• Tidak ada hasil yang ditemukan

212216509-MAKALAH-ASKEP-HIPERTIROID.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "212216509-MAKALAH-ASKEP-HIPERTIROID.docx"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

HIPERTIROIDISME

Dosen Pembimbing :

Ahmad Nur Khoiri, S.Kep,Ns.M.Kes

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6 :

1. AHMAD SYAIFUL. M ( 130801002 )

2. DEFI SETYAWATI ( 130801014 ) 3. ELOK NADLIROH .G ( 130801019 ) 4. NUR VIRDA AMALIA ( 130801033 )

5. NUR WULANDARI ( 130801034 )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG

(2)

PRODI SI KEPERAWATAN TAHUN PELAJARAN

2013 – 2014

Kata Pangantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik.

Adapun latar belakang dari pembuatan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III mengenai Asuhan Keperawatan dengan Hipertiroid.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih mempunyai banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan ke depan.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jombang, 27 April 2015

(3)

Daftar Isi

Halaman Judul... i

Kata Pengantar... ii

Daftar Isi... iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Tujuan... 2

BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Hipertiroid... 3

B. Anatomi Fisiologi Kelenjar Tiroid ... 3

C. Insidens... 6 D. Etiologi... 7 E. Patofisiologi... 9 F. Pathway Hipertiroid... 11 G. Manifestasi Klinik... 12 H. Komplikasi... 13 I. Pemeriksaan Penunjang... 13 J. Penatalaksanaan... 14

K. Asuhan Keperawatan Hipertiroid... 16

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan... 25

(4)

Daftar Pustaka... 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Tiroid merupakan kelenjar kecil, dengan diameter sekitar 5 cm dan terletak di leher, tepat dibawah jakun. Dalam keadaan normal, kelenjar tiroid tidak terlihat dan hampir tidak teraba, tetapi bila membesar, dokter dapat merabanya dengan mudah dan suatu benjolan bisa tampak dibawah atau di samping jakun.

Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid, hormon tiroid adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid (kelenjar gondok) yang terletak di bagian depan leher. Produksi hormon tiroid memerlukan bahan baku yodium. Hormon ini berperan besar dalam proses pertumbuhan seorang anak dan juga dalam beberapa fungsi penting tubuh yang lain seperti fungsi metabolisme dan pengaturan cairan tubuh. Pembentukan hormon tiroid merupakan suatu proses lingkaran umpan balik dari otak - kelenjar tiroid - hormon tiroid dalam darah yang saling mempengaruhi satu sama lain. Status tiroid seseorang ditentukan oleh kecukupan sel atas hormone tiroid dan bukan kadar normal hormone tiroid dalam darah.

Ada beberapa prinsip faali dasar yang perlu diingat kembali. Pertama bahwa hormone yang aktif ialah free-hormon, kedua bahwa metabolisme sel didasarkan adanya free- T3, bukan free-T4, ketiga bahwa distribusi enzim deyodinasi I, II, III (DI, DII, DIII) di berbagai organ tubuh berbeda, dimana DI banyak ditemukan di hepar, ginjal, dan tiroid, DII utamanya di otak, hipofisis,dan DIII hampir seluruhnya ditemukan di jaringan fetal (otak, plasenta).

(5)

Agar kelenjar tiroid berfungsi secara normal, maka berbagai faktor harus bekerjasama secara benar:

o Hipotalamus o Kelenjar hipofisa

o Hormon tiroid (ikatannya dengan protein dalam darah dan perubahan T4 menjadi T3 di dalam hati serta organ lainnya).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud definisi hipertiroidisme ? 2. Apa etiologi hipertiroidisme ?

3. Bagaimana patofisiologi hipertiroidisme ? 4. Bagaimana manifestasi klinik hipertiroidisme ? 5. Apa pemeriksaan diagnostik hipertiroidisme ? 6. Apa komplikasi hipertiroidisme ?

7. Bagaimana penatalaksanaan hipertiroidisme ?

8. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan hipertiroidisme ?

1.3 Tujuan

1.Mahasiswa mampu memahami definisi hipertiroidisme 2. Mahasiswa mampu memahami etiologi hipertiroidisme 3. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi hipertiroidisme 4. Mahasiswa mampu memahami manifestasi klinik hipertiroidisme 5. Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan diagnostik hipertiroidisme 6. Mahasiswa mampu memahami komplikasi hipertiroidisme

7. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan hipertiroidisme

8.Mahasiswa mampu memahami konsep dasar asuhan keperawatan hipertiroidisme

(6)

PEMBAHASAN

A. Definisi Hipertiroid

Hipertiroidisme ( Tiroktosikosis) merupakan keadaan dimana didiapatkan kelebihan hormone tiroid karena ini berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan.

Hipertiroidisme adalah keadaan tirotoksikosis sebgaai akibat dari produksi tiroid, yang merupakan akibat dari fungsi tiroid yang berlebihan.

Hipertiroidisme (Hyperthyrodism) adalah keadaan disebabkan oleh kelenjar tiroid bekerja secara berlebihan sehingga menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan di dalam darah.

Krisis tiroid merupakan suatu keadaan klinis hipertiroidisme yang paling berat mengancam jiwa, umumnya keadaan ini timbul pada pasien dengan dasar penyakit Graves atau Struma multinodular toksik, dan berhubungan dengan faktor pencetus: infeksi, operasi, trauma, zat kontras beriodium, hipoglikemia, partus, stress emosi, penghentian obat anti tiroid, ketoasidosis diabetikum, tromboemboli paru, penyakit serebrovaskular/strok, palpasi tiroid terlalu kuat.

B. Anatomi Fisiologi Kelenjar Tiroid

Kelenjar Tiroid adalah sejenis kelenjar endokrin yang terletak di bagian bawah depan leher yang memproduksi hormon tiroid dan hormon calcitonin,melekat pada tulang sebelah kanan trakea dan melekat pada dinding laring. Kelenjar ini terdiri atas 2 lobus yaitu lobus destra dan lobus sinistra yang

(7)

saling berhubungan, masing- masing lobus yang tebalnya 4 cm dan lebarnya 2,5 cm.

Gambar 1. Anatomi kelenjar tiroid

Gambar 2. Penampang kelenjar tiroid

(8)

Kelenjar tiroid menghasilkan hormone tiroksin. Pembentukan hormone tiroid tergantung dari jumlah iodium eksogen yang masuk ke dalam tubuh. Sumber utama untuk menjaga keseimbangan yodium adalah yodium dalam makanan dan minuman.

Struktur Mikroskopis

Kelenjar ini terdiri atas folikel seperti kelenjar asiner berdinding selapis sel. Jika sedang beraktivitas kelenjar ini berbentuk kuboid yang tinggi, sedangkan bila sedang istirahat sel ini berbentuk pipih dan bagian tengah asinernya terisi koloid senyawa triglobulin, tirosin, dan hormone kelenjar tiroid.

Hormon Tiroid

Hormon yang terdiri dari asam amino yang mengawal kadar metabolisme Penyakit Grave, penyebab tersering hipertiroidisme, adalah suatu penyakit otoimun yang biasanya ditandai oleh roduksi otoantibodi yang memiliki kerja mirip TSH pada kelenjar tiroid. Otoantibodi IgG ini, yang disebut immunooglobulin perangsang tiroid (thyroid-stimulating immunoglobulin), meningkatkan pembenftukan HT, tetapi tidak mengalami umpan balik negatif dari kadar HT yang tinggi. Kadar TSH dan TRH rendah karena keduanya berespons terhadap peningkatan kadar HT.

(9)

Sekresi Hormon tiroid

Hormone tiroid dari sel kelenjar memelukan bantuan TSH untuk endositosis koloid oleh mikrofili. Enzim proteliotik berfungsi untuk memecahkan ikatan hormone T3 dan T4 dari triglobulin kemudian melepasnya keperedaran darah. Saat didistribusikan melalui plasma akan terikat oleh PBI. PBI kecil dan besar akan terikat oleh protei yang bebas dalam keseimbangan.

Pembuluh Darah

Kapiler darah dan limfe membentuk pleksus yang erat dalam mengitari folikel sehingga membantu melintasnya hormone kedalam lumen kapiler. Susunan pembuluh darah menunjukkan bahwa terdapat gelombang dalam darah yang di suplay ke daerah yang berbeda pada kelenjar.

Persarafan

Sejumlah besar serat saraf tak bermielin terdapat pada dinding arteri tiroid dan sebagian besar mempunyai fungsi vasomotor. Beberapa saraf simpatis berakhir pada lamina asal folikel yang menunjukkan rangsangan saraf dalam mempengaruhi fungsi tiroid melalui pengaruh langsug pada sel folikel yang menunjukkan rangsangan saraf dalam mempengaruhi fungsi tiroid.

Fungsi Fisiologis Hormon Tiroid:

1. Meningkatkan transkripsi gen ketika hormon tiroid (kebanyakan T3) berikatan dengan reseptornya di inti sel.

(10)

2. Meningkatkan jumlah dan aktivitas mitokondria sehingga pembentukkan ATP (adenosin trifosfat) meningkat.

3. Meningkatkan transfor aktif ion melalui membran sel.

4. Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan otak, terutama pada masa janin.

C. Insidens

Prevalensi penderita Hipertiroidisme menyerang wanita 5 kali lebih sering di bandingkan dengan laki-laki dan insidennya akan memuncak dalam decade usia ketiga serta ke empat. Keadaan ini dapat timbul setelah terjadinya syok emosional, stress atau infeksi. Pada usia muda umumnya disebabkan oleh penyakit graves, penyakit ini relative sering di jumpai dan pada anak- anak jarang terjadi. Sedangkan struma multinodular toksik umumnya timbul pada usia tua. Di daerah pantai dan kota, insidensya lebih tinggi di bandingkan di daerah pegunungan atau di pedesaan.

D. Etiologi

Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan TSH dan TRF karena umpan balik negatif HT terhadap pelepasan keduanya.

Hipertiroidisme akibat rnalfungsi hipofisis memberikan gambamn kadar HT dan TSH yang finggi. TRF akan Tendah karena uinpan balik negatif dari HT dan TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan memperlihatkan HT yang finggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan.

(11)

a) Penyakit Graves

Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang oberaktif dan merupakan penyebab hipertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini biasanya turunan. Wanita 5 kali lebih sering daripada pria. Di duga penyebabnya adalah penyakit autonoium, dimana antibodi yang ditemukan dalam peredaran darah yaitu tyroid stimulating.

Immunogirobulin (TSI antibodies), Thyroid peroksidase antibodies (TPO) dan TSH receptor antibodies (TRAB). Pencetus kelainan ini adalah stres, merokok, radiasi, kelainan mata dan kulit, penglihatan kabur, sensitif terhadap sinar, terasa seperti ada pasir di mata, mata dapat menonjol keluar hingga double vision. Penyakit mata ini sering berjalan sendiri dan tidak tergantung pada tinggi rendahnya hormon teorid. Gangguan kulit menyebabkan kulit jadi merah, kehilangan rasa sakit, serta berkeringat banyak.

b) Toxic Nodular Goiter

Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa satu atau banyak. Kata toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule atau biji itu tidak terkontrol oleh TSH sehingga memproduksi hormon tiroid yang berlebihan.

10. Penyebab Hipertiroid Lain

a) Minum obat Hormon Tiroid berlebihan

Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium dan kontrol ke dokter yang tidak teratur. Sehingga pasien terus minum obat tiroid, ada

(12)

pula orang yang minum hormon tiroid dengan tujuan menurunkan badan hingga timbul efek samping.

b) Produksi TSH yang Abnormal

Produksi TSH kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH berlebihan, sehingga merangsang tiroid mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak.

c) Tiroiditis (Radang kelenjar Tiroid)

Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut tiroiditis pasca persalinan, dimana pada fase awal timbul keluhan hipertiorid, 2-3 bulan kemudian keluar gejala hpotiroid.

d) Konsumsi Yoidum Berlebihan

Bila konsumsi berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid, kelainan ini biasanya timbul apabila sebelumnya si pasien memang sudah ada kelainan kelenjar tiroid.

e) Struma nodusa

Struma endemis, biasanya dalam bentuk struma nodusa terutama ditemukan didaerah pegunungan yang airnya kurang yodium. Etiologi umumnya multifaktor, biasanya tiroid sudah mulai membesar pada usia muda, awalnya difus, dan berkembang menjadi multinodular.

(13)

Karsinoma tiroid berasal dari sel folikel tiroid. Keganasan tiroid dikelompokkan menjadi, karsinoma tiroid berdiferensiasi baik, yaitu bentuk papiler, folikuler, atau campuran keduanya.

E. Patofisiologi

Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari ukuran normalnya, disertai dengan banyaknya hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel di dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat berapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Setiap sel meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa kali lipat.

Perubahan pada kelenjar tiroid ini mirip dengan perubahan akibat kelebihan TSH. Pada beberapa penderita ditemukan adaya beberapa bahan yang mempunyai kerja mirip dengan TSH yang ada di dalam darah. Biasanya bahan-bahan ini adalah antibodi imunoglobulin yang berikatan dengan reseptor membran yang sama degan reseptor membran yang mengikat TSH. Bahan-bahan tersebut merangsang aktivasi terus-menerus dari sistem cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme. Dimana ada peningkatan produksi T3 dan T4 mengakibatkan peningkatan pembentukan limfosit oleh karena efek dari auto imun yang akan mengilfiltrasi ke jaringan orbita dan otot mata sehingga terjadi edema jaringan retro orbita mengakibatkan eksoftalmus. Pada beberapa keadaan dapat menjadi sangat parah sehingga protusi bola mata dapat menarik saraf optik sehingga mengganggu penglihatan penderita. Yang lebih sering yaitu kerusakan pada kelopak mata yang menjadi sulit menutup sempurna pada waktu penderita berkedip atau tidur akibatnya permukaan epitel mata menjadi kering dan mudah

(14)

mengalami iritasi dan seringkali terinfeksi sehingga timbul luka pada kornea penderita.

Peningkatan produksi T3 dan T4 juga mengakibatkan aktivitas simpatis berlebih, adanya peningkatan aktivitas medula spinalis yang akan menyebabkan gangguan pengeluaran tonus otot sehingga menimbulkan tremor halus. Peningkatan kecepatan serebrasi mengakibatkan gelisah, apatis, paranoid, dan ansietas

Selain itu dapat mengakibatkan hipermetabolisme yang berpengaruh pada peningkatan sekresi getah pencernaan dan peningkatan peristaltik saluran cerna dimana salah satunya akan ada peningkatan nafsu makan dan juga timbulnya diare. Bila terjadi peningkatan metabolisme KH dan lemak mengakibatkan proses oksidasi dalam tubuh meningkat yang akan meningkatkan produksi panas ditandai dengan berkeringat dan tidak tahan panas dan penurunan cadangan energi mengakibatkan kelelahan dan penurunan berat badan. Karena hipermetabolisme sehingga penggunaan O2 lebih cepat dari normal dan adanya peningkatan CO2 menyebabkan peningkatan kecepatan nafas sehingga terjadi sesak nafas.

(15)
(16)
(17)

G. Manifestasi Klinik

Penderita hipertiroidisme yang sudah berkembang lebih jauh akan memperlihatkan kelompok tanda dan gejala yang khas (yang kadang- kadang disebut tirotoksikosis) . Gejala yang sering ditemukan pada penderita hipertiroid yakni :

1. Umum :Berat badan turun, keletihan, apatis, berkeringat, dan tidak tahan panas. Emosi : gelisah, iritabilitas, gugup, emosi labil, perilaku mania dan perhatian menyempit.

2. Kardiovaskuler ;Palpitasi, sesak nafas, angina,gagal jantung, sinus takikardi, fibrilasi atrium, nadi kolaps.

3. Neuromuskular : Gugup,gelisah, agitasi, tremor, korea atetosis,psikosis, kelemahan otot, secara emosional mudah terangsang (hipereksitabel), iritabel dan terus menerus merasa khawatir, serta tidak dapat duduk diam .

4. Gastrointestinal : penderita mengalami peningkatan selera makan dan konsumsi makanan, penurunan berat badan yang progresif, kelelahan otot yang abnormal, perubahan defekasi dengan konstipasi atau diare, serta muntah.

5. Reproduksi : Oligomenorea, infertilitas,, amenore, libido meningkat.

6. Kulit : Warna kulit penderita biasanya agak kemerahan (flushing) dengan warnah salmon yang khas dan cenderung terasa hangat, lunak serta basah. namun demikian, pasien yang berusia lanjut mungkin kulitnya agak kering, tangan gemetar, Pruritus, eritema Palmaris, miksedema pretibial, rambut tipis..

(18)

8. Mata : lakrimasi meningkat,kemosis (edeme konjungtiva), proptosis, ulserasi kornea,optalmoplegia, diplobia, edema pupil, penglihatan kabur.

H. Komplikasi

Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis tirotoksik (thyroid storm). Hal ini dapat berkernbang secara spontan pada pasien hipertiroid yang menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan TH dalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia (sampai 1060F), dan, apabila tidak diobati, akan menyebabkan kematian.

Penyakit jantung Hipertiroid, oftalmopati Graves, dermopati Graves, infeksi karena agranulositosis pada pengobatan dengan antitiroid. Krisis tiroid : mortalitas.

I. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan memastikan diagnosis keadaan dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid. T4 dan T3 serum : meningkat (normal : T3 = 26-39 mg, T4 = 80-100 mg)

2. TSH (Tiroid Stimulating Hormone) tertekan dan tidak bereson pd TRH 3. Bebas T4 (tiroksin)

4. Bebas T3 (triiodotironin)

5. Diagnosa juga boleh dibuat menggunakan ultrasound untuk memastikan pembesaran kelenjar tiroid

6. Hipertiroidisme dapat disertai penurunan kadar lemak serum 7. Penurunan kepekaan terhadap insulin, yang dapat menyebabkan

hiperglikemia.

8. Tiroid scan untuk melihat pembesaran kelenjar tiroid 9. Tiroglobulin : meningkat

10. ikatan protein iodium : meningkat

11. gula darah : meningkat (sehubungan dengan kerusakan andrenal) 12. kortisol plasma : turun (menurunnya pengeluaran pada andrenal) 13. pemeriksaan fungsi hepar : abnormal

(19)

14. elektrolit : hiponatrenia mungkin sebagai akibat dari respon andrenal atau efek dilusi dalam tera cairan pengganti. Hipoklemia terjadi dengan sendiranya pada kehilangan melalui gastrointestinal dan dieresis 15. katekolamin serum : menurun

16. kreatinin urine : meningkat

17. EKG : fibrilasi atrium, waktu sistolik memendek, kardiomegali J. Penatalaksanaan

1. Konservatif

Tata laksana penyakit Graves

a. Obat Anti-Tiroid. Obat ini menghambat produksi hormon tiroid. Jika dosis berlebih, pasien mengalami gejala hipotiroidisme. Contoh obat adalah sebagai berikut :

1) Thioamide

2) Methimazole dosis awal 20 -30 mg/hari

3) Propylthiouracil (PTU) dosis awal 300 – 600 mg/hari, dosis maksimal 2.000 mg/hari

4) Potassium Iodide 5) Sodium Ipodate 6) Anion Inhibitor

b. Beta-adrenergic reseptor antagonist. Obat ini adalah untuk mengurangi gejalagejala hipotiroidisme.

(20)

Indikasi :

a. Mendapat remisi yang menetap atau memperpanjang remisi pada pasien muda dengan struma ringan –sedang dan tiroktosikosis

b. Untuk mengendalikan tiroktosikosis pada fase sebelum pengobatan atau sesudah pengobatan yodium radioaktif

c. Persiapan tiroidektomi d. Pasien hamil, usia lanjut e. Krisis tiroid

Penyekat adinergik ß pada awal terapi diberikan, sementara menunggu pasien menjadi eutiroid setelah 6-12 minggu pemberian anti tiroid. Propanolol dosis 40-200 mg dalam 4 dosis pada awal pengobatan, pasien kontrol setelah 4-8 minggu. Setelah eutiroid, pemantauan setiap 3-6 bulan sekali: memantau gejala dan tanda klinis, serta Lab.FT4/T4/T3 dan TSHs. Setelah tercapai eutiroid, obat anti tiroid dikurangi dosisnya dan dipertahankan dosis terkecil yang masih memberikan keadaan eutiroid selama 12-24 bulan. Kemudian pengobatan dihentikan , dan di nilai apakah tejadi remisi. Dikatakan remisi apabila setelah 1 tahun obat antitiroid di hentikan, pasien masih dalam keadaan eutiroid, walaupun kemudian hari dapat tetap eutiroid atau terjadi kolaps.

2. Surgical

a. Radioaktif iodine.

Tindakan ini adalah untuk memusnahkan kelenjar tiroid yang hiperaktif b. Tiroidektomi.

(21)

Tindakan Pembedahan ini untuk mengangkat kelenjar tiroid yang membesar

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIPERTIROIDISME

3.1 Pengkajian 1. Identitas

Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan penanggung biaya.

2. Keluhan utama

Pasien merasa perutnya tidak enak dan sering buang air besar dengan konsistensi cair.

3. Riwayat keperawatan

a. Riwayat kesehatan sekarang b. Riwayat kesehatan dulu c. Riwayat kesehatan keluarga

Dalam keluarga klien tidak ada yang memiliki riwayat penyakit hipertiroid.

(22)

d. Riwayat psikososial 4. Pemeriksaan fisik

a. Tanda – Tanda Vital

1. TD : Menigkat

2. Nadi : Meningkat 3. Respirasi : Menigkat 4. Suhu : Menigkat 5. Berat badan : Menurun

b. Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of System ) 1. Pernafasan B1 (breath)

Sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis), frekuensi pernafasan meningkan,dipneu,dipsneu,dan edema paru.

2. Kardiovaskular B2 (blood)

Hipertensi, aritmia, palpitasi, gagal jantung, limfositosis, anemia, splenomegali, leher membesar

3. Persyarafan B3 (brain)

Bicaranya cepat dan parau, gangguan status mental dan perilaku, seperti: bingung, disorientasi, gelisah, peka rangsang, delirium, psikosis, stupor, koma, tremor halus pada tangan, tanpa tujuan, beberapa bagian tersentak – sentak, hiperaktif refleks tendon dalam (RTD).

4. Perkemihan B4 (bladder)

Oligomenorea, amenorea, libido turun, infertil, ginekomasti 5. Pencernaan B5 (bowel)

(23)

Kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan banyak, makannya sering, kehausan, mual dan muntah. 6. Muskuloskeletal/integument B6 (bone)

Rasa lemah, kelelahan

c. Data Laboratorium

1. Tes ambilan RAI : Meningkat pd penyakit graves & toksik goiter noduler,menurun pada tiroiditis

T4 dan T3 serum : meningkat (normal : T3 = 26-39 mg, T4 = 80-100 mg)

2. T4 dan T3 bebas serum : meningkat 3. Tiroglobulin : meningkat

4. Stimulasi TRH : dikatakan tiroid jika TRH tidak ada sampai meningkat setelah pemberian TRH

5. Ikatan protei iodiun : meningkat

6. GDA : meningkat (sehubungan dengan kerusakan andrenal) 7. kreatinin urine : meningkat

8. EKG : fibrilasi atrium, waktu sistolik memendek, kardiomegali I. Pengkajian

(24)

 Gejala : Imsomnia, sensitivitas meningkat, Otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat

 Tanda : Atrofi otot 2) Sirkulasi

 Gejala : Palpitasi, nyeri dada (angina)

 Tanda : Distritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang berat. Takikardia saat istirahat. Sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis)

3) Eliminasi

 Gejala : Perubahan pola berkemih ( poliuria, nocturia), Rasa nyeri / terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), Infeksi saluran kemih berulang, nyeri tekan abdomen, diare, urine encer, pucat, kuning, poliuria ( dapat berkembang menjadi oliguria atau anuria jika terjadi hipovolemia berat), urine berkabut, bau busuk (infeksi), bising usus lemah dan menurun, hiperaktif ( diare )

4) Integritas / Ego

 Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi.

 Tanda : Ansietas peka rangsang 5) Makanan / Cairan

 Gejala : Hilang nafsu makan, mual atau muntah. tidak mengikuti diet : peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari periode beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretic ( tiazid )

 Tanda : Kulit kering atau bersisik, muntah, pembesaran thyroid ( peningkatan kebutuhan metabolisme dengan pengingkatan gula darah ), bau halitosis atau manis, bau buah ( napas aseton)

6) Neurosensori

 Gejala : Pusing atau pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot parasetia, gangguan penglihatan

 Tanda : Disorientasi, megantuk, lethargi, stupor atau koma ( tahap lanjut), gangguan memori ( baru masa lalu ) kacau mental. Refleks tendon dalam (RTD menurun; koma). Aktivitas kejang ( tahap lanjut dari DKA)

7) Nyeri / Kenyamanan

 Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang / berat), Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati.

(25)

8) Pernapasan

 Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen (tergantung adanya infeksi atau tidak)

 Tanda : sesak napas, batuk dengan atau tanpa sputum purulen (infeksi), frekuensi pernapasan meningkat

9) Keamanan

 Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit

 Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi atau ulserasi, menurunnya kekuatan umum / rentang gerak, parastesia atau paralysis otot termasuk otot- otot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam ) 10) Seksualitas

 Gejala : Rabas wanita ( cenderung infeksi ), masalah impotent pada pria ; kesulitan orgasme pada wanita

 Tanda : Glukosa darah : meningkat 100-200 mg/ dl atau lebih. Aseton plasma : positif secara menjolok. Asam lemak bebas : kadar lipid dengan kolosterol meningkat

II. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada klien yang mengalami hipertiroidisme adalah sebagai berikut :

1. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung

2. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi

3. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat badan)

4. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan Perubahan mekanisme perlindungan dari mata ; kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus.

5. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis; status hipermetabolik. 6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan

(26)

7. Risiko tinggi perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologik, peningkatan stimulasi SSP/mempercepat aktifitas mental, perubahan pola tidur

III. Intervensi Keperawatan

1. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung

Tujuan :Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan

kebutuhan tubuh, dengan kriteria : 1) Nadi perifer dapat teraba normal. 2) Vital sign dalam batas normal. 3) Pengisian kapiler normal 4) Status mental baik 5) Tidak ada disritmia Intervensi :

a. Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan berdiri jika memungkinkan. Perhatikan besarnya tekanan nadi

- Rasional : Hipotensi umum atau ortostatik dapat terjadi sebagai akibat dari vasodilatasi perifer yang berlebihan dan penurunan volume sirkulasi b. Periksa kemungkinan adanya nyeri dada atau angina yang dikeluhkan pasien.

- Rasional : Merupakan tanda adanya peningkatan kebutuhan oksigen oleh otot jantung atau iskemia

c. Auskultasi suara nafas. Perhatikan adanya suara yang tidak normal (seperti krekels)

(27)

- Rasional : S1 dan murmur yang menonjol berhubungan dengan curah jantung meningkat pada keadaan hipermetabolik

d. Observasi tanda dan gejala haus yang hebat, mukosa membran kering, nadi lemah, penurunan produksi urine dan hipotensi

- Rasional : Dehidrasi yang cepat dapat terjadi yang akan menurunkan volume sirkulasi dan menurunkan curah jantung

e. Catat masukan dan haluaran

- Rasional : Kehilangan cairan yang terlalu banyak dapat menimbulkan dehidrasi berat

2. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energy

Tujuan : Klien akan mengungkapkan secara verbal tentang peningkatan tingkat

energi

Intervensi :

a. Pantau tanda vital dan catat nadi baik istirahat maupun saat aktivitas.

- Rasional : Nadi secara luas meningkat dan bahkan istirahat , takikardia mungkin ditemukan

b. Ciptakan lingkungan yang tenang

- Rasional : Menurunkan stimulasi yang kemungkinan besar dapat menimbulkan agitasi, hiperaktif, dan imsomnia

c. Sarankan pasien untuk mengurangi aktivitas

- Rasional : Membantu melawan pengaruh dari peningkatan metabolisme d. Berikan tindakan yang membuat pasien merasa nyaman seperti massage

- Rasional : Meningkatkan relaksasi

3. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat badan)

Tujuan : Klien akan menunjukkan berat badan stabil dengan kriteria :

(28)

b. Berat badan normal

c. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

Intervensi :

a. Catat adanya anoreksia, mual dan muntah

- Rasional : Peningkatan aktivitas adrenergic dapat menyebabkan gangguan sekresi insulin/terjadi resisten yang mengakibatkan hiperglikemia

b. Pantau masukan makanan setiap hari, timbang berat badan setiap hari

- Rasional : Penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan masukan kalori yang cukup merupakan indikasi kegagalan terhadap terapi antitiroid c. Kolaborasi untuk pemberian diet tinggi kalori, protein, karbohidrat dan

vitamin

- Rasional : Mungkin memerlukan bantuan untuk menjamin pemasukan zat-zat makanan yang adekuat dan mengidentifikasi makanan pengganti yang sesuai

4. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan mekanisme perlindungan dari mata; kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus

Tujuan : Klien akan mempertahankan kelembaban membran mukosa mata,

terbebas dari ulkus

Intervensi :

a. Observasi adanya edema periorbital

- Rasional : Stimulasi umum dari stimulasi adrenergik yang berlebihan b. Evaluasi ketajaman mata

(29)

- Rasional : Oftalmopati infiltratif adalah akibat dari peningkatan jaringan retroorbita

c. Anjurkan pasien menggunakan kaca mata gelap - Rasional : Melindungi kerusakan kornea d. Bagian kepala tempat tidur ditinggikan

- Rasional : Menurunkan edema jaringan bila ada komplikasi

5. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis; status hipermetabolik

Tujuan : Klien akan melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi

dengan kriteria : Pasien tampak rileks

Intervensi :

a. Observasi tingkah laku yang menunjukkan tingkat ansietas

- Rasional : Ansietas ringan dapat ditunjukkan dengan peka rangsang dan imsomnis

b. Bicara singkat dengan kata yang sederhana

- Rasional : Rentang perhatian mungkin menjadi pendek , konsentrasi berkurang, yang membatasi kemampuan untuk mengasimilasi informasi c. Jelaskan prosedur tindakan

- Rasional : Memberikan informasi yang akurat yang dapat menurunkan kesalahan interpretasi

d. Kurangi stimulasi dari luar

- Rasional : Menciptakan lingkungan yang terapeutik

6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi

Tujuan : Klien akan melaporkan pemahaman tentang penyakitnya dengan Kriteria mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya

(30)

a. Tinjau ulang proses penyakit dan harapan masa depan

- Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat menentukan pilihan berdasarkana informasi

b. Berikan informasi yang tepat

- Rasional : Berat ringannya keadaan, penyebab, usia dan komplikasi yang muncul akan menentukan tindakan pengobatan

c. Identifikasi sumber stress

- Rasional : Faktor psikogenik seringkali sangat penting dalam memunculkan/eksaserbasi dari penyakit ini

d. Tekankan pentingnya perencanaan waktu istirahat - Rasional : Mencegah munculnya kelelahan e. Berikan informasi tanda dan gejala dari hipotiroid

- Rasional : Pasien yang mendapat pengobatan hipertiroid besar kemungkinan mengalami hipotiroid yang dapat terjadi segera setelah pengobatan selama 5 tahun kedepan

7. Risiko tinggi perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologik, peningkatan stimulasi SSP/mempercepat aktifitas mental, perubahan pola tidur

Tujuan : Mempertahankan orientasi realitas umumnya, mengenali perubahan

dalam berpikir/berprilaku dan faktor penyebab.

Intervensi :

a. Kaji proses pikir pasien seperti memori, rentang perhatian, orientasi terhadap tempat, waktu dan orang

- Rasional : Menentukan adanya kelainan pada proses sensori

b. Catat adanya perubahan tingkah laku

- Rasional :Kemungkinan terlalu waspada, tidak dapat beristirahat, sensitifitas meningkat atau menangis atau mungkin berkembang menjadi psikotik yang sesungguhnya

(31)

c. Kaji tingkat ansietas

- Rasional :Ansietas dapat merubah proses pikir

d. Ciptakan lingkungan yang tenang, turunkan stimulasi lingkungan

- Rasional :Penurunan stimulasi eksternal dapat menurunkan hiperaktifitas/refleks, peka rangsang saraf, halusinaso pendengara.

e. Orientasikan pasien pada tempat dan waktu

- Rasional :Membantu untuk mengembangkan dan mempertahankan kesadaran pada realita/lingkungan

f. Anjurkan keluarga atau orang terdekat lainnya untuk mengunjungi klien. - Rasional :Membantu dalam mempertahankan sosialisasi dan orientasi

pasien.

g. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi seperti sedatif/tranquilizer, atau obat anti psikotik.

- Rasional :Meningkatkan relaksasi, menurunkan hipersensitifitas saraf/agitasi untuk meningkatkan proses pikir.

IV. Evaluasi

Hasil yang diharapkan adalah :

1. Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh

2. Klien akan mengungkapkan secara verbal tentang peningkatan tingkat energi

3. Klien akan menunjukkan berat badan stabil

4. Klien akan mempertahankan kelembaban membran mukosa mata, terbebas dari ulkus

5. Klien akan melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi 6. Klien akan melaporkan pemahaman tentang penyakitnya

7. Mempertahankan orientasi realitas umumnya, mengenali perubahan dalam berpikir/berprilaku dan faktor penyebab

(32)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan di mana didapatkan kelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan.

Penyebab dari hipertiroidisme yaitu adanya gangguan homeostatic yang disebabkan oleh produksi TSH yang berlebihan atau adanya perubahan autonomic kelenjar tiroid menjadi hiperfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Ada banyak gejala pada penderita penyakit ini yakni

(33)

gemetar,palpitasi,gelisah,penurunan berat badan yang drastic,nafsu makan meningkat,emosional,dsb.

Setelah dilakukan askep diharapkan klien mampu mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh, mengungkapkan secara verbal tentang peningkatan tingkat energy, menunjukkan berat badan stabil, mempertahankan kelembaban membran mukosa mata, terbebas dari ulkus, ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi, melaporkan pemahaman tentang penyakitnya, Mempertahankan orientasi realitas umumnya, mengenali perubahan dalam berpikir/berprilaku dan faktor penyebab.

Daftar Pustaka

Barbara, C. Long. 1996. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan

Proses Keperawatan ). Bandung : Yayasan Ikatan Allumni Pendidikan

Keperawatan Padjajaran

Corwin, E,J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT. Gramedia

Carpenitto, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi

(34)

Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan (Edisi III). Jakarta : EGC

Hinchliff. 1999. Kamus Keperawatan. Jakarta : EGC

http://www.scribd.com/doc/64809543/ASKEP-HIPERTIROID

http://www.totalkesehatananda.com/hipertiroid1.html

http://aceh.tribunnews.com/2012/01/30/gejala-hipertiroid-mudah-emosi-dan-berdebar-debar

Gambar

Gambar 1. Anatomi kelenjar tiroid

Referensi

Dokumen terkait

Kegagalan jantung kongestif adalah suatu kegagalan pemompaan (di mana cardiac output tidak mencukupi kebutuhan metabolik tubuh), hal ini mungkin terjadi sebagai

Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan tidak adekuat (nafsu makan berkurang)c. Dorong orangtua atau anggota

Pada diagn$sa keperawatan kebuthan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan yang tidak adekuat penulis melakukan tindakan mengka)i adanya alergi makanan

Henti jantung atau cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung secara mendadak untuk mempertahankan sirkulasi normal darah untuk memberi kebutuhan oksigen ke

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia ditandai dengan : Ds : klien mengatakan tidak ada nafsu makan sejak 5 hari yang lalu Klien mengatakan

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi tidak cukup untuk metabolisme yang ditandai dengan Keluarga klien mengatakan

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gagal jantung adalah keadaan dimana jantung sudah tidak mampu memompa darah sesuai dengan kebutuhan tubuh

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan defisiensi insulin, penurunan intake oral, status hipermetabolisme Tujuan : klien mendapatkan nutrisi yang adekuat Kriteria