• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Inkuiri Berbantu Papan Inkuiri Siswa Kelas IV SD Kristen Ngampin Kecamatan Ambarawa Tahun Pelaja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Inkuiri Berbantu Papan Inkuiri Siswa Kelas IV SD Kristen Ngampin Kecamatan Ambarawa Tahun Pelaja"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

Dalam Bab II ini akan diuraikan kajian teori yang merupakan variabel

dalam penelitian yang dilakukan yaitu hasil belajar, mata pelajaran IPA,

pendekatan inkuiri, dan media papan inkuiri.

2.1.1 Hasil Belajar

Menurut Driscoll (Uno, 2011: 195), menyatakan bahwa ada dua hal

yang perlu diperhatikan dalam hal belajar yaitu (1) belajar adalah suatu

perubahan yang menetap dalam kinerja seseorang, (2) hasil belajar yang

muncul dalam diri siswa merupakan akibat atau hasil dari interaksi siswa

dengan lingkungannya. Pernyataan ini dapat diartikan bahwa apabila siswa

belajar maka hasil belajar dapat dilihat dari kemampuannya melakukan suatu

kegiatan yang bersifat menetap dari pada yang dilakukan sebelumnya sebagai

akibat atau hasil dari interaksi siswa dengan lingkungannya.

Menurut pendapat Dimyati dan Mudjiono (2006:3) yang mengatakan

bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan

tindak mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses

evaluasi. Menurut Agus Suprijono (2009: 5), mengatakan bahwa hasil belajar

adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,

apresiasi dan keterampilan. Sehingga hasil belajar merupakan suatu akibat

yang diperoleh seseorang dari perbuatan belajarnya. Hasil belajar merupakan

suatu puncak proses dari belajar. Hasil belajar dapat berupa dampak

pengajaran dan dampa pengiring. Kedua dampak tersebut bermanfaat bagi

guru dan siswa (Mudjiono dan Dimyati, 2006:20 ). Menurut Lapono (2008:

(2)

proses belajar. Menurut Rifa’i dan Anni (2011: 85) hasil belajar yaitu perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas

belajar. Hasil belajar hanya akan diperoleh seseorang setelah melaksanakan

aktivitas belajar. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar merupakan suatu akibat yang diperoleh seseorang dari perbuatan

belajarnya atau hasil dari interaksi siswa dengan lingkungannya. Apabila

siswa belajar maka hasil belajar dapat dilihat dari kemampuannya melakukan

suatu kegiatan yang bersifat menetap.

Menurut Bloom dalam Poerwanti (2008: 1-24) hasil belajar yang terjadi

pada diri seseorang meliputi tiga ranah, ketiga ranah tersebut yaitu kognitif,

afektif, dan psikomotor. Ranah hasil belajar yang pertama adalah ranah

kognitif. Dalam kaitannya dengan pelajaran, ranah kognitif memegang

peranan utama dalam mencapai tujuan pembelajaran karena berhubungan

dengan pengetahuan siswa. Ranah kognitif mencakup kategori pengetahuan

(knowledge), pemahaman (comprehensif), penerapan (application), analisis

(analysis), sintesis (synthesis) dan penilaian (evaluation).

Ranah hasil belajar yang kedua adalah ranah afektif. Secara umum ranah

afektif diartikan sebagai perwujudan sikap yang dilakukan oleh individu

setelah menyadari nilai yang diterimanya, sehingga kemudian sikap tersebut

menjadi tingkah laku yang sesuai dengan nilai yang dipelajarinya. Ranah

afektif dalam belajar, mencakup kategori menerima (receiving), menjawab

(responding), menilai (valuing), dan organisasi (organization). Ranah hasil

belajar yang ketiga menurut Bloom adalah ranah psikomotor. Ranah ini

berkaitan dengan gerakan tubuh atau bagian-bagiannya mulai dari yang

(3)

2.1.2 Hubungan Antara Hasil Belajar (kognitif,afektif, dan psikomotor) dengan pendekatan inkuiri

Menurut Nana Sudjana (Mahardiyanto: 2007) hasil belajar adalah perubahan

tingkah laku individu yang mencakup aspek kognitif, afektif, psikomotorik.

a. Aspek kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisa,

sintesa,dan evaluasi.

b. Aspek sikap (afektif) meliputi menerima atau memperhatikan, merespon,

penghargaan, mengorganisasikan.

c. Aspwk psikomotorik meliputi menirukan, manipulasi, keseksamakan,

artikulasi dan naturalisasi.

Berdasarkan ketiga ranah hasil belajar yang telah disebutkan

pendekatan inkurii memfokuskan pada ketiga-tiganya. Pendekatan inkuiri

juga mampu meningkatkan hasil belajar siswa dalam ranah kognitif,

afektif, dan psikomotor. Dalam ranah kognitif siswa mampu memahami

lalau menganalisis dari permasalahan yang diberikan oleh guru. Dalam

ranah afektif sikap siswa yang melaksanakan pendekatan inkuiri menjadi

lebih baik karena mereka mampu menilai, berorganisasi dalam kelompok,

menjawab pertanyaan atau penyajian masalah yang diberikan oleh guru,

penghargaan. Sedangkan pada ranah psikomotor kegiatan siswa pada

pendekatan inkuiri jelas lebih banyak dibandingkan kegiatan siswa yang

belajar dengan pembelajaran konvensional, misalnya dalam kegiatan

diskusi yang kegiatannya melakukan percobaan, dengan demikian siswa

mampu meningkatkan kemampuan psikomotornya. Semakin baik proses

pembelajaran dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran,

maka hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan

perbuatan belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan,

(4)

Tahapan pendekatan inkuiri juga senada dengan pembelajaran IPA

yaitu pada teori kontruktivisme. Pendekatan inkuiri pada pembelajaran

IPA dibutuhkan siswa kelas IV SD Kristen Ngampin Kec. Ambarawa

karena beberapa faktor, yaitu :

a) Pembelajaran dengan pendekatan inkuiri dapat membentuk siswa aktif.

Karena pembelajaran dengan pendekatan inkuiri dapat membentuk

siswa aktif. Karena dapat berpikir dan bertindak melalui kegiatan yang

nyata dan dapat dilakukan oleh diri sendiri.

b) Dapat melatih siswa dalam berpikir kritis dan kreatif.

c) Membentuk daya ingat yang tahan lama karena tidak terpacu pada

hasil tapi lebih kepada proses penemuan.

d) Pembelajaran yang berpusat pada guru akan berganti pembelajaran

yang berpusat pada siswa.

2.1.3 Mata Pelajaran IPA 2.1.3.1 Hakikat IPA

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan kata-kata dalam bahasa

inggris yaitu natural science artinya ilmu pengetahuan alam (IPA). Ilmu yang

berhubungan dengan alam dan bersangkut paut dengan alam. Menurut Samatowa (2011: 1) “pada hakikatnya IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan

yang dilakukan oleh manusia. Sedangkan menurut Laksmi Prihantoro (Trianto,

2010: 137) IPA pada hakikatnya merupakan suatu produk, proses dan aplikasinya.

Sebagai produk, IPA merupakan sekumpulan konsep, sebagai suatu proses IPA

merupakan proses yang digunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan

dan mengembangkan produk-produk sains dan sebagai aplikasinya, teori-teori

IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberi kemudahan bagi kehidupan.

Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan

Alam adalah Ilmu tentang alam atau ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa

yang terjadi di alam. Menurut pendapat di atas peneliti mengkaji bahwa

(5)

disiplin ilmu yang mempelajari atau mencari tahu cara mengerjakan dan

melakukan eksperimen untuk membantu siswa memahami alam sekitar secara

lebih nyata pada jenjang sekolah dasar dengan tujuan mengajak siswa ikut

berperan aktif dalam proses menggali suatu pengetahuan untuk mendorong

perkembangan kognitif, afektif dan psikomotornya dan sifat ilmiah anak untuk

membuat suatu produk tersendiri.

Berdasarkan KTSP 2006 tujuan dari mata pelajaran IPA adalah agar siswa

memiliki kemampuan sebagai berikut : 1) Memperoleh keyakinan terhadap

kebesaran Tuhan YME berdasarkan keberadaan,keindahan, dan keteraturan alam

ciptaan-Nya. 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep

IPA yang bermanfaat dan dapat dietrapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3)

Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan

masyarakat. 4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam

sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. 5) Meningkatkan

kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan

lingkungan alam. Dari beberapa tujuan mata pelajaran IPA berdasarkan KTSP

2006 di atas , diharapkan dapat diterapkan di sekolah dasar.

2.1.3.2 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Pada bagian latar belakang Standar Isi Mata Pelajaran IPA SD/MI allinea

3 diungkapkan bahwa pembelajaran IPA seharusnya dilaksanakan secara inkuiri

ilmiah (scientific inquiry) yaitu menekankan pada pemberian pengalaman belajar

secara langsung untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap

ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup

(BNSP 2006:143). Menurut Sukarno (dalam Wisudawati & Sulistyowati, 2015)

IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang sebab dan akibat

kejadian-kejadian yang di alam ini. Menurut Sulistyorini (2007: 39) pembelajaran IPA di

SD menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui

(6)

IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang

berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses

penemuan pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan

sehari-hari. Proses pembelajaran pada pemberian pengalaman langsung untuk

mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara

ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat

membantu siswa untuk memahami secara mendalam tentang alam sekitar

(Depdiknas, 2006:484)

Berdasarkan pengertian di atas , penulis menarik kesimpulan bahwa

pembelajaran IPA di SD dilakukan dengan cara melibatkan langsung siswa dalam

setiap materi. Pembelajaran IPA menekankan aspek proses bagaimana siswa

belajar sehingga proses belajar menumbuhkan perkembangan siswa itu sendiri.

Pembelajaran IPA di sekolah dasar melibatkan keaktifan siswa . Oleh karena itu

pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pemberian pengalaman belajar secara

langsung melalui pengamatan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap

ilmiah

2.1.4 Pendekatan Inkuiri

Inkuiri berasal dari bahasa inggris Inquiry yang dapat diartikan sebagai

proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang

diajukan. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan

mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk

mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan

masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis. Inkuiri

berasal dari kata inquire yang berarti menanyakan, meminta keterangan, atau

penyelidikan, dan inkuiri berarti penyelidikan (Ahmadi, 1997:76). Siswa belajar

melalui keterlibatan aktif dengan konsep dan prinsip-prinsip. Siswa didorong agar

mempunyai pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan

(7)

Menurut Anam (2015: 7) pendekatan inkuiri adalah sebuah pendekatan

yang mendorong siswa untuk terlibat aktif dalan proses kegiatan belajar mengajar.

Jadi kesimpulannya pendekatan inkuiri merupakan rangkaian pembelajaran yang

menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis dengan menemukan dan

mencari tahu sendiri agar siswa aktif dalam proses belajar mengajar di kelas.

Berdasarkan uraian diatas maka yang dimaksud dengan pendekatan inkuiri

adalah menempatkan siswa sebagai subjek yang aktif untuk mencari dan

menyelidiki secara sistematis, kritis, logis dan analitis. Siswa juga mampu

meningkatkan rasa ingin tahu agar mempunyai pengalaman dan melakukan

percobaan sehingga menemukan pengetahuan bagi dirinya.

2.1.4.1 Prinsip Pembelajaran Inkuiri

Berikut adalah prinsip-prinsip inkuiri menurut Anam (2015: 20) adalah

sebagai berikut :

a) Berorientasi Pada Pengembangan Intelektual

Tujuan utama pembelajaran inkuiri adalah untuk mengembangkan

kemampuan berpikir.

b) Prinsip Interaksi

Pembelajaran inkuiri adalah proses interaksi, baik interaksi antar siswa

dengan guru, maupun interaksi antar siswa dengan lingkungannya.

c) Prinsip Bertanya

Peran guru yang seharusnya dilakukan dalam menggunakan metode

pembelajaran inkuiri adalah guru sebagai peranannya.

d) Prinsip Belajar Untuk Berpikir

Belajar merupakan proses untuk berpikir. Pembelajaran berpikir adalah

pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal yaitu berpikir secara

kritis, logis dan rasional.

e) Prinsip Keterbukaan

Belajar merupakan suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Guru

menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa

(8)

2.1.4.2 Penerapan Pembelajaran Inkuiri di Dalam Proses Belajar

Proses pembelajaran dengan menitikberatkan pada penelitian siswa secara

langsung harus di ajak untuk praktik dalam segala hal. Tujuannya yaitu untuk

melatih siswa untuk berpikir, memecahkan masalah dan menemukan sesuatu

bukan merupakan tujuan pendidikan yang baru. Hal ini disebut juga strategi

pembelajaran penemuan. Inkuiri pada tingkat paling dasar yang dipandang

sebagai proses menjawab pertanyaan atau memecahkan permasalahan berdasarkan

fakta dan pengamatan.

Siklus inkuiri meliputi kegiatan mengamati, bertanya, menyelidiki,

menganalisa dan merumuskan teori, baik secara individu maupun bersama-sama

dengan teman lainnya, dengan menggunakan keterampilan berpikir kritis. Prinsip

tujuan pengajaran inkuiri dapat membantu siswa bagaimana merumuskan

pertanyaan, mencari jawaban atau pemecahan untuk memuaskan

keingintahuannya. Pembelajaran inkuiri bertujuan untuk mengembangkan tingkat

berpikir dan juga keterampilan berpikir kritis.

Dalam pengajaran dan pembelajaran semua mata pelajaran di kelas

haruslah berwujud proses inkuiri, sebuah proses yang ditempuh oleh para

ilmuwan yang terdiri dari siklus mengamati, mengajukan pertanyaan mengajukan

penjelasan-penjelasan dan hipotesis-hipotesis, merancang dan melakukan

eksperimen, menganalisis data eksperimen, menarik kesimpulan eksperimen, dan

membangun model atau teori. Proses inkuiri selama pengajaran berdampak

konstruktif yang memberi banyak peluang dan tenaga untuk meningkatkan

keefektifan pengajaran dan pembelajaran.

Selama proses inkuri, guru dapat mengajukan pertanyaan atau mendorong

siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka mereka sendiri, dapat bersifat

terbuka, memberi peluang siswa untuk mengarahkan penyelidikan mereka sendiri

dan menemukan jawaban-jawaban yang mungkin dari mereka sendiri, dan

mengantar pada lebih banyak pertanyaan lain. Inkuiri menyediakan siswa

pengalaman konkrit dan pembelajaran aktif yang mendorong dan meberikan

(9)

mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan

penelitian sehingga memungkinkan mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Inkuiri memungkinkan guru belajar tentang siapakah siswa mereka, apa

yang siswa ketahui, dan bagaimana pikiran siswa mereka bekerja, sehingga guru

dapat menjadi fasilitator yang dapat membantu mereka. Inkuiri menghendaki

siswa untuk mengambil tanggung jawab atas pendidikan mereka sendiri.

Menggunakan pendekatan inkuiri ini dapat membantu siswa menjadi mandiri,

percaya diri dan yakin pada kemampuan intelektualnya sendiri untuk terlibat

secara aktif. Dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator dalam proses

pembelajaran. Bukan memberikan informasi atau ceramah kepada siswa. Guru

juga harus memfokuskan pada tujuan pembelajaran, yaitu mengembangkan

tingkat berpikir yang lebih tinggi dan keterampilan berpikir kritis siswa. Setiap

pertanyan yang diajukan siswa sebaiknya tidak langsung dijawab oleh guru,

namun siswa diarahkan untuk berpikir tentang jawaban dan pertanyaan tesebut.

Dalam mengemukakan pertanyaan dari siswa ada beberapa langkah atau sintaks

dalam pendekatan inkuiri yang akan di terapkan dalam proses pembelajarannya.

2.1.4.3 Sintaks Pendekatan Inkuiri

Strategi pembelajaran inkuiri secara umum terbagi atas lima tahap, yaitu sebagai

berikut :

a. Penyajian Masalah

Dalam tahap ini pengajar menyajikan suatu masalah dan menerangkan

prosedur inkuiri pada siswa. Bentuk masalah perlu disesuaikan dengan

tingkat pengetahuan siswa. Dalam hal ini yang penting adalah bahwa

masalah itu berisi suatu kejadian / problema yang merangsang aktivitas

intelektual siswa.

b. Pengumpulan

Dalam tahap ini siswa didiorong untuk mau berusaha mengumpulkan

(10)

c. Pengumpulan data Eksperimentasi

Dalam hal ini siswa melakukan eksperimen dengan memasukkan

hal-hal (variabel ) baru, untuk melihat apakah akan terjadi perubahan.

Dalam tahap ini siswa pun dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan

yang hampir serupa dengan hipotesis. Dalam tahap verifikasi siswa

dapat bertanya mengenai beberapa hal yang berhubungan dengan

kejadian yang mereka lihat / rasakan , yaitu

1) Objek : sifat atau identitas suatu objek;

2) Kejadian: sifat atau sebab terjadinya

3) Keadaan : keadaan suatu objek atau sistem pada saat tertentu

4) Sifat : sifat/ karakteristik suatu objek pada keadaan tertentu

untuk mendapatkan informasi baru yang membantu

pembentukan suatu teori

Tahap eksperimentasi mempunyai dua tugas: eksplorasi dan uji

langsung. Dalam eksplorasi siswa mengubah beberapa hal

untuk melihat apa yang akan terjadi, sedangkan dalam uji

langsung siswa melakukan pengujian.

d. Organisasi Data dan Formulasi Kesimpulan

Dalam tahap ini siswa mengkoordinasikan dan menganalisis data

untuk membuat suatu kesimpulan yang dapat menjawab masalah yang

telah disajikan.

e. Analisis Proses Inkuiri

Dalam tahap ini siswa diminta untuk menganalisis pola inkuiri yang

telah mereka jalani, yaitu dengan menentukan pertanyaan mana yang

paling produktif (menghasilkan data yang paling relevan ) atau tipe

informasi yang sebenarnya mereka butuhkan, tetapi tidak mereka

dapatkan. Tahap ini penting untuk memperbaiki proses inkuiri itu

(11)

Dari sintak pendekatan inkuiri di atas maka peneliti mencoba

mengembangkan sintak tersebut dengan keadaan dan latar belakang

siswa tetapi tidak jauh dari sintak di atas. Berdasarkan latar belakang

dari keadaan objek peneliti maka dari sintak pendekatan inkuiri dari

Joice and Weil (1986: 61) peneliti mencoba membuat langkah-langkah

sendiri tetapi tetap mengacu pada sintak tersebut.

Tabel 2.1 Sintaks Pendekatan Inkuiri

No Tahap Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

1. Penyajian Masalah Guru menyajikan

permasalahan melalui video

guru , setelah selesai siswa dapat

menempelkannya di papan

(12)

oleh guru di depan kelas.

5. Analisis proses inkuiri Guru membimbing siswa untuk

(13)

2.1.4.4 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Inkuiri

Kelebihan pendekatan pembelajaran inkuiri menurut Wardoyo (2013: 344)

yaitu:

1) Pembelajaran inkuiri menekankan kepada pengembangan aspek kognitif,

afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran inkuiri

ini dianggap lebih bermakna.

2) Pembelajaran inkuiri memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai

dengan gaya belajar mereka.

3) Inkuiri merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan

psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses

perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.

4) Pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki

kemampuan di atas rata-rata.

Kelemahan pendekatan pembelajaran inkuiri menurut Wardoyo (2013:

344) :

1) Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa .

2) Pembelajaran inkuiri sulit dalam merencanakan pembelajaran, karena

terbentuk dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

3) Penerapannya memerlukan waktu yang panjang sehingga pendidik

sering sulit menyesuaikan waktu.

4) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa

menguasai materi pelajaran, maka pembelajaran inkuiri akan sulit

diimplementasikan oleh setiap pendidik.

Dari penjabaran di atas terlihat bahwa pendekatan inkuiri memiliki

kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan dia atas pendekatan

inkuiri membuat siswa berpikir kritis, inisiatif, dan situasi belajar

menjadi lebih merangsang. Beberapa kelemahan pendekatan inkuiri

yaitu sulit mengontrol keberhasilan dan kegiatan siswa, waktu yang

(14)

mencoba menggunakan pendekatan inkuiri berbantu papan inkuiri

pada kelas IV di SD Kristen Ngampin Kec. Ambarawa, karena dalam

hal ini menurut peneliti kelas IV di SD Kristen Ngampin Kec.

Ambarawa peneliti dapat langsung mengamati siswa ketika mereka

berdiskusi atau memperhatikan waktu pelajaran karena di kelas IV

jumlah murid 16 siswa akan mempermudah peneliti untuk mengamati

perkembangan. Berhubungan dengan waktu karena jumlah murid

sedikit ini pasti proses pembelajaran akan cepat.

2.1.5 Media Pembelajaran

Menurut Arsyad (2003:14) media adalah yang membawa pesan-pesan atau

informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud

tertentu. Media yaitu suatu perantara untuk menyampaikan pesan oleh si

penerima pesan dalam memberikan informasi ilmu pengetahuan. Menurut

Asnawir (2002), fungsi media dalam kegiatan belajar mengajar yaitu sebagai

sarana yang dapat memberikan visual kepada siswa dalam rangka mendorong

motivasi belajar, memperjelas dan mempermudah konsep yang kompleks dan

abstrak menjadi lebih sederhana, konkret, serta mudah dipahami. Dari

pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah sarana

untuk menyampaikan pesan, dan dapat mendorong motivasi belajar.

2.1.5.1 Media Papan Inkuiri

Media pembelajaran sangat membantu siswa dalam memahami materi

pelajaran, terlebih media tersebut dapat memotivasi peseta didik untuk bisa

fokus pada saat proses pembelajaran. Dengan begitu hasil belajar siswa dapat

meningkat. Peneliti menggunakan media pembelajaran yang disebut media

papan inkuiri. Media papan inkuiri adalah kumpulan dari beberapa kartu yang

berisikan kumpulan pertanyaan yang dibuat oleh siswa . Dari beberapa

pertanyaan tersebut guru dan siswa secara bersama-sama menganalisis

(15)

Alat yang digunakan dalam media papan inkuiri ini adalah kertas lipat yang

berwarna yang digunakan untuk menuliskan pertanyaan, sterofom yang

digunakan sebagai papan yang berisikan pertanyaan-pertanyaan siswa . Dari

beberapa pertanyaan tersebut siswa diminta untuk menganalisis pola inkuiri

yang telah mereka jalani, yaitu dengan menentukan pertanyaan mana yang

paling produktif (menghasilkan data yang paling relevan) atau tipe informasi

sebenarnya yang mereka butuhkan, tetapi tidak mereka dapatkan. Dari

pertanyaan-pertanyaan tersebut siswa mencari informasi melalui buku ,

sumber belajar yang lain maupun kegiatan praktik langsung secara

berkelompok.

Pembelajaran dengan menggunakan media papan inkuiri ini dapat

membuat siswa mampu berpikir kritis, lebih aktif dalam kegiatan belajar,

sebab siswa mampu berpikir kritis dan membuat mereka merasa ingin tahu

terhadap penyajian masalah yang diberikan oleh guru. Melatih siswa percaya

diri untuk maju kedepan menempelkan pertanyaan tersebut di papan inkuiri

yang ditempel di papan tulis. Pembelajaran inkuiri ini juga dapat melatih

siswa untuk bekerja sama dengan kelompoknya, dan menambah pengetahuan

atau wawasan mereka karena dalam kegiatan pembelajaran inkuiri ini siswa

mau tidak mau harus mencari informasi di sumber-sumber belajar, sehingga

melatih mereka untuk gemar membaca, menulis hal-hal atau informasi yang

mereka temukan, dan menuliskan pertanyaan sesuai dengan apa yang ingin

mereka tanyakan atau yang mereka butuhkan.

Dalam pembelajaran siklus I dengan menggunakan papan inkuiri siswa

dapat menuliskan pertanyaan tentang materi sifat dan perubahan wujud benda.

Untuk menjawab beberapa pertanyaan tadi maka siswa diberi kesempatan oleh

guru untuk mencari informasi di buku dan melakukan kegiatan praktek secara

berkelompok. Di akhir kegiatan guru mengambil satu pertanyaan di papan

inkuiri untuk dijawab bagi siswa yang tahu jawabannya. Dalam siklus II masih

dengan menggunakan papan inkuiri siswa dapat menuliskan pertanyaan

tentang materi sifat dan perubahan wujud benda. Untuk menjawab beberapa

(16)

informasi di buku dan melakukan kegiatan praktek secara berkelompok. Di

akhir kegiatan guru mengambil satu pertanyaan di papan inkuiri untuk dijawab

bagi siswa yang tahu jawabannya. Pada siklus II ini bagi siswa yang bisa

menjawab pertanyaan dengan baik dan benar maka akan mendapatkan reward

atau penghargaan karena telah menjawab dengan baik dan benar.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang relevan

Penelitian dilakukan oleh Purwanto (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar IPA dengan Menerapkan Pembelajaran Berbasis Inkuiri Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 Ngembak Kec.

Purwodadi Kabupaten Grobogan Semester 1 Tahun ajaran 2011/2012. Dalam

hasil penelitiannya dapat dilihat bahwa dengan pembelajaran inkuiri dapat

meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Terbukti dari hasil nilai yang diperoleh

siswa dari pre test yang semula mendapat nilai rata-rata 62 pada tes siklus 1

mendapat nilai rata-rata 66 dan yang terakhir paa test siklus 2 yang mendapat nilai

rata-rta kelas 80 . Hal ini dapat dibuktikan bahwa nilai rata-rata kelas menjadi

naik dengan mencapai nilai ketuntasan 100%.

Setyo Wahyuningsih (2012) melakukan penelitian dengan judul “ Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Tentang Energi Panas dan Energi Bunyi Melalui

Pendekatan Inkuiri Pada Siswa kelas IV di SD Negeri Balong Jepon Blora Semester II Tahun Ajaran 2011/2012”. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan pendekatan inkuiri. Hal

ini nampak pada perbandingan rata-rata skor siklus I dan siklus II yaitu 73,36 dan

90,94. Ketuntasan klasikal dari kondisi pra siklus sebesar 39,28%, siklus 1

sebesar 71,42%, dan siklus II 92,86%.

Himatul Wikaningrum (2010) melakukan penelitian dengan judul “Upaya

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Pendekatan Inkuiri dan

Media Melalui Konsep Gaya Magnet untuk Mata Pelajaran IPA pada Siswa Kelas

(17)

Menurutnya sebelum diterapkannya strategi pembelajaran menggunakan

pendekatan inkuiri dan media hasil belajar yang diperoleh rata-rata 62,7. Pada

siklus 1 ada peningkatan hasil belajar rata-rata mencapai 76 dan pada siklus 2

nilai rata-rata yang diperoleh mencapai 83,3.

Dari beberapa penelitian di atas dapat dilihat bahwa dengan menerapkan

pendekatan inkuiri pada mata pelajaran IPA dapat meningkatakan hasil belajar

siswa. Hasil dari penelitian juga memuaskan terbukti adanya peningkatan

ketuntasan yaitu naik menjadi lebih dari 80% yang nilai rata-rata dan ketuntasan

yang rendah. Berbeda dengan penelitian di atas peneliti lebih menekankan pada

proses pembelajaran yang menerapkan pendeketan inkuiri berbantu papan inkuiri

kelas IV SD Kristen Ngampin Kec Ambrawa dan hasil belajar yang terkait dengan

3 ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

2.3 Kerangka Pikir

Pembelajaran IPA di SD Kristen Ngampin Kecamatan Ambarawa masih

bersifat teacher- centered yang menjadikan siswa pasif karena guru lebih

mendominasi dalam proses pembelajaran sehingga siswa kurang aktif, kurangnya

pendekatan atau model pembelajaran yang inovatif, lalu penggunaan media yang

masih kurang, dan hasil belajar IPA siswa yang masih rendah. Siswa juga kurang

aktif dalam melakukan kegiatan bertanya, mengeluarkan pendapat, dll. Hal ini

dapat dilihat dari observasi hasil belajar IPA siswa kelas IV masih rendah dari

KKM yang telah ditentukan oleh SD tersebut sehingga perlu adanya perbaikan

pembelajaran agar prestasi belajar siswa meningkat.

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri berbantuan papan

inkuiri merupakan upaya yang dilakukan peneliti untuk dapat menigkatkan hasil

belajar IPA. Pendekatan ini didukung oleh teori belajar konstruktivisme.

Pendekatan ini menekankan agar siswa dipandang sebagai subyek belajar sejalan

dengan pembelajaran konstruktivistik yang membangunkan pengetahuan melalui

(18)

Selain itu tahapan pelaksanaan ikuiri sejalan dengan karakteristik IPA,

sehingga pembelajaran IPA cocok diterapi pendekatan inkuiri. Pendekatan ini

dapat mengaktifkan siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri dengan

menghadapkan siswa pada permasalahan. Pendekatan ini dapat berjalan dengan

baik jika tersedi media yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Salah satu media

yang dapat digunakan untuk membelajarkan IPA adalah papan inkuiri. Papan

inkuiri terdiri dari beberapa pertanyaan yang dituliskan siswa lalu dikumpulkan

dan ditempelkan di papan inkuiri yang disediakan oleh guru .

Dengan menggunakan media ini bahwa pesan yang ditampilkan melalui

kartu-kartu pertanyaan yang diajukan siswa dapat mendorong aktivitas belajar

siswa dalam menemukan dan mempengaruhi hasil belajar. Papan inkuiri

digunakan setelah siswa mengamati video pembelajaran maupun slide power

point tentang energi dan perubahannya. Dari slide power point maupun video

pembelajaran guru memberikan suatu masalah, lalu siswa menuliskan pertanyaan

di kartu yang akan dibagikan oleh guru. Pertanyaan tersebut berupa hal yang

dirasa mereka aneh dan membuat mereka bertanya-tanya tentang hal itu. Ketika

siswa sudah menuliskan pertanyaan pertanyaan tersebut siswa menempelkan di

papan inkuiri yang sudah disediakan guru. Dari masalah tersebut proses inkuiri

dimulai dengan pengumpulan data, pengumpulan data ekperimentasi, kesimpulan,

analisis proses inkuri :

Berdasarkan kajian teori dan kajian empiris maka dapat dibuat kerangka berpikir

(19)

Gambar 2.3 Kerangka Pikir

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka dapat dirumuskan hipotesis

yaitu:

1) Melalui penerapan pendekatan inkuiri berbantu papan inkuiri, hasil

belajar siswa dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotor kelas IV SD

Kristen Ngampin Kec Ambarawa dapat meningkat.

Guru menggunakan pendekatan inkuiri

berbantu papan inkuiri Guru ceramah

dan tanya jawab Kondisi

awal

Tindakan

Kondisi akhir

Hasil belajar

siswa rendah

Siklus I

Hasil belajar siswa meningkat

Siklus II

Kognitif

Gambar

Tabel 2.1 Sintaks Pendekatan Inkuiri
Gambar 2.3 Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

the main nursery stage, sample plants were taken to the laboratory to measure the total root length and area, root diameter and volume, fractal dimension, relative root water

Artinya adalah jika secara keseluruhan variabel bebas dalam penelitian ini bernilai sama dengan nol, maka besarnya nilai variabel terikat dalam hal ini Niat Beli

memanggil notaris untuk hadir dalam pemeriksaan yang berkaitan dengan akta yang dibuatnya atau protokol notaris yang berada dalam penyimpanan notaris.”.. Berdasarkan

Mempunyai panjang sekitar + 6 meter. Lekukan yeyenum dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk

3. Riwayat Kesehatan Sekarang.. Pasien Ny.S mengeluh badan terasa lemas, terasa sesak pada dadanya, dan kepala pusing beberapa minggu sebelumnya. Usaha yang dilakukan

Berkaitan dengan adagium ini, jika seorang agen diplomatik dianggap sebagai perwakilan negara yang mengirimnya ( sending state ), maka ia kebal atau tidak dapat diberlakukan hukum

Karena nilai p < 0,05, maka Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku personal hygiene dengan kejadian skabies pada

No. a) Klaster pertama terdiri dari Kabupaten Lampung Barat, Tanggamus, Way Kanan, Pringsewu, dan Pesisir Barat. b) Klaster kedua beranggotakan Kabupaten Lampung Selatan,