• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Biokimia PROTEIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Praktikum Biokimia PROTEIN"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tujuan

Praktikum ini bertujuan agar praktikan dapat mempelajari sifat-sifat reaksi asam amino, dapat melakukan identifikasi asam amino serta protein, dan juga menentukan senyawa-senyawa asam amino secara kualitatif dan kuantitatif.

1.2. Tinjauan Pustaka

Protein merupakan makromolekul terbanyak yang dapat ditemui dalam sel hidup, yang merupakan komponen penting dan utama untuk sel hewan dan sel manusia. Protein dapat diisolasi dari seluruh sel ke bagian sel. Dalam hal ini, protein mempunyai peranan penting dalam biologi yang sangat penting, sebagai zat pembenfuk, transport, katalisataor reaksi kimia, hormon, racun, dan yang lainnya. Protein ini mempunyai empat fungsi utamanya yaitu untuk memperbaiki jaringan yang rusak untuk pertumbuhan jaringan baru, sebagai enzim, dan sebagai hormone . (Mandle, 2012).

Dalam hubungannya dengan asam amino, protein merupakan polimer dari sekitar asam amino yang berlainan disambungkan dengan ikatan peptida, yaitu rantai pendek. Karena keragaman rantai samping yang terbentuk jika asam-asam amino tersebut disambung-sambungkan, protein yang berbeda dapat mempunyai sifat kimia yang berbeda dan struktur sekunder dan tersier yang sangat berbeda. Rantai samping itu dapat bersifat polar atau nonpolar. Kandungan bagian asam amino polar yang tinggi dalam protein meningkatkan kelarutannya dalam air. Rantai samping yang paling polar ialah rantai samping amino basa dan asam amino asam. Asam-asam amino ini terdapat dalam albumin dan globulin yang larut dalam air dengan aras yang tinggi (Kuchel, dan Gregory, 2002).

(2)

leusin, isoleusin, dan prolin), dua dengan lingkaran aromatik (fenilalanin dan triptofan), dan satu yang mengandung sulfur (metionin) (Sumardjo, 2006).

Golongan Asam Amino Mempunyai Gugus Polar Tidak Bermuatan

Gugus R dari asam amino polar lebih larut dalam air, atau lebih hidrofilik, dibandingkan dengan asam amino nonpolar, karena golongan ini mengandung gugus fungsionil yang membentuk ikatan hidrogen dengan air. Golongan ini meliputi glisin, serin, treonin, sistein, tirosin, asparagin, dan glutamin (Sumardjo, 2006).

Golongan Asam Amino yang Mempunyai Gugus R yang Bermuatan Negatif (Asam)

Golongan asam amino ini mengandung gugus R yang bermuatan total negatif pada pH 7,0. asam amino ini meliputi asam aspartat dan asam glutamat, yang masing-masing memiliki tambahan gugus karboksil (Sumardjo, 2006).

Golongan Asam Amino yang Mempunyai Gugus R Bermuatan Positif (Basa)

Golongan asam amino ini mempunyai gugus R dengan muatan total positif pada pH 7,0. asam amino ini meliputi lisin, arginin, dan histidin (Sumardjo, 2006).

Reaksi kimia asam amino mencirikan gugus fungsionil yang terkandung. Karena semua asam amino mengandung gugus amino dan karboksil, senyawa ini akan memberikan reaksi kimia yang mencirikan gugus – gugus ini. Sebagai contoh, gugus amino dapat memberikan reaksi asetilasi, dan gugus karboksil esterifikasi (Sumardjo, 2006).

Reaksi pengujian terhadap asam amino dapat berupa (Whitford, 2005):

Reaksi Xantoprotein

Larutan asam nitrat pekat ditambahkan dengan hati-hati ke dalam larutan protein. Setelah dicampur terjadi endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning apabila dipanaskan. Reaksi yang terjadi ialah nitrasi pada inti benzena yang terdapat pada molekul protein. Reaksi ini positif untuk protein yang mengandung tirosin, fenilalanin dan triptofan.

Reaksi Hopkins-Cole

(3)

dengan serbuk magnesium dalam air. Setelah dicampur dengan pereaksi Hopkins-Cole, asam sulfat dituangkan perlahan-lahan sehingga membentuk lapisan di bawah larutan protein. Beberapa saat kemudian akan terjadi cincin ungu pada batas antara kedua lapisan tersebut (Whitford, 2005).

Reaksi Millon

Pereaksi Millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein, akan menghasilkan endapan putih yang dapat berubah menjadi merah oleh pemanasan. Pada dasarnya reaksi ini positif untuk fenol-fenol, karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil yang berwarna (Whitford, 2005).

Reaksi Natriumnitroprusida

Natriumnitroprusida dalam larutan amoniak akan menghasilkan warna merah dengan protein yang mempunyai gugus –SH bebas. Jadi protein yang mengandung sistein dapat memberikan hasil positif (Yuwono, 2010).

Reaksi Ninhidrin

Reaksi ninhidrin dapat dipakai untuk penentuan kuantitatif asam amino. Dengan memanaskan campuran asam amino dan ninhidrin, terjadilah larutan berwarna ungu yang identitasnya dapat ditentukan dengan cara spektrometri. Semua asam amino dan peptide yang mengandung gugus α amino bebas memberikan reaksi ninhidrin yang positif. Prolin dan hidroksiprolin yang gugus aminonya tersubtitusi, memberikan hasil reaksi lain yang berwarna kuning (Yuwono, 2010).

1.3. Tinjauan Bahan 1.3.1. NaOH

NaOH bersifat tidak mudah terbakar. Bentuknya berupa padatan dan tidak berbau. Berat molekul NaOH adalah 40 g/mol. Berwarna putih dan mudah larut dalam air. Memiliki titik didih 1380C (Anonim1, 2012).

1.3.2. HCl

Asam klorida merupakan bahan kimia yang tidak mudah terbakar. Wujudnya berupa cairan berwarna bening. HCl bersifat asam dan memiliki titik didih terendah 1000C (Anonim2, 2012).

1.3.3. Asam Glutamat

(4)

1.3.4. Glisin

Glisin salah satu asam amino yang berbentuk padat, berwarna putih, tidak mempunyai bau, pH glisin 5,9 -6,4. Glisin adalah oksidator kuat dan bersifat basa. Glisin adalah salah satu asam amino non esensial (Anonim4, 2012).

1.3.5. Lisin

Lisin mempunyai rumus kimia C6H14N2O2.HCl. Produk ini mudah larut dalam air dingin. Lisin bersifat tidak korosif dan tidak akan mengalami polimerisasi. Berat molekul lisin adalah 182,68 g/mol (Anonim5, 2012).

1.3.6. Alanin

Alanin mempunyai rumus kimia CH3CH(NH2).COOH. Alanin berbentuk padatan dan baunya tidak menyengat. Produk ini mempunyai berat molekul 89,09 g/mol. Alanin mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Titik leburnya pada suhu 2100C (Anonim6, 2012).

1.3.7. Reagen Ninhidrin

Reagen ninhidrin berwujud cairan, stabil dan mudah larut dalam air dingin, air panas, dietil eter, maupun aseton. Tidak bersifat korosif dan reaktif terhadap agen pengoksidasi , agen pereduksi, dan akali maupun asam (Anonim7, 2012).

1.3.8. Tirosin

Tirosin mempunyai rumus kimia C9H11NO3. Tirosin berbentuk padatan dan tidak berbau. Tirosin mudah larut dalam air dan tidak mudah larut dalam dietil eter, aseton dan alkohol. Titik leburnya 3440C (Anonim8, 2012).

1.3.9. Pepton

Pepton berbentuk padatan, bersifat non korosif dan merupakan produk yang stabil. Pepton tidak dapat mengalami polimerisasi (Anonim9, 2012).

1.3.10. Kasein

Kasein berbentuk padatan dan berwarna kecoklatan. Kasein dapat bereaksi dengan agen pengoksidasi dan polimerisasinya tidak akan terjadi (Anonim10, 2010).

1.3.11. Gelatin

Gelatin berwujud padat dan tidak berbau. Gelatin berwarna putih dan memiliki titik didih lebih besar dari 1000C. Gelatin mudah terbakar jika diletakkan pada suhu yang tinggi. Gelatin merupakan zat yang sangat stabil, sangat mudah larut dalam air panas namun tidak dapat larut dalam air dingin (Anonim11, 2012).

1.3.12. Reagen Biuret

Komposisi dari reagen ini adalah tembaga, sulfat pentahidrat, natrium tartart dihidrat, natrium hidroksida, kalium iodida dan air. Reagen ini biasa digunakan untuk uji makanan. Reagen biuret tidak mudah terbakar dan mudah larut dalam air dingin dan air panas (Anonim12, 2012).

1.3.13. Albumin

(5)

1.3.14. Eter

Eter mempunyai rumus kimia (C2H5)O2 dengan nama dietil eter. Zat ini mudah terbakar dan mudah menguap. Eter memiliki berat molekul 74,12 g/mol, berwarna bening dan larut dalam aseton dan sebagian larut dalam air dingin (Anonim14, 2012). 1.3.15. Fenol

Fenol mempunyai rumus kimia C6H5OH. Bentuknya berupa padatandan berwarna bening kemerah mudaan. Fenol mempunyai berat molekul 94,41 g/mol. Titik didihnya 1820C dan titik leburnya 420C. Mudah larut dalam metanol, dietil eter, alkohol, gliserol, kloroform dan petroleum (Anonim15, 2012).

1.3.16. Asam Nitrat

(6)

BAB II METODOLOGI 2.1. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tabung reaksi, pipet, penangas air, pH meter, buret, gelas kimia, labu ukur, termometer 1000C, labu, corong buchner, kertas saring, gelas arloji, timbangan, dan spektronik 20.

2.2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah HCl 0,1 N, NaOH 0,1 N, etanol, kloroform, asam amino (glisin, asam glutamat, lisin, alanin), larutan ninhidrin, asam amino 1g/L (glisin, tyrosin, tryptofan, asam glutamat, prolin, kasein), fenol, HNO3 pekat, NaOH 10 M, asam amino 1 g/L (glisin, tyrosin, triptofan dan fenil alanin), HCl 0,2 N, NaOH 0,2 N, asam amino 0,1 M (glisin, histidin, lisin, asam glutamat), CuSO4.5H2O 10 g/L, NaOH 10 N, protein 5 g/L (albumin, kasein, gelatin dan pepton), HCl 1N, NaOH 1N, HNO3 pekat, logam-logam berat 0,1 M (CuSO4; Pb(CH3COO)2; Hg(NO3)2, reagen asam ( asam sulfosalisilat 20%, asam pikrat jenuh, asam tannat, asam trikloroasetat 20%), ragen biuret, kalium natrium tartart, susu, larutan buffer natrium asetat 0,2 M pH 4,6, etanol 95%, dan eter.

2.3. Skema Kerja 2.3.1 Asam Amino

2.3.1.1 Kelarutan Asam Amino

2.3.1.2 Reaksi Ninhidrin Asam-asam amino

- Ditimbang 0,2 gram

- Dimasukkan dalam tabung reaksi - Diperiksa kelarutannya dengan pelarut

(air, asam encer, etanol, kloroform)

Hasil

Asam-asam amino

- Diambil 1 mL

- Dimasukkan dalam tabung reaksi - Dinetralkan

- Ditambah 5 tetes latutan ninhidrin - Dimasukkan dalam penangas air 2 menit

(7)

2.3.1.3 Reaksi Xanthoprotein

2.2 Kurva Titrasi Asam Amino

2.3 Protein 2.3.1 Uji Biuret

Asam-asam amino

- Diambil 0,5 mL

- Dimasukkan dalam tabung reaksi - Ditambah 0,5 asam nitrat pekat

- Didinginkan dan diamati perubahannya - Ditambahkan NaOH

- Diamati dan dibandingkan dengan uji larutan fenol

Hasil

Asam-asam amino

- Dipipet 10 mL dimasukkan dalam tabung kimia 100 mL - Ditentukan pHnya

- Ditambahkan HCl 0,1 N

- Dicatat pH setiap penambahan HCl - Dilanjutkan penambahan sampai pH 13

- Dititrasi 10 Ml asam amino dengan larutan NaOH sampai pH larutan 12,5

Hasil

Protein

- Dimasukkan dalam tabung reaksi 2 mL - Ditambahkan 2 tetes latutan kupri sulfat - Ditambah 2 mL NaOH

- Dikocok dan dicatat warna yang terjadi

(8)

2.3.2 Denaturasi Protein Oleh Panas Dan pH Ekstrim

2.3.3 Pengendapan Protein Dengan Logam Berat

2.3.4 Pengendapan Protein Oleh Asam Protein

- Dimasukkan dalam tabung reaksi 5 mL - Ditambahkan 0,5 mL HCl pada tabung 1 - Ditambahkan 0,5 mL NaOH pada tabung 2 - Ditambahkan 0,5 mL HNO3 pekat pada tabung 3 - Diletakkan dalam penangas air 10 menit

- Didinginkan dan dinetralkan

- Ditambah 2 mL HNO3 pekat yang berisi 2 mL protein - Diamati

Hasil

Protein

- Dimasukkan dalam tabung reaksi 2 mL - Ditambahkan logam berat

- Diamati

Hasil

Protein

- Dimasukkan dalam tabung reaksi 1-2 mL - Ditambahkan 5 tetes asam

- Diamati

- Ditambah NaOH - Diamati

(9)

2.3.5 Penentuan Kadar Protein Secara Biuret

2.3.6 Isolasi Kasein Dari Susu Protein

- Dimasukkan dalam tabung reaksi 1 mL - Ditambahkan 4 mL reagen biuret - Dikocok 3 menit

- Dibaca serapan pada panjang gelombang 540 nm - Dibuat larutan blanko dan standardengan konsentrasi

1, 3, 5, 8 10 mg/L

Hasil

Susu

- Dimasukkan dalam gelas kimia 500 mL sebanyak 100 Ml - Dihangatkan pada suhu 400C

- Ditambahkan buffer asetat 100 mL sambil diaduk - Didinginkan 5 menit

- Didekantasi endapannya

- Disuspensikan dengan 30 mL etanol

- Disaring dengan corong buchner dan dicuci dengan etanol eter 20mL

- Dicuci endapan dengan 50 mL eter dan dikeringkan - Dipisahkan tepung kasein pada gelas arloji

(10)

BAB III

HASIL PENGAMATAN 3.1. Tabel Pengamatan

3.1.1. Asam Amino

3.1.1.1. Kelarutan Asam Amino

No Perlakuan Pengamatan

Gilisin Asam glutamat Alanin 1. Asam amino diambil

0,1 g

Serbuk kristal, warna putih,

Serbuk kristal, warna putih

Serbuk kristal, warna putih 2. Dimasukkan ke dalam

tabung reaksi

Asam amino

3. Diperiksa kelarutannya dengan air, asam encer, basa encer, etanol dan kloroform

Tabel Kelarutan

No Asam Amino Pelarut

Air Asam encer Basa encer

Etanol Kloroform

1. Glisin Tidak

dilakuka

3. Alanin Tidak

dilakuka n

+ + -

-3.1.1.2. Reaksi Ninhidrin

No Asam Amino Pelarut Hasil

Uji Dinetralkan Ditambah 5

tetes ninhidrin

Dipanaskan selama 2menit

1. Glisin Tidak

berubah, larutan bening

Tidak terjadi perubahan

Tidak berwarna _

2. Tyrosin Tidak

berubah, larutan bening

Tidak terjadi perubahan

Kuning bening +

3. Tryptofan Tidak

berubah, larutan

Tidak terjadi

(11)

bening 4. Asam Glutamat Tidak

berubah, larutan bening

Tidak terjadi perubahan

Kuning bening +

5. Kasein Tidak

berubah, larutan bening

Tidak terjadi

perubahan Kuning bening +

3.1.1.3. Reaksi Xantroprotein

No Asam amino Penambahan

HNO3 Penambahan fenol Hasil uji

1. Glisin Larutan bening

dan hangat Larutankuning menjadi +

2. Tyrosin Larutan bening

dan hangat

Larutan menjadi kuning

+

3. Tryptofan Larutan bening dan hangat

Larutan menjadi kuning

+

No. Asam amino Penambahan HNO3

Penambahan NaOH Hasil uji

1. Glisin Larutan bening

dan hangat

Tidak terjadi

perubahan

_

2. Tyrosin Larutan bening

dan hangat

Tidak terjadi

perubahan dan timbul gelembung

_

3. Tryptofan Larutan bening dan hangat

Tidak terjadi

perubahan dan panas

_

3.1.1.4. Kurva titrasi asam amino

Alanin Asam Glutamat Glisin

(12)

6 3,53 6 11,12 6 3,10 6 11,34 6 3,36 6 11,71

7 3,36 7 11.16 7 3,08 7 11,48 7 3,31 7 11,78

8 3,38 8 11,18 8 3,04 8 11,50 8 3,26 8 11,88

9 3,41 9 11,21 9 3.02 9 11,60 9 3,23 9 11,92

10 3,37 10 11,28 10 3,00 10 11,60 10 3,20 10 11,95

11 3,35 11 11,40 11 2,98 11 11,69 11 3,14 11 12,01

12 3,39 12 11,43 12 2,96 12 11,73 12 3,11 12 12,04

13 3,18 13 11,65 13 2,96 13 11,79 13 3,05 13 12,09

14 3,12 14 11,70 14 2,96 14 11,85 14 3,04 14 12,11

15 3,11 15 11,76 15 2,93 15 11,88 15 3,02 15 12,13

16 3,10 16 11,79 16 2,92 16 11,91 16 3,01 16 12,17

17 3,07 17 11,80 17 2,92 17 11,94 17 3,00 17 12,17

18 3,09 18 11,82 18 2,91 18 11,97 18 2,98 18 12,20

19 3,04 19 11,86 19 2,91 19 11,99 19 2,97 19 12,22

20 3,08 20 11,87 20 2,90 20 12,01 20 2,96 20 12,23

21 3,08 21 11,88 21 2,89 21 12,05 21 2,95 21 12,25

22 3,04 22 11,90 22 2,89 22 12,13 22 2,94 22 12,26

23 3,04 23 11,96 23 2,88 23 12,15 23 2,93 23 12,28

24 3,02 24 11,99 24 2,88 24 12,25 24 2,92 24 12,29

25 3,01 25 12,03 25 2,87 25 12,15 25 2,86 25 12,30

26 3,00 26 12,03 26 2,84 26 12,15 26 2,86 26 12,31

27 2,94 27 12,05 27 2,84 27 12,17 27 2,85 27 12,35

28 2,93 28 12,06 28 2,84 28 12,19 28 2,85 28 12,36

29 2,89 29 12,07 29 12,37 29 2,85 29 12,37

30 2,92 30 12,08 30 12,38 30 12,36

31 2,91 31 12,08 31 12,38 31 12,37

32 2,91 32 12,10 32 12,39 32 12,37

33 2,90 33 12,15 33 12,39

34 2,90 34 12,15 34 12,39

35 12,16 35 12,39

(13)

38 12,18

3.1.2.1. Uji Biuret ( tidak dilakukan)

3.1.2.2. Denaturasi protein oleh panas dan Ph ekstrim

No Perlakuan Pengamatan

Kasein Gelatin Pepton

1. Dipipet 5 ml larutan

protein dan

dimasukkan kedalam 3 tabung reaksi

Larutan keruh, tidak berwarna

Larutan keruh, tidak berwarna

Larutan keruh, tidak berwarna

2. Tabung 1 ditambah 0,5 ml NaOH 1N

Tidak terjadi perubahan

Menjadi bening Tidak terjadi perubahan 3. Tabung 2 ditambah 0,5

ml HCl 0,2N

Tidak terjadi perubahan

Menjadi bening Tidak terjadi perubahan 4. Tabung 3 ditambah 0,5

ml HNO3 pekat

Tidak terjadi perubahan

Tidak terjadi perubahan

Tidak terjadi perubahan 5. Tabung 1 setelah

dipanaskan 10 menit

Larutan

berwarna kuning

Tidak terjadi perubahan

Larutan

berwarna kuning 6. Tabung 2 setelah

dipanaskan 10 menit

Tidak terjadi perubahan

Tidak terjadi perubahan

Larutan

berwarna kuning keruh

7. Tabung 3 setelah dipanaskan 10 menit

Larutan

No Perlakuan Pengamatan

Kasein Gelatin Pepton

1. Dipipet 2ml larutan protein dan

dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi

Larutan keruh,

tidak berwarna Larutan keruh, tidak berwarna Larutan keruh, tidak berwarna

2. Ditambahkan 2ml HNO3 pekat

Terbentuk 2 lapisan. Lapisan atas kuning dan lapisan bawah bening

(14)

3.1.2.3. Pengendapan Protein Dengan Logam Berat

No Perlakuan Pengamatan

Gelatin Hasil

2 Ditambah CuSO4 5

 Tetap biru

muda dan keruh

+ Biru muda

keruh

+

3 Ditambah HgNO3 5

+ Putih keruh, terdapat

4 Ditambah Pb asetat 5 tetes

Larutan tetap

 Putih keruh, terdapat endapan

+ Putih kental +

3.1.2.4 Pengendapan Protein oleh Asam

No Perlakuan Pengamatan

Gelatin Hasil

(15)

at 3 tetes

 Tidak terjadi

perubahan

3 Ditambah asam pikrat 4 Ditambah

asam

+ Tidak terjadi perubahan

3.1.2.5. Penentuan Kadar Protein secara Biuret

No Perlakuan Pengamatan

1 Albumin dari putih telur, larutan kasein, larutan pepton dan larutan gelatin dipipet sebanyak 1 ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi

 Albumin, kasein, pepton dan gelatin berada di dalam tabung reaksi

 Albumin berwarna ku ing bening

 Kasein bening dan tidak berwarna

 Pepton berwarna kuning keruh

 Gelatin bening dan tidak berwarna 2 Ditambah dengan 4 ml reagen

biuret

 Reagen biuret berwarna biru

(16)

larutan berwarna ungu tua

 Kasein + biuret menghasilkan larutan berwarna ungu muda

 Pepton + biuret menghasilkan larutan berwarna ungu sangat muda

 Gelatin + biuret menghasilkan larutan berwarna ungu muda

3 Didiamkan selama 30 menit  Albumin + biuret tetap berwarna ungu tua

 Kasein + biuret tetap berwarna ungu muda

 Pepton + biuret tetap berwarna ungu sangat muda

 Gelatin + biuret tetap berwarna ungu muda

4 Diukur serapannya pada panjang gelombang 540 nm

 Larutan blanko : 0,000 A

 Larutan albumin : 0,577 A

 Larutan kasein : 0,206 A

 Larutan pepton : 0,291 A

 Larutan gelatin :0,378 A

No Sampel Warna Awal Penambahan CuSO4.5H2O +

NaOH

Hasil Uji

1 Albumi n

Kuning bening Ungu tua +++

2 Kasein Tidak berwarna Ungu muda ++

3 Pepton Kuning keruh Ungu sangat muda +

4 Gelatin Tidak berwarna Ungu muda ++

3.1.2.6. Isolasi Kasein dari Susu

No Perlakuan Pengamatan

1 100 ml susu murni dituang dalam gelas kimia 250 ml

Susu murni di dalam gelas kimia

2 Susu murni dipanaskan pada suhu 40 °C

Susu murni menjadi panas

3 Ditambah 100 ml buffer asetat secara perlahan sambil diaduk

Susu berbusa, pH susu 4,8

(17)

Lapisan atas : putih keruh

5 Susu didekantasi Endapan dan larutan terpisah

6 Disuspensi dengan etanol Susu menggumpal

7 Suspensi susu disaring menggunakan kertas saring

Endapan tersaring pada kertas saring

8 Dicuci dengan eter : etanol (1:1) Residu lebih kering menyerupai tepung

9 Dicuci dengan eter Terdapat cairan kuning dalam endapan 10 Dikeringkan dalam oven Corong dingin, endotermis

11 Ditimbang i. 2,0 gram (kasein + kertas)

ii. 3,2 gram (kasein + kertas) Total : 5,2 gram – 1,4 gram

= 3,8 gram

3.2. Perhitungan

3.2.1 Kurva Titrasi Asam Amino

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

0 1 2 3 4 5 6 7 8

f(x) = − 1.84 x + 6.9 R² = 0.78

f(x) = − 0.05 x + 4.17 R² = 0.37

Kurva Titrasi Alanin dengan HCL 0,1 N

volume penambahan

pH

y1 = y2

-1,835x + 6,895 = -0,048x + 4,126 -1,787x = -2,769

(18)

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 0

2 4 6 8 10 12

f(x) = 0 R² = 0 f(x) = 0

R² = 0

Kurva Titrasi Alanin dengan NaOH 0,2 N

volme penambahan

p

H

y1 = y2

0,882x + 7,748 = 0,028x + 11,21 0,854x = 3,462

x = 4,054 pKa2 = 4,054

pI = 12 (pKa1 + pKa2)

= 12 (0,645 + 4,054) = 2,395

0 5 10 15 20 25 30 35

2.6 2.7 2.8 2.9 3 3.1 3.2 3.3

f(x) = − 0.01 x + 3.14 R² = 0.89

f(x) = 0

R² = 0 Kurva Titrasi Asam Glutamat dengan HCL 0,1 N

volume penambahan

pH

y1 = y2

-0,372x + 4,178 = -0,013x + 3,164 -0,359x = -1,014

(19)

0 5 10 15 20 25 30 35 10.5

11 11.5 12 12.5

f(x) = 0.04 x + 11.34 R² = 0.94

f(x) = 0

R² = 0 Kurva Titrasi Asam Glutamat dengan NaOH 0,2 N

volme penambahan

pH

y1 = y2

1,673x + 5,768 = 0,037x + 11,23 1,636x = 5,462

x = 3,339 pKa2 = 3,339

pI = 12 (pKa1 + pKa2)

= 12 (2,825 + 3,339) = 3,082

0 5 10 15 20 25 30 35 40

0 2 4 6 8 10 12

f(x) = 0 R² = 0 f(x) = 0

R² = 0 Kurva Titrasi Glisin dengan HCL 0,1 N

volume penambahan

pH

y1 = y2

-1,427x + 6,893 = -0,024x + 3,478 -1,403x = -3,415

(20)

0 5 10 15 20 25 30 35 40 10.5

11 11.5 12 12.5

f(x) = 0.03 x + 11.64 R² = 0.84

f(x) = 0

R² = 0 Kurva Titrasi Glisin dengan NaOH 0,2 N

volme penambahan

pH

y1 = y2

1,149x + 8,514 = 0,029x + 11,58 1,12x = 3,066

x = 2,738 pKa1 = 2,738

pI = 12 (pKa1 + pKa2)

= 12 (2,434 + 2,738) = 2,586

3.2.2 Perhitungan Kadar Protein secara Biuret Tabel 1: Hasil Pengukuran Larutan Standar

No C (ppm, X) A (y) x2 x.y

1 0 0 0 0

2 1000 0,251 106 251

3 3000 0,279 9x106 837

4 5000 0.308 25x106 1540

5 8000 0,356 64x106 2848

6 9000 0,412 81x106 3708

Σ (jumlah) 1,8x108 9184

(21)

3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 11000 12000

Kurva Penentuan Kadar Protein secara Biuret

Kasein

0 2000 4000 6000 800010000 0

Kurva Larutan Standar

Kurva Larutan Standar Linear (Kurva Larutan Standar)

a. Kadar Kasein

Konsentrasi =

(22)

=

4

,

03747

mg

1000

mg

×

100%

= 0,4% b. Kadar Albumin

Konsentrasi =

A

a

=

5

,

1022

0

,

577

×

10

−5

=

11308

,

85

ppm

w asam amino = [(x)] ppm . 10-3 L = 11308,85 ppm . 10-3 L = 11,309 mg

w protein =

w

asam

a

min

o

w

sampel

×

100%

=

11

,

309

mg

1000

mg

×

100%

= 1,13% c. Kadar Pepton

Konsentrasi =

A

a

=

5

,

1022

0

,

291

×

10

−5

=

5703

,

42

ppm

w asam amino = [(x)] ppm . 10-3 L = 5703,42 ppm . 10-3 L = 5,703 mg

w protein =

w

asam

a

min

o

w

sampel

×

100%

=

5

,

703

mg

1000

mg

×

100%

= 0,57% d. Kadar Gelatin

Konsentrasi =

A

a

=

5

,

1022

0

,

378

×

10

−5

=

7408

,

57

ppm

w asam amino = [(x)] ppm . 10-3 L = 7408,57 ppm . 10-3 L = 7,408 mg

w protein =

w

asam

a

min

o

(23)

=

7

,

408

mg

1000

mg

×

100%

= 0,74%

3.2.3. Perhitungan isolasi kasein dari susu

Berat kasein = 3,8 gr

Berat susu = 100 x ρsusu

= 100 ml x 1,032 g/ml =103,2 g

Randeman = massa kasein x 100% Massa susu

(24)

BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Asam Amino

4.1.1. Kelarutan Asam Amino

Untuk mengetahui kelarutan asam amino dengan pelarut maka hal yang dilakukan adalah menimbang asam amino (glisin, asam glutamat dan alanin) sebanyak 0.1 gram sebagai bahan yang akan diuji, selanjutnya dimasukkan dalam tabung reaksi. Masing-masing asam amino seperti: glisin, asam glutamat dan alanin diperiksa kelarutannya dengan menggunakan pelarut-pelarut sebagai berikut : HCl 0.1N, NaOH 0.1N, air, etanol dan kloroform.

Uji kelarutan merupakan uji untuk mengetahui ada atau tidaknya noda dan larut atau tidaknya suatu sampel untuk mngetahui termasuk larutan non polar atau polar. Hasil yang diperoleh dari uji kelarutan tersebut adalah glisin, asam glutamat, dan alanin memberikan reaksi positif (larut) terhadap asam encer, basa encer dan memberikan reaksi negatif (tidak larut) pada etanol dan kloroform. Asam glutamat juga memberikan reaksi positif dengan air. Glisin dapat larut karena glisin merupakan asam amino yang mudah menyesuaikan diri dengan berbagai situasi karena strukturnya sederhana. Asam amino mudah larut dalam asam maupun basa kuat karena asam amino mengandung dua gugus yang berlawanan sifatnya yaitu –COOH yang bersifat asam (karena dapat melepaskan ion H+) dan gugus -NH2 yang bersifat basa (karena dapat menerima proton). Oleh sebab itu asam amino bersifat amfoter. Selain itu berdasarkan larut atau tidaknya asam amino, asam amino itu dibedakan menjadi dua yaitu asam amino polar (larut dalam air) dan asam aino non polar (tidak larut dalam air) (Sumardjo, 2006). Yang termasuk amino polar adalah asam glutamat dan asam amino non polar adalah glisin dan alanin.

4.1.2. Reaksi Ninhidrin

Reaksi ninhidrin dapat dipakai untuk penentuan kuantitatif asam amino. Hal yang dilakukan adalah memasukkan larutan asam amino (glisin, tyrosin, tryptofan, asam glutamat dan kasein) kedalam tabung reaksi sebanyak 1ml. Kemudian dinetralkan dengan NaOH. Selanjutnya ditambahkan 5 tetes larutan ninhidrin sebagai reagen pengoksidasi. Dan dimasukkan dalam penangas air selama 2 menit untuk mempercepat laju reaksi ketika dehidrasi dan kondensasi pembentukan senyawa kompleks berwarna.

(25)

Kompleks warna ungu tersebut dihasilkan dari senyawa ninhidrin dengan atom nitrogen pada asam amino. Sedangkan pada glisin yang merupakan asam amino bebas akan bereaksi dengan ninhidrin menghasilkan warna biru-ungu. Perbedaan ini terjadi karena alat yang digunakan belum bersih dari kontaminan dan ninhidrin yang digunakan sudah tereduksi sehingga sulit bereaksi dengan asam amino.

4.1.3. Reaksi Xantroprotein

Uji xantroprotein merupakan uji kualitatif pada protein yang digunakan untuk menunjukkan adanya gugus benzena. Asam amino yang menunjukkan reaksi positif adalah tyrosin,phenilalanin, dan tryptofan. Reaksi postif uji xantroprotein adalah munculnya gumpalan atau cincin warna kuning. Pada uji ini digunakan larutan HNO3 yang berfungsi memecah protein menjadi gugus benzene. Uji xantroprotein akan menghasilkan warna orange pada reaksi yang menghasilkan turunan benzena dengan penambahan basa (Yuwono, 2010).

Uji xantroprotein dapat dilakukan dengan menambahkan 0.5 ml HNO3 pekat kedalam 0.5 ml asam amino. Fungsi penambahan HNO3 pekat untuk memecah protein membentuk derivat nitro karena HNO3 bersifat eksoterm. Didinginkan dan setelah dingin ditambahkan fenol dan NaOH untuk memberi suasan basa. Dilakukan pengamatan pada setiap uji.

Dari hasil percobaan dapat diketahui bahwa asam-asam amino seperti glisin, tryptofan dan tyrosin menghasilkan larutan bening dan hangat setelah penambahan dengan HNO3 pekat, dan memberikan hasil postif setelah penambahan fenol terjadi perubahan warna menjadi kuning. Sedangkan pada penambahan NaOH tidak terjadi perubahan dengan menghasilkan uji negatif. Berdasarkan (Yuwono, 2010) menyatakan bahwa uji xantroprotein akan memberikan warna kuning ketika asam amino seperti glisin, tryrosin dan tryptofan ditambahkan HNO3 pekat karena HNO3 pekat berfungsi memecah protein menjadi gugus benzena. Ketika ditambahkan dengan fenol akan menghasilkan warna orange pekat sedangkan pada NaOH akan menghasilkan warna jingga karena NaOH merupakan basa kuat.

4.1.4. Kurva Titrasi Asam Amino

Titik Isoelektrik adalah derajat keasaman atau pH ketika suatu makromolekul

(26)

kecil, karena itu protein akan memiliki kelarutan yang paling rendah dan akhirnya akan mudah mengendap.

Penentuan kurva tirasi asam- asam amino dapat dilakukan dengan memipet larutan asam amino (alanin, asam glutamat, dan glisin). Kemudian dimasukkan dalam gelas kimia 100ml. Ph meter yang digunakan untuk mengukur pH asam distandarkan atau dikalibrasi terlebih dahulu agar data yang diperoleh akurat. Selanjutnya larutan HCl 0.1 N dimasukkan dalam buret. Kemudian dititrasi dengan larutan asam asam amino hingga Ph asam mencapai 1,3. Ph meter yang telah digunakan kemudian dikalibrasi kembali dengan mencuci elektoda dengan akuades. Sebagai perbandingan maka buret yang tadinya berisi HCl maka diganti dengan NaOH untuk mengetahui reaksi kesetimbangan yang terjadi ketika suatu asam asam amino dititrasi dengan basa kuat. Titrasi dilakukan hingga mencapai Ph larutan menjadi 12,5.

Dari percobaan titrasi alanin dengan HCl 0.1 N, didapatkan kurva titrasi yang memiliki nilai Pka1 sebesar 0,645. Sedangkan alanin dengan NaOH menghasilkan pKa2 adalah 4,054. Dari kedua harga pKa tersebut maka diperoleh titik isoelektrik dengan nilai 2,395. Pada tirasi asam glutamat dengan HCl diperoleh pKa1 2,825 dan pKa2 3,339 dengan nilai titik isoelektrik sebesar 3,082. Titrasi antara glisin dengan HCl diperoleh pKa1 sebesar 2,434 dan pKa2 2,738 dengan nilai titik isoelektrik sebesar 2,586.

Berdasarkan data diatas nilai PI atau titik isoelektrik pada alanin adalah 2,395 sedangkan pada literatur nilai titik isoelektri alanin adalah 6,02. Pada pH diatas titik isoelektrik, alanin mempunyai muatan negatif, dan karenanya akan bergerak ke arah elektode positif (anoda) jika ditempatkan pada suatu medan listrik. Pada setiap pH di bawah titik isoelektrik, alanin mempunyai muatan positif dan akan bergerak menuju elektroda negatif katoda. Semakin jauh pH larutan alanin dari titik isoelektriknya, semakin besar muatan listrik total populasi molekul alanin. Untuk glisin dan asam glutamat memiliki titik isoelektrik sebesar 6-7. Karena alanin, glisin, dan asam glutamat merupakan asam-asam amino netral yang bersifat non polar. Asam amino netral non polar umumnya adalah yang paling sukar larut dalam air dari seluruh 20 asam amino ini. Pada pH 6-7 mereka berada sebagai ion dipolar yang netral. Tak satupun dari asam amino ini yang gugus fungsional rantai cabangnya dapat membentuk ikatan hidrogen dengan air (nitrogen heterosiklik dari triptofan tak membentuk ikatan hidrogen dengan air karena pasangan elektronnya adalah sebagian dari awan elektron π. Gugus sulfida dalam metionin tak polar sehingga tak membentuk ikatan hidrogen dengan air.

(27)

4.2.1. Uji biuret (tidak dilakukan)

4.2.2. Denaturasi Protein Oleh Panas dan pH Ekstrim

Denaturasi protein terjadi bila susunan ruang atau rantai polipeptida suatu molekul protein berubah. Sebagian besar protein globuer mudah mengalami denaturasi. Jika ikatan-ikatan yang membentuk konfigurasi molekul tersebut rusak, molekul akan mengembang. Denaturasi protein dapat dilakukan dengan cara yaitu oleh panas dan Ph ekstrim. Pada denaturasi oleh panas dapat dilakukan dengan menggunakan larutan HNO3 pekat karena bersifat eksoterm. Pada Ph ekstrim dilakukan dengan menggunakan

larutan HCl, NaOH, dan HNO3 yang ditambahkan pada larutan protein seperti kasein,

gelatin, dan pepton.

Denaturasi protein oleh panas dan ph ekstrim dapat dilakukan dengan memipet 5 ml larutan protein (gelatin, kasein dn pepton) kedalam 3 tabung reaksi. Pada tabung reaksi I ditambahkan larutan 0,5 ml NaOH 1N, tabung reaksi ke II ditambahkan 0,5 ml HCl 0,2N, dan tabung reaksi ke III ditambahkan larutan 0,5 ml HNO3 pekat.

Kemudian ketiga tabung reaksi tersebut dimasukkan ke dalam penangas air untuk mempercepat laju reaksi ketika dehidrasi dan kondensasi pembentukan senyawa kompleks berwarna. Kemudian dipipet lagi larutan protein dan dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan HNO3 pekat untuk merubah protein menjadi derivat nitro karena HNO3 bersifat eksoterm. Selanjutnya dilakukan pengamatan pada setiap ujinya.

Dari hasil percobaan denaturasi protein terjadi pada kasein ketika ditambahkan HNO3 pekat yaitu terbentuk dua lapisan dimana lapisan atas berupa endapan kuning dan lapisan bawah bening. Protein yang terdenaturasi berkurang kelarutannya. Lapisan molekul protein bagian dalam yang bersifat hidrofobik berbalik ke luar, sedangakan bagian luar yang bersifat hidrofil terlipat ke dalam. Pelipatan atau pembalikan terjadi khususnya bila larutan protein telah mendekati pH isoelektrik, dan akhirnya protein akan menggumpal dan mengendap. Viskositas akan bertambah karena molekul mengembang dan menjadi asimetrik, demikian jua sudut putaran optik larutan protein akan meningkat. Enzim-enzim yang gugus prostetiknya terdiri dari protein akan kehilangan aktivitasnya sehingga tidak berfungsi lagi sebagai enzim yang aktif.

4.2.3. Pengendapan Protein dengan Logam Berat

(28)

bereaksi pada Hg sehingga menghasilkan uji positif, sedangkan kasein dan pepton menghasilkan uji positif terhadap Hg, dan Pb. Larutan garam yang ditambahkan pada larutan sampel tentunya mengandung anion, untuk larutan Pb2+ anionnya adalah CH3COO- sedangkan untuk larutan Hg2+ anionnya adalah NO3-. Penambahan kedua anion ini menyebabkan suasana larutan menjadi sedikit asam, sehingga protein yang terdapat dalam larutan akan bertindak/mengkondisikan diri sebagai basa dan sebagian besar terdapat sebagai anion. Anion dari protein inilah yang bereaksi dengan ion logam berat membentuk garam proteinat yang tidak larut dalam air. Pada suasana larutan yang basa maka akan terbentuk endapan hidroksida. Endapan sringkali larut bila terdapat kelebihan logam dalam larutan sehingga meningkatkan kestabilan muatan positif partikel.

4.2.4. Pengendapan Protein Oleh Asam

Pengendapan protein oleh asam dapat dilakukan dengan menambahkan 3-6 tetes reagen asam (asam sulfosalisilat, asam pikrat, dan asam trikloro asetat) kedalam larutan protein (gelatin, pepton, dan kasein) dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan NaOH sedikit demi sedikit. Fungsi penambahan NaOH tersebut adalah untuk menetralkan larutan protein yang bermuatan positif sehingga membentuk garam yang tidak larut.

Hasil percobaan menunjukkan bahwa gelatin, pepton, dan kasein memberikan hasil negatif ketika ditambah dengan asam sulfosalisilat, asam pikrat dan asam trikloro asetat yaitu larutan yang dihasilkan tetap bening, namun ketika asam trikloro asetat pada gelatin ditambahkan dengan beberapa tetes larutan NaOH dapat menghasilkan uji positi yang ditandai dengan adanya endapan. Sedangkan pada pepton dan kasein uji positif terdapat pada asam sulfosalisilat dan asam trikloro asetat. Gelatin, pepton, dan kasein menghasilkan uji negatif pada asam pikrat meskipun sudah ditambah beberapa tetes NaOH, namun tidak mengalami perubahan yaitu larutan tetap berwarna bening.

Protein mengalami kekeruhan terbesar pada saat mencapai pH isoelektrik yaitu pH dimana protein memiliki muatan positif dan negatif yang sama. Pada saat inilah protein mengalami koagulasi. Penambahan asam ke dalam larutan menyebabkan ion-ion H+ dari asam akan terikat pada gugus-gugus yang bermuatan negatif sehingga terjadi perubahan pengutuban dari molekul protein. Perubahan pengutuban tersebut menyebabkan perubahan konformasi dari protein atau rusaknya struktur tersier atau kuarterner protein sehingga protein mengalami koagulasi. Pada pengendapan dengan asam kuat akan terbentuk cincin bulat. Hal ini disebabkan karena pada saat penambahan yang direaksikan dengan larutan protein menyababkan suatu denaturasi irrervisibial protein. Asam dan basa dapat mengacaukan jembatan garam dengan adanya muatan ionik. Sebuah tipe reaksi pengganti dobel terjadi sewaktu ion positif dan negatif di dalam garam berganti pasangan dengan ion positif dan negatif yang berasal dari asam atau basa yang ditambahkan

(29)

Pada percobaan penentuan kadar protein secara biuret ini, penentuan kadar protein didasarkan pada pengukuran serapan cahaya oleh ikatan kompleks yang berwarna ungu. Hal ini terjadi apabila protein bereaksi dengan tembaga dalam lingkungan alkali. Sampel yang digunakan untuk menetapkan kadar protein secara biuret adalah larutan gelatin, pepton, kasein dan albumin dari putih telur. Larutan tersebut dipipet sebanyak 1ml, ditambahkan 4 ml reagen biuret dan didiamkan selama 30 menit. Ini bertujuan agar proses pembentukan senyawa kompleks berwarna dapat berlangsung dengan benar-benar sempurna. Perlakuan yang sama juga di lakukan untuk sampel putih telur. Untuk sampel putih telur dibuat 5 larutan dengan konsentrasi yang berbeda.

Terjadinya ikatan komleks yang berwarna ungu apabila protein bereaksi dengan tembaga dalam suasana alkali dalam hal ini digunakan NaOH sebagai basa kuat yang memiliki ion OH- yang tinggi dalam larutan sehingga mampu mengikat ion H+ pada larutan tersebut. Ion H+ yang lebih reaktif tersebut dapat diikat dan tak akan bereaksi dengan gugus amino, sehingga ion Cu2+ dapat bereaksi dengan gugus amino dari ikatan peptida dari protein. Senyawa kompleks ini terlihat segera setelah penambahan reagen biuret dengan terbentuknya warna ungu pada larutan. Setelah senyawa kompleks berwarna terbentuk, baru dilakukan pengukuran dengan spektrometer UV pada panjang gelombang 540 nm.

Pada percobaan ini digunakan metode spektroskopi yaitu pengidentifikasi suatu objek dengan menggunakan kriteria warna. Sehingga didapatkan larutan protein yang berwarna ungu pada masing-masing konsentrasi. Larutan blanko memiliki serapan sebesar 0 A, kasein 0,206 A, albumin 0,577 A, pepton 0,291 A, dan gelatin 0,378 A. Kadar kasein yang diperoleh berdasarkan kurva baku adalah 0.4%, albumin 1.13%, pepton 0.57%, dan kadar gelatin adalah 0.74%. Kadar kasein lebih kecil dari protein yang lain karena ikatan peptida yang disusun mungkin sudah hancur, ketika sampel berasal dari susu yang kurang segar. Warna dari larutan protein berbeda-beda dari berbagai konsentrasi. Semakin besar konsentrasi yang digunakan maka semakin pekat warna yang terbentuk dan sebaliknya. Di dalam spektrofotometer, larutan protein mengadsorbsi cahaya yang diberikan kepadanya. Hal ini merupakan wujud dari interaksi suatu atom dengan cahaya. Dimana energi elektromagnetiknya ditransfer ke atom atau molekul sehingga partikel dalam protein dipromosikan dari tingkat energi yang lebih rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi, yaitu tingkat tereksitasi. Dari hasil pengidentifikasian pada spektrofotometer, didapatlah harga absorbansi pada masing-masing konsentrasi. Semakin besar konsentrasi maka semakin banyak protein yang diserap atau diabsorbsi, sehingga harga absorbansi yang didapat semakin besar juga.

4.2.6. Isolasi Kasein dari Susu

(30)

percobaan yang dilakukan dengan cara pegasaman dengan menambahkan buffer asetat pH 4,6.

Hal pertama yang dilakukan, semua peralatan dicuci dan dikeringkan. Setelah itu dimasukkan 100 ml susu ke dalam gelas kimia (berfungsi sebagai tempat atau wadah untuk larutan). Lalu dipanaskan hingga suhu 40 oC dalam penangas air. Kemudian ditambahkan buffer asetat sebanyak 100 ml, didiamkan selama 5 menit, kertas saring ditimbang untuk mengetahui massanya. Kemudian dilakukan dekantasi yang terdapat sisa gumpalan – gumpalan, lalu ditambahkan sedikit air di dekantasi kembali. Setelah itu ditambahkan 20 ml etanol (digunakan untuk menghilangkan lemak yang tidak diinginkan dalam preparasi). Disaring dengan kertas saring untuk memisahkan endapan dan larutan. Ditambahkan larutan campuran etanol : eter (1:1) sebanyak 20 ml digunakan untuk memurnikan kasein dari komponen susu yang lain. Kemudian dicuci dengan eter sebanyak 15 ml, gelas arloji ditimbang. Filtratnya tadi dikeringkan dalam oven pada suhu 50 oC. barulah diperoleh kasein dan ditimbang dengan timbangan analitik (untuk mengetahui massa kasein). Serta, penambahan buffer asetat pada pH 4,6 ini yang merupakan titik isoelektriknya. Dimana, titik isoelektrik yang dimiliki kasein ini dapat digunaka sebagai prinsip mengisolasi kasein yaitu dengan menurunkan pH larutan yang mengandung kasein menjadi 4,6 sehingga melalui penyaringan dan diproleh endapan kasein.

Berat kasein yang didapatkan dalam percobaan ini adalah 3,8 g dan massa jenis kasein 1,032 g/ml, sehingga berat susu dengan 100ml adalah 1,032 g. Hasil randemen kasein yang didapatkan yaitu sebesar 3,7%. Hasil randemen yang didapat sesuai dengan literatur yang mengatakan bahwa protein kasein pada susu berkisar antara 2,0% sampai 4,0%. Dimana protein dalam susu mencapai sekitar 3,25 % struktur primer dari rantai polipeptida dari asam – asam amino yang disatukan dengan ikatan – ikatan peptida. Protein juga memiliki isoelektrik tertentu. Pada pH tersebut protein tidak bermuatan positif atau negatif sehingga dapat membentuk gumpalan – gumpalan dan mengendap.

(31)

5.1. Kesimpulan

Dari kegiatan praktikum biokimia ini dapat disimpulkan bahwa asam amino merupakan asam karboksilat yang mempunyai gugus amino. Asam amino yang terdapat sebagai komponen protein mempunyai gugus –NH2 pada atom karbon alfa dari posisi gugus –COOH. Sedangkan protein merupakan senyawa organic kompleks molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer – monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Pengujian asam amino dan protein ada 10 macam yang dilaksanakan pada praktikum ini yaitu kelarutan asam-asam amino, reaksi ninhidrin, reaksi xanthoprotein, kurva titrasi asam amino, uji biuret, denaturasi protein oleh logam berat, pengendapan protein dengan logam berat, pengendapan protein oleh asam, penentuan kadar secara biuret, dan isolasi kasein dari susu. Serta hasil dari masing – masing uji tersebut berbeda (dilihat dari perubahan warna, dan lain-lain).

5.2. Saran

Bagi praktikan untuk selanjutnya diharapkan lebih bersungguh – sunggu dalam melaksanakan praktikum dan lebih meningkatkan ketelitian dalam bekerja, serta dapat meningkatkan kekompakan dalam kelompoknya. Karena, dengan demikian mudah – mudahan praktikum akan berlangsung sesuai dengan apa yang diharapkan dan mendapatkan hasil yang maksimal.

(32)

Anonim1. 2012. Material Safety Data Sheet Natrium Hidroxide. http://www.sciencelab.com/

msds.php?msds Id=9927543. Diakses tanggal 29 September 2014

Anonim2. 2012. Material Safety Data Sheet Chlorid Acid.

http://www.sciencelab.com/msds.php?msds Id=9927543. Diakses tanggal 29 September 2014

Anonim3. 2012. Material Safety Data Sheet Glutamat Acid.

http://www.sciencelab.com/msds.php?msds Id=9927543. Diakses tanggal 30 September 2014

Anonim4. 2012. Material Safety Data Sheet Glysisin. http://www.sciencelab.com/msds.php?

msds Id=9927543. Diakses tanggal 30 September 2014

Anonim5. 2012. Material Safety Data Sheet Lysin. http://www.sciencelab.com/msds.php?

msds Id=9927543. Diakses tanggal 30 September 2014

Anonim6. 2012. Material Safety Data Sheet Alanin. http://www.sciencelab.com/msds.php?

msds Id=9927543. Diakses tanggal 30 September 2014

Anonim7. 2012. Material Safety Data Sheet Ninhidrn.

http://www.sciencelab.com/msds.php?msds Id=9927543. Diakses tanggal 30 September 2014

Anonim8. 2012. Material Safety Data Sheet Tyrosin. http://www.sciencelab.com/msds.php?

msds Id=9927543. Diakses tanggal 30 September 2014

Anonim9. 2012. Material Safety Data Sheet Pepton. http://www.sciencelab.com/msds.php?

msds Id=9927543. Diakses tanggal 30 September 2014

Anonim10. 2012. Material Safety Data Sheet Casein. http://www.sciencelab.com/msds.php?

msds Id=9927543. Diakses tanggal 30 September 2014

Anonim11. 2012. Material Safety Data Sheet Gelatin. http://www.sciencelab.com/msds.php?

msds Id=9927543. Diakses tanggal 30 September 2014

Anonim12. 2012. Material Safety Data Sheet Biuret Reagent.

http://www.sciencelab.com/msds.php?msds Id=9927543. Diakses tanggal 30 September 2014

Anonim13. 2012. Material Safety Data Sheet Eter. http://www.sciencelab.com/msds.php?

msds Id=9927543. Diakses tanggal 30 September 2014

Anonim14. 2012. Material Safety Data Sheet Phenol. http://www.sciencelab.com/msds.php?

msds Id=9927543. Diakses tanggal 30 September 2014

Anonim15. 2012. Material Safety Data Sheet Albumin. http://www.sciencelab.com/msds.php?

msds Id=9927543. Diakses tanggal 30 September 2014

Anonim16. 2012. Material Safety Data Sheet Nitrat Acid.

http://www.sciencelab.com/msds.php?msds Id=9927543.Diakses tanggal 30 September 2014

Kuchel, Philip dan Gregory B Ralston. 2002. Schaum’s Easy Outlines Biochemistry. USA : McGraw-Hill Companies.

(33)

Sumardjo, Damin. 2006. Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Progam Srata 1 Bioeksakta. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Whitford, David. 2005. Protein Structure and Function. England : John Willey and Sons.

Yuwono, Tribowo. 2010. Biologi Molekular. Jakarta : Erlangga

LAMPIRAN A. REAKSI

(34)

H2N

O

OH

H2N

O

OH

H2N

O

OH

H2N

O

OH C2H5OH

H Cl

Na OH

H2N

O

OH CHCl3

+H 3N

O

O

-+H 2N

O

OH Cl

H2N

O

O- +Na

H2N

O

OC2H5 + H2O

glycine

glycine

+

glycine

+

glycine

+

glycine

+

(35)

NH2

(36)

b. Tyrosin

(37)

H

3. REAKSI XANTHOPROTEIN

(38)

H

4.Kurva Titrasi Asam Amino

a. Asam pada Asam Glutamat

H2N

(39)

c. Asam pada Glisin

d. Basa pada Glisin

C

5.Pengendapan Protein dengan Logam Berat a. Dengan CuSO4

(40)

6.Pengendapan Protein Oleh Asam

1. Denaturasi Protein Oleh Panas dan pH Ekstrim

C

2. Isolasi Kasein Pada Susu

(41)

B. JAWABAN PERTANYAAN Kurva TitrasiAsam-Asam Amino

1. Asam glutamat: pKa1 = 2,825 dan pKa2 = 3,339. Pada alanin didapatkan pKa1 = 0,645 dan pKa2 = 4,054. Pada glisin nilai pKa1= 2,434 dan pKa2= 2,738. Nilai pKa yang didapatkan pada percobaan kali ini kurang sesuai dengan literatur hal ini dimungkinkan karena proses pendinginan yang kurang optimal.

2. Titik Elektrik pada alanin = 2,385, pada asam glutamat =3,082 dan pada glisin= 2,586.

Penentuan Kadar Protein Secara Biuret 1.

0 2000 4000 6000 8000 10000 0

0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45

f(x) = 0 x + 0.22 R² = 0.95

Kurva Larutan Standar

Kurva Larutan Standar Linear (Kurva Larutan Standar)

Konsentrasi (ppm)

A

bs

or

ba

ns

i

y

=

ax

a

=

Σx

.

y

Σx

2

=

9184

1,8

×

10

8

=

5

,

1022

×

10

−5

2. Kadar Kasein

Konsentrasi =

A

a

=

5

,

1022

0

,

206

×

10

−5

=

4037

,

47

ppm

(42)

w protein =

w

asam

a

min

o

w

sampel

×

100%

=

4

,

03747

mg

1000

mg

×

100%

= 0,4% 3. Kadar Albumin

Konsentrasi =

A

a

=

5

,

1022

0

,

577

×

10

−5

=

11308

,

85

ppm

w asam amino = [(x)] ppm . 10-3 L = 11308,85 ppm . 10-3 L = 11,309 mg

w protein =

w

asam

a

min

o

w

sampel

×

100%

=

11

,

309

mg

1000

mg

×

100%

= 1,13% 4. Kadar Pepton

Konsentrasi =

A

a

=

5

,

1022

0

,

291

×

10

−5

=

5703

,

42

ppm

w asam amino = [(x)] ppm . 10-3 L = 5703,42 ppm . 10-3 L = 5,703 mg

w protein =

w

asam

a

min

o

w

sampel

×

100%

=

5

,

703

mg

1000

mg

×

100%

= 0,57% 5. Kadar Gelatin

Konsentrasi =

A

a

=

5

,

1022

0

,

378

×

10

−5

=

7408

,

57

ppm

(43)

w protein =

w

asam

a

min

o

w

sampel

×

100%

=

7

,

408

mg

1000

mg

×

100%

= 0,74%

3. Senyawa yang tidak memiliki ikatan peptida atau asam amino tunggal.

4. Iya, cara menentukan kadar proteinnya dengan menambahkan larutan pembentuk kompleks dengan asam amino dan pemberi suasana basa pada asam amino.

Isolasi Kasein dari Susu

1. Berat kasein = 3,8 gr Berat susu = 100 x ρsusu

= 100 ml x 1,032 g/ml =103,2 g

Randeman = massa kasein x 100% Massa susu

= 3,8 g x 100% 103,2 g = 3,7%

Gambar

Tabel Kelarutan
Tabel 1: Hasil Pengukuran Larutan Standar

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil praktikum tentang analisis kualitatif protein dan karakterisasi protein, yang bertujuan untuk untuk mengidentifikasi protein berdasarkan

Uji biuret ini untuk membuktikan bahwa komponen utama penyusun enzim saliva adalah protein, dan terbukti pada percobaan ini didapat hasil positif yang ditandai dengan timbulnya

Percobaan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah bahan makanan mengandung banyak lemak atau tidak, mengandung asam lemak bebas atau tidak, sehingga bisa diketahui makanan

Percobaan yang kedua adalah identifikasi asetosal diberikan pereaksi pada tabung (1) natrium hidroksida ditambah asam sulfat ditambah FeCl 3

Seharusnya Seharusnya hasil hasil yang diperoleh yang diperoleh uji uji iod dan uji benedict adalah negatif, sebab pada pH tersebut enzim amilase tidak aktif dan iod

Hasil percobaan penentuan kadar vitamin C tidak sesuai dengan literature karena vitamin dalam bentuk sari buah seharusnya lebih lama dititrasi dibandingkan

Reaksi pembuatan Asam Pikrat yang terjadi merupakan reaksi nitrasi yang menghasilkan asam pikrat sebagai turunan (derivative) dari fenol, dimana reaksi nitrasi ialah penggabungan

Larutan bouin sendiri sendiri berisi 10% formaldehida (25% formalin), asam asetat 0,9 M dan 0,04 M asam pirukat yang dilarutkan didalam air. Asam pikrat menembus jaringan aga