• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jilid-14 Depernas 24-Bab-123

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Jilid-14 Depernas 24-Bab-123"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 123. KEADAAN JANG MENDJADI TUDJUAN § 1565. Pendahuluan

Setiap warganegara berhak memiliki deradjat kesehatan jang se-tinggi2nja. Rentjana pokok pembangunan dibidang kese hatan

didalam negara jang adil dan makmur bertudjuan :

membina kesehatan jang merata diseluruh masjarakat didalam semua aspeknja.

Jang dimaksud dengan kesehatan ialah keadaan badan, ro -chani dan sosial jang sempurna dan tidak hanja keadaan, jang bebas dari penjakit, tjatjat dan kelemahan.

Dalam memelihara dan mempertinggi tingkat kesehatan jang se-tinggi2nja diperlukan beberapa usaha tertentu. Disamping

pembangunan jang merata daripada ahli kesehatan diseluruh ke-pulauan Indonesia, alat2 kedokteran dan obat2an pun harus

mentjukupi persediaannja dan distribusinja harus merata. Pe -ngobatan/perawatan dan tindakan kesehatan harus merata pula.

Hampir semua usaha itu mempergunakan obat2 dan obat2-an.

a. Mempertinggi tingkatan kesehatan pada umumnja.

Dalam menghadapi soal obat2-an harus didahulukan obat2

dan obat2an jang diperlukan untuk pemberantasan

penja-kit menular dan penjapenja-kit rakjat/tropik, disamping penjapenja-kit jang timbul oleh sebab deficiency (kekurangan) zat putih telur, hidrat arang, lemak, vitamin, mineral dan sebagainja. Djalan jang paling murah untuk pemberantasan penjakit menular dan penjakit rakjat/tropik ini, ialah mempertinggi kesehatan rakjat akan kesehatan umum. Kebidjaksanaan jang lebih menekankan pada obat preventif (pentjegah) dan tidak pada obat kuratif (penjembuhkan) adalah satu keharusan. Ini berarti, bahwa tindakan2 untuk menghalangi

penjakit menular dan penjakit rakjat/tropik itu mendjalar atau berdjangkit, harus dilaksanakan, Misalnja untuk mem -berantas penjakit malaria, sarang2 njamuk harus ditiadakan

dengan memperbaiki saluran2 dan mengeringkan rawa2

se-tjara sistimatis dan disekitar perumahan di-desa2 dan kota2

dan djuga dengan penjemprotan dengan DDT, dieldrin dan sebagainja.

Pendidikan tjara hidup sehat kepada anak2 Sekolah dan

penerangan pada orang2 dewasa serta peraturan harus ada- nja

kakus (djamban) didalam tiap rumah dapat memberan- tas ankilostomisis (penjakit tjatjing tanmbang) lebih efek- tif dan tjara lebih massal daripada dengan obat2-an. Pembuangan

air kotor jang teratur ke-selokan2 besar atau kali dan

(2)

kotoran2 itu didisinfeksi lebih dulu, ke-tempat2 jang djauh

letaknja dari tempat kediaman, memperketjil djumlah rakjat jang menderita atau memperketjil kemungkinan rakjat diserang oleh penjakit menular seperti disentri, tipus dan sebagainja.

Pembagian air minum jang bersih untuk kesehatan rakjat perlu merata. Pada waktu2 jang tepat

vaksinasi/imunisa-si rakjat terhadap penjakit menular seperti tjatjar dan tipus, kolera dan disentri harus dilaksanakan sebanjak mung -kin; produksi vaksin tjatjar dan vaksin TCD jang dapat dibikin didalam negeri harus didjadikan selfsupporting. (lihat rentjana intensifikasi Perusahaan Negara Pasteur, lampiran IX). Untuk vaksinasi masal ini dapat dikerahkan tenaga2 paramedis serta mahasiswa perguruan tinggi ke

-dokteran dan tenaga lain jang ada dalam masjarakat jang berminat turut serta dan bekerdja dalam tindakan kesehatan. b. Mentjukupi sandang-pangan dalam hubungan dengan

ke-kesehatan rakjat

Disamping menanamkan kesedaran rakjat untuk hidup se-hat harus ada usaha2 agar supaja :

1. Rakjat memiliki perumahan jang memenuhi sarat2

ke-sehatan.

2. Kaum buruh memperoleh, sarat2 bekerdja jang

mentjukupi kebutuhan kesehatan (tjukup istirahat, tjukup ma -kanan sehat dsb).

3. Rakjat mempunjai pakaian jang harus memenuhi pula sarat2 kesehatan.

4. Rakjat mendapat makanan tjukup, baik kwantita mau-pun kwalita (tjukup djumlah zat chlor, zat telur, zat arang lemak, mineral dan vitamin).

§ 1566. Usaha2 pada pokoknja

a. Keadaan jang sangat tidak memuaskan perlu dirubah, agar kekurangan2 akan obat2 dan obat-obatan dapat diatasi.

Berdasarkan laporan2 instansi Pemerintah dan fihak

partikelir,/swasta jang bergerak dalam lapangan ini, dapat di -rentjanakan suatu "blue print" jang berisi projek2

perin-dustrian obat dan obat-obatan.

Dalam pada itu timbul 2 alternatif, ialah :

1. Terlebih dahulu memperluas pabrik2 obat2 jang sudah ada

dan membangun jang baru dalam waktu singkat. Keuntungannja ialah bahwa obat jang dibutuhkan se-hari sebagian dapat diperoleh didalam negeri dan ti-dak perlu diimpor lagi, asal sadja kapasita pabrik2 itu

(3)

Kekurangannja ialah bahwa bahan2 bulk untuk

mem-buat obate itu masih didatangkan dari luar negeri.

Apa-bila impor bahan2 tadi tidak datang pada waktunja

pro-duksi obat2 tersebut akan matjet/terhambat.

Selain dari pada itu kita akan tetap tergantung pada-luar negeri.

2. membangun pabrik dasar kimia jang bahan2nja ada

di-dalam negeri.

Keuntungannja ialah bahwa bahan2 pokok untuk

pa-brik-pabrik obat tidak lagi perlu diimpor.

Hanja untuk mendirikan pabrik dasar kimia diperlukan waktu jang lama. Penjelidikan setjara ilmiah dan be -drijfekonomis perlu dikerdjakan se-teliti2nja, sementara

itu impor obat2 berdjalan terus.

b. Setelah mempeladjari dan membanding-bandingkan kedua alternatif tersebut maka Depernas berpendapat, bahwa se-baiknja kedua usaha itu (1 dan 2) dikerdjakan sekaligus dengan tidak menetapkan prioritas:

1. Memperluas pabrik2 obat jang sudah ada;

2. Membangun jang baru dengan menggunakan bahan2

jang ada dalam negeri (chemicali dan tumbuh2an

dja-mu-djamu);

3. Mendirikan pabrik kimia dasar untuk selekas mung-kin menghentikan impor obat2-an dan mentjapai "

self-supporting"

Penjelidikan sudah dilakukan dan berdjalan terus. De-ngan tidak menunggu-nunggu hasil2 penjelidikan itu

maka sebaiknja :

1. Pekerdjaan2 pembuatan obat2 dan obat2an di pabrik2 jang

sudah ada diperluas dan diintensifkan. Pekerdjaan itu berupa:

(a) assembling obat2an.

(b) produksi bahan pembantu sub (a), jaitu produksi botol, karton, plastik, amput dll.

Pabrik gelas jang memenuhi sarat2 harus diperluas

djuga.

2. Perlu dibangun pabrik2 obat jang baru dengan

mem-pergunakan bahan2 dari dalam negeri.

3. Perlu didirikan pabrik2 besar untuk membuat

biotika seperti penicillin, streptomycin, chloromyce tin, tetramycin dll., dan membuat hormon2 jang

(4)

Perlu ditjatat disini. bahwa dalam kebidjaksanaan umum, Pemerintah telah menggariskan sebagai beri-kut: „Disamping memelihara dan mengembangkan produksi, maka perusahaan harus mendjadi inti dari pada perkembangan industri (Perusahaan2) jang

se-djenis.

Mengingat bahwa Pabrik Kina Bandung ialah pabrik obat jang besar dan merupakan manufacturing dan mengingat pula perkembangan perusahaan itu setelah diambil alih dari Belanda; maka selajaknja pabrik ter -sebut didjadikan pangkal perkembangan industri far-masi Planning perluasan seharga Rp. 150.000.000 te-lah dimulai.

Pendek kata, obat2 jang dibutuhkan untuk

memeliha-ra kesehatan memeliha-rakjat, perlu dibuat didalam negeri. Se-lekas mungkin usaha kearab itu harus dimulai dengan mengeksploitasi segah sumber2 jang ada, jaitu :

(a) Mineralia jakni:

1) Metaloida S; Fe; P; As; Sb; Si; J; NO3; B; Br.

2) Logam Mg; Ca; Ba; Pb; Bi; Zn; Mn; Cu; Hg; Ag,

(b) Nabati:

Bahan obat ini berupa tumbuh2an jang mudah

di-usahakan oleh Rakjat dengan penerangan2 dan

pe-tundjuk-petundjuk seperlunja dari Pemerintah. (c) Hewani:

Bahan tjukup tetapi perlu diselidiki se-dalam2nja

untuk memperhias/membangun pabrik obat2 seperti:

lever — injeksi, hormon, insulin dll.

Untuk kebutuhan2 pabrik farmasi maka perlu

adanja ;

1) Laboratorium chusus jang bertugas menjeli-diki penjempurnaan pembuatan obat2.

2) Badan koordinasi dari pabrik2/industri

farma-si.

Lembaga2 jang bersangkutan dengan kedua badan

tersebut akan dapat kwalitas dan kwantitas produksi obat2 setjara efektif.

Lembaga2 jang dimaksudkan ialah :

1) a) Lembaga Farmakotherapi dengan sek-si-seksinja (Farmakognasi, Farmakolo-gi)

b) Lembaga Penjelidikan Pusat Kehutan-an, PertaniKehutan-an, dan Perikanan laut,

(5)

2) Fakultas-fakultas kedokteran (Farmakologi dan Farmakodinami).

3) Fakultas-fakultas Farmasi dan Pendidikan2

Farmasi lainnja, dan harus dipergiat.

§ 1567. Penetapan obat dan obat-obatan, jang perlu untuk Industri Sandang Pangan

(6)

Seperti telah dikatakan, penentuan djumlah obat-obatan pemberantasan hama untuk setahun lamanja adalah sulit, karena penjakit2 dilapangan pertanian tidak selalu dalam

keadaan konstan. Namun demikian impor obat2

(tertjantum dalam lampiran VI) jang banjak diperlukan, perlu di -perbesar, berhubung dengan ekstensifikasi dan intensifikasi pemberantasan hama (insecticida, fungicida dan seedtreat -ment).

c. Pemberantasan penjakit ternak.

Untuk pemberantasan penjakit hewan/ternak jang dapat memperbesar perternakan dan mempertinggi djumlah pro tein hewani untuk makanan rakjat, diperlukan sekali vak -sinasi sapi, kuda, kambing, unggas, babi dan lain-lainnja setjara besar-besaran, Obat pemberantas penjakit ternak harus dipergunakan sebagai obat pentjegah.

Harus lebih diperhatikan dan diberi priorita pengeluaran uang untuk obat2 untuk mentjegah terdjangkitnja

penja-kit menular daripada pengeluaran uang untuk obat-obat-an klinik dobat-obat-an dokter2 hewan partikelir, Chemicali, jang

di-pakai sebagai bahan baku dan obat-obatan harus diimpor oleh Pemerintah tiap2 tahun, seharga Rp. 1.500.000.

Chemicali, jang dipakai sebagai bahan baku dan obatobatan klinik dan dokter hewan partikelir, ditaksir seta -hunnja seharga Rp. 25. djuta dan jang harus diimpor pu-la.

Telah dikatakan, bahwa dilihat dari sudut pembangunan dan produksi sandang-pangan, chemicali jang dibutuhkan sebagai bahan baku dan obat2an klinik oleh dokter2

he-wan partikelir, walaupun perlu, tidak terhitung bahan2

jang harus diberi priorita pertama. Untuk menampung im por jang menelan devisen sebanjak itu perlu diadakan pe -njelidikan oleh 1embaga jang bersangkutan tentang ke-mungkinan adanja bahan2 kimia itu dalam mineral

chemi-cali Indonesia.

d. Pemberantasan penjakit rakjat.

Impor obat2 dan obat-obatan pada waktu sekarang

meli-puti lebih dari 400 djenis obat2 jang terdiri dari bulk dan

obat2 patent.

Patut diketahui, bahwa tidak mungkin dalam waktu singkat kita dapat mengganti ke-400 djenis obat2 jang diimpor itu

(7)

mem-berantas dan mentjegah penjakit2 menular seperti pes,

tja-tjar, kolera, disentri, tifus dan sebagainja.

Selandjutnja obat2 antibiotika dan sulfa harus pula

tersedia dalam djumlah jang mentjukupi kebutuhan untuk pem -berantasan penjakit2 rakjat jang memerlukan obat2 tsb.

Djumlah obat2 dan bahan2 jang sangat diperlukan oleh

re-septur dalam setahun baik jang dipakai oleh Pemerintah maupun Partikelir, tertjantum dalam lampiran III.

e. Penetapan djumlah dan djenis obat2an jang dibutuhkan

untuk pemberantasan hama tanaman Sandang Pangan (se -pertiga), (lihat lampiran VI).

Impor obat2 jang banjak diperlukan, berhubung dengan

perluasan (intensifikasi) pemberantasan hama (insectici-de, fungicida dan seedtreatment) untuk sementara wak- tu diperbesar, sebelum pabrik2 obat2/obat-obatan didiri- kan

dan menghasilkan tjukup banjak obat2 tersebut.

Penambahan persediaan obat2 itu harus disesuaikan

de-ngan kebutuhan. Kebutuhan itu tiap2 tahun harus

diran-tjangkan oleh Departemen Pertanian.

f. Penetapan djumlah dan djenis obat jang dibutuhkan untuk penjakit ternak (lihat lampiran V).

Menurut laporan dari Djawatan Kehewanan hingga se-karang tidak terdapat kesulitan2 dalam pemberantasar

njakit ternak

Persoalannja sama dengan sub e, Dengan pengluasan dan intensipikasi perternakan, tiap2 tahun kebutuhan obat2

akan bertambah, maka persediaan obat2 harus disesuaikan

dengan kebutuhan.

g. Penetapan djumlah dan djenis obat dan obat-obatan jang dibutuhkan untuk pemberantasan penjakit rakjat.

Djumlah dan djenis obat/obat-obatan jang dipakai dalam satu tahun itu tiap tahun berobah, karena kemadjuan dja -man jang sangat nampak di ibukota dan kota2 besar

(penambahan penduduk; keinginannja akan perawatan mo -dern, dsb.).

Kenaikan kebutuhan akan obat2/obat-obatan dapat

dili-hat dari angka2 perawatan dan pengobatan dirumahru

mah sakit, dibalaibalai pengobatan, dibalaibalai kesedjah -teraan ibu dan anak2, di Laboratorium2 dan Lembaga2

pemberantasan penjakit2 menular, penjakit rakjat/tropik, di

Laboratorium2 penjelidikan2, Lembaga Pasteur dsb, Oleh

(8)

h. Penetapan djumlah dan djenis obat ramuan (djamu2).

Mengingat telah hegitu banjaknja pabrik2 obat ramuan

dja-mu-djamu (lihat lampiran VIII) jang tampaknja tidak su-kar memenuhi kebutuhannja, maka untuk tahun2 jang

dekat ini tidak usah diutamakan dahulu keadaan jang men -djadi tudjuan.

Perobahan dengan maksud modernisasi setjara ilmiah membutuhkan research tersendiri,

Pada lampiran tersebut tersusun nama (nama daerah) dan asal bahan baku jang dipergunakan oleh industri djamu (nama latinnja tidak ditjantumkan, oleh karena research laboratorium dan determinasi tanaman obat asli Indone-sia masih sangat terbatas).

Diantara perusahaan2 djamu ada jang menghasilkan

ma-tjam/nama djamu jang sama. Menurut kegunaannja djamu itu dapat dibagi atas dua golongan:

1) jang mempunjai kegunaan chusus, misalnja djamu gigi dll.

2) jang beraneka guna misalnja galian selokarang dsb.

Research Laboratorium dari Lembaga Farmacotherapi te-lah mengadakan research terhadap tanaman obat-obatan tertentu a.l. membuat cofeine dari teh rusak dan teh bu -buk, membuat minjak tengkawang jang dapat diperguna-kan sebagai Oleum cacao, membuat minjak idiperguna-kan dari idiperguna-kan Hiu, bermatjam minjak atsiri seperti minjak kemiri, mi -njak tjengkeh dll, Telah diadakan djuga pemeriksaan terhadap ber-matjam2 djenis Rauwolfia, djenis obat2

ter-hadap batu gindjal seperti kumis kutjing, kedji baling, gempor watu, pembuatan minjak goreng dari dedak (rice bran oil).

Fieldresearch telah pula dilakukan di Indonesia dengan pertjobaan penanaman tanaman jang berasal dari daerah2

sub-tropis.

Hasil baik telah diperoleh dengan tanaman Digitalis Pur -purea, sedang dengan Digitalis Lanata telah ditjapai ta-raf pengluasan,

Tanaman pertjobaan lain a.l. Thymus Vulgaris, Thymus Serpyllum, Mentha Piparita, Matricaria Chamomilla, Pyret -hrum Cinerariefolium, Atropa Belladona, Rheum Palma-tum, Rheum Officinalis, Valeriana Japonica, Orthosiphon Stamineus, Sthrobilanthus Crispus dll.nja.

Field research ini dilakukan di Hortus Medicus Njiloto dan Tawangmanggu.

Research laboratorium jang telah menghasilkan obat2 jang

baik dan tidak kalah oleh obat sedjenis dari luar negeri, harus disusul dengan pembangunan pabrik obat2 itu.

(9)

akan obat-obatan dan memperlengkapi Farmakopea In-donesia.

Untuk membangun pabrik obat2 tersebut diatas perlu

di-adakan penjelidikan lebih djauh, Lembaga2 Farmasi

mem-punjai tugas besar dan media dalam lapangan pemelihara-an kesehatpemelihara-an Rakjat.

Pembuatan obat-obatan jang dibuat dari bahan

tumbuh-tumbuhan jang berchasiat perlu diselidiki jang lebih

djauh. Dalam pendjualan obat dari ramuan termasuk jang

mengandung ratjun perlu diatur oleh Pemerintah.

Export kumis kutjing

T a h u n Berat ton Djuta Rupiah (f.o.b.)

1956 42 0,16

1957 29,6 0,21

1958 92,7 0,38

1959 56,3 0,21

§1568. Kemungkinan2 mendirikan pabrik2

a. Pabrik obat-obatan pemberantas hama

1. Pabrik Derris di Parungkuda dan Tjirojom (Bandung) jang ditutup semendjak djaman Djepang harus dihi-dupkan kembali karena ada bahaja akan musnah selu-ruhnja. Penanaman Derris harus diusahakan oleh negara supaja produksi Derris jang diperlukan tidak ter -gantung dari hasil pengumpulan dari rakjat, sebab ta-naman Derris dalam praktek ternjata2 tidak menarik,

tanaman harus dipelihara. Semua itu tidak memberi karena harganja tidak sesuai dengan biaja dan lama-nja tanaman harus dipelihara. Semua itu tidak mem- beri dorongan untuk menggiatkan penanaman Derris itu. Sepandjang pengetahuan, kini tidak ada penanaman Derris jang luas, ketjuali Djawatan Pertanian Rakjat Djawa Tengah jang sengadja menanam Derris itu untuk pemberantasan hama kelapa artona. Balai Be-sar Penjelidikan Pertanian di Bogor telah mempunjai djenis Derris dengan kadar jang tinggi dan produksi akar jang baik seperti djenis Ngawai, Kotari dll.

2. Pabrik D.D.T. (insecticida) perlu djuga dipikirkan pembuatannja didalam negeri untuk menghentikan im-por sebanjak 200 ton setahun = Rp. 12 djuta, karena bahan-bahannja ada di Indonesia, ialah :

(10)

II) Chlor jang berlebih dari pabrik soda. III) bensen dari minjak tanah.

Dengan demikian sekali gus chlor dan pabrik soda da-pat digunakan untuk pembuatan ini sehingga tidak. usah memaksa menekan produksi NaOH pabrik Soda dan Garam Negeri di Waru.

3. Untuk memberantas hama dibutuhkan insecticida. Guna mendirikan pabrik obat-obatan ini diperlukan

pengetahuan tentang tjara2 pembikinan

bermatjam-ma-tjam insecticida.

Kemungkinan produksi obat-obatan itu harus diselidiki setjara mendalam berhubung dengan keadaan ne gara kita sekarang, jang belum mempunjai industri ki -mia jang berarti.

b. Pabrik obat pemberantas penjakit ternak

Oleh karena tidak ada kesukaran jang tampak dalam me -menuhi kebutuhan obat-obatan untuk hewan/ternak, ma-ka pada saat ini belum tiba waktunja memikirma-kan baik pembangunan baru pabrik2 obat-obatan pemberantas

pe-njakit hewan/ternak, maupun perluasan Laboratorium jang ada di Bogor.

Obat pemberantas penjakit ternak harus digunakan setja-ra prophyllaktis. Untuk perobatan setjasetja-ra kusetja-ratif diperlukan obat jang sama banjaknja dengan obat untuk per -obatan manusia, hanja dosisnja pada umumnja berlainan. Berdasarkan peraturan2 (antara lain Staatblad 1912 no.

432 dan 1959 tentang penjakit menular) pengobatan he-wan dan unggas dilakukan setjara massaa.

Balai2 penjelidikan seperti :

— Balai Penjelidikan Pusat Penjakit Hewan di Bogor menghasilkan hampir tjukup vaccin dan sera untuk penjakit jang spesifik, masih perlu mengimpor bahan2

tersebut untuk supplement.

— Balai Penjelidikan Penjakit Mulut dan Kuku di Sura baja, keadaannja belum mempunjai produksi untuk memenuhi kebutuhan; sehingga masih impor dari Amster-dam dan Djerman Barat.

Penjakit ternak jang paling kedjam ialah Escudo Vogel Pest atau New Castile Deseases.

c. Pabrik obat dan obat-obatan untuk pemberantasan penjakit rakjat

1. Industri Farmasi

(11)

Persediaan obat dan obat-obatan Kesehatan

Disamping pentjegahan dan pemberantasan penjakit (pre nartif) dan pemulihan kesehatan (kuratif) incl: rehabilita -si medic, maka untuk membantu realisa-si penetapan terse-but Depernas memasukkan rentjana pembangunan indus-tri Farmasi dalam urgensi-programnja.

Dalam hubungan ini perlu ditjatat bahwa untuk mendja-min agar pabrik2 obat2/obat-obatan di Indonesia

berdjalan berdjalantjar, pendirian industri kimia dasar tidak boleh di -kesampingkan atau ditunda-tunda.

Rentjana pembangunan industri2 farmasi itu ditudjukan

untuk :

(a) memperbanjak pabrik2 asembling obat2.

(b) memperbanjak pabrik2 produksi bahan2, jang

membantu asembling (pabrik botol, karton, plastik, am -pul dll.).

(c) membenluk pabrik2 obat dengan bahan dari dalam

ne-geri.

(d) mendirikan pabrik2 besar sebagai antibiotika

hor-mon dll.

(e) mempergunakan tanam-tanaman obat2 dalam negeri

didalam produksi.

Telah disebut-sebut bahwa di Indonesia ada 24 pabrik obat2 dan diantaranja 23 pabrik adalah pabrik asembling

jang baru bikinnja dengan 60% dari kapasitetnja. Hal ini harus selekas mungkin berobah mendjadi 100%.

Pabrik2 baru jang membuat obat2 sintetis sebagai

kebutuhan seharihari perlu dibkebutuhangun. Obatobat jkebutuhang bkebutuhanjak di -pakai antara lain adalah :

anitibiotika, sulfa2 preparat, solisilat2, pelbagai Vitamin,

INA, DDT, Barbisal dan Turunan2 urea ad narcasin dll.

Bahan2 jang dipergunakan untuk obat2 sintetis ini masih

didatangkan dari luar negeri.

Ada bahan2 dari dalam negeri, jang belum dipakai untuk

membuat obat2.

Maka pabrik2 oba t2 dengan bahan2 dalam negeri harus

di-dirikan djuga dalam waktu singkat. Projek2 ini masih didalam penjelidikan.

Selain daripada pembuatan obat2 perlu dipikirkan

produk-si bahan2 pembantu asembling seperti botol, karton,

plas-tik, ampul dll.

Untuk ini semuanja hams didirikan pabrik-pabriknja.

(12)

paberik obat-boat jang dimaksudkan diatas; oleh sebab itu perhatian sangat diharapkan untuk turut serta membangun industri farmasi dengan tudjuan „Selfsupporting”.

2. Situasi Produksi Kina di Bandung.

Produksi Pabrik Kina 1958 jang lalu telah meningkat sampai 140.000 ton (± 2 kali tahun 1957).

Obat2 jang dibuat oleh Paberik Kina ada 140 matjam

an-tara lain. — Vitamine — obat kapur — obat hati — obat tjatjing — norit

— dan lain-lain.

Obat2 jang dibuat sekarang terutama untuk pemberantasan :

malaria influenza

tuberculose (taraf penjelidikan),

Bahan-bahan dari dalam negeri hanja kina sadja (tjukup un-tuk 15 sampai 20 tahun).

Minjak untuk extraeren dapat diambil dari Bandjarmasin dan Swavelbazur dari sepandjang.

Ekspor kulit kina jang dilakukan aleh P.P.N. Baru ke Ham-burg dan Antwerpen terdiri dari 2 djenis jaitu :

a. kulit kina pharmacetis. b. kulit kina lainnja. Kulit kina pharmacetis.

Tahun Berat ton Djuta rupiah (f.e.b.)

1956 9,3 0,02

1957 6,9 0,01

1958 3,2 0,006

1959 nihil nihil

Kulit kina lainnja :

Tahun Berat ton Djuta rupiah

1956 1.523 4,8

1957 3.702 9,7

1958 4.116 11

1959 2.622 7,2

(13)

(a) Kina Perkebunan. (b) Kina Rakjat.

Kina Rakjat ditanam didaerah-daerah jang baik dan dengan bibit jang lebih sempurna, sehingga ada tendens untuk me -naikkan kwalitet dari rata-rata 5% ke 6 a 7%.

Produksi sekarang menaik djika dibanding dengan tahun 1960.

Sesudah perkebunan diambil alih oleh pemerintah terbukti kegembiraan bekerdja bertambah.

Rentjana perluasan Pabrik Kina 3 sampai 5 tahun dapat meningkatkan produksi hingga 300%.

Biaja jang diperlukan Rp. 150 djuta.

Pabrik Kina tersebut akan didjadikan perusahaan negara. Departemen Kesehatan merentjanakan supaja semua urusan fabricage obat jang ditangan Pemerintah itu disentralisir di Pabrik Kina tadi.

Kemudian perlu pabrik-pabrik jang sudah ada dilandjutkan. Perluasan pembuatan obat2 tergantung sekali pada Industri

Kimia Dasar. Oleh karena itu Industri Kimia Dasar perlu dimasukkan dalam Rentjana I.

d. Institut Pasteur.

Badan ini menghasilkan vaccin dan serum.

Hasil sekarang telah dapat mentjapai permintaan pada wak tu sekarang.

Produksi serum hanja 40%  djika dibanding dengan djumlah penduduk.

Produksi sebenarnja kurang untuk meladeni kebutuhan pen-duduk menurut sjarat2 kesehatan.

Jang perlu dikerdjakan ialah :

a. Penambahan alat-alat untuk memurnikan atau menum-buhkan zat-zat jang kita pakai dengan biaja Rp. 2 djuta. b. Pilotplan pembuatan penicillin.

e. Obat-obatan dibidang tanaman

Blending Plant (pabrik jang masih membutuhkan impor ba-han buku dari luar negeri).

Fabrikasinja masih perlu diselidiki lebih landjut. Mengusahakan obat2 alamiah seperti :

 derris.

 bangkuang.

 Dilitrun

(14)

Pabrik2 pemberantas hama perlu diperbanjak sebagai

pe-njampur, seperti untuk obat pemberantas penjakit teh.

Belerang jang diperlukan masih diimpor, karena produksi dan kwalitet masih kurang (Djepang).

f. A p o t i k

Djumlah apotik diseluruh Indonesia 174 atau 175.

Kelambatan penjebaran apotik disebabkan karena kekura-ngan apotiker dan doktor, sehingga pendidikan tenaga2 ini

perlu digiatkan.

g. Impor, volume, nilai dan industri perobatan : Dari statistik dapat diambil beberapa keterangan.

1. Impor bahan pharmacia 1957.

Tahun Berat ton Djuta rupiah (c.i.f.)

1957 554 24,9

1958 817 29,2

1959 626 22,7

2. Impor alka loiden jang merupakan morphine, codeine, coffeine, theobromine, nocotine dan garam-garamnja.

Tahun Berat ton Djuta rupiah (c.i.f.)

1956 14 2,5

1957 35 5,3

1958 56 6

1959 59 4,6

Devisen untuk impor bahan2 perobatan itu jang

disedia-kan kira2 Rp. 100 djuta, setiap tahunnja perlu ditambah

sehingga memerlukan devisen Rp. 700 djuta.

Salah satu djalan untuk menambah obat2an ialah

meng-geser daripada patent ke raw materials, sehingga lebih banjak bahan jang diolah didalam negeri.

§ 1569. Usaha-usaha persiapan dan pendahuluan jang harus diadakan untuk tudjuan jang disebut dalam § 1568

Rentjana usaha-usaha persiapan dan pendahuluan jang harus diadakan untuk tudjuan tersebut dapat dibagi dalam 4 phase.

Phase Pertama a. Survey directions

1. Penentuan djenis obat-obatan jang perlu dalam rangka kesehatan rakjat.

(15)

a). Obat-obatan jang dibuat didalam negeri. b). Obat-obatan jang diimpor.

c). Industri dalam negeri jang telah ada.

3. Pengumpulan data daripada sumber-sumber bahan didalam negeri.

4. Pengumpulan data daripada Lembaga-lembaga jang ber-talian dengan industri Farmasi. Sebagian besar dari 1, 2, 3 telah ada.

b. Penentuan2 umum tentang processing.

c. Penentuan2 tentang perkembangan industri.

1. Perbaikan (improvement). 2. Perluasan (expanision). 3. Pembangunan baru.

d. Rentjana overall daripada penjebaran/penempatan unit2

in-dustri di Indonesia,

e. Rentjana overall daripada organisasi dalam hubungannja de-ngan :

1. Ekonomi terpimpin. 2. Penempatan pabrik2.

3. Pembentukan tenaga/kader.

4. Perkembangan dan pengawasan produksi.

f. Rentjana permulaan daripada bentuk projek dan perongkos -an.

g. Rentjana permulaan daripada .,financing".

h. Kesimpulan-kesimpulan. Ph as e k ed u a

1. Survey setempat.

2. Preliminary project/plant design daripada tiap-tiap unit. 3. Preliminary financing plan daripada tiap2 unit.

4. Pembukaan Tender/Survey kemungkinan2 pembuatan

dalam negeri. Ph as e ketiga

1. Perintjian daripada detail design. 2. Budgetering & financing.

3. Direksi. 4. Trial runs. Ph as e keempat

(16)

2. Process development & research. 3. Industrial development.

§ 1570. Peranan Pemerintah/Pemerintah Daerah/Perusahaan Swasta dalam melaksanakan apa jang disebut dalam § 1568 dan § 1569

Ditindjau dari segi kebutuhan akan obatobatan, maka terben tang lapangan jang sangat luas dihadapan kita untuk melak -sanakan pembangunan sedemikian rupa, sehingga keadaan ,,selfsupporting" tertjapai. Maka harus diambil tindakan2 agar

obat2 dan obat2an sedapat mungkin dibuat didalam negeri se

-tjara efisien dan agar hasilnja dapat dibeli oleh masjarakat umum.

Pabrikpabrik obat jang vital harus diusahakan oleh Peme rintah. Dalam hal ini dimaksudkan pabrikpabrik, jang ada sangkutpautnja dengan sandang pangan rakjat dan pabrik -pabrik obat penjakit menular serta penjakit rakjat/tropik. Pabrik-pabrik dasar kimia sebagai supplier bahan baku bagi pabrik2 farmasi tergolong vital.

Dalam industri obat-obatan perlu adanja kerdja-sama antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Tentang keadaan pabrik2 swasta dipandang sangat perlu agar

Pemerintah mengadakan penindjauan jang mendalam setjara ilmiah dan mempergunakan pabrik2 jang kini ada sebaik-baiknja

dalam rangkaian pembangunan. Untuk ini perlu diadakan koor -dinasi untuk mentjegah duplikasi2 dan konkurensi jang tidak

sehat, Lagi pula harus diadakan pengawasan terhadap pem -buatan obat-obat sehingga kwalita obat dapat terdjamin se baik-baiknja.

Pembagian tugas pembuatan obat-obat dapat diberikan kepada perusahaan2 farmasi jang berada dalam lingkungan Departemen

Kesehatan, Selandjutnja tugas itu dapat dibagi pula diantara semua perusahaan farmasi (perusahaan swasta) lainnja.

Dalam mengadakan pembagian tugas kepada perusahaan swas ta, maka tindakan harus diperhitungkan dengan beberapa fak tor: faktor perdagangan, faktor pembuatan dan faktor kebu -tuhan.

Pada umumnja perusahaan lebih suka membuat obat jang mu -dah didjual dan jang memberikan keuntungan sebesar-besarnja dengan risiko seketjil-ketjilnja, tetapi manfaatnja belum tentu dapat dipertanggung djawabkan sepenuhnja.

Dalam pembagian tugas ini diharapkan ada goodwill dari para produsen untuk mengutamakan kepentingan masjarakat, Su -dah barang tentu, agar ada stimulans untuk kegiatan bekerdja, keuntungan boleh didapatnja, Djuga dalam penjelenggara pem -belian bahan-bahan untuk industri farmasi, dapatlah diadakan pembagian penjetenggaraannja perusahaan2 misalnja

(17)

Tindakan ini adalah untuk menekan harga impor serendahren -dahnja, serta untuk mendjaga kwalita bahan-bahan itu. Peru-sahaan lainnja jang membutuhkan bahan2 tersebut dapat

mem-belinja dari perusahaan A, B dst. Dengan sistim pooling ini ma-ka harga dan kwalita dapat ditetapma-kan oleh Pemerintah, se-hingga dapat ditjegah spekulasi jang tidak sehat.

Transpor obat harus mendapat priorita utama, karena umum-nja obat-obat itu tidak dapat bertahun-tahun ditimbun (terutama tjairan injeksi dan tablettablet jang berlapis gula (grcan -deerde tabletten).

Matjam perbuatan (foktor kedua) dapat dibagi dalam :

1. galenis, 2. chemikali-dasar, 3. bentuk sediaan (dispen-seervorm), 4. antibiotika.

1. Dengan Galenis masih terdapat banjak kemungkinan, me-ngingat banjaknja tanaman-tanaman obat-obatan jang be-lum dipergunakan oleh kita, meskipun banjak jang diekspor dalam bentuk bahan dan diimpor kembali dalam rupa obat djadi.

Extractum cola misalnja, jang sebelumnja harus diimpor, telah dibuktikan dapat dibuat didalam negeri dari tanaman jang ada dengan tjara jang ekonomis pula.

2. Chemikalidasar : Disini masih harus dimulai dengan mem-pergunakan hasil tambahan dari pabrik jang telah ada, misalnja dari pabrik Soda, Penjulingan minjak, pabrik gas dsb.

3. Bentuk sediaan (dispenseervorm) praktis hampir seluruh industri farmasi di Indonesia sekarang ini merupakan dis-penseervorm semata-mata. Tekniknja perlu diperbaiki agar ditjapai efisiensi setinggi-tingginja.

4. Antibiotika (oleh Pemerintah) : Lapangan ini luas sekali, mengingat matjam-matjam kaju jang sampai kini belum pernah disediakan. Pekerdjaan untuk ini akan memakan bia -ja -jang sangat besar, akan tetapi kegunaann-ja akan besar sekali bagi masjarakat. Pabrikasi sedang dimulai oleh Pa -brik Kina Bandung.

(18)

Pemerintah. Tiap perusahaan, baik Pemerintah maupun peru -sahaan swasta, telah ditetapkan tugasnja dan tidak akan membuat obat jang telah ditugaskan kepada paberik obat lain, sehingga sifat-sifat persaingan jang tidak sehat dapat dihindarkan.

Dalam rangka mempertinggi kegiatan2 dibidang produksi

tersebut diatas, harus didjamin pula. adanja koordinasi an tara lembagalembaga Pemerintah jang bersangkutan. Lem -baga-lembaga tersebut ialah :

1. Lembaga Farmakotherapi, seksi Farmakognosi dan seksi Farmakologi.

2. Lembaga Penjelidikan Pusat Kehutanan, Pertanian dan Perikanan Laut.

3. Lembaga Afiliasi Industri Institut Teknologi Bandung. 4. Fakultas2 Kedokteran (Dosen mata kuliah:

Farmakologi dan Farmakodinami).

5. Fakultas-fakultas Farmasi dan pendidikan2 Farmasi

la-innja (Dosen mata kuliah Farmakognasi dan Farmako-dinami).

§ 1571.Tenaga jang diperlukan untuk usaha-usaha tsb. dalam § 1568 dan § 1569

Tenaga jang pertamatama diperlukan ialah apoteker dan in sinjurinsinjur chemi (tehnologi), farmakolog jang harus me mikirkan dan memetjahkan soalsoal ini. Paling sedikit dibu -tuhkan 3 apoteker jang ditugaskan mempeladjari ini setjara mendalam dan 3 insinjur chemi (tehnologi) dan 2 farmakolog jang berpengalaman dan mempunjai djiwa membangun. Kalau perlu, apoteker2, insinjur2 chemi dan farmakolog ini dikirim

keluar negeri untuk mendapatkan pengalaman2 seperlunja

un-tuk mendjalankan paberik2 :

1. Soda. 2. Amoniak. 3. Asam sendawa. 4. Asam semut.

5. Belerang dan asam belerang. 6. DDT/insecticida.

7. Gelas.

Untuk paberik2 jang direntjanakan diperlukan kira2:

50 orang Sardjana Tehnik, dengan perbandingan 5 : 3 : 2 bagi : Sardjana Tehnik Kimia.

(19)

dan 250 orang Ahli Tehnik Menengah dengan perbandingan djurusan keahlian jang sama seperti tersebut diatas dengan dibantu oleh 5.000 skilled labour.

§ 1572. Keterangan mengenai Rentjana jang telah ada ialah tentang: pabrik DDT./insectiside, pabrik belerang dan asam belerang

a. Rentjana pabrik DDT/insekticide

Bila direntjanakan 4.500 ton/th = 15 ton/hari maka biaja- nja berdjumlah $ 3.500.000.

b. Rentjana pabrik asam belerang

Dengan kapasitas 15.000 ton/th., maka untuk pembikinan superfosfat, diperlukan biaja $ 800.000.

c. Rentjana pabrik asam sendawa (HNO3), jang kapasitetnja 5 ton/hari atau 1500

ton/th. dengan kemungkinan me- ningkat sampai 8 ton/hari atau 2400/th., memerlukan biaja $ 750.000.

d. Rentjana pabrik soda dengan kapasitas 150 ton/hari, me merlukan biaja $ 60.000.000.

Referensi

Dokumen terkait

1 MOHAMMAD ILHAM MAHFUD MI MUHAMMADIYAH MADIUN 58 2 HAUZAN HANIFAH ZAHRA SD MUHAMMADIYAH MADIUN 52 3 ATIKA BANOWATI SD MUHAMMADIYAH MADIUN 44 4 HAMZAH ABDURRAHMAN

Keputusan Walikota Semarang Nomor 875.1/2 Tahun 2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Perijinan dan Non Perijinan kepada Kepala Badan Pelayanan.. Perijinan Terpadu

Di Kota Probolinggo, terdapat wisata kawasan hutan mangrove (mangroveforest) merupakan kawasan konservasi, dan sudah menjadi kawasan hutan lindung yang

Keterlibatan kecelakaan diekspresikan sebagai jumlah pengemudi kendaraan dengan karakteristik yang pasti terlibat dalam kecelakaan per 100 juta vehicle-miles

• Membandingkan keuntungan investasi alternatif; dihitung dengan membagi nilai saat ini dari total arus kas masuk dari investasi dengan biaya awal investasi. – Nilai

PEJABAT PENGADAAN BARANG/JASA V KEGIATAN APBD TAHUN ANGGARAN

[r]

Tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pengalaman dan ketrampilan turun temurun secara empiris yang dapat