BAB I BAB I
PENDAHULUAN PENDAHULUAN
A;
A; Latar Belakang MasalahLatar Belakang Masalah Sebagai seorang
Sebagai seorang manusiamanusia,, sangat dimungkinkan hakim dalam membuat sangat dimungkinkan hakim dalam membuat putusan
putusan pengadilan melpengadilan melakukan kesalakukan kesalahan maupun ahan maupun kekeliruan. kekeliruan. Dalam Dalam praktik praktik peradilan
peradilan putusan putusan pengadilan pengadilan tingkat tingkat pertamapertama ((Pengadilan NegeriPengadilan Negeri)) dapat dapat dik
dikoreoreksi ksi dendengan gan !ara!ara bandingbandingke ke ppenenggadadililan an titinngkgkat at duduaa ((PengadilanPengadilan
Tinggi
Tinggi)) mamaupupun ke un ke titingngkakat t titigaga ((MahkMahkamah amah AguAgungng).). KoreksiKoreksi terhadapterhadap putusan
putusan dalam dalam sistem sistem peradilan peradilan ber"en"ang ber"en"ang tersebut tersebut terkadang terkadang tetaptetap men
menghaghasilksilkan an suasuatu tu putputusausan n #an#ang g kelikeliru ru baibaik k daldalam am hal hal penpeneraperapan an pasapasall maupun pertimbangan hukum.
maupun pertimbangan hukum. Dal
Dalam am perpersidasidangangan n paspastilatilah h ada ada #an#ang g berbersensengkegketa ta dan dan menmenginginginginkankan kea
keadildilan an bagbagi i dirdirin#in#a a apaapabilbila a salsalah ah satu satu pihpihak ak #a#ang ng berberperperkara kara dimdimukauka Pengadilan Agama merasa tidak puas atas
Pengadilan Agama merasa tidak puas atas keputusan Pengadilan Agama #angkeputusan Pengadilan Agama #ang bersangkutan
bersangkutan atau atau kuasa kuasa sahn#a sahn#a dapat dapat menempuh menempuh upa#a upa#a hukum hukum menurutmenurut !ara$!ara
!ara$!ara #ang #ang diperdiperkenankkenankan an oleh oleh peratuperaturan ran perunperundang$udang$undangndangan. an. Upa#Upa#aa hukum itu
hukum itu mungmungkin %&er'et( kin %&er'et( mungmungkin kin %band%banding( mungkin %kasasi( atauing( mungkin %kasasi( atau mun
mungkigkin n pulpula a %pe%peninnin"aua"auan n kemkembali bali atas atas putputusausan n #an#ang g teltelah ah memmemperoperolehleh kekuatan hukum #ang tetap.
kekuatan hukum #ang tetap.
B;
B; )umusan Masalah)umusan Masalah 1;
1; Pengertian Upa#a HukumPengertian Upa#a Hukum 2;
2; Upa#a hukum biasaUpa#a hukum biasa 3;
3; Upa#a hukum luar biasaUpa#a hukum luar biasa
C;
C; *u"uan pembahasan masalah*u"uan pembahasan masalah 1;
1; MenMengetgetahuahui i penpengergertian tian upa#upa#a a huhukum kum daldalam am hukhukum um a!aa!ara ra perperadiadilanlan agama
agama 2;
2; Mengetahui apa sa"a #ang termasuk kedalam upa#a hukum biasaMengetahui apa sa"a #ang termasuk kedalam upa#a hukum biasa 3;
3; Mengetahui apa sa"a #ang termasuk kedalam upa#a hukum luar biasaMengetahui apa sa"a #ang termasuk kedalam upa#a hukum luar biasa
BAB II BAB II PEMBAHASAN PEMBAHASAN 1 1
A; Pengertian Upa#a Hukum
Upaya hukum adalah Suatu usaha untuk setiap orang yang merasa dirugikan haknya dan ingin mendapatkan keadilan menurut ara yang ditetapkan undang!undang. Upaya hukum sebagai hak terdak"a pasal #$% ayat (&) KU'AP menyebutkan, segera sesudah putusan pemidanaan diuapkan, hakim ketua sidang "aib memberitahukan kepada terdak"a tentang segala yang menadi haknya, yaitu*
1; Hak segera menerima atau menolak putusan 2; Hak mempela"ari putusan
3; Hak meminta penangguhan putusan untuk menga"ukan grasi dalam hal menerima putusan
4; Hak menga"ukan banding
Upa#a hukum adalah upa#a #ang dapat dilakukan oleh pihak #ang berkepentingan terkait dengan adan#a putusan pengadilan. Upa#a hukum tersebut dilakukan dengan tu"uan mengoreksi dan meluruskan kesalahan #ang terdapt dalam putusan #ang telah di"atuhkan baik putusan tersebut telah memiliki kekuatan hukum tetap maupun belum berkekuatan hukum tetap. *erdapat dua ma!am upa#a hukum #aitu upa#a hukum biasa dan upa#a hukum luar biasa.+
B; Upa#a Hukum Biasa
1; Perla,anan pihak ketiga -&er'et
Perla,anan -&er'et / #aitu sebuah upa#a hukum terhadap putusan #ang di"atuhkan diluar hadirn#a tergugat -0erstek. putusan 0erstek tersebut baru dapat di"atuhkan "ika tergugat setelah dipanggil se!ara patut untuk
#ang ketiga kalin#a namun si tergugat tetap "uga tidak datang. *untutan &er'et dibuat seperti gugatan biasa tertulis dan ditandatangani oleh tergugat sendiri atau kuasan#a dibuat dalam rangkap enam tiga rangkap untuk ma"elis masing$masing satu rangkap untuk pela,an terla,an dan untuk berkas.1
2; Banding a; Perihal
1 http*++gooegle"eblight.om+lite!urlhttp*++mabuk!hukum.b-ogspot.om+/#&+#/+upaya!hukum.html, diakses pada tanggal /0 1ktober pukul #2.#0 "ib
2 http*++""".slideshare.net+ntii3meiian+upaya!hukum, diakses pada tanggal 23 4ktober 12+5 pukul +1.66 ,ib
Perihal banding ini dalam H.I.) diatur dalam pasal$pasal +77$+89 -bahasa Belanda / Hoger Beroep tetapi pasal$pasal tersebut sekarang sudah tidak berlaku lagi. Adapun sekarang #ang berlaku ialah Undang$ undang )I :og#a tahun +893 No.12 tentang %peradilan ulangan "a,a dan Madura( #ang demikian itu adalah berdasarkan UU No. + tahun +8;+ -dulu UU darurat No. + tahun +8;+ tentang %tidakan$tindakan sementara untuk men#elenggarakan kesatuan susunan kekuasaan dan a!ara peradilan$peradilan sipil.
Dengan demikian dapat kita perhatikan bah,a kalo mengenai a!a ra dimuka pengadilan tingkat pertama -pengadilan negeri. Hukum a!ara perdatan#a masih terdapat dalam dua ma!am UU #ang satu untuk <a,a dan Madura -H.I.) dan #ang lain untuk daerah luar <a,a dan Madura -).D.S tetapi untuk a!ara banding atau ulangan telah di!apai satu peraturan #ang seragam untuk seluruh ,ila#ah Indonesia.
Pasal 5 UU )I tahun +893 No. 12 tersebut diatas menerangkan bah,a dari putusan$putusan pengadilan Negeri tentang perkara Perdata #ang tidak tern#ata bah,a besarn#a nilai gugatan ialah +22 )upiah atau kurang oleh salah satu dari pihak$pihak #ang berkepentingan dapat diminta supa#a pemeriksaan perkara itu %diulangi( oleh pengadilan *inggi #ang berkuasa dalam daerah hukum masing$masing.
Dari ketentuan pasal 8 dapat kita lihat bah,a terhadap putusan$ putusan Pengadilan Negeri #ang bukan putusan penghabisan han#a dapat
dimintakan banding -ulangan bersama$sama dengan putusan akhir.
Untuk memper!epat ter!apain#a putusan #ang berkekuatan hukum #ang tetap -%in krea!h &an ge,i"ade( pada umumn#a tentang hukum a!ara baru telah kami usulkan supa#a han#a perkara #ang nilai gugatann#a ber"umlah )p.+22.222$ atau lebih boleh dimintakan banding. Permintaan pemeriksaan ulangan -permohonan banding #ang dapat diterima di !atat oleh panitera pengadilan negeri dalam suatu register -pasal +2 a#at + dan panitera memberitahukan hal itu kepada pihak la,an -a#at 1.
=emudian selambat$lambatn#a empatbelas hari setelahditeriman#a permohonan banding panitera memberi tahu kepada kedua belah pihak bah,a mereka dapat melihat #ang bersangkutan dengan perkaran#a di
=antor Pengadilan Negeri selama empat belas hari -pasal ++ a#at +. Sesudah ,aktu #ang disediakan untuk memba!a surat$surat atau berkas perkara tersebut diatas le,at maka turunan putusan surat pemeriksaan dan surat$surat lain #ang bersangkutan harus dikirim kepada panitera Pengadilan *inggi #ang bersangkutan selambat$lambatn#a satu bulan setelah diteriman#a permohonan pemeriksaan ulangan -pasal ++ a#at 1.
=edua belah pihak boleh memasukkan surat$surat keterangan dan bukti kepada panitera Pengadilan Negeri atau kepada panitera Pengadilan *inggi #ang akan memutusi perkaran#a asal turunan dari surat$surat itu diberikan kepada pihak la,an dengan perantaraan pega,ai Pengadilan Negeri #ang ditun"uk oleh ketua Pengadilan Negeri itu -pasal ++ a#at 6.
Apa #ang disebut %surat$surat keterangan( diatas adalah #ang la'im dinamakan %memori( dalam hal ini %memori banding(. Dari bun#i pasal ++ a#at 6 tersebut dapat disimpulkan bah,a pemasukan memori banding itu bukan suatu ke,a"iban tetapi suatu hak. Lain haln#a dengan pemasukan suatu memori kasasi #ang sebagaimana akan kita lihat merupakan suatu ke,a"iban karena bila pemohon kasasi tidak memasukkan memori kasasi permohonan kasasin#a dianggap tidak pernah ada.
=arena dalam praktek "uga dikenal suatu %kontra memori banding( #ang dimasukkan oleh pihak la,an maka mengingat ,aktu #ang sangat sempit #ang diberikan kepada panitera pengadilan negeri untuk mengirimkan berkas perkaran#a kepada panitera Pengadilan *inggi kontra memori tersebut harus dimasukkan dalam "angka ,aktu #ang amat singkat pula agar dapat bersama$sama dengan berkas perkaran#a dikirimkan ke
Pengadilan *inggi.
*idak di,a"ibkann#a pemasukan memori dan kontra memori itu ada hubungann#a dengan dasar dan si>at pemeriksaan banding dimana pengadilan banding itu mengulangi seluruh segi pemeriksaan perkaran#a
-baik >akta maupun hukumn#a.
Perkataan %ulangan( menun"ukkan diulangn#a semua segi pemeriksaan baik #ang mengenai dudukn#a perkara ->akta maupun #ang
mengenai penerapan hukumn#a dalam berbagai ketentuan UU pemeriksaan banding atau ulangan ini #ang sering disebut %pemeriksaan tingkat terakhir( dalam arti bah,a ia adalah pemeriksaan oleh "ude? >a!h #ang terakhir. Segala apa #ang mengenai >akta #ang telah ditetapkan sebagai benar oleh pengadilan banding akan tetap dianggap sebagai benar untuk seterusn#a dan sudah tidak bisa diubah lagi. 6
b; Prosedur banding
; Pembanding atau kuasan#a datang ke pengadilan Agama untuk / menerima keputusan pengadilan Agama dan men#atakan kehendak banding dalam masa +9 hari setelah #ang bersangkutan@ketetapan
atau dalam masa 62 hari setelah keputusan@ketetapan diumumkan dipapan pengumuman Pengadilan Agama pasal 5+ UU PA No. 3 tahun +878.
; Memba#ar bia#a perkara banding.
; Pembanding atau kuasan#a men#erahkan memori banding ke Pengadilan Agama untuk diteruskan ke Pengadilan *inggi Agama. ; Apabila berkas banding sudah dikirim ke Pengadilan *inggi
Agama maka pembanding atau kuasan#a dapat mengirim memori banding langsung ke Pengadilan *inggi Agama.
; Pengadilan *inggi Agama dapat mengeluarkan produk keputusan sela atau keputusan akhir.
; =eputusan #ang telah mempun#ai kekuasaan hukum #ang tetap dimintakan pengukuhan pada Pengadilan Negeri -tidak berlaku lagi setelah diundangkan UU No.3 tahun +878.9
; Men!abut dan menarik kembali suatu permohonan banding #ang sudah dia"ukan diperbolehkan asal berkas perkara belumdikirimkan ke Pengadilan *inggi. Sekali permohonan banding itu di!abut sudah tidak boleh dia"ukan permohonan banding lagi.;
3; =asasi
3 Surbekti, hukum acara perdata, halaman. 152-154
4 Ramulyo, M.Idris, beberapa masalah tentang hukum acara perdata peradilan agama, jakarta : I!-hill-"o, 1##1, halaman. 2$%
5 Subekti, praktek Hukum, &andun' : (lumni, 1#)2, halaman. )$
a; Perihal
Lembaga kasasi berasal dari pran!is. Perkataan % kasasi( - dalam bahasa pran!is(!assation( berasal dari perkataan pran!is % !asser % #ang berarti %meme!ahkan( atau %membatalkan(. *ugas pengadilan kasasi sadalah mengu"i -meneliti putusan pengadilan$pengadilan ba,ahan tentang sudah tepat atau tidakn#a penerapan hukum #ang dilakukan terhadap kasus #ang bersangkutan #ang duduk perkaran#a #ang telah ditetapkan oleh pengadilan$pengadilan ba,ahan tersebut.
4leh karena itu maka dasar dari pembatalan suatu putusan #ang oleh pengadilan kasasi dianggap salah adalah %pelanggaran hukum( #ang telah dilakukan oleh pengadilan #ang bersangkutan.
Dalam aman %legisme( dasar kasasi itu adalah %pelanggaran UU( -bahasa Belanda(s!hending &an de. et( tetapi setelah orang sadar bah,a tidak semua hukum itu ter!akup dalam perundang$undangan dan
malahan ban#ak peraturan hukum #ang tidak terdapat dalam UU maka dasar kasasi itu diubah men"adi %pelanggran hukum( -%s!handing &an het re!ht( #ang telah dilakukan oleh pengadilan ba,ahan.
Sistem kasasi "uga dinamakan sistem %kontinental( karena ia dilahirkan di negara$negara Eropa Barat -karena pengaruh Pran!is #aitu negara$negara #ang telah memiliki suatu kodi>ikasi dari negeri Belanda sistem kasasi tersebut diba,a ke Indonesia. *entang putusan hakim pemeriksaan@pemutusan suatu perkara oleh pengadilan itu selalu melalui dua tahap #aitu tahap pemeriksaan tentang dudukn#a perkara dan tahap penelitian tentang penerapan hukumn#a atas >akta$>akta #ang telah
dianggap terbukti.
Didalam rangka susunan badan$badan pengadilan dalam lingkungan peradilan umum #ang terdiri dari pengadilan negari pengadilan tinggi dan mahkamah agung adalah dimaksudkan bah,a pemeriksaan #ang terdiri dari dua tahap tadi ->akta dan hukum berakhir pada tingkat banding pemeriksaan tingkat banding ini "uga dinamakan
%ulangan( karena dalam tingkat tersebut dua tahap pemeriksaan tadi diulang seluruhn#a. Berlainan dengan tingkat pertama -karena di aman )IS Mahkamah Agung merupakan >orum pri&ilegiatum untuk pe"abat$ pe"abat ringgi negara. Untuk menembus "alan runtu tersebut terpaksalah mahkamah agung men#atakan bah,a pen!abuatn tersebut diatas tidak men!akup hukum a!ara #ang terkandung dalam UU No. + tahun +8;2 sebab kalau begitu teranglah Mahkamah Agung tidak bisa ber"alan lagi.
Maka dapat kita lihat bah,a se"ak itu dalam semua putusan Mahkamah Agung selalu di!antumkan suatu pertimbangan #ang men#atakan tentang masih berlakun#a hukum a!ara dalam UU #ang lama #ang notabene sudah di!abut itu.
b. !ara menga"ukan kasasi
Cara menga"ukan kasasi adalah sebagai berikut / #ang berkepentingan atau seseorang #ang dengan surat kuasa khusus dikuasakan olehn#a harus men#atakan kehendakn#a untuk minta kasasi itu kepada panitera dari pengadilan #ang men"atuhkan putusan #ang dimintakan kasasi itu. Demikianlah ditetapkan oleh pasal ++6 -untuk perkara perdata dari UU Mahkamah Agung -UU No. + tahun +8;2
tersebut diatas.
Panitera #ang dimaksudkan itu adalah pada umumn#a panitera dari pengadilan tinggi sedangkan Pengadilan *inggi ini pada umumn#a letakn#a "auh dari tempat tinggal para pen!ari hukum.
Mengingat akan hal tersebut lagi pula berkas perkara$perkara itu selalu disimpan dalam arsip pengadilan negeri oleh Mahkamah Agung telah dikeluarakan suatu peraturan #aitu / peraturan Mahkamah Agung No. + tahun +856 #ang membolehkan pemohon kasasi men#atakan keinginann#a untuk meminta kasasi itu kepada panitera pengadilan tingkat I #aitu Pengadilan Negeri.
Dalam UU hukum a!ara perdata #ang akan datang sebaikn#a ketentuan seperti #ang diberikan oleh pasal ++6 UU Mahakamah Agung itu dibuang sa"a dan dianut ketentuan dari peraturan Mahkamah Agung No. + tahun +856 #ang sekarang dalam praktek hampir selalu diturut.
Dengan %surat kuasa khusus( dimaksudkan surat kuasa #ang si>atn#a sama seperti #ang diperlukan untuk menga"ukan gugat atau minta banding. Hal$hal mana telah diterangkan dalam bab$bab #ang bersangkutan. =arena dalam tingkat kasasi si pemohon kasasi harus menun"ukkan kesalahan$kesalahan dalam penerapan hukum, maka sebaikn#a dalam UU Hukum A!ara Perdata nanti ditetapkan bah,a pemohon kasasi harus me,akilkann#a kepada seorang penga!ara.
Mengenai laman#a "angka ,aktu untuk menga"ukan permohonan kasasi dapat diterangkan bah,a itu adalah 6 minggu di pulau <a,a dan pulau Madura dan 5 minggu diluar pulau <a,a dan pulau Madura. :ang dimaksukan adalah bah,a diadakan perbedaan antara pemohon kasasi #ang tempat tinggaln#a di pulau <a,a dan pulau Madura dengan
pemohon kasasi #ang tempat tinggaln#a berada di luar pulau <a,a dan pulau Madura mengingat bah,a di daerah #ang terakhir ini "arak dari
satu ke lain tempat "auh dan komunikasin#a sukar.
=alau dalam banding tidak di,a"ibkan memasukkan memori maka memori atau risalah itu dalam kasasi di,a"ibkan bahkan merupakan s#arat mutlak diteriman#a permohonan kasasi. Malahan "uga ditetapkan bah,a memori atau risalah itu harus dimasukkan dalam ,aktu +9 hari terhitung setelah diteriman#a permohonan kasasi. Apabila dalam "angka ,aktu +9 hari setelah disampaikann#a permohonan kasasi si pemohon kasasi tidak memasukkan suatu risalah maka permohonan pemeriksaan kasasi itu dianggap tidak ada -pasal +; a#at -1 UUMA. Mengenai risalah kasasi ini oleh Mahkamah Agung "uga telah dikeluarkan suatu peraturan #ang memperkenankan pemohon kasasi untuk meminta kepada panitera #ang menerima permohonan itu untuk dibuatkan risalah.
c; S#arat #ang ditentukan mengenai isi dari risalah kasasi
S#arat #ang demikian memang ada #aitu bah,a risalah kasasi paling sedikit harus mengemukakan alasan mengapa pemohon meminta kasasi. Dalam praktek tern#ata bah,a alasan #ang men#atakan bah,a pemohon %tidak puas( dengan putusan #ang dimohonkan kasasi tidak dapat diterima oleh hakim kasasi -Mahkamah Agung. Begitu pun alasan se!ara umum mengatakan bah,a "ude? >a!ti telah men#alahi atau melanggar hukum.
Sudah barang tentu untuk berhasil dalam tingkat kasasi pemohon harus mengemukakan kesalahan$kesalahan dalam penerapan hukum. Soal %penilaian hasil pembuktian( tidak akan ditin"au oleh Mahkamah Agung karena itu dianggap termasuk pada soal >akta -%>eiteli"k( #ang sudah berakhir pada tingkat banding. Contoh$!ontoh tentang pelanggaran
hukum pembuktian ini /
; Hakim memenangkan suatu pihak #ang han#a dapat membuktikan gugatann#a dengan keterangan satu orang saksi sa"a -pelanggaran terhadap pasal +58 HI).
; Hakim memerintahkan suatu sumpah %supletori kepada pihak tanpa adan#a suatu %permulaan pembuktian( -pelanggaran terhadap pasal ;; H.I.).
; Hakim memberikan kepada suatu akta diba,ah tangan suatu kekuatan pembuktian sempurna seperti #ang dimiliki oleh suatu akta otentik. ; Hakim telah meme!ah suatu pengakuan #ang tidak boleh dipe!ah$pe!ah
-melanggar pasal +35 H.I.) dan lain sebagain#a. 5
4; Prorogasi
Lembaga %prorogasi( ini dulu dikenal dalam hukum a!ara #ang berlaku untuk golongan Eropah. Ia diatur dalam titel 0 pasal 619 sampai dengan 165 ).0. dengan %prorogasi( itu dimaksudkan bah,a atas persetu"uan kedua belah pihak #ang akan berperkara perkara itu langsung di hadapkan kepada badan pengadilan #ang akan memeriksa perkara tersebut dalam tingkat banding. Dengan demikian dalam upa#a #ang dinamakan prorogasi itu ter"adi pelon!atan satu tingkat.
Pengadilan banding #ang memeriksa suatu perkara dalam prorogasi itu bertindak sebagai suatu badan pengadilan tingkat pertama. Dalam hal demikian dengan sendirin#a ia mempun#ai semua ,e,enang dan ke,a"iban #ang ada pada suatu badan pengadilan tingkat pertama. =alaupun pengadilan banding itu menurut ketentuan hukum a!ara memeriksa perkara$perkara dalam atas dasar surat$suratn#a sa"a maka dalam hal prorogasi ini ia harus memeriksa perkaran#a se!ara lisan dengan mendengar sendiri se!ara langsung para pihakdan saksi$saksi. Semua ketentuan #ang berlaku untuk "alann#a sidang pengadilan tingkat pertama berlaku bagi pengadilan banding
#ang sedang melakukan pemeriksaan dalam prorogasi ini.
Putusan pengadilan banding dalam prorogasi itu akan berlaku sebagai putusan tingkat penghabisan artin#a mengenai pemeriksaan perihal >akta$ >akta sehingga tinggallah terbuka tingkat kasasi #ang akan dilakukan pengadilan kasasi.
Si>at prorogasi memang agak mirip dengan suatu penun"ukan perkara kepada pemeriksaan ,asit atau badan arbitrase. Ia "uga seperti haln#a dengan per,asitan atau arbitrase harus didahulukan oleh suatu persetu"uan antara kedua belah pihak #ang bersengketa #aitu untuk langsung berperkara di muka pengadilan tingkat banding. Persetu"uan ini mririp dengan suatu perdamaian atau kompromi. 4leh karena itu maka pasal 61; ).0. mengandung suatu ketentuan #ang sama bagi ,ali pengampu dan sebagain#a seperti haln#a dalam pembuatan suatu perdamain #aitu bah,a bagi ,ali pengampu dan lain$lain #ang mengadakan persetu"uan prorogasi diperlukan i'in dan instansi$instansi sebagaimana diharuskan bagi mereka 6 Surbekti, ibid, halaman. 1*3-1*4
menurut ketentuan UU untuk pembuatan suatu perdamaian atau kompromi #aitu i'in dari balai harta peninggalan pengadilan dan sebagain#a -lihat pasal +7;1 B. perihal perdamaian #ang menunu"uk kepada buku I B.. titel +; dan +3. 3
C; Upa#a hukum Luar Biasa
1; Penin"auan kembali -)eues Ci&iel
Dalam sistem peradilan kita seperti dimana pun "uga berlaku suatu asas bah,a suatu putusan pengadilan #ang sudah berkekuatan mutlak tidak bisa
diubah lagi.
=alau suatu perkara #ang sudah pernah diputus dengan suatu putusan #ang berkekuatan mutlak akan dia"ukan lagi ke muka pengadilan maka tuntutan "aksa -dalam suatu perkara pidana atau gugatan baru -dalam suatu perkara perdata dapat ditangkas dengan eksepsi tentang sudah adan#a putusan #ang berkekuatan mutlak itu. Eksepsi tersebut ddasarkan pada asas %ne bis in idem( -tidak boleh ter"adi dua kali pemutusan terhadap suatu kasus #ang sama antara dua pihak #ang sama pula.
Namun hakim adalah manusia biasa #ang tidak luput dari kekhila>an. Dalam suatu perkara pidana #ang sudah diputus dengan mempermasalahkan tetuduh dan men"atuhkan hukuman kepadan#a putusan mana sudah memperoleh kekutan mutlak misaln#a bisa ter"adi bah,a kemudian ditemukan bukti$bukti #ang kalau dulu diketahui oleh hakim memberikan kemungkinan besar bah,a tertuduh dibebaskan atau dilepaskan dari tuntutan hukum. Dalam perkara perdata misaln#a bisa ter"adi bah,a saksi$saksi kemudian di"atuhi hukuman oleh hakim pidana karena dipersalah melakukan tindak pidana %sumpah palsu( padahal atas keterangan$keterangan saksi itulah dulu penggugat telah dimenangkan. Atau bisa ter"adi misaln#a lagi seseorang #ang harata ,arisann#a sudah dibagi kemudian tern#ata masih hidup.
Dalam hal seperti itu perundang$undangan aman kolonial Belanda memberikan kemungkinan demi memenuhi tuntutan keadilan untuk membuka kembali perkara #ang sudah diputus itu. Untuk perkara pidana terdapat pengaturann#a dalam %reglement op de stra>&ordering( -disingkat S.0 #aitu hukum a!ara pidana #ang dulu berlaku bagi pengadilan untuk bangsa Eropa tetapi se"ak aman "epang karena dihapuskann#a pengadilan
7 ibid, halaman. 15)-15#
untuk bangsa Eropah tersebut sudah tidak berlaku lagi dan "uga di 'aman pen"a"ahan tidak pernah dilakukan untuk orang Indonesia.
Sebagai !ontoh tentang diteriman#a gugatan reues !i&iel oleh landraat -pengadilan negeri adalah putusan landraat Padang tanggal 18 April +86+ #ang dikuatkan oleh raad &an "ustitie Padang #ang dimuat dalam ma"alah hukum %indisch tijdschrift van het recht” No. +69 halaman 326. Perkaran#a adalah mengenai seorang mamak kepala ,aris #ang men"ual mutlak sebuah tanah pusaka tinggi dengan tidak memberitahukann#a kepada kaumn#a. Pembeli tanah menuntut di pengadilan suapa#a mamak kepala ,aris tersebut men#erahkan tanah itu kepadan#a. Mamak tersebut sebagai tergugat mengakui penuh gugatan penggugat sehingga tuntutan dikabulkan oleh pengadilan dan terhadap putusan itupun ia tidak naik banding sehingga putusan landraat memperoleh kekuatan mutlak.
Setelah putusan landraat itu men"adi pasti mamak kepala ,aris tersebut diatas dipe!at dari "abatann#a dan digantilah ia oleh seorang mamak kepala ,aris baru. Alasan peme!atan adalah karena mamak dengan melakukan perbuatan tersebut dan pengakuann#a dimuka hakim dianggap melakukan penipuan terhadap kaumn#a. Mamak kepala ,aris #ang baru minta kepada landraat supa#a perkkara mengenai tanah itu diperiksa kembali dan landraad Padang menerima permintaan itu atas dasar pertimbangan pertimbangan bah,a penipuan tersebut merupakan !ukup alasan untuk memriksa kembali perkara #ang telah diputus dengan putusan #ang telah memperoleh kekuatan
mutlak itu.7
a; Prinsip umum P=
; Pidana #ang di"atuhkan tidak boleh melebihi putusan semula
Prinsip ini diatur dalam Pasal 155 a#at 6 =UHAP #ang berbun#i Pidana yang dijatuhkan dalam putusan peninjauan kembali tidak boleh melebihi pidana yang telah dijatuhkan dalam putusan semula. Mahkamah Agung tidak diperkenankan men"atuhkan putusan #ang
hukuman pidanan#a melebihi putusan pengadilan #ang dia"ukan P=. Prinsip ini sesuai dengan tu"uan diadakann#a Lembaga P= #aitu untuk memenuhi hak pemohon untuk men!ari keadilan. Dengan upa#a P= terpidana diberikan kesempatan untuk membela kepentingann#a agar terbebas dari ketidakbenaran penegakan hukum.
8 Iibid, halaman. 1*)-1%$
; P= tidak menangguhkan atau menghentikan eksekusi
Se!ara normati> undang$undang mengatur bah,a P= tidak menangguhkan atau menghentikan eksekusi -pelaksanaan putusan. Berdasarkan Pasal 16 a#at + UU No. 1+ *ahun 1229 dan Pasal 53 UU MA ob"ek permohonan upa#a hukum P= adalah suatu putusan #ang berkekuatan hukum tetap -BH*. Hal ini berarti bah,a saat putusan BH* di"atuhkan terdak,a telah berubah status hukumn#a men"adi terpidana. Putusan pengadilan #ang BH* demikian tidak terpengaruh dengan proses P= #ang dia"ukan sehingga tetap dilaksanakan.
; P= dapat dilakukan berkali$kali
Dalam Pasal 157 a#at 6 =UHAP di"elaskan bah,a P= terhadap suatu putusan pengadilan han#a dapat dilakukan satu kali. Pada tahun 12+6 Antasari A4harmenga"ukan u"i materi Pasal 157 a#at 6 =UHAP ke Mahkamah Konstitusi -M=. U"i materi ke M= dilakukan untuk menilai apakah suatu pasal atau undang$undang bertentangan dengan Undang!Undang 5asar #$67 -UUD 9;. Antasari #ang merupakan terpidana +7 tahun dalam kasus pembunuhan Nasrudin ulkarnain merasa dirin#a belum mendapat keadilan dengan upa#a P= #ang pernah Ia lakukan. Dalam persidangan u"i materi tersebut terdapat perdebatan mengenai keadilan dan kepastian hukum. Apabila P= dapat dilakukan berkali$kali maka kepastian status hukum seseorang sukar ditentukan. 8usril 9h4a Mahendra #ang tampil sebagai saksi ahli dalam sidang u"i materi di M= menerangkan bah,a P= berkali$kali adalah dalam rangka men!ari keadilan materil. Pada 5 Maret 12+9 M= memutuskan mengabulkan permohonan Antasari A'har #akni P= dapat dilakukan berkali$bali. Putusan ini mendapat respon #ang kurang baik dari Mah:ud M5 #ang merupakan mantan =etua Mahkamah Konstitusi. Mah>ud berpendapat bah,a putusan M= terkait P= berkali$kali menimbulkan kepastian hukum seseorang menggantung. *erkait putusan M= tersebut maka se!ara otomatis Pasal 157 a#at 6 =UHAP #ang mengatur bah,a P=
han#a bisa dia"ukan satu kali sudah tidak berlaku karena bertentangan dengan UUD 9;.
b; :ang dapat menga"ukan P=
Pasal 156 a#at + =UHAP menegaskan bah,a #ang berhak menga"uka n P= ialah terpidana atau ahli ,arisn#a. Namun dalam perkembangan praktik peradilan saat ini terdapat tiga pihak #ang dapat
menga"ukan P= #aitu terpidana ahli ,aris atau kuasa hukum terpidana. ; *erpidana atau ahli ,aris
*erpidana dan ahli ,aris memiliki kedudukan #ang sama dalam menga"ukan P=. Hal ini berarti bah,a sekalipun terpidana masih hidup ahli ,aris dapat langsung menga"ukan P=. Apabila terpidana meninggal dunia pada saat permohonan P= dia"ukan maka ahli ,aris berperan menggantikan posisi terpidana dalam menga"ukan P=.
; =uasa hukum
Dasar hukum diperbolehkann#a P= ialah aturan tambahan pedoman pelaksanaan =UHAP #ang tertuang dalam bentuk Lampiran =e putusan Menteri Kehakiman No. M. +9 P.23.26 *ahun +876. Aturan t
ersebut memperbolehkan terdak,a pada suatu kasus untuk memberi kuasa kepada kuasa hukum -penga!ara dalam upa#a menga"ukan kasasi. Berdasarkan penggunaan tersebut Mahkamah Agung se!ara konsisten menggunakan dasar #ang sama untuk diterapkan dalam s#arat permohonan upa#a hukum P=.
c; Alasan pengauan PK
Suatu putusan pengadilan #ang berkekuatan hukum tetap dapat dilakukan upa#a hukum P= dengan men#ertakan alasan #ang "elas.
; =eadaan Baru
Salah satu alasan #ang dapat diterima untuk penga"uan P= berdasar undang!undang ialah adan#a atau ditemukann#a bukti baru
-sering disebut no&um #ang belum pernah dihadirkan dalam persidangan . Bukti baru ini dapat berupa benda ataupun saksi #ang bersi>at menimbu lkan dugaan kuat. Menimbulkan dugaan kuat #ang dimaksud ialah "ika se andain#a bukti baru tersebut ditemukan saat sidang berlangsung maka/
-+ dapat membuat terpidana di"atuhi putusan bebas atau lepas dari seluruh tuntutan hukum -1 dapat membuat putusan #ang men#atakan tuntutan "aksa penuntut umum tidak dapat diterima atau -6 dapat membuat hakim menggunakan pasal #ang lebih ringan dalam memutus terpidana.
; =esalahan atau kekhila>an hakim
Sebagai seorang manusia, sangat dimungkinkan hakim dalam membuat putusan pengadilan melakukan kesalahan maupun kekeliruan. Dalam praktik peradilan putusan pengadilan tingkat pertama (Pengadilan Negeri) dapat dikoreksi dengan !ara banding ke pengadilan tingkat dua (Pengadilan Tinggi) maupun ke tingkat tiga (Mahkamah Agung). Koreksi terhadap putusan dalam sistem peradilan ber"en"ang tersebut terkadang tetap menghasilkan suatu putusan #ang keliru baik dalam hal penerapan pasal maupun pertimbangan hukum. *erhadap putusan$putusan seperti ini upa#a hukum P= dapat dia"ukan.
d; Proses P=
; Permintaan penga"uan P=
Penin"auan =embali dia"ukan oleh pemohon dalam hal ini terpidana atau ahli ,aris kepada panitera -petugas administrasi pengadilan
Pengadilan Negeri #ang memutus perkara untuk pertama kali. Perminta an penga"uan P= dilakukan se!ara tertulis dilengkapi dengan alasan$ alasan #ang mendasari dia"ukann#a P=. Panitera pengadilan #ang menerima permintaan P= men!atat permintaan P= tersebut dalam suatu surat keterangan #ang disebut Akta Permintaan Penin"auan =embali. *idak ada batas ,aktu dalam penga"uan P= #ang lebih diutamakan ialah terpenuhin#a s#arat$s#arat penga"uan P= #ang diatur UU dan =UHAP.
; Pada Pengadilan Negeri
Sebelum permohonan P= diserahkan ke Mahkamah Agung sesuai dengan =UHAP Pengadilan Negeri bertugas untuk memeriksa perkara P= terlebih dahulu. Dalam hal ini =etua Pengadilan Negeri ber,enang untuk membentuk ma"elis hakim #ang akan memeriksa permohonan.
Ma"elis hakim #ang dibentuk akan melakukan pemeriksaan terhadap materi P= terdak,a maupun saksi atau barang bukti #ang diperlukan.
Pemeriksaan pendahuluan di Pengadilan Negeri bersi>at resmi dan terbuka untuk umum. Setelah pemeriksaan selesai ma"elis hakim akan membuat pendapat terhadap P= #ang dia"ukan. Pendapat tersebut dituangkan dalam Berita A!ara Pendapat #ang turut dilimpahkan bersama berkas P= ke Mahkamah Agung.
; Pada Mahkamah Agung
Mahkamah Agung adalah pemegang kekuasaan kehakiman #ang ber,enang untuk memutus permohonan P=. Berita A!ara Pendapat
dari Pengadilan Negeri #ang diperoleh dari pemeriksaan pendahuluan P= tidak selalu men"adi pertimbangan hakim MA dalam memutus perkara. Pada saat memeriksa permohonan P= ma"elis hakim MA terdiri dari minimal tiga orang hakim agung. Putusan diba!akan dan ditandatangani oleh hakim agung #ang melakukan pemeriksaan permo honan P=. Putusan P= boleh Mahkamah Agung dapat berupa/ -+ per mintaan din#atakan tidak dapat diterima -1 menolak permintaan Penin"auan =embali atau -6 menerima Penin"auan =embali. 8
2; Perla,anan pihak ketiga -denden&er'et
Derden &er'et dilakukan apabila putusan pengadilan merugikan pihak ketiga. Derden &er'et termasuk upa#a hukum luar biasa karena pada dasarn#a suatu putusan han#a mengikat para pihak #ang berperkara sa"a dan tidak mengikat pihak ketiga -pasal+8+3 =UHPer Derden 0er'et . Derden &er'et adalah perla,anan -dari pihak ketiga. Memang pada a'asn#a putusan pengadilan han#a mengikat para pihak #ang berperkara dan tidak mengikat pihak ketiga. Namun tidak tertutup kemungkinan ada pihak ketiga #ang dirugikan oleh suatu putusan pengadilan. *erhadap putusan tersebut pihak #ang dirugikan dapat menga"ukan perla,anan -derden &er'et ke Hakim Pengadilan Negeri #ang memutus perkara tersebut.
9. https*++id."ikipedia.org+"iki+Peninauan3Kembali, diakses pada tanggal 23 4ktober 12+5 pukul +1.12
&(& III
++
A;
/esim0ulan
Upaya hukum adalah Suatu usaha untuk setiap orang yang merasa dirugikan haknya dan ingin mendapatkan keadilan menurut ara yang ditetapkan undang!undang. Upaya hukum sebagai hak terdak"a pasal #$% ayat (&) KU'AP menyebutkan, segera sesudah putusan pemidanaan diuapkan, hakim ketua sidang "aib memberitahukan kepada terdak"a tentang segala yang menadi haknya.
8ang termasuk dalam Upaya hukum biasa, antara lain * 1;
&andin'
2;
/asasi
3;+roro'asi
4;
+erlaanan erstek
an' termasuk dalam 0aya 6ukum 7uar biasa, antara
lain :
1;
+eninjauan /embali
2;
+erlaaanan 0ihak keti'a er8et
B;
Saran
(da0un isi dari makalah ini masih jauh dari kate'ori
sem0urna, maka dari itu kami selaku 0enulis men'hara0kan
kritik dan saran baik dari dosen 0embimbin' mau0un
mahasisa9mahasisii yan' mana kritik dan saran tersebut
ber'una kede0annya 'una membantu dalam 0embuatan
makalah yan' lebih baik la'i.
!((R +S(/(
http/@@gooegle,eblight.!om@lite urlhttp/@@mabuk hukum.blogspot.!om@12+6@+2@u pa#a$hukum.html,
http*++""".slideshare.net+ntii3meiian+upaya!hukum ,