BAB IV
KEBIJAKAN AKUNTANSI
4.1 Entitas Akuntansi/Pelaporan Keuangan Daerah
a.
Entitas Pelaporan adalah unit pemerintahan daerah yang terdiri atas satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan keuangan. Entitas pelaporan adalah Pemerintah Provinsi DIY atau suatu organisasi dilingkungan Pemerintah Provinsi DIY atau organisasi lainnya jika menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan.b.
Penyusunan laporan keuangan entitas pelaporan sebagaimana dimaksud diatas dilaksanakan oleh Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) dalam hal ini dilaksanakan oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Provinsi DIY.c.
Entitas Akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/pengguna barang dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan. Pada Pemerintah Provinsi DIY terdapat 30 SKPD yang merupakan entitas akuntansi.4.2 Basis Akuntansi yang mendasari Penyusunan Laporan Keuangan
a.
Pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran menggunakan basis kas.b.
Pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana dalam Neraca menggunakan basis akrual.4.3 Basis Pengukuran yang mendasari Penyusunan Laporan Keuangan
a.
Pendapatan1) Pendapatan diakui pada saat diterimanya kas oleh bendahara penerimaan atau pada Rekening Kas Umum Daerah.
2) Pendapatan dicatat secara bruto.
3) Pendapatan disajikan berdasarkan jenis pendapatan dalam laporan realisasi anggaran dan rincian lebih lanjut jenis pendapatan disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
b.
Belanja1) Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Bendahara Pengeluaran atau Rekening Kas Umum Daerah.
c.
Pembiayaan1) Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.
2) Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Daerah.
3) Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Daerah.
4) Pembiayaan disajikan berdasarkan jenis pembiayaan dalam laporan realisasi anggaran dan rincian lebih lanjut jenis pembiayaan disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
d.
Penjelasan sebab-sebab terjadinya perbedaan yang material pada LRA antara anggaran dan realisasinya, diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.e.
Kas1) Kas Pemerintah Daerah mencakup kas yang dikuasai, dikelola dan di bawah tanggung jawab Bendahara umum Daerah dan kas yang dikuasai, dikelola dan di bawah tanggung jawab selain Bendahara Umum Daerah yang meliputi:
a) Saldo rekening Kas Daerah, yaitu saldo rekening-rekening pada bank yang digunakan untuk menampung penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah.
b) Setara Kas, antara lain berupa Surat Utang Negara (SUN)/obligasi dan deposito kurang dari 3 bulan yang dikelola oleh BUD.
c) Uang Tunai di BUD
d) Kas di Bendahara Pengeluaran/Pemegang Kas e) Kas di Bendahara Penerimaan
2) Kas diakui pada saat kas diterima oleh bendahara penerimaan/Rekening Kas Umum Daerah dan pada saat dikeluarkan oleh bendahara pengeluaran/ Rekening Kas Umum Daerah.
3) Kas dicatat sebesar nilai nominal artinya disajikan sebesar nilai Lancar Tagihan Penjualan Angsuran, Bagian Lancar Pinjaman kepada BUMN/BUMD, Bagian lancar Tuntutan Perbendaharaan/TGR, Piutang Pajak, Piutang Retribusi, Piutang Denda dan Piutang Lainnya.
2) Piutang diakui sebesar nilai nominal dari piutang.
3) Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran dicatat sejumlah tagihan penjualan angsuran yang harus diterima dalam waktu satu tahun. 4) Bagian Lancar Pinjaman kepada BUMD dicatat sebesar nilai nominal
5) Bagian Lancar TP/TGR dicatat sebesar nilai nominal yang akan diterima dalam waktu satu tahun.
6) Piutang Pajak dicatat berdasarkan Surat Ketetapan Pajak yang pembayarannya belum diterima/belum dilunasi oleh wajib pajak. 7) Piutang Lainnya digunakan untuk mencatat transaksi yang berkaitan
dengan pengakuan piutang di luar Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran, Bagian Lancar Pinjaman kepada BUMN/BUMD, Bagian Lancar TP/TGR, Piutang Pajak dan Piutang Retribusi.
8) Penyisihan Piutang merupakan cadangan yang harus dibentuk sebesar prosentase tertentu dari akun piutang berdasarkan umur piutang.
9) Aset berupa piutang di neraca disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan (net realizable value), sehingga nilai piutang harus disesuaikan dengan melakukan penyisihan piutang tidak tertagih.
10) Penyisihan piutang tidak tertagih yang didasarkan pada umur piutang dibedakan dalam empat jenis dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Piutang Lancar : ≤ 1 tahun dari tanggal jatuh tempo; b) Piutang Kurang Lancar : > 1 - 3 tahun setelah tanggal jatuh
tempo;
c) Piutang Diragukan : > 3 - 5 tahun setelah tanggal jatuh tempo;
d) Piutang Macet : > 5 tahun setelah tanggal jatuh tempo. 11) Besarnya prosentase penyisihan piutang tidak tertagih yang
didasarkan pada umur piutang ditetapkan sebagai berikut: a) Piutang Lancar : nilai penyisihan sebesar 5%
b) Piutang Kurang Lancar : nilai penyisihan sebesar 25% c) Piutang Diragukan : nilai penyisihan sebesar 50% d) Piutang Macet : nilai penyisihan sebesar 100%
Penyajian nilai penyisihan piutang tidak tertagih akan dicantumkan dalam Laporan Keuangan pada Catatan atas Laporan Keuangan selama piutang pokok masih tercantum atau belum dihapus.
Penyajian penyisihan piutang tidak tertagih di neraca merupakan unsur pengurangan dari piutang yang bersangkutan.
12) Piutang Daerah dapat dihapuskan secara bersyarat atau mutlak dari pembukuan Pemerintah Daerah, kecuali mengenai Piutang Daerah yang cara penyelesaiannya diatur tersendiri dalam Undang-Undang.
14) Penghapusan Secara Mutlak dilakukan dengan menghapuskan hak tagih Daerah dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
15) Penghapusan Secara Bersyarat dan Secara Mutlak sepanjang menyangkut Piutang Daerah ditetapkan oleh:
a) Gubernur untuk jumlah sampai dengan Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah);
b) Gubernur dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah untuk jumlah lebih dari Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). Piutang Daerah yang akan dihapuskan Secara Bersyarat dan Secara Mutlak diusulkan oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang berpiutang kepada Gubernur setelah mendapat pertimbangan dari Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara yang wilayah kerjanya meliputi wilayah kerja Gubernur yang bersangkutan.
16) Pengungkapan piutang di CaLK harus menunjukkan posisi piutang pada tanggal laporan keuangan dan menunjukkan asal usul piutang. diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
3)
Persediaan disajikan sebesar:a) Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian.
b) Biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri. c) Nilai wajar atau didasarkan pada dokumen yang menyertainya
apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan.
h.
Pengukuran Investasi :1) Dicatat sebesar biaya perolehan.
Investasi jangka pendek dalam bentuk surat berharga, misalnya saham dan obligasi jangka pendek dicatat sebesar biaya perolehannya meliputi harga transaksi investasi itu sendiri ditambah komisi perantara jual beli, jasa bank, dan biaya lainnya yang timbul dalam rangka perolehan tersebut.
2) Dicatat sebesar nilai wajar.
Untuk beberapa jenis investasi, terdapat pasar aktif yang dapat membentuk nilai pasar, dalam hal investasi yang demikian nilai pasar dipergunakan sebagai dasar penerapan nilai wajar.
Apabila investasi dalam bentuk surat berharga diperoleh tanpa biaya perolehan, maka investasi dinilai berdasar nilai wajar investasi pada tanggal perolehannya yaitu sebesar harga pasar.
3) Dicatat sebesar nilai nominal
Investasi jangka pendek dalam bentuk non saham, misalnya dalam bentuk deposito jangka pendek dicatat sebesar nilai nominal deposito tersebut.
4) Dicatat sebesar nilai tercatat atau nilai wajar lainnya
Investasi yang tidak memiliki pasar yang aktif dapat dipergunakan nilai nominal, nilai tercatat, atau nilai wajar lainnya.
Apabila tidak ada nilai wajar, biaya perolehan setara kas yang diserahkan atau nilai wajar aset lain yang diserahkan untuk memperoleh investasi tersebut.
Investasi nonpermanen dalam bentuk penanaman modal di proyek-proyek pembangunan pemerintah dinilai sebesar biaya pembangunan termasuk biaya yang dikeluarkan untuk perencanaan dan biaya lain yang dikeluarkan dalam rangka penyelesaian proyek sampai proyek tersebut diserahkan ke pihak ketiga.
5) Investasi Non Permanen dalam bentuk dana bergulir dicatat sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan (net realizable value) yaitu harga perolehan dana bergulir dikurangi penerimaan pelunasan dana bergulir pada tahun yang bersangkutan dikurangi perkiraan dana bergulir diragukan tertagih.
Perkiraan dana bergulir diragukan tertagih dikelompokkan berdasarkan umurnya dan ditentukan prosentasenya sebagai berikut :
a) 1 - 2 tahun dari tanggal jatuh tempo : 5% b) > 2 - 3 tahun dari tanggal jatuh tempo : 10% c) > 3 – 5 tahun dari tanggal jatuh tempo : 50% d) > 5 tahun dari tanggal jatuh tempo : 100%
6) Penilaian investasi pemerintah daerah dilakukan dengan tiga metode yaitu :
a) Metode biaya jika kepemilikan investasi pemerintah daerah kurang dari 20% pada BUMD
b) Metode ekuitas jika kepemilikan investasi pemerintah 20% sampai 50%, atau kepemilikan kurang dari 20% tetapi memiliki pengaruh yang signifikan, atau kepemilikan lebih dari 50%
7) Investasi nonpermanen dalam bentuk penanaman modal di proyek-proyek pembangunan pemerintah dinilai sebesar biaya pembangunan termasuk biaya yang dikeluarkan untuk perencanaan dan biaya lain yang dikeluarkan dalam rangka penyelesaian proyek sampai proyek tersebut diserahkan ke pihak ketiga.
8) Pengakuan hasil investasi dicatat sebagai pendapatan investasi (termasuk kelompok Lain-lain PAD Yang Sah) apabila :
a) Hasil investasi yang diperoleh dari investasi jangka pendek, antara lain berupa bunga deposito, bunga obligasi dan deviden tunai (cash dividend).
b) Hasil investasi berupa deviden tunai yang diperoleh dari penyertaan modal pemerintah yang pencatatannya menggunakan metode biaya,
c) Pengakuan hasil investasi tidak dicatat sebagai pendapatan hasil investasi dan mengurangi nilai investasi pemerintah, apabila bagian laba yang diperoleh oleh pemerintah apabila menggunakan metode ekuitas, kecuali untuk dividen dalam bentuk saham yang diterima akan menambah nilai investasi pemerintah dan ekuitas dana yang diinvestasikan dengan jumlah yang sama.
i.
Aset Tetap1) Aset Tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan.
2) Biaya perolehan aset tetap yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut.
3) Barang berwujud yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai suatu aset dan dikelompokkan sebagai aset tetap, pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya perolehan. Bila aset tetap diperoleh dengan tanpa nilai, biaya aset tersebut adalah sebesar nilai wajar pada saat aset tersebut diperoleh.
4) Tanah diakui sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan mencakup harga pembelian atau biaya pembebasan tanah, biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh hak, biaya pematangan, pengukuran, penimbunan, dan biaya lainnya yang dikeluarkan sampai tanah tersebut siap pakai. Nilai tanah juga meliputi nilai bangunan tua yang terletak pada tanah yang dibeli tersebut jika bangunan tua tersebut dimaksudkan untuk dimusnahkan.
mesin tersebut sampai siap pakai. Biaya ini antara lain meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya instalasi, serta biaya langsung lainnya untuk memperoleh dan mempersiapkan sampai peralatan dan mesin tersebut siap digunakan.
6) Biaya perolehan gedung dan bangunan menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh gedung dan bangunan sampai siap pakai. Biaya ini antara lain meliputi harga pembelian atau biaya konstruksi, termasuk biaya pengurusan IMB, notaris, dan pajak.
7) Biaya perolehan jalan, irigasi, dan jaringan menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh jalan, irigasi, dan jaringan sampai siap pakai. Biaya ini meliputi biaya perolehan atau biaya konstruksi dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan sampai jalan, irigasi dan jaringan tersebut siap pakai.
8) Biaya perolehan aset tetap lainnya menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tersebut sampai siap pakai. Sedangkan biaya administrasi dan biaya umum lainnya bukan merupakan suatu komponen biaya aset tetap sepanjang biaya tersebut tidak dapat diatribusikan secara langsung pada biaya perolehan aset atau membawa aset ke kondisi kerjanya. Demikian pula biaya permulaan dan pra-produksi serupa tidak merupakan bagian biaya suatu aset kecuali biaya tersebut perlu untuk membawa aset ke kondisi kerjanya. Untuk biaya perolehan suatu aset yang dibangun dengan cara swakelola ditentukan menggunakan prinsip yang sama seperti aset yang dibeli.
9) Apabila dalam pembelian terdapat potongan dagang dan rabat maka setiap potongan dagang dan rabat dikurangkan dari harga pembelian.
10) Konstruksi Dalam Pengerjaan diakui setiap terjadi pembayaran
11) Penyusutan untuk aset tetap bagi pemerintah daerah belum dilaksanakan.
12) Aset Bersejarah harus disajikan dalam bentuk unit dan harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Aset bersejarah yang memberikan potensi manfaat lainnya kepada pemerintah selain nilai sejarahnya, sebagai contoh bangunan bersejarah yang digunakan untuk ruang perkantoran akan diterapkan prinsip-prinsip yang sama seperti aset tetap lainnya.
13) Konstruksi Dalam Pengerjaan
dan telah diap dipakai harus segera direklasifikasi ke dalam
aset tetap
b) Konstruksi dalam pengerjaan diklasifikasikan sebagai aset
tetap karena biasanya merupakan aset yang dimaksudkan
untuk digunakan dalam operasional pemerintahan atau
dimanfaatkan oleh masyarakat dalam jangka panjang.
c) Penyelesaian suatu konstruksi pada umumnya
membutuhkan waktu yang relatif panjang dan menyerap
dana yang relatif besar. Pembayaran untuk kontrak
konstruksi dilakukan melalui termin. Tagihan suatu termin
dilakukan jika suatu tahapan pekerjaan sebagaimana diatur
dalam kontrak konstruksi sudah selesai dikerjakan. Setiap
pembayaran akan diakui adanya penambahan aset tetap
sebesar jumlah yang akan jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca.2) Kewajiban kepada fihak ketiga adalah sebesar jumlah yang belum dibayar untuk barang tersebut pada tanggal neraca.
3) Kewajiban Bunga adalah sebesar biaya bunga yang telah terjadi tetapi belum dibayar oleh pemerintah daerah pada tanggal penyusunan neraca.
4) Kewajiban Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) adalah sebesar saldo pungutan/potongan yang belum disetorkan kepada pihak lain sampai dengan tanggal neraca.
5) Kewajiban dalam negeri perbankan adalah sebesar jumlah yang belum dibayar pemerintah yang akan jatuh tempo dalam waktu lebih dari duabelas bulan setelah tanggal neraca.
6) Kewajiban jangka panjang lainnya diakui pada akhir periode akuntansi berdasarkan jumlah pembiayaan yang berupa penerimaan jangka panjang yang telah diakui dalam periode berjalan.
7) Kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang diukur dengan nilai nominal mata uang rupiah yang harus dibayar kembali. Kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang yang diukur dalam mata uang asing dikonversikan ke mata uang rupiah berdasarkan nilai tukar/kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal transaksi.
k.
Ekuitas dana diakui pada akhir periode akuntansi berdasarkan jumlah aktiva dikurangi dengan utang yang ada pada periode akuntansi yang bersangkutan.1) Koreksi Kesalahan adalah tindakan pembetulan akuntansi atas penyajian pos-pos yang secara signifikan tidak sesuai dengan yang seharusnya yang mempengaruhi laporan keuangan periode berjalan atau periode sebelumnya.
2) Kesalahan dapat diklasifikasikan menjadi kesalahan yang tidak berulang dan kesalahan yang berulang dan sistemik
4.4 Penerapan Kebijakan Akuntansi Berkaitan Dengan Ketentuan Yang Ada Dalam Standar Akuntansi Pemerintahan pada SKPD.
a. Pedoman Kapitalisasi Barang Milik Daerah
1) Kapitalisasi adalah penentuan nilai pembukuan terhadap semua pengeluaran untuk memperoleh aset tetap hingga siap pakai, untuk meningkatkan kapasitas/efisiensi, dan atau memperpanjang umur teknisnya dalam rangka menambah nilai-nilai aset tersebut.
2) Pengeluaran Belanja Modal yang nilainya melebihi batasan minimum kapitalisasi aset tetap yang ditetapkan dan dimanfaatkan untuk kegiatan pemerintahan daerah serta tidak untuk dijual, harus dikapitalisasi.
3) Pengeluaran Belanja Barang dan Jasa yang mengakibatkan adanya perolehan aset tetap hingga siap pakai, peningkatan kapasitas/efisiensi dan memperpanjang umur teknis barang milik daerah harus dilakukan kapitalisasi.
4) Pengeluaran yang dikapitalisasi terdiri atas:
a) Pengeluaran belanja modal yang nilainya sama atau melebihi batasan minimum kapitalisasi aset tetap dan dimanfaatkan untuk kegiatan pemerintahan daerah serta tidak untuk dijual yang meliputi:
Pembelian/pembuatan peralatan dan mesin serta bangunan. Pembelian/pembangunan gedung dan bangunan.
b) Pengeluaran belanja Rehabilitasi/Renovasi/Restorasi dapat dikategorikan sebagai Belanja Modal jika memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Mengakibatkan peningkatan kualitas, kapasitas, kuantitas dan/atau umur aset yang telah dimiliki.
Nilainya sama dengan/melebihi batasan minimum nilai kapitalisasi aset tetap.
c) Pengeluaran yang digunakan untuk: Pengadaan tanah
Pembelian/pembangunan jalan/irigasi/jaringan Pembelian/pembuatan Aset Tetap Lainnya
5) Pengeluaran yang dikapitalisasi adalah sebagai berikut:
b) Pembuatan peralatan, mesin serta bangunan yang dilaksanakan melalui kontrak berupa pengeluaran sebesar nilai kontrak ditambah biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perijinan dan jasa konsultan serta biaya lain yang terkait dengan pembuatan aset sampai dengan aset tersebut siap digunakan. c) Pembuatan peralatan, mesin dan bangunan yang dilaksanakan
secara swakelola meliputi biaya langsung dan tidak langsung sampai siap pakai meliputi biaya bahan baku, upah tenaga kerja, sewa peralatan, biaya perencanaan dan pengawasan, dan biaya perijinan serta biaya lain yang terkait dengan pembuatan aset sampai dengan aset tersebut siap digunakan.
d) Pembelian gedung dan bangunan sampai siap pakai.
e) Pembangunan gedung dan bangunan yang dilaksanakan melalui kontrak berupa pengeluaran nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perijinan, jasa konsultan, biaya pengosongan dan pembongkaran bangunan lama dan biaya lain yang terkait dengan pengadaan/pembangunan aset tetap sampai dengan aset tersebut siap digunakan.
f) Pembangunan yang dilaksanakan secara swakelola meliputi biaya langsung dan tidak langsung sampai siap pakai meliputi bahan baku, upah tenaga kerja, sewa peralatan, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perijinan, biaya pengosongan dan pembongkaran bangunan lama serta biaya yang terkait dengan pengadaan/pembangunan aset tetap sampai dengan aset tetap tersebut siap digunakan.
g) Rehabilitasi/Renovasi/Restorasi Aset Tetap yang dilaksanakan melalui kontrak berupa nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan dan biaya lain yang terkait dengan pembuatan/pembangunan/pengadaan aset sampai dengan aset tersebut siap digunakan.
h) Rehabilitasi/Renovasi/Restorasi Aset Tetap yang dilaksanakan secara swakelola berupa biaya langsung dan tidak langsung sampai siap pakai meliputi biaya bahan baku, upah tenaga kerja, sewa peralatan, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, jasa konsultan dan biaya lain yang terkait dengan pembuatan/pembangunan/pengadaan aset sampai dengan aset tersebut siap digunakan.
i) Pengadaan tanah meliputi biaya pembebasan, pembayaran honor tim, biaya pembuatan sertifikat, biaya pematangan, pengukuran dan pengurugan dan biaya yang terkait dengan pengadaan/pembangunan aset tetap sampai dengan aset tetap tersebut siap digunakan.
masa uji coba dan biaya lain yang terkait dengan pengadaan aset sampai dengan aset tersebut siap digunakan.
k) Pembangunan jalan/irigasi/jaringan yang dilaksanakan melalui kontrak berupa nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perijinan, jasa konsultan, biaya pengosongan dan pembongkaran bangunan yang ada di atas tanah yang diperuntukkan untuk keperluan pembangunan dan belanja yang terkait dengan pengadaan/pembangunan aset tetap sampai dengan aset tetap tersebut siap digunakan.
l) Pembangunan jalan/irigasi/jaringan yang dilaksanakan dengan swakelola meliputi biaya langsung dan tidak langsung sampai siap pakai meliputi biaya bahan baku, upah tenaga kerja, sewa peralatan, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perijinan, biaya pengosongan dan pembongkaran bangunan yang ada di atas tanah yang diperuntukkan untuk keperluan pembangunan dan belanja yang terkait dengan pengadaan/pembangunan aset tetap sampai dengan aset tetap tersebut siap digunakan.
m)Pembelian Aset Tetap lainnya meliputi harga kontrak/beli, ongkos angkut, biaya asuransi dan biaya lain yang terkait dengan pengadaan/pembangunan aset sampai dengan aset tersebut siap digunakan.
n) Pembuatan/Pembangunan aset tetap lainnya yang dilaksanakan melalui kontrak berupa nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perijinan dan biaya lain yang terkait dengan pengadaan/pembangunan aset sampai dengan aset tersebut siap digunakan.
o) Pembuatan/Pembangunan aset tetap lainnya yang dilaksanakan dengan swakelola meliputi biaya langsung dan tidak langsung sampai siap pakai meliputi biaya bahan baku, upah tenaga kerja, sewa peralatan, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perijinan, jasa konsultan dan belanja yang terkait dengan pembuatan/pengadaan/pembangunan aset sampai dengan aset tersebut siap digunakan.
6) Pengeluaran yang tidak dikapitalisasi terdiri dari:
a) Pengeluaran belanja pemeliharaan rutin yang bertujuan untuk mempertahankan fungsi aset tetap yang sudah ada ke dalam kondisi normal tanpa memperhatikan besar kecilnya jumlah belanja.
b) Pengeluaran Belanja Rehabilitasi/Renovasi/Restorasi yang tidak memenuhi batasan minimum nilai kapitalisasi aset tetap.
c) Pengeluaran belanja barang dan jasa yang digunakan untuk memproduksi barang dan jasa baik untuk dipasarkan maupun tidak dipasarkan.
a) Pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin yang sama dengan atau lebih dari Rp500.000,00.
b) Pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang sama dengan atau lebih dari Rp10.000.000,00 kecuali pekerjaan pengecatan. 8) Batas minimum kapitalisasi Aset Tetap dikecualikan terhadap
pengeluaran untuk:
a) Pengadaan/pembelian tanah
b) Pembelian/pembangunan jalan/irigasi/jaringan
c) Pengadaan/pembelian/pembuatan aset tetap lainnya berupa koleksi perpustakaan, barang bercorak kesenian, hewan/ternak dan tumbuhan.
b.
Pedoman Pencatatan Barang Milik Daerah1) Barang Milik Daerah dicatat dalam buku persediaan dan buku inventaris.
2) Pencatatan Barang Milik Daerah meliputi barang tidak bergerak dan barang bergerak.
3) Barang Persediaan merupakan Aset Lancar yang dicatat dalam buku persediaan meliputi barang pakai habis, suku cadang, barang yang diproses untuk dijual, barang bekas pakai yang sudah direklasifikasi dan Barang Milik Daerah yang akan diserahkan kepada pihak lain. 4) Pencatatan dalam buku inventaris terdiri atas pencatatan di dalam
pembukuan (intrakomptabel) dan pencatatan di luar pembukuan (ekstrakomptabel).
5) Barang tidak bergerak dan barang bergerak yang mempunyai nilai satuan minimum kapitalisasi aset tetap dicatat dalam buku inventaris di dalam pembukuan (intra komptabel).
BAB V
PENJELASAN POS-POS LAPORAN KEUANGAN
5.1 Rincian dan Penjelasan Pos-pos Laporan Keuangan
2013 2012
5.1.1 Pendapatan Rp 2.583.056.763. 524,01
Rp2.171.734.307. 663,33 Pendapatan Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun Anggaran 2013 dianggarkan sebesar Rp2.658.370.090.569,00 realisasi sebesar Rp2.583.056.763.524,01 atau 97,17% dengan rincian sebagai berikut:
5.1.1. 1
Pendapatan Asli Daerah
R
p1.216.102.749. 617,01
R
p 1.004.063.125. 812,33 Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun Anggaran 2013 yang diakui secara kas sebesar Rp1.216.102.749.617,01 atau (105,66%), dengan rincian sebagai berikut:
Tabel V.1
Anggaran dan Realisasi Pajak Daerah
Tabel V.2
Anggaran dan Realisasi Retribusi Daerah
Tabel V.3
Retribusi Pelayanan Pendidikan dianggarkan sebesar Rp452.164.800,00 dan realisasi sebesar Rp451.562.700,00 atau 99,87% tidak tercapai karena jumlah kunjungan penelitian pada Balai Respira menurun.
Tabel V.4
Rincian Anggaran dan Realisasi Retribusi Jasa Usaha
Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah dianggarkan sebesar Rp9.396.650.000,00 dan realisasi sebesar Rp9.281.328.538,00 atau 98,77% tidak tercapai karena dalam proses penyulingan daun minyak kayu putih pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan terhambat curah hujan yang tinggi sehingga mempengaruhi rendemen minyak kayu putih dan produksi minyak kayu putih kurang dari yang direncanakan.
Tabel V.5
Rincian Anggaran dan Realisasi Retribusi Perijinan Tertentu
Retribusi Izin Usaha Perikanan dianggarkan sebesar Rp2.500.000,00 dan realisasi sebesar Rp1.900.000,00 atau 76%, tidak tercapai karena banyak Kapal 11 GT – 30 GT yang tidak melakukan perpanjangan Surat Ijin Penangkapan Ikan (SIPI) dengan alasan tidak memiliki dokumen Pas Kec karena kendala biaya.
Tabel V.6
Tabel V.7
Rincian Bagian Laba atas Penyertaan Modal pada Perusahaan Milik Daerah/BUMD
Bagian Laba atas Penyertaan Modal pada PT. Tarumartani dianggarkan sebesar Rp92.400.000,00 dan realisasi sebesar Rp682.966.411,00 atau sebesar 739,14% dari anggaran karena adanya penyetoran Bagian Laba Tahun 2009 sebesar Rp590.393.311,00.
Bagian Laba atas Penyertaan Modal pada PT. AMI dianggarkan sebesar Rp500.000.000,00 dan tidak ada realisasi karena pada Tahun 2012 PT. AMI mengalami kerugian sebesar Rp2.699.253.027,00 sehingga tidak bisa menyetorkan Bagian Laba.
Tabel V.8
Rincian Bagian Laba atas Penyertaan Modal pada Perusahaan Milik Swasta
Bagian Laba atas Penyertaan Modal pada PT. Asuransi Bangun Askrida dianggarkan sebesar Rp31.088.429,00 dan realisasi sebesar Rp98.388.147,00 atau sebesar 316,48% dari anggaran karena Bagian Laba Tahun 2012 mengalami kenaikan karena adanya tambahan modal dan perkembangan perusahaan mengalami kenaikan laba sebesar 32%.
Tabel V.9
Rincian Bagian Laba atas Penyertaan Modal pada Lembaga Keuangan Non Bank
Tabel V.10
Tabel V.11
Rincian Anggaran dan Realisasi Hasil Penjualan Aset Daerah Yang Tidak Dipisahkan
Penjualan Peralatan/Perlengkapan Kantor Tidak Terpakai dianggarkan sebesar Rp24.950.000,00 dan realisasi sebesar Rp66.050.000,00 atau sebesar 264,73% dari anggaran karena pada saat penganggaran nilai barang sesuai dengan nilai buku dan pada saat lelang dilakukan terjadi negosiasi harga yang lebih tinggi dari nilai bukunya.
sebesar 74,56% dari anggaran, tidak tercapai karena penganggaran berdasarkan perhitungan dua kali lelang yaitu pada bulan Januari dan Desember 2013. Untuk lelang yang dilakukan pada akhir bulan Desember 2013, penyetoran uang hasil lelang baru dilakukan pada bulan Januari 2014.
Pendapatan Jasa Giro
Pendapatan dari Jasa Giro dianggarkan sebesar Rp9.656.000.000,00 dan realisasinya sebesar Rp10.914.548.448,21, sehingga lebih dari anggaran sebesar Rp1.258.548,488,21 atau 13,03%. Meliputi jasa giro dari Bank BPD realisasi sebesar Rp10.509.393.623,00, Bank BTN direalisasikan sebesar Rp212.125.004,82, Bank Mandiri realisasi sebesar Rp90.311.770,39, Bank BRI realisasi sebesar Rp80.526.188,00, Bank BNI realisasi sebesar Rp5.663.438,00, dan jasa giro Bendahara Pengeluaran realisasi sebesar Rp16.528.464,00.
Pendapatan Bunga Deposito
Pendapatan Bunga Deposito dianggarkan sebesar Rp12.458.300.000,00, realisasi sebesar Rp27.140.098.911,92 , sehingga lebih dari anggaran sebesar Rp14.681.798.911,92 atau 117,85%. Meliputi bunga deposito dari Bank BPD realisasi sebesar Rp19.375.000.020,00, Bank BTN realisasi sebesar Rp6.037.387.238,88, Bank Mandiri realisasi sebesar Rp1.136.369.863,04, Bank BRI realisasi sebesar Rp316.438.299,99, Bank BNI realisasi sebesar Rp274.903.491,00.
Tuntutan Ganti Rugi
Tuntutan Ganti Rugi berupa kerugian barang daerah dianggarkan sebesar Rp1.288.784,00, realisasi sebesar Rp1.788.784, sehingga lebih dari anggaran sebesar Rp500.000,00 atau 38,80%.
Denda atas Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan
Denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan direalisasikan sebesar Rp457.092.363,00. Penerimaan tersebut merupakan penerimaan dari keterlambatan pelaksanaan pekerjaan pada SKPD baik berupa pekerjaan fisik maupun non fisik yang tidak dianggarkan karena tidak dapat diperkirakan dengan baik dan diharapkan tidak akan terjadi.
Pendapatan Denda Retribusi
Pendapatan Denda Retribusi dianggarkan sebesar Rp771.590,00, realisasi sebesar Rp1.536.060,00 , sehingga lebih dari anggaran sebesar Rp764.470,00 atau 99,08%. Penerimaan tersebut meliputi penerimaan denda retribusi jasa umum dan jasa usaha.
Pendapatan dari Pengembalian
realisasi sebesar Rp38.848.072,00, pengembalian Dana Penyesuaian (BOS) realisasi sebesar Rp482.812.244,00, pengembalian dari PT Taspen realisasi sebesar Rp13.402.800,00, pengembalian dari BOK Trans Jogja sebesar Rp86.364.284,00, pengembalian dana hibah dan bantuan sosial sebesar Rp83.573.207,00, pengembalian dari pengadaan barang dan jasa sebesar Rp792.625.848,92 dan pengembalian kelebihan honorarium sebear Rp1.800.000,00. Selanjutnya terdapat koreksi dari BPK RI yaitu:
a. Koreksi Pengembalian Tunjangan Tahun 2012 yang telah dikurangkan pada Belanja Pegawai Tahun 2013 pada Dinas Kesehatan sebesar Rp185.000,00 sehingga menambah Pendapatan dari Pengembalian sebesar Rp185.000,00..
b. Koreksi Pengembalian Kelebihan Tunjangan Tahun 2013 pada DPPKA sebesar Rp2.417.500,00 sehingga mengurangi Pendapatan dari Pengembalian sebesar Rp2.417.500,00.
c. Koreksi Pengembalian Tunjangan Tahun 2012 yang telah dikurangkan pada Belanja Pegawai Tahun 2013 pada Biro Umum, Humas dan Protokol sebesar Rp1.157.800,00 sehingga menambah Pendapatan dari Pengembalian sebesar Rp1.157.800,00.
d. Koreksi Pengembalian Kelebihan Tunjangan Tahun 2013 pada Biro Administrasi Perekonomian dan SDA sebesar Rp481.000,00 sehingga mengurangi Pendapatan dari Pengembalian sebesar Rp481.000,00. Saldo Pendapatan dari Pengembalian per 31 Desember 2013 setelah audited adalah sebesar Rp1.498.440.755,92.
Hasil Pengelolaan Dana Bergulir
Hasil pengelolaan dana bergulir direalisasikan sebesar Rp687.267.400,00. Pendapatan tersebut berasal dari Kontribusi/bunga.
Pendapatan dari Pengelolaan BLUD
Pendapatan dari Pengelolaan BLUD dianggarkan sebesar Rp13.474.382.880,00 dan realisasi sebesar Rp13.721.227.087,82 atau 101,83% dengan rincian sebagai berikut:
Tabel V.12
Rincian Anggaran dan Realisasi Pendapatan dari Pengelolaan BLUD
dari Jamkesda dan Jamkesmas ke BPJS sehingga banyak klaim yang diajukan belum dapat terealisasi.
Pendapatan dari Pengelolaan BLUD pada Bapel Jamkesos dianggarkan sebesar Rp1.183.366.000,00 dan realisasi sebesar Rp790.605.674,00 atau sebesar 66,81% dari anggaran, tidak tercapai karena Kota Yogyakarta belum membayar untuk pendaftaran COB Tahun 2013 dan adanya kebijakan dari Pemerintah Kota Yogyakarta dan Kabupaten Kulon Progo yang memberikan kemudahan mengakses pelayanan kesehatan hanya dengan menunjukkan KTP sehingga jumlah pendaftar Jamkesta Mandiri tidak mencapai target.
Pendapatan dari Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Pendapatan dari Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan dianggarkan sebesar Rp7.597.561.250,00 dan realisasi sebesar Rp7.717.819.500,00 atau 101,58% dengan rincian sebagai berikut:
Tabel V.13
Rincian Anggaran dan Realisasi Pendapatan dari Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan
Pendapatan dari Pengelolaan BUKP
Pendapatan dari pengelolaan BUKP direalisasikan sebesar Rp332.458.495,75. Meliputi pendapatan dari Dana Pembinaan yang direalisasikan sebesar Rp189.205.843,42, dan Jasa Produksi direalisasikan sebesar Rp143.252.652,33.
Pendapatan Pengelolaan Barang Milik Daerah
Pendapatan Pengelolaan Barang Milik Daerah dianggarkan sebesar Rp3.913.862.800,00, realisasi sebesar Rp3.997.581.800,00, sehingga lebih dari anggaran sebesar Rp86.843.000,00 atau 2,22% dengan rincian sebagai berikut:
Tabel V.14
Pendapatan Denda Lain-lain
Pendapatan Denda Lain-lain dianggarkan sebesar Rp2.069.700.028,00, realisasi sebesar Rp2.278.601.668,00 atau 1.840,72% dengan rincian sebagai berikut:
Tabel V.15
Rincian Anggaran dan Realisasi Pendapatan Denda Lain-lain
Tindak Lanjut Hasil Temuan
Pendapatan Tindak Lanjut Hasil Temuan dianggarkan sebesar Rp70.976.500,00, realisasi sebesar Rp1.306.088.192,12 , sehingga lebih dari anggaran sebesar Rp1.235.111.692,00 atau 1.740,17%. Meliputi Temuan Inspektorat realisasi sebesar Rp558.508.018,00, Temuan BPK/BPKP realisasi sebesar Rp641.638.974,12, dan dan TGR anggota Dewan dianggarkan sebesar Rp70.976.500,00, realisasi sebesar Rp106.330.200,00, sehingga lebih besar dari anggaran sebesar Rp35.353.700,00 atau 49,81%.
Pendapatan Lain-lain
Pendapatan Lain-lain direalisasikan sebesar Rp159.500.000,00 dan realisasi sebesar Rp403.438.944,30 atau 252,94% dengan rincian sebagai berikut:
Tabel V.16
Rincian Anggaran dan Realisasi Pendapatan Lain-lain
5.1.1. 2
Pendapatan Transfer 1.356.Rp 662.127.5 37,00
Rp
Realisasi Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Dareah Istimewa Yogyakarta Tahun Anggaran 2013 yang diterima secara kas sebesar Rp1.356.662.127.537,00 atau (90,53%), sehingga kurang dari anggaran sebesar Rp141.886.141.985,00, dengan rincian sebagai berikut:
Tabel V.17.
Anggaran dan Realisasi Pendapatan Transfer
Dana Bagi Hasil Pajak dianggarkan sebesar Rp95.736.872.088,00 dan realisasi sebesar Rp88.291.984.791,00 terdiri dari:
Tabel V.18.
Rincian Anggaran dan Realisasi Pendapatan Dana Bagi Hasil Pajak
Pendapatan dari Bagi Hasil dari Pajak Penghasilan dianggarkan sebesar Rp83.051.172.498,00 dan realisasi sebesar Rp73.744.184.248,00 atau sebesar 88,79% dari anggaran, tidak tercapai karena target sebesar Rp83.051.172.498,00 merupakan target sementara berdasarkan PMK Nomor 218/PMK.07/2013 sedangkan realisasi berdasarkan pada alokasi sesuai PMK Nomor 167/PMK.07/2013 tanggal 21 November 2013 sebesar Rp73.744.184.248,00. Perubahan target tidak dapat dimasukkan pada APBD Perubahan Tahun 2013 karena PMK Nomor 167/PMK.07/2013 tanggal 21 November 2013 diterbitkan sesudah Perda APBD Perubahan Tahun 2013 ditetapkan.
Rincian Anggaran dan Realisasi Pendapatan Dana Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya Alam
Pendapatan dari Bagi Hasil dari Iuran Tetap (Land Rent) dianggarkan sebesar Rp10.045.100,00 dan realisasi sebesar Rp6.505.460,00 atau sebesar 64,76% dari anggaran, tidak tercapai karena target definitif untuk Pemda DIY tidak diketahui dengan pasti mengingat PMK terkait belum diterbitkan. Realisasi yang diterima oleh Pemda DIY bersifat pemerataan karena DIY bukan daerah penghasil.
Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau dianggarkan sebesar Rp5.818.948.834,00 dan realisasi sebesar Rp6.432.692.663,00 atau 110,55%.
Dana Alokasi Umum dianggarkan sebesar Rp828.334.768,00 dan realisasi sebesar Rp Rp828.334.768,00 atau 100%
Dana Alokasi Khusus dianggarkan sebesar Rp34.495.900.000,00 dan realisasi sebesar Rp Rp34.495.900.000,00 dengan rincian:
Tabel V.20.
Rincian Anggaran dan Realisasi Pendapatan Dana Alokasi Khusus
Dana Penyesuaian dianggarkan sebesar Rp302.759.082.000,00 dan realisasi sebesar Rp283.403.950.123,00 dengan rincian:
Tabel V.21.
Rincian Anggaran dan Realisasi Dana Penyesuaian
sebesar 92,89% dari anggaran, tidak tercapai karena realisasi penerimaan Dana BOS berdasarkan alokasi pada PMK Nomor 246/PMK.07/2012 sebesar Rp257.575.808.123,00.
Dana Otonomi Khusus terdiri dari Dana Keistimewaan Tahun 2013 yang dianggarkan sebesar Rp231.392.653.500,00 dan realisasi sebesar Rp115.696.326.500,00.
5.1.1. 3
Lain-lain Pendapatan yang Sah
Rp10.291.886.370 ,00
Rp6.568.977.000, 00 Realisasi Lain-Lain Pendapatan Yang Sah yang diterima oleh Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun Anggaran 2013 merupakan Pendapatan Hibah yang dianggarkan sebesar Rp8.815.476.250,00 dan realisasi sebesar Rp10.291.886.370,00 atau 116,75% dengan rincian sebagai berikut:
Tabel V.22.
Anggaran dan Realisasi Lain-Lain Pendapatan yang Sah
Realisasi Penerimaan Pendapatan Hibah sebesar Rp10.291.886.370,00 tidak termasuk Penerimaan Hibah Barang dari Pihak Ketiga sebesar Rp57.001.339.984,00 yang terdiri dari:
Tabel V.23.
Rincian Penerimaan Hibah Barang
No Uraian (Rp)
1 Tanah 41.696.727.000,00
2 Alat-alat Berat 60.900.000,00
3 Alat-alat Angkutan 7.566.720.342,00 4 Alat-alat Bengkel dan Ukur 334.410.000,00 5 Alat-alat Pertanian dan Peternakan 1.108.500.000,00 6 Alat-alat Kantor dan Rumah Tangga 1.164.478.646,00 7 Alat-alat Studio dan Komunikasi 712.559.346,00 8 Alat-alat Laboratorium 1.068.855.000,00
9 Bangunan Gedung 481.893.000,00
12 Buku dan Perpustakaan 46.970.000,00 13 Aset Tak Berwujud 40.425.000,00
14 Aset Lain-lain 452.000,00
Jumlah 56.613.439.984,00
Penerimaan Hibah Barang senilai Rp57.001.339.984,00 telah dicatat menambah aset tetap sebesar Rp56.572.562.984,00 dan Aset Lainnya sebesar Rp40.877.000,00 pada Neraca per 31 Desember 2013 sesuai dengan akun masing-masing.
5.1.2 Belanja dan Transfer Rp2.509. 643.375. 218,35
Rp2.053.825.959. 467,00 Belanja dan Transfer Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun Anggaran 2013 dianggarkan sebesar Rp2.917.270.974.520,00 dengan realisasi sebesar Rp2.509.643.375.218,35 (86,03%). Rincian realisasi belanja terdiri dari:
5.1.2. 1
Belanja Operasi R p1.640.519.809.9 58,57
Rp1.521.924.861.4 84,00 Realisasi Belanja Operasi Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun Anggaran 2013 dianggarkan sebesar Rp1.999.803.650.546,00 dan realisasi sebesar Rp1.640.519.809.958,57 atau 82,03%, dengan rincian sebagai berikut:
a .
Belanja Pegawai Rp 634. 832.119.680,00 Rp 572.023.717. 192 ,00
Belanja Pegawai pada Tahun Anggaran 2013 dianggarkan sebesar Rp687.347.027.974,00 terdiri dari Belanja Pegawai Tidak Langsung sebesar Rp502.167.592.140,00 dan Belanja Pegawai Langsung sebesar Rp185.179.435.834,00.
Tabel V.24.
Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja Pegawai Tidak Langsung Tahun 2013 per SKPD adalah sebagai berikut:
Tabel V.25.
Anggaran dan Realisasi Belanja Pegawai Tidak Langsung Per SKPD
Realisasi Belanja Pegawai Langsung Tahun Anggaran 2013 sebesar Rp143.754.843.434,00 dengan rincian sebagai berikut:
Anggaran dan Realisasi Belanja Pegawai Langsung Sesuai Obyek Belanja
Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja Pegawai Langsung Tahun 2013 adalah sebagai berikut:
Tabel V.27.
Anggaran dan Realisasi Belanja Pegawai Langsung Per SKPD
b. Belanja Barang dan Jasa
Rp449.868.675.22 2,57
Realisasi Belanja Barang dan Jasa Tahun Anggaran 2013 sebesar Rp449.868.675.222,57 merupakan realisasi Belanja Barang dan Jasa sebesar Rp556.030.440.778,57 dikurangi dengan realisasi Belanja Barang Yang Akan Diserahkan Kepada Masyarakat/Pihak Ketiga sebesar Rp106.161.765.556,00 dengan perhitungan sebagai berikut:
Tabel V.28.
Konversi Hibah Barang
Sesuai dengan Permendagri Nomor 32 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Permendagri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber dari APBD maka Belanja Hibah dalam bentuk barang dikonversi menambah Belanja Hibah.
Belanja Barang dan Jasa pada Tahun Anggaran 2013 sebelum dikonversi dianggarkan sebesar Rp788.899.168.313,00 dan realisasi sebesar Rp556.030.440.778,57 dengan rincian sebagai berikut:
Tabel V.29.
Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja Barang dan Jasa Tahun 2013 per SKPD adalah sebagai berikut:
Tabel V.30.
Belanja Bunga pada Tahun Anggaran 2012 dianggarkan sebesar Rp0,00 dan realisasi sebesar Rp0,00.
d. Belanja Subsidi Rp0,00 Rp0,00
Belanja Subsidi pada Tahun Anggaran 2012 dianggarkan sebesar Rp0,00 dan realisasi sebesar Rp0,00.
e. Belanja Hibah Rp542.939.546.55 6,00
Rp458.135.861.920 ,00
Realisasi Belanja Hibah Tahun 2013 sebesar Rp542.863.833.981,00 terdiri dari Belanja Hibah dalam bentuk uang sebesar Rp437.072.068.425,00 dan Belanja Hibah dalam bentuk barang sebesar Rp105.791.765.556,00. Untuk Realisasi Belanja Hibah dalam bentuk uang terdapat koreksi dari BPK RI yang menambah realisasi Belanja Hibah sebesar Rp75.712.575,00 yang merupakan pengembalian Belanja Hibah dari Pihak Penerima yang dilakukan pada bulan Januari 2014 sehingga realisasi Belanja Hibah Uang audited adalah sebesar Rp437.147.781.000,00.
Belanja Hibah dalam bentuk uang dianggarkan pada Belanja Tidak Langsung PPKD dan Belanja Hibah dalam bentuk barang direalisasikan melalui Belanja Barang dan Jasa obyek Belanja Hibah Barang/Jasa Yang Akan Diserahkan kepada Pihak Ketiga/Masyarakat dan obyek Belanja Bantuan Sosial Barang/Jasa Yang Akan Diserahkan kepada Pihak Ketiga/Masyarakat pada SKPD.
Belanja Hibah dalam bentuk uang pada Tahun Anggaran Belanja Hibah pada Belanja Tidak Langsung Tahun 2013 dianggarkan sebesar Rp500.494.194.950,00 dan realisasi audited sebesar Rp437.147.781.000,00 dengan rincian sebagai berikut:
Tabel V.31.
Penjelasan sisa Belanja Hibah (uang) Tahun 2013 adalah sebagai berikut:
2) Hibah Urusan Kesehatan dikelola oleh Dinas Kesehatan sebagai SKPD Teknis. Dari anggaran sebesar Rp1.381.000.000,00 telah direalisasikan sebesar Rp1.178.487.425,00 atau 85,34% sehingga masih sisa sebesar Rp202.512.575,00. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh BPK RI, terdapat koreksi menambah realisasi Belanja Hibah sebesar Rp7.512.575,00 sehingga
b) APC Ambulance Gratis dianggarkan sebesar Rp35.000.000,00 dan tidak direalisasikan karena pada Tahun 2012 telah mendapat alokasi Belanja Hibah.
c) Rumah Sehat Yogyakarta dianggarkan sebesar Rp30.000.000,00 dan tidak direalisasikan karena tidak adanya koordinasi dengan pihak yang bersangkutan.
d) RS RH Suwardiyono dianggarkan sebesar Rp50.000.000,00 dan tidak direalisasikan karena setelah dilakukan verifikasi ulang tidak memenuhi syarat untuk menjadi rumah sakit. e) Penderita dan Mantan Penderita Kanker (PMPK) dianggarkan
sebesar Rp10.000.000,00 dan tidak direalisasikan karena pada Tahun 2012 telah mendapat alokasi Belanja Hibah. 3) Hibah Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat
dikelola oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat. Dari anggaran sebesar Rp7.492.150.000,00 telah direalisasikan sebesar Rp7.098.750.000,00 atau 94,75% sehingga masih sisa sebesar Rp393.400.000,00. Sisa anggaran merupakan pagu anggaran untuk 23 kelompok masyarakat yang tidak bisa dicairkan karena tidak memenuhi syarat saat dilakukan verifikasi ulang.
4) Hibah Urusan Sosial dikelola oleh Dinas Sosial sebagai SKPD Teknis. Dari anggaran sebesar Rp4.681.370.000,00 telah direalisasikan sebesar Rp3.924.320.000,00 atau 83,83% sehingga masih sisa sebesar Rp757.050.000,00. Sisa anggaran merupakan pagu anggaran untuk 247 kelompok masyarakat yang tidak bisa dicairkan karena tidak memenuhi syarat saat dilakukan verifikasi ulang.
anggaran merupakan alokasi hibah untuk 65 kelompok yang tidak bisa dicairkan dengan penjelasan antara lain sebagai berikut:
a) Program Koperasi Penumbuhan sisa hibah sebesar Rp695.000.000,00 merupakan alokasi untuk 30 kelompok yang tidak bisa dicairkan karena tidak memenuhi syarat saat dilakukan verifikasi ulang.
b) Program UMKM/PKL sisa hibah sebesar Rp2.311.550.000,00, tidak bisa dicairkan karena 15 kelompok tidak datang lagi untuk memproses pencairan dan sisanya tidak bisa dicairkan karena tidak memenuhi syarat saat dilakukan verifikasi ulang.
c) Program Fasilitasi Pengembangan Pasar Tradisional tidak direalisasikan sebesar Rp160.000.000,00 karena kelompok yang bersangkutan telah memperoleh hibah dari Dinas Pertanian.
6) Hibah Urusan Kebudayaan dikelola oleh Dinas Kebudayaan sebagai SKPD Teknis. Dari anggaran sebesar Rp15.397.942.500,00 telah direalisasikan sebesar Rp14.696.942.500,00 atau 95,45% sehingga masih sisa sebesar Rp701.000.000,00. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh BPK RI, terdapat koreksi menambah Belanja Hibah sebesar Rp15.000.000,00 sehingga realisasi Belanja Hibah Urusan Kebudayaan audited adalah sebesar Rp14.711.942.500,00. Koreksi tersebut merupakan pembayaran Belanja Hibah kepada pihak yang seharusnya tidak berhak menerima dan baru dikembalikan pada bulan Januari 2014. Sisa anggaran merupakan alokasi untuk 33 kelompok yang tidak bisa dicairkan karena tidak memenuhi syarat administrasi saat dilakukan verifikasi ulang.
8) Hibah Urusan Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian dikelola oleh Biro Administrasi Kesejahteraan Rakyat dan Kemasyarakatan. Anggaran sebesar Rp12.482.050.000,00 dialokasikan kepada 900 penerima dan sudah dicairkan sebanyak 741 penerima dengan nilai Rp10.698.050.000,00. Sisa Anggaran Belanja Hibah sebesar Rp1.784.000.000,00 terdiri dari 159 penerima dengan keterangan 36 penerima tidak datang saat pencairan dan 123 penerima tidak memenuhi syarat administrasi untuk dapat dicairkan.
9) Hibah Urusan Ketahanan Pangan dikelola oleh Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan. Dari anggaran sebesar Rp5.737.100.000,00 telah direalisasikan sebesar Rp4.845.850.000,00 atau 84,47% sehingga masih sisa sebesar Rp891.250.000,00 yang merupakan alokasi untuk 53 kelompok yang tidak bisa dicairkan karena tidak memenuhi syarat saat dilakukan verifikasi ulang.
10) Hibah Urusan Pertanian dikelola oleh Dinas Pertanian sebagai SKPD Teknis. Dari anggaran sebesar Rp17.295.902.500,00 dan realisasi sebesar Rp13.482.200.000,00 atau 77,95% sehingga masih sisa sebesar Rp3.813.702.500,00. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh BPK RI, terdapat koreksi menambah realisasi Belanja Hibah sebesar Rp53.200.000,00 sehingga realisasi Belanja Hibah Urusan Pertanian menjadi sebesar Rp13.535.400.000,00. Koreksi tersebut merupakan Belanja Hibah yang diberikan kepada pihak yang seharusnya tidak menerima Belanja Hibah dan dikembalikan pada bulan Januari 2014.
Kendala pencairan yaitu kelompok yang ada tidak memenuhi syarat administrasi untuk dapat dicairkan saat dilakukan verifikasi ulang dengan penjelasan antara lain sebagai berikut: a) Program Sarana Pengolahan Hasil Pertanian, alokasi sebesar
d) Program Pengembangan Ternak Unggas, alokasi sebesar
f) Program Pengembangan Ternak Sapi Potong, alokasi sebesar Rp4.681.600.000,00 (92 kelompok) dan realisasi sebesar Rp3.990.000.000,00 (79 kelompok) sehingga sisa sebesar Rp691.600.000,00 (13 kelompok).
g) Program Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Pengolahan Hasil Pertanian, alokasi sebesar Rp821.000.000,00 (44 kelompok) dan realisasi sebesar Rp157.500.000,00 (12 kelompok) sehingga sisa sebesar Rp663.500.000,00 (32 kelompok).
11) Hibah Urusan Kehutanan dikelola oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan. Dari anggaran sebesar Rp2.216.000.000,00 dan realisasi sebesar Rp1.765.000.000,00 atau 79,65% sehingga masih sisa sebesar Rp451.000.000,00 dengan penjelasan sebagai berikut:
a) Alokasi anggaran untuk Pengembangan Konservasi Alam Wana Lestari sebesar Rp16.000.000,00 tidak direalisasikan karena data pendukung administrasi tidak lengkap.
b) Alokasi anggaran untuk Penyediaan Sarana dan Prasarana Komoditas Perkebunan tidak terealisasi sebesar Rp30.000.000,00 untuk dua kelompok yang tidak memenuhi persyaratan pada saat dilakukan verifikasi ulang.
c) Alokasi anggaran untuk Pembinaan Pengendalian dan Pengawasan Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan tidak terealisasi sebesar Rp405.000.000,00 karena 27 kelompok tidak memenuhi syarat saat dilakukan verifikasi ulang.
12) Hibah Urusan Pariwisata dikelola oleh Dinas Pariwisata. Dari anggaran sebesar Rp5.785.000.000,00 dan realisasi sebesar Rp3.705.000.000,00 atau 64,04% sehingga masih sisa sebesar Rp2.080.000.000,00. Alokasi anggaran untuk Desa/Kampung Wisata, Komunitas Penggiat Pariwisata sebanyak 249 kelompok dan terealisasi sebanyak 168 kelompok sehingga masih ada 81 kelompok yang tidak terealisasi karena tidak memenuhi persyaratan pada saat dilakukan verifikasi ulang.
Alokasi anggaran untuk 299 kelompok dan terealisasi sebanyak 167 kelompok sehingga sebanyak 132 kelompok tidak bisa direalisasi karena:
a) Alamat kelompok tidak lengkap sehingga tidak ditemukan sebanyak 29 kelompok.
b) Adanya kelompok dobel sebanyak 13 kelompok.
c) Proposal kegiatan tidak sesuai dengan urusan kelautan dan perikanan sebanyak 1 kelompok.
d) Persyaratan administrasi tidak lengkap sebanyak 89 kelompok.
14) Hibah Dalam Rangka Kunjungan Gubernur dianggarkan sebesar Rp17.500.000.000,00 dan realisasi sebesar Rp6.492.989.000,00 atau 37,10% sehingga masih ada sisa sebesar Rp11.007.011.000,00. Hibah Dalam Rangka Kunjungan Gubernur direalisasikan sesuai dengan permohonan yang ada. 15) Hibah Untuk Penanganan Erupsi Merapi dianggarkan sebesar
Rp15.600.000.000,00 dan realisasi sebesar Rp3.680.000.000,00 atau 23,59 sehingga ada sisa sebesar Rp11.920.000.000,00. Realisasi berdasarkan proposal yang masuk dan telah lolos verifikasi sebanyak 46 proposal.
Realisasi Belanja Hibah dalam bentuk barang pada Tahun Anggaran 2013 dianggarkan pada SKPD sebesar Rp138.774.325.975,00 dan direalisasikan sebesar Rp105.791.765.556,00 dengan rincian sebagai berikut:
Sesuai dengan Permendagri Nomor 32 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Permendagri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber dari APBD maka Belanja Hibah dalam bentuk barang dikonversi menambah Belanja Hibah.
Selanjutnya Realisasi Belanja Hibah dan dan Belanja Barang yang akan diserahkan kepada Masyarakat/Pihak Ketiga Tahun Anggaran 2013 digabung menjadi:
Tabel V.33.
Konversi Belanja Hibah
f. Belanja Bantuan Sosial
Rp12.879.468.500 ,00
Rp24.153.330.000, 00
Bantuan Sosial Barang Yang Akan Diserahkan kepada Pihak Ketiga/Masyarakat pada SKPD.
Belanja Bantuan Sosial dalam bentuk uang pada Tahun Anggaran 2013 dianggarkan sebesar Rp23.062.809.309,00 dan realisasi sebesar Rp12.509.468.500,00 dengan rincian sebagai berikut:
Tabel V.34.
Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja Bantuan Sosial Uang
Belanja Bantuan Kegiatan Kelembagaan dialokasikan pada Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga sebesar Rp3.630.757.000,00 dan realisasi sebesar Rp3.448.649.000,00 atau 94,98%. Alokasi untuk BPBD sebesar Rp180.000.000,00 dan realisasi 100%. Alokasi untuk Dinas Sosial sebesar Rp19.100.309.000,00 dan realisasi sebesar Rp8.880.819.500,00 atau 46,50% sehingga terdapat sisa anggaran sebesar Rp10.219.489.500,00 yang tidak terealisir, diantaranya merupakan Bantuan Sosial untuk Perlindungan bagi RTSM melalui Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) sebesar Rp9.949.489.500,00.
Realisasi Belanja Bantuan Sosial dalam bentuk barang pada Tahun Anggaran 2013 dianggarkan pada SKPD sebesar Rp373.500.000,00 dan direalisasikan sebesar Rp370.000.000,00 dengan rincian sebagai berikut:
Tabel V.35.
Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja Bantuan Sosial Barang
Sesuai dengan Permendagri Nomor 32 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Permendagri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber dari APBD maka Belanja Hibah dalam bentuk barang dikonversi menambah Belanja Hibah.
Tabel V.36.
Konversi Belanja Bantuan Sosial
5.1.2. 2
Belanja Modal R p369.395.794.039, 00
R
p 216.419.982.440, 00
Realisasi Belanja Modal Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun Anggaran 2013 adalah sebesar Rp369.395.794.039,00 atau (89,40%) dengan rincian sebagai berikut:
a. Belanja Modal sebesar Rp30.909.555.500,00 dan realisasi sebesar Rp28.310.643.457,00 atau 91,59% dengan rincian sebagai berikut:
Tabel V.37.
Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja Modal Tanah
Belanja Modal Gedung dan Bangunan pada Tahun Anggaran 2013 dianggarkan sebesar Rp107.155.685.047,00 dan realisasi sebesar Rp93.938.285.734,00 atau 87,,67%.
Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan pada Tahun Anggaran 2013 dianggarkan sebesar Rp173.361.426.139,00 dan realisasi sebesar Rp164.544.588.860,00. dianggarkan sebesar Rp4.695.051.270,00 dan realisasi sebesar Rp3.597.456.530,00 dengan rincian sebagai berikut:
Tabel V.38.
Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja Modal Aset Tetap Lainnya
f. Belanja Modal Aset Lainnya
Rp945.043.000,00 Rp 465.907.500,00
Belanja Modal Aset Lainnya pada Tahun Anggaran 2013 dianggarkan sebesar Rp1.048.694.240,00 dan realisasi sebesar Rp945.043.000,00 merupakan Pengadaan Perangkat Lunak/Sofware. Tahun Anggaran 2013 adalah sebesar Rp2.591.138.412,00 dan tidak ada realisasi penggunaan.
telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2013 tentang Kewenangan Dalam Urusan Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Pelaksanaan Dana Keistimewaan tersebut diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 103/PMK.07/2013 tentang Tata Cara Pengalokasian dan Penyaluran Dana Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 140/PMK.07/2013 tentang Pedoman Umum dan Alokasi Dana Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun Anggaran 2013. Alokasi Dana Keistimewaan Tahun 2013 ditetapkan sebesar Rp231.392.653.500,00 dan telah diterima oleh Pemda DIY sebesar Rp115.696.326.500,00 atau 50%. Dari jumlah tersebut, telah digunakan untuk pelaksanaan kegiatan sebesar Rp54.562.180.053,00 dengan rincian sebagai berikut:
Tabel V.39
Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja Yang Sumber Dananya dari Dana Keistimewaan Tahun 2013
baru diterima pada bulan November 2013 sehingga pelaksanaan kegiatan terkendala waktu yang terbatas.
5.1.2. 4
Belanja Transfer Rp 499.727.771.2 20,78
Rp
314.308.555.00 0,00 Realisasi Belanja Transfer Tahun Anggaran 2013 dianggarkan sebesar Rp501.696.971.221,00 dan realisasi sebesar 499.727.771.220,78 atau 99,61%, dengan rincian sebagai berikut:
Tabel V.40.
Anggaran dan Realisasi Belanja Transfer
Tabel V.41
Tabel V.42
Rincian Bantuan Keuangan kepada Kabupaten/Kota
Tabel V.43
Rincian Bantuan Keuangan kepada Kabupaten/Kota Yang Bersifat Khusus
Tabel V.44
Tabel 5.45
Rincian Belanja Bantuan Keuangan Kepada Kabupaten Bantul Yang Bersifat Khusus
Tabel V.46
Rincian Belanja Bantuan Keuangan Kepada Kabupaten Kulon Progo Yang Bersifat Khusus
Tabel V.47
Rincian Belanja Bantuan Keuangan Kepada Kabupaten Gunungkidul Yang Bersifat Khusus
Tabel V.48
Rincian Belanja Bantuan Keuangan Kepada Kabupaten Sleman Yang Bersifat Khusus
Tabel V.49
5.1. 2.5
Surplus/Defisit Rp 73.413.388.30 5,66
Rp117.908.348.19 6,33 Surplus/Defisit sebesar Rp73.413.388.305,66 Jumlah tersebut merupakan selisih antara total realisasi pendapatan dan total realisasi belanja Tahun Anggaran 2013. Dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tabel V.50 Surplus/Defisit
5.1. 3
Pembiayaan Netto Rp 308.606.708.5 91,84
Rp261.333.592.85 6,23 Realisasi Pembiayaan Netto Pemerintah Daerah DIY Tahun Anggaran 2013 adalah sebesar Rp308.606.708.591,84 yang terdiri atas:
5.1. 3.1
Penerimaan Pembiayaan
R
p403.200.658.8 67,84
R
p293.608.592.856 ,23 Realisasi pembiayaan penerimaan daerah Tahun Anggaran 2013 adalah sebesar Rp403.200.658.867,84 yang berasal dari penggunaan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA), penerimaan piutang daerah, dan penerimaan dari biaya penyusutan kendaraan dengan rincian sebagai berikut:
Tabel V.51.
a. Penggunaan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) sebesar Rp379.241.941.052,56 merupakan SiLPA Tahun 2012 yang merupakan salah satu sumber pembiayaan penerimaan Tahun Anggaran 2013.
b. Penerimaan Kembali Investasi Daerah dianggarkan sebesar Rp2.506.301.320,00 dan realisasi sebesar Rp20.368.526.960,00 atau 812,69% merupakan penerimaan dari pelunasan pokok Dana Bergulir yang dikelola oleh beberapa SKPD dan Lembaga Keuangan dengan rincian sebagai berikut:
Tabel V.52.
c. Penerimaan dari Biaya Penyusutan Kendaraan dianggarkan sebesar Rp366.591.013,00 dan realisasi sebesar Rp366.590.013,00 atau 100% merupakan penerimaan yang berasal dari perhitungan Biaya Penyusutan Kendaraan yang merupakan salah satu komponen perhitungan Biaya Operasional Kendaraan (BOK) Trans Jogja yang dibayarkan kepada PT. Trans Jogja sesuai dengan Perjanjian Kerja Sama.
5.1. 3.2
Pengeluaran Pembiayaan
Rp
94.593.950.27 6,00
Tabel V.53.
Realisasi Pengeluaran Pembiayaan
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah dianggarkan sebesar Rp126.438.550.276,00 dan direalisasikan sebesar Rp94.593.950.276,00 atau 74,81% dengan rincian sebagai berikut:
Tabel V.54.
Rincian Anggaran dan Realisasi Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah
Penjelasan:
a. Penyertaan Modal kepada PPKD sebesar Rp25.000.000.000,00 tidak direalisasikan karena lembaga PPKD belum dibentuk.
5.1.3. sebesar Rp382.020.096.897,50 Jumlah tersebut merupakan selisih antara total realisasi pendapatan dan total realisasi belanja dan transfer ditambah dengan pembiayaan netto Tahun Anggaran 2013, dengan perhitungan sebagai berikut:
Tabel V.55.
Realisasi Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)
5.1. Pembangunan Daerah (BPD) Daerah Istimewa Yogyakarta, Bank Mandiri Kantor Cabang Pembantu Yogyakarta Diponegoro, Bank Negara Indonesia (BNI) , Bank Tabungan Negara (BTN), Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan yang berupa:
1 BPD DIY 232.425.660.060,05 179.823.961.846,68 2 Bank Mandiri 2.507.829.040,71 2.378.144.107,17 3 BNI 483.660.879,00 487.773.139,00 4 BTN 10.348.716.582,23 10.348.753.667,02 5 BRI 4.069.861.715,90 3.989.707.527,90 Jumlah 249.835.728.277,89 197.028.340.287,77
Deposito Berjangka N
o Uraian 2013 (Rp) 2012 (Rp)
1 BPD DIY 0,00 50.000.000.000,00
2 BTN 90.000.000.000,00 90.000.000.000,00
3 BRI 0,00 10.000.000.000,00
4 BNI 5.000.000.000,00 5.000.000.000,00
5 Bank Mandiri 30.000.000.000,00 20.000.000.000,00
Jumlah 125.000.000.000,00 175.000.000.000,00
Adapun rincian deposito berjangka Pemerintah Daerah DIY adalah sebagai berikut:
1) BTN
Tabel V.58.
Rincian Deposito Berjangka pada BTN N
o Nomor Tanggal Nominal (Rp)
1 A 1106264 1 Desember 2007 10.000.000.000,0 0
2 A 1106381 1 Desember 2007 10.000.000.000,0 0
3 A 1265142 1 Desember 2007 10.000.000.000,00
4 A 1265143 1 Desember 2007 10.000.000.000,00
5 A 1106834 1 Desember 2007 10.000.000.000,0 0
6 A 1194700 1 Desember 2007 10.000.000.000,0 0
7 A 1194701 1 Desember 2007 10.000.000.000,00
8 A 1266738 19 September2011 10.000.000.000,00
9 A 1266739 19 September 2011
10.000.000.000,0 0
Jumlah 90.000.000.000,
2) BNI
Tabel V.59.
Rincian Deposito Berjangka pada BNI N
o Nomor Tanggal Nominal (Rp)
1 AB 755703 24 Desember2008 5.000.000.000,00
Jumlah 5.000.000.000,00
3) Bank Mandiri
Tabel V.60.
Rincian Deposito Berjangka pada Bank Mandiri N
o Nomor Tanggal Nominal (Rp)
1 AC 681459 6 Juli 2011 10.000.000.000,0 0
2 AC 681525 24 September 2011
10.000.000.000,0 0
3 AC 988395 2 Agustus 2013 10.000.000.000,00
Jumlah 30.000.000.000,00
Sertifikat masing-masing deposito menyatakan bahwa jangka waktu deposito adalah satu bulan sejak tanggal dibuka. Sesuai kesepakatan antara Pemerintah Daerah DIY dengan masing-masing bank bahwa apabila setelah jangka waktu satu bulan tidak ada permintaan pencairan dari pemilik, maka deposito tersebut akan dilakukan rollover
secara otomatis. Pengeluaran pada 9 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Setelah dilakukan pemeriksaan oleh BPK RI, terdapat koreksi yang mengurangi Kas di Bendahara Pengeluaran PPKD sebesar Rp75.712.575,00 yang merupakan pengembalian Belanja Hibah dari pihak penerima yang dilakukan pada Januari 2014 sehingga saldo Kas di Bendahara Pengeluaran per 31 Desember 2013 audited menjadi sebesar Rp467.565.975,00 dengan rincian sebagai berikut:
Tabel V.61.
N
o Nama SKPD Persediaan (Rp)Sisa Uang
Pajak Belum Disetor
(Rp) 1. Dinas Pendidikan, Pemuda dan
Olahraga 134.050.956,00
2. Dinas Kesehatan 13.526.175,00 3. Dinas Kesehatan Tahun 2010 6.836.750,00 4. Badan Lingkungan Hidup 130.295.620.00
5. Satpol PP 26.874.350,00
6. Badan Kesbanglinmas 61.885.474,00
7. Dinas Pariwisata 84.701.645,00 3.231.281,00 8. Biro Umum, Humas dan Protokol 1.250.000,00
9. BKPM (Kantor Perwakilan Daerah) 4.913.724,00
Jumlah 467.565.975,00 3.231.281,00
Kas di Bendahara Pengeluaran pada Dinas Kesehatan 2010 merupakan uang yang hilang dan telah ditetapkan sebagai kejadian force majeur dalam Laporan Hasil Pemeriksaan Khusus Inspektorat DIY namun belum diusulkan kepada BPK RI untuk pembebasannya.
5.1.4.1 Rp25.529.000,00 merupakan pendapatan yang diterima pada tanggal 31 Desember 2013 oleh Bendahara Penerimaan Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika (Penerimaan Trans Jogja) belum disetorkan ke Kas Daerah. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh BPK RI, terdapat koreksi yang menambah Kas di Bendahara Penerimaan yaitu:
a. Pada BLUD BLPT sebesar Rp1.646.987,40 yang merupakan pendapatan ditangguhkan.
b. Pada Dinas Kesehatan sebesar Rp6.026.887,00 dengan rincian pada Balai Jamkesos sebesar Rp5.693.112,00 yang merupakan
Pendidikan, Pemuda dan Olahraga serta Bapel Jamkesos dengan rincian
1 RS Grhasia 3.679.706.916,61
2 BLPT Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga 2.175.402.455,00
3 Bapel Jamkesos 869.838.278,00
Jumlah 6.724.947.649,61
Saldo Kas BLUD pada RS Grhasia sebesar Rp3.679.706.916,61 terdiri dari Saldo Rekening Giro BPD DIY No. 041.111.000043sebesar Rp1.679.706.916,61 dan Deposito sebesar Rp2.000.000.000,00.
Kas pada Neraca per 31 Desember 2013 tersebut belum termasuk Rp224.068.500,00 merupakan Pendapatan Pajak Daerah yang sudah menjadi hak Pemerintah Daerah DIY Tahun 2013 dengan rincian sebagai berikut:
Tabel V.63. Piutang Pajak Daerah