• Tidak ada hasil yang ditemukan

DRAFT SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DRAFT SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH"

Copied!
199
0
0

Teks penuh

(1)

DRAFT

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

PETUNJUK TEKNIS

PENYUSUNAN NERACA AWAL PEMERINTAH DAERAH

DEPARTEMEN KEUANGAN R I

(2)

DAFTAR ISI

Bab I Pendahuluan

Latar belakang

Tujuan dan manfaat

Sistematika penyajian

Bab II Format dan Penjelasan Pos Neraca

Penjelasan umum

Format neraca

Penjelasan masing-masing pos neraca

Bab III Prosedur Opname Fisik

Opname fisik persediaan

Opname fisik aset tetap

Lampiran - lampiran

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Sesuai dengan PP 105 /2000 tentang Pengelolan dan Pertanggungjawaban

Keuangan Daerah, pemerintah daerah diwajibkan menyampaikan laporan

pertanggungjawaban keuangan daerah yang terdiri dari Laporan Perhitungan

Anggaran, Neraca, dan Laporan Aliran Kas. Sebagai salah satu laporan

keuangan pokok neraca memberikan informasi mengenai posisi keuangan

pemerintah daerah pada suatu tanggal tertentu yang terdiri dari aset, hutang

dan ekuitas dana. Penyajian neraca di akhir tahun tidak dapat lepas dari

penyajian neraca awal. Nilai yang muncul di neraca akhir pada dasarnya

berasal dari nilai yang ada di neraca awal di tambah perubahan yang

disebabkan oleh transaksi yang terjadi selama satu periode akuntansi.

Dengan demikian neraca akhir tidak dapat disajikan dengan nilai yang benar

tanpa dilakukan dulu penyusunan neraca awal.

Sebagai hasil dari beberapa seri sosialisasi draft Sistem Akuntansi

Pemerintah Daerah, pada saat ini pemerintah daerah sudah menyadari

pentingnya Neraca Awal tersebut. Namun demikian karena berbagai sebab

mereka menghadapi kesulitan menyusunnya Neraca Awal. Salah satu sebab

utama adalah belum adanya petujuk teknis penyusunan neraca awal yang

dapat dipahami dengan mudah oleh para aparat pemerintah daerah. Untuk itu

dirasa perlu menyusun buku ‘Petunjuk Teknis Penyusunan Neraca Awal

Pemerintah Daerah’.

II. Tujuan atau Manfaat

Tujuan penyusunan buku ini adalah:

a. sebagai pedoman kepada pemerintah daerah dan pihak lain dalam rangka

penyusunan neraca awal pemerintah daerah,

b. memudahkan pemerintah daerah dalam menyajikan neraca awal, dan

c. meningkatkan keterbandingan neraca awal pemerintah daerah satu

dengan pemerintah daerah lainnya,

III. Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian buku ini adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Latar belakang

Tujuan dan manfaat

Sistematika penyajian

Bab II Format dan Penjelasan Pos Neraca

Penjelasan umum

Format neraca

Penjelasan masing-masing pos neraca

Bab III Prosedur Opname Fisik

Opname fisik persediaan

Opname fisik aset tetap

Lampiran - lampiran

(4)

BAB II

FORMAT DAN PENJELASAN POS NERACA

I. Penjelasan Umum

Buku petunjuk pelaksanaan penyusunan neraca awal ini membahas

langkah-langkah yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah dalam rangka

menyusun neraca awal. Langkah-langkah tersebut adalah

a. pengumpulan data,

b. penentuan penilaian,

c. pengklasifikasian kembali aset dan hutang ke dalam perkiraan akuntasi,

d. pembuatan memo penyesuaian dan

e. memasukkan data yang ada ke dalam sistem akuntansi.

Langkah pengumpulan data dan penentuan penilaian merupakan langkah

yang sangat sulit dalam pelaksanaannya dan sering kali timbul pertanyaan di

lapangan. Langkah pengumpulan data dan penentuan nilai akan sangat

terbantu jika sistem administrasi pengelolaan kekayaan dan administrasi

hutang pemerintah daerah sudah baik. Pengumpulan data dilakukan dengan

melakukan opname fisik barang/kekayaan pemerintah daerah dan

hutang-hutang pemerintah daerah. Jika sistem administrasi sudah baik maka tujuan

dari opname fisik tersebut adalah menguji kebenaran catatan yang ada. Jika

sistem tersebut sudah baik maka disarankan sistem tersebut dipertahankan.

Jika sistem administrasinya belum ada maka satu-satunya jalan untuk dapat

menyusun neraca awal adalah dengan melakukan opname fisik.

Sebagian besar penjelasan yang ada disini adalah menyangkut aset tetap

dan persediaan karena pedoman ini bertitik tolak dari pedoman inventarisasi

barang milik kekayaan pemerintah. Alasan lainnya adalah karena

pengelompokan aset pemerintah daerah sangat banyak jenisnya dan

dikelompokkan sampai ke sub-sub kelompok serta pengelompokan tersebut

tidak sesuai dengan pengelompokan aset di neraca.

II. Format Neraca

Tujuan akhir dari semua langkah ini adalah Neraca Awal dengan format dan

akun-akun sebagai berikut:

NERACA AWAL

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA/PROPINSI

PER 1 JANUARI 20X2

(Dalam rupiah)

No.

Uraian

20X2

1

ASET

2

ASET LANCAR

3

Kas di Kas Daerah

XXX

4

Kas di Pemegang Kas

XXX

5

Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran

XXX

6

Bagian Lancar Pinjaman kpd BUMN/D/Pem. Pusat/Daerah Otonom & Lbg.

Internasional

XXX

7

Bagian Lancar TGR

XXX

8

Piutang Pajak

XXX

9

Piutang Lain-lain

XXX

10

Persediaan

XXX

(5)

12 INVESTASI PERMANEN

13

Penyertaan Modal Pemerintah Daerah

XXX

14

Pinjaman kpd BUMN/BUMD/Pem. Pusat/Daerah Otonom & Lbg. Internasional

XXX

15

Penyertaan Modal dlm Proyek Pembangunan

XXX

16

Investasi Permanen Lainnya

XXX

17

Jumlah Investasi Permanen (13+14+15+16)

XXX

18 ASET TETAP

19

Tanah

XXX

20

Peralatan dan Mesin

XXX

21

Gedung dan Bangunan

XXX

22

Jalan, Irigasi dan Jaringan

XXX

23

Aset Tetap Lainnya

XXX

24

Konstruksi dalam pengerjaan

25

Jumlah Aset Tetap (19+20+21+22+23+24)

XXX

26 ASET LAINNYA

27

Tagihan Penjualan Angsuran

XXX

28

Built Operating Transfer

XXX

29

Dana Cadangan

XXX

30

Lain-lain Aset

XXX

31

Jumlah Aset Lainnya (27+28+29+30)

XXX

32 TOTAL ASET (11+17+24+31)

XXXX

33 HUTANG

34 HUTANG JANGKA PENDEK

35

Bagian Lancar Hutang Jangka Panjang

XXX

36

Hutang PFK

XXX

37

Jumlah Hutang Jangka Pendek (35+36)

XXX

38 HUTANG JANGKA PANJANG

39

Hutang Luar Negeri

XXX

40

Hutang kepada Pemerintah Pusat

XXX

41

Hutang kepada Pemerintah Daerah Otonom Lainnya

XXX

42

Hutang kepada BUMN / BUMD

XXX

43

Hutang kepada Bank / Lembaga Keuangan

XXX

44

Hutang Dalam Negeri Lainnya

XXX

45

Hutang Bunga

XXX

46

Jumlah Hutang Jangka Panjang (39+40+41+42+43+44+45)

XXX

47 TOTAL HUTANG (37+46)

XXX

48 NET ASET (32 - 47)

XXXX

49 EKUITAS DANA

50 Ekuitas Dana Lancar

51

Akumulasi SiLPA

XXX

52

Cadangan Piutang

XXX

53

Cadangan Persediaan

XXX

54

Dana Yang Harus Disediakan utk Pembayaran Hutang Jangka Pendek

XXX

55

Total Ekuitas Dana Lancar (51+52+53+54)

XXX

56 Ekuitas Dana Yang Diinvestasikan

57

Diinvestasikan dalam Investasi Permanen

XXX

58

Diinvestasikan dalam Aset Tetap

XXX

59

Diinvestasikan dalam Aset Lain-lain

XXX

60

Dana Yang Disediakan untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang

XXX

61

Total Ekuitas Dana Yang Diinvestasikan (57+58+59+60)

XXX

62 Ekuitas Dana Yang Dicadangkan

63

Diinvestasikan dalam Dana Cadangan

XXX

64

Total Ekuitas Dana Yang Dicadangkan

XXX

(6)

III. Penjelasan Masing Masing Pos Neraca

Berikut ini disampaikan penjelasan masing-masing pos neraca berikut

penilaian, pengakuan dan bagaimana memeperoleh data untuk menyusun

neraca awal.

1. Kas di Kas Daerah (1110)

Kas adalah alat pembayaran yang sah yang setiap saat dapat digunakan

untuk membiayai kegiatan pemerintah. Kas di Kas Daerah merupakan

saldo seluruh kas pemerintah daerah yang berada di rekening Kas Daerah

pada bank-bank persepsi yang ditunjuk oleh pemerintah daerah.

Pengakuan: seluruh kas atau ekuivalen kas milik pemerintah daerah,

selain yang berada di Pemegang Kas UUDP (UYHD). Penilaian: apabila

disajikan sebesar nilai rupiah tersebut, apabila terdapat kas dalam valuta

asing dikonversi menjadi rupiah menggunakan kurs tengah BI pada

tanggal laporan. Pengumpulan data: untuk menentukan nilai saldo awal

kas di neraca, pemerintah daerah dapat meminta bank terkait untuk

mengirim Rekening Koran Pemerintah per tanggal 31 Desember tahun

sebelumnya.

2. Kas di Pemegang Kas (1120)

Kas di Pemegang Kas merupakan Kas yang menjadi

tanggungjawab/dikelola oleh Pemegang Kas (Bendaharawan Pembayar).

Pengakuan: perkiraan ini mencakup seluruh uang logam, uang kertas, dan

lain-lain kas yang sumbernya berasal dari dana UUDP (UYHD) yang

belum dipertanggungjawabkan per 31 Desember. Perkiraan Kas di

Pemegang Kas yang disajikan dalam Neraca suatu pemerintah daerah

harus mencerminkan kas yang benar-benar ada pada tanggal disusun

neraca. Penilaian: apabila disajikan sebesar nilai rupiah tersebut, apabila

terdapat kas dalam valuta asing dikonversi menjadi rupiah menggunakan

kurs tengah BI pada tanggal laporan. Pengumpulan data: untuk

mendapatkan saldo Kas di Pemegang Kas perlu dilakukan:

a. Kas Opname untuk mendapatkan saldo kas per 31 Desember tahun

sebelumnya atas seluruh uang kartal yang ada di tangan seluruh

Pemegang Kas UUDP (UYHD).

b. Kas Opname untuk mendapatkan saldo kas per 31 Desember tahun

sebelumnya atas seluruh Uang Giral yang menjadi tanggung jawab

seluruh Pemegang Kas UUDP (UYHD).

c. Lakukan rekonsiliasi dengan catatan yang ada di Pemegang Kas.

3. Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran (1130)

Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran merupakan reklasifikasi

tagihan penjualan angsuran jangka panjang ke dalam piutang jangka

pendek. Reklasifikasi ini dilakukan karena adanya tagihan angsuran

jangka panjang yang jatuh tempo pada tahun berjalan. Reklasifikasi ini

dilakukan hanya untuk tujuan penyusunan neraca karena pembayaran

atas tagihan penjualan angsuran akan mengurangi perkiraan Tagihan

Penjualan Angsuran bukan Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran.

Pengakuan: seluruh bagian lancar dari penjualan angsuran yang dimiliki

pemerintah daerah. Penilaian: jumlah tagihan penjualan angsuran yang

(7)

harus diterima dalam waktu satu tahun. Pengumpulan data: untuk

mendapatkan saldo Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran, pada

saat penyusunan neraca perlu dihitung berapa bagian dari Tagihan

Penjualan Angsuran yang akan jatuh tempo dalam tahun depan. Data ini

biasanya terdapat di Biro Keuangan pemerintah daerah.

4. Bagian Lancar Pinjaman kepada BUMN/D dan Lembaga Internasional

(1140)

Bagian Lancar pinjaman kepada BUMN/BUMD dan lembaga internasional

merupakan reklasifikasi Piutang pinjaman kepada BUMN/BUMD dan

lembaga internasional yang jatuh tempo dalam tahun anggaran

berikutnya. Reklasifikasi ini dilakukan hanya untuk tujuan penyusunan

neraca karena penerimaan kembali dari Pinjaman kepada BUMN/D dan

Lembaga Internasional akan mengurangi perkiraan Pinjaman kepada

BUMN/D dan Lembaga Internasional bukan Bagian Lancar Pinjaman

kepada BUMN/D dan Lembaga Internasional. Pengakuan: seluruh bagian

lancar dari pinjaman kepada BUMN/D dan Lembaga Internasional yang

harus diterima dalam waktu satu tahun. Penilaian: sebesar nilai rupiah

jumlah bagian lancar piutang pinjaman kepada BUMN/BUMD.

Pengumpulan data: untuk mendapatkan saldo Bagian Lancar Pinjaman

kepada BUMN/D dan Lembaga Internasional, pada saat penyusunan

neraca perlu dihitung berapa bagian dari Pinjaman kepada BUMN/D dan

Lembaga Internasional yang akan jatuh tempo dalam tahun depan. Data

ini biasanya terdapat di Biro Keuangan pemerintah daerah.

5. Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi (1150)

Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi (TGR) merupakan reklasifikasi

lain-lain aset yang berupa TGR ke dalam aset lancar disebabkan adanya TGR

jangka panjang yang jatuh tempo tahun berikutnya. Reklasifikasi ini

dilakukan hanya untuk tujuan penyusunan neraca karena penerimaan

kembali dari Tuntutan Ganti Rugi akan mengurangi perkiraan Tuntutan

Ganti Rugi bukan Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi. Pengakuan:

seluruh bagian lancar dari Tuntutan Ganti Rugi yang harus diterima dalam

waktu satu tahun. Penilaian: nilai rupiah Tuntutan Ganti Rugi yang akan

diterima dalam waktu satu tahun. Pengumpulan data: untuk mendapatkan

saldo Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi, pada saat penyusunan neraca

perlu dihitung berapa bagian dari Tuntutan Ganti Rugi yang akan jatuh

tempo dalam tahun depan. Data ini biasanya terdapat di Biro Keuangan

pemerintah daerah.

6. Piutang Pajak (1160)

Piutang Pajak merupakan piutang yang diakui atas pajak daerah yang

sudah ada surat ketetapannya (SKP/SKPT). Perkiraan ini untuk mencatat

transaksi yang berkaitan dengan pengakuan piutang pajak daerah yang

sudah ditetapkan dengan suatu surat ketetapan. Dokumen sumber

Piutang Pajak ini adalah Surat Ketetapan Pajak Daerah dan Surat

Ketetapan Pajak Daerah Tambahan. Perkiraan Piutang Pajak hanya

dimunculkan pada saat penyusunan Neraca karena penerimaan kas dari

pajak tidak mengurangi perkiraan Piutang Pajak namun langsung diakui

sebagai Pendapatan Pajak. Pengakuan: seluruh piutang pajak yang sudah

keluar ketetapan pajaknya namun belum ditagih. Penilaian: sebesar nilai

(8)

rupiah pajak-pajak yang belum ditagih. Pengumpulan data: informasi saldo

piutang pajak dapat diperoleh dari dinas pendapatan atau dinas lain yang

menerbitkan surat ketetapan pajak.

7. Piutang lain lain. (1170)

Perkiraan ini untuk mencatat transaksi yang berkaitan dengan pengakuan

piutang lain-lain yaitu piutang di luar bagian lancar tagihan penjualan

angsuran, bagian lancar pinjaman kepada BUMN/BUMD dan lembaga

internasional, Bagian Lancar TGR dan piutang pajak. Pengakuan: seluruh

piutang yang tidak termasuk dalam kelompok yang telah disebutkan

sebelumnya. Penilaian: sebesar nilai rupiah piutang lain-lain.

Pengumpulan data: informasi mengenai piutang lain-lain dapat diperoleh

dari seluruh satuan kerja..

8. Persediaan. (1180)

Persediaan adalah barang pakai habis yang diperoleh dengan maksud

untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah daerah dan

barang-barang yang maksudkan untuk dijual/diserahkan dalam rangka pelayanan

masyarakat. Pembukuan persediaan dilakukan bukan pada saat

perolehan dan penggunaan persediaan tetapi pada akhir tahun anggaran

sesuai dengan hasil inventarisasi fisik persediaan untuk menentukan

volume barang persediaan. Persediaan bahan baku dan perlengkapan

yang dimiliki proyek swakelola dan dimasukkan dalam konstruksi dalam

pengerjaan tidak dimasukkan sebagai persediaan dalam kelompok ini.

Pengakuan: seluruh persediaan yang dimiliki atau dikuasai pemerintah

daerah. Penilaian: Apabila diperoleh dengan pembelian persediaan dinilai

dengan menggunakan harga pembelian persediaan yang terakhir. Apabila

diperoleh dengan memproduksi sendiri dinilai dengan belanja yang

dikeluarkan. Apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi atau

rampasan dinilai dengan harga atau nilai wajar atau estimasi nilai

penjualannya. Pengumpulan data: untuk mendapatkan informasi

mengenai persediaan dilakukan dengan opname fisik sebagaimana

dijelaskan kemudian.

9. Penyertaan Modal Pemerintah Daerah. (1210)

Penyertaan modal Pemda menggambarkan jumlah yang dibayar oleh

pemerintah untuk penyertaan modal dalam badan usaha milik

negara/daerah di dalam dan di luar negeri serta lembaga-lembaga

keuangan dimana pemerintah memiliki 51% atau lebih dari saham ekuitas

dari setiap badan usaha tersebut. Pengakuan: seluruh penyertaan modal

pemerintah daerah ke dalam BUMN/BUMD dan lembaga keuangan

internasional. Penilaian: penyertaan modal dalam BUMN/BUMD dan

lembaga internasional dibukukan berdasarkan harga perolehan termasuk

biaya tambahan lainnya yang terjadi untuk memperoleh kepemilikan yang

sah atas investasi tersebut. Harga perolehan investasi dalam valuta asing

harus dinyatakan dalam mata uang rupiah dengan menggunakan nilai

tukar (kurs tengah BI) yang berlaku pada tanggal transaksi. Bila investasi

saham dalam suatu BUMN/BUMD dijual atau ditukar dengan aset yang

lain, maka nilai saham yang dijual/ditukar ditetapkan harga pokoknya

dengan menggunakan metode penilaian harga perolehan rata-rata. Aset

moneter dalam valuta asing harus dinyatakan dalam rupiah dengan

(9)

menggunakan nilai tukar (kurs tengah BI) yang berlaku pada tanggal

neraca. Selisih yang terjadi karena perbedaan nilai tukar dibukukan

sebagai ekuitas dana lancar. Pengumpulan data: informasi mengenai

penyertaan modal ini dapat diperoleh di Biro Keuangan atau unit lain yang

menangani penanaman modal pemerintah daerah.

10. Pinjaman kepada BUMN, BUMD, Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah

Lainnya dan Lembaga Internasional. (1220)

Perkiraan ini menggambarkan jumlah yang dikeluarkan oleh pemerintah

daerah untuk pinjaman yang diberikan kepada BUMN, BUMD, Pemerintah

Pusat, Pemerintah Daerah Lainnya dan Lembaga Internasional.

Pengakuan: seluruh pinjaman yang diberikan oleh pemerintah kepada

kepada BUMN, BUMD, Pem. Pusat, Pem. Daerah Lainnya dan Lembaga

Internasional. Penilaian: pinjaman kepada BUMN/BUMD/Pemerintah

Pusat/Daerah Otonom Lainnya dan lembaga internasional dibukukan

sebesar nilai nominal pinjaman. Aset moneter dalam valuta asing harus

dinyatakan dalam rupiah dengan menggunakan nilai tukar (kurs tengah BI)

yang berlaku pada tanggal neraca. Selisih yang terjadi karena perbedaan

nilai tukar dibukukan sebagai ekuitas dana lancar. Pengumpulan data

mengenai pinjaman ini dapat diperoleh di Biro Keuangan atau unit lain

yang menangani pinjaman pemerintah daerah.

11. Penyertaan Modal dalam Proyek Pembangunan. (1230)

Penanaman modal dalam proyek pembangunan adalah akumulasi dana

yang dikeluarkan ke proyek yang dilaksanakan dengan maksud untuk

mengalihkan sepenuhnya atau sebagian kepemilikan proyek tersebut

kepada pihak ketiga setelah proyek mencapai tingkat penyelesaian

tertentu. Contoh proyek pembangunan adalah proyek perkebunan inti

rakyat. Penilaian: penanaman modal dalam proyek pembangunan

dibukukan berdasarkan harga perolehan termasuk biaya tambahan

lainnya yang terjadi untuk memperoleh kepemilikan yang sah atas

investasi tersebut. Harga perolehan investasi dalam valuta asing harus

dinyatakan dalam mata uang rupiah dengan menggunakan nilai tukar

(kurs tengah BI) yang berlaku pada tanggal transaksi. Pengumpulan data

mengenai penyertaan modal dalam proyek pembangunan dapat diperoleh

di dinas pertanian atau dinas lain yang menangani proyek pembangunan.

12. Investasi Permanen Lainnya. (1290)

Investasi permanen lainnya menggambarkan semua biaya investasi

permanen lainnya yang tidak dapat diklasifikasikan ke dalam salah satu

perkiraan investasi permanen di atas. Penilaian: investasi permanen

lainnya dibukukan berdasarkan harga perolehan termasuk biaya

tambahan lainnya yang terjadi untuk memperoleh kepemilikan yang sah

atas investasi tersebut. Harga perolehan investasi dalam valuta asing

harus dinyatakan dalam mata uang rupiah dengan menggunakan nilai

tukar (kurs tengah BI) yang berlaku pada tanggal transaksi. Data

mengenai investasi permanen lainnya dapat diperoleh di biro keuangan

atau instansi lain yang menangan investasi permanen lainnya.

(10)

13. Tanah. (1310)

Tanah menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk

memperoleh tanah sampai dengan tanah tersebut siap pakai. Biaya ini

meliputi antara lain harga pembelian serta biaya untuk memperoleh hak,

biaya yang berhubungan dengan pengukuran dan penimbunan. Nilai

tanah juga meliputi biaya pembelian bangunan tua yang terletak pada

sebidang tanah yang dibeli untuk melaksanakan pembangunan sebuah

gedung yang baru jika bangunan tua itu dimaksudkan untuk dibongkar.

Tanah dicatat sebagai aset negara pada saat diterima dan hak

kepemilikan berpindah. Pengakuan: tanah yang dimiliki oleh pemerintah

daerah sesuai dengan bukti kepemilikan yang sah atau dikuasai oleh

pemerintah daerah berdasarkan peraturan perundang-undang harus

dicatat dan disajikan dalam neraca.

Penilaian

: khusus untuk penyusunan neraca awal nilai tanah dinyatakan di

neraca awal digunakan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) 2001.

Untuk

pencatatan transaksi perolehan tanah setelah penyusunan neraca awal

tanah dinilai menggunakan harga perolehan. Data mengenai tanah dapat

diperoleh dari Laporan Barang Milik/Kekayaan Daerah atau melalui

opname fisik. Prosedur opname fisik dan pengelompokan lebih lanjut

dijelaskan di bab berikut.

14. Peralatan dan Mesin. (1320)

Peralatan dan Mesin, menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan

untuk memperoleh peralatan dan mesin sampai siap pakai. Biaya ini

meliputi antara lain harga pembelian dan biaya instalasi serta biaya

langsung lainnya untuk memperoleh dan mempersiapkan aset sehingga

dapat digunakan. Untuk peralatan dan mesin yang berasal dari hibah

dinilai berdasarkan nilai wajar dari harga pasar atau harga gantinya.

Peralatan dan Mesin baru dapat dicatat sebagai aset negara pada saat

diterima dan hak kepemilikan berpindah. Peralatan dan Mesin dinyatakan

dalam neraca dengan nilai historis, yaitu harga perolehan. Bila penilaian

peralatan dan mesin dengan menggunakan nilai historis tidak

memungkinkan, maka nilai peralatan dan mesin tetap didasarkan pada

harga perolehan yang diestimasikan. Harga perolehan peralatan dan

mesin yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung

untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung, termasuk biaya

perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa

peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan

pembangunan hingga aset tersebut siap dipergunakan. Bila biaya

perolehan suatu peralatan dan mesin dinyatakan dalam valuta asing,

maka nilai rupiah aset itu akan ditetapkan berdasarkan nilai tukar (kurs

tengah BI) pada saat perolehan. Data mengenai peralatan dan mesin

dapat diperoleh dari Laporan Barang Milik/Kekayaan Daerah atau melalui

opname fisik. Prosedur opname fisik dan pengelompokan lebih lanjut

dijelaskan di bab berikut.

15. Gedung dan Bangunan. (1330)

Gedung dan Bangunan menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan

untuk memperoleh gedung dan bangunan sampai siap pakai. Biaya ini

meliputi antara lain harga beli, biaya pembebasan, biaya pengurusan IMB,

notaris dan pajak. Biaya konstruksi yang dicakup oleh suatu kontrak

(11)

konstruksi akan meliputi harga kontrak ditambah dengan biaya tidak

langsung lainnya yang dilakukan sehubungan dengan konstruksi dan

dibayar pada pihak selain dari kontraktor. Biaya ini juga mencakup biaya

bagian dari pembangunan yang dilaksanakan secara swakelola, jika ada.

Gedung dan Bangunan baru dapat dicatat sebagai aset pemerintah

daerah pada saat diterima dan hak kepemilikan berpindah.

Khusus untuk

penyusunan neraca awal nilai Gedung dan Bangunan dinyatakan dalam

neraca awal digunakan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) 2001. Untuk

pencatatan transaksi perolehan gedung dan bangunan setelah

penyusunan neraca awal gedung dan bangunan dinilai menggunakan

harga perolehan

. Harga perolehan gedung dan bangunan yang dibangun

dengan cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan

baku, dan biaya tidak langsung, termasuk biaya perencanaan dan

pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua

biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan hingga aset

tersebut siap dipergunakan. Bila biaya perolehan suatu gedung dan

bangunan dinyatakan dalam valuta asing, maka nilai rupiah aset itu akan

ditetapkan berdasarkan nilai tukar (kurs tengah BI) pada saat perolehan.

Data mengenai gedung dan bangunan dapat diperoleh dari Laporan

Barang Milik/Kekayaan Daerah atau melalui opname fisik. Prosedur

opname fisik dan pengelompokan lebih lanjut dijelaskan di bab berikut.

16. Jalan, Irigasi dan Jaringan. (1340)

Jalan, irigasi dan jaringan, menggambarkan seluruh biaya yang

dikeluarkan untuk memperoleh jalan, irigasi dan jaringan sampai siap

pakai. Biaya ini meliputi antara lain biaya perolehan dan biaya-biaya lain

sampai dengan jaringan tersebut siap pakai. Jalan, irigasi dan jaringan

baru dapat dicatat sebagai aset negara pada saat diterima dan hak

kepemilikan berpindah. Jalan irigasi dan jaringan dinyatakan dalam neraca

dengan nilai historis, yaitu harga perolehan. Bila penilaian Jalan, irigasi

dan Jaringan dengan menggunakan nilai historis tidak memungkinkan,

maka Jalan, irigasi dan jaringan tetap didasarkan pada harga perolehan

yang diestimasikan. Harga perolehan jalan irigasi dan jaringan yang

dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga

kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung, termasuk biaya perencanaan

dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan

semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan

hingga aset tersebut siap dipergunakan. Bila biaya perolehan suatu Jalan

Irigasi dan Jaringan dinyatakan dalam valuta asing, maka nilai rupiah aset

itu akan ditetapkan berdasarkan nilai tukar (kurs tengah BI) pada saat

perolehan. Data mengenai jalan, irigasi dan jaringan dapat diperoleh dari

Laporan Barang Milik/Kekayaan Daerah atau melalui opname fisik.

Prosedur opname fisik dan pengelompokan lebih lanjut dijelaskan di bab

berikut.

17. Aset Tetap Lainnya. (1390)

Aset tetap lainnya, menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk

memperoleh aset tetap lainnya sampai siap pakai. Biaya ini meliputi biaya

perolehan semua aset tetap lainnya yang tidak dapat diklasifikasikan

dengan tepat kedalam aset tetap yang telah diuraikan sebelumnya. Aset

Tetap Lainnya baru dapat dicatat sebagai aset negara pada saat diterima

(12)

dan hak kepemilikan berpindah. Aset tetap lainnya dinyatakan dalam

neraca dengan nilai historis, yaitu harga perolehan. Bila penilaian Aset

tetap lainnya dengan menggunakan nilai historis tidak memungkinkan,

maka Aset Tetap Lainnya tetap didasarkan pada harga perolehan yang

diestimasikan. Bila biaya perolehan suatu aset tetap lainnya dinyatakan

dalam valuta asing, maka nilai rupiah aset itu akan ditetapkan

berdasarkan nilai tukar (kurs tengah BI) pada saat perolehan. Data

mengenai jalan, irigasi dan jaringan dapat diperoleh dari Laporan Barang

Milik/Kekayaan Daerah atau melalui opname fisik. Prosedur opname fisik

dan pengelompokan lebih lanjut dijelaskan di bab berikut.

18. Konstruksi dalam Pengerjaan. (1350)

Konstruksi dalam pengerjaan, menggambarkan biaya yang

diakumulasikan sampai pada tanggal laporan posisi keuangan dari semua

jenis aset tetap dalam pengerjaan yang belum selesai dibangun.

Konstruksi dalam pengerjaan baru dapat dicatat sebagai aset negara pada

saat biaya telah dikeluarkan. Bangunan dalam pengerjaan dinyatakan

dalam neraca dengan nilai historis, yaitu harga perolehan. Bila penilaian

bangunan dalam pengerjaan dengan menggunakan nilai historis tidak

memungkinkan, maka bangunan dalam pengerjaan tetap didasarkan pada

harga perolehan yang diestimasikan.Bila biaya perolehan suatu bangunan

dalam pengerjaan dinyatakan dalam valuta asing, maka nilai rupiah aset

itu akan ditetapkan berdasarkan nilai tukar (kurs tengah BI) pada saat

perolehan.

19. Tagihan Penjualan Angsuran. (1410)

Tagihan penjualan Angsuran menggambarkan jumlah yang dapat diterima

dari penjualan rumah dan kendaraan dan tagihan angsuran lainnya

kepada pegawai pemerintah. Perkiraan dibagi ke dalam sub perkiraan

Tagihan angsuran rumah dan Piutang angsuran penjualan kendaraan dan

tagihan angsuran lainnya. Tagihan Penjualan angsuran dinilai dengan nilai

nominal dari kontrak.

20. Kemitraan dengan Pihak Ketiga. (1420)

Kemitraan Dengan Pihak Ketiga menggambarkan nilai hak yang akan

diperoleh atas suatu aset yang dibangun dengan cara kemitraan

pemerintah dan swasta berdasarkan perjanjian. Aset berdasarkan

kemitraan dengan pihak ketiga dinilai berdasarkan nilai perolehan pada

saat aset tersebut selesai dibangun.

21. Dana Cadangan. (1430)

Dana cadangan adalah dana yang dibentuk untuk membiayai kebutuhan

dana yang tidak dapat dibebankan dalam satu tahun anggaran. Dana

cadangan berkaitan dengan transaksi pembentukan dana cadangan

sebagai special fund. Dana cadangan dinilai sebesar akumulasi dana

yang berasal dari pembentukan dana cadangan yang tercantum dalam

APBD (nominal) ditambah dengan hasil yang diperolehnya.

22. Lain-lain Aset. (1490)

Lain-lain aset adalah aset di luar tagihan penjualan angsuran, Kemitraan

dengan pihak ketiga dan Dana Cadangan antara lain meliputi tagihan

(13)

kepada para pegawai pemerintah yang terbukti menyalahgunakan

pemerintah dan tagihan TGR pada pihak ketiga.

23. Bagian Lancar Hutang Jangka Panjang. (2110)

Bagian Lancar Hutang Jangka Panjang yang jatuh tempo merupakan

sebagian dari hutang jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu

periode akuntansi. Bagian Lancar Hutang Jangka Panjang merupakan

reklasifikasi hutang jangka panjang yang jatuh tempo dalam tahun

anggaran.

Bagian Lancar Hutang Jangka Panjang dibukukan sebesar nilai nominal.

Hutang dalam valuta asing dikonversikan ke rupiah berdasarkan nilai tukar

(kurs tengah BI) pada tanggal transaksi. Bagian Lancar Hutang Jangka

Panjang diakui pada saat pembayaran jatuh tempo dalam satu periode

akuntansi melalui reklasifikasi.

24. Hutang PFK. (2120)

Hutang Perhitungan fihak ketiga (PFK) adalah hutang jangka pendek

kepada fihak ketiga yang berasal dari jumlah yang dipotong dari Surat

Perintah Membayar (SPM).

Dokumen sumber yang terkait dengan Hutang perhitungan Fihak Ketiga

adalah Surat Perintah Membayar (SPM) Khusus, serta bukti-bukti tagihan

dari Askes, Taspen, BULOG dan lain-lain yang sejenis. Hutang

Perhitungan Fihak Ketiga dibukukan sebesar nilai nominal.

25. Hutang Biaya Pinjaman. (2130)

Hutang Biaya Pinjaman merupakan hutang yang terjadi sebagai ikutan

hutang pokok, yang berupa Bunga, denda dan commitment fee.

Hutang Biaya Pinjaman sebesar nilai nominal. Hutang dalam valuta asing

dikonversikan ke rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah BI) pada

tanggal transaksi. Hutang Biaya Pinjaman diakui pada akhir tahun

anggaran.

26. Hutang Jangka Panjang. (2210)

Hutang jangka panjang merupakan hutang yang harus dibayar kembali

atau jatuh tempo lebih dari satu periode akuntansi. Hutang jangka panjang

dapat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Hutang (pinjaman)

jangka panjang hanya dapat digunakan untuk membiayai pembangunan

prasarana yang merupakan aset Daerah dan dapat menghasilkan

penerimaan (baik langsung maupun tidak langsung) untuk pembayaran

kembali pinjaman, serta memberikan manfaat bagi pelayanan masyrakat.

Hutang (pinjaman) jangka panjang tidak dapat digunakan untuk

membiayai belanja administrasi umum serta belanja operasional dan

pemeliharaan. (PP 107 Tahun 2000 pasal 7).

Hutang Jangka Panjang diakui pada saat dana tersebut diterima dan

dibukukan sebesar nilai nominal. Hutang dalam valuta asing dikonversikan

ke rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah BI) pada tanggal transaksi.

Hutang Jangka Panjang dalam Neraca diklasifikasikan ke dalam

a. Hutang Luar Negeri

b. Hutang Kepada Pemerintah Pusat

c. Hutang Kepada Pemerintah Daerah Otonom Lainnya

d. Hutang Kepada BUMN/D

(14)

e. Hutang Kepada Bank / Lembaga Keuangan

f. Hutang Dalam Negeri Lainnya

27. Hutang Bunga. (2220)

Hutang bunga merupakan kewajiban kepada kreditur atas pinjaman

jangka panjang yang harus dibayar kembali/jatuh tempo lebih dari 1 (satu)

satu periode akuntansi. Hutang Bunga diakui pada saat Hutang tersebut

terjadi dan dibukukan sebesar nilai nominal. Hutang dalam valuta asing

dikonversikan ke rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah BI) pada

tanggal transaksi.

28. Ekuitas Dana Lancar. (3100)

Ekuitas Dana Lancar merupakan selisih antara jumlah nilai aset lancar

dengan jumlah nilai hutang lancar.

Ekuitas Dana Lancar, terdiri atas:

a. SiLPA Tahun Pelaporan adalah perkiraan ringkasan operasi

pemerintah selama tahun berjalan yang diperoleh dari selisih antara

seluruh penerimaan Kas Daerah dan pengeluaran Kas Daerah. (3110)

b. Akumulasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) adalah perkiraan

yang menampung akumulasi saldo SiLPA tahun-tahun sebelumnya

dan tahun berjalan setelah dikurangi dengan penggunaannya dalam

anggaran. (3120)

c. Cadangan untuk Piutang adalah kekayaan bersih pemerintah yang

tertanam dalam piutang jangka pendek. Perkiraan ini merupakan

perkiraan lawan dari Piutang. (3150)

d. Cadangan untuk Persediaan adalah kekayaan pemerintah yang

tertanam dalam persediaan. Perkiraan ini merupakan perkiraan lawan

dari Persediaan. (3160)

e. Dana yang harus disediakan untuk pembayaran hutang jangka

pendek. adalah perkiraan lawan Hutang Jangka Pendek. (3170)

29. Ekuitas Dana Yang Diinvestasikan. (3200)

Ekuitas Dana yang Diinvestasikan merupakan selisih antara jumlah nilai

investasi permanen, aset tetap, aset lainnya (tidak termasuk Dana

Cadangan) dengan jumlah nilai hutang jangka panjang.

Ekuitas Dana yang Diinvestasikan meliputi:

a. Diinvestasikan dalam Investasi Permanen. (3210)

b. Diinvestasikan dalam Aset Tetap. (3220)

c. Diinvestasikan dalam Aset Lainnya. (3230)

d. Dana yang harus disediakan untuk pembayaran hutang jangka

panjang. (3240)

30. Ekuitas Dana Yang Dicadangkan (3310)

Ekuitas Dana yang Diinvestasikan merupakan ekuitas dana yang

dicadangkan untuk tujuan tertentu. Perkiraan ini merupakan pasangan dari

perkiraan Dana Cadangan. Saldo perkiraan Diinvestasikan dalam Dana

Cadangan disajikan sebesar akumulasi dana yang diinvestasikan dalam

Dana Cadangan.

(15)

BAB III

PROSEDUR OPNAME FISIK

Perkiraan persediaan dan perkiraan-erkiraan Aset Tetap adalah pos Neraca yang

menyajikan aset yang berwujud barang. Karena kekhasan perkiraan tersebut—yang

dalam penyajiannya terlebih dulu dilakukan opname fisik—maka bab ini memberikan

petunjuk mengenai prosedur mengenai Persediaan dan Aset Tetap.

Rancangan format formulir yang disediakan semata-mata dimaksudkan untuk

memudahkan petugas opname fisik dalam mengumpulkan data aset di lapangan.

Oleh karenanya, untuk mendapatkan nilai aset yang berupa barang—baik yang

termasuk dalam Persediaan maupun Aset Tetap—diperlukan pekerjaan tambahan

yaitu pengikhtisarkan data yang tercatat dalam formulir ke dalam klasifikasi yang

sesuai perkiraan yang sesuai dengan pos neraca.

A. Opname Fisik Persediaan

Opname fisik persediaan yang ditujukan untuk penyusunan Neraca awal dilakukan

menjelang saat penyusunan neraca. Nilai persediaan yang disajikan harus

menunjukkan kondisi persediaan pada tanggal Neraca.

Metode pencatatan persediaan yang digunakan adalah metode persediaan fisik.

Dalam metode ini, pencatatan mutasi persediaan cukup dilakukan dengan kartu

persediaan yaitu suatu kartu yang berfungsi sebagai kontrol atas keluar masuknya

barang. Sedangkan nilai persediaan yang disajikan di Neraca adalah sebesar jumlah

persediaan yang masih ada pada tanggal Neraca dikalikan dengan harga satuan

barang pada pembelian terakhir.

Prosedur opname fisik persediaan:

1. Menjelang penyusunan Neraca, Kepala Satuan Kerja menetapkan petugas

pelaksana opname fisik persediaaan.

2. Petugas pelaksana opname fisik melakukan opname atas persediaan di

masing-masing bagian Satuan Kerja dengan menggunakan formulir FORMAFI (lihat

lampiran) sebagai media pencatatan hasil opname fisik. Formulir ini harus

ditandatangani petugas opname fisik dan Kepala Satuan Kerja penanggung jawab

persediaan tersebut.

3. Hasil opname fisik tersebut kemudian dituangkan dalam bentuk Berita Acara

Opname Fisik Persediaan yang memuat kuantitas persediaan yang ada, harga

beli satuan terakhir, dan nilai total persediaan.

4. Berita Acara Opname Fisik Persediaan tersebut digunakan sebagai dasar

pelaporan Persediaan di Neraca.

B. Opname Fisik Aset Tetap

Opname fisik aset tetap yang ditujukan untuk penyusunan Neraca awal dilakukan

menjelang saat penyusunan neraca. Nilai aset tetap yang disajikan dalam Neraca

harus menunjukkan posisi Aset Tetap pada tanggal Neraca.

Prosedur Opname Fisik Aset Tetap:

1. Menjelang penyusunan Neraca awal, Kepala Satuan Kerja membentuk Tim

Opname Fisik Aset Tetap.

2. Kepala Satuan Kerja memberikan deskripsi pekerjaan dan pengarahan Tim

opname fisik serta menunjuk Ketua Tim Opname Fisik.

3. Ketua Tim Opname Fisik menjelaskan kepada anggota tim mengenai jenis-jenis

barang yang akan diopname dan menyamakan persepsi terhadap identifikasi

(16)

barang. Ini dilakukan dengan menunjukkan contoh-contoh barang yang ada dan

membuat kesepakatan mengenai nama barang-barang tersebut.

4. Tim Opname Fisik membuat denah (pemetaan) ruangan tempat Aset Tetap

berada, menetapkan nomor ruangan, dan mendeskripsikan nama-nama ruangan

tersebut.

5. Ketua Tim Opname Fisik membagi lingkup penugasan kepada anggota tim: yang

bertugas melakukan opname fisik aset yang ada di ruangan; yang bertugas

melakukan opname fisik tanah; yang bertugas melakukan opname fisik gedung

dan bangunan; yang melakukan opname fisik alat angkutan bermotor; yang

bertugas melakukan opname fisik jalan, irigasi dan jaringan; dan yang melakukan

opname fisik aset lainnya.

6. Atas dasar pembagian pada poin 5, Ketua Tim Opname Fisik membaginya lebih

lanjut menurut lokasi tempat aset berada.

7. Ketua Tim Opname Fisik membagikan formulir opname fisik (FORMOFA-1,

FORMOFA-2, FORMOFA-3, FORMOFA-4, FORMOFA-5, dan FORMOFA-6)

berdasarkan lingkup penugasan sebagaimana disebut pada poin 5 dan 6 dan

membuat label barang.

8.

Anggota Tim Opname Fisik melaksanakan opname fisik dan

mendokumentasikannya pada formulir opname fisik yang sesuai. Tim Opname

Fisik memberikan label pada aset yang telah dihitung untuk menghindarkan

penghitungan ganda.

9. Hasil opname fisik yang tertuang di tiap-tiap formulir kemudian diiktisarkan ke

dalam klasifikasi akun neraca dan dituangkan dalam Berita Acara Hasil Opname

Fisik Aset Tetap.

10. Berdasarkan Berita Acara Hasil Opname Fisik Aset Tetap tersebut, petugas

akuntansi menyajikan nilai Aset Tetap ke dalam Neraca.

(17)

PEMERINTAH DAERAH …(1)…

FORMOFA-01

Nama Satuan Kerja …(2)…

KODE SATUAN KERJA: …(3)…

FORMULIR OPNAME FISIK ASET DI RUANGAN

Kode Ruangan : …(4)…

Nama Ruangan : …(5)…

Kondisi

No.

Nama Aset

Kode Aset

Merk/

Nomor Seri

Tahun

Perolehan

Jumlah

Harga

Satuan

Total Harga

B

RR

RB

Status

Kepemilikan

Keterangan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14) (15) (16)

(17)

(18)

…(19)…, …(20)…

Mengetahui,

Tim Opname Fisik,

Kepala Satuan Kerja

…(21)…

1. …(23)…, …(24)…

2. …(25)…, …(26)…

…(22)…

(18)

PEMERINTAH DAERAH …(1)…

FORMOFA-02

Nama Satuan Kerja …(2)…

KODE SATUAN KERJA: …(3)…

FORMULIR OPNAME FISIK TANAH

Kondisi

No.

Nama Aset

Kode Aset

Lokasi

Tahun

Perolehan

Jumlah

Harga

Satuan

Total

Harga

B

RR

RB

Status

Kepemilikan

Keterangan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12) (13) (14)

(15)

(16)

…(17)…, …(18)…

Mengetahui,

Tim Opname Fisik,

Kepala Satuan Kerja

…(19)…

1. …(21)…, …(22)…

2. …(23)…, …(24)…

…(20)…

(19)

PEMERINTAH DAERAH …(1)…

FORMOFA-03

Nama Satuan Kerja …(2)…

KODE SATUAN KERJA: …(3)…

FORMULIR OPNAME FISIK GEDUNG DAN BANGUNAN

Kondisi

No.

Nama Aset

Kode Aset

Lokasi

Tahun

Perolehan

Jumlah Harga Satuan Total Harga

B

RR

RB

Status

Kepemilikan

Keterangan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12) (13) (14)

(15)

(16)

…(17)…, …(18)…

Mengetahui,

Tim Opname Fisik,

Kepala Satuan Kerja

…(19)…

1. …(21)…, …(22)…

2. …(23)…, …(2)…

…(20)…

(20)

PEMERINTAH DAERAH …(1)…

FORMOFA-04

Nama Satuan Kerja …(2)…

KODE SATUAN KERJA: …(3)…

FORMULIR OPNAME FISIK ALAT ANGKUTAN BERMOTOR

Kondisi

No.

Nama Aset

Kode Aset

No. Bukti

Kepemilikan

Nomor

Mesin

Pemegang

Aset

Tahun

Perolehan

Total

Harga

B

RR

RB

Status

Kepemilikan

Keterangan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12) (13) (14)

(15)

(16)

…(17)…, …(18)…

Mengetahui,

Tim Opname Fisik,

Kepala Satuan Kerja

…(19)…

1. …(21)…, …(22)…

2. …(23)…, …(24)…

…(20)…

(21)

PEMERINTAH DAERAH …(1)…

FORMOFA-05

Nama Satuan Kerja …(2)…

KODE SATUAN KERJA: …(3)…

FORMULIR OPNAME FISIK JALAN, IRIGASI DAN JARINGAN

Kondisi

No.

Nama Aset

Kode Aset

Lokasi/

Tipe

Perolehan

Tahun

Jumlah

Satuan

Harga

Total Harga

B

RR

RB

Status

Kepemilikan

Keterangan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12) (13) (14)

(15)

(16)

…(17)…, …(18)…

Mengetahui,

Tim Opname Fisik,

Kepala Satuan Kerja

…(19)…

1. …(21)…, …(22)…

2. …(23)…, …(24)…

…(20)…

(22)

PEMERINTAH DAERAH …(1)…

FORMOFA-06

Nama Satuan Kerja …(2)…

KODE SATUAN KERJA: …(3)…

FORMULIR OPNAME FISIK ASET LAIN

Kondisi

No.

Nama Aset

Kode Aset

Lokasi/Tipe

/Jenis

Tahun

Perolehan

Jumlah

Harga

Satuan

Total

Harga

B

RR

RB

Status

Kepemilikan

Keterangan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12) (13) (14)

(15)

(16)

…(17)…, …(18)…

Mengetahui,

Tim Opname Fisik,

Kepala Satuan Kerja

…(19)…

1. …(21)…, …(22)…

2. …(23)…, …(24)…

…(20)…

(23)

Formulir FORMOFA-01 digunakan sebagai kertas kerja dalam opname fisik aset yang ada di

dalam ruangan di gedung instansi pemerintah daerah.

Semua aset yang ada di ruangan dicatat dalam formulir ini.

Petunjuk pengisian:

(1) Diisi nama Pemerintah Daerah yang membawahi Satuan Kerja yang mengadakan opname

fisik aset.

(2) Diisi nama Satuan Kerja yang mengadakan opname fisik aset.

(3) Diisi kode Satuan Kerja yang mengadakan opname fisik aset.

(4) Diisi kode ruangan tempat aset berada.

(5) Diisi nama ruangan tempat aset berada.

(6) Diisi nomor urut.

(7) Diisi nama aset menurut jenis barang (sub-sub kelompok).

(8) Diisi kode aset sesui dengan klasifikasi pada poin (7) menurut kode

pada tabel barang.

(9) Diisi merk barang dan nomor seri barang (untuk aset seperti komputer dan barang

lainnya yang ada serial number-nya)

(10) Diisi tahun perolehan aset yang bersangkutan.

(11) Diisi jumlah aset.

(12) Diisi harga satuan barang.

(13) Diisi total harga barang (jumlah x harga satuan).

(14) . Diisi kondisi barang yang bersangkutan

(15) . B untuk Baik, RR untuk Rusak Ringan,

(16) . RB untuk Rusak Berat.

(17) Diisi status kepemilikan barang: Kepemilikan sendiri, Kepemilikan pihak ke tiga, atau

Kepemilikan dalam sengketa (Pilih salah satu yang sesuai).

(18) Diisi deskripsi yang belum tertampung dalam kolom 1 hingga 12. Misalnya, atas dasar

harga mana nilai barang dicatat (harga perolehan ataukah harga yang diestimasikan).

(19) Diisi tempat (kota) opname fisik dilakukan.

(20) Diisi tanggal opname fisik dilakukan.

(21) Diisi tanda tangan Kepala Satuan Kerja.

(22) Diisi nama Kepala Satuan Kerja.

(23) Diisi nama anggota (pertama) dari tim yang melakukan opname fisik.

(24) Diisi tanda tangan anggota (pertama) dari tim yang melakukan opname fisik.

(25) Diisi tanda tangan anggota (kedua) dari tim yang melakukan opname fisik.

(26) Diisi tanda tangan anggota (kedua) dari tim yang melakukan opname fisik.

(24)

Formulir

FORMOFA-02

digunakan sebagai kertas kerja dalam opname fisik aset yang berupa

tanah.

Petunjuk pengisian:

(1) Diisi nama Pemerintah Daerah yang membawahi Satuan Kerja yang mengadakan opname

fisik aset.

(2) Diisi nama Satuan Kerja yang mengadakan opname fisik aset.

(3) Diisi kode Satuan Kerja yang mengadakan opname fisik aset.

(4) Diisi nomor urut.

(5) Diisi nama aset menurut klasifikasi sub-sub kelmpok.

(6) Diisi kode aset sesui dengan klasifikasi pada poin (5) menurut kode

pada tabel barang.

(7) Diisi alamat lokasi tanah.

(8) Diisi tahun perolehan tanah yang bersangkutan.

(9) Diisi luas tanah.

(10) Diisi harga tanah per meter2.

(11) Diisi total harga barang (jumlah x harga satuan).

(12) . Diisi kondisi barang yang bersangkutan

(13) . B untuk Baik, RR untuk Rusak Ringan,

(14) . RB untuk Rusak Berat.

(15) Diisi status kepemilikan barang: Kepemilikan sendiri atau Kepemilikan dalam sengketa

(Pilih salah satu yang sesuai).

(16) Diisi deskripsi yang belum tertampung dalam kolom 1 hingga 12. Misalnya, atas dasar

harga mana nilai tanah dicatat (harga perolehan ataukah harga yang diestimasikan).

(17) Diisi tempat (kota) opname fisik dilakukan.

(18) Diisi tanggal opname fisik dilakukan.

(19) Diisi tanda tangan Kepala Satuan Kerja.

(20) Diisi nama Kepala Satuan Kerja.

(21) Diisi nama anggota (pertama) dari tim yang melakukan opname fisik.

(22) Diisi tanda tangan anggota (pertama) dari tim yang melakukan opname fisik.

(23) Diisi tanda tangan anggota (kedua) dari tim yang melakukan opname fisik.

(24) Diisi tanda tangan anggota (kedua) dari tim yang melakukan opname fisik.

(25)

Formulir FORMOFA-03 digunakan sebagai kertas kerja dalam opname fisik aset yang berupa

Gedung dan Bangunan. Jenis barang yang tercakup dalam lingkup Gedung dan Bangunan

meliputi: Bangunan Gedung, Monumen, Bangunan Menara, Rambu-rambu, dan Tugu Titik

Kontrol/Pasti.

Petunjuk pengisian:

(1) Diisi nama Pemerintah Daerah yang membawahi Satuan Kerja yang mengadakan opname

fisik aset.

(2) Diisi nama Satuan Kerja yang mengadakan opname fisik aset.

(3) Diisi kode Satuan Kerja yang mengadakan opname fisik aset.

(4) Diisi nomor urut.

(5) Diisi nama aset menurut klasifikasi sub-sub kelompok.

(6) Diisi kode aset sesui dengan klasifikasi pada poin (5) menurut kode

pada tabel barang.

(7) Diisi alamat lokasi Gedung/Bangunan.

(8) Diisi tahun perolehan Gedung/Bangunan.

(9) Diisi jumlah satuan Gedung/Bangunan.

(10) Diisi harga Gedung/Bangunan per satuan.

(11) Diisi total harga Gedung/Bangunan.

(12) . Diisi kondisi barang yang bersangkutan

(13) . B untuk Baik, RR untuk Rusak Ringan,

(14) . RB untuk Rusak Berat.

(15) Diisi status kepemilikan barang: Kepemilikan sendiri atau Kepemilikan dalam sengketa

(Pilih salah satu yang sesuai).

(16) Diisi deskripsi yang belum tertampung dalam kolom 1 hingga 15. Misalnya, atas dasar

harga mana nilai aset dicatat (harga perolehan ataukah harga yang diestimasikan).

(17) Diisi tempat (kota) opname fisik dilakukan.

(18) Diisi tanggal opname fisik dilakukan.

(19) Diisi tanda tangan Kepala Satuan Kerja.

(20) Diisi nama Kepala Satuan Kerja.

(21) Diisi nama anggota (pertama) dari tim yang melakukan opname fisik.

(22) Diisi tanda tangan anggota (pertama) dari tim yang melakukan opname fisik.

(23) Diisi tanda tangan anggota (kedua) dari tim yang melakukan opname fisik.

(24) Diisi tanda tangan anggota (kedua) dari tim yang melakukan opname fisik.

(26)

Formulir FORMOFA-04 digunakan sebagai kertas kerja dalam opname fisik aset yang berupa

Alat Angkutan Bermotor. Yang termasuk dalam klasifikasi aset ini antara lain: Alat Angkutan

Darat Bermotor, Alat Angkutan Apung Bermotor, Alat Angkutan Bermotor Udara.

Petunjuk pengisian:

(1) Diisi nama Pemerintah Daerah yang membawahi Satuan Kerja yang mengadakan opname

fisik aset.

(2) Diisi nama Satuan Kerja yang mengadakan opname fisik aset.

(3) Diisi kode Satuan Kerja yang mengadakan opname fisik aset.

(4) Diisi nomor urut.

(5) Diisi nama aset menurut klasifikasi sub-sub kelompok.

(6) Diisi kode aset sesui dengan klasifikasi pada poin (5) menurut kode

pada tabel barang.

(7) Diisi Nomor Bukti Kepemilikan aset.

(8) Diisi Nomor Mesin.

(9) Diisi nama pemegang (penanggung jawab) aset.

(10) Diisi tahun perolehan aset.

(11) Diisi harga aset.

(12) . Diisi kondisi barang yang bersangkutan

(13) . B untuk Baik, RR untuk Rusak Ringan,

(14) . RB untuk Rusak Berat.

(15) Diisi status kepemilikan barang: Kepemilikan sendiri atau Kepemilikan dalam sengketa

(Pilih salah satu yang sesuai).

(16) Diisi deskripsi yang belum tertampung dalam kolom 1 hingga 15. Misalnya, atas dasar

harga mana nilai tanah dicatat (harga perolehan ataukah harga yang diestimasikan).

(17) Diisi tempat (kota) opname fisik dilakukan.

(18) Diisi tanggal opname fisik dilakukan.

(19) Diisi tanda tangan Kepala Satuan Kerja.

(20) Diisi nama Kepala Satuan Kerja.

(21) Diisi nama anggota (pertama) dari tim yang melakukan opname fisik.

(22) Diisi tanda tangan anggota (pertama) dari tim yang melakukan opname fisik.

(23) Diisi tanda tangan anggota (kedua) dari tim yang melakukan opname fisik.

(24) Diisi tanda tangan anggota (kedua) dari tim yang melakukan opname fisik.

(27)

Formulir FORMOFA-05 digunakan sebagai kertas kerja dalam opname fisik Jalan, Irigasi dan

Jaringan. Jenis barang yang tercakup dalam lingkup Jalan, Irigasi dan Jaringan meliputi: Jalan

dan Jembatan, Bangunan Air, Instalasi, dan Jaringan.

Petunjuk pengisian:

(1) Diisi nama Pemerintah Daerah yang membawahi Satuan Kerja yang mengadakan opname

fisik aset.

(2) Diisi nama Satuan Kerja yang mengadakan opname fisik aset.

(3) Diisi kode Satuan Kerja yang mengadakan opname fisik aset.

(4) Diisi nomor urut.

(5) Diisi nama aset menurut klasifikasi sub-sub kelompok.

(6) Diisi kode aset sesui dengan klasifikasi pada poin (5) menurut kode pada tabel barang di

lampiran.

(7) Diisi lokasi/tipe aset.

(8) Diisi tahun perolehan aset.

(9) Diisi jumlah satuan aset.

(10) Diisi harga satuan aset.

(11) Diisi total harga aset (jumlah x harga satuan).

(12) . Diisi kondisi aset yang bersangkutan

(13) . B untuk Baik, RR untuk Rusak Ringan,

(14) . RB untuk Rusak Berat.

(15) Diisi status kepemilikan barang: Kepemilikan sendiri atau Kepemilikan dalam sengketa

(Pilih salah satu yang sesuai).

(16) Diisi deskripsi yang belum tertampung dalam kolom 1 hingga 12. Misalnya, atas dasar

harga mana nilai aset dicatat (harga perolehan ataukah harga yang diestimasikan).

(17) Diisi tempat (kota) opname fisik dilakukan.

(18) Diisi tanggal opname fisik dilakukan.

(19) Diisi tanda tangan Kepala Satuan Kerja.

(20) Diisi nama Kepala Satuan Kerja.

(21) Diisi nama anggota (pertama) dari tim yang melakukan opname fisik.

(22) Diisi tanda tangan anggota (pertama) dari tim yang melakukan opname fisik.

(23) Diisi tanda tangan anggota (kedua) dari tim yang melakukan opname fisik.

(24) Diisi tanda tangan anggota (kedua) dari tim yang melakukan opname fisik.

(28)

Formulir FORMOFA-06 digunakan sebagai kertas kerja dalam opname fisik untuk aset yang

tidak tertampung di dalam formulir FORMOFA-01 hingga FORMOFA-05.

Petunjuk pengisian:

(1) Diisi nama Pemerintah Daerah yang membawahi Satuan Kerja yang mengadakan opname

fisik aset.

(2) Diisi nama Satuan Kerja yang mengadakan opname fisik aset.

(3) Diisi kode Satuan Kerja yang mengadakan opname fisik aset.

(4) Diisi nomor urut.

(5) Diisi nama aset menurut klasifikasi sub-sub kelompok.

(6) Diisi kode aset sesui dengan klasifikasi pada poin (5) menurut kode pada tabel barang di

lampiran.

(7) Diisi alamat lokasi/tipe/jenis aset.

(8) Diisi tahun perolehan aset.

(9) Diisi jumlah satuan aset.

(10) Diisi harga satuan aset.

(11) Diisi total harga aset (jumlah x harga satuan).

(12) . Diisi kondisi barang yang bersangkutan

(13) . B untuk Baik, RR untuk Rusak Ringan,

(14) . RB untuk Rusak Berat.

(15) Diisi status kepemilikan barang: Kepemilikan sendiri atau Kepemilikan dalam sengketa

(Pilih salah satu yang sesuai).

(16) Diisi deskripsi yang belum tertampung dalam kolom 1 hingga 15. Misalnya, atas dasar

harga mana nilai aset dicatat (harga perolehan ataukah harga yang diestimasikan).

(17) Diisi tempat (kota) opname fisik dilakukan.

(18) Diisi tanggal opname fisik dilakukan.

(19) Diisi tanda tangan Kepala Satuan Kerja.

(20) Diisi nama Kepala Satuan Kerja.

(21) Diisi nama anggota (pertama) dari tim yang melakukan opname fisik.

(22) Diisi tanda tangan anggota (pertama) dari tim yang melakukan opname fisik.

(23) Diisi tanda tangan anggota (kedua) dari tim yang melakukan opname fisik.

(24) Diisi tanda tangan anggota (kedua) dari tim yang melakukan opname fisik.

(29)

PEMERINTAH DAERAH …(1)…

FORMOFI-01

Nama Satuan Kerja …(2)…

KODE SATUAN KERJA: …(3)…

FORMULIR OPNAME FISIK PERSEDIAAN

Kondisi

No.

Jenis Persediaan

Kode Aset

Merk

Jumlah

Harga

Satuan

Total Harga

B

RR

RB

Keterangan

1

2

3

4

6

7

8

9

10

11

13

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

Jumlah

…(15)…, …(16)…

Mengetahui,

Tim Opname Fisik,

Kepala Satuan Kerja

…(17)…

1. …(19)…, …(20)…

2. …(21)…, …(22)…

…(18)…

(30)

Formulir FORMOFI digunakan sebagai kertas kerja dalam opname fisik untuk aset yang

berupa Persediaan. Yang termasuk dalam klasifikasi persediaan antara lain meliputi: Barang

Habis Pakai, Barang Tak Habis Pakai, dan Barang Bekas Pakai.

Petunjuk pengisian:

(1) Diisi nama Pemerintah Daerah yang membawahi Satuan Kerja yang mengadakan opname

fisik Persediaan.

(2) Diisi nama Satuan Kerja yang mengadakan opname Persediaan.

(3) Diisi kode Satuan Kerja yang mengadakan opname Persediaan.

(4) Diisi nomor urut.

(5) Diisi nama jenis persediaan menurut klasifikasi sub-sub kelompok.

(6) Diisi kode aset sesui dengan klasifikasi pada poin (5) menurut kode

pada tabel barang.

(7) Diisi alamat Merk.

(8) Diisi jumlah satuan Persediaan.

(9) Diisi harga satuan (berdasarkan harga pembelian terakhir) Persediaan.

(10) Diisi total harga Persediaan (jumlah x harga satuan).

(11) . Diisi kondisi barang yang bersangkutan,

(12) . B untuk Baik, RR untuk Rusak Ringan,

(13) . RB untuk Rusak Berat.

(14) Diisi deskripsi yang belum tertampung dalam kolom 1 hingga 15.

(15) Diisi tempat (kota) opname fisik dilakukan.

(16) Diisi tanggal opname fisik dilakukan.

(17) Diisi tanda tangan Kepala Satuan Kerja.

(18) Diisi nama Kepala Satuan Kerja.

(19) Diisi nama anggota (pertama) dari tim yang melakukan opname fisik.

(20) Diisi tanda tangan anggota (pertama) dari tim yang melakukan opname fisik.

(21) Diisi tanda tangan anggota (kedua) dari tim yang melakukan opname fisik.

(22) Diisi tanda tangan anggota (kedua) dari tim yang melakukan opname fisik.

(31)

Lampiran 1. Daftar Klasifikasi Barang Yang Termasuk dalam Perkiraan

Neraca 1180 Persediaan

GOL BID KEL SUB

KEL

SS

KEL

URAIAN BARANG SATUAN

4

00

00

00

000

BARANG PERSEDIAAN Buah

4

01

00

00

000

BARANG PAKAI HABIS Buah

4

01

01

00

000

BAHAN Buah

4

01

01

01

000

BAHAN BANGUNAN DAN KONSTRUKSI Buah

4

01

01

01

001

ASPAL Buah

4

01

01

01

002

SEMEN Buah

4

01

01

01

003

KACA Buah

4

01

01

01

004

PASIR Buah

4

01

01

01

005

BATU Buah

4

01

01

01

006

CAT Buah

4

01

01

01

007

SENG Buah

4

01

01

01

008

BAJA Buah

4

01

01

01

009

ELECTRO DALAS Buah

4

01

01

01

010

PATOK BETON Buah

4

01

01

01

011

TIANG BETON Buah

4

01

01

01

012

BESI BETON Buah

4

01

01

01

013

TEGEL Buah

4

01

01

01

014

GENTENG Buah

4

01

01

01

015

BIS BETON Buah

4

01

01

01

016

PLAT Buah

4

01

01

02

000

BAHAN KIMIA Buah

4

01

01

02

001

KAPORIT Buah

4

01

01

02

002

TAWAS Buah

4

01

01

02

003

KAPOR TOHOR Buah

4

01

01

02

004

KARBIT Buah

4

01

01

02

005

PUPUK Buah

4

01

01

02

006

ZAT ASAM Buah

4

01

01

02

007

NITROGEN CAIR Buah

4

01

01

02

008

RESIN Buah

4

01

01

02

009

PEPTISIDA Buah

4

01

01

02

010

ASAM SULFAT Buah

4

01

01

02

011

FUMISIDA Buah

4

01

01

02

012

INSEKTISIDA Buah

4

01

01

02

013

HERBISIDA Buah

4

01

01

02

014

BAHAN KIMIA NUKLIR Buah

4

01

01

03

000

BAHAN PELEDAK Buah

4

01

01

03

001

ANFO Buah

4

01

01

03

002

DETONATOR Buah

4

01

01

03

003

DINAMIT Buah

4

01

01

03

004

GELATINE Buah

Referensi

Dokumen terkait

Profesi Apoteker (PKPA) yang dilaksanakan di Apotek Kimia Farma 22.. pada tanggal 16 Januari hingga 17 Februari 2017 dapat

untuk hidup adalah hak yang melekat pada setiap individu yang tidak dapat dirampas dan dikurangi ( non-derogable rights ) oleh siapapun, atas nama apapun dan

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel independen yaitu struktur modal, investment opportunity set, likuiditas berpengaruh terhadap nilai perusahaan

Seedball dengan bahan pembentuk kompos dan gambut (Formula A) memiliki kadar air, porositas, bulk density yang lebih sesuai untuk mendukung pertumbuhan benih dibandingkan

Misalnya, di dalam bahasa Inggris terdapat ungkapan, “ I have a dizzy”. Di dalam bahasa Indonesia, akan terucap, “kepala saya pusing”. Apabila ungkapan bahasa Inggris

Dengan adanya teknologi yang dapat memanfaatkan cahaya tampak (visible light) sebagai media komunikasi, seseorang tidak harus lagi membeli sebuah access point untuk menerima

Menurut teori ini setiap konsumen akan berusaha mendapakan kepuasan maksimal, dan konsumen akan meneruskan berusaha mendapakan kepuasan maksimal, dan konsumen akan