• Tidak ada hasil yang ditemukan

Suplementasi Daun Bangun-Bangun (Coleus amboinicus Lour) dan Zinc-Vitamin E dalam Ransum Terhadap Metabolisme Rumen In Vitro Kambing Peranakan Etawah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Suplementasi Daun Bangun-Bangun (Coleus amboinicus Lour) dan Zinc-Vitamin E dalam Ransum Terhadap Metabolisme Rumen In Vitro Kambing Peranakan Etawah"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Suplementasi Daun Bangun-Bangun (Coleus amboinicus Lour) dan Zinc-Vitamin E dalam Ransum Terhadap Metabolisme Rumen In Vitro

Kambing Peranakan Etawah

(Supplementation of Bangun-bangun leaf (Coleus amboinicus Lour) and Zinc-Vitamin E In Ration on in vitro rumen metabolism of Etawah Grade Goats)

Sientje Daisy Rumetor

Staf Pengajar Jurusan Nutris dan Makanan Ternak FPPK UNIPA Jln. Guning Salju Manokwari

ABSTRACT

In vitro experiment was conducted to determine the effect of supplementation of bangun-bangun leaf and Zn-vitamin E on rumen bioprocess. This experiment was arranged in a factorial of completely randomized design which basal ration supplemented with bangun-bangun leaf (0, 3, 9%/kg of ration) and Zn-vitamin E (0:0 ppm and 20:10 ppm). Results of experiment showed that in vitro rumen metabolism changed by supplementation of bangun-bangun leaf which dry matter, organic matter digestibility, VFA production increased by 11.00-24.14%, 9.82-23.12% and 9.13-50.34%, respectively. The NH3-N production was decreased by 0.29-16.72%, and both pH value and microbial numbers were maintained between 6.15 to 6.25, and 46 × 105 to 54 × 105 cfu/ml, respectively. Based on this experiment, it was concluded that bangun-bangun leaf and Zn-vitamin E can be used as a supplement in ration of Etawah grade goats to improve rumen metabolism.

Key words: coleus amboinicus Lour, zn-vitamin E, rumen metabolism, Milking, Etawah grade

goats

PENDAHULUAN

Pemberian hijauan untuk kambing PE sangat diutamakan dan disarankan dalam bentuk segar serta bervariasi. Namun pemberian konsentrat juga penting, se-bagai sumber protein, karena hijauan pakan belum mampu mencukupi kebu-tuhan ternak, terutama untuk produksi susu. Selain itu, meningkatkan mutu pakan dapat juga dilakukan dengan suplementasi atau fortifikasi. Hal ini ber-tujuan memperbaiki kualitas ransum dan meningkatkan ketersediaan gizi, sehingga dapat menunjang optimalisasi produksi susu. Saat ini penggunaan tanaman herba sebagai suplemen sudah mulai digalak-kan. Penggunaan tanaman ini ditujukan untuk meningkatkan kesehatan dan pro-duksi ternak.

Salah satu jenis tanaman herba yang dapat digunakan adalah tanaman daun bangun-bangun (Coleus amboinicus

Lour) yaitu tanaman yang memiliki efek fisiologis dan farmakologis penting. Tanaman ini telah lama dikenal masyara-kat Batak, sebagai tanaman yang ber-khasiat memperlancar sekresi air susu pada ibu menyusui. Lawrence et al.

(2005) menyatakan bahwa dalam daun bangun-bangun terdapat tiga komponen utama yaitu komponen yang bersifat

lactagogue, komponen zat gizi dan komponen farmakoseutika. Damanik et al. (2006) melaporkan bahwa senyawa lactagogue dalam daun bangun-bangun dapat menstimulir sintesis dan ekskresi air susu. Namun, proses sintesis air susu tidak terlepas dari proses metabolisme rumen. Proses ini melibatkan banyak

(2)

komponen di antaranya mineral dan vitamin, seperti Zn-vitamin E. Komponen ini, selain berfungsi memperkaya keter-sediaan zat gizi mikro, juga dapat mem-bantu memperbaiki metabolisme. Menu-rut Lonnerdal (1988), interaksi Zn dan vitamin E, terjadi dalam sel, karena Zn sebagai kofaktor multi enzim dan vitamin E dapat membantu penyerapan Zn. Traber (1998) menambahkan bahwa vitamin E juga berperan aktif dalam menjaga integritas membran, membantu proses metabolisme, penyerapan dan transportasi dalam sel. Meskipun demikian, peng-gunaan suatu bahan sebagai suplemen, sebaiknya perlu diketahui pengaruh yang ditimbulkannya. Hal ini dimaksudkan agar pakan tersebut, selain dapat me-menuhi kebutuhan gizi ternak yang meng-konsumsi, juga menjaga agar ternak tetap sehat, produktif dan efisien.

Dalam bidang nutrisi ruminansia, pengujian dampak pemberian pakan sudah sering dilakukan melalui percobaan

in vitro. Percobaan ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi awal me-ngenai pengaruh pakan terhadap bio-proses rumen, melalui bath culture. Selain itu, pengujian ini juga dapat memprediksi respon produktivitas ternak,

apabila mendapatkan ransum dengan komposisi pakan tertentu.

Penelitian ini bertujuan untuk mem-pelajari bioproses rumen in vitro, dengan suplementasi daun bangun-bangun dan Zn-vitamin E dalam ransum, melalui pengukuran kecernaan bahan kering dan bahan organik, produksi Volatile Fatty Acid (VFA), produksi amoniak (N-NH3), pH dan jumlah mikroba cairan rumen.

BAHAN DAN METODE

Percobaan in vitro dan analisis variabel dilaksanakan di Laboratorium Pengujian Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Cimanggu Bogor, selama satu bulan. Bahan penelitian yang digunakan terdiri atas 60 g ransum basal (75 % rumput raja dan 25 % konsentrat), 6 g daun bangun-bangun dalam bentuk kering (tepung), dan 120 ml cairan rumen kambing PE. Konsentrat disusun dari lima bahan pakan, sedangkan hijauan yang digunakan adalah rumput raja (Pennisetum pur-pureophoides) dan daun bangun-bangun. Komposisi ransum percobaan disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Komposisi Zat Gizi Ransum Perlakuan

Zat Gizi R0 R0B3 R0B9 R1 R1B3 R1B9 Bahan Kering (%) 35,51 36,50 38,48 35,51 36,50 38,48 Protein Kasar (%) 11,41 11,97 13,08 11,41 11,97 13,08 Lemak (%) 3,43 3,92 4,90 3,43 3,92 4,90 Serat Kasar (%) 27,43 27,53 27,72 27,43 27,53 27,72 Ca (%) 0,13 0,20 0,35 0,13 0,20 0,35 P (%) 0,33 0,35 0,38 0,33 0,35 0,38 Zn (ppm) 5,39 5,51 5,74 25,39 25,51 25,74 Vitamin E (ppm) 11,77 11,78 11,80 21,77 21,78 21,80 TDN (%) 61,88 63,80 67,62 61,88 63,80 67,62

R0 = Ransum Basal R1 = Ransum Basal + Zn-Vitamin E

R0B3 = Ransum Basal + Daun Bangun Bangun 3 % R0B9 = Ransum Basal+ Daun Bangun Bangun 9 % R1B3 = Ransum Basal + Zn-Vitamin E+ Daun Bangun Bangun 3 %

R1B9 = Ransum Basal + Zn-Vitamin E+ Daun Bangun Bangun 9 %

Percobaan in vitro dirancang dengan Rancangan Acak Kelompok pola

fak-torial. Perlakuan yang diberikan adalah ransum basal yang disuplementasi daun

(3)

bangun-bangun (0, 3, 9 %/kg ransum) dan Zn-vitamin E (0:0 ppm dan 20:10 ppm), yang dilakukan dua kali yaitu pada dua periode pengambilan cairan rumen dan masing-masing periode dibuat duplo. Pelaksanaan percobaan berpedoman pada prosedur analisis Tilley and Terry (1963). Dalam percobaan ini dilakukan penga-matan terhadap bioproses rumen, yang didasarkan atas peubah: koefisien cerna bahan kering (KCBK) dan koefisien cerna bahan organik (KCBO), produksi (kon-sentrasi) VFA total dan N-NH3, pH, jumlah mikroba (Total Plate Count = TPC). Data yang diperoleh ditabulasi dan diolah dengan Microsoft Office Excel 2003 dan selanjutnya dianalisis meng-gunakan sidik ragam General Linear

Model (GLM) dan uji lanjut Tukey dalam program Minitab 13.0 Release 2001.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik

Kualitas ransum ditentukan oleh ting-kat kecernaan zat makanan yaitu banyak-nya zat makanan yang dapat diserap dalam saluran pencernaan ternak. Per-cobaan in vitro adalah salah satu cara untuk menguji kualitas ransum yang akan digunakan sebagai pakan. Dari hasil percobaan in vitro diperoleh kecernaan bahan kering (KCBK) dan bahan organik (KCBO) ransum percobaan, seperti ter-tera pada Tabel 2.

Tabel 2 Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik In Vitro Dari Ransum yang Disuplementasi Daun Bangun-Bangun dan Zn-vitamin E

Level DB

(%/kg ransum) RO R1 Rataan

Kecernaan Bahan Kering (%) 0 3 9 58,40 ± 0,16 64,83 ± 0,67 72,50 ± 1,64 62,00 ± 0,33 67,15 ± 0,82 75,55 ± 0,86 60,20 ± 1,94a 65,99 ± 1,42b 74,03 ± 2,03c Rataan 65,24 ± 6,09a 68,23 ± 5,87b

Kecernaan Bahan Organik (%) 0 3 9 60,35 ± 0,13 66,28 ± 0,67 74,30 ± 1,07 64,25 ± 0,76 68,70 ± 0,26 78,20 ± 1,47 60,30 ± 2,15a 67,49 ± 1,38b 76,25 ± 2,40c Rataan 66,98 ± 6,01a 70,38 ± 6,14b a-c

Superskrip huruf yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

a-b Superskrip huruf yang berbeda dalam satu baris menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

Data kecernaan bahan organik dihitung atas dasar bahan kering

Hasil analisis ragam memperlihatkan bahwa suplementasi daun bangun-bangun dan Zn-vitamin E sangat nyata (P<0,01) meningkatkan KCBK dan KCBO in vitro

dan semakin tinggi level suplementasi daun bangun-bangun, semakin tinggi pula KCBK dan KCBO. Demikian halnya suplementasi Zn-vitamin E sangat nyata (P<0,01) meningkatkan KCBK dan

KCBO in vitro, namun tidak ada interaksi di antara kedua suplemen tersebut dalam mempengaruhi KCBK dan KCBO.

Besarnya peningkatan KCBK dan KCBO berkorelasi positif dengan supple-mentasi daun bangun-bangun (r=0,65 ; r =0,66), tetapi di antara KCBK dan KCBO dengan suplementasi Zn-vitamin E, ke-eratan hubungannya tidak nyata (r = 0,12;

(4)

r=0,15). Adanya suplementasi daun ba-ngun-bangun dalam ransum meningkat-kan KCBK dan KCBO berturut-turut sebesar 11,00 – 24,14 % dan 9,82 – 23,11 %. Hal ini diduga karena adanya pengaruh senyawa aktif carvacrol dalam daun bangun-bangun. Kadar carvacrol yang ada dalam daun bangun-bangun yang digunakan dalam penelitian ini di-perkirakan sebesar 18 g. Hal tersebut sangat mungkin terjadi karena carvacrol merupakan senyawa yang dapat me-reduksi kecepatan deaminasi asam amino dan degradasi protein (Castillejos et al.,

2006), juga dapat mengurangi kecepatan peptidolisis (Calsamiglia et al., 2007). Penghambatan atau pengurangan ke-cepatan deaminasi asam amino, degradasi protein dan peptidolisis tersebut, praktis berimplikasi terhadap lepasnya peromba-kan protein (Busquet et al., 2006), sehing-ga jumlah protein yang lolos degradasi dan diserap akan meningkat dan secara langsung berpengaruh terhadap meni-ngkatnya KCBO dan KCBK secara keseluruhan, yang terlihat dari adanya korelasi positif yang sangat nyata di antara kedua variabel tersebut (r = 0,98).

Peningkatan kecernaan juga dipe-ngaruhi oleh suplementasi Zn-vitamin E. Suplementasi Zn-vitamin E dalam ransum meningkatkan KCBK dan KCBO ber-turut-turut sebesar 6,16 % dan 6,46 %. Hal ini diduga karena peran katalitik Zn dan fungsi vitamin E dalam melindungi oksidasi lemak dan kerusakan sel. Zn dengan fungsi katalitiknya, mengaktivasi enzim yang terlibat dalam metabolisme (NRC, 2001) dan vitamin E melindungi lemak dari peroksidasi (Vitahealth, 2004), sehingga dapat berdampak positif terhadap kecernaan lemak dan juga memberikan kontribusi terhadap kecerna-an bahkecerna-an orgkecerna-anik dkecerna-an bahkecerna-an kering secara keseluruhan. Adanya suplementasi Zn-vitamin E dapat memacu peningkatan KCBK dan KCBO, yang lebih tinggi.

Hasil ini menunjukkan bahwa dengan suplementasi Zn-vitamin E dengan dosis yang lebih kecil, KCBK dan KCBO yang dihasilkan masih lebih baik, dibandingkan hasil penelitian Hadjipanayiotou dan Economides (1997), yang mendapatkan peningkatan KCBK dan KCBO in vitro

masing-masing sebesar 6,1 % dan 6,5 %, dengan penggunaan 850 IU/kg vitamin E dan 45 ppm Zn atau dengan dosis yang lebih tinggi dari yang digunakan dalam penelitian ini. Namun melihat keeratan hubungan di antara kecernaan dan supple-mentasi Zn-vitamin E yang tidak nyata, maka diduga pada kondisi tertentu, suple-mentasi Zn-vitamin E tidak akan mem-berikan pengaruh terhadap kecernaan.

Produksi VFA Total, N-NH3, pH dan

Mikroba Cairan Rumen

Produksi VFA total, N-NH3, pH dan mikroba cairan rumen adalah gambaran metabolisme yang terjadi dalam rumen. Hasil pengukuran komponen tersebut di-tampilkan dalam Tabel 3.

Rataan nilai VFA total in vitro hasil penelitian ini berkisar 111,16 – 167,12 mM, dan cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya level daun bangun-bangun dan adanya suplementasi Zn-vitamin E. Menurut Sutardi (1981), produksi VFA total yang layak bagi ke-langsungan hidup normal ternak rumi-nansia adalah 80 – 160 mM. Itu berarti produksi VFA hasil penelitian ini masih termasuk normal, bahkan cenderung lebih tinggi.

Berdasarkan analisis ragam, terlihat bahwa produksi VFA mengalami pening-katan yang sangat nyata (P<0,01) dengan adanya suplementasi daun bangun-bangun dan Zn-vitamin E. Produksi VFA total berkorelasi positif dengan suplemen-tasi daun bangun-bangun (r = 0,66), se-dangkan antara produksi VFA total dan suplementasi Zn-Vitamin E keeratan hubungannya tidak nyata (r=0,09).

(5)

Ada-nya suplementasi daun bangun-bangun dalam ransum meningkatkan produksi VFA total sebesar 17,14 – 41,25 %. Hasil penelitian ini masih lebih tinggi diban-dingkan hasil penelitian Benchaar et al.

(2007), dengan menggunakan ekstrak tanaman oregano, yang menghasilkan VFA sebesar 101,3 mM, atau meningkat sebesar 7,77 % dibandingkan dengan kontrol (94,0 mM).

Tabel 3. Produksi VFA total, N-NH3, pH dan Mikroba Cairan Rumen in vitro dari

ransum yang disuplementasi daun bangun-bangun dan Zn-vitamin E

Level DB (%/kg ransum) RO R1 Rataan VFA Total (mM) 0 3 9 111,15 ± 4,84 130,20 ± 4,71 157,00 ± 2,47 121,30 ± 2,56 140,10 ± 0,58 167,10 ± 2,64 116,23 ± 6,50a 135,15 ± 6,14b 162,05 ± 5,89c Rataan 132,78 ± 20,00a 142,83 ± 19,73b N-NH3 (mM) 0 3 9 10,29 ± 0,07 9,36 ± 0,19 8,59 ± 0,17 10,26 ± 0,09 9,34 ± 0,18 8,57 ± 0,17 10,28 ± 0,07a 9,35 ± 0,17b 8,58 ± 0,16b Rataan 9,41 ± 0,74 9,39 ± 0,74 pH 0 3 9 6,25 ± 0,01 6,17 ± 0,06 6,15 ± 0,06 6,23 ± 0,03 6,15 ± 0,01 6,14 ± 0,02 6,24 ± 0,02a 6,16 ± 0,04b 6,15 ± 0,04b Rataan 6,19 ± 0,06 6,17 ± 0,05

Jumlah Mikroba (x105 cfu/ml) 0 3 9 52,00 ± 1,83 51,00 ± 1,41 48,00 ± 1,83 54,00 ± 0,82 49,00 ± 1,63 46,00 ± 1,41 53,00 ± 1,69a 50,00 ± 1,77b 47,00 ± 1,85b Rataan 50,33 ± 2,35 49,67 ± 3,65 a-c

Superskrip huruf yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

a-b Superskrip huruf yang berbeda dalam satu baris menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

Peningkatan produksi VFA dengan penggunaan carvacrol juga dilaporkan oleh Hadjipanayiotou dan Economides (1997), yang mendapatkan produksi VFA sebesar 150 mM/L atau lebih tinggi dari hasil penelitian ini., Peningkatan produksi VFA total in vitro juga disebabkan oleh adanya suplementasi Zn-vitamin E, yang meningkatkan produksi VFA total sebesar 9,13 %. Hasil penelitian ini relevan dengan hasil penelitian Berzaghi et al.

(1996) yang mendapatkan bahwa peng-gunaan vitamin E (550 IU/kg) dan Zn (1325 ppm) sebagai suatu suplemen campuran vitamin-mineral (5%) dalam pakan, menghasilkan VFA total 150

mM/L, lebih tinggi dari pakan tanpa suplemen vitamin-mineral yang meng-hasilkan VFA total 148 mM/L.

Produksi N-NH3 in vitro pada penelitian ini menurun sangat nyata (P<0,01) dengan adanya suplementasi daun bangun-bangun, tetapi di antara level suplementasi daun bangun-bangun, penurunan N-NH3 tidak nyata (P>0,01), sedangkan supplementasi Zn-vitamin E tidak nyata (P>0,01) mempengaruhi produksi N-NH3. Produksi N-NH3 berko-relasi negatif dengan suplementasi daun bangun-bangun (r= -0,50), sedangkan di antara produksi N-NH3 dengan

(6)

suplemen-tasi Zn- vitamin E tidak ada hubungan (r = - 0,01).

Penurunan kadar NH3 yang disebab-kan suplementasi daun bangun-bangun dalam ransum berkisar antara 9,04 – 16,52 %. Namun demikian, kadar N-NH3 hasil penelitian ini, yang berkisar antara 8,57 – 10,29 mM, masih berada dalam kisaran normal, sesuai rekomendasi Preston dan Leng (1987), yaitu kadar NH3 yang mendukung pertumbuhan mikroba dalam rumen adalah 4 - 14 mM. Kadar N-NH3 kurang dari batas minimum kisaran normal dapat mengganggu proses fermen-tasi. Terjadinya penurunan kadar NH3 yang signifikan, diduga karena adanya reaksi senyawa aktif dalam daun bangun-bangun. Menurut Calsamiglia et al.

(2007), senyawa phytophenol seperti carvacrol, thymol dan eugenol dalam tanaman dapat mereduksi kecepatan proteolisis, peptidolisis dan deaminasi protein oleh mikroba, sehingga lebih banyak protein yang lolos degradasi atau menjadi protein bypass. Dengan demi-kian, produksi NH3 sebagai bagian dari metabolisme nitrogen (degradasi dan deaminasi) mengalami penurunan. Kondi-si ini juga menggambarkan bahwa keter-sediaan substrat protein untuk mikroba semakin menurun, sehingga jumlah po-pulasi mikroba proteolitik juga menga-lami penurunan. Hal ini berbanding ter-balik dengan produksi VFA, yang terlihat dari adanya korelasi negatif di antara kedua variabel tersebut (r=0,94). Suple-mentasi Zn-vitamin E tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap produksi N-NH3. Hal ini diduga karena adanya penurunan aktivitas enzim untuk proses pencernaan protein (degradasi dan dea-minasi), yang dapat menghasilkan N-NH3, sehingga peran Zn-vitamin E untuk meningkatkan kerja enzim tersebut dalam metabolisme menjadi berkurang. Menurut Cousins (1996), Zn berperan sebagai komponen maupun kofaktor enzim,

se-hingga aktivitas enzim dapat ditingkatkan dengan adanya Zn, yang ketersediaannya ditingkatkan dengan adanya vitamin E. Dengan demikian, apabila ketersediaan enzim berkurang, maka peran Zn juga akan berkurang. Hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian Bargo dan Muller (2005) yang mendapatkan bahwa penggunaan 58,59 mg/kg Zn dan 1.363 mg/kg vitamin E, yang merupakan jumlah penggunaan di atas batas optimum, dalam campuran konsentrat sapi laktasi, tidak berpengaruh terhadap produksi N-NH3.

Pada Tabel 3 terlihat bahwa pH cairan rumen in vitro berkisar antara 6,14 sam-pai 6,26. Nilai pH ini masih termasuk nilai pH normal untuk kehidupan mikroba dan berlangsungnya proses fermentasi dalam rumen, yaitu pada kisaran 5,5 sampai 7 (Leng, 1990. Nilai pH yang tetap dipertahankan berada dalam kisaran normal, tidak terlepas dari fungsi Zn dan vitamin E yaitu berperan dalam homeo-stasis asam basa (Piliang, 2001) dan menjaga integritas membran sel (Hughes, 2003). Selain itu, dalam daun bangun-bangun juga terdapat senyawa yang bersifat buffer. Menurut Lawrence et al.

(2005), senyawa yang bersifat buffer dalam daun bangun-bangun tergolong dalam kelompok senyawa farmakoseu-tika, yang jumlahnya berkisar 10 – 30 %. Senyawa tersebut dapat berperan dalam menjaga keseimbangan asam-basa.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa suplementasi daun bangun-bangun sangat nyata (P<0,01) menurunkan kadar pH cairan rumen, tetapi di antara level suplementasi daun bangun-bangun penu-runan kadar pH tidak nyata (P>0,01). Demikian halnya dengan suplementasi Zn-vitamin E dalam ransum yang me-ngadung daun bangun-bangun, pengaruh-nya tidak pengaruh-nyata (P>0,01) terhadap kadar pH cairan rumen. Kadar pH cairan rumen berkorelasi negatif dengan suplementasi daun bangun-bangun (r=-0,51),

(7)

sedang-kan kadar pH cairan rumen dan suplementasi Zn-vitamin E tidak memiliki keeratan hubungan (r= - 0,03). Penurunan pH yang disebabkan oleh suplementasi daun bangun-bangun berkisar antara 0,08 – 0,10 poin, diduga berkaitan erat dengan meningkatnya produksi VFA. Semakin meningkat produksi VFA, semakin meni-ngkat pula kadar keasaman cairan rumen. Hasil pengujian menunjukkan adanya korelasi negatif di antara pH rumen dengan VFA (r= -0,67). Dengan kata lain, semakin meningkat produksi VFA, se-makin meningkat pula keasaman cairan rumen. Penelitian yang dilaporkan Benchaar et al. (2007), juga mendapatkan hasil yang sama yaitu penggunaan ekstrak tanaman oregano dapat meningkatkan produksi VFA dari 94,0 mM menjadi 101,3 mM dan pH rumen mengalami penurunan 0,08 poin.

Berdasarkan analisis ragam, diperoleh bahwa suplementasi daun bangun-bangun sangat nyata (P<0,01) menurunkan jum-lah mikroba, sedangkan suplementasi Zn-vitamin E tidak nyata (P>0,01) mem-pengaruhi jumlah mikroba cairan rumen. Demikian halnya di antara level suple-mentasi daun bangun-bangun, penurunan jumlah mikroba tidak nyata (P>0,01). Jumlah mikroba rumen berkorelasi nega-tif dengan suplementasi daun bangun-bangun (r = -0,59), sedangkan jumlah mikroba cairan rumen dengan suplemen-tasi Zn-vitamin E, korelasinya tidak nyata (r=0,11). Meskipun mengalami penu-runan 1 – 6 (x 105) cfu/ml, jumlah mi-kroba hasil penelitian ini, yang berkisar antara 46 x 105 sampai 54 x 105 cfu/ml, masih termasuk dalam jumlah normal untuk berlangsungnya proses fermentasi dalam rumen, berdasarkan rekomendasi Leng (1990), yaitu pada kisaran 46 x 105 sampai 52 x 105., Hal ini diduga karena level penggunaan daun bangun-bangun yang mengandung senyawa antimikrobial, masih dalam batas toleransi kondisi

rumen dan adanya senyawa-senyawa yang bersifat penstabil dalam daun bangun-bangun.

Menurut Clarke dan Bauchop (1977), kondisi rumen sangat mempengaruhi populasi dan aktivitas mikroba. Apabila kondisi stabil, maka populasi dan aktivi-tas mikroba tetap dipertahankan pada keadaan normal. Salah satu faktor yang menentukan kondisi rumen adalah pH. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa suplementasi daun bangun-bangun nyata menurunkan kadar pH rumen, meskipun nilai tersebut masih berada pada kisaran normal yaitu 6,15 sampai 6,25. Jumlah mikroba juga memperlihatkan korelasi positif dengan kadar pH (r =0,54). Dengan kata lain, semakin menurun kadar pH, maka jumlah mikroba juga semakin menurun, tetapi senyawa yang bersifat buffer atau penstabil, seperti yang di-temukan dalam daun bangun-bangun (Lawrence et al., 2005), membantu men-jaga kestabilan kondisi rumen, sehingga populasi dan aktivitas mikroba dapat dipertahankan (Chavez et al., 2007). Na-mun demikian, diduga terjadi perubahan jenis mikroba dan pola pencernaan dalam rumen, karena penurunan pH yang terjadi berkorelasi dengan peningkatan produksi VFA (r=-0,67) dan N-NH3 (r = 0,72). Penurunan kadar N-NH3 menunjukkan adanya penurunan pencernaan protein, se-dangkan peningkatan kadar VFA meng-gambarkan adanya peningkatan pencerna-an karbohidrat. Mekpencerna-anisme ini memper-lihatkan adanya perubahan jenis mikroba yaitu berkurangnya jenis mikroba pro-teolitik dan meningkatnya jenis mikroba selulolitik. Menurut Clarke dan Bauchop (1977), jenis mikroba akan sangat ter-gantung dari ketersediaan substrat. Dalam hal ini, substrat protein lebih banyak lolos degradasi, sehingga ketersediaan substrat protein menurun. Penurunan jumlah mik-roba untuk ternak ruminansia tentunya perlu dikuatirkan. Namun beberapa hasil

(8)

penelitian mengungkapkan bahwa jenis mikroba yang dipengaruhi oleh senyawa aktif daun bangun-bangun adalah jenis mikroba pathogen seperti Candida albicans, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Serratia marcescens dan

Staphylococcus aureus (Hammer et al.,

1999), Bacillus subtilis, Escherichia coli,

Flavobacterium suaveolens dan Serratia marcescens (Dorman dan Deans, 2000).

KESIMPULAN

1. Suplementasi daun bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour) dalam ran-sum dapat meningkatkan kecernaan bahan kering dan bahan organik serta produksi VFA total in vitro, berturut-turut sebesar 11,00 – 24,14 %, 9,82 – 23,11 % dan 17,14 – 41,25 %, dengan keeratan hubungan yang positif, se-baliknya memiliki keeratan hubung-an negatif terhadap produksi N-NH3, ka-dar pH dan jumlah mikroba, yang terlihat mengalami penurunan berturut-turut sebesar 9,04 – 16,52 %, 0,08 – 0,10 poin dan 1 - 6 (x 105) cfu/ml. 2. Suplementasi Zn-vitamin E dalam

ransum yang mengandung daun ba-ngun-bangun, berdampak positif ter-hadap kecernaan bahan kering, kecer-naan bahan organik dan produksi VFA total in vitro, yang terlihat dari adanya peningkatan berturut-turut sebesar 14,98 – 29,37 %, 13,84 – 29,58 % dan 26,05 – 50,34 %, tetapi masing-masing memiliki keeratan hubungan tidak nyata.

3. Semakin tinggi level suplementasi daun bangun-bangun dalam ransum bertendensi menurunkan kadar pH dan jumlah mikroba rumen, sehingga perlu diteliti lebih lanjut, karena untuk ternak ruminansia hal ini dikuatirkan mengganggu, meskipun dalam pene-litian ini kadar pH dan jumlah mikroba masih berada dalam kisaran normal

untuk berlangsungnya proses fermen-tasi dalam rumen.

DAFTARPUSTAKA

Bargo F, Muller LD, 2005. Grazing behavior affects daily ruminal pH and NH3 oscillations of dairy cows on pasture. Journal of Dairy Science 88: 303-309.

Benchaar C et al., 2007. Effects of essential oil and their components on in vitro rumen microbial fermentation. Canadian Journal of Animal Science 123:413-419.

Berzaghi P, Herbein JH, Polan CE, 1996. Intake, site, and extent of nutrient digestion of lactating cows grazing pasture. Journal of Dairy Science 79 (9): 1581-1589.

Busquet M, Calsamiglia S, Ferret A, Kamel C, 2006., Plant extracts affect in vitro rumen microbial fermentation. Journal of Dairy Science 89:761-771.

Calsamiglia S, Busquet M, Cardozo PW, Castillejos L, Ferret A, 2007. Essential oils for modifying rumen fermentation. Spain: Department Ciencia Animal I dels Aliments Universitat Autonoma de Barcelona.

Castillejos L, Calsamiglia S, Ferret A, 2006. Effect of essential oil active compounds on rumen microbial fermentation and nutrient flow in in vitro systems. Journal of Dairy Science 89:2649-2658.

Chaves AV et al., 2007. Effects of essential oils on proteolytic, deaminative and methanogenic activities of mixied ruminal bacteria. Journal of Animal Science 88 : 117-122.

Clarke RTJ, Bauchop T, 1977. Microbial Ecology of The Gut : The gut and its microorganisms.

London: Academic Press.

Cousins RJ, 1996. Zinc. Di dalam: Ziegler EE, Filer LJ Editor, Present Knowledge in Nutrition. Washington DC: ILSI Press., Damanik R, Wahlqvist ML, Wattanapenpaiboon

N,2006. Lactagogue effects of torbangun, a Bataknese traditional cuisine. Asia Pacific Journal Clinical of Nutrition 15(2):267-274. Dorman HJD, Deans SG, 2000. Antimicrobial

agents from plants: Antibacterial activity of plant volatile oils. Journal of Applied Microbiology 88:308–316.

(9)

Hadjipanayiotou M, Economides S, 1997. Assesment of various treatment conditions affecting the ammoniation of long straw by urea. Journal Livestock Research for Rural Development 9(5): 58 – 65.

Hammer KA, Carson CF, Riley TV, 1999. Antimicrobial activity of essential oils and other plant extracts. Journal of Applied Microbiology 86 (6): 985-990.

Hughes DA, 2003. Antioxidant Vitamins and Immune Function. Di dalam: Calder PC Editor. Nutrition and Immune Function. New York: CABI Publishing.

Lawrence M, Naiyana, Damanik MRM, 2005.

Modified Nutraceutical Composition.

Australia: Freehills patent and trademark Attorneys Melbourne. [terhubung berkala]. Desember 2007].

Leng RA, 1990. Factor affecting the utilization of “poor quality” forage by ruminants particulary under tropical condition. Di dalam: Smith RH Editor. Nutrition Research Review. Volume ke-3. USA: Cambridge University Press.

Lonnerdal B, 1988. Vitamin–Mineral

Interactions. Di dalam: Bodwell CE,

Erdman JW Editor. Nutrient

Interactions.New York: Marcel Dekker, Inc. [NRC] National Research Council, 2001. Nutrient Requirements of Dairy Cattle. Washington DC: National Academy Press.

Piliang WG, 2001. Nutrisi Mineral. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Preston TR, Leng RA, 1987. Matching Ruminant Production Systems With Available Resources In The Tropics and Sub Tropics. Armidale Australia: Penambul Books.

Sutardi T, 1981. Sapi Perah dan Pemberian Makanannya. Bogor: Departemen Ilmu Makanan Ternak, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Tilley JMA, Terry RA, 1963. A two tage technique for the in vitro digestion of forage crops. Journal of British Grassland Society

18 : 104 – 110.

Traber MG, 1998. The Biological Activity of Vitamin E. London: The Linus Pauling Institute. [terhubung berkala].

http://www,

Vitahealth, 2004. Seluk Beluk Food Supplement. Jakarta: PT, Gramedia Pustaka Utama.

Gambar

Tabel  1    Komposisi Zat Gizi Ransum Perlakuan
Tabel  2  Kecernaan Bahan Kering dan  Bahan Organik In Vitro  Dari Ransum  yang Disuplementasi Daun Bangun-Bangun dan Zn-vitamin E
Tabel 3. Produksi VFA total, N-NH 3 , pH dan Mikroba Cairan Rumen in vitro dari  ransum yang disuplementasi daun bangun-bangun dan Zn-vitamin E  Level DB  (%/kg ransum)  RO  R1  Rataan  VFA Total (mM)   0  3  9  111,15 ± 4,84 130,20 ± 4,71  157,00 ± 2,47

Referensi

Dokumen terkait

Dari segi hukum, imam As-Syaibani membagi usaha-usaha perekonomian menjadi dua yaitu fardhu khifayah dan fardhu ‘ain berbagai usaha perekonomian dihukum

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa variabel praktik TQM yang terdiri atas (1) Kepemimpinan; (2) Perencanaan strategis; (3) Fokus pada

Saya merasa belum bisa untuk menangani tingkah laku anak yang tidak sesuai.. Saya merasa kesulitan untuk mengajarkan anak saya dalam melakukan perawatan diri sendiri

maka tes reliabel dan jika &lt; maka tes tidak reliabel. Perhitungan reliabilitas tes siklus I dilakukan terhadap 15 butir soal yang digunakan menunjukkan bahwa tes belajar

[r]

kelayakan LP3A yang telah dilaksanakan (seperti terlampir dalam berita acara), dilakukan revisi. dalam rangka penyempurnaan LP3A sebagaisyarat melanjutkan ke tahap

Kredit modal kerja merupakan salah satu jenis kredit yang diberikan bank kepada nasabahnya untuk membiayai operasional perusahaan yang berhubungan dengan pengadaan

furosemid inhalasi diberikan 40 mg/12 jam selama perawatan, sedangkan variabel tergantung adalah IL-8 plasma dan lama rawat pasien PPOK eksaserbasi akut. Analisis yang