• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rencana Strategis adalah Dokumen Perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk periode 5 (lima) Tahun yang memuat Visi, Misi, Tujuan, Strategi, Kebijakan, Program dan Kegiatan Pembangunan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi. Rencana Strategis Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung disusun mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bandung 2013-2018 serta memperhatikan kebijakan dan prioritas program pemerintah Kota Bandung., serta dengan memperhatikan Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 05 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 13 Tahun 2007 tentang Nomor 13 Tahun 2007, tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah Kota Bandung, dan perubahan pertama adalah Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 13 Tahun 2007 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah.

Rencana Strategis Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung merupakan pedoman dalam penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan pembangunan dan pelayanan publik Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian di Kota Bandung, yang disusun berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 08 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Bandung 2005-2025, Peraturan Daerah No. 25 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Jawa Barat Tahun 2005 – 2025 serta dengan pertimbangan potensi sumberdaya, memperhatikan faktor-faktor keberhasilan, hambatan, evaluasi kinerja, serta isu-isu strategis yang berkaitan dengan ketenagakerjaan dan ketransmigrasian yang sedang berkembang.

Penyusunan Rencana Strategis Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung berlandaskan pada beberapa faktor pertimbangan, antara lain :

1. Penetapkan indikator kinerja yang disesuaikan dengan target kinerja RPJMD Tahun

2013-2018;

2. Penyelarasan lebih lanjut antara kebijakan horizontal dan vertikal yang terkait dengan

(2)

1.2 Keterkaitan Renstra – SKPD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya

Rencana Strategi Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung secara substantif tidak berdiri sendiri, dokumen ini terkait dengan keberadaan dokumen perencanaan lainnya yang bersifat perencanaan program pembangunan (a-spatial). Oleh karena itu dalam penyusunannya memperhatikan dan mensinergikan dengan:

1. Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Bandung 2005 – 2025.

2. Peraturan Daerah Nomor 03 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2013 – 2018.

3. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 10 Tahun 2013 tentang tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018

4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor 2 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Lampiran Permennakertrans Nomor PER.03/MEN/1/2010 Tentang RENSTRA Kemennakertrans Tahun 2010-2014,

serta dokumen lainnya yang berkaitan dengan Urusan Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian. Adapun pokok yang berkaitan, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.1.

Keterkaitan RENSTRA Dinas Tenaga Kerja dengan Dokumen Perencanaan Lainnya RENSTRA

Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung 2013-2018 RPJMD Kota Bandung 2013-2018 RENSTRA Dinas Tenaga Kerja & Transmigrasi Propinsi Jawa Barat

2013-2018 RPJMD Propinsi Jawa Barat 2013-2018 RENSTRA Kementerian Tenaga Kerja &

Transmigrasi 2010-2014 Keterkaitan Misi : 1. Meningkatkan kompetensi dan produktifitas tenaga kerja 2. Meningkatkan kesempatan kerja 3. Perlindungan dan Pengembangan lembaga ketenagakerjaan 4. Meningkatkan Penempatan Transmigrasi 5. Meningkatkan kualitas kinerja dengan prinsip tata kelola kepemerintahan yang baik (good governance) Membangun perekonomi an yang kokoh, maju, dan berkeadilan Misi 1 : Membangun Pencitraan Tenaga Kerja dan Transmigrasi Misi 2 : Mengembangkan Kebersamaan Pelaku Pembangunan Misi 4 : Mengoptimalkan Lembaga Pengembangan Sumberdaya manusia Misi 1: Memantapkan Masyarakat Jawa Barat yang Berkualitas, Produktif, dan Berwawasan Luas. Misi 2 : Memantapkan Pembangunan Ekonomi Regional Secara Menyeluruh. Misi 3 : Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

(3)

Keterkaitan Sasaran : Sasaran : 1. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia tenaga kerja; 2. Peningkatan penempatan kerja dan perluasan kesempatan kerja 3. Peningkatan pembinaan hubungan industrial dan perlindungan tenaga kerja, keselamatan dan kesehatan kerja 4. Peningkatan penempatan transmigrasi 5. Terciptanya tata kelola organisasi yang efektif, transparan, dan akuntabel Sasaran : Meningkatka n kesempatan kerja dan perlindunga n tenaga kerja Sasaran Misi 1: Meningkatnya Kualitas Tenaga Kerja dan Transmigran Terlatih yang Siap Kerja Pada Berbagai Sektor Lapangan Kerja dan Transmigrasi Sasaran Misi 2 : Meningkatnya Penempatan Tenaga Kerja di berbagai lapangan usaha Sasaran Misi 4 : Meningkatnya Kerjasama Kemitraan dengan dunia Usaha dalam meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan transmigrasi Sasaran Meningkatnya kualitas tenaga kerja dan perlindungan terhadap tenaga kerja Agenda : Perbaikan Iklim Ketenagakerjaan Sasaran : menurunkan Tingkat Pengangguran Menjadi 5,1 Persen Kebijakan :  Menciptakan Lapangan Kerja Formal Dan Modern  Memfasilitasi Perpindahan Pekerja Dari Produktivitas Rendah Ke Produktivitas Tinggi

Rencana Strategis merupakan acuan untuk penyusunan Rencana Kerja setiap tahun dalam rangka pencapaian visi, misi, dan arah pembangunan jangka menengah daerah Kota Bandung. Secara diagramatis keterkaitan Renstra Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung dengan dokumen perencanaan lainnya dapat dilihat pada gambar berikut:

RENSTRA DISNAKER KOTA BANDUNG RENSTRA DISNAKER&TRANS PROP. JABAR RPJMD PROPINSI JAWA BARAT RPJM KEMENAKERTRANS RI RPJPD 2005-2025 & RPJM 2009-2013 KOTA BANDUNG RENCANA KERJA 2014 RENCANA KERJA 2015 RENCANA KERJA 2016 RENCANA KERJA 2017 RENCANA KERJA 2018

(4)

Lebih jelasnya hubungan kinerja pembangunan daerah kaitan antara RPJMD Kota Bandung dengan RENSTRA SKPD diilustrasikan dalam gambar di bawah ini:

Kepala Daerah Tujuan/ Sasaran Visi/Misi Program Pembangunan Daerah Program Prioritas Tujuan/ Sasaran Visi/Misi Kepala SKPD Program/Kegiatan Prioritas

Visi/misi SKPD dibuat untuk secara langsung maupun tidak

langsung untuk mendukung atau mewujudkan visi misi

Kepala Daerah

Program Pembangunan Daerah berisi program-program prioritas terpilih yang menjadi

“top priority” untuk mewujudkan visi/misi Kepala

Daerah (RPJMD)

RPJMD

RENSTRA SKPD

Program Penyelengaraan Urusan Pem.Daerah Program Prioritas Gambar 1.2.

Hubungan Kinerja Pembangunan Daerah

1.3. Landasan Hukum

Landasan hukum penyusunan Rencana Strategi Tahun 2013–2018 adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang;

2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;

4. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 08 Tahun 2007 tentang Urusan Pemerintah Daerah Kota Bandung;

5. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 07 Tahun 2008, tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan serta

(5)

Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 05 Tahun 2009;

6. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 05 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 13 Tahun 2007 tentang Nomor 13 Tahun 2007, tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah Kota Bandung;

7. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 03 Tahun 2014, tentang tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Bandung Tahun 2013–2018;

8. Peraturan Walikota Bandung Nomor 265 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Unit Pelaksana Teknis pada Lembaga Teknis Daerah dan Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintah Kota Bandung;

9. Peraturan Walikota Bandung Nomor 475 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Satuan Organisasi pada Dinas Daerah Kota Bandung.

1.4. Maksud dan Tujuan

Rencana Strategi Tahun 2013-2018 ini disusun dengan maksud sebagai berikut: a. Memudahkan aparatur Pemerintah Kota Bandung, khususnya Dinas Tenaga Kerja Kota

Bandung, serta masyarakat pada umumnya untuk memahami visi, misi, strategi dan arah kebijakan ketenagakerjaan dan ketransmigrasian selama lima tahun ke depan dalam

rangka sinergitas pelaksanaan pembangunan bidang ketenagakerjaan dan

ketransmigrasian.

b. Merupakan dokumen perencanaan strategi dan prioritas program lima tahunan sebagai dasar penyusunan rencana kerja tahunan.

Tujuan disusunnya Renstra Dinas Tenaga Kerja Tahun 2013-2018 adalah :

a. Memperoleh dokumen rencana pembangunan bidang ketenagakerjaan lima tahunan yang terintegrasi dengan dokumen RPJMD Kota Bandung serta dokumen lainya yang berhubungan dengan urusan ketenagakerjaan dan ketransmigrasian.

b. Memberikan arah dan acuan pembangunan yang ingin dicapai Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung dalam kurun waktu lima tahun ke depan, yang diwujudkan dengan indikator capaian kinerja;

c. Memberikan pedoman operasional bagi aparat Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung dalam

(6)

1.5. Sistematika

Rencana Strategis (Renstra) Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung Tahun 2013 – 2018 disusun dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

1.2

Landasan Hukum

1.3

Maksud dan Tujuan

1.4

Sistematika Penulisan

Mengemukakan secara ringkas pengertian Renstra SKPD, fungsi Renstra SKPD dalam penyelenggaraan pembangunan daerah, proses penyusunan Renstra SKPD, keterkaitan Renstra SKPD dengan RPJMD, Renstra K/L dan Renstra provinsi/ kabupaten/ kota, dan dengan Renja SKPD.

Memuat penjelasan tentang undang-undang, peraturan

pemerintah, Peraturan Daerah, dan ketentuan

peraturan lainnya yang mengatur tentang struktur organisasi, tugas dan fungsi, kewenangan SKPD, serta pedoman yang dijadikan acuan dalam penyusunan perencanaan dan penganggaran SKPD

Memuat penjelasan tentang maksud dan tujuan dari penyusunan Renstra SKPD

Menguraikan pokok bahasan dalam penulisan Renstra SKPD, serta susunan garis besar isi dokumen.

BAB II

GAMBARAN PELAYANAN SKPD

2.1

Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi SKPD

Memuat informasi tentang peran (tugas pokok dan

fungsi) SKPD dalam penyelenggaraan urusan

pemerintahan daerah, mengulas secara ringkas apa saja

sumber daya yang dimiliki SKPD dalam

penyelenggaraan tugas dan fungsinya, mengemukakan capaian-capaian penting yang telah dihasilkan melalui pelaksanaan Renstra SKPD periode sebelumnya, mengemukakan capaian program prioritas SKPD yang telah dihasilkan melalui pelaksanaan RPJMD periode sebelumnya, dan mengulas hambatan-hambatan utama yang masih dihadapi dan dinilai perlu diatasi melalui Renstra SKPD ini.

Memuat penjelasan umum tentang dasar hukum pembentukan SKPD, struktur organisasi SKPD, serta uraian tugas dan fungsi sampai dengan satu eselon dibawah kepala SKPD. Uraian tentang struktur organisasi SKPD ditujukan untuk menunjukkan organisasi, jumlah personil, dan tata laksana SKPD (proses, prosedur, mekanisme).

2.2

Sumber Daya SKPD Memuat penjelasan ringkas tentang macam sumber daya yang dimiliki SKPD dalam menjalankan tugas dan

(7)

2.3

Kinerja Pelayanan SKPD

2.4

Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan SKPD

fungsinya, mencakup sumber daya manusia,

asset/modal, dan unit usaha yang masih operasional. Bagian ini menunjukkan tingkat capaian kinerja SKPD berdasarkan sasaran/target Renstra SKPD periode sebelumnya, menurut SPM untuk urusan wajib, dan/atau indikator kinerja pelayanan SKPD dan/atau indikator lainnya seperti MDGs atau indikator yang telah diratifikasi oleh pemerintah.

Bagian ini mengemukakan hasil analisis terhadap Renstra K/L dan Renstra SKPD kabupaten/kota (untuk

provinsi) dan Renstra SKPD provinsi (untuk

kabupaten/kota), yang berimplikasi sebagai tantangan dan peluang bagi pengembangan pelayanan SKPD pada lima tahun mendatang. Bagian ini mengemukakan macam pelayanan, perkiraan besaran kebutuhan pelayanan, dan arahan lokasi pengembangan pelayanan yang dibutuhkan.

BAB III

ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

3.1

Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD

3.2

Telaahan Visi, Misi, dan

Program Kepala daerah dan wakil kepala daerah Terpilih

3.3

Telaahan Renstra K/L dan Renstra

Pada bagian ini dikemukakan

permasalahan-permasalahan pelayanan SKPD beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya

Pada bagian ini dikemukakan

permasalahan-permasalahan pelayanan SKPD beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Bagian ini mengemukakan apa saja tugas dan fungsi SKPD yang terkait dengan visi, misi, serta program kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih. Selanjutnya berdasarkan identifikasi permasalahan pelayanan SKPD, dipaparkan apa saja faktor-faktor penghambat dan pendorong pelayanan SKPD yang dapat mempengaruhi pencapaian visi dan misi kepala daerah dan wakil kepala daerah tersebut. Faktor-faktor inilah yang kemudian menjadi salah satu bahan perumusan isu strategis pelayanan SKPD

Bagian ini mengemukakan apa saja faktor-faktor penghambat ataupun faktor-faktor pendorong dari pelayanan SKPD yang mempengaruhi permasalahan pelayanan SKPD ditinjau dari sasaran jangka menengah

Renstra K/L ataupun Renstra SKPD

(8)

Lingkungan Hidup Strategis

3.5

Penentuan Isu-isu Strategis

mempengaruhi permasalahan pelayanan SKPD ditinjau dari implikasi RTRW dan KLHS.

Pada bagian ini direview kembali faktor-faktor dari pelayanan SKPD yang mempengaruhi permasalahan pelayanan SKPD, selanjutnya dikemukakan metoda penentuan isu-isu strategis dan hasil penentuan isu-isu strategis tersebut. Dengan demikian, pada bagian ini diperoleh informasi tentang apa saja isu strategis yang akan ditangani melalui Renstra SKPD tahun rencana.

BAB IV

VISI, MISI, TUJUAN, DAN

SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

4.1

Visi dan Misi SKPD

4.2

Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah SKPD

4.3.

Strategi dan Kebijakan SKPD

Pada bagian ini dikemukakan rumusan pernyataan visi dan misi SKPD

Pada bagian ini dikemukakan rumusan pernyataan tujuan dan sasaran jangka menengah SKPD beserta indikator kinerjanya

Pada bagian ini dikemukakan rumusan pernyataan strategi dan kebijakan SKPD dalam lima tahun mendatang

BAB V

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

Pada bagian ini dikemukakan rencana program dan kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran, dan pendanaan indikatif

BAB VI

INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

Pada bagian ini dikemukakan indikator kinerja SKPD yang secara langsung menunjukkan kinerja yang akan dicapai SKPD dalam lima tahun mendatang sebagai komitmen untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran RPJMD.

(9)

BAB II

GAMBARAN PELAYANAN

DINAS TENAGA KERJA KOTA BANDUNG

2.1. Tugas Pokok, Fungsi, dan Struktur Organisasi Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung

Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 05 Tahun 2001 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah Kota Bandung, telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 13 Tahun 2009 dan diubah kembali dengan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 05 Tahun 2013 adalah Dinas Daerah yang melaksanakan sebagian kewenangan Daerah di bidang ketenagakerjaan, sebagaimana dijabarkan di bawah ini:

Tugas Pokok, dan Fungsi

Tugas pokok Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung adalah melaksanakan sebagian kewenangan Daerah di bidang tenaga kerja dan transmigrasi, untuk melaksanakan tugas pokok tersebut Dinas Tenaga kerja mempunyai fungsi yaitu:

a. Perumusan kebijakan teknis lingkup pelatihan dan produktivitas kerja, penempatan kerja dan transmigrasi, pembinaan hubungan industrial dan jaminan sosial ketenagakerjaan, serta pengawasan ketenagakerjaan;

b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang pelatihan dan produktivitas kerja, penempatan kerja dan transmigrasi, pembinaan hubungan industrial dan jaminan sosial ketenagakerjaan, serta pengawasan ketenagakerjaan;

c. Pembinaan dan pelaksanaan di bidang pelatihan dan produktivitas kerja, penempatan

kerja dan transmigrasi, pembinaan hubungan industrial dan jaminan sosial ketenagakerjaan, serta pengawasan ketenagakerjaan;

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya; e. Pembinaan, monitoring, evaluasi dan laporan penyelenggaraan kegiatan Dinas.

Untuk kelancaran dan optimalisasi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Tenaga Kerja berdasarkan Peraturan Walikota Bandung Nomor 475 Tahun 2008 tentang rincian tugas pokok dan fungsi Satuan Organisasi pada Dinas Daerah Kota Bandung, sebagai berikut:

(10)

1. Kepala Dinas

Kepala Dinas Tenaga Kerja mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian berdasarkan asas otonomi dan pembantuan.

Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, Kepala Dinas Tenaga Kerja mempunyai fungsi: (1) Perumusan kebijakan teknis lingkup pelatihan dan produktivitas kerja, penempatan kerja dan transmigrasi, pembinaan hubungan industrial dan jaminan sosial ketenagakerjaan, serta pengawasan ketenagakerjaan.

(2) Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang pelatihan dan produktivitas kerja, penempatan kerja dan transmigrasi, pembinaan hubungan industrial dan jaminan sosial ketenagakerjaan, serta pengawasan ketenagakerjaan. (3) Pembinaan dan pelaksanaan di bidang pelatihan dan produktivitas kerja, penempatan

kerja dan transmigrasi, pembinaan hubungan industrial dan jaminan sosial ketenagakerjaan, serta pengawasan ketenagakerjaan.

(4) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya, dan

(5) Pembinaan, monitoring, evaluasi, dan laporan penyelenggaraan kegiatan dinas.

2. Sekretaris

Sekretaris mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas Tenaga Kerja lingkup kesekretariatan. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, sekretaris mempunyai fungsi:

(1) Perencanaan penyusunan rencana kegiatan kesekretariatan;

(2) Pelaksanaan pelayanan administrasi kesekretariatan Dinas yang meliputi administrasi umum dan kepegawaian, keuangan, dan program;

(3) Pelaksanaan pengkoordinasian penyelenggaraan tugas-tugas bidang;

(4) Pelaksanaan pengkoordinasian penyusunan perencanaan, evaluasi dan pelaporan kegiatan Dinas;

(5) Pengkordinasian penyelenggaraan tugas-tugas bidang; dan

(6) Pembinaan, monitoring, evaluasi, dan pelaporan kegiatan kesekretariatan.

2.1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

Mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Sekretaris lingkup administrasi umum dan kepegawaian.

(11)

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Sub bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai fungsi:

(1) Penyusunan bahan rencana dan program pengelolaan lingkup administrasi umum dan kepegawaian;

(2) Pengelolaan administrasi umum yang meliputi pengelolaan naskah dinas, penataan

kearsipan Dinas, penyelenggaraan kerumahtanggaan Dinas, pengelolaan

perlengkapan dan administrasi perjalanan dinas;

(3) Pelaksanaan administrasi kepegawaian yang meliputi kegiatan penyusunan rencana, penyusunan bahan, pemrosesan, pengusulan dan pengelolaan data mutasi, cuti, disiplin, pengembangan pegawai dan kesejahteraan pegawai; dan

(4) Evaluasi dan pelaporan lingkup administrasi umum dan kepegawaian.

2.2. Kepala Sub Bagian Keuangan Dan Program

Sub bagian keuangan dan program mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Sekretaris lingkup keuangan dan program.

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Sub bagian keuangan dan program mempunyai fungsi:

(1) Penyusunan bahan rencana dan program pengelolaan lingkup administrasi keuangan dan program;

(2) Pengelolaan administrasi keuangan yang meliputi kegiatan penyusunan rencana, penyusunan bahan, pemprosesan, pengusulan dan pengelolaan data anggaran, koordinasi penyusunan anggaran, koordinasi pengelola dan pengendalian keuangan dan menyusun laporan keuangan Dinas;

(3) Pelaksanaan pengendalian program yang meliputi kegiatan penyusunan bahan dan koordinasi penyusunan rencana dan program kegiatan dinas, koordinasi penyusunan rencana dan program Dinas; dan

(4) Pelaporan pelaksanaan lingkup pengelolaan administrasi keuangan dan program Dinas.

3. Kepala Bidang Pelatihan dan Produktivitas Kerja

Bidang pelatihan dan produktivitas kerja mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pelatihan dan produktivitas kerja.

(12)

(1) Penyusunan rencana dan program lingkup pembinaan lembaga latihan kerja dan pelatihan kerja dan standarisasi kompetensi kerja;

(2) Penyusunan petunjuk teknis lingkup pembinaan lembaga latihan kerja dan pelatihan kerja dan standarisasi kompetensi kerja;

(3) Pelaksanaan lingkup pembinaan lembaga latihan kerja dan pelatihan kerja dan standarisasi kompetensi kerja; dan

(4) Monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup pembinaan lembaga latihan kerja dan pelatihan kerja dan standarisasi kompetensi kerja.

3.1. Kepala Seksi Pembinaan Lembaga Latihan Kerja Dan Pelatihan Kerja

Seksi pembinaan Lembaga Latihan Kerja dan Pelatihan Kerja mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pelatihan dan Produktivitas Kerja lingkup pembinaan lembaga latihan kerja dan pelatihan kerja.

Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi Pembinaan Lembaga Latihan Kerja dan Pelatihan Kerja mempunyai fungsi:

(1) Pengumpulan dan penganalisaan data lingkup pembinaan lembaga latihan kerja dan pelatihan kerja.

(2) Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pembinaan lembaga latihan kerja dan pelatihan kerja.

(3) Pelaksanaan lingkup pembinaan lembaga latihan kerja dan pelatihan kerja yang meliputi inventarisasi lembaga latihan kerja dan pelatihan kerja, pembinaan peningkatan kualitas lembaga latihan kerja & pelatihan kerja, pembinaan peningkatan produktivitas kerja dan fasilitasi pemagangan kerja di dalam negeri dan luar negeri. (4) Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan lembaga pelatihan; dan (5) Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup penyelenggaraan kegiatan pembinaan

lembaga latihan kerja dan pelatihan kerja.

3.2. Kepala Seksi Standarisasi Kompetensi Kerja

Seksi Standarisasi Kompetensi Kerja mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pelatihan dan Produktivitas Kerja lingkup Standarisasi Kompetensi Kerja. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi Standarisasi Kompetensi Kerja mempunyai fungsi:

(13)

(2) Penyusunan bahan perencanaan dan petunjuk teknis lingkup Standarisasi Kompetensi Kerja

(3) Pelaksanaan lingkup Standarisasi Kompetensi Kerja yang meliputi inventarisasi dan klasifikasi pekerjaan, pembinaan dan fasilitasi Standarisasi Kompetensi Kerja

(4) Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan Standarisasi Kompetensi Kerja

4. Bidang Penempatan Kerja Dan Transmigrasi

Bidang Penempatan Kerja dan Transmigrasi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup Penempatan Kerja dan Transmigrasi

Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidang Penempatan Kerja dan Transmigrasi mempunyai fungsi:

(1) Penyusunan rencana dan program lingkup penempatan tenaga kerja dan perluasan kerja serta transmigrasi;

(2) Penyusunan petunjuk teknis lingkup penempatan tenaga kerja dan perluasan kerja serta transmigrasi;

(3) Pelaksanaan penempatan tenaga kerja dan perluasan kerja serta transmigrasi;

(4) Pengkajian rekomendasi, pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan

penempatan tenaga kerja dan perluasan kerja serta transmigrasi;

(5) Pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup penempatan tenaga kerja dan perluasan kerja serta transmigrasi.

4.1. Seksi Penempatan Tenaga Kerja Dan Perluasan Kerja

Seksi Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kerja mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang penempatan tenaga kerja dan transmigrasi lingkup Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kerja.

Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kerja mempunyai fungsi:

(1) Pengumpulan dan penganalisaan data lingkup Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kerja;

(2) Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kerja;

(14)

dan rekomendasi penyelenggaraan penempatan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Kota Bandung, serta fasilitasi pendirian lembaga bursa kerja;

(4) Penyuluhan dan pengawasan penyelenggaraan pendirian kantor cabang Pelaksanaan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) Kota Bandung dan penyuluhan dan pengawasan penerbitan paspor TKI asal kota;

(5) Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kerja.

4.2. Seksi Transmigrasi

Seksi Transmigrasi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Penempatan Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Transmigrasi mempunyai fungsi:

(1) Pengumpulan dan penganalisaan data lingkup transmigrasi;

(2) Penyusunan bahan perencanaan dan petunjuk teknis lingkup transmigrasi;

(3) Pelaksanaan lingkup transmigrasi yang meliputi inventarisasi potensi transmigrasi, penyuluhan dan motivasi transmigrasi, penjajagan lokasi dan kerjasama penempatan transmigrasi serta monitoring kondisi transmigran; dan

(4) Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup transmigrasi.

5. Bidang Pembinaan Hubungan Industrial Dan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan

Bidang Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas lingkup Pembinaan hubungan industrial dan jaminan sosial ketenagakerjaan. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud ayat (1), bidang Pembinaan hubungan industrial dan jaminan sosial ketenagakerjaan mempunyai fungsi:

(1) Penyusunan rencana dan program lingkup Pembinaan dan pengembangan hubungan industrial dan jaminan sosial ketenagakerjaan serta penyelesaian perselisihan hubungan industrial;

(2) Penyusunan petunjuk teknis lingkup Pembinaan dan pengembangan hubungan industrial dan jaminan sosial ketenagakerjaan serta penyelesaian perselisihan hubungan industrial;

(3) Pelaksanaan lingkup Pembinaan dan pengembangan hubungan industrial dan jaminan sosial ketenagakerjaan serta penyelesaian perselisihan hubungan industrial;

(15)

(4) Pengkajian rekomendasi, pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan hubungan industrial dan jaminan sosial tenaga kerja; dan

(5) Pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup Pembinaan dan pengembangan hubungan industrial dan jaminan sosial ketenagakerjaan serta penyelesaian perselisihan hubungan industrial.

5.1. Seksi Pembinaan Dan Pengembangan Hubungan Industrial Dan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan

Seksi pembinaan dan pengembangan hubungan industrial dan jaminan sosial ketenagakerjaan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pembinaan hubungan industrial dan jaminan sosial ketenagakerjaan. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimanan pada ayat (1), Seksi pembinaan dan pengembangan hubungan industrial dan jaminan sosial ketenagakerjaan mempunyai fungsi:

(1) Pengumpulan dan penganalisaan data lingkup pembinaan dan pengembangan hubungan industrial dan jaminan sosial ketenagakerjaan;

(2) Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pembinaan dan pengembangan hubungan industrial dan jaminan sosial ketenagakerjaan;

(3) Pelaksanaan lingkup pembinaan dan pengembangan hubungan industrial dan jaminan sosial ketenagakerjaan yang meliputi fasilitasi penyusunan dan pengesahan peraturan perusahaan, pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama (PKB) dan Perjanjian Pekerjaan, Pencatatan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT), pencatatan organisasi pekerja dan pengusaha dan verifikasi keanggotaan Serikat Pekerja pembinaan kepesertaan jaminan sosial serta penyusunan usulan penetapan upah minimum kota;

(4) Penyuluhan dan pengawasan penyelenggaraan operasional perusahaan penyedia jasa yang berdomisili di Kota;

(5) Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup pembinaan dan pengembangan hubungan industrial dan jaminan sosial ketenagakerjaan.

5.2. Seksi Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

(1) Seksi Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang pembinaan hubungan industrial dan jaminan

(16)

(2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), seksi penyelesaian perselisihan hubungan industrial mempunyai fungsi:

(3) Pengumpulan dan penganalisaan data lingkup penyelesaian perselisihan hubungan industrial;

(4) Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup penyelesaian perselisihan hubungan industrial;

(5) Pelaksanaan lingkup penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang meliputi pembinaan, pencegahan dan fasilitasi penyelesaian perselisihan hubungan industrial, mogok kerja dan penutupan perusahaan, pembinaan sumber daya manusia dan lembaga penyelesaian perselisihan di luar pengadilan, penyusunan, pengusulan formasi dan pembinaan mediator, konsiliator dan arbiter serta penerimaan pendaftaran dan seleksi calon hakim ad-hoc pengadilan hubungan industrial;

(6) Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup penyelesaian perselisihan hubungan industrial.

6. Bidang Pengawasan Ketenagakerjaan

Bidang Pengawasan Ketenagakerjaan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas lingkup pengawasan norma kerja serta pengawasan kesehatan dan keselamatan kerja.

Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidang pengawasan ketenagakerjaan mempunyai fungsi:

(1) Penyusunan rencana dan program lingkup pengawasan norma kerja serta pengawasan kesehatan dan keselamatan kerja;

(2) Penyusunan petunjuk teknis lingkup pengawasan norma kerja serta pengawasan kesehatan dan keselamatan kerja;

(3) Pelaksanaan lingkup pengawasan norma kerja serta pengawasan kesehatan dan keselamatan kerja;

(4) Pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup pengawasan norma kerja serta pengawasan kesehatan dan keselamatan kerja.

6.1. Seksi Pengawasan Norma Kerja

Seksi Pengawasan norma kerja mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas bidang pengawasan ketenagakerjaan lingkup pengawasan norma kerja.

(17)

Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), seksi pengawasan norma kerja mempunyai fungsi:

(1) Pengumpulan dan penganalisaan data lingkup pengawasan norma kerja; (2) Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengawasan norma kerja;

(3) Pelaksanaan lingkup pengawasan norma kerja yang meliputi penyuluhan, pembinaan dan pengawasan pelaksanaan norma ketenagakerjaan, menerima pengaduan, melakukan pengecekan ke lapangan dan menugaskan Penyidik Pegawai Negeri Sipil dan melaksanakan koordinasi dengan instansi yang berwenang dalam rangka penyelidikan, pemeriksaan, penindakan dan penyelesaian sebagai tindak lanjut atas pelanggaran peraturan daerah dan peraturan Walikota di bidang ketenagakerjaan; (4) Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup pengawasan norma kerja.

6.2. Seksi Pengawasan Kesehatan Dan Keselamatan Kerja

Seksi Pengawasan Kesehatan dan Keselamatan Kerja mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas bidang pengawasan ketenagakerjaan lingkup Pengawasan Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

Untuk melaksanakan tugas pokok dimaksud pada ayat (1), seksi pengawasan Kesehatan dan Keselamatan Kerja mempunyai fungsi:

(1) Pengumpulan dan penganalisaan data lingkup Pengawasan Kesehatan dan Keselamatan Kerja;

(2) Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup Pengawasan Kesehatan dan Keselamatan Kerja;

(3) Pelaksanaan lingkup Pengawasan Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang meliputi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan kesehatan dan keselamatan kerja, pemeriksaan penggunaan instalasi/pesawat/mesin produksi serta peralatan keselamatan kerja, pemeriksaan dan pengujian kondisi lingkungan kerja di perusahaan serta penanganan kasus kecelakaaan kerja; dan Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup Pengawasan Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

7. UPT Balai Latihan Kerja (BLK)

Mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas di bidang latihan kerja, dengan fungsi sebagai berikut :

(18)

(2) Pelaksanaan operasional Balai Latihan Kerja yang meliputi inventarisasi jenis-jenis pekerjaan dan perusahaan, penyusunan kurikulum dan silabus pelatihan tingkat mahir dan profesional; serta pelaksanaan pelatihan tingkat mahir dan profesional. (3) Pelaksanaan ketatausahaan UPT; dan

(4) Pelaksanaan pengawasan, pengendalian, evaluasi dan pelaporan kegiatan Balai Latihan Kerja.

8. UPT Balai Hiegiene Perusahaan dan Kesehatan (Hiperkes)

Mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas Tenaga Kerja di bidang Hiegiene Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja, dengan fungsi sebagai berikut :

(1) Penyusunan rencana dan teknis operasional pelaksanaan hiegiene Perusahaan dan Kesehatan yang meliputi inventarisasi tenaga kerja dan perusahaan, pemantauan hiegiene, kesehatan dan keselamatan kerja perusahaan, pemantauan kondisi dan ketersediaan dokter di perusahaan, ahli hiegiene industri, teknisi hiegiene perusahaan, ketersediaan fasilitas kesehatan dan keselamatan kerja dan psikologi industri;

(2) Pelaksanaan ketatausahaan UPT;

(3) Pelaksanaan pengawasan, pengendalian, evaluasi dan pelaporan kegiatan balai hiperkes.

Struktur Organisasi

Susunan Organisasi Tata Kerja Dinas Daerah diatur berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 05 Tahun 2013 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah Kota Bandung, struktur Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung adalah sebagai berikut : 1) Kepala Dinas

2) Sekretariat, membawahkan :

(1) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian (2) Sub Bagian Keuangan dan Program

3) Bidang Pelatihan dan Produktivitas Kerja, membawahkan :

(5) Seksi Pembinaan Lembaga Latihan Kerja dan Pelatihan Kerja (6) Seksi Standarisasi Kompetensi Kerja

4) Bidang Penempatan Kerja dan Transmigrasi, membawahkan : (1) Seksi Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kerja

(19)

(2) Seksi Transmigrasi

5) Bidang Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan

(1) Seksi Pembinaan dan Pengembangan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan

(2) Seksi Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial 6) Bidang Pengawasan Ketenagakerjaan

(1) Seksi Pengawasan Norma Kerja

(2) Seksi Pengawasan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Selanjutnya dalam Peraturan Walikota Bandung Nomor 265/Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Unit Pelaksana Teknis Pada Lembaga Teknis Daerah dan Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintah Kota Bandung, terdapat Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Dinas Tenaga Kerja, yaitu :

7) UPT Balai Latihan Kerja (BLK), dan (1) Sub Bagian Tata Usaha UPT BLK

8) UPT Balai Hiegiene Perusahaan dan Kesehatan (Hiperkes), dan (1) Sub Bagian Tata Usaha UPT Hiperkes

Struktur Organisasi terlampir.

2.2. Susunan Kepegawaian Dan Perlengkapan

Susunan Kepegawaian Pegawai Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung posisi Januari 2014 berjumlah 95 orang, laki-laki 59 orang dan perempuan 36 orang. Dari jumlah pegawai di atas terdiri dari satu orang pejabat struktural eselon II/a, Eselon III/a juga satu orang, jabatan eselon III/b jumlahnya 4 orang, dan yang menduduki jabatan eselon IV/a berjumlah 11 orang, serta IV/b ada 2 orang. Selain pejabat struktural terdapat pula beberapa jabatan fungsional sebanyak 20 orang, kemudian pelaksana 57 orang, sebagaimana disusun dalam tabel di bawah ini:

(20)

Tabel 2.1.

Daftar Pegawai Menurut Eselon

NO. JABATAN ESELON JUMLAH

1. Kepala Dinas II/a 1 orang

2. Sekretaris Dinas III/a 1 orang

3. Kepala Bidang III/b 4 orang

4. Kepala Sub Bagian/Kepala Seksi/Ka.UPT

IV/a 11 orang

5. Kepala Tata Usaha UPT IV/b 1 orang

6. Fungsional : - Pengantar Kerja - Mediator - Pengawas 3 orang 3 orang 14 orang 7. Pelaksana 57 orang Jumlah PNS 95 orang

Sumber : Sub Bagian Kepegawaian dan Umum Disnaker 2013

Pegawai Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung didominasi oleh golongan III, sebanyak 69 orang atau 72% dari jumlah seluruh pegawai, yang disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 2.2

Daftar Pegawai Menurut Golongan

NO. GOLONGAN JUMLAH

1. Golongan IV 9 Orang

2. Golongan III 69 Orang

3. Golongan II 16 Orang

4 Golongan I 1 Orang

Jumlah 95 Orang

Sumber : Sub Bagian Kepegawaian dan Umum Disnaker Tahun 2013

Apabila jumlah pegawai disusun berdasarkan pendidikan, maka dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

(21)

Tabel 2.3.

Daftar Pegawai Menurut Pendidikan

NO. PENDIDIKAN JUMLAH

1. S.2 8 Orang 2. S.1 41 Orang 3. D III 9 Orang 4. SLTA 34 Orang 5. SLTP 2 Orang 6. SD 1 Orang

Jumlah Pegawai (PNS) 95 Orang

Sumber : Sub Bagian Kepegawaian dan Umum Disnaker 2013

Grafik di bawah ini menunjukkan bahwa pegawai Dinas Tenaga Kerja sebagian besar berpendidikan Sarjana dan SLTA.

Grafik 2.1.

Data Pegawai Dinas Tenaga Kerja Berdasarkan Pendidikan

Pegawai berdasarkan golongan kepangkatan apabila dibandingkan dengan tingkat pendidikannya, seperti dalam tabel ini:

Pegawai Berdasarkan Pendidikan

S.2 S.1 D III SLTA SLTP SD 43,2% 9,5% 1,9% 1% 8,4% 35,8

%

(22)

Tabel 2.4.

Perbandingan Golongan Kepangkatan dengan Tingkat Pendidikan Pegawai Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung

GOLONGAN JUMLAH PERSEN PENDIDIKAN JUMLAH PERSEN

Gol. IV 9 Orang 9,5% S.2 8 Orang 8,4%

Gol. III 69 Orang 72,6% S.1/D.III 50 Orang 52,6%

Gol. II 16 Orang 16,8% SLTA 34 Orang 35,8%

Gol. I 1 Orang 1,1% SLTP 3 Orang 3,2%

Jumlah 95 Orang 100% Jumlah 95 Orang 100%

Komposisi tabel di atas, perbedaan yang paling menonjol adalah antara Pegawai golongan II ke golongan III, dibandingkan dengan tingkat pendidikan antara SLTA ke S.1/D.III. Golongan II sejumlah 16,8% dan yang berpendidikan SLTA adalah 35,8%, sedangkan golongan III mencapai 72,6% dan yang berpendidikan S.1/D.III sebanyak 52,6%.

Dari data di atas, berarti 19% yang berpendidikan SLTA pangkatnya sudah mencapai golongan III, atau 20% golongan III adalah berpendidikan SLTA. Memperhatikan kuantitas kepangkatan yang didominasi oleh D.III ke atas (mencapai 70%) atau golongan III ke atas (82,1%) sudah seharusnya kualitas kinerjanya meningkat pula, oleh karena itu pada Tahun 2013 penilaian Akuntabilitas Kinerja Pemerintahan (AKIP) Dinas Tenaga Kerja mendapat predikat “BAIK” dengan nilai 63,87, namun mengandung arti pula umur kerja para pegawai Dinas Tenaga Kerja pun sudah banyak yang mendekati masa usia pensiun, sehingga jumlah sumber daya manusia tidak memenuhi persyaratan yang dibutuhkan, paling utama adalah di posisi para pejabat fungsional pengawasan ketenagakerjaan, mediator/perantara perselisihan, pengantar kerja, penyuluh swadaya masyarakat, serta instruktur kepelatihan.

2.3. Gedung dan Alat Perlengkapan Aparatur

Bangunan Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung berdiri di atas lahan dengan luas tanah 9.167,99 m², terdiri dari 4 (empat) Gedung. Gedung utama digunakan untuk ruang Kepala Dinas, Sekretariat dan ruang serbaguna/ruang pertemuan, gedung kedua diperuntukan untuk 3 (tiga) bidang : Bidang Pembinaan Hubungan Industrial dan Jamsostek, Bidang Pelatihan dan Produktivitas Kerja, Bidang Penempatan Tenaga Kerja dan Transmigrasi seluas 7.787,99 m², dan Bidang Pengawasan Ketenagakerjaan di Jalan Martanegara No. 6 dengan luas bangunan 700 m², dan gedung arisp seluas 560 m² berlantai dua seluas 1.120 m², serta dua bangunan untuk shelter parkir seluas 120 m², sebagaimana dijelaskan pada table dibawah ini:

(23)

Tabel 2.5

Gedung/Bangunan Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung

NO. Gedung/bangunan Luas Keterangan

1. Gedung Induk 700.9 m² 2 lantai

- R. Kepala Dinas I ruang

- R. Sekretariat 1 ruang

- R. Aula 1 ruang

- R. Tamu/Tunggu 1 ruang

- R. Kasi/Kasubag 2 ruang

- R. Bendahara 1 ruang

- Kamar mandi/wc 4 ruang

2 Gedung Tengah/ Gedung

Penta/Lattas/HISK

7.787.99 m² 1 lantai

- R. Kabid 3 ruang

- R. Kasi 2 ruang

- R. Staf 5 ruang

- R. Pelayanan Kartu Kuning 1 ruang

- Kamar mandi/ WC 2 ruang

3 Gedung Pengawasan dan UPT 700 m² 1 lantai

- R. Kabid I ruang

- R. Kasi 4 ruang

- R. Staf 5 ruang

- Kamar mandi/ WC 3 ruang

- Dapur 1 ruang

4 Gedung Arsip 560 m² 2 lantai

5 Bangunan Shelter 120 m² 2 tempat

Sumber : Sub Bagian Kepegawaian dan Umum Disnaker 2013

Kendaraan dinas operasional roda empat yang digunakan para pejabat Dinas Tenaga kerja sebanyak 9 (sembilan) unit, kendaraan dinas operasional roda dua sebanyak 44 (empat puluh empat) unit. Perlengkapan inventaris lainnya sebagai penunjang kelancaran pelaksanaan tugas organisasi Dinas, antara lain meja, kursi, lemari, brankas, komputer, printer, mesin tik, pesawat telepon, dan perlengkapan lain berjumlah 882 unit.

Tahun 2012 Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung mendapat pinjaman kendaraan roda dua dari Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi sebanyak 2 (dua) unit untuk operasional Pejabat Pengantar Kerja, dan di awal Tahun 2013 mendapatkan pinjaman 1 (satu) unit kendaraan operasional roda empat beserta peralatan Pemeriksaan Kesehatan dan

(24)

2.4. Kinerja Keuangan

Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung didukung dengan anggaran berbasis kinerja, maksudnya adalah setiap unit kerja mengelola anggaran untuk mendanai program kegiatan sesuai tugas pokok dan fungsinya, perkembangan APBD dari Tahun 2007-2013 sebagaimana tabel berikut:

Tabel 2.6

Perkembangan APBD Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung Tahun 2007-2013

No Tahun Jumlah (Rp.) Naik/Turun

(%) Belanja Pegawai /BTL (Gaji/TPP) Jumlah Belanja Langsung /BL 1. 2007 8.077.604.921 -- -- -- 2. 2008 8.277.132.537 Naik 2,47% 4.961.850.287 3.315.282.250 3. 2009 13.507.017.954 Naik 63,18% 4.673.319.650 8.833.698.300 4. 2010 13.119.803.654 Turun 2,87% 4.673.319.654 8.446.483.986 5. 2011 15.192.046.791 Naik 12,83% 5.871.091.791 9.230.955.000 6. 2012 14.629.143.108,30 Naik 12,83% 5.203.501.484 9.873.000.000 7. 2013 17.476.135.470,53 Naik 19,46% 7.489.895.230,53 9.986.240.24019,46

Sumber Data : Sub Bagian Keuangan dan Program Disnaker 2013

Jumlah APBD Dinas Tenaga Kerja setiap tahunnya rata-rata meningkat terus, yang paling signifikan adalah penambahan anggaran dari tahun 2008 ke tahun 2009 yaitu sebesar 63,18% yang merupakan penambahan anggaran untuk program dan kegiatan pelayanan publik, prioritas adalah pada program peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja, dan program peningkatan kesempatan kerja, tahun selanjutnya peningkatannya antara 2% sampai 13%. Apabila dirinci alokasi anggaran sesuai dengan urusan pemerintahan daerah, sebagai berikut :

Tabel 2.7

APBD Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung Tahun 2007-2013 Berdasarkan Urusan Pemerintah Daerah

No Tahun Non Urusan

Urusan Wajib Urusan Pilihan

Peningk.Prod. & Penempatan Perlindungan Ketenagakerjaan Ketransmigrasian 1. 2007 -- -- -- -- 2. 2008 814.121.055 1.890.494.685 451.986.510 158.680.000 3. 2009 1.939.838.300 5.381.522.700 1.192.262.300 320.075.000 4. 2010 1.610.755.996 5.151.299.723 1.330.298.277 354.130.000

(25)

5. 2011 1.778.920.000 4.770.105.000 2.264.675.000 417.255.000

6. 2012 2.085.500.000 4.766.325.000 2.264.675.000 483.500.000

7. 2013 2.446.355.465 4.660.604.555 2.376.599.720 4.960.000.00

Sumber Data : Sub Bagian Keuangan dan Program Disnaker 2013

2.5. Kinerja Pelayanan Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung

Struktur umur merupakan informasi yang sangat penting berkaitan dengan perkembangan persentase kelompok sasaran pembangunan, dan Proporsi penduduk usia kerja (produktif) menentukan tingkat capaian pembangunan di Kota Bandung. Penduduk Usia Kerja (PUK) di Kota Bandung pada Tahun 2013 berdasarkan data Badan Pusat Statistik adalah sebanyak 1.879.373 Orang, dari jumlah tersebut angkatan kerja sebanyak 1.194.312 orang, dan yang bekerja jumlahnya mencapai 1.087.425 orang, berarti tingkat kesempatan kerja di Kota Bandung sebesar 91,05%. Berikut ini disajikan tabel data indikator makro ketenagakerjaan di Kota Bandung :

Tabel 2. 8

Perkembangan Data Indikator Makro Ketenagakerjaan Kota Bandung Tahun 2009 – 2013

Indikator Satuan 2009 2010 2011 2012 2013

Jumlah Penduduk Usia

Kerja (PUK) Jiwa 1.896.192 1.777.520 1.839.983 1.855.471 1.879.373 Jumlah Angkatan Kerja Jiwa 1.151.180 1.079.477 1.129.744 1.171.551 1.194.312 Jumlah Bekerja Jiwa 998.227 1.000.140 1.012.946 1.064.167 1.087.425 Jumlah Penganggur Jiwa 152.953 131.353 116.798 107.384 106.887 Tingkat Pengangguran

Terbuka (TPT) % 13,28 12,17 10,34 9,17 8,95

Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja (TPAK) % 60,71 60,73 61,40 63,14 63,55

Sumber Data : Buku PTK Kota Bandung Tahun 2012-2017

Tabel rincian penduduk Kota Bandung berumur 15 tahun ke atas berdasarkan tingkat pendidikan tertinggi :

Tabel. 2.9

Penduduk Usia Kerja (PUK) di Kota Bandung Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi Tahun 2013 Tahun 2013 Tdk/Blm Tamat SD Sekolah Dasar SLTP SLTA Diploma I/II/III /Akademisi/ Universitas Jumlah 1 2 3 4 5 6

(26)

Lebih jelas lagi dibuat grafik di bawah ini yang memperlihatkan persentase masing-masing kelompok pendidikan penduduk usia kerja :

Grafik 2.2

Penduduk Usia Kerja berdasarkan Tingkat Pendidikan

Penduduk Usia Kerja di Kota Bandung menurut tingkat pendidikan paling banyak SLTA sejumlah 34%, dan yang kedua SLTA sebesar 25%.

Tabel 2.10

Perkembangan Penduduk Usia Kerja (PUK) di Kota Bandung Menurut Jenis Kelamin Tahun 2009-2013

Jenis Kelamin 2009 2010 2011 2012 2013

1 2 3 4

Laki-Laki 927.007 897.222 931.708 948.393 958.526

Perempuan 969.185 880.298 908.275 907.078 920.847

L + P 1.896.192 1.777.520 1.839.983 1.855.471 1.879.373

Sumber Data : Buku PTK Kota Bandung Tahun 2012-2017

Agar lebih jelas, tabel di atas digambarkan dalam bentuk grafik dibawah ini : 3%

23%

25% 34%

15%

PUK berdasarkan Tingkat Pendidikan

tidak tamat SD

SD SLTP

(27)

Grafik 2.3

Perkembangan Penduduk Usia Kerja berdasarkan jenis kelamin

Menurut golongan umur, penduduk usia kerja tahun 2013 paling banyak antara usia 25-29 tahun, 30-34 tahun, dan di atas usia kerja Pegawai Negeri Sipil yaitu usia 55 tahun ke atas, seperti tabel di bawah :

Tabel 2.11

Penduduk Usia Kerja (PUK) di Kota Bandung menurut Golongan Umur pada Tahun 2013

Gol. Umur

Penduduk Usia Kerja

15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 45 46 – 54 55+ Total

244.264 198.302 227.720 216.000 177.576 197.722 210.006 229.786 1.879.373

Sumber Data : Buku PTK Kota Bandung Tahun 2012-2017

Digambarkan dalam bentuk grafik, menunjukkan struktur penduduk usia kerja di Kota Bandung dinilai dinamikanya hampir merata, sebagaimana grafik di bawah ini:

820,000 840,000 860,000 880,000 900,000 920,000 940,000 960,000 980,000 2009 2010 2011 2012 2013 Laki - Laki Perempuan

(28)

Grafik 2.4

Perkembangan Penduduk Usia Kerja berdasarkan Golongan Umur

Menyadur dari RPJMD Kota Bandung 2013-2018, dinyatakan bahawa Kota Bandung memiliki peran penting dalam perekonomian Jawa Barat. Pada tahun 2007-2011 kontribusi ekonomi Kota Bandung di Jawa Barat mencapai rata-rata 11,6%. Dalam lingkup Kota Bandung Raya, maka kontribusi aktivitas ekonominya menjadi sekitar 23% dari ekonomi Jawa Barat. Laju pertumbuhan ekonomi Kota Bandung juga tergolong tinggi, atau di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi Jawa Barat dan bahkan nasional. Tingkat pertumbuhan ekonomi Kota Bandung dari tahun 2008-2012 rata-rata sebesar 8,62%, sedangkan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,8% dan Provinsi Jawa Barat sebesar 5,86% .

Sumber : BPS (olahan)

Grafik 2.5

Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Bandung Tahun 2008–2012 dan Perbandingannya dengan Tingkat Jawa Barat dan Nasional (%)

14% 12% 13% 13% 10% 12% 12% 14% 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 45 46 – 54 6.21 4.29 6.09 6.48 6.21 6.00 4.60 6.10 6.50 6.23 8.17 8.34 8.45 8.58 9.40 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 2008 2009 2010 2011 2012 Per sen tase ( % )

(29)

Tingkat pertumbuhan yang tinggi tersebut menunjukkan bahwa Kota Bandung adalah menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi yang penting di Jawa Barat maupun di Indonesia. Secara terinci kontribusi kegiatan ekonomi Kota Bandung dan sekitarnya terhadap Ekonomi Jawa Barat dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 2.12

Kontribusi Kegiatan Ekonomi Kota Bandungdan Sekitarnya terhadap Ekonomi Jawa Barat Tahun 2007-2011

No Kabupaten/Kota Persentase (%)

1 Kab. Bandung 7,0

3 Kab. Bandung Barat 2,7

4 Kota Bandung 11,6

5 Kota Cimahi 2,0

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Data tersebut mengindikasikan bahwa Kota Bandung merupakan kota penting bagi aktivitas ekonomi di Jawa Barat maupun nasional. Artinya Kota Bandung menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi dan memiliki banyak kaitan aktivitas ekonomi dengan daerah sekitar maupun wilayah lain. Sebagai pusat pertumbuhan dengan tumpuan pada aktivitas perdagangan dan industri pengolahan, maka Kota Bandung juga menjadi salah satu tujuan migrasi tenaga kerja yang cukup besar. Peran lainnya adalah Kota Bandung sebagai salah satu Kota Pendidikan terpenting di Indonesia, telah menyatu dengan kehidupan ekonomi, sehingga tingkat pertumbuhan ekonominya tergolong sangat tinggi.

Tabel di bawah terlihat bahwa PDRB Kota Bandung dari tahun 2008 ke 2012 menunjukkan kenaikan yang tinggi atau menunjukkan peningkatan pertumbuhan kegiatan ekonomi. Kecenderungan aktivitas ekonomi Kota Bandung pada beberapa tahun ke depan cenderung positif mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan.

Tabel 2.13

Perkembangan Indikator PDRB dan LPE Kota Bandung Tahun 2008–2012

Indikator 2008 2009 2010 2011* 2012**

LPE Kota Bandung (%) 8,17 8,34 8,45 8,73 9,4

LPE Nasional (%) 5,5 4,6 6,1 6,59 6,23

PDRB (jt Rp)

(hargaberlaku) 60.444.487 70.281.163 82.002.176 97.451.902 110.669.837 PDRB (jt Rp) (harga

(30)

Laju pertumbuhan ekonomi Kota Bandung cenderung positif mengalami pertumbuhan, tetapi kondisi ekonomi dan politik nasional akan sangat berpengaruh dan berdampak pada fluktuasinya permasalahan ketenagakerjaan yang sudah kompleks. Isu strategis potensial adalah pengangguran lulusan sekolah/perguruan tinggi serta keterbatasan lapangan kerja. Dan dua tahun terakhir adalah isu demonstrasi pekerja/buruh berkaitan dengan tidak adanya kesepakatan dalam penetapan upah minimum. Isu ketenagakerjaan yang perlu penanganan yang sinergi di jajaran pemerintahan Kota Bandung, antara lain : tingginya angka pengangguran, tingginya angka kecelakaan kerja terutama kecelakaan ketika, akan dan sesudah bekerja sebagai dampak dari meningkatnya penggunaan sarana kerja kendaraan roda dua, meningkatnya konflik hubungan industrial, rendahnya daya saing dan kualitas SDM, serta rendahnya tingkat kesejahteraan pekerja. Hal ini cukup penting untuk menjadi perhatian semua pihak, mengingat bahwa pembangunan di semua sektor pada akhirnya akan berimplikasi terhadap ketenagakerjaan.

Tabel. 2.14

Perkembangan Data Penempatan, Pencari Kerja, Lowongan Kerja, Tenaga Kerja Asing, dan Data Transmigrasi Kota Bandung Tahun 2008 – 2013

Indikator Satuan 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Jumlah Penempatan Tenaga Kerja Orang 2.106 2.894 2.281 3.044 4.035 2.452 Jumlah Pencari

Kerja Terdaftar Orang 18.813 33.476 24.159 10.313 8.815 17.455 Jumlah Lowongan Kerja Loker 6.542 1.840 2.281 7.757 11.882 6.989 Jumlah Bursa Kerja Khusus (BKK) BKK 44 44 46 47 49 Jumlah Tenaga

Kerja Asing orang 420 91 90 80 117 135

Penempatan Trransmigran KK Jiwa 10 28 25 81 18 72 10 36 20 82 3 10

Sumber: BPS , dan Disnaker Kota Bandung (Diolah)

Tenaga kerja merupakan sumber daya paling utama dalam siklus perputaran roda perekonomian. Ketidakseimbangan antara lowongan kerja pada tahun 2013 sebanyak 6.989 lowongan kerja yang ditawarkan perusahaan melalui pendataan yang dilakukan petugas fungsional Pengantar Kerja maupun Bursa Kerja (Job Fair dan On-Line) sedangkan jumlah pencari kerja mencapai 17.455 orang, dibuktikan dengan penyerapan AKAN, AKL, dan AKAD hanya sejumlah 2.452 pekerjaan, hal ini disebabkan adanya ketidaksesuaian antara tingkat kualitas tenaga kerja dan kebutuhan dunia kerja, juga kurang diminatinya lowongan kerja yang

(31)

ditawarkan perusahaan kepada para pencari kerja. Oleh karena itu perlu adanya pelatihan keterampilan untuk peningkatan kualitas pencari kerja, dan pelatihan peningkatan produktivitas bagi tenaga kerja, serta sikap pro aktif para fungsional pengantar kerja untuk lebih meningkatkan jumlah informasi lowongan kerja. Tabel di bawah ini menginformasikan data pencari kerja sesuai pendidikan, dan penempatan tenaga kerja yang lebih rinci :

Tabel 2.15 Data Perkembangan Tenaga Kerja Kota Bandung Tahun 2013

NO URAIAN EXISTING

TAHUN 2013 SATUAN 1. Jumlah Pencari Kerja

Terdaftar: - SD - SMP - SMA - D1 & D2 - D3 - S1 - S2 & S3 17.455 45 182 5.398 53 2.728 8.876 173 Orang

2. Jumlah Penempatan Kerja - AKL - AKAD - AKAN 2.452 2.405 5 42 Orang

3. Jumlah PPTKIS 13 Perusahaan

Sumber data : Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung Tahun 2013, diolah

Pada umumnya ketidakseimbangan antara penempatan tenaga kerja, lowongan kerja yang tersedia, tingginya jumlah pencari kerja terjadi setiap tahun, digambarkan dalam grafik di bawah : 18,813 33,476 24,159 7,757 8,815 17,455 6,542 1,840 4,779 10,313 11,882 6,989 2,106 2,894 2,281 3,044 4,035 2,452 2008 2009 2010 2011 2012 2013

(32)

Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas keterampilan tenaga kerja setiap tahun dilakukan berbagai jenis pelatihan kerja, baik yang berbasis kompetensi kerja, berbasis masyarakat, maupun pelatihan kewirausahaan, diantaranya adalah pelatihan : Tata boga (Catering Pastry), bengkel sepeda motor, daur ulang, border, hantaran, menjahit, service komputer/handphone, achievment motivation training (AMT), manajemen usaha kecil menengah (MUKM), tata rias wajah/rambut/pengantin /spa, sablon, sulam pita, jurnalistik, pengelasan, design grafis, photography, broadcasting, pelatihan IT, pembuatan boneka, dan ekonomi kreatif lainnya. Jumlahnya setiap tahun sebagaimana digambarkan grafik di bawah ini:

Grafik 2.7

Pelatihan Keterampilan Kerja Tahun 2008-2014

Permasalahan ketenagakerjaan tidak lepas pula dari masalah hubungan industrial antara pekerja dan pengusaha yang mempekerjakan mereka, diantaranya masalah perselisihan upah, jam kerja, dan perselisihan kepentingan. Berikut adalah tabel yang menyajikan beberapa indikator ketenagakerjaan terkait hubungan industrial dan kesejahteraan di Kota Bandung :

Tabel 2.16

Perkembangan Data Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, dan Pengawasan Ketenagakerjaan Kota Bandung Tahun 2008 – 2013

Indikator Satuan 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Jumlah Kasus yang diselesaikan melalui Perjanjian Bersama

Kasus 103 107 42 46 61 48

Jumlah Kasus tercatat Kasus 122 123 46 74 90 105

Jumlah Pemeriksaan Perusahaan 900 906 907 929 943 1.068

Jumlah Perusahaan Perusahaan 4.621 5.041 5.466 5.882 6.258 6.729 Jumlah Pekerja/Buruh

yang masuk jamsostek Orang 346.657 264.212 272.573 275.929 288.702 300.950

Sumber data : Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung Tahun 2013, diolah

300 360 710 660 610 780 2008 2009 2010 2011 2012 2013

(33)

Grafik di bawah ini menggambarkan penanganan penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang dilakukan Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung selama tahun 2008 sampai dengana tahun 2013 :

Grafik 2.8

Perkembangan Penyelesaian Kasus PHI Tahun 2008 - 2013

Selanjutnya sebagai upaya meningkatan kesejahteraan para pekerja dalam rangka memberikan perlindungan terhadap tenaga kerja, Dinas Tenaga Kerja mempunyai kewajiban melakukan pembinaan, pemeriksaan dan pengawasan terhadap perusahaan agar semua pekerja/buruh didaftarkan dalam penjaminan sosial ketenagakerjaan, grafik di bawah ini menunjukkan masih rendahnya kepesertaan pekerja/buruh untuk menjadi anggota jamsostek.

122 123 46 74 90 105 103 107 42 46 61 48 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013

Jumlah kasus yang masuk

Jumlah kasus yang selesai melalui Perjanjian Bersama (PB) 0 200000 400000 600000 800000 1000000 1200000 2008 2009 2010 2011 2012 2013 944626 998227 1000140 1012946 1064167 1087425 346,657 421,003 421,003 421,003 259,453 300,950

(34)

Penegakan supremasi hukum ketenagakerjaan merupakan tugas pokok dan fungsi fungsional Pengawas Ketenagakerjaan, setiap tahun dilakukan pemeriksaan terhadap perusahaan yang telah melakukan wajib lapor berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1981, dan hasilnya sebagaimana grafik di bawah ini :

Grafik 2.10

Perbandingan perusahaan yang diperiksa dengan jumlah perusahaan (berdasarkan data wajib lapor)

Organisasi serikat pekerja/buruh merupakan mitra pemerintah dan perusahaan dalam upaya memfasilitasi perlindungan tenaga kerja, namun kecelakaan kerja dan pelanggaran norma ketenagakerjaan masih tetap tinggi, datanya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :

Tabel 2.17

Data Perlindungan Ketenagakerjaan Tahun 2008 - 2013

NO. URAIAN 2008 2009 2010 2011 2012 2013 SATUAN

1 Organisasi Serikat Pekerja (Federasi) Serikat Pekerja (SP) 519 106.696 352 112.473 370 116.584 390 113.944 285 102.442 307 121.236 Unit Anggota 2 Perjanjian Kerja Bersama (PKB) 39 PKB 3 Verifikasi 200 SP 4 Peraturan perusahaan 612 PP 6 Jumlah orang bekerja (Wajib Lapor) 244.056 265.841 281.386 297.340 302.971 322.951 Orang 7 Jumlah Perusahaan yang masuk Jamsostek 3.809 3.207 3.207 3.207 3.456 Persh 9 Penanganan perselisihan dan 122 5.713 123 1.767 46 108 74 578 90 505 105 10.795 Kasus Orang 4,621 5,041 5,466 5,882 6,258 6,729 1798 1373 1238 1102 1102 1,068 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Jumlah Perusahaan Wajib Lapor Jumlah Pemeriksaan

(35)

hubungan industrial (Hak/kewajiban, upah, waktu kerja) 10 PHK Perorangan

Tenaga Kerja terlibat

89 160 78 118 43 78 47 54 62 84 71 96 Kasus Orang 11 PHK Masal

Tenaga Kerja terlibat

14 895 15 1.416 0 0 1 12 1 13 5 1.130 Kasus Orang 12 Mogok kerja/unjuk rasa

Tenaga Kerja terlibat

12 4.658 4 233 1 30 1 512 7 408 3 650 Kasus Orang 13 Jumlah Kecelakaan Kerja 786 799 993 1.051 1.058 1.099 Kasus 14 Jumlah pelanggaran norma kerja 1.386 Kasus

Sumber data : Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung, diolah

Peningkatan kesejahteraan tenaga kerja, salah satu upaya pemerintah melalui penetapan peningkatan upah minimum kerja sesuai atau di atas nilai kebutuhan hidup yang layak. Namun demikian tentunya tingkat upah akan berbanding lurus dengan kualitas dan kompetensi tenaga kerja, serta diperkirakan masih banyak perusahaan terutama industri catering, dan jasa pertokoan/retail, para pekerjanya masih banyak yang menerima upah belum sesuai dengan Upah Minimum Kota Bandung (UMK), Tahun 2013 sebesar Rp.1.538.703,00.

Upah Minimum Kota Bandung (UMK) Tahun 2013 dan 2014 melalui mekanisme Dewan Pengupahan Kota (DPK) Bandung gagal dalam menentukan kesepakatan UMK, yang semula nilai usulan UMK sebesar Rp. 1.971.803,00 sehubungan demonstrasi para pekerja/buruh yang terus menerus selama beberapa hari, maka Walikota Bandung merevisi penetapan UMK menjadi sebesar Rp. 2.000.000,00 dengan nilai Kebutuhan Hidup Minimum/Layak (KHM/KHL) sebesar Rp.1.811.375,00.

Tabel 2.18

Perkembangan Upah Minimum Kota Bandung Tahun 2009 - 2014

Sumber data : Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung, diolah

NO URAIAN

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Rupiah 1. Upah Minimum Kota

(UMK) 939.000 1.044.630 1.118.000 1.188.435 1.271.625 1.538.703 2.000.000

2. Kebutuhan Hidup

(36)

Data tersebut di atas digunakan menjadi indikator untuk mengukur keberhasilan kinerja Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung.

Pencapaian kinerja Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung diukur berdasarkan beberapa indikator :

Pertama : Indikator Kinerja Sasaran RPJMD dan IKU Tahun 2009-2013 Kedua : Indikator target sasaran dan program Renstra

Ketiga : Target Standar Pelayanan Minimal (SPM) urusan Ketenagakerjaan Keempat : Indikator Kinerja Kunci (IKK)

Capaian kinerja Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung Tahun 2009-2013 dapat dilihat sebagaimana tabel di bawah ini :

Tabel 2.19

Capaian kinerja Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung Berdasarkan RPJMD 2009-2013

NO. INDIKATOR KINERJA 2009 2010 2011 2012 2013

1 Tingkat Pengangguran Terbuka

(TPT) 13,28% 12,17% 10,34% 9,17%

8,95%

2 Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) 86,17% 87,83% 86,97% 90,83%

91,05%

Tabel 2.20

Capaian kinerja Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung Berdasarkan Indikator Kinerja Utama (IKU) Tahun 2009-2013

No. Indikator Kinerja Utama 2009 2010 2011 2012 2013 Satuan 1 Tenaga Kerja Terampil dan

Produktif

740 1010 905 910 860 Orang

2 Persentase pencari kerja yang terdaftar yang ditempatkan

8,64% 9,44% 39,24% 45,77% 14,05% Persen

3 Persentase Tingkat

Partisipasi Angkatan Kerja*

60,71% 60,73% 61,40% 63,14% 63,55% Persen

4 Kasus yang diselesaikan dengan Perjanjian Bersama

31 10 46 61 48 Kasus

5 Pekerja/Buruh yang menjadi peserta program jamsostek

(37)

6 Persentase penurunan kejadian kecelakaan kerja

799 993 1051 1.058 1.099 Kasus

7 Persentase penurunan pelanggaran atas norma ketenagakerjaan

426 796 306 2243 1386 Kasus

8 Jumlah KK yang ditransmigrasikan

25 18K 10 20 3 KK

9 Jumlah KK yang menetap dibandingkan dengan jumlah KK yang diberangkatkan

25 18 10 20 3 KK

Tabel 2.21

Capaian kinerja Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung Berdasarkan Indikator target sasaran dan program Renstra

NO. INDIKATOR KINERJA 2009 2010 2011 2012 2013

1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 60,71% 60,73% 61,40% 63,14% 63,55%

2 Tingkat penempatan pencari kerja 8,64% 9,44% 39,24% 45,77% 14,05%

3 Tingkat Keselamatan dan Perlindungan

Tenaga Kerja 84,15% 85,47% 87,00% 86,32% 100,00%

4 Tingkat penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial 87,00% 91,30% 62,16% 67,78% 45,71%

5 Tingkat Kesepakatan dengan pemerintah

daerah lokasi transmigrasi 40,00% 40,00% 25,00% 66,67% 33,33% 6 Tingkat partisipasi transmigran swakarsa 0% 0% 0% 0% 0%

Tabel 2.22

Capaian kinerja Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung

Berdasarkan Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) Tahun 2009-2013 NO. JENIS PELAYANAN

DASAR INDIKATOR KINERJA

Capaian Kinerja

2009 2010 2011 2012 2013

1 Pelayanan Pelatihan kerja

Besaran tenaga kerja yang mendapatkan pelatihan berbasis kompetensi

20% 65,00% 41,25% 55,00% 55,00%

Besaran tenaga kerja yang

mendapatkan pelatihan berbasis masyarakat

100% 100% 100,00% 100,00% 100,00%

Besaran tenaga kerja yang

mendapatkan pelatihan

(38)

2 Pelayanan

Penempatan Tenaga Kerja

Besaran pencari kerja yang terdaftar yang ditempatkan

8,64% 9,44% 39,24% 45,77% 14,05%

3 Pelayanan penyelesaian

perselisihan hubungan industrial

Besaran kasus yang diselesaikan dengan Perjanjian Bersama (PB)

87,00% 91,30% 62,16% 67,78% 45,71%

4 Pelayanan

Kepesertaan Jamsostek

Besaran pekerja/buruh yang menjadi peserta program Jamsostek 26,47% 27,25% 27,24% 27,13% 27,68% 5 Pelayanan Pengawasan Ketenagakerjaan Besaran Pemeriksaan Perusahaan - 11,34% 15,42% 17,42% 14,77%

Besaran pengujian peralatan

di perusahaan

- - 55,31% 57,31% 51,71%

Tabel 2.23

Capaian kinerja Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung Berdasarkan Indikator Kinerja Kunci (IKK) Tahun 2009-2013

Tabel – tabel diatas menginterpretasikan bahwa pelayanan urusan wajib ketenagakerjaan banyak yang mencapai target, bahkan ada yang melebihi target. Interpretasi lebih lanjut dapat dijelaskan dalam grafik sebagai berikut :

1.

Pencapaian Kinerja Standar Pelayanan Minimal Ketenagakerjaan

Tingkat capaian target kinerja pada tahun 2013 berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor PER.15/MEN/X/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) dapat digambarkan pada grafik dibawah ini :

NO. URUSAN IKK Capaian Kinerja

2009 2010 2011 2012 2013

Urusan Wajib

12 Ketenagakerjaan 46 Tingkat partisipasi

angkatan kerja 60,71% 60,73% 61,40% 63,14% 63,55%

47 Pencari kerja yang

ditempatkan 8,64% 9,44% 39,24% 45,77% 14,05%

Urusan Pilihan

6 Transmigrasi 15 Transmigran

Gambar

Grafik  di  bawah  ini  menunjukkan  bahwa  pegawai  Dinas  Tenaga  Kerja  sebagian  besar  berpendidikan Sarjana dan SLTA
Tabel  rincian  penduduk  Kota  Bandung  berumur  15  tahun  ke  atas  berdasarkan  tingkat pendidikan tertinggi :
Tabel  di  bawah  terlihat  bahwa  PDRB  Kota  Bandung  dari  tahun  2008  ke  2012  menunjukkan  kenaikan  yang  tinggi  atau  menunjukkan  peningkatan  pertumbuhan  kegiatan  ekonomi
Tabel 2.15 Data Perkembangan Tenaga Kerja Kota Bandung Tahun 2013
+5

Referensi

Dokumen terkait

Deskripsi Data Hasil Tes Kekuatan Otot Tungkai, Pengukuran Tinggi Badan, Panjang Lengan dan Kemampuan Smash Bolavoli pada Unit Kegiatan Mahasiswa Bolavoli Putra

Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang dikaji pada penelitian ini adalah perancangan media edukasi virtual untuk memberikan pemahaman kepada

pelaksanaan ibadah mahdlah pada jamaah majelis ta’lim Al -Majid di Desa Depok Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon didapatkan bahwa pelaksanaan ibadah mahdhah

(h) Dalam mana-mana peristiwa yang membawa kepada tuntutan atau satu siri tuntutan di bawah Seksyen B1(b) Polisi ini, Kami boleh membayar Anda amaun sepenuh liabiliti Kami

Atas dasar pendapat dari dua ahli bahasa di atas, dapat dikatakan bahwa bagaimanapun sempurnanya penguasaan dua bahasa atau lebih oleh seseorang, bila dua bahasa atau lebih

Pemeriksaan dengan menggunakan alat spektofotometer memiliki kelebihan, diantaranya: presisi yang tinggi, akurasi tinggi, spesifik, relative  bebas dari gangguan (kadar

Posted at the Zurich Open Repository and Archive, University of Zurich. Horunā, anbēru, soshite sonogo jinruigakuteki shiten ni okeru Suisu jin no Nihon zō. Nihon to Suisu no kōryū

Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran berbasis proyek yang diadaptasi sesuai dengan kebutuhan anak tunarungu untuk meningkatkan kemampuan berpikir