• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Dalam Pengangkutan Kapal Penyeberangan Di Kawasan Medan Belawan (Studi Pada Kantor PT PELNI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Dalam Pengangkutan Kapal Penyeberangan Di Kawasan Medan Belawan (Studi Pada Kantor PT PELNI)"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP ANGKUTAN PERAIRAN DARATAN

A. Sejarah Transportasi Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan

Transportasi merupakan salah satu aspek yang paling penting dan juga

strategis di dalam memperlancar roda pembangunan, memperkokoh persatuan dan

kesatuan serta mempengaruhi seluruh aspek kehidupan. Transportasi juga

berperan sebagai penunjang, pendorong dan penggerak bagi pertumbuhan daerah

yang berpotensi namun belum berkembang dalam upaya peningkatan dan

pemerataan pembangunan. Transportasi meningkat sesuai dengan kebutuhan

zaman seiring dengan tingkat pertumbuhan penduduk dan taraf kehidupan.14

Kita dapat mengerti bahwa transportasi melalui air telah ada jauh sebelum

adanya transportasi di darat. Sebab air mempunyai permukaan yang datar, air

tidak mempunyai rintangan seperti hutan, bukit ataupun rawa. Dan keuntungan

besar ialah bahwa daya geser pada air boleh dikatakan tidak ada, jadi hanya

diperlukan sedikit tenaga. Perkembangan permbuatan kapal cukup mantap

meskipun lambat. Diperkirakan bermula empat ribu tahun yang lalu sebelum

Masehi di Timur Tengah. Sejak 3500 SM layar dan tiang kapal sudah umum di

gunakan, kadang-kadang ditambah dengan dayung yang di kayuh oleh

budak-budak. Dibelakang kapal di pasang sebuah dayung khusus sebagai kemudi kapal

yang dilakukan oleh satu orang, kemudian kapal-kapal menjadi besar dan dayung

di ikat erat-erat dengan tali cambuk, atau dengan tali kulit supaya lebih kuat pada

buritan kapal dan kemudi. Dengan sebuah pengumpil dayung itu dapat

digerakkan.

14

(2)

Mula- mula kapal hanya di gunakan di sungai-sungai besar dan juga

kapal-kapal masih di buat dari kayu bermutu rendah,seperti kayu buluh dan kayu pohon

akasia. Kemudian ilmu bangunan kapal lahir sesudah penemuan kompas kapal

pada abad ke empat belas. Ilmu ini meliputi cara-cara membuat kapal maupun

dasar teoretis bangunan kapal, dan seratus tahun kemudian kapal layar masih

belum dapat sama sekali menggantikan kapal dayung. Kapal dayung akhirnya

lenyap waktu.

Selama abad ke tujuh belas dan delapan belas kapal layar makin besar,

makin cepat, dan semakin sempurna. Bermacam jenis kapal di kembAngkan, dari

jenis kapal berlayar satu sampai dengan jenis kapal berlayar empat atau sekunar

untuk aneka kebutuhan baik untuk perang maupun untuk keperluan angkutan

biasa. Dalam pembuatan kapal, Inggris memegang peran utama.mereka membuat

kapal-kapal dagang besar untuk berlayar ke Asia Timur. Fregat, kapal-kapal

perang kecil layar tiga yang cepat bergerak, korvet, kapal perang cepat untuk

mengiring konvoi, dan yang terakhir , mungkin kapal yang paling bagus kliper-

sebuh kapal yang cepat, indah, panjang dan ringkas, khusus di buat untuk

mengangkut teh dari Timur jauh ke Inggris atau untuk mengangkut bulu domba.

Setelah kapal api datang, Kliper masih bertahan kira-kira tiga perempat abad

karena kecepatannya bias mencapai rata-rata 20 knot. Kapal cepat juga di

perlukan Inggri untuk mengangkut orang imigran ke Australia dalam persaingan

keras dengan Amerika. Beberapa abad yang lain orang sudah mencoba

menjalankan kapal dengan tenaga uap.

Pada tahun 1736 seorang ahli mesin bangsa Inggris yang bernama

Jonathan Hulls mengeluarkan paten untuk kapal tunda bermesin yang tak pernah

(3)

membuat kapal api yang di berinama Comet .dari itu kapal api sangat

berkembang. Kapal api dengan kincir memakai banyak bahan bakar dan terang

bahwa biaya untuk menjalankannya tinggi. Kecepatannya pun terbatas karena

mesin-mesin tidak dapat dibuat terlalu berat , supaya rAngka kapal yang dibuat

dari kayu tidak pecah. Kayu cukup untuk mengangkut muatan seberat bobotnya.

Besi dapat mengangkut muatan dua kali berat bobotnya, dan baja lebih besar lagi.

Tetapi kebanyakan orang berkeberatan terhadap kapal besi, lagi pula menurut para

ahli kapal akan tenggelam sampai dasar laut seperti itik mainan dari tembaga. Ada

beberapan kapal api dengan kicir kayu yang menjadi terkenal karena melintasi

lautan Atlantik.

Kapal api berkincir kayu ini tidak bertahan lama. Pada saat yang

bersamaan dengan penemuan baling-baling , kapal- kapal dari besi mulai juga

dibuat. Tetapi pada saat itu masih belum ada mesin yang dapat menggerakkan

baling-baling tersebut,Besi yang baru saja menggantikan kayu dalam pembuatan

kapal kini sudah diganti lagi dengan baja .Kapal pertama dari baja diluncurkan

pada tahun 1863 dan sepuluh tahun kemudian baja hampir sama sekali

meggantikn besi. Hal ini mungkin sudah ditemukan cara membuat baja yang

mudah murah dan juga efisien.

Sementara itu sebuah kapal penumpang yang dilengkapi dengan mesin

turbin, King Edward ( sebuah kapal tamasya yang kecil ) di turunkan keair di

Clyde pada tahun 1902. Kapak itu berlayar selama 50 tahun, suatu rekor baru

sebuah kapal. Pada tahun 1903, Emmerald, Kapal pesiar kecil juga dengan

perlengkapan turbin, menyeberangi laut atlantik, Lusitania dan Mauretania dua

(4)

Jenis standart kapal penumpang sejak jaman sebelum perang dunia I ialah

kapal Mil turbin dengan minyak, dan kemungkinan kecil bahwa dikemudian hari

akan diganti dengan lain macam mesin pendorong kapal. Kepercayaan

perusahaan-perusahaan kapal pada kombinasi minyak dan uap untuk transportasi

laut dibuktikan lagi pada tahun 1960 dengan kapal terbesardi dunia, yang baru

dibuat oleh Inggris, yaitu Queen Elizabeth II . Kapal ini mempunyai dua turbin

utama, masing-masing berkapasitas 50.000 daya kuda dan membangkitkan

kecepatan sekitar 30 knot. Sayang, turbin gas, seperti juga mesin diesel yang dapat

digunakan dengan bahan minyak yang lebuh murah, tak dapat memuaskan benar

jika dipakai alat untuk penggerak kapal.

Masalah utama terletak pada jumlah Pemakaian bahan bakar dan suhu

kerjanya. Akan tetapi, telah dapat ditemukan suatu alat yang dinamakan “ mesin

piston – bebas” dimana gas di mekarkan dalam turbin berbalik pada tekanan

sedang dan suhu sedang sejak tahun 1953 telah dicoba pada berapa kapal muatan

Samudera , kapal penghela jala, kapal penyusur, dan kapal perang kecil, dan

ternyata hasilnya memuaskan. Perkembangan lain ialah mendorong dalam bentuk

turbin gas-listrik , yang bekerja seperti mesin diesel listrik. Sejak saat itu

kapal-kapal terus berkembanga hingga saat ini.15

B. Pengaturam Hukum tentang Angkutan Perairan, Sungai dan Danau

Dalam perjalanan waktu, Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang

Pelayaran perlu dilakukan penyesuaian karena telah terjadi berbagai perubahan

paradigma dan lingkungan strategis, baik dalam sistem ketatanegaraan Indonesia

seperti penerapan otonomi daerah atau adanya kemajuan di bidang ilmu

pengetahuan. Maka dari itu dilakukanlah penyempurnaan dari Undang-undang

15

(5)

Nomor 21 tahun 1992, menjadi Undang-undang Nomor 17 tahun 2008. Undang-

undang tentang Pelayaran terdapat empat unsur utama, yakni masing-masing

transportasi di perairan, kepelabuhan, keselamatan dan keamanan pelayaran, dan

perlindungan lingkungan maritim.

Pengaturan untuk bidang keselamatan dan keamanan pelayaran memuat

ketentuan yang mengantisipasi kemajuan teknologi dengan mengacu pada konvesi

internasional yang cenderung menggunakan alat yang mutakhir pada sarana dan

prasarana keselamatan pelayaran.16

Menurut Bab V Undang-undang Nomor 17 tahun 2008, transportasi di

perairan terdapat dua belas bagian dapi Pasal 6 sampai dengan Pasal

59,masing-masing bagian kesatu tentang jenis angkutan di perairan terdapat dalam Pasal 6,

Bagian Kedua tentang angkutan laut yang terdiri atas lima paragraf

masing-masing dari Pasal 7 sampai dengan Pasal 17, Bagian ketiga tentang angkutan

sungai dan danau dari Pasal 18 sampai dengan Pasal 20, Bagian Keempat tentang

angkutan penyeberangan dari Pasal 21 sampai dengan Pasal 23, Bagian Kelima

tentang angkutan di perairan untuk daerah yang masih tertinggal dan/atau wilayah

terpencil dari Pasal 24 sampai dengan Pasal 26, Bagian Keenam tentang perizinan

angkutan dari Pasal 27 sampai dengan Pasal 30, Bagian Ketujuh tentang usaha

jasa terkait dengan angkutan di perairan dari Pasal 31 sampai dengan Pasal 34,

Bagian Kedelapan tentang tarif angkutan dan usaha jasa terkait dari Pasal 35

sampai dengan Pasal 37, Bagian Kesembilan tentang kewajiban dan tanggung

jawab pengangkut yang terdiri atas tiga paragraf dari Pasal 38 sampai dengan

Pasal 49, Bagian Kesepuluh tentang angkutan multimoda dari Pasal 50 sampai

16

(6)

dengan Pasal 55, Bagian Kesebelas tentang pemberdayaan industri angkutan

perairan nasional dari Pasal 56 sampai dengan Pasal 58 dan Bagian Keduabelas

tentang sanksi administratif terdapat dalam Pasal 59 UURI No.17 Tahun 2008.17

a) Angkutan perairan

Mengenai angkutan di perairan terdapat berbagai jenis mulai dari angkutan

laut dalam negeri, angkutan laut luar negeri, angkutan laut khusus, angkutan laut

pelayaran rakyat, angkutan sungai dan danau, angkutan penyeberangan dan juga

angkutan perintis.

Kegiatan angkutan laut dalam negeri dilakukan oleh perusahaan angkutan

laut nasional dengan menggunakan kapal berbendera Indonesia serta di awaki

oleh awak kapal berkewarganegaraan Indonesia. Pengguaan kapal berbendera

Indonesia oleh perusahaan angkutan laut nasional tersebut dimaksud dalam

rAngka pelaksanaan asas cabotage untuk melindungi kedaulatan ( sovereignity)

dan mendukung perwujudan Wawasan Nusantara serta memberikan kesempatan

berusaha seluas-luasnya bagi perusahaan angkutan laut nasional untuk

memperoleh pangsa pasar, oleh karena itu kapal asing dilarang mengangkut

penumpang dan/atau barang antarpulau atau antarpelabuhan di wilayah laut

teritorial beserta perairan kepulauan dan perairan pedalamannya.

Berdasarkan ketentuan demikian jelas Undang-undang Nomor 17 Tahun

2008 tetap mempertahankan dan lebih mempertegas dalam memberlakukan asas

cabotage dibandingkan dengan Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang

pelayaran. Yang dimaksud dengan asas cabotage adalah hak untuk melakukan

17

(7)

pengangkutan penumpang,barang dan pos secara komersial dari satu pelabuhan

kepelabuhan yang lain di dalam wilayah kedaulatan Republik Indonesia.18

b. Wilayah Operasi

Dalam penyelenggaraan pelayanan angkutan perairan berdasarkan Pasal 2

menyebutkan dalam pelayanannya terdapat dua trayek yaitu trayek tetap dan

trayek teratur. Kapal yang melayani angkutan perairan,sungai dan danau, bias di

tempuh melalui trayek yang tetap dan dilakukan dalam jaringan trayek, yang

dimana jaringan trayek terdiri dari :

1) Trayek utama, yaitu menghubungkan antara pelabuhan perairan,sungai

dan danau yang berfungsi sebagai pusat penyebaran.

2) Trayek cabang, yaitu menghubungkan antara pelabuhan laut, sungai

dan danau yang berfungsi sebagai pusat penyebaran dengan yang

bukan berfungsi sebagai pusat penyebaran atau antar pelabuhan yang

bukan berfungsi sebagai pusat penyebaran.

Mengenai ketentuan trayek utama dan trayek cabang tercantum dalam

Pasal 12 Ayat(1) Peraturan Pemerintah Perhubungan Nomor KM 58

Tahun 2007.19

Pelaksanaan kegiatan angkutan laut dalam negeri, disamping dilaksanakan

dengan

Trayek secara tetap dan teratur (liner) juga dapat dilengkapi dengan trayek tidak

tetap dan tidak teratur (tramper), namun demikian pengoperasian kapal pada

trayek tidak tetap dan tidak teratur (tramper) yang dilakukan oleh perusahaan

angkutan laut nasional wajib dilaporkan kepada pemerintah. Ketentuan mengenai

kegiatan angkutan laut dalam negeri diatur lebih lanjut dengan perturan

18

Ibid, Hal. 14 19

(8)

pemerintah, karena itu berdasarkan Pasal 10 Undang-undang Nomor 17 Tahun

2008 berlaku Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010.20

Penetapan lintas angkutan penyeberangan dilakukan dengan

memperimbAngkan :

a. Pengembangan jejaring dan/atau jejaring jalur kereta api yang dipisahkan

oleh perairan;

b. Berfungsi sebagai jembatan;

c. Hubungan antara dua pelabuhan, antara perlabuhan dan terminal dan antar

dua terminal penyeberangan dengan jarak tertentu, karena tidak semua

daratan yang dipisahkan oleh perairan dihubungkan oleh angkutan

penyeberangan, tetapi daratan yang dihubungkan merupakan

pengembangan jejaring jalan dan/atau jejaring jalur kereta api yang di

pisahkan oleh perairan, dengan memenuhi karakteristik angkutan

penyeberangan;

d. Tidak mengangkut barang yang diturunkan dari kendaraan pengangkutnya;

e. Rencana tata ruang wilayah; dan

f. Jejaring trayek angkutan laut sehingga dapat mencapai optimalisasi

keterpaduan antara dan intramoda.

Ketentuan lebih lanjut mengenai kegiatan angkutan penyeberangan diatur

dengan peraturan pemerintah, karena itu berdasarkan Pasal 353 Undang-undang

Nomor 17 Tahun 2008 beraku Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010.

Menurut Peraturan Pemerintah tersebut penyelenggaraan angkutan

penyeberangan dilakukan oleh perusahaan angkutan penyeberangan dengan

20

(9)

menggunakan kapal berbendera Indonesia yang memenuhi persyaratan

kelaiklautan dan diperuntukkan bagi angkutan penyeberangan, dalam jadwal tetap

dan teratur (liner) untuk melayani lintas penyeberangan yang di tetapan oleh

Menteri Perhubungan dan Keputusan Menteri Perhubungan KM 32 Tahun 2001.21

C ) Persyaratan Operasional

Setiap kapal yang melayani angkutan penyeberangan perairan, sungai dan

danau wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut :

(1) Memenuhi persyaratan teknis/ kelaikan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

(2) Memiliki fasilitas sesuai dengan spesifikasi teknis prasarana pelabuhan

pada trayek yang dilayani.

(3) Memiliki awak kapal sesuai dengan ketentuan persyaratan pengawakan

untuk kapal sungai dan danau.

(4) Memiliki fasilitas utama dan/atau pendukung baik bagi kebutuhan awak

kapal maupun penumpang, barang, dan/atau hewan, sesuai dengan

persyaratan teknis yang berlaku.

(5) Mencantumkan identitas perusahaan/ pemilik dan nama kapal yang

ditempatkan pada bagian kapal yang mudah dibaca dari samping kiri dan

kanan kapal.

(6) Mencantumkan informasi/ petunjuk yang diperlukan dengan

menggunakan bahasa Indonesia.22

Setiap kapal yang memiliki ukuran di bawah GT 7 yang akan di

operasikan untuk melayani angkutan sungai dan danau, dapat diukur dan

21

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 32 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Angkutan Penyeberangan.

22

(10)

didaftrakan, dan memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal dan pengawakan kapal,

sedAngkan kapal yang memiliki ukuran mulai dari GT 7 ke atas akan di

operasikan untuk melayani angkutan sungai dan danau, wajib diukur dan didaftar,

memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal persyaratan pengawakan kapal, dan

dapat diberikan tanda kebangsaan. Kapal yang telah di ukurdan didaftarkan,

memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal, persyaratan pengawakan kapal dapat

dapat diberi surat ukur dan surat tanda kebangsaan Indonesia.

Kapal yang telah memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal dan

pengawakan kapal tersebut diberikan sertifikat kelikan kapal dan sertifikat

pengawakan kapal. Sertifikat kelaikan kapal dan sertifikat pengawakan kapal

untuk kapaldi bawah GT 7 diberikan oleh Bupati/Walikota sebagai tugas

desentalisasi,sebaliknya kapal yang berukuran lebih dari GT 7 di berikan oleh

Bupati/Walikota setempat sebagai tugas pembantuan. Pemberian sertifikat dan

surat-surat tersebut yang di bawah GT 7 merupakan atas dasar pedoman dan

prosedur yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut, SedAngkan

kapal yang memiliki ukuran mulai dari GT 7 ke atas didasarkan pada peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Kapal sungai dan danau yang di beri izin

berlayar tersebut hanya boleh berlayar di wilayah operasi yang diberikan, Dalam

hal kapal tersebut akan berlayar ke laut harus memenuhi persyaratan kelaiklautan

kapal.

Awak kapal yang bertugas dalam pengoperasian kapal untuk pelayanan

angkutan laut wajib :

a. Memakai pakaian yang sopan atau pakaian seragam bagi awak kapal

(11)

b. Tidak minum-minuman yang mengandung alkohol, obat bius, narkotika,

maupun obat lain yang memengaruhi pelayanan dalam pelayaran;

c. Mematuhi waktu kerja, waktu istirahat, dan pergantian awak kapal sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.23

Kegiatan angkutan perairan, sungai dan danau berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Kegiatan pengangkutan perairan, sungai dan danau di dalam negeri,

dilakukan oleh orang perseorangan warga Negara Indonesia atau badan

usaha dengan menggunkan kapal berbendera Indonesia yang memenuhi

persyaratan kelaiklautan kapal serta di awaki olek awak kapal

berkewarganegaraan Indonesia.

2) Kegiatan angkutan perairan, sungai dan danau antara Negara Republik

Indonesia dan Negara tetangga, dilakukan bedasarkan perjanjian antara

Pemerintah Republik Indonesia dengan Pemerintah Negara tetangga yang

bersangkutan.

3) Angkutan perairan, sungai dan danau yang dilakukan antara dua Negara

hanya dapat dilakukan oleh kapal berbendera Indonesia dan/atau kapal

yang berbendera Negara yang bersangkutan.

4) Kegiatan perairan, sungai dan danau disusun dan dilakukan serta terpadu

dengan memperhatikan intra dan antarmoda yang merupakan suatu

kesatuan sistem transportasi nasional.

5) Kegiatan angkutan perairan, sungai dan danau dapat dilaksanakan dengan

menggunakan trayek tetap dan teratur atau trayek tidak tetap dan tidak

teratur.24

23

(12)

Kelima point di atas dapat dilihat di dalam Pasal 18 dan Pasal 19

Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang pelayaran.

C. Pihak Dalam Penyelenggaraan Pengangkutan Angkutan

Penyeberangan

Yang dimaksud dengan pihak-pihak dalam pengangkutan adalah para

subjek hukum sebagai pendukung hak dan kewajiban dalam bubungan hukum

pengangkutan. Mengenai siapa saja yang menjadi pihak-pihak dalam

penyelenggaraan pengangkutan ada beberapa pendapat yang dikemukakan para

ahli antara lain; Menurut HMN Purwosutjipto, pihak – pihak pengangkutan yaitu

pengangkut dan pengirim. Pengangkut adalah orang yang mengikatkan diri untuk

menyelenggarakan pengangkutan adalah orang yang mengikakan diri untuk

menyelenggarakan pemgangkutan barang dan/atau orang dari suatu tempat ke

tempat tujuan tertentu dengan selamat. Lawan dari pihak pengangkut ialah

pengirim yaitu pihak yang mengikat diri untuk membayar uang angkutan,

dimaksud juga ia memberikan muatan.

Sementara itu Abdulkadir Muhammad menjelaskan, pihak-pihak dalam

perjanjian pengangkutan niaga adalah mereka yang langsung terkait memenuhi

kewajiban dan memeperoleh hak dalam perjanjian pengangkutan niaga. Mereka

adalah pertama pengangkut yang berkewajiban pokok menyelenggarakan

pengangkutan dan berhak atas biaya pengangkutan. Kedua pengirim yang

berkewajiban pokok membayar biaya angkutan dan berhak atas penyelenggaraan

pengangkutan barangnya. Ketiga penumpang yang berkewajiban pokok

membayar biaya angkutan dan berhak atas penyelenggaraan pengangkutan.

Sedangkan dalam hal perjanjian pengangkutan penumpang, maka pihak

yang terkait adalah :

1. Pihak pengangkut ( penyedia jasa angkutan ) yakni pihak yang

berkewajiban memberikan pelayanan jasa angkutan penumpang dan

24

(13)

berhak atas penerimaan pembayaran tarif ( ongkos ) angkutan sesuai

dengan yang telah di tetapkan.

2. Pihak penumpang ( pengguna jasa angkutan ), yakni pihak yang berhak

mendapatkan pelayanan jasa angkutan penumpang dan berkewajiban

untuk membayar tarif ( ongkos) angkutan sesuai yang telah di tetapkan.25

Subjek hukum adalah pendukung hak dan kewajiban. Subjek hukum

pengangkutan adalah pendukung hak dan kewajiban dalam hubungan hukum

pengangkut, yaitu pihak-pihak yang terlibat secara langsung dalam proses

perjanjian sebagai pihak dalam perjanjian pengangkutan atau mereka yang secara

langsung terikat memenuhi kewajiban dan memperoleh hak dalam pengangkutan.

Mereka itu adalah pihak :

1. Pengangkut

Berkewajiban utama menyelenggarakan pengangkutan dan berhak atas

biaya pengangkutan.

2. Pengirim

Berkewajiban utama membayar biaya pengangkutan dan berhak atas

pelayanan pengangkutan barangnya.

3. Penumpang

Berkewajiaban utama membayar biaya pengangkutan dan berhak atas

pelayanan pengangkutan.

Ada juga mereka yang secara tidak langsung terikat pada perjanjian

pengangkutan, tetapi bukan pihak dalam peranjian pengangkutan, melainkan

bertindak atas nama atau untuk kepentingan pihak lain, seperti :

a. Perusahaan ekspedisi muatan;

b. Perusahaan agen perjalanan;

c. Perusahaan muat bongkar;

25

(14)

d. Perusahaan pergudangan atau karena memperoleh hak dalam petianjian

pengangkutan, dan;

e. Penerima kiriman.

1) Pengangkut (Carrier)

Secara umum, dalam kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)

Indonesia tidak dijumpai defenisi pengangkut, kecuali dalam pengangkutan laut.

Akan tetapi, dilihat dari pihak dalam perjanjian pengangkutan, pengangkut adalah

pihak yang mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan orang atau

penumpang dan atau barang.

Dilihat dari sisi statusnya sebagai badan yang bergerak di bidang jasa

pengangkutan, pengangkut dapat dikelompokkan dalam empat jenis, yaitu

perusahaan pengangkutan kereta api, perusahaan pengangkutan jalan, perusahaan

pengangkutan perairan, dan perusahaan pengangkutan udara. Dilihat dari sisi

kepemilikan badan usaha, pengangkut dapat dikelompokkan dalam tiga jenis,

yaitu:

(a) Badan Usaha Milik Negara (BUMN),

Ada yang berbentuk perusahaan persero (Persero), contohnya PT Kereta

Api Indonesia (Persero), dan PT Garuda Indonesia Airlines (Persero) dan

PT Pelayaran Nusantara Indonesia (Persero). Ada juga yang berbentuk

perusahaan Umum (Perum). Contoh Perum DAMRI.

(b) Badan Usaha Milik Swasta (BUMS)

Umumnya berbentuk badan bukum perseroan terbatas, contohnya PT

Lintas Sumatera, PT Samudra Indonesia, PT sriwijaya Airlines, dan PT

Lion Airlines, sedAngkan yang berbentuk badan hukum koperasi,.

contohnya Taksi Kopti Jaya. Akan tetapi, ada juga yang berbentuk

(15)

(c) Badan Usaha Milik Perseorangan

Contohnya PO Putra Remaja.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan kriteria pengangkut menurut

Undang-Undang Pengangkutan Indonesia adalah:

1.1 Perusahaan penyelenggara pengangkutan;

1.2 Menggunakana alat pengangkut mekanik;

1,3 Penerbit dokumen pengangkutan; dan

1.4 Memperoleh izin usaha dari pemerintah Indonesia. 26

Di tinjau dari sisi statusnya sebagai badan yang bergerak di bidang jasa

pengangkutan, yaitu perusahaan pengangkutan perairan daratan. Pengangkutan

perairan merupakan kegiatan mengangkut dan/atau memindahkan penumpang

dan/atau barang dengan menggunakan kapal. Perusahaan pengangkutan perairan

wajih mengangkut penumpang dan/atau barang setelah disepakati perjanjian

pengangkutan perairan. Karcis penumpang dan dokumen muatan merupakan

tanda bukti telah teriadi perjanjian pengangkutan perairan.

Pengangkutan pada pengangkutan perairan adalah perusahaan angkutan

perairan dengan menggunakan kapal yang mendapat izin operasi dari pemerintah

dengan memungut bayaran. Pengangkutan perairan daratan dapat berupa

pengangkutan sungai, danau dan penyeberangan laut. Penyelenggaraan

pengangkutan di perairan dalam negeri (pengangkutan sungai, danau dan

penyeberangan laut) dilakukan dengan menggunakan kapal berbendera Indonesia.

Penyelenggaraan pengangkutan sungai dan danau disusun secara terpadu

intra dan antarmoda yang merupakan satu kesatuan tatanan pengangkutan

nasional. Pengangkutan sungai dan danau diselenggarakan dengan menggunakan

26

(16)

trayek tetap dan teratur yang dilengkapi dengan trayek tidak tetap dan tidak

teratur. Khusus pengangkutan menyeberang lautan (samudera) harus

diselenggarakan oleh pengangkut yang berbentuk badan hukum, sedAngkan

pengangkutan di perairan boleh diselenggarakan oleh pengangkut yang berbentuk

badan hukum dan tidak berbentuk badan hukum (warga negara lndonesia).

Pengangkut yang berbentuk badan hukum boleh Badan usaha Milik

Negara (BUMN) misalnya PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero), boleh juga

Badan Usaha Milik swasta (BUMS), misalnya PT Bahtera Adiguna.27

2) Penumpang (Passanger)

Kitab Undang- Undang Hukum Dagang (KUHD) Indonesia menggunakan

kata "penumpang". Penumpang (passanger) adalah semua orang yang ada di

kapal, kecuali nakhoda (Pasal 341 KUHD). Perjanjian pengangkutan mewajibkan

pengangkut untuk mengusahakan keselamatan penumpang sejak saat masuk ke

kapal sampai saat keluar dari kapal (Pasal 522 Ayat(1) KUIHD). Nakhoda adalah

pemimpin kapal dan mewajibkan penumpang untuk memiliki karcis penumpang

sebagai bukti telah terjadi perjanjian pengangkutan (Pasal 530 Ayat(2) KUHD).

Dilihat dari pihak dalam perjanjian pengangkutan orang. penumpang

adalah orang-orang yang mengikatkan dirinya untuk membayar biaya

pengangkutan dan atas dasar ini ia berhak untuk memperoleh jasa pengangkutan.

Menurut perianjian pengangkutan, penumpang memiliki dua status, yaitu sebagai

subjek karena dia adalah pihak dalam perjanjian dan sebagai objek karena dia

adalah muatan yang diangkut. Sebagai pihak dalam perjanjian pengangkutan,

penumpang harus melakukan perbuatan hukum atau mampu membuat perjanjian

27

(17)

(Pasal 1320 KUHPerdata). Sehingga dapat dipahami kriteria penumpang menurut

Undang-undang pengangkutan Indonesia yaitu:

(a) Orang yang berstatus pihak dalam perjanjian pengangkutan.

(b) Pihak tersebut adalah penumpang yang wajib membayar biaya

pengangkutan.

(c) Pembayaran biaya pengangkutan dibuktikan oleh karcis yang dikuasai oleh penumpang.28

Mengenai penumpang di bawah umur, kenyataan menunjukkan bahwa

anak-anak dapat membuat perjanjian pengangkutan menurut kebiasaan yang

berlaku dalam masyarakat. Adapun yang menjadi dasar pertimbangan masyarakat

ialah fungsi dan tujuan pengangkutan. Anak-anak sekolah naik angkot atau bus

kota untuk mencapai tujuan, yaitu tiba dengan selamat di sekolah atau di rumah

masing-masing Berdasarkan kebiasaan, anak-anak melakukan perjanjian

Pengangkutan itu sudah mendapat restu dari pihak orangtua atau walinya.

Berdasarkan kebiasaan juga, pihak pengangkut sudah memaklumi hal

tersebut. Jadi yang bertanggung jawab itu adalah orang tua atau wali yang

mewakili anak- anak itu. Hal ini bukan menyimpangi undang-undang bahkan

sesuai dengan undang-undang dan hukum kebiasaan yang berlaku dalam

masyarakat.

3) Pengirim (Consigner, Shipper)

Kitab undang-undang Hukum Dagang (KUHD Indonesia juga tidak

mengatur defenisi pengirim secara umum. Akan tetapi dilihat dari pihak dalam

men pengangkutan, pengirim adalah pihak yang mengikatkan diri untuk perianjian

membayar biaya pengangkutan barang dan atas dasar itu dia berhak memperoleh

28

(18)

pelayanan pengangkutan barang dari pengangkut. Dalam bahasa Inggris pengirim

disebut consigner, khusus pada pengangkutan perairan pengangkut disebut

shipper.

Pengirim adalah pihak yang mengikatkan diri untuk membayar biaya

pengangkutan barang dan atas dasar itu berhak memperoleh pelayanan

pengangkutan dari pengangkut udara niaga. Pengirim dapat berstatus sebagai

pemilik barang sendiri atau orang lain yang bertindak atas nama pemilik barang,

misalnya ekspeditur. Pengirim dapat juga berstatus sebagai penjual dalam

perjanjian jual beli ekspor impor yang berkewajiban menyerahkan barang atau

melalui jasa pengangkutan.

Pengirim dapat juga berstatus sebagai perusahaan perseorangan atau

sebagai perusahaan badan hukum atau bukan badan hukum Pengirim dapat juga

herstatus sebagai manusia pribadi atau badan hukum nonprofit orientedcontohnya

lembaga swadaya masyarakat (LSM, NGO) yang bergerak di bidang kemanusiaan

atau kegiatan sosial.

4) Penerima (Consignee)

Dalam Undang-Undang Pengangkutan Indonesia penerima mungkin

pengirim sendiri mungkin pihak ketiga yang berkepentingan. Dalam hal penerima

adlalah pengirim, maka penerima adalah pihak dalam perjanjian pengangkutan.

Dalam hal penerima adalah pihak ketiga yang berkepentingan, penerima bukan

pihak dalam perjanjian pengangkutan, melainkan sebagai pihak ketiga yang

entingan atas barang kiriman, tetapi tergolong juga sebagai subjek hukum

pengangkutan.

Kenyataannnya, penerima adalah pengirim yang dapat diketahui dari

(19)

diketahui bahwa penerima adalah pembeli atau importir, jadi sebagai pihak ketiga

yang berkepentingan. Penerima juga adalah pihak yang meperoleh kuasa (hak)

untuk menerima barang yang dikirimkan kepadanya. Dalam hal ini, penerima

berposisi atas nama pengirim. Penerima yang berstatus pembeli dapat berupa

badan hukum, dapat juga bukan badan hukum. Akan tetapi, yang berstatus

importir selaku badan hukum. Sehingga kriteria penerima menurut

Undang-Undang Pengangkutan Indonesia, yaitu:

a) Perusahaan atau perseorangan yang meperoleh hak dari pengirim;

b) Dibuktikan dengan penguasaan dokumen pengangkutan;

c) Membayar atau tanpa membayar biaya pengangkutan.29

D. Prinsip Tanggung Jawab Angkutan Penyeberangan

Didalam pengangkutan mengenal unsur tanggung jawab yaitu:

1) Tanggung jawab hukum atas dasar kesalahan

Tanggung jawan hukum atas kesalahan (based on fault liability) terdapat

dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Dimana Pasal tersebut

juga dikenal dengan tindakan melawan hukum (onrechtsmatigdaad) berlaku

umum terhadap siapa pun termasuk perusahaan pengangkutan. Menurut Pasal

tersebut barang siapa saja yang menimbulkan kerugian (to compensate the

damage). Berdasakan ketentuan tersebut setiap orang harus bertanggung jawab

secara hukum atas perbuatannya sendiri artinya apabila karena perbuatannya

mengakibatkan kerugian kepada orang lain, maka orang tersebut harus

bertanggung jawab (liable) untuk membayar ganti kerugian yang diderita.

Menurut Pasal 1367 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, tanggung

jawab hukum terhadap orang yang menderita kerugian tidak hanya terbatas

29

(20)

kepada perbuatan sendiri, melainkan juga perbuatan, karyawan, pegawai, agen,

perwakilannya apabila menimbulkan kerugian kepada orang lain, sepanjang orang

tersebut bertindak sesuai dengan tugas dan kewajiban yang dibebankan kepada

orang tersebut. Pada prinsipnya tanggung jawab hukum atas dasar kesalahan

berlaku terhadap semua perusahaan pengangkutan. Tanggung jawab atas dasar

kesalahan harus memenuhi unsur-unsur, adanya kesalahan, kerugian dan kerugian

tersebut ada hubungannya dengan kesalahan.

Tanggung jawab berdasarkan kesalahan harus memenuhi tiga unsur yakni :

1) ada kesalahan; 2) ada kerugian; dan 3) kerugian tersebut ada hubungan dengan

kesalahan. Apabila penumpang ingin memperoleh ganti rugi atas kerugian yang

diderita, penumpang wajib membuktikan kesalahan perusahaan tersebut. Apabila

ada kesalahan, maka perusahaan bertanggung jawab membayar ganti kerugian

yang diderita oleh penumpang dan sebaliknya apabila tidak ada kesalahan atau

tidak ada kerugian, perusahaan tidak akan membayar ganti kerugian yang diderita

oleh penumpang. Para pihak baik penumpang dan/atau pengirim barang maupun

perusahaan saling membuktikan satu terhadap yang lainnya. 30

2) Tanggung jawab karena praduga

Menurut prinspi ini , pengangkut selalu di anggap bertanggung jawab atas

setiap kerugian yang timbul dari pengangkutan yang diselenggarakannya. Akan

tetapi jika pengangkut dapat membuktikan bahwa ia tidak bersalah, ia dibebaskan

dari tanggung jawab mmbayar ganti kerugian itu.

Tidak bersalah artinya tidak melakukan kelalaian, telah berupaya

melakukan tindakan yang perlu untuk menghindari kerugian, atau peristiwa yang

menimbulkan kerugian itu tidak mungkin di hindari. Beban pembuktian ada pada

30

(21)

pihak pengangkut, bukan pada pihak yang di rugikan. Pihak yang dirugikan cukup

menunjukkan adanya kerugian yang diderita dalam pengangkutan yang

diselenggarakan pengangkut. Jika perusahaan pengangkutan perairan dapat

membuktikan bahwa kerugian itu bukan disebabkan oleh kesalahannya, dia dapat

di bebaskan sebagian atau seluruh dari tanggung jawabnya( Pasal 41

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008). Walaupun terdapat pada pengangkutan perairan,

bukan berarti pada pengangkutan darat dan udara tidak diperbolehkan.

Dalam perjanjian pengangkutan, perusahaan pengangkut dan pemilik

boleh menjanjikan prinsip tanggung jawab praduga, biasanya dirumuskan dengan

“ kecuali jika perusahaan pengangkutan dapat membuktikan bahwa kerugian itu

bukan karena kesalahannya. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang ( KUHD)

Indonesia menganut prinsip tanggung jawab karena praduga”.

Apabila barang yang di angkut itu diserahkan sebagian atau seluruhnya

ataupun rusak, pengangkut bertanggung jawab mengganti kerugian kepada

pengirim, kecuali jika dia dapat membuktikan bahwa tidak diserahkan sebagian

atau seluruh atau rusaknya barang itu karena peristiwa yang tidak dapat dicegah

atau tidak dapat dihindari terjadinya (Pasal 468 Ayat(2) KUHD).

Dengan demikian, jelas bahwa dalam hukum pengangkutan Indonesia

prinsip tanggung jawab Karena kesalahan dank arena praduga kedua-duanya di

anut. Prinsip tanggung jawab Karena kesalahan adalah asas, sedAngkan prinsip

tanggung jawab karena praduga adalah pengecualiaan. Artinya, pengangkut

bertanggung jawab atas setia kerugian yang timbul dalam penyelenggaraan

pengangkutan, tetapi jika pengangkut berhasil membuktikan bahwa ia tidak

bersalah/lalai, ia dibebaskan sebagian atau seluruh dari tanggung jawabnya.31

31

(22)

3) Tanggung jawab mutlak

Menurut prinsip ini, pengangkut harus bertanggung jawab atas setiap

kerugian yang timbul dalam pengangkutan yang diselenggarakan tanpa keharusan

pembuktian ada tidaknya kesalahan pengangkut.

Prinsip ini tidak mengenal beban pembuktian, unsur kesalahan tak perlu

dipersoalkan. Pengangkut tidak mungkin bebas dari tanggung jawab dengan

alasan apapun yang menimbulkan kerugian itu. Prinsip ini dapat dirumuskan

dengan kalimat : “ pengangkut bertanggung jawab atas setiap kerugian yang

timbul karena peristiwa apapun dalam penyelenggaraan pengangkutan ini”. Dalam

Undang-Undang pengangkutan ternyata tanggung jawab mutlak tidak diatur. Hal

ini tidak mungkin karena alasan bahwa pengangkut yang berusaha di bidang jasa

pengangkutan tidak perlu dibebani dengan resiko yang terlalu berat.

Namun, tidak berarti bahwa pihak-pihak tidak boleh menggunakan prinsip

ini dalam perjanjian pengangkutan. Pihak-pihak boleh saja menjanjikan prinsip ini

untuk kepentingan praktis penyelesaian tanggung jawab berdasarkan asas

kebebasan berkontrak. Jika prinsip ini digunakan, dalam perjanjian pengangkutan

harus dinyatakan dengan tegas misalnya, dimuat pada dokumen pengangkutan.32

32

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat penelitian ini adalah: Untuk memberi informasi secara luas kegiatan produksi madu yang baik dan dapat digunakan dalam budidaya lebah madu; Untuk mendapat

Terdapat 3 orang tidak memiliki Foto di STR, Kami memohon agar dapat membawa dan menyerahkan Foto Ukuran 4 x 6 (Latar Merah) Satu Lembar saat pengambilan STR (Terima

Biasanya aktifitas pengkaderan yang dilakukan oleh organisasi atau lembaga pendidikan cenderung menggunakan poa kurikulum pendidikan konvensional kurikulum utama yaitu

Berkurangnya jumlah trombosit pada leukemia akut biasanya merupakan akibat infiltrasi sumsum tulang atau kemoterapi, selain itu dapat juga disebabkan oleh beberapa

Bertitik tolak dari latar belakang ma- salah di atas, penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui kompetensi pedagogik do- sen dan gambaran muatan karakter yang tercermin

Memberikan tugas k Memberikan tugas kepada para siswa dengan tolera epada para siswa dengan toleransi, nsi, disiplin dan tanggung jawab.. disiplin dan

Tulisan-tulisan yang muncul di ruang publik tidak selalu mencerminkan kepentingan ( interest ) redaksi, namun juga tidak sepenuhnya merupakan keputusan khalayak.

Morphometric analysis consists of 5 parameters geomorphic indices: drainage basin asymmetry (AF), hypsometric curve and integral (Hc and Hi), stream length gradient (SL)