• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Stres Kerja, Pergantian Auditor dan Biaya Eksternal Audit Terhadap Kualitas Audit pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Stres Kerja, Pergantian Auditor dan Biaya Eksternal Audit Terhadap Kualitas Audit pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Kualitas Audit

Profesi akuntan publik adalah profesi yang memberikan jasa yang

berhubungan dengan auditing, dimana profesi ini sangat membutuhkan kepercayaan masyarakat, maka dalam melaksanakan tugasnya akuntan

publik harus senantiasa berpedoman pada Standar Profesional Akuntan Publik yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Jasa yang diberikan oleh Akuntan Publik adalah melakukan pemeriksaan terhadap

laporan keuangan perusahaan dan memberikan pendapat atau opini tentang laporan keuangan tersebut apakah telah wajar dan sesuai dengan Standar

Laporan Keuangan yang ditetapkan IAI (Suraida, 2005).

Informasi yang tersaji dalam laporan keuangan harus bersifat andal, akurat, dan terpercaya karena, informasi tersebut akan digunakan dalam

pengembilan keputusan dan akan dipublikasikan agar dapat dilihat dan dipelajari oleh pihak – pihak yang berkepentingan terhadap laporan

keuangan tersebut. Untuk mencapai hal tersebut maka dibutuhkan pihak ketiga yang akan menjembatani pihak – pihak yang berkepentingan. Pihak ketiga tersebut harus bersifat independen dan biasanya orang yang dipakai

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Apabila hal ini disadari oleh auditor, maka yang menjadi fokus utama mereka dalam melaksanakan tugasnya adalah kualitas dari laporan audit

yang akan mereka sampaikan. Karena semakin berkualitas laporan audit yang mereka sampaikan, maka akan semakin baik pengaruh dari laporan

tersebut kepada pihak yang mereka audit.

Istilah “kualitas audit” mempunyai arti yang berbeda – beda bagi setiap orang. Para pengguna laporan keuangan berpendapat bahwa kualitas

audit yang dimaksud terjadi jika auditor dapat memberikan jaminan bahwa tidak ada salah saji yang material (no material misstatements) atau kecurangan (fraud) dalam laporan keuangan auditee. Sedangkan, auditor

sendiri memandang kualitas audit terjadi apabila mereka bekerja sesuai dengan standar professional yang ada, dapat menilai resiko bisnis auditee

dengan tujuan untuk meminimalisasi resiko litigasi, dapat meminimalisasi ketidakpuasan auditee dan menjaga reputasi auditor.

Kualitas audit adalah kemampuan dari seorang auditor dalam

melaksanakan tugasnya dimana dalam melakukan audit auditor dapat menemukan kesalahan klien dan melaporkannya serta memberikan

rekomendasi untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Dalam standar Pemeriksaan Keuangan Negara menyatakan definisi

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dilengkapi tanggapan dari pimpinan atau pejabat yang bertanggungjawab pada entitas yang diperiksa mengenai temuan dan rekomendasi serta

tindakan koreksi yang direncanakan.

Cara yang paling efektif untuk menjamin bahwa suatu laporan audit telah dibuat secara wajar, lengkap, dan objektif adalah dengan mendapatkan

review dan tanggapan dari pejabat yang bertanggungjawab pada entitas yang

diperiksa. Tanggapan atau pendapat dari pejabat yang bertanggungjawab

tidak hanya mencakup kelemahan dalam pengendalian intern, kecurangan, penyimpangan terhadap ketentuan peraturan perundang – undangan, atau ketidakpatutan yang dilaporkan oleh pemeriksa, tetapi juga tindakan

perbaikan yang direncanakan.Pemeriksaan harus memuat komentar tersebut dalam laporan auditnya.

Menurut De Angelo (1981) dalam Justinia Castellani (2008) kualitas audit adalah :

“ kemungkinan (probability) didalam auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi klien (auditee). ”

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Kantor Akuntan Publik (KAP) besar akan berusaha menyajikan kualitas audit yang lebih besar

(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Indikator kualitas audit menurut Justiana Castellani (2008), yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) administrasi akhir, (4) kemampuan

menemukan kesalahan, (5) keberanian melaporkan kesalahan.

Wooten (2003) telah mengembangkan model kualitas audit dari membangun teori dan penelitian empiris yang ada. Model yang disajikan

oleh Wooten dalam penelitian ini dijadikan sebagai indikator untuk kualitas audit, yaitu (1) deteksi salah saji, (2) kesesuaian dengan SPAP, (3)

kepatuhan terhadap SOP, (4) risiko audit, (5) prinsip kehati – hatian, (6) proses pengendalian atas pekerjaan oleh supervisor, dan (7) perhatian yang

diberikan oleh manajer atau partner.

Widagdo (2002) melakukan penelitian tentang atribut – atribut kualitas audit oleh kantor akuntan publik yang mempunyai pengaruh

terhadap kepuasan auditee. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 7 atribut kualitas audit yang berpengaruh terhadap kepuasan auditee, antara lain pengalaman melakukan audit, memahami indrutri auditee, responsif

atas kebutuhan auditee, taat pada standar umum, komitmen terhadap kualitas audit dan keterlibatan komite audit. Sedangkan 5 atribut lainnya

yaitu independensi, sikap hati – hati, melakukan pekerjaan lapangan dengan tepat, standar etika yang tinggi dan tidak mudah percaya, tidak berpengaruh

(5)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2.1.2 Teori Motivasi

Motivasi dapat diartikan sebagai faktor pendorong yang berasal dari

dalam diri manusia, yang mempengaruhi cara bertindak seseorang. Dengan demikian maka, motivasi kerja akan berpengaruh terhadap performansi

kerja.

Menurut Stephen P. Robbins (2008:222) motivasi (motivations) adalah :

“ proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang

individu untuk mencapai tujuannya.”

Tiga elemen utama dalam defenisi motivasi diatas adalah intensitas, arah dan ketekunan untuk mencapai suatu tujuan. Intensitas berhubungan

dengan seberapa giat seseorang berusaha untuk mencapai tujuannya. Arah berhubungan dengan apa yang akan kita tuju. Sedangkan ketekunan

merupakan ukuran mengenai berapa lama seseorang bisa memepertahankan usahanya dalam mencapai tujuannya (Stephen P. Robbins, 2008:223).

Menurut teori kebutuhan yang dikemukakan oleh McClelland didalam

menjalankan tugasnya banyak karyawan yang membutuhkan penghargaan atas apa yang mereka kerjakan, karena dengan adanya penghargaan yang

mereka terima maka mereka akan merasa lebih termotivasi lagi didalam mereka mengerjakan tugas dan tanggung jawab mereke. Selain itu juga, pada situasi – situasi tertentu mereka ingin mendapatkan tanggung jawab

(6)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA sedang terjadi, karena dengan demikian mereka akan mendapat umpan balik dan mereka dapat menentukan apakah mereka berkembang atau tidak.

Karyawan yang demikian lebih menyukai tantangan daripada menerima hasil dari individu lain (Stephen P. Robbins, 2008:230).

Belakangan ini ada sebuah teori motivasi yang paling diterima yaitu teori harapan (expectancy theory) yang dikemukakan oleh Victor Vroom. Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin

dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya tersebut. Artinya, apabila

seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalannya tampak terbuka untuk memperolehnya maka yang bersangkutan akan berupaya untuk mendapatkannya (Stephen P. Robbins, 2008:253).

Dari kedua teori diatas dapat disimpulkan bahwa karyawan memiliki kebutuhan dan harapan atas apa yang mereka kerjakan baik untuk

memenuhi kebutuhan individu mereka maupun kebutuhan pekerjaan mereka.

2.1.3 Komite Audit

2.1.3.1 Definisi dan Karakteristik Komite Audit

Konsep komite audit mulai diperkenalkan kepada dunia

(7)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA keberadaan komite audit sebagai persyaratan pencatatan, sejak itu banyak Negara yang membuat ketentuan mengenai komite audit.

Sejalan dengan kecenderungan internasional tersebut, persyaratan semacam ini juga telah ditetapkan di Indonesia melalui pedoman

Good Corporate Governance (GCG) yang diterbitkan pada bulan Mei

2002.

Keberadaan komite audit diatur melalui Surat Edaram

Bapepam Nomor SE-03/PM/2002 (bagi perusahaan publik) dan keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-103/MBU/2002 (bagi

BUMN). Komite audit terdiri dari sedikitnya tiga orang, diketuai oleh komisaris independen perusahaan dengan dua orang eksternal yang independen serta menguasai dan memiliki latar belakang akuntansi

dan keuangan. Menurut KNKG (2006), jumlah komite audit harus disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan dengan tetap

memperhatikan efektifitas dalam pengambilan keputusan.

Komite audit timbul sebagai akibat peran pengawas dan akuntabilitas dewan komisaris perusahaan pada umumnya belum

memadai. Komite audit adalah organ tambahan yang diperlukan dalam pelaksanaan prinsip Good Corporate Governance (GCG).

(8)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA perusahaan serta melaksanakan tugas penting berkaitan dengan sistem pelaporan keuangan. Anggota komite audit harus memiliki keahlian

yang memadai. Komite audit memiliki kewenangan dan fasilitas untuk mengakses data perusahaan.

Komite audit dituntut untuk dapat bertindak secara independen. Independensi komite audit tidak dapat dipisahkan dari moralitas yang melandasi integritasnya. Hal ini perlu disadari karena komite audit merupakan pihak yang menjembatani antara eksternal auditor dan perusahaan yang juga sekaligus menjembatani antara fungsi pengawasan dewan komisaris dengan internal auditor.

Komite audit adalah suatu komite yang beranggotakan satu atau lebih anggota dewan komisaris. Anggota komite audit dapat berasal dari kalangan luar dengan berbagai keahlian, pengalaman dan kualitas lainnya yang dibutuhkan guna mencapai tujuan komite audit. Komite audit harus bebas dari pengaruh direksi, eksternal auditor dan hanya bertanggung jawab kepada dewan komisaris (Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, 2008 : 145).

Kebutuhan akan komite audit disebabkan oleh belum memadainya peran pengawasan dan akuntabilitas dewan komisaris perusahaan. Pemilihan anggota dewan komisaris yang berdasarkan

kedudukan dan kekerabatan menyebabkan mekanisme check and

balance terhadap direksi tidak berjalan sebagaimana mestinya. Fungsi

audit internal dan eksternal belum berjalan optimal mengingat secara struktural, auditor tersebut berada pada posisi yang sulit untuk bersikap independen dan objektif. Oleh karena itu, muncul tuntutan

(9)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2.1.3.2 Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang Komite Audit

Indra Surya dan Ivan Yustiavandana (2006 : 148) , komite audit mempunyai tanggung jawab pada tiga bidang, yaitu :

1. Laporan Keuangan ( financial reporting)

Tanggung jawab komite audit di bidang laporan keuangan adalah untuk memastikan bahwa laporan yang dibuat manajemen telah memberikan gambaran yang sebenarnya tentang kondisi keuangan, hasil usaha, rencana dan komitmen perusahaan jangka panjang.

2. Tata Kelola Perusahaan ( corporate governance )

Tanggung jawab komite audit dalam bidang tata kelola perusahaan adalah untuk memastikan bahwa perusahaan telah dijalankan sesuai undang – undang dan peraturan yang berlaku dan etika, melaksanakan pengawasan secara efektif terhadap benturan kepentingan dan kecurangan yang dilakukan oleh karyawan perusahaan.

3. Pengawasan Perusahaan ( corporate control )

Komite audit bertanggung jawab untuk pengawasan perusahaan termasuk didalamnya hal – hal yang berpotensi mengandung risiko dan sistem pengendalian intern serta memonitor proses pengawasan yang dilakukan oleh auditor internal.

Sedangkan menurut pedoman GCG, tugas dan tanggung

jawab komite audit adalah :

1. Mendorong terbentuknya struktur pengawasan intern yang memadai. Adanya pengawasan intern ditujukan untuk

mewujudkan prinsip pertanggungjawaban ( responsibility). 2. Meningkatkan kualitas keterbukaan dan pelaporan

keuangan. Prinsip transparansi (transparency)

dikembangkan dalam tugas ini.

3. Mengkaji ruang lingkup dan ketepatan eksternal audit,

(10)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA objektivitas eksternal auditor. Komite audit dalam hal ini menjalankan prinsip akuntabilitas ( accountability).

4. Mempersiapkan surat uraian tugas dan tanggung jawab komite audit selama tahun buku yang sedang diperiksa

eksternal audit. Hal ini terkait dengan prinsip pertanggungjawaban (responsibility).

Komite audit juga memiliki wewenang, yaitu :

1. Menyelidiki semua aktivitas dalam batas ruang lingkup tugasnya ;

2. Mencari informasi yang relevan dari setiap karyawan ; 3. Mengusahakan saran hokum dan professional lainnya yang

indepenten apabila dipandang perlu ;

4. Mengundang kehadiran pihak luar dengan pengalaman sesuai, apabila dianggap perlu.

Komite audit merupakan organ yang dibentuk dan berada dibawah dewan komisaris. Keberadaan komite audit dalam suatu perseroan terbatas untuk membantu pemberdayaan (empowerment)

(11)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2.1.4 Stres Kerja

Pekerjaan audit harus dilakukan oleh auditor yang profesional.

Artinya audit harus dilakukan oleh orang yang memiliki pengetahuan dan kemampuan teknis yang disyaratkan demi menjamin kegiatan audit

dilakukan secara efektif, efisien, ekonomis dan berkualitas. Demi menjamin terwujudnya kegiatan audit tersebut, seorang auditor diharapkan memiliki tingkat ketelitian yang tinggi, rasa ingin tahu yang tinggi, serta memiliki

jiwa pantang menyerah.

Di sisi lain, kualitas audit tidak dapat dipisahkan dari keberadaan

auditor dan kondisi lingkungan kerja yang dihadapi pada saat itu. Yang dimaksud kondisi lingkungan kerja di sini bisa berasal dari lingkungan dalam yakni sifat bawaan yang melekat pada individu auditor seperti

pengetahuan, usia, pendidikan dan sebagainya, dan lingkungan luar auditor misalnya teman sejawat, atasan, pihak yang diaudit (auditee), pihak yang

mempunyai kepentingan dengan audit. Tuntutan dan lingkungan kerja yang dihadapi auditor ketika menjalankan tugas audit sangat dinamis, sehingga tidak semua tuntutan tersebut dapat dipenuhi auditor. Lingkungan kerja

yang dihadapi auditor juga membutuhkan penyesuaian, dan belum tentu dapat juga dipenuhi oleh auditor. Kondisi tersebut apabila tidak ditemukan

jalan keluarnya dapat menimbulkan stress pada diri auditor.

(12)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA yang diberikan tidak tepat. Oleh karena itu, stress yang dialami auditor sangat merugikan organisasi yang diaudit, dimana hasil auditnya tidak dapat

digunakan untuk menghilangkan masalah yang dihadapi organisasi, dan bagi organisasi audit juga dirugikan karena audit yang dilakukan auditor

tidak ekonomis atau terjadi pemborosan.

Menurut Stephen P. Robbins (1996 : 222) stres adalah

“ suatu kondisi dinamik dimana seorang individu dikonfrontasikan

dengan suatu peluang, kendala (constaints), ataupun tuntutan

(demands) yang dikaitkan dengan apa yang sangat diinginkannya dan

yang hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti dan penting.”

Tuntutan – tuntutan atau faktor – faktor lingkungan yang menimbulkan stres disebut stressor. Dengan kata lain stressor adalah suatu

prasyarat untuk mengalami respon stress. Respon stress adalah suatu langkah yang penting dan perlu dalam upaya untuk mengatasi stress secara

efektif. Istilah respon stress menggambarkan serangkaian respon yang berbeda yang dibuat oleh tubuh manusia terhadap tuntutan atau tekanan yang dihadapinya.

Stress yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya. Sebagai hasilnya, pada diri karyawan

(13)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA konflik peran, kelebihan beban kerja, waktu kerja, ketidakjelasan peran dan pengaruh pimpinan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wastman, stress kerja terjadi jika tuntutan kerja melebihi kemampuan atau kapasitas yang

dimiliki seorang karyawan. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Anatan (2007) yakni pemberian beban kerja yang berlebihan terhadap pegawai dapat menimbulkan stress yang berkepanjangan, yaitu kondisi atau keadaan

yang tidak menyenangkan yang dihadapi oleh setiap orang baik secara fisik maupun mental.

Menurut Gitosudarmo dan Sudito (1997) dalam Sungkawati (2007), stress mempunyai dampak positif dan negatif. Dampak positif pada tingkat rendah sampai moderate dapat berperan sebagai motivasi karyawan untuk

meningkatkan kinerjanya, sedangkan dampak negatif stress pada tingkat tinggi (overstress) adalah kinerja karyawan menurun secara drastis. Kondisi

ini terjadi karena karyawan akan lebih banyak menggunakan tenaganya untuk melawan stress daripada untuk melakukannya.

Ada beberapa aspek pembangkit tekanan kerja (stres) yaitu :

1. Faktor Interinsik, meliputi faktor yang berkaitan dengan tugas atau beban kerja.

(14)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3. Faktor yang berkaitan dengan lingkungan atau tuntutan fisik,

meliputi ketidaknyaqmanan yang terjadi dilingkungan kerja.

4. Faktor ancaman personal terhadap individu, berkaitan dengan pengembangan karier karyawan.

Menurut Sedarmayanti (2011), berdasarkan penelitian, dengan karakteristik kehidupan di Asia yang memungkinkan menyebabkan timbul dan berkembangnya stress, adalah hal-hal yang berhubungan dengan: cara

hidup, cara mengadakan rekreasi, cara bekerja, sifat pekerjaan, harapan untuk berprestasi kegagalan berprestasi, dan cuaca. Cara bekerja dan sifat

pekerjaan, harapan berprestasi dan kegagalan berprestasi merupakan situasi yang secara nyata dialami dan harus dihadapi oleh pegawai.

Beberapa gejala stress dalam pekerjaan meliputi hal – hal sebagai

berikut :

a. Tidak merasa dihargai atas pekerjaan mereka, tidak mengetahui

bagaimana merayakan kesuksesan.

b. Mereka merasa hidup mereka tidak seimbang, terlalu banyak energy difokuskan pada pekerjaan dan terlalu sedikit untuk

keluarga dan pribadi.

c. Perasaan bahwa tidak peduli seberapa banyak mereka bekerja, tetap

tidak mencukupi.

(15)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA e. Adanya perasaan bahwa atasan mereka tidak memperdulikan

mereka.

f. Malu untuk mendiskusikan permasalah pribadi mereka ditempat kerja.

g. Selalu memikirkan bagaimana melindungi karir mereka dari pada melayani pelanggan.

h. Tidak mengikuti aturan yang ada.

i. Membicarakan ketidaksetujuan melalui saluran komunikasi informal yang bukan formal.

Dr. Karl (2001) menyarankan hal-hal berikut untuk mengurangi stress

dalam pekerjaan :

1. Membina hubungan yang bermanfaat, menyenangkan, dan

kooperatif dengan kolega dan pegawai.

2. Membina hubungan yang efektif dan suportif dengan atasan.

3. Negosiasikan batas waktu yang realistik dalam melaksanakan

proyek-proyek penting dengan atasan. Bersiap-siap untuk mengajukan batas waktu anda sendiri, dari pada hal itu ditetapkan

orang lain.

4. Sisihkan waktu setiap hari untuk beristirahat dan santai. 5. Berolahraga untuk tetap menyegarkan badan dan siap siaga.

(16)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 7. Kurangi jumlah hal-hal sepele dari perhatian anda. Delegasikan

tugas-tugas rutin kepada orang lain apabila dimungkinkan.

8. Batasi pernyataan. Usahakan untuk menjadwalkan periode tertentu “tanpa tersela”

9. Jangan berusaha menunda-nunda menanggulangi masalah yang tidak anda senangi seperti menyuluh pegawai yang menghadapi masalah.

2.1.5 Pergantian Auditor

Pergantian auditor merupakan perpindahan auditor atau perpindahan

KAP yang dilakukan oleh perusahaan klien. Pergantian auditor ini dapat terjadi karena adanya regulasi dari pemerintah yang membatasi pemberian jasa audit yang diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan No.

17/PMK.01/2008, dimana pemberi jasa audit umum atas laporan keuangan dari entitas dilakukan KAP paling lama 6 (enam) tahun buku berturut – turut

dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama 3 (tiga) tahun buku berturut – turut, sehingga perusahaan memiliki beberapa alasan dan pertimbangan sehingga melakukan pergantian auditor tersebut. Jika suatu pergantian

auditor terjadi karena pelaksanaan regulasi terkait dengan pembatasan jasa audit maka pergantian tersebut diistilahkan dengan rotasi audit. Jika suatu

(17)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2007). Penelitian ini membatasi diri pada kajian tentang pergantian auditor yang disebabkan bukan karena adanya regulasi dari pemerintah.

Regulasi terkain dengan jasa akuntan publik di Indonesia diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 43/KMK.017/1997, kemudian diubah

dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 470/KMK.017/1999. Regulasi ini kemuadian diubah kembali dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 423/KMK.06/2002, dimana salah satu hal yang diatur dalam KMK ini

adalah bahwa pembeerian jasa audit umu atas laporan keuangan dari satu entitas dilakukan Kantor Akuntan Publik (KAP) paling lama 5 (lima) tahun

berturut – turut dan oleh akuntan publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun. Regulasi ini kemudian disempurnakan kembali dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008, dimana pemberian jasa audit umum atas

laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP paling lama 6 (enam) tahun buku berturut – turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling

lama 3 (tiga) tahun buku berturut – turut.

Selain karena adanya regulasi dari pemerintah, ada alasan lain yang mempengaruhi manajemen perusahaan untuk mengganti auditor atau

KAPnya (Mardiyah, 2003), antara lain karena manajemen merasa opini yang disampaikan auditor tidak sesuai dengan yang diinginkan, disamping

itu juga karena adanya tekanan keuangan dalam perusahaan. Misalnya, perusahaan cenderung membuat income naik saat laporan keuangan distress, yaitu dengan mengubah metode akuntansi disbanding jika kondisi keuangan

(18)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA laporan keuangan), maka perusahaan akan mencari auditor baru. Bila dilihat dari sudut pandang perusahaan sebagai klien, manajemen memerlukan

auditor yang kompeten sesuai dengan PABU (Prinsip – prinsip Auditing yang Berlaku Umum). Jika auditor mempunya kredibilitas, maka auditor

bias mendeteksi adanya penyajian kesalahan yang material dan memberikan nasehat kepada pihak manajemen perusahaan. Implikasi selanjutnya jika auditor yang dipilih berkualitas, maka shareholders akan puas dengan

kinerja manajemen.

Klien yang diaudit oleh KAP baru mungkin akan merasa lebih puas

bila dibandingkan dengan KAP yang lama. Terdapat banyak alasan mengenai hal tersebut, antara lain sebagai berikut :

a. Adanya kecenderungan perusahaan melakukan pergantian auditor

karena merasa kurang puas dengan pelayanan yang diberikan KAP sebelumnya, atau karena mereka menghadapi berbagai kendala

dengan KAP sebelumnya.

b. Adanya ketidakpastian pada sebagian manajemen klien tentang kualitas pelayanan yang diberikan oleh KAP. Hasilnya, ada

dorongan yang kuat pada KAP untuk mengutamakan pelayanan pada klien yang baru didapatkannya. Klien baru mungkin

(19)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA c. Auditor banyak menurunkan fee mereka untuk memperoleh klien

baru. Pada awal tahun beberapa klien percaya bahwa mereka akan

memperoleh keuntungan dari penurunan fee tersebut. Sehingga tingkat kepuasan mereka juga akan meningkat.

d. Adanya penurunan hasil usaha menyebabkan perusahaan akan mempertimbangkan untuk melakukan pergantian auditor, dan biasanya untuk menghemat pengeluaran perusahaan maka

perusahaan akan mengganti KAP-nya dengan KAP yang menawarkan fee yang lebih rendah.

Hasil penelitian Behn (1997) dalam Imam Hanafi (2004) menunjukkan bahwa pergantian auditor mempengaruhi kepuasan klien. Seorang auditor baru akan cenderung memperlihatkan kinerjanya pada

tahun – tahun pertama saat auditor melakukan audit. Pada awal tahun kontrak pelaksanaan audit, auditor baru akan berusaha mencari tahu kinerja

auditor lama, dan untuk itu auditor baru akan membandingkannya dengan kinerja yang mungkin dapat dicapainya. Harapan seorang auditor baru adalah pelaksanaan audit sebaik – baiknya, tanpa mengurangi sikap

profesionalnya sebagai seorang auditor. Hal tersebut dilakukan karena kainginan auditor memenuhi harapan dan memuaskan klien.

(20)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Beberapa variable penyebab klien berpindah auditor atau KAP seperti yang dinyatakan Halim (1997) dalam Cendana Tampubolon (2011), adalah

sebagai berikut :

1. Merger antara dua perusahaan yang Kantor Akuntan Publiknya

berbeda. Dua perusahaan yang meger dan diaudit oleh KAP yang berbeda, dapat menyebabkan perusahaan tersebut meneruskan pada salah satu KAP terdahulu atau menunjuk KAP baru.

2. Ketidakpuasan terhadap Kantor Akuntan Publik yang terdahulu, misalnya :

a. Klien merasa fee KAP lama terlalu tinggi, dank lien merasa keberatan.

b. Klien membutuhkan jasa professional yang lebih luas yang tidak

sekedar audit atas laporan keuangan saja, tetapi jasa profesi lainnya.

c. Klien mencari KAP yang kredibilitasnya tinggi untuk meningkatkan kredibilitas laporan kauangan dimata pemakainya.

d. Tuntutan lembaga yang berwenang, misalnya : Bapepam, Dirjen Pajak, dan sebagainya agar laporan keuangan perusahaan

tersebut diaudit oleh KAp yang berlisensi dari lembaga tersebut.

3. Merger antar Kantor Akuntan Publik. Adanya merger dari dua atau

lebih KAP dapat berakibat pada berpindahnya klien yang merka

(21)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA tersebut menjadi lebih besar dank lien tidak dapat mengimbangi keinginan KAP yang merger tersebut sehingga klien berpindah ke

KAP lain.

2.1.6 Biaya Eksternal Audit (Fee Audit Eksternal)

Fee audit adalah besaran biaya yang diterima oleh auditor dengan

mempertimbangkan berbagai hal seperti kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian dan lain – lain.

Menurut Sukrisno Agoes (2012 ; 18) fee audit adalah :

“ Besarnya biaya tergantung antara lain penugasan, kompleksitas jasa

yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutandan pertimbangan professional lainnya “.

Menurut Sukrisno Agoes (2012 : 18) indikator dari fee audit dapat diukur dari :

1. Resiko penugasan

2. Kompleksitas jasa yang diberikan

3. Struktur biaya Kantor Akuntan Publik yang bersangkutan dan

(22)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Di Indonesia besarnya fee audit masih menjadi perbincangan yang cukup penjang, mengingat banyak faktor yang mempengaruhinya seperti

yang disebutkan diatas. Selain faktor tersebut, dalam menetapkan imbalan jasa atau fee audit, Akuntan Publik harus mempertimbangkan hal – hal

sebagai berikut :

1. Kebutuhan klien

2. Tugas dan tanggungjawab menurut hukum (statutory duties)

3. Independensi

4. Tingkat keahlian (levels of expertise)

5. Tanggung jawab

6. Banyaknya waktu yang diperlukan dan secara efektif digunakan Akuntan Publik.

Penetapan jasa audit yang dilakukan oleh KAP biasanya didasari perhitungan dari biaya pokok pemeriksaan yang terdiri dari biaya langsung

dan biaya tidak langsung. Biaya langsung terdiri biaya tenaga, yaitu : Manager, Supervisor, Auditor Senior dan Auditor Junior. Sedangkan, biaya tidak langsung seperti : percetakan, biaya penyusutan komputer, gedung dan

asuransi.

Selain itu, dalam menetapkan imbalan jasa atau fee audit, Akuntan

(23)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Besarnya fee audit yang ditetapkan oleh kantor akuntan publik merupakan salah satu objek yang menarik untuk diteliti. Selama dua decade

terakhir penelitian mengenai pasar jasa audit telah tumbuh secara signifikan. Namun, penelitian mengenai fee audit di Negara – Negara berkembang

masih jarang dilakukan. Di Indonesia sendiri penelitian mengenai fee audit di Indonesia mungkin dilakukan tetapi tidak terpublikasikan dijurnal ilmiah.

De Angelo dalam Putri Dyah R. (2011) menyatakan bahwa fee audit

merupakan pendapatan yang besarnya bervariasi karena tergantung dari beberapa faktor dalam penugasan audit seperti, ukuran perusahaan klien,

kompleksitas jasa audit yang dihadapi auditor, risiko audit yang dihadapi auditor dari klien serta nama Kantor Akuntan Publik yang melakukan jasa audit. Sedangkan menurut Sankaraguruswamy et al. (2003) fee audit

merupakan pendapatan yang besarnya bervariasi tergantung dari beberapa faktor dalam penugasan audit seperti, keuangan klien, ukuran perusahaan

klien, ukuran auditor (KAP), keahlian yang dimiliki auditor tentang industry, serta efisiensi yang dimiliki auditor.

Institusi Akuntan Publik Indonesia (IAPI) menerbitkan Surat

Keputusan No.KEP.024/IAPI/VII/2008 pada tanggal 2 Juli 2008 tentang Kebijakan Penentuan Fee Audit.Dalam bagian lampiran 1 dijelaskan bahwa

(24)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dalam menetapkan besaran imbalan yang wajar atas jasa professional yang diberikannya.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa dalam menetapkan imbalan jasa yang wajar sesuai dengan martabat profesi akuntan publik dan dalam jumlah yang

pantas untuk dapat memberikan jasa sesuai dengan tungtutan standar professional akuntan publik yang berlaku. Imbalan jasa yang terlalu rendah atau secara signifikan jauh lebih rendah dari yang dikenakan oleh auditor

atau akuntan pendahulu atau dianjurkan oleh auditor atau akuntan lain, akan menimbulkan keraguan mengenai kemampuan dan kompetensi anggota

dalam menerapkan standar teknis dan standar professional yang berlaku.

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Tinjauan Peneliti Terdahulu

No Peneliti/ Tahun

Judul Variabel Alat Analisis Hasil Penelitian

1. (usia dan gender), Kompetensi

(25)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Uji Normalitas, Uji Multikolinearitas, Motivasi, Stres dan Rekan Kerja, dan Rekan Kerja

Variabel Dependen Kinerja Auditor

(26)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA berpengaruh signifikan

terhadap kualitas kinerja auditor Rekan kerja tidak berpengaruh

Uji Normalitas, Uji Multikolinearitas, audit dengan arah positif. Hubungan positif

(27)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Fee Audit, Rotasi KAP, dan

Uji Normalitas, Uji Multikolinearitas, Uji

Heteroskedastisitas Uji Autokorelasi

Hasil penelitian ini menunjukkan : Fee audit

berpengaruh signifikan

terhadap kualitas audit

Rotasi KAP tidak berpengaruh

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan suatu model yang menjelaskan hubungan

(28)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(dependen) akan dihubungkan secara teoritis melalui kerangka konseptual.

Adapun yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah

karakteristik komite audit, (dimana didalam penelitian ini karakteristik komite audit diteliti berdasarkan gender, dan usia), stress kerja (diteliti berdasarkan

waktu mengaudit), pergantian auditor dan biaya eksternal audit. Sedangkan variabel dependennya adalah kualitas audit. Hubungan antara variabel – variabel tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

v

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Karakteristik Komite Audit

Stress Kerja

Pergantian Auditor (X4)

Biaya Eksternal Audit (X5)

Kualitas Audit

(Y)

Usia Komite Audit (X2)

Gender Komite Audit (X1)

Waktu Mengaudit (X3)

H1

H2

H3

H4

(29)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial dan tidak

dapat mengetahui pengaruhnya secara simultan karena hasil pengujian dengan metode regresi logistik hanya ada pengujian secara parsial.

Karakteristik komite audit dalam penelitian ini diproksikan dengan usia dan

gender komite audit. Usia dan gender dinilai berpengaruh pada kualitas audit

karena dengan kematangan usia dan keberadaan wanita dalam komite audit akan

memberikan dampak positif kepada perusahaan, dimana mereka akan bekerja dengan baik terutama dalam mengawasi kinerja auditor sehingga menghasilkan

laporan audit yang berkualitas. Stress kerja auditor pada penelitian ini diproksikan dengan lama waktu mengaudit. Lama waktu yang dibutuhkan auditor untuk mengaudit juga dinilai mempengaruhi kualitas audit. Karena menurut penelitian

terdahulu semakin lama waktu yang dibutuhkan auditor untuk mengaudit maka semakin rendah pula kualitas audit yang mereka hasilkan. Pergantian auditor

merupakan perpindahan auditor atau KAP yang dilakukan oleh perusahaan. Pergantian auditor juga dinilai mampu mempengaruhi kualitas audit, karena dengan seringnya perusahaan berganti auditor maka kualitas audit yang dihasilkan

tidak akan konsisten karena setiap auditor akan menghasilkan kualitas audit yang berbeda – beda pula. Biaya eksternal audit adalah besaran biaya (fee) audit yang

diterima oleh auditor dari pekerjaan mengaudit yang mereka kerjakan. Biaya eksternal audit dinilai mampu mempengaruhi kualitas audit karena menurut penelitian terdahulu semakin besar biaya eksternal audit maka semakin berkualitas

(30)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis atau dugaan sementara merupakan penjelasan atau jawaban

sementara mengenai perilaku, fenomena atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau yang akan terjadi dan masih akan diuji kebenarannya lebih lanjut.

Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1 : Gender komite audit berpengaruh terhadap Kualitas Audit pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

H2 : Usia Komite Audit berpengaruh terhadap Kualitas Audit pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

H3 : Waktu Mengaudit berpengaruh terhadap Kualitas Audit pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

H4 : Pergantian Auditor berpengaruh terhadap Kualitas Audit pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Gambar

Tabel 2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Apabila kalian ingin menyimpannya ke dalam komputer, maka klik tombol SAVE yang nantinya akan muncul tampilan seperti pada Gambar 5.20.. Tampilan tersebut meminta

Dari seluruh pengujian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh pH, kecepatan putar dan konsentrasi imidazoline terhadap laju korosi pada baja AISI 1045 didapatkan hasil bahwa

Kegiatan Langkah-Langkah Pembelajaran Alokasi Waktu penyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dengan.

Dan hasil variasi volume asam formiat sebagai kontrol pada 5 mL memiliki nilai PRI 54,16%, kadar abu 0,6%, KKK 34,71% dengan waktu koagulasi 57 detik serta sifat fisika

Hukum DM (diterangkan dan menerangkan) atau lebih luas adalah ―bagian yang dijelaskan‖ dan ―bagian yang menjelaskan‖ harus diatur dengan cermat letaknya.

In the context of the adoption of the pesenggiri piil Lampung culture can refer to the conception of Paul Bate (1994) on approach to cultural change: (a) aggressive approach;

Seseorang yang bekerja dibagian lobby adalah orang yang harus selalu memperhatikan kebersihan yang ada didalam Mcdonalds selalu baik meja, kursi, lantai, kaca dan bagian-bagian

135 diantaranya; adat nan ampek (adat yang empat), kata nan ampek (kata yang empat) dan urang nan ampek jinih (orang yang empat jenis). Dalam upacara batagak penghulu orang