: fuels price, poverty, policy, model, dynamic system
1.
Pendahuluan
Di
Indonesia,
tingkat
kesejahteraan
masyarakat termasuk pada urutan ke 111 dari
sebanyak 174 negara di dunia (BKKBN, 2005).
Terdapat tiga pilar yang menjadi parameter
kualitas kesejahteraan tersebut adalah indeks
pembangunan manusia (HDI) yaitu pendidikan,
pendapatan dan kesehatan. Berdasarkan data
kemiskinan yang terakhir diterbitkan Badan Pusat
Statistik, yang selanjutnya disebut BPS, jumlah
penduduk miskin di Indonesia, pada tahun 2006
terjadi peningkatan angka kemiskinan yang tak
terduga. Ada dua hal yang menjadi penyebab
utama kenaikan tersebut, yaitu akibat krisis pangan
yang diindikasikan dengan melonjaknya harga
beras. Penyebab kedua adalah krisis energi yang
diindikasikan
oleh
kenaikan
harga
BBM.
2
Diperkirakan kenaikan sekitar 33 persen harga
beras yang dikonsumsi kaum miskin, antara bulan
Februari 2005 dan Maret 2006, yang sebagian
besar menyebabkan peningkatan jumlah penduduk
miskin menjadi 17,75 persen.
0 5 10 15 20 25 30 1996199819992000 20012002 2003 20042005 2006 20072008 Tahun A n g k a k e m is k in a n ( % ) Sumber: BPS (diolah)
Grafik 1.1 Angka Kemiskinan di Indonesia
Berbagai kebijakan telah dikeluarkan
pemerintah dalam rangka meminimumkan jumlah
penduduk miskin demi tercapainya kesejahteraan
rakyat dan peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Salah satu kebijakan yang mempengaruhi angka
kemiskinan adalah kebijakan penentuan harga
BBM.
Karena
Harga
BBM
inilah
yang
mempengaruhi inflasi yang menjadi salah satu
indikator kunci perekonomian. Berikut merupakan
tabel fuktuasi harga BBM selama periode lima
tahun terakhir.
Tabel 1.1 Fluktuasi harga BBM selama periode 5 tahun Terakhir
Sumber : Data harga premium, pertamina (diolah)
Harga BBM mempengaruhi pola konsumsi
masyarakat, baik konsumsi langsung dan tidak
langsung. Karena dampak dari perubahan harga
BBM ini mempengaruhi distribusi, transportasi,
biaya produksi sehingga berpengaruh juga pada
harga-harga barang yang lain. Kebutuhan bahan
makanan pokok pun juga terpengaruh, antara lain
beras dan minyak goreng.
Untuk mengetahui kebijakan pemerintah
yang selama ini belum dilakukan dalam rangka
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat
di
Indonesia, maka diperlukan suatu kajian atau studi
yaitu dengan penghampiran permodelan sistem.
Salah satu teknik yang dapat digunakan adalah
melalui pendekatan sistem dinamik. Dengan
demikian dapat dilakukan pengendalian pada
perilaku variabel-variabel yang mempengaruhi
suatu
sistem
tersebut.
sehingga
didapatkan
alternatif skenario perbaikan dari kebijakan yang
telah diambil sebelumnya.
Maka
dalam
penelitian ini terlebih dahulu dilakukan pembuatan
model untuk mengidentifikasi indikator-indikator
yang berhubungan dengan tingkat kesejahteraan
masyarakat di Indonesia kemudian disimulasikan.
Dalam model simulasi tersebut dimasukkan
nilai-nilai harga BBM tertentu dan mengevaluasi pada
nilai harga BBM berapa didapatkan alternatif
skenario perbaikan dari kebijakan pemerintah.
Berdasarkan identifikasi masalah yang
telah dilakukan maka permasalahan yang akan
diangkat dalam penelitian tugas akhir kali ini
adalah “ Bagaimana hubungan antara kebijakan
harga BBM dengan angka kemiskinan”
Adapun tujuan dari penelitian tugas akhir
ini adalah sebagai berikut:
1.
Mengidentifikasi variabel-variabel yang
berpengaruh terhadap sistem kemiskinan
khususnya
terkait
dengan
kebijakan
penyesuaian harga BBM
2.
Merumuskan permodelan sistem untuk
dapat mengelaborasi pengaruh kenaikan
BBM terhadap masyarakat miskin di
Indonesia.
3.
Mengetahui perilaku sistem dari waktu ke
waktu mengenai dampak harga BBM
terhadap jumlah orang miskin di Indonesia
4.
Memberikan alternatif evaluasi kebijakan
pemerintah
yang
berkaitan
dengan
penentuan harga BBM dalam usaha untuk
meminimasi bertambahnya jumlah orang
miskin.
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan
dari kajian ini maka terdapat beberapa hal yang
menjadi batasan dalam penelitian ini, diantaranya:
1.
Sistem yang dimodelkan dalam penelitian
ini adalah jumlah orang miskin di
Indonesia yang dipengaruhi oleh dampak
fluktuasi harga BBM
2.
Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data yang didapat dari BPS, dan
3
data sekunder dari instasi pemerintahan
yang terkait.
3.
Pembuatan model sistem dalam penelitian
ini hanya melihat dari sudut pandang
pemerintah saja
4.
Harga BBM dan harga pangan merupakan
faktor yang mempengaruhi inflasi.
Sedangkan asumsi yang digunakan pada
penelitian
ini
adalah
perubahan
kebijakan
pemerintah atas harga BBM digunakan dalam
model sebagai skenario kebijakan.
2.
Metodologi Penelitian
2.1 Tahap Identifikasi dan Perumusan Masalah
- Identifikasi dan Perumusan Masalah
Tahapan awal dalam penelitian ini adalah
mengidentifikasi permasalahan yang akan dijawab
pada penelitian ini. Permasalahan yang akan
diteliti adalah menentukan bagaimana hubungan
antara dampak kebijakan harga BBM terhadap
angka kemiskinan.
- Penetapan Tujuan dan Manfaat Penelitian
Untuk
dapat
merencanakan
langkah-langkah yang dapat diambil pada penelitian nanti
maka harus ditetapkan terlebih dahulu tujuan dari
penelitian ini berdasarkan permasalahan yang ada.
Selain itu peneliti dapat memfokuskan diri pada
langkah-langkah tersebut, sehingga penelitian
dapat dijalankan dengan lancar. Adapun tujuan
penelitian telah dirumuskan dan dinyatakan dalam
Bab I Pendahuluan. Juga ditentukan manfaat dari
penelitian yang akan dilakukan.
- Studi Pustaka
Sebagai dasar penelitian, harus ada studi
literatur yang digunakan sebagai pedoman dalam
menyelasaikan masalah dan mencapai tujuan
penelitian. Dengan adanya studi pustaka ini, maka
diharapkan dapat menjadi pembanding antara apa
yang terjadi di dunia nyata dan sebagai penuntun
langkah-langkah atas tindakan yang akan diambil
untuk penelitian ini. Pustaka yang digunakan dapat
diambil dari buku – buku teks dan jurnal yang
dapat dijadikan sebagai referensi dari penelitian.
- Identifikasi Variabel
Pada tahapan ini dilakukan identifikasi
semua variabel dari data-data sekunder yang
diambil dari BPS dan informasi dari sumber
-sumber yang ada.
2.2 Tahap Pembuatan model
Setelah
mengatahui
variabel-variabel
input, dan informasi-informasi yang diperoleh,
maka dilakukan pembuatan model jumlah orang
miskin
yang
terintegrasi.
Tahapan
dalam
pembuatan model ini terdiri dari pengumpulan data
dan pembuatan model.
- Pengumpulan Data
Pengumpulan data disini adalah data-data
yang digunakan sebagai variabel input dalam
model kemiskinan di Indonesia. Data yang
dikumpulkan adalah data-data sekunder yang
berkaitan
dengan
kondisi
perekonomian di
Indonesia,
data
demografi
penduduk,
serta
informasi-informasi lain yang dibutuhkan untuk
membangun konseptualisasi dari sistem yang
diamati.
- Pembuatan Model Dampak Harga BBM terhadap
Kemiskinan
Berdasarkan data – data yang ada maka
dapat dilakukan pembuatan model. Pembuatan
model
ini
dilakukan
dengan
menggunakan
perangkat lunak yaitu Vensim. Setelah model
dibuat, maka dilalukan percobaan dan melihat
apakah model sesuai atau tidak.
2.3 Tahap Simulasi dan Evaluasi Kebijakan
- Formulasi Model
Berdasarkan
diagram
sebab-akibat,
diagram alir disusun dan dibuat persamaan
matematis dari variabel-variabel yang terdapat
dalam sistem.
- Menjalankan Simulasi dan validasi model
Setelah semua variabel input dimasukkan,
maka simulasi dijalankan. Disini variabel-variabel
tersebut akan disimulasikan berdasarkan periode
waktu yang telah ditentukan dan didapatkan hasil
berupa berapa tingkat signifikansi kebijakan harga
BBM dalam mempengaruhi kemiskin di Indonesia.
Selanjutnya dilakukan validasi terhadap output dari
simulasi model.
- Simulasi Perubahan Kondisi dan Evaluasi
Kebijakan
Perubahan kondisi pada model dilakukan
dengan membuat skenario kebijakan baru atau
mengubah nilai parameter variabel pada model
sistem. Dari perubahan kondisi yang dilakukan
dihasilkan
output
simulasi
yang
berbeda.
Berdasarkan output simulasi tersebut dapat dilihat
pengaruh perubahan kondisi yang terjadi atau
penerapan kebijakan baru terhadap sistem.
2.4 Tahap Analisa dan Kesimpulan
- Analisa dan Interpretasi Variabel
Hasil
yang
didapat
dari
simulasi
selanjutnya
dianalisis
bagaimana
pengaruh
4
penyesuaian harga BBM terhadap kemiskinan di
Indonesia.
- Kesimpulan dan Saran
Ini merupakan tahapan terakir dalam
penelitian. Dari hasil analisa maka dapat diambil
kesimpulan dari penelitian dan dapat memberikan
saran-saran untuk pemerintah berdasarkan hasil
penelitian.
Langkah-langkah penelitian dapat disusun
dalam bentuk flowchart seperti pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Diagram Alir Langkah Penelitian
3. Pengembangan Model
3.1 Perkembangan Jumlah penduduk miskin
Indonesia
BPS
menghitung jumlah dan persentase
penduduk miskin. Sumber data utama merupakan
hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas).
Dan Metode penghitungan yang digunakan adalah
Metode Head Count Index berdasarkan Pendekatan
Kebutuhan Dasar (Basic Needs Approach).
Tabel 3.1. Mutasi penduduk miskin feb 2005 -
mrt 2007
Sumber : Susenas Panel 2005, 2006, & 2007
3.2 Kebijakan Kompensasi BBM
Agenda kesejahteraan masyarakat sudah
menjadi agenda yang tertuang dalam SJSN. Peran
pemerintah terhadap kelangsungan sistem jaminan
sosial pekerja sangat diperlukan yaitu untuk
menekan tingkat inflasi
serendah
mungkin
menyusul memberlakukan tingkat bunga pasar
yang rendah dan membuat mata uang stabil
sehingga investasi dapat diarahkan untuk tujuan
jangka panjang.
Tabel 3.2 Distribusi Pengeluaran Untuk BBM
menurut kelompok Pengeluaran (orang/bulan)
Kelompok
Pendapatan
Distribusi
Subsidi BBM
Dalam
Triliun
Rupiah
20 % Teratas
43 %
48.9
20
%
kedua
teratas
23 %
26.2
20 % di tengah
16 %
18.2
20
%
kedua
terbawah
11 %
12.5
20 % terbawah
7 %
7.9
Jumlah
100%
113
Sumber : Diolah dari data BPS 2002
Diagram dibawah ini menggambarkan
ringkasan keseluruhan program.
Sumber : Depkominfo
Gambar 3.1. Program Pengurangan Orang
Miskin 2008-2009
3.3 Konseptualisasi Model
3.3.1 Pembatasan Model (Model Boundary
Chart)
Pembatasan model dilakukan dengan
membatasi
lingkup
pemodelan
dengan
mengidentifikasi variabel apa yang akan masuk
dalam model, berupa variabel endogenous atau
exogenous dan variabel apa saja yang tidak
termasuk di dalam pemodelan (excluded from the
model).
Tabel 3.3. Model Boundary Chart
3.3.2 Penyusunan Causal Loop Diagram
Secara Garis Besar, model yang akan
dibuat nantinya akan mencakup faktor-faktor yang
mempengaruhi kemiskinan yaitu pendapatan,
kesempatan kerja, pendidikan dan kesehatan. Dari
masing-masing variable tersebut dapat terjadi
hubungan atau keterkaitan dengan variable yang
lain. Artinya satu variable dapat mempengaruhi
variable yang lain. Hubungan tersebut bisa bersifat
positif jika penambahan pada satu variabel akan
menyebabkan penambahan pada variabel lain,
namun juga bisa bersifat negatif jika penambahan
pada satu variabel menyebabkan pengurangan pada
variabel lain.
Setelah dilakukan identifikasi terhadap
variable-variabel yang terlibat dalam sistem,
kemudian ditentukan hubungan yang logis antar
variable
tersebut.
Pendekatan
sistem
juga
dilakukan dengan mendefinisikan interaksi antar
elemen sistem yang akan digambarkan dengan
causal loop diagram seperti gambar 3.2
Dari konseptualisasi model melalui Causal
Loop Diagram tersebut, terlihat bahwa tujuan
utama pemodelan adalah untuk mengetahui
seberapa jauh dampak harga BBM terhadap
kemiskinan di Indonesia.
Elemen-elemen
yang
mempengaruhi,
didefinisikan sesuai dengan identifikasi variabel
yang telah dilakukan sebelumnya. Tanda positif (+)
di ujung tanda panah mengindikasikan bahwa
kedua variabel yang terhubung memiliki hubungan
yang sebanding, sedangkan tanda negatif (-)
mengindikasikan bahwa kedua variabel yang
terhubung
memiliki
hubungan
yang
saling
berkebalikan. Misalnya variabel fraksi peningkatan
harga BBM dan variabel inflasi memiliki hubungan
positif, artinya semakin besar fraksi peningkatan
harga BBM maka tingkat inflasi juga semakin
besar. Variabel inflasi memiliki hubungan negatif
dengan variable daya beli, artinya semakin besar
tingkat inflasi akan semakin menurunkan daya beli
masyarakat.
Model Utama "Dampak Kebijakan BBM terhadap Kemiskinan di Indonesia" Fraksi peningkatan harga BBM Inflasi + Daya Beli -Kapasitas produksi -Jumlah lapangan kerja Pengurangan lapangankerja Peningkatan lapangan kerja Tingkat kesempatan kerja <Angkatan kerja> + Pendapatan Riil -Pendapatan per kapita + Jumlah orang
miskin Keluar dari
kemiskinan <Menjadi miskin> Indeks peningkatan kesejahteraan Peningkatan kesejahteraan + <Garis kemiskinan> + Total pengeluaran orang miskin +
<Indeks akses sarana kesehatan> + <Indeks taraf pendidikan> + <Rasio peningkatan pendapatan> + Tingkat pengangguran + -<Konsumsi makanan> + <Pengeluaran kesehatan> + <Pengeluaran pendidikan> + <Pengeluaran RT lain-lain> + <Jumlah penduduk Indonesia> PDB <Pertambahan PDB> + <Jumlah perusahaan industri pengolahan> + Pendapatan riil per bulan
Inflasi base year <Laju penurunan lapangan kerja> -+ Initial kapasitas produksi Initial PDB Pertumbuhan ekonomi + <Tidak rentan miskin> <Pengurangan PDB> -<Total pendapatan orang miskin>
Gambar 3.2 Causal Loop Diagram dampak Kebijakan
BBM terhadap kemiskinan
3.3.3 Penyusunan Stock and Flow Maps
Dalam pemodelan Dampak harga BBM
terhadap angka kemiskinan, penyusunan Stock and
Flow Maps dilakukan dengan menyusun model
utama dan pembagian sub modelnya. Penyusunan
sub model dimaksudkan agar model akan semakin
detail.
Model utama dalam Sistem ini adalah
dampak harga BBM terhadap angka kemiskinan.
Sedangkan submodel (subsistem) yaitu sebagai
berikut :
1. Sub Model Dampak harga BBM terhadap
Inflasi
Dari sub model dampak harga BBM
terhadap inflasi gambar 3.3, diketahui bahwa
variabel yang mempengaruhi inflasi adalah adanya
kenaikan harga dari berbagai komoditas. Dalam
model tersebut, diasumsikan bahwa variabel yang
menjadi kontrol dalam naik turunnya inflasi adalah
variabel harga BBM dan harga pangan. Karena
kedua komoditas tersebut adalah barang kebutuhan
primer dan bukan barang substitusi sehingga bobot
terhadap pengeluaran besar.
Inflasi Indeks Bahan
Makanan
Indeks makanan jadi
Indeks BBM Indeks Sandang
Indeks Kesehatan Indeks Pendidikan Indeks jasa
transportasi
+ bobot Indeks jasa
transportasi Bobot indeks bahan
makanan bobot makanan jadi bobot indeks BBM bobot indeks sandang bobot indeks kesehatan bobot indeks pendidikan + + + + + + + Fraksi peningkatan harga BBM + <Time> Fraksi peningkatan harga makanan + Sub Model Inflasi
Gambar 3.3 Stock and Flow Maps Sub
Model Dampak Harga BBM pada
inflasi
2. Sub Model Kemiskinan
Pada sub model kemiskinan tersebut, yang
menjadi variabel utama adalah banyaknya jumlah
orang miskin, yang dipengaruhi oleh variabel
“menjadi miskin” dan variabel “keluar dari
kemiskinan”.
Variabel
“menjadi
miskin”
dipengaruhi variabel “rentan miskin”.
1
Jumlah orang miskin
Menjadi miskin Keluar dari
kemiskinan Garis kemiskinan rate pertambahan garis kemiskinan Laju pertambahan garis kemiskinan Proporsi Konsumsi makanan <Jumlah penduduk Indonesia> Persentase penduduk rentan miskin Jumlah penduduk rentan miskin + + + Pengeluaran orang miskin Proporsi Pendidikan Proporsi Kesehatan Proporsi Keperluan RT yang lain Konsumsi makanan Pengeluaran pendidikan Pengeluaran kesehatan Pengeluaran RT lain-lain -Total pengeluaran orang miskin Indeks peningkatan kesejahteraan <Peningkatan kesejahteraan> Tidak rentan miskin Program BLT Raskin Program BOS Program JAMKESMAS Pendapatan orang miskin Total pendapatan orang miskin + + + + +
Gambar 3.4 Stock and Flow Maps Sub Model Kemiskinan
Jika besar pendapatan orang miskin kurang
dari garis kemiskinan, dimana dimana garis
kemiskinan dihitung dari pengeluaran yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar (basic
need) seperti kebutuhan pangan, pendidikan,
kesehatan dan pengeluaran rumah tangga lainnya,
maka penduduk yang rentan miskin akan menjadi
miskin. Sedangkan jika pendapatan orang miskin
bertambah (jika ada kebijakan kompensasi BBM)
sehingga pendapatan orang miskin lebih besar
daripada pengeluaran orang miskin maka penduduk
miskin akan keluar dari kemiskinan.
Jumlah orang miskin juga dipengaruhi oleh
jumlah orang tidak rentan miskin. Kelompok tidak
rentan ini dianggap tidak berpengaruh meskipun
terjadi perubahan harga. Jumlah penduduk tidak
rentan miskin adalah sebesar 51 % dari penduduk
Indonesia. Jumlah ini diketahui dari data dari bank
dunia 2007 yang menyebutkan bahwa jumlah
penduduk miskin sebesar 49 %.
3. Sub Model Tingkat Kesempatan Kerja
Dalam sub model ini, yang menjadi
variabel utama adalah tingkat kesempatan kerja
yang secara langsung mempengaruhi persentase
jumlah pengangguran. Tingkat kesempatan kerja
ini adalah perbandingan antara jumlah lapangan
kerja dan jumlah tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja
akan dipengaruhi oleh laju peningkatan angkatan
kerja.
Sedangkan
jumlah
lapangan
kerja
dipengaruhi oleh peningkatan lapangan kerja yang
disebabkan
faktor
pertumbuhan
ekonomi,
peningkatan kapasitas produksi dan peningkatan
jumlah industri, dimana dalam model ini hanya
memperhitungkan jumlah industri pengolahan
karena sektor ini mempunyai kontribusi cukup
besar dalam lapangan kerja utama penduduk
Indonesia. Sedangkan pengurangan lapangan kerja
dipengaruhi oleh laju penurunan lapangan kerja
yang disebabkan oleh fraksi peningkatan harga
BBM.
4. Sub Model Pendapatan riil
Variabel utama dalam sub model ini yaitu
pendapatan riil per bulan yang akan dipengaruhi
oleh pendapatan perkapita nasional per kapita dan
inflasi. Pendapatan per kapita per bulan merupakan
pembagian antara besar PDB dan Jumlah penduduk
Indonesia. Variabel PDB dipengaruhi oleh variable
pertambahan PDB yang dipengaruhi oleh Faktor
pembentuk PDB dari sisi pengeluaran, yaitu
pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran
konsumsi pemerintah, pembentuk modal tetap
domestik bruto, serta ekspor barang dan jasa
dimana nilai sektor tersebut diketahui dari proporsi
masing-masing sektor tersebut berdasarkan data
PDB dari BPS. (lihat gambar 3.5)
Sedangkan variabel yang mempengaruhi
pengurangan PDB adalah variable impor, dimana
peningkatan impor dipengaruhi oleh faktor
komoditas dalam negeri kurang dan faktr harga
komoditas. Karena sering kali banyak dilakukan
impor karena harga barang impor lebih rendah dari
pada komoditas dalam negeri. Untuk bobot
masing-masing faktor tersebut diasumsikan sesuai
dengan subjektifitas penulis. Untuk varibel yang
mempengaruhi pengurangan impor disebabkan
oleh adanya kebijakan proteksi dari pemerintah.
2 Inflasi Pendapatan per kapita Pendapatan Riil+ -PDB Jumlah penduduk Indonesia + + Pertambahan penduduk Laju pertambahan penduduk + + Pertambahan PDB Sub Model Pendapatan Riil
Per kapita Pendapatan riil per bulan + <Fraksi peningkatan harga BBM> + <Initial PDB> Pengurangan penduduk Laju pengurangan penduduk -Pengurangan PDB Impor
-peningkatan impor pengurangan impor
Kebijakan proteksi + Harga komoditas+ Komoditas dalam negeri kurang + + -+ Pengeluaran konsumsi RT Pengeluaran konsumsi pemerintah Pembentukan modal tetap domestik bruto
Ekspor barang&jasa
+ + + +
Gambar 3.5. Stock and Flow Maps Sub Model Pendapatan riil
5. Sub Model Indeks Kesejahteraan
Indeks
Kesejahteraan
ini
merupakan
variabel yang mempengaruhi jumlah orang miskin.
Variabel ini dipengaruhi oleh indeks taraf
pendidikan, indeks akses sarana kesehatan, tingkat
pengangguran dan rasio peningkatan pendapatan.
Semakin
besar
kesempatan
akses
sarana
pendidikan, akses sarana kesehatan, dan akses
pangan maka akan semakin besar pula nilai indeks
kesejahteraan.
Berikut adalah gambar diagram alir indeks
peningkatan kersejahteraan.
Indeks peningkatan kesejahteraan Indeks taraf pendidikan
Indeks akses sarana kesehatan Rasio peningkatan pendapatan <Jumlah perusahaan industri pengolahan> Rata-rata lama sekolah
Angka melek huruf
RT dengan sumber air minum dari mata air
kelahiran balita ditolong tenaga medis
Initial pendapatan <Pendapatan riilper bulan>
+ + Tingkat pengangguran <Tingkat kesempatan kerja> + + + + Program BOS Program JAMKESMAS Raskin
Akses Pangan Akses Pendidikan
Akses Kesehatan + + + + + - +
Gambar 3.6. Stock and Flow Maps Sub Model Indeks Kesejahteraan
3.4 Simulasi Software Vensim
Simulasi ini dilakukan dengan tujuan
untuk melihat perilaku dari model sistem yang
telah dibuat, dengan cara memasukkan
nilai-nilai pada konstanta dan tabel fungsi sesuai
dengan kondisi yang terdapat pada sistem nyata.
2
Untuk memudahkan dalam membandingkan
perbedaan antar variabel, maka output grafik
hasil
running
dikelompokkan
menurut
keterkaitan antar variabel. Hasil running atau
simulasi model pada software Vensim dapat
dilihat pada grafik.
Pada grafik perbandingan jumlah orang
miskin
pada
grafik
3.1
diperlihatkan
perbandingan dari jumlah penduduk Indonesia,
jumlah penduduk rentan miskin dan jumlah
penduduk miskin. Dari aspek tersebut terlihat
bahwa dengan adanya kenaikan harga BBM
tanpa
disertai
adanya
kompensasi
dari
pemerintah menyebabkan jumlah penduduk
miskin yang selalu bertambah bahkan jika
dibiarkan
dalam
jangka panjang,
semua
penduduk yang rentan miskin akan menjadi
miskin.
1. Aspek Jumlah Penduduk Miskin
Perbandingan Jumlah Orang miskin400 M 300 M 200 M 100 M 0 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Time (Year)
Jumlah penduduk Indonesia : Model Awal Orang Jumlah orang miskin : Model Awal Orang Jumlah penduduk rentan miskin : Model Awal Orang
Grafik 3.1. Output Vensim untuk Jumlah
Penduduk
2. Aspek Tenaga kerja
Pada aspek tenaga kerja ini, diketahui
bahwa kenaikan harga BBM akan menyebabkan
meningkatnya tingkat pengangguran karena
kesempatan kerja yang semakin menurun.
Artinya jika laju pertumbuhan angkatan kerja
yang tidak diimbangi dengan laju pertumbuhan
lapangan kerja akan menyebabkan kesempatan
kerja semakin menurun dari tahun ke tahun.
Perbandingan aspek tenaga kerja
80 M Unit 200 M Orang 80 persen 40 M Unit 150 M Orang 40 persen 0 Unit 100 M Orang 0 persen 2005 2007 2009 2011 2013 2015 Time (Year)
Jumlah lapangan kerja : Model Awal Unit Angkatan kerja : Model Awal Orang Tingkat kesempatan kerja : Model Awal persen
Grafik 3.2. Output Vensim untuk Aspek
Tenaga Kerja
3. Aspek Pendapatan
Output yang akan diperbandingkan
dalam aspek pendapatan ini adalah variabel
PDB, pendapatan riil dan pendapatan per kapita.
Berikut ini adalah grafik perbandingannya.
Perbandingan aspek pendapatan
20 M Rp/Year 20 M Rp/Year 4e+015 Rp/Year 13 M Rp/Year 13 M Rp/Year 2.5e+015 Rp/Year 6 M Rp/Year 6 M Rp/Year 1e+015 Rp/Year 2005 2007 2009 2011 2013 2015 Time (Year)
Pendapatan Riil : Model Awal Rp/Year Pendapatan per kapita : Model Awal Rp/Year
PDB : Model Awal Rp/Year
Grafik 3.3. Output Vensim untuk Aspek
Pendapatan
Pada aspek pendapatan ini, terlihat
bahwa pendapatan per kapita mengikuti
pertumbuhan
PDB.
Faktor
inflasi
yang
menyebabkan pendapatan riil lebih kecil dari
pada pendapatan per kapita. Faktor yang
mempengaruhi nilai PDB antara lain adalah
perkembangan ekspor dan impor barang dan
jasa. Peningkatan PDB ini yang menunjukkan
tingkat pertumbuhan ekonomi suatu bangsa.
4. Aspek Kesejahteraan
Pada aspek kesejahteraan, variabel yang
berpengaruh antara lain adalah indeks akses
sarana pendidikan dan indeks taraf pendidikan
dimana menunjukkan tren meningkat setiap
tahun.
Peningkatan
indeks
akses
sarana
kesehatan dan taraf pendidikan menyebabkan
peningkatan kesejahteraan.
3
Perbandingan indikator kesejahteraan
45 Dmnl 62 Dmnl 2 Dmnl 44 Dmnl 61 Dmnl 1 Dmnl 43 Dmnl 60 Dmnl 0 Dmnl 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Time (Year)
Indeks akses sarana kesehatan : Model Awal Dmnl Indeks taraf pendidikan : Model Awal Dmnl Indeks peningkatan kesejahteraan : Model Awal Dmnl
Grafik 3.4. Output Vensim untuk Aspek
Kesejahteraan
3.5 Desain Skenario Kebijakan
Dalam perancangan skenario kebijakan,
terdapat variabel yang akan dijadikan indikator
utama. Variabel ini merupakan variable yang
berpengaruh dalam mengurangi jumlah orang
miskin, yaitu:
1.
Fraksi peningkatan harga BBM
2.
Adanya bantuan untuk kompensasi
kenaikan harga BBM
Skenario perbaikan yang akan dilakukan,
diambil
berdasarkan kondisi-kondisi yang
memungkinkan
untuk
dikontrol,
Skenario
perbaikan yaitu sebagai berikut :
1.
Skenario 1 : Harga Naik 30 % , Terdapat
program kompensasi BBM
2.
Skenario 2 : Harga Turun 30 % , Tidak ada
program kompensasi BBM
Dalam skenario ini, fraksi peningkatan
harga BBM diturunkan sebesar 30% dan tidak
ada program kompensasi BBM yang diberikan
karena dana kompensasi ini sudah disalurkan
dalam bentuk
Dari kedua skenario tersebut, setelah
dirunning pada Vensim, maka dapat dilihat
output salah satu variabel kontrol yaitu variabel
jumlah orang miskin yaitu sebagai berikut :
Jumlah orang miskin
200 M 150 M 100 M 50 M 0 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Time (Year)
Jumlah orang miskin : Model Awal Orang Jumlah orang miskin : Model Skenario 1 Orang Jumlah orang miskin : Model Skenario 2 Orang
Grafik 3.5. Output simulasi model awal dan
2 skenario
Dari Grafik 3.5 dapat dilihat bahwa,
semua
skenario
memperlihatkan
adanya
penurunan jumlah orang miskin dibandingkan
dengan model awal tanpa skenario. Pada
skenario 1 menunjukkan penurunan yang lebih
signifikan dibandingkan dengan skenario 2.
4. Analisa dan Intepretasi
4.1
Analisa Hasil Simulasi Model Awal
1. Aspek Jumlah Penduduk Miskin
Pada aspek jumlah penduduk miskin,
selama 10 tahun kedepan diperkirakan terus
terjadi peningkatan. Data dapat dilihat pada
tabel 5.1. Hal yang perlu diperhatikan adalah
jumlah penduduk Indonesia, jumlah penduduk
rentan miskin dan jumlah penduduk miskin.
Dari aspek tersebut terlihat bahwa dengan
adanya kenaikan harga BBM tanpa disertai
adanya
kompensasi
dari
pemerintah
menyebabkan jumlah penduduk miskin yang
selalu bertambah bahkan jika dibiarkan dalam
jangka panjang, semua penduduk yang rentan
miskin akan menjadi miskin. Oleh karena itu
ketika harga BBM dinaikkan yang berarti
bahwa harga kebutuhan lain ikut naik,
pemerintah harus mengkompensasi hal tersebut
untuk meminimasi bertambahnya jumlah orang
miskin di Indonesia.
Tabel 4.1. Nilai Perubahan Variabel pada aspek jumlah penduduk miskin
Tahun Jumlah penduduk Indonesia Jumlah penduduk rentan Jumlah penduduk miskin
4 miskin 2005 219852000 70352640 35100000 2006 222666112 71253152 54095216 2007 225516240 72165200 73333568 2008 228402848 73088912 92818176 2009 231326400 74024448 97390976 2010 234287376 74971960 98637576 2011 237286256 75931600 99900144 2012 240323520 76903528 101178864 2013 243399664 77887896 102473952 2014 246515184 78884856 103785616 2015 249670576 79894584 105114080
2. Aspek Tenaga kerja
Pada aspek tenaga kerja ini, diketahui
bahwa kenaikan harga BBM akan menyebabkan
meningkatnya tingkat pengangguran karena
kesempatan kerja yang semakin menurun. Pada
titik perpotongan antara lapangan kerja dan
jumlah angkatan kerja adalah titik kesempatan
kerja sama dengan satu. Artinya jika laju
pertumbuhan
angkatan
kerja
yang
tidak
diimbangi dengan laju pertumbuhan lapangan
kerja akan menyebabkan kesempatan kerja
semakin menurun dari tahun ke tahun.
Oleh karena itu perlu dilakukan
peningkatan produktivitas untuk faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan lapangan kerja,
sehingga dapat mengimbangi laju pertumbuhan
angkatan
kerja
yang
mengikuti
laju
pertumbuhan penduduk.
Faktor
yang
mempengaruhi
pertumbuhan lapangan kerja adalah besar
kapasitas produksi serta pertumbuhan ekonomi
yang dipengaruh oleh peningkatan ekspor dan
peningkatan investasi. Jadi, ketika banyak
industri pengolahan dimana industri ini banyak
menggunakan BBM sebagai bahan dalam
produksinya. Sehingga kapasitas produksinya
berkurang disebabkan daya beli masyarakat
menurun akibat adanya kenaikan harga BBM
bisa
ditingkatkan
untuk
investasi
dan
peningkatan ekspor untuk bidang lain, sehingga
pertumbuhan
lapangan
kerja
tetap
mengesuaikan
dengan
laju
pertumbuhan
angkatan kerja. Hal ini dapat memperbesar
kesempatan kerja.
Tabel 4.2. Nilai Perubahan Variabel pada aspek tenaga kerja Time (Year) Jumlah lapangan kerja Angkatan kerja Tingkat kesempatan kerja 2005 65900000 107080016 61.542763 2006 52456400 108450640 48.368916 2007 41755296 109838816 38.015064 2008 33237216 111244752 29.877558 2009 26456824 112668680 23.481968 2010 21059632 114110840 18.455418 2011 16763467 115571456 14.50485 2012 13343720 117050776 11.399941 2013 10621601 118549024 8.9596701 2014 8454794 120066456 7.0417619 2015 6730016 121603304 5.5344024
3. Aspek Pendapatan
Aspek
pendapatan
memperlihatkan
kenaikan terus menerus dari tahun ke tahun.
Variabel yang diperhatikan dalam aspek ini
adalah PDB, pendapatan per kapita dan
pendapatan riil per bulan. Pendapatan riil per
bulan adalah pendapatan per kapita yang
diterima setiap penduduk Indonesia setelah
mendapatkan penguranan nilai dari faktor
inflasi. Namun, variabel pendapatan riil ini tetap
meningkat secara terus menerus dari tahun ke
tahun setelah memperhitungkan faktor inflasi.
Tabel 4.3. Nilai Perubahan Variabel pada Aspek Pendapatan Time (Year) PDB Pendapatan per kapita Pendapatan riil per bulan
2005 1.751E+15 7963630.5 546998.8125 2006 1.847E+15 8295448 645610.5625 2007 1.949E+15 8641091 671666.0625 2008 2.056E+15 9001137 709092.5625 2009 2.169E+15 9376185 712072.25 2010 2.288E+15 9766859 741741.9375 2011 2.414E+15 10173811 772647.8125 2012 2.547E+15 10597719 804841.4375 2013 2.687E+15 11039291 838376.5 2014 2.835E+15 11499262 873308.8125 2015 2.991E+15 11978397 909696.6875
Peningkatan
pendapatan
ini
akan
menunjukkan besar pertumbuhan ekonomi suatu
negara. Jadi perlu diperhatikan variabel yang
mempengaruhi tingkat pertumbuhan PDB. Pada
tabel 5.4 berikut besar impor yang menunjukkan
peningkatan dari tahun ke tahun merupakan
variabel
yang
mengurangi
PDB.
Jadi,
5
peningkatan nilai impor juga harus disertai
dengan peningkatan nilai ekspor dan investasi.
Tabel 4.4. Nilai Perubahan Variabel pada Aspek Pertambahan dan Pengurangan Pendapatan
Time (Year) Impor Pertambahan PDB 2005 1E-11 9.62951E+13 2006 1.069E-11 1.01591E+14 2007 1.143E-11 1.07179E+14 2008 1.223E-11 1.13074E+14 2009 1.307E-11 1.19293E+14 2010 1.398E-11 1.25854E+14 2011 1.495E-11 1.32776E+14 2012 1.599E-11 1.40078E+14 2013 1.709E-11 1.47783E+14 2014 1.828E-11 1.55911E+14 2015 1.955E-11 1.64486E+14
4. Aspek Kesejahteraan
Pada aspek kesejahteraan, variabel yang
berpengaruh antara lain adalah indeks akses
sarana pendidikan dan indeks taraf pendidikan
dimana sesuai dengan grafik 4.6 menunjukkan
tren meningkat setiap tahun. Peningkatan indeks
akses sarana kesehatan dan taraf pendidikan
menyebabkan peningkatan kesejahteraan.
Jadi untuk mewujudkan peningkatan
keejahteraan
sehingga
dapat
meminimiasi
pertambahan jumlah orang miskin diperlukan
kebijakan untuk memberikan kemudahan untuk
mendapatkan akses pangan, kesehatan, dan
pendidikan bagi orang miskin. Peningkatan
indeks kesejahteraan ini secara jangka panjang
dapat mengurangi kemiskinan. Dalam model
penelitian ini, diasumsikan indeks kesejahteraan
bisa mengurangi jumlah orang miskin sebesar 1
%.
4.2
Analisa
Hasil
Simulasi
Model
Skenario
Perancangan skenario dan running
simulasinya
akan
dipergunakan
untuk
pertimbangan-pertimbangan atas kebijakan apa
saja yang diperlukan dalam usaha meminimasi
bertambahnya
jumlah
orang
miskin dan
peningkatan kesejahteraan sebagai dampak
kebijakan BBM. Pada simulasi model skenario,
variabel yang terus diamati adalah Jumlah orang
miskin, besar pendapatan riil per bulan,
Persentase
pengangguran,
dan
indeks
peningkatan kesejahteraan.
Dari dua skenario yang telah dijalankan,
maka akan terlihat pada skenario mana yang
paling mempercepat penurunan jumlah orang
miskin di Indonesia. Seperti terlihat pada tabel
5.7 di bawah ini. Variabel jumlah lapangan
kerja, tingkat kesempatan kerja, menunjukkan
nilai tertinggi adalah pada skenario 2. Karena
dalam skenario 2, dengan penurunan harga
BBM sebesar 30 % menyebabkan nilai faktor
inflasi yang turun sehingga mempengaruhi
variabel makro perekonomian, yaitu jumlah
lapangan kerja yang meningkat, sehingga
tingkat kesempatan kerja pun meningkat.
Dengan penurunan harga BBM akan memberi
kesempatan
pada
industri
yang
banyak
membutuhkan BBM sebagai bahan utamanya
untuk membuka lapangna kerja. Dengan
penurunan ini pula kapasitas produksi bisa lebih
besar akibat adanya daya beli masyarakat yang
naik sehingga permintaan barang dan jasa
meningkat pula.
Namun jumlah orang miskin yang lebih
kecil ditunjukkan pada skenario 1, yaitu dengan
meningkatkan harga BBM sebesar 30 % namun
memberikan kebijakan kompensasi pada orang
miskin akibat peningkatan harga BBM tersebut.
Demikian juga nilai indeks peningkatan
kesejahteraan yang lebih besar pada skenario 1.
Hal ini dikarenakan dengan adanya kebijakan
komsensasi menyebabkan akses pada faktor
penentu kesejahteraan, yaitu akses pangan,
akses
pendidikan
dan
akses
kesehatan
difasilitasi dengan adanya kebijakan BLT, BOS,
JAMKESMAS, dan Raskin. Dengan adanya hal
tersebut, maka tingkat kesejahteraan penduduk
miskin akan meningkat dan jumlah penduduk
miskin pun akan berkurang.
Pada skenario 1, program kompensasi
berupa pemberian uang tunai sebesar Rp.
100.000,00 dan dengan adanya program BOS,
BLT, dan JAMKESMAS maka akses penduduk
miskin dalam pendidikan, kesehatan dan pengan
akan bertambah.
Hasil Output Angka hasil Simulasi
Skenario dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.5. Output Angka hasil Simulasi Skenario Variabel Model Awal Model Model
6 Skenario 1 Skenario 2 Jumlah lapangan kerja 6,730,016 348,420 65,900,000 Tingkat kesempatan kerja 5.53440237 0.286521465 54.19260788 Jumlah orang miskin 105114080 239658.5625 26218684 Indeks peningkatan kesejahteraa n 0.192666337 0.320559382 0.317049146 : nilai tertinggi
Dari
semua
analisis
yang
telah
dilakukan sebelumnya, ditambahkan dengan
analisis hasil simulasi model skenario, dengan
memfokuskan
tujuan
penelitian
untuk
meminimasi
jumlah
orang
miskin
dan
meningkatkan kesejahteraan penduduk miskin
maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
skenario 1 yaitu pemberian kompensasi BBM
ketika terjadi kenaikan harga BBM merupakan
kebijakan yang paling signifikan mempercepat
penurunan jumlah orang miskin di Indonesia.
Walaupun dengan skenario 1, faktor penentu
variabel makro mempunyai nilai yang lebih
tinggi, namun untuk kesejahteraan masyarakat
miskin, pemberian kompensasi secara langsung
dan memberi kesempatan akses pangan,
pendidikan
dan
kesehatan
akan
lebih
mensejahterakan bagi penduduk miskin.
4.3
Analisa
Kebijakan
Kompensasi
untuk
Mengurangi
Jumlah
Penduduk Miskin di Indonesia
Untuk melihat tingkat kesejahteraan
penduduk miskin, dipergunakan pengukuran
jumlah penduduk miskin di Indonesia. Talah
diketahui dalam skenario simulasi model
kemiskinan bahwa dengan adanya program
kompensasi ketika BBM dinaikkan sebesar 30
% merupakan kebijakan yang cukup efektif
dalam meminimasi jumlah orang miskin.
Pengalihan dana subsidi Harga BBM pada
subsidi kompensasi yang diberikan langsung
pada orang miskin memberikan dampak yang
signifikan dalam penurunan jumlah orang
miskin. Hal ini dikarenakan distribusi subsidi
BBM untuk 20 % terbawah (golongan
termiskin) hanya sebesar 7 % dari total subsidi
BBM, sedangkan porsi terbesar adalah untuk
kelompok pendapatan 20 % teratas (golongan
terkaya), yaitu sebesar 43 %. Meskipun hal ini
tidak dimasukkan dalam simulasi model, namun
dapat
dilihat
pada
tabel
4.5
distribusi
pengeluaran untuk BBM menurut kelompok
pengeluaran.
Berdasarkan simulasi scenario Kebijakan,
Skenario 1 dengan pemberian kompensasi pada
orang miskin merupakan scenario dengan
jumlah orang miskin yang menurun secara
signifikan, karena untuk subsidi kompensasi
berupa bantuan langsung pada masyarakat
miskin memberikan manfaat antara lain sebagai
berikut:
1.
Untuk jangka pendek memberikan
income effect kepada rumah tangga
miskin melalui pengurangan beban
pengeluaran rumah tangga miskin.
2.
Untuk jangka panjang dapat memutus
rantai kemiskinan antar generasi
melalui:
-
Peningkatan
kualitas
kesehatan/nutrisi, pendidikan dan
kapasitas pendapatan anak di
masa depan (price effect anak
keluarga miskin)
-
Memberikan kepastian kepada si
anak
akan
masa
depannya
(insurance effect).
3.
Merubah perilaku keluarga miskin
untuk memberikan perhatian yang
besar
kepada
pendidikan
dan
kesehatan anaknya.
4.4
Analisa Asumsi Inflasi
Besaran inflasi sangat menentukan
dalam menilai dampak kenaikan harga BBM
terhadap kemiskinan. Karena faktor inilah yang
langsung terkena dampak dari penyesuaian
harga BBM. Dari kenaikan besaran inflasi ini
akan mempengaruhi variabel makro ekonomi
lain. Dalam penelitian ini, diasumsikan bahwa
fraksi peningkatan harga BBM dan fraksi
peningkatan harga pangan yang mempengaruhi
besaran inflasi, sedangkan faktor lain dianggap
konstan. Dua variabel ini yang digunakan untuk
mengasumsikan besaran inflasi karena kedua
komoditas
tersebut
merupakan
kebutuhan
primer dan bukan barang substitusi. Kenaikan
besaran inflasi ditentukan oleh kenaikan harga
BBM dan bahan pangan, namun penurunan
harga BBM hanya dipengaruhi oleh penurunan
7
harga BBM namun tidak diikuti penurunan
harga pangan.
Sedangkan akibat buruk dari inflasi
adalah besaran inflasi ini biasanya berlaku lebih
cepat dari kenaikan upah para pekerja. Namun
kondisi ini belum dimasukkan dalam model
penelitian.
4.5
Dampak
kenaikan
harga
BBM
terhadap kinerja Ekonomi Makro
Secara teoritis, kenaikan biaya BBM
akan meningkatkan biaya produksi, selanjutnya
harga-harga di pasar akan naik (inflasi) dan
output keseimbangan yang baru menjadi turun.
Dari sisi konsumen inflasi akan menyebabkan
daya beli menjadi berkurang. Sedangkan dari
sisi
produsen,
turunnya
output
akan
menurunkan permintaan tenaga kerja. Kondisi
ini tentu saja berimplikasi terhadap tingkat
pengangguran di Indonesia, yang kemungkinan
besar akan meningkat dan kondisi ini juga
menyebabkan pendapatan riil masyarakat yang
semakin berkurang.
Dari simulasi kebijakan yang telah
dilakukan, maka untuk variabel makro ekonomi
yaitu
jumlah
lapangan
kerja
dan
dan
kesempatan
kerja
menunjukkan
bahwa
penurunan harga BBM sebesar 30 % akan
menyebabkan kedua variabel terebut meningkat.
Berikut
adalah
grafik
simulasi
skenario
kebijakan tersebut.
Tingkat kesempatan kerja
80 60 40 20 0 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Time (Year)
Tingkat kesempatan kerja : Model Skenario 2 persen Tingkat kesempatan kerja : Model Skenario 1 persen Tingkat kesempatan kerja : Model Awal persen
Grafik.4.1 Output Simulasi Skenario Kebijkan untuk variabel tingkat kesempatan
kerja.
Peningkatan
harga
BBM
akan
mempengaruhi
produksi
industri
lainnya,
terutama industri yang banyak menggunakan
bahan baku BBM. Industri yang mengurangi
konsumsi BBM nya karena kenaikan harga ini
berdampak pada turunnya produksi di seluruh
sektor. Dalam model penelitian ini diasumsikan
dengan
peningkatan
harga
BBM
akan
menurunkan jumlah lapangan kerja sebesar 6.8
%.
5. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan, maka
kesimpulan yang dapat ditarik sesuai tujuan
penelitian yaitu sebagai berikut:
1.
Variabel yang berpengaruh terhadap
sistem kemiskinan khususnya terkait
dengan kebijakan penyesuaian harga
BBM antara lain adalah :
-
tingkat inflasi, yaitu adanya
peningkatan harga komoditas
-
pendapatan nasional, yang turut
mempengaruhi nilai pendapatan
per kapita setiap penduduk
Indonesia
-
Tingkat
kesempatan
kerja,
Aspek pendidikan dan aspek
kesehatan
2.
Dampak kenaikan harga BBM dimulai
dari fraksi peningkatan harga BBM
yang mempengaruhi besaran inflasi.
Kenaikan inflasi akan menyebabkan
turunnya daya beli sehingga kapasitas
produksi juga akan menurun. Kapasitas
produksi yang menurun ini yang
kemudian
mempengaruhi
tingkat
kesempatan kerja dan kesejahteraan.
Inflasi juga menyebabkan pendapatan
riil yang diterima menjadi berkurang.
Faktor pendapatan inilah yang menjadi
faktor
utama
dalam
menentukan
kesejahteraan masyarakat.
3.
Simulasi dengan menaikkan harga BBM
dengan model awal tanpa scenario
kebijakan untuk mengkonpensasikannya
didapatkan bahwa jumlah orang miskin
akan semakin meningkat dari tahun ke
tahun, orang yang rentan akan menjadi
miskin. Total jumlahnya mencapai
105,1 juta pada tahun 2015, meningkat
hampir tiga kali lipat dari jumlah awal
35.1 juta orang
4.
Dari dua skenario perbaikan yang
diberikan, pada skenario 1 dimana
harga BBM dinaikkan namun terdapat
kompensasi
berupa
cash
transfer
8
JAMKESMAS,
BOS
dan
Raskin
didapatkan hasil jumlah orang miskin
menunjukkan angka paling sedikit
dibanding dengan yang lain. Namun
untuk variabel pendapatan riil per
bulan, tingkat pengangguran, dan bahwa
skenario kedua lebih baik, yaitu dengan
menurunkan harga BBM sebesar 30 %
namun tidak memberikan bantuan
kompensasi.
6. Daftar Pustaka
Ala, Andre Bayo (1996). “Kemiskinan dan
Strategi Memerangi Kemiskinan”.
Liberty, 3
BAPPENAS , Desember 2007. “Kebijakan
Peningkatan
Kesempatan
dan
Kesejahteraan Masyarakat” Vol 4.
No.2, 42-53
Borschev.A, & Filippov.A.2006. ‘From system
dynamics and discrete event to
practical
agent
based
modelling:reason, technique, tools’.
Paper of St.Petersburg Technical
University&XJ Technologies, Rusia
Bowerman, O’Connel, & Koehler.2005. Time
Series and Regression Analysis, fourth
edtion. Thomson, USA.
BPS. Perkembangan beberapa indikator utama
sosial-ekonomi Indonesia, BPS Maret
2008,
<URL:http//www.bps.go.id>
diakses 12 Agustus 2008
BPS. 2008. Statistik Indonesia: Statistical
Yearbook of Indonesia 2008. Jakarta:
BPS
BPS. 2008. Survey Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas Panel 2008). Jakarta: BPS
Bulog (2006) Laporan Pelaksanaan Monitoring
dan Evaluasi Program Raskin Tahun
Anggaran 2006.Jakarta: Bulog
Depkeu, Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang.
2009. Perkembangan Utang Negara
(Pinjaman Luar Negeri & Surat Utang
Negara), 2001-2009. Jakarta: Depkeu
Depkominfo. 2008. Enam Pertanyaan Penting
Tentang Kebijakan BBM. Jakarta:
Depkominfo
Deptan, 2007. Direktorat Jenderal Penelitian
dan Pengembangan:
Mutasi
penduduk Miskin. Jakarta: Deptan
Dumairy. 1997: Perekonomian Indonesia ,
Penerbit Erlangga. Jakarta
Eriyatno (1999), Ilmu Sistem, Meningkatkan
Mutu dan Efektifitas Manajemen,
Bogor : IPB Press.
Fajarningtyas, L (2008). “Pemodelan Sistem
Pembiayaan
Di
Bank
Syari’ah
Dengan
Pendekatan
Metodologi
Sistem Dinamik : Studi Kasus
Pembiayaan Pada Usaha Sapi Perah
Dan
Perkebunan
Tebu”.Laporan
Tugas Akhir. Institut Teknologi
Sepuluh Nopember, Surabaya.
Harimurti, T (2005). “Rekaan Kebijakan
Pengentasan Masyarakat Miskin Di
Kota Surabaya Dengan Pendekatan
Sistem
Dinamik”.Laporan
Tugas
Akhir. Institut Teknologi Sepuluh
Nopember, Surabaya.
Ihsan, Muhammad. 2005< Kajian LPEM soal
Kenaikan
Harga
BBM
dan
Kemiskinan.htm> diakses 2 februari
2009
Kementerian Sekretaris Negara RI. 2009,
<URL:htp://www.setneg.go.id
/Implikasi
Kebijakan
Penurunan
Harga BBM.htm.diakses 1 Februari
2009
Kompas(Jakarta),
2005.14
Januari
.
Pengangguran Terdidik
Muttaqien,
Arip.2006.
“Paradigma
Baru
Pemberantasan
Kemiskinan:
Rekonstriuksi Arah Pembangunan
Menuju
Masyarakat
yang
Berkeadailan,
Terbebaskan,
dan
Demokratis”.
Menuju
Indonesia
Sejahtera.3-38.
Jakarta:
Khanata,
Pustaka LPES
Modjo , Mohammad Ikhsan. 2008. Kebijakan
BTL
Hanya
Seperti
Balsem.
<URL:http://suaramerdeka.com
Muttaqien, Arip, dkk.. 2006. Menuju Indonesia
Sejahtera:
Upaya
Konkret
Pengentasan
kemiskinan.
Jakarta:
Khanata, Pustaka LP3ES Indonesia
9