PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Studi mengenai eksponen dari sebuah digraph menjadi pembahasan yang lebih
seder-hana setelah Wielandt (Schneider, H. 2002) mengemukakan sebuah gagasan mengenai
eksponen dari suatu matrikstak negatif A. Matriks tak negatifAadalah sebuah
ma-triks orde n yang setiap entriaij = 0 atau entri aij >0. MatriksA disebut primitif
jika untuk sembarang bilangan bulat positif k, Ak adalah positif, yaitu semua entri
dari matriksAkbernilai positif. Bilangan bulat positif terkecilkyang demikian adalah
eksponen dari matriksA dan dinotasikan dengan exp(A).
Persoalan mengenai eksponen dari sebuah digraph D biasanya diselesaikan
menggunakan matriks D(A), yakni sebuah matriks tak negatif A yang bersesuaian
dengan digraphD. MatriksD(A) adalah sebuah matriks orde ndengan entriaij akan
bernilai 1 jika terdapat arc dari titik vi ke titikvj pada digraph D, dan entriaij akan
bernilai 0 jika tidak terdapat arc dari titikvike titikvj pada digraphD. Eksponendari digraph D sama dengan eksponen dari matrik tak negatif A yang bersesuaian
den-gan digraph tersebut. Matriks yang bersesuaian denden-gan digraph D kemudian disebut
dengan matriks adjacency.
Sebuah digraph D disebut primitif jika terdapat bilangan bulat positif k
se-hingga untuk setiap pasang titikudanvdiDterdapat walk dariukevdengan panjang
k, nilai terkecilk yang demikian disebut denganeksponendigraphD, dinotasikan oleh exp(D) (Brualdi dan Ryser, 1991). Wielandt kemudian menyatakan bahwa eksponen
(1958). Holladay dan Varga memperlihatkan jika D digraph primitif atas n titik dan
memuat q loop maka exp(D)≤2n−q−1.
Berdasarkan gagasan yang dikemukakan oleh wielandt mengenai eksponen
di-graph, Brualdi dan Liu (1990) kemudian mendefinisikan konsepeksponen lokaldigraph primitif sebagai berikut. Misalkan D adalah digraph primitif dan v adalah titik di
D. Eksponen dari sebuah titikv merupakan bilangan bulat positif terkecilt sehingga
terdapat walk dengan panjang t dari titikv ke semua titik yang ada diD. Eksponen
dari suatu titikv dinotasikan dengan expD(v). Misalkanv1, v2, ..., vnadalah titik di D
yang diurutkan sehingga expD(v1) ≤ expD(v2)≤ · · · ≤ expD(vn). Untuk 1 ≤ k ≤ n, expD(vk) adalah generalisasi eksponen titik ke-k dari digraph primitifD.
Pada tahun 1997 Fonarsini dan Valcher mendefinisikan suatu digraph dwiwarna
D(2) sebagai digraph yang setiap arcnya diwarnai dengan warna merah atau warna
biru. Sebuah digraph dwiwarna D(2) disebut terhubung kuat jika untuk setiap pasang
titik u dan v di D(2) terdapat walk dari u ke v dan walk dari v ke u. Sebuah
di-graph dwiwarna terhubung kuat D(2) disebut primitif jika terdapat bilangan bulat tak negatif g danh sehingga untuk setiap pasang titikudan v diD(2) terdapat suatu
(g, h)-walk dariukev. Bilangan bulat positifg+hterkecil atas semua bilangan bulat
tak negatifg dan hyang demikian disebuteksponendariD(2) dan dinotasikan dengan exp(D(2)) (Shader dan Suwilo, 2003).
Konsep eksponen dari digraph dwiwarna primitifD(2) yang dikemukakan oleh
Shader dan Suwilo (2003) didasari karena digraph dwiwarna D(2) atas n titik dapat
dinyatakan dalam bentuk matriks adjacencyR dan matriks adjacency B orde n.
Ma-triks AdjacencyR adalah sebuah matriks yang setiap entririj bernilai 1 jika terdapat
arc merah dari titik vi ke titik vj pada D(2), dan bernilai 0 jika tidak terdapat arc
merah dari titik vi ke titik vj pada D(2). Hal yang demikian berlaku juga terhadap
matriks adjacency B, entri bij bernilai 1 jika terdapat arc biru dari titik vi ke titik
D(2). Sehingga permasalahan mengenai eksponen dari sebuah digraph dwiwarna sama
saja dengan permasalahan memangkatkan matriks tak negatif (R, B) orden sejumlah
(g, h) kali hingga matriks tersebut menjadi matriks positif. Memangkatkan matriks
(R, B) sejumlah (g, h) kali adalah permasalahan kombinatorial, dimana memilihg dan
h agar (R, B)(g,h) positif. Hal tersebut dapat dilakukan dengan operasi (g, h)-matriks
Hurwitz P roduct RdanB yang dapat didefinisikan secara rekurensif seperti berikut.
(R, B)(g,h)=R(R, B)(g−1,h)+B(R, B)(g,h−1)
bilangan positif terkecil dari g+h yang demikian sehingga entri-entri matriks (R, B)
positif, adalah eksponendari digraph dwiwarna D(2).
Gao and Shao (2009) mendefinisikan konsep eksponen lokal dari digraph dwi-warna primitifD(2) sebagai berikut. Untuk sembarang titikv
k diD(2), k = 1,2, ..., n,
eksponen titikvk, dinotasikan dengan expD(2)(vk), adalah bilangan bulat positif
terke-cil p1 +p2 sehingga untuk setiap titik v di D(2) terdapat sebuah (p1, p2)-walk dari vk
ke v. Untuk kemudahan, titik v1,v2,...,vn dilabel sehingga expD2(v1) ≤ expD2(v2) ≤
· · · ≤expD2(vn). Untuk 1≤k≤n, expD2(vk) adalah generalisasi eksponen titik ke-k dari digraph dwiwarna D(2).
1.2 Masalah Penelitian
Andaikan S2(2) adalah digraph dwiwarna primitif atas n ≥ 3 titik yang terdiri dari sebuah cycle dengan panjang n dan sebuah loop di titik v1. Untuk setiap titik vk,
k = 1,2, ..., n diS2(2), berapakah besaran nilai dari expS(2) 2 (vk) ?
1.3 Tinjaun Pustaka
Penelitian tentang eksponen digraph dwiwarna pertama sekali dilakukan oleh Shader
dan Suwilo (2003). Shader dan Suwilo memperlihatkan bahwa eksponen terbesar
(3n3+ 2n2−2n)/2]. Kemudian pada tahun 2009 Gao dan Shao mendiskusikan ekspo-nen titik digraph dwiwarna tipe Wielandt, yakni suatu digraph Hamiltonian atas cycle
v1 →vn→ · · · →v2 →v1 dan arc v1 →vn−1 dengan panjang cyclen dan n−1. Gao
dan Shao memperlihatkan jika digraph dwiwarna Wielandt W(2) hanya memuat satu
arc biru di va →va−1,a= 2,3, ..., n−1, maka expW(2)(vk) =n
Berdasarkan generalisasi eksponen digraph dwiwarna yang dikemukakan oleh
Shader dan Suwilo (2003) serta konsep eksponen lokal digraph dwiwarna yang dike-mukakan oleh Gao dan Shao (2009), banyak peneliti membicarakan eksponen titik
dari beberapa kelas digraph dwiwarna primitif yang memuat dua cycle. Seperti Suwilo
(2011) yang mendiskusikan eksponen titik digraph dwiwarna primitif ekstremal
min-istrong D(2) atas n titik dengan panjang cycle n−1 dan n−2. Jika D(2) memuat tepat satu arc biru, maka eksponen titik D(2) berada pada [n2−5n+ 8, n2−3n+ 1] dan jika D(2) memuat tepat dua arc biru, maka eksponen titik D(2) berada pada
[n2−4n+ 4, n2−n]. Suwilo dan Syafrianty (2012) mendiskusikan eksponen titik di-graph dwiwarna primitifD(2) atasn = 2mtitik,m≥5 yang memuat dua cycle dengan panjangn−1 dann−3 berada pada interval [(n3−5n2+4n+4)/4,(n3−5n2+10n+4)/4]. Syahmarani dan Suwilo (2012) juga mendiskusikan eksponen titik digraph dwiwarna
Hamiltonian L2
n yang terdiri dari cycle v1 → vn → · · · → v2 →v1 dan arc v1 → vn−2
atas n titik ganjil dengan panjang cycle n−2 dan n. Syahmarani dan Suwilo mem-perlihatkan jika exp(L(2)n ) = (n3−2n2 + 1)/2 maka eksponen titik digraph tersebut berada pada interval [(n3−2n2−3n+ 4)/4,(n3−2n2+ 3n+ 6)/4] dan jika exp(L(2)
n ) =
2n2−6n+ 2, maka eksponen titikL(2)
n berada pada interval [n2−4n+ 5, n2−2n−1].
Semua hasil yang dikemukan oleh periset diatas adalah digraph dwiwarna
prim-itif dengan panjang cycle lebih besar dari satu. Dengan demikian penelitian ini akan
menentukan generalisasi eksponen titik dari sebuah digraph dwiwarna primitif S2(2),
lain-nya dengan panjang satu atau dikenal dengan istilah loop.
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh generalisasi eksponen titik dari sebuah
kelas digraph dwiwarna primitifS2(2) atas n≥3 titik dengan satu loop di titik v1.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya literatur dibidang eksponen titik