• Tidak ada hasil yang ditemukan

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1. Keadaan Umum, Geografis dan Iklim Kota Depok

Letak geografis Kota Depok berada pada 6,19 sampai 6,28 derajat Lintang Selatan dan 106,43 derajat Bujur Timur. Kota Depok merupakan daerah bentangan dengan dataran rendah perbukitan dengan ketinggian antara 50 sampai 140 meter di atas permukaan laut dan kemiringan lerengnya kurang dari 15 persen. Bentuk kemiringan wilayah ini sangat menentukan jenis penggunaan lahan diantaranya untuk keperluan pemukiman, industri dan pertanian. Kota Depok beribukota di Kecamatan Pancoran Mas, dengan luas wilayah 200,29 kilometer persegi. Kota Depok memiliki batas geografis diantaranya:

1. Sebelah Utara: Kecamatan Ciputat, Kabupaten Tangerang dan wilayah Kecamatan Pasar Minggu, Pasar Rebo, Cilandak, Propinsi DKI Jakarta.

2. Sebelah Timur: Kecamatan Pondok Gede, Kabupaten Bekasi dan Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor.

3. Sebelah Selatan: Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor.

4. Sebelah Barat: Kecamatan Parung dan Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor.

Kondisi iklim di daerah Depok relatif sama. Wilayah Kota Depok termasuk beriklim tropis dengan perbedaan curah hujan cukup kecil yang dipengaruhi oleh angin muson. Musim kemarau jatuh pada periode April sampai September dan musim penghujan jatuh pada periode Oktober sampai Maret. Curah hujan rata-rata bulanan di Kota Depok sebesar 327 millimeter dan banyaknya hari hujan dalam satu bulan berkisar 10 sampai 20 hari. Kondisi iklim Depok yang tropis dan kadar curah hujan yang kontinu sepanjang tahun, mendukung pemanfaatan lahan di Kota Depok sebagai lahan pertanian. Temperatur rata-rata harian di Kota Depok 24,3 sampai 33 derajat Celcius.

Kelembaban udara rata-rata 82 persen, penguapan udara rata-rata 3,9 millimeter per tahun, kecepatan angin rata-rata 3,3 knot dan penyinaran matahari rata-rata 49,8 persen. Jenis tanah yang ada di wilayah penelitian yaitu tanah dengan jenis latosol merah dan latosol coklat kemerahan. Kualitas tanah di

(2)

wilayah Kota Depok cukup bervariasi dan cenderung memiliki nilai kesesuaian lahan yang cocok untuk beberapa jenis tanaman. Dengan kondisi kemiringan lerengnya yang kecil, komoditas pertanian yang dapat dikembangkan diantaranya adalah tanaman buah-buahan dan beberapa jenis sayuran dataran rendah.

5.2. Kredit Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL)

PKBL merupakan program pembinaan usaha kecil dan pemberdayaan kondisi lingkungan oleh BUMN. Salah satu BUMN yang menjalankan program ini adalah Bank Mandiri. Bentuk program kemitraan yang dijalankan adalah: 1. Pemberian pinjaman untuk modal kerja.

2. Pinjaman khusus bagi UMK (Usaha Mikro dan Kecil) yang telah menjadi binaan yang bersifat pinjaman tambahan dalam rangka memenuhi pesanan dari rekanan usaha UMK binaan.

3. Program pendampingan dalam rangka peningkatan kapasitas (capacity building) UMK binaan dalam bentuk bantuan pendidikan atau pelatihan, pemagangan dan promosi.

4. Capacity Building diberikan di bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, sumberdaya manusia, dan teknologi. Dana capacity building ini bersifat hibah dan hanya dapat diberikan untuk kepentingan kepentingan UMK

Jenis usaha yang dapat dibiayai dalam program ini adalah usaha yang produktif untuk semua sektor ekonomi. Dengan kriteria sebagai berikut:

1. Merupakan usaha kecil (termasuk usaha mikro), yaitu memiliki kekayaan bersih maksimal Rp 200 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1 milyar. 2. Milik Warga Negara Indonesia

3. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar.

4. Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

(3)

6. Telah melakukan kegiatan usaha minimal satu tahun 7. Belum memenuhi persyaratan perbankan (non bankable)5

5.2.1. Persyaratan Peminjaman Kredit PKBL

Persyaratan yang harus dipenuhi dalam mengajukan permohonan pinjaman kredit PKBL di Bank Mandiri adalah pengajuan proposal permohonan pinjaman. Data-data yang dibutuhkan dalam pengajuan proposal ini meliputi:

1. Data pribadi sesuai dengan KTP

2. Data usaha yang meliputi, bentuk usaha, alamat usaha, mulai mendirikan usaha, dan sebagainya

3. Data keuangan meliputi laporan keuangan atau catatan keuangan tiga bulan terakhir

4. Rencana penggunaan dana pinjaman

5. Menyerahkan fotocopy KTP Suami/Istri atau kartu identitas lainnya 6. Menyerahkan fotocopy Kartu Keluarga

7. Menyerahkan pas foto terbaru ukuran 3x4

8. Menyerahkan fotokopi Surat Keterangan Usaha (SKU) dari desa/kelurahan setempat

9. Gambar atau denah lokasi usaha

10. Surat pernyataan tidak sedang mendapatkan pinjaman kemitraan dari BUMN lain.5

5.2.2. Penyaluran dan Pembayaran Kredit PKBL

Dalam penyaluran kredit PKBL, Bank Mandiri bekerja sama dengan Koperasi Pemasaran Buah dan Olahan Belimbing Dewa Depok (PKPBDD). Petani belimbing dewa yang merupakan anggota koperasi dapat mengajukan permohonan kredit melalui koperasi. Persyaratan peminjaman kredit PKBL yang dimiliki oleh petani diserahkan kepada pengurus koperasi yang nantinya akan diserahkan kepada Bank Mandiri. Untuk pembuatan laporan keuangan, petani belimbing dewa juga dibantu oleh pengurus koperasi.

5Kementrian BUMN. 2007. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan BUMN.

(4)

Setelah penyerahan persyaratan peminjaman, pihak Bank Mandiri akan melakukan analisis kelayakan, yaitu dengan melakukan survey usahatani belimbing dewa serta tempat tinggal petani. Berdasarkan hasil wawancara, proses pencairan dana kredit PKBL tidak mebutuhkan waktu yang lama. Rata-rata waktu pencairan dana kredit PKBL adalah satu minggu dari survey yang dilakukan oleh Bank Mandiri.

Pembayaran cicilan kredit PKBL dilakukan setiap tiga bulan sekali atau setiap panen belimbing dewa. Pembayaran cicilan kredit setiap masa panen dilakukan untuk mempermudah petani dalam melakukan pembayaran. Sistem pembayaran cicilan kredit ini menggunakan hasil panen, yaitu belimbing dewa. Petani menjual hasil panen kepada koperasi karena koperasi PKPBDD berfungsi sebagai pusat pemasaran buah belimbing dewa di Kota Depok. Uang hasil panen ini sebagian akan dibayarkan oleh pengurus koperasi kepada Bank Mandiri dan sisanya akan dibayarkan kepada petani.

5.3. Karakteristik Petani Responden

Deskripsi karakteristik petani responden dilihat dari beberapa kriteria diantaranya adalah status usahatani, usia petani, tingkat pendidikan petani, status kepemilikan lahan dan pengalaman berusahatani.

5.3.1. Status Usahatani Belimbing Dewa Petani Responden

Sebagian besar responden petani menganggap bahwa kegiatan usahatani yang mereka lakukan adalah sebagai pekerjaan utama. Ada 84,85 persen (28 petani) dari petani responden yang beranggapan bahwa pekerjaan utamanyaadalah sebagai petani Belimbing. Sisanya yaitu 15,15 persen atau sebanyak lima orang menganggap bahwa aktivitas usahatani yang mereka lakukan hanya merupakan pekerjaan sampingan saja.Dengan demikian dapat disimpulkan petani responden masih menggantungkan hidupnya pada usahatani belimbing dewa dan menganggap bahwa menjalankan usahatani belimbing dewa menguntungkan.

Dari 28 petani responden yang status usahataninya adalah pekerjaan utama memiiliki pekerjaan sampingan antara lain sebagai buruh tani, buruh bangunan, peternak dan tukang ojek. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil

(5)

wawancara, tambahan pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan sampingan mereka adalah sebesar Rp. 300.000 sampai Rp. 500.000 per bulan. Tambahan pendapatan ini dapat mereka gunakan sebagai modal dalam menjalankan aktivitas usahatani untuk membeli sarana produksi pertanian yang dibutuhkan. Sedangkan untuk petani dengan status usahatani sebagai pekerjaan sampingan memiliki pekerjaan utama sebagai guru SLTP atau karyawan swasta.

5.3.2. Usia Petani Responden

Berdasarkan usia, petani responden dibagi menjadi empat kelompok angkatan kerja, yaitu kelompok usia kurang dari 15 tahun, 15 sampai 30 tahun, 31 sampai 45 tahun, dan 46 sampai 60 tahun.

Tabel 5. Jumlah Petani Responden berdasarkan Kriteria Usia

Kisaran Usia (tahun) Jumlah Petani Persentase

< 15 0 0

15-30 11 33,33

31-45 20 60,61

46-60 2 6,06

Total 33 100,00

Rata-rata Usia Petani 34 Tahun

Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa kegiatan usahatani didominasi oleh petani berusia 31 – 45 tahun sebesar 60,61 persen atau rata-rata usia petani adalah 34 tahun. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa petani responden pada penelitian ini berasal dari kalangan petani usia produktif.

5.3.3. Tingkat Pendidikan Petani Responden

Data hasil wawancara menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tertinggi dari petani responden adalah Sarjana Data jumlah petani responden berdasarkan tingkat pendidikan formal disajikan pada Tabel 6. Berdasarkan Tabel 6, dapat diketahui bahwa petani responden paling banyak berasal dari lulusan

(6)

SMA/sederajat (42,42 persen) dan paling sedikit berasal dari lulusan diploma (3,03 persen atau satu orang).

Jika petani memiliki tingkat pendidikan yang tinggi maka akan memudahkan mereka dalam mengadopsi teknologi dan hal-hal baru dalam kegiatan usahatani. Selain itu, jika petani memilikitingkat pendidikan yang tinggi maka akan memudahkan petani dalam memutuskan sesuatu yang berhubungan dengan usahatani seperti menentukan cara berproduksi, menentukan cara-cara pembelian sarana produksi dan sebagainya.

Tabel 6. Jumlah Petani Responden berdasarkan Kriteria Tingkat Pendidikan Formal

Tingkat Pendidikan Jumlah Petani Persentase

Tamat SD/sederajat 4 12,12 Tamat SMP/sederajat 12 36,37 Tamat SMA/sederajat 14 42,42 Diploma 1 3,03 Sarjana 2 6,06 Total 33 100,00

5.3.4. Status Kepemilikan Lahan Petani Responden

Lahan Belimbing yang dimiliki oleh petani responden sebagian besar merupakan lahan milik pribadi sebesar 33,33 persen serta lahan milik pribadi dan sewa sebesar 30,31 persen (Tabel 7). Petani yang memiliki status kepemilikan lahan sebagai lahan milik pribadi akan lebih mudah untuk mengambil kebijakan terkait dengan usahatani yang dijalankannya, seperti penerapan teknologi di lahan pribadi miliknya.

Berdasarkan hasil wawancara, rata-rata luas lahan yang dimiliki oleh petani pada tahun 2007 adalah sebesar 1.419 m2 dan untuk tahun 2010 adalah sebesar 1.551 m2. Jika dilihat dari rata-rata luas lahan petani yang kurang dari 0,5 hektar, maka petani responden belimbing dewa dikategorikan sebagai petani berlahan sempit.

(7)

Tabel 7. Jumlah Petani Responden berdasarkan Kriteria Status Kepemilikan Lahan

Status Kepemilikan Lahan Jumlah Petani Persentase

Milik Pribadi 11 33,33

Sewa 3 9,09

Bagi Hasil 1 3,03

Milik Pribadi & Sewa 10 30,31

Milik Pribadi & Bagi hasil 4 12,12

Sewa & Bagi Hasil 2 6,06

Milik,Sewa & Bagi Hasil 2 6,06

Total 33 100,00

5.3.5. Pengalaman Berusahatani Petani Responden

Tabel 8 menggambarkan jumlah petani responden jika dilihat dari kriteria lama pengalaman berusahatani. Dari total 33 responden petani belimbing, sebesar 36,37 persen memiliki pengalaman berusahatani selama 6 sampai 10 tahun dan hanya ada satu petani (3,03 persen) yang memiliki pengalaman berusahatani di bawah lima tahun. Rata-rata pengalaman berusahatani petani responden adalah selama 13 tahun.

Tabel 8. Jumlah Petani Responden berdasarkan Kriteria Pengalaman Berusahatani Pengalaman Berusahatani (tahun) Jumlah Petani Persentase

≤ 5 1 3,03 6-10 12 36,37 11-15 11 33,33 16-20 4 12,12 21-30 5 15,15 Total 33 100,00 Rata-rata 13 Tahun

Hal ini menunjukkan bahwa petani responden memliki pengalaman berusahatani yang cukup lama. Pengalaman berusahatani yang dimiliki oleh

(8)

petani menunjukkan lamanya petani berkecimpung dalam usahatani Belimbing Dewa. Semakin lama pengalaman berusahatani maka dapat disimpulkan bahwa petani sudah memahami dengan lebih baik teknik budidaya dalam kegiatan usahatani yang dijalankan.

5.3.6. Penggunaan Dana Kredit Petani Responden

Lampiran 3 menggambarkan jumlah petani jika dilihat dari kriteria penggunaan dana kredit. Dari total 33 petani responden, ada satu petani responden yang menggunakan seluruh dana kredit yang diperoleh untuk kebutuhan rumah tangga dan tiga petani responden yang menggunakan dana kredit yang diperoleh untuk keperluan usaha lain.

Total dana kredit yang diperoleh petani responden adalah sebesar Rp.306.500.000. Dari total dana kredit tersebut sebesar 60,49 persen dialokasikan untuk usahatani Belimbing Dewa, sebesar 4,85 persen dialokasikan untuk usaha lain dan sebesar 34,66 persen dialokasikan untuk keperluan rumah tangga. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak petani responden yang tidak menggunakan dana kredit sepenuhnya untuk keperluan usahatani belimbing. Dana kredit yang diterima oleh petani seharusnya digunakan untuk mengembangkan usahatani Belimbing Dewa sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan produktivitas petani.

5.4. Kegiatan Budidaya Belimbing Dewa di Lokasi Penelitian

Usahatani Belimbing telah lama diusahakan di Kota Depok dan merupakan usaha turun-temurun. Selain ditanam di kebun atau lahan tersendiri, tanaman belimbing juga ditanam di sekitar pekarangan rumah. Pada awalnya, kegiatan budidaya belimbing yang dilakukan masih bersifat tradisional dengan pemeliharaan yang seadanya. Namun, seiring dengan berkembangnya potensi usahatani belimbing dan besarnya keuntungan yang diperoleh, usahatani belimbing mulai mendapatkan perhatian. Terbukanya potensi dari usahatani belimbing ini, mendorong pemerintah Kota Depok untuk menjadikan belimbing dengan varietas unggul dewa sebagai ikon Kota Depok.

(9)

Kegiatan usahatani dan teknik budidaya belimbing di Kota Depok pada umumnya hampir sama antara petani Belimbing satu dengan yang lain. Sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas buah Belimbing yang dihasilkanoleh petani serta sebagai langkah dalam mewujudkan Belimbing sebagai ikon Kota Depok, maka telah disusun Standar Operasional Prosedur (SOP) oleh Dinas Pertanian Kota Depok. SOP belimbing ini adalah panduan teknik budidaya belimbing yang dilakukan untuk meningkatkan mutu buah belimbing yang dihasilkan oleh petani.

Teknik budidaya belimbing sesuai SOP telah disosialisasikan kepada para petani belimbing di Kota Depok termasuk di lokasi penelitian sejak tahun 2006. Oleh sebab itu, teknik budidaya belimbing di Kota Depok hampir sama. Hanya saja ada petani yang telah menerapkan semua kegiatan budidayanya sesuai dengan SOP dan ada pula petani yang tidak sepenuhnya menjalankan budidaya belimbing sesuai SOP bahkan ada pula yang belum. Berikut ini kegiatan usahatani yang pada umumnya dilakukan oleh petani belimbing di Kota Depok sesuai dengan SOP belimbing dewa.

5.4.1. Penanaman Tanaman Belimbing Dewa

Kegiatan penanaman diawali dengan kegiatan penyiapan lahan yaitu pembersihan lahan dan pembuatan lubang tanam. Pembersihan lahan dilakukan dengan maksud untuk memperoleh lahan yang siap ditanami dan terbebas dari gangguan fisik seperti batu-batuan besar dan gangguan biologis seperti gulma atau sisa-sisa tanaman. Kegiatan pembersihan lahan yang dilakukan antara lain adalah membersihkan semak, pohon kecil, cabang dan ranting pohon besar yang dapat menghalangi pertumbuhan tanaman muda. Persiapan lahan yang harus dilakukan setelah melakukan pembersihan lahan adalah pembuatan lubang tanam. Jarak tanam yang digunakan pada kebun belimbing yang sesuai dengan SOP adalah (7x7) meter. Namun seluruh petani responden yang ada di lokasi penelitian menggunakan jarak tanam yang lebih rapat, yakni (4 x 4) meter, (5 x 5) meter ataupun (6 x 6) meter. Hal ini disebabkan karena pohon belimbing yang dimiliki oleh petani responden ditanam 3 – 20 tahun yang lalu sebelum adanya SOP belimbing sehingga petani tidak menggunakan jarak tanam yang dianjurkan,

(10)

karena ingin mengoptimalkan lahan yang dimilikinya dengan menanam pohon belimbing dengan jarak tanam yang lebih rapat.

5.4.2. Pemupukan Tanaman Belimbing Dewa

Menyediakan kebutuhan hara dan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman belimbing dilakukan melalui kegiatan pemupukan. Pupuk yang diberikan pada tanaman belimbing adalah pupuk organik (pupuk kandang), pupuk anorganik (pupuk NPK) dan pupuk daun (pupuk cair). Pupuk kandang dan NPK digunakan untuk menambah dan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Sedangkan pupuk daun digunakan untuk merangsang pembungaan dan mendukung pertumbuhan daun. Kegiatan pemupukan dengan menggunakan pupuk kandang dan NPK dilakukan tiap empat bulan sekali. Dosis pupuk kandang dan NPK per pohon belimbing disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Dosis Pupuk Kandang dan NPK pada Usahatani Belimbing Dewa diKota Depok

Waktu Pemupukan Dosis Pupuk Sekali Pemakaian (kilogram/pohon)

Pupuk Kandang Pupuk NPK

3-12 bulan setelah tanam 20-30 0,2-0,3

1-3 tahun setelah tanam 30-40 0,4-0,6

> 3 tahun setelah tanam 40-60 0,7-1,0

Sumber: Dinas Pertanian Kota Depok (2007b)

Prosedur pelaksanaan pemberian pupuk diantaranya sebagai berikut : 1. Menyiapkan alur lubang pupuk di bawah lingkaran tajuk sedalam 20

centimeter dan selebar cangkul.

2. Menyiapkan pupuk sesuai jenis dan dosis yang akan digunakan.

3. Memasukkan pupuk ke dalam lubang tanam kemudian menutupnya. Apabila pupuk daun yang akan diberikan, maka harus membuat larutan pupuk terlebih dahulu, kemudian pupuk disemprotkan ke tanaman dengan menggunakan hand sprayer atau power sprayer.

(11)

5.4.3. Pengairan Tanaman Belimbing Dewa

Kegiatan pengairan dilakukan untuk menyediakan kebutuhan air bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman belimbing. Sebelum kegiatan pengairan dilakukan, hal yang harus diperhatikan adalah melihat kondisi tanaman dan tanah. Pengairan harus dihentikan jika kondisi tanah telah cukup lembab. Air yang digunakan sebagai sumber pengairan berasal dari air hujan, irigasi sederhana maupun sumur bor yang dimiliki oleh petani. Petani responden pada umumnya melakukan kegiatan pengairan hanya pada musim kemarau. Bahkan ada yang sama sekali tidak melakukan pengairan dengan alasan tanaman belimbing akan terus berproduksi walaupun dalam kondisi kering.

5.4.4. Pemangkasan Tanaman Belimbing Dewa

Kegiatan pemangkasan dibagi menjadi dua jenis yaitu kegiatan pemangkasan bentuk dan kegiatan pemangkasan pemeliharaan. Kegiatan pemangkasan bentuk adalah kegiatan membentuk cabang atau ranting tanaman agar mempunyai tajuk yang diharapkan dan dengan tujuan agar lebih memudahkan petani dalam melakukan kegiatan pengelolaan, perawatan dan pemanenan. Sedangkan pemangkasan pemeliharaan adalah memotong cabang atau ranting tanaman yang tidak produktif dan tidak dikehendaki. Hal ini bertujuan untuk merangsang pembungaan, membuang ranting atau cabang yang mati, tunas air maupun cabang yang tidak produktif serta untuk memudahkan sinar matahari masuk sampai cabang-cabang terbawah. Kegiatan pemangkasan dilakukan pada saat setelah panen.

5.4.5. Sanitasi Kebun serta Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Belimbing Dewa

Sanitasi kebun adalah kegiatan menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan kebun. Sanitasi kebun penting dilakukan untuk memberikan lingkungan tumbuh yang baik bagi pertumbuhan tanaman dan memutuskan siklus hidup Hama dan Penyakit Tanaman (HPT). Kegiatan ini meliputi pembersihan gulma yang tumbuh di sekitar tanaman dan membersihkan buah belimbing yang jatuh ke tanah dan yang tersangkut di pohon. Kegiatan sanitasi kebun dapat dikatakan sebagai kegiatan pencegahan terhadap datangnya HPT.

(12)

Pengendalian HPT adalah tindakan yang dilaksanakan untuk mencegah kerugian seperti penurunan mutu dan produksi buah belimbing yang diakibatkan oleh hama dan penyakit tanaman. Sebelum melakukan kegiatan pengendalian HPT, petani harus melakukan pengamatan terhadap HPT di kebun secara teratur dan berkala. Dengan mengenali HPT yang menyerang dan gejala serangannya, maka petani dapat melakukan tindakan atau cara yang tepat untuk mengatasinya.

Menurut Dinas Pertanian Kota Depok (2007b) ada beberapa hama dan penyakit yang dapat menyerang tanaman belimbing, diantaranya adalah:

1. Lalat buah (Batrocero carambolae atau Batrocero dorsalis)

Untuk menghindari serangan lalat buah, petani disarankan agar membungkus buah pada saat tiga sampai empat minggu setelah buah terbentuk. Jika ada buah yang terserang atau jatuh, maka harus dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam kantung plastik lalu dibenamkan ke dalam tanah sedalam 30 centimeter atau dibakar. Pengendalian menggunakan insektisida juga dapat dilakukan. Insektisida yang digunakan adalah insektisida sistemik atau kontak dengan bahan aktif dimethoate, melathion, fenthion atau maldison. Pengendalian juga dapat dilakukan dengan menggunakan perangkap lalat buah dengan memakai zat yang disebut feromon yaitu methyl eugenol yang biasanya ditemukan dengan merek dagang Petrogenol 800 L. Kerapatan perangkap yang dianjurkan adalah 20-25 buah perangkap per hektar. Seluruh petani responden telah menggunakan perangkap lalat buah untuk mengatasi serangan lalat buah yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas buah belimbing yang dihasilkan.

2. Jamur upas (Upasita salminicolor, Corticium salminicolor atau Pelliculariasalminicolor)

Penyakit ini menyerang bagian batang atau cabang tanaman. Jika serangan sudah berat maka dapat mengakibatkan batang mengering dan lapuk. Pengendaliannya dapat dilakukan dengan cara menyemprot atau mengoleskan cabang yang sakit dengan fungisida Bubur Bordeaux atau Calixin atau dapat juga menggunakan jenis fungisida seperti Benlate.

3. Bercak daun cercospora

Bercak daun ini disebabkan oleh jamur Cercospora averrhoae. Penyakit ini menyerang daun, tangkai daun dan batang muda. Penyakit yang disebabkan karena jamur ini menyebabkan terjadinya bercak-bercak daun dengan tepi daun

(13)

berwarna coklat tua atau ungu. Serangan yang hebat dapat menyebabkan daun kuning hingga rontok. Pengendalian dapat dilakukan dengan menyemprotkan fungisida kaptafol atau fungisida lain seperti Difolatan.

5.4.6. Pembungkusan dan Penjarangan Buah Belimbing Dewa

Pembungkusan buah dilakukan pada buah muda yang telah berukuran panjang 3 centimeter atau lebih tepatnya ketika buah telah berumur 25-30 hari sejak bunga mulai mekar. Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah buah dari gangguan hama dan meningkatkan mutu buah yaitu buah cepat besar, bersih dan berpenampilan menarik. Agar diperoleh buah yang besar maka dalam satu dompolan buah maksimal dipelihara sebanyak lima buah. Buah yang dibungkus dipilih buah yang memenuhi kriteria bentuk bagus (tidak bengkok), sehat (kulitbuah tidak berbintik hitam), tidak cacat dan tangkai buah besar. Buah yang tidak sesuai dengan kriteria akan dibuang dan dilakukan penjarangan buah.

Bahan pembungkus buah yang digunakan petani responden adalah karbon dan plastik mulsa hitam perak. Namun, karena keberadaan karbon yang mulai langka di pasaran maka banyak petani yang beralih kepembungkus berbahan plastik mulsa hitam perak. Penjarangan buah yaitu mengurangi jumlah buah pada tanaman. Kegiatan ini bertujuan guna meningkatkan ukuran dan mutu buah. Kegiatan penjarangan buah dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembungkusan buah. Buah yang dibuang adalah buah yang bentuk dan ukurannya tidak normal, buah yang terserang HPT, buah yang terdapat di ujung ranting atau cabang serta buah yang memiliki tangkai buah yang kurus. Buah hasil penjarangan kemudian dikumpulkan dan ditimbun dalam tanah.

5.4.7. Panen Buah Belimbing Dewa

Sebelum melakukan kegiatan pemanenan, sebaiknya dilakukan terlebih dahulu pengamatan pada buah yang akan dipanen. Hal ini dilakukan untuk memperoleh buah yang sesuai tingkat kematangan dan waktu pemetikan yang tepat. Panen Belimbing dilakukan tiga kali dalam satu tahun, yaitu pada bulan Januari hingga Februari, Mei hingga Juni dan September hingga Oktober. Pemanenan biasanya dilakukan saat buah berumur 50-60 hari sejak bunga mekar.

(14)

Tabel 10. Ciri-ciri Indeks Kematangan Buah Belimbing Dewa di Kota Depok

Indeks Kematangan Buah Ciri-ciri Buah Belimbing Dewa

Indeks I Buah berwarna hijau keputihan

Indeks II Buah berwarna putih kekuningan

Indeks III Buah berwarna kuning kehijauan

Indeks IV Buah berwarna kuning tua kehijauan

Indeks V Buah berwarna kuning kemerahan

Indeks VI Buah berwarna oranye kemerahan

Indeks VII Buah berwarna oranye kemerahan, buah terlalu matang

Sumber: Dinas Pertanian Kota Depok (2007b)

Buah sudah dapat dipanen saat telah memasuki indeks kematangan buah IV. Indeks kematangan IV dipilih dengan tujuan agar buah tidak cepat busuk dalam proses penyimpanan. Ciri indeks kematangan buah dapat dilihat pada Tabel 10. Hasil buah yang dipanen dibagi menjadi tiga kelas (grade). Grade A adalah buah dengan berat lebih dari 250 gram. Grade B yaitu buah dengan berat 200 sampai 250 gram, sedangkan grade C adalah buah dengan berat kurang dari 200 gram.

Gambar

Tabel  7.  Jumlah  Petani  Responden  berdasarkan  Kriteria  Status  Kepemilikan  Lahan
Tabel 10. Ciri-ciri Indeks Kematangan Buah Belimbing Dewa di Kota Depok

Referensi

Dokumen terkait

dengan cara menurunkan aktivitas serum Alanine Aminotransferase (ALT) dan Aspartate Aminotransferase (AST) dan untuk mengetahui berapa dosis optimum ekstrak metanol

Melaporkan kepada Kepala Cabang/ Teknisi tentang semua kegiatan pelayanan purna Jual yang dilakukan.. di dalam perusahaan secara

Berfungsi sebagai pemutus dan penghubung arus listrik dengan cepat dalam keadaan normal maupun gangguan kubikel ini disebut juga istilah kubikel pmt (pemutus

Because the program evaluation activities we engage in with a community partner are for the agency’s internal purposes, are not designed to add to generalizable

Oleh karena itu, sangat minim sekali kasus-kasus pada perbankan syariah yang diselesaikan melalui jalur litigasi, hal ini dapat dilihat dari minimnya perkara sengketa ekonomi

Despite the knowledge that HIV-1 and MLV integrate into specific features of genes and the observation that Tf1 integrates into promoters, it has not been possible to

Pengetahuan dan sikap gizi kader dan ibu balita di posyandu dan pengaruhnya terhadap status gizi balita di Desa Babakan, Bogor Barat [skripsi] Bogor : Fakultas

Discharge planning adalah suatu proses yang berkesinambungan dan harus Discharge planning adalah suatu proses yang berkesinambungan dan harus saudah dimulai sejak sebelum pasien