EKSPONEN TITIK DARI SEBUAH KELAS DIGRAPH DWIWARNA DENGAN SATU LOOP
SKRIPSI
SITI SAHARA 090803001
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains
SITI SAHARA 090803001
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
i
PERSETUJUAN
Judul : EKSPONEN TITIK DARI SEBUAH KELAS DIGRAPH
DWIWARNA DENGAN SATU LOOP
Kategori : SKRIPSI
Nama : SITI SAHARA
Nomor Induk Mahasiswa : 090803001
Program Studi : SARJANA (S1) MATEMATIKA
Departemen : MATEMATIKA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
(FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Medan, Juli 2013
Komisi Pembimbing :
Pembimbing 2 Pembimbing 1
Dra. Mardiningsih, M.Si Prof. Dr. Saib Suwilo, M.Sc
NIP.19630405 198811 2 001 NIP.19640109 198803 1 004
Diketahui oleh :
Departemen Matematika FMIPA USU Ketua,
PERNYATAAN
EKSPONEN TITIK DARI SEBUAH KELAS DIGRAPH DWIWARNA DENGAN SATU LOOP
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa ku-tipan dan ringkasan penting yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juli 2013
iii
PENGHARGAAN
Tak hingga puji serta syukur bagi Tuhan semesta alam, Allah SWT yang me-limpahkan rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul ”EKSPONEN TITIK DARI SEBUAH KELAS DIGRAPH
DWI-WARNA DENGAN SATU LOOP” ini dengan baik. Shalawat beriring salam
kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibunda Nuriah dan Ayahanda Sanudin, dua hamba ALLAH yang tercinta dan terkasih yang sudah bersedia menjadi malaikat pelindung selama perjalanan hidup penulis, kepada Bapak Prof. Dr. Saib Suwilo, M.Sc selaku dosen pembimbing I dan Ibu Dra. Mardiningsih, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah banyak membantu dan memberi dukungan moril, ilmu pengetahuan, nasihat dan motivasi bagi penulis, kepada Bapak Prof. Dr. Tulus, M.Si selaku dosen penguji I dan Bapak Drs. Suwarno Ariswoyo, M.Si selaku dosen penguji II yang telah banyak menyumbang masukan, saran, dan dukungan yang baik dalam menyelesaikan skripsi ini, kepada Bapak Prof. Dr. Sutarman, M.Sc, selaku Dekan FMIPA USU, Bapak Prof. Dr. Tulus, M.Si, dan Ibu Dra. Mardiningsih, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Matematika di FMIPA USU Medan serta Seluruh Staf Pengajar Depertemen Matematika FMIPA USU yang dengan ikhlas berbagi ilmu pengetahuan selama masa perkuliahan. Semoga ALLAH SWT memuli-akan dan meninggikan derajat mereka serta dinaungi dengan rahmat dan ridho-Nya.
Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Abangda dan Kakanda M.Musa, Robby Yanti Fitri, S.Pd, Nurniati, S.Pd, serta Adinda Nurdin, C.SE tersayang yang selalu memberikan doa, dukungan, dan semangat tiada henti kepada penulis, juga kepada keponakan penulis Riski Nazir, Hanapi, Kaylila, Arbi Irsyad dan Aisyah Tahrera yang menggoreskan warna indah dalam hari-hari penulis. Semoga Allah SWT selalu melimpahi rahmat dan barokah-Nya kepada mereka.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Misna, Yelli, Kak Titin, Tilla, Putri, Jundi, Bhakti, Lukas, Pancha, Vella, Zati, Fitri, Ade, Matematika 2009, IM3
dan rekan-rekan lainnya yang sudah berbagi asa, cita dan waktu. Semoga Allah SWT memberi balasan atas jasa-jasa mereka yang telah diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan ini, untuk itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca sekalian sangat diperlukan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih atas perhatiaanya, semoga tulisan ini berguna bagi yang membutuhkan.
Medan, Juli 2013
Penulis
ABSTRAK
Sebuah digraph dwiwarnaD(2) adalah primitif jika terdapat bilangan bulat tak negatif
g dan hsehingga untuk setiap pasang titikudan v diD(2) terdapat (g, h)-walk dari u
kev. Bilangan bulat positifg+hterkecil dari semua bilangan bulat tak negatifg danh
yang demikian disebut eksponen dari digraph dwiwarna D(2) dan dinotasikan dengan expD(2)(v). Misalkanv adalah sebuah titik di D(2). Eksponen dari suatu titikv pada D(2) adalah bilangan bulat positif terkecilg+h sehingga untuk setiap titiku di D(2)
terdapat (g, h)-walk dari titikv ke titiku, dinotasikan dengan expD(2)(v). Tulisan ini
mendiskusikan eksponen titik dari sebuah kelas digraph dwiwarna primitif S2(2) atas
n ≥ 3 titik yang terdiri dari sebuah n-cycle v1 → vn → vn−1 → · · · → v2 → v1 dan
sebuah loop merah di titik v1. Diperlihatkan bahwa jika n-cycle pada S2(2) memuat tepat 1 arc biru dan n−1 arc merah, maka eksponen titik dari digraph dwiwarnaS2(2)
berada pada interval [n−2 +k,2n−3 +k] untuk semua k = 1,2, ..., n
v
VERTEX EXPONENTS OF A CLASS OF TWO - COLORED DIGRAPHS WITH ONE LOOP
ABSTRACT
A two-colored digraph D(2) is primitive provided there are nonnegative integerg and
hsuch that for each pair of verticesuandv there exsist a (g, h)-walk from vertexuto vertexv. The smallest positive integerg+htaken over all such nonnegative integersg
and his the exponent of a two-colored digraph D(2), denoted by exp(D(2)). Letv be a vertex ofD(2). The exponent of vertexvis the smallest positive integerg+hsuch that for every vertex u in D(2) there is an (g, h)-walk from v to u, denoted by expD(2)(v).
This paper discuss vertex exponent of primitive two colored-digraph S2(2) on n ≥ 3 vertices consisting the cycle v1 →vn →vn−1 → · · · →v2 →v1 of lengthn and the red
loop at v1. For such two-colored digraph, if n-cycle in S2(2) exactly has one blue arc andn−1 red arcs, its vertex exponents lie on [n−2+k,2n−3+k] for allk = 1,2, ..., n.
DAFTAR ISI
Halaman
PERSETUJUAN i
PERNYATAAN ii
PENGHARGAAN iii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR GAMBAR vii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian 1
1.2 Masalah Penelitian 3
1.3 Tinjauan Pustaka 3
1.4 Tujuan Penelitian 5
1.5 Manfaat Penelitian 5
BAB 2 DIGRAPH DWIWARNA PRIMITIF
2.1 Definisi 6
2.2 Matriks Adjacency 9
2.3 Primitifitas Dari Digraph Dwiwarna Terhubung Kuat 11
2.4 Matriks Tak Negatif dan Eksponen Digraph Dwiwarna 14
2.5 Eksponen Titik Digraph dan Digraph Dwiwarna 21
2.6 Sistem Persamaan Diophantine 24
2.7 Formula Eksponen Titik Digraph Dwiwarna dengan Dua Cycle 25
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Komputasi Nilai Eksponen Titik 30
3.1 Pembuktian Nilai Eksponen Titik 30
BAB 4 EKSPONEN TITIKS2(2) 32
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 47
5.2 Saran 48
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Digraph dengan 4 titik dan 7 arc 7
2.2 Digraph dwiwarna dengan 5 titik dan 7 arc 8
2.3 Digraph dengan 4 titik dan 7 arc 10
2.4 Digraph terhubung kuat dan tidak terhubung kuat 12
2.5 Digraph terhubung kuat dan primitif 12
2.6 Digraph dwiwarna terhubung kuat dan tidak terhubung kuat 13
2.7 Digraph dwiwarna terhubung kuat dan primitif 14
2.8 Digraph dengan 3 titik dan 6 arc 16
2.9 Digraph dwiwarna dengan 3 titik dan 4 arc 18
4.1 Digraph dwiwarnaS(2)Tipe I 33
4.2 Digraph dwiwarnaS(2)Tipe II 33
ABSTRAK
Sebuah digraph dwiwarnaD(2) adalah primitif jika terdapat bilangan bulat tak negatif
g dan hsehingga untuk setiap pasang titikudan v diD(2) terdapat (g, h)-walk dari u
kev. Bilangan bulat positifg+hterkecil dari semua bilangan bulat tak negatifg danh
yang demikian disebut eksponen dari digraph dwiwarna D(2) dan dinotasikan dengan expD(2)(v). Misalkanv adalah sebuah titik di D(2). Eksponen dari suatu titikv pada D(2) adalah bilangan bulat positif terkecilg+h sehingga untuk setiap titiku di D(2)
terdapat (g, h)-walk dari titikv ke titiku, dinotasikan dengan expD(2)(v). Tulisan ini
mendiskusikan eksponen titik dari sebuah kelas digraph dwiwarna primitif S2(2) atas
n ≥ 3 titik yang terdiri dari sebuah n-cycle v1 → vn → vn−1 → · · · → v2 → v1 dan
sebuah loop merah di titik v1. Diperlihatkan bahwa jika n-cycle pada S2(2) memuat tepat 1 arc biru dan n−1 arc merah, maka eksponen titik dari digraph dwiwarnaS2(2)
berada pada interval [n−2 +k,2n−3 +k] untuk semua k = 1,2, ..., n
v
VERTEX EXPONENTS OF A CLASS OF TWO - COLORED DIGRAPHS WITH ONE LOOP
ABSTRACT
A two-colored digraph D(2) is primitive provided there are nonnegative integerg and
hsuch that for each pair of verticesuandv there exsist a (g, h)-walk from vertexuto vertexv. The smallest positive integerg+htaken over all such nonnegative integersg
and his the exponent of a two-colored digraph D(2), denoted by exp(D(2)). Letv be a vertex ofD(2). The exponent of vertexvis the smallest positive integerg+hsuch that for every vertex u in D(2) there is an (g, h)-walk from v to u, denoted by expD(2)(v).
This paper discuss vertex exponent of primitive two colored-digraph S2(2) on n ≥ 3 vertices consisting the cycle v1 →vn →vn−1 → · · · →v2 →v1 of lengthn and the red
loop at v1. For such two-colored digraph, if n-cycle in S2(2) exactly has one blue arc andn−1 red arcs, its vertex exponents lie on [n−2+k,2n−3+k] for allk = 1,2, ..., n.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Studi mengenai eksponen dari sebuah digraph menjadi pembahasan yang lebih
seder-hana setelah Wielandt (Schneider, H. 2002) mengemukakan sebuah gagasan mengenai
eksponen dari suatu matrikstak negatif A. Matriks tak negatifAadalah sebuah
ma-triks orde n yang setiap entriaij = 0 atau entri aij >0. MatriksA disebut primitif
jika untuk sembarang bilangan bulat positif k, Ak adalah positif, yaitu semua entri
dari matriksAkbernilai positif. Bilangan bulat positif terkecilkyang demikian adalah
eksponen dari matriksA dan dinotasikan dengan exp(A).
Persoalan mengenai eksponen dari sebuah digraph D biasanya diselesaikan
menggunakan matriks D(A), yakni sebuah matriks tak negatif A yang bersesuaian
dengan digraphD. MatriksD(A) adalah sebuah matriks orde ndengan entriaij akan
bernilai 1 jika terdapat arc dari titik vi ke titikvj pada digraph D, dan entriaij akan
bernilai 0 jika tidak terdapat arc dari titikvike titikvj pada digraphD. Eksponendari
digraph D sama dengan eksponen dari matrik tak negatif A yang bersesuaian
den-gan digraph tersebut. Matriks yang bersesuaian denden-gan digraph D kemudian disebut
dengan matriks adjacency.
Sebuah digraph D disebut primitif jika terdapat bilangan bulat positif k
se-hingga untuk setiap pasang titikudanvdiDterdapat walk dariukevdengan panjang
k, nilai terkecilk yang demikian disebut denganeksponendigraphD, dinotasikan oleh
exp(D) (Brualdi dan Ryser, 1991). Wielandt kemudian menyatakan bahwa eksponen
2
(1958). Holladay dan Varga memperlihatkan jika D digraph primitif atas n titik dan
memuat q loop maka exp(D)≤2n−q−1.
Berdasarkan gagasan yang dikemukakan oleh wielandt mengenai eksponen
di-graph, Brualdi dan Liu (1990) kemudian mendefinisikan konsepeksponen lokaldigraph
primitif sebagai berikut. Misalkan D adalah digraph primitif dan v adalah titik di
D. Eksponen dari sebuah titikv merupakan bilangan bulat positif terkecilt sehingga
terdapat walk dengan panjang t dari titikv ke semua titik yang ada diD. Eksponen
dari suatu titikv dinotasikan dengan expD(v). Misalkanv1, v2, ..., vnadalah titik di D
yang diurutkan sehingga expD(v1) ≤ expD(v2)≤ · · · ≤ expD(vn). Untuk 1 ≤ k ≤ n,
expD(vk) adalah generalisasi eksponen titik ke-k dari digraph primitifD.
Pada tahun 1997 Fonarsini dan Valcher mendefinisikan suatu digraph dwiwarna
D(2) sebagai digraph yang setiap arcnya diwarnai dengan warna merah atau warna biru. Sebuah digraph dwiwarna D(2) disebut terhubung kuat jika untuk setiap pasang
titik u dan v di D(2) terdapat walk dari u ke v dan walk dari v ke u. Sebuah di-graph dwiwarna terhubung kuat D(2) disebut primitif jika terdapat bilangan bulat
tak negatif g danh sehingga untuk setiap pasang titikudan v diD(2) terdapat suatu (g, h)-walk dariukev. Bilangan bulat positifg+hterkecil atas semua bilangan bulat
tak negatifg dan hyang demikian disebuteksponendariD(2) dan dinotasikan dengan exp(D(2)) (Shader dan Suwilo, 2003).
Konsep eksponen dari digraph dwiwarna primitifD(2) yang dikemukakan oleh
Shader dan Suwilo (2003) didasari karena digraph dwiwarna D(2) atas n titik dapat dinyatakan dalam bentuk matriks adjacencyR dan matriks adjacency B orde n.
Ma-triks AdjacencyR adalah sebuah matriks yang setiap entririj bernilai 1 jika terdapat
arc merah dari titik vi ke titik vj pada D(2), dan bernilai 0 jika tidak terdapat arc
merah dari titik vi ke titik vj pada D(2). Hal yang demikian berlaku juga terhadap
matriks adjacency B, entri bij bernilai 1 jika terdapat arc biru dari titik vi ke titik
D(2). Sehingga permasalahan mengenai eksponen dari sebuah digraph dwiwarna sama
saja dengan permasalahan memangkatkan matriks tak negatif (R, B) orden sejumlah
(g, h) kali hingga matriks tersebut menjadi matriks positif. Memangkatkan matriks
(R, B) sejumlah (g, h) kali adalah permasalahan kombinatorial, dimana memilihg dan
h agar (R, B)(g,h) positif. Hal tersebut dapat dilakukan dengan operasi (g, h)-matriks
Hurwitz P roduct RdanB yang dapat didefinisikan secara rekurensif seperti berikut.
(R, B)(g,h)=R(R, B)(g−1,h)+B(R, B)(g,h−1)
bilangan positif terkecil dari g+h yang demikian sehingga entri-entri matriks (R, B)
positif, adalah eksponendari digraph dwiwarna D(2).
Gao and Shao (2009) mendefinisikan konsep eksponen lokal dari digraph
dwi-warna primitifD(2) sebagai berikut. Untuk sembarang titikv
k diD(2), k = 1,2, ..., n,
eksponen titikvk, dinotasikan dengan expD(2)(vk), adalah bilangan bulat positif
terke-cil p1 +p2 sehingga untuk setiap titik v di D(2) terdapat sebuah (p1, p2)-walk dari v
k
ke v. Untuk kemudahan, titik v1,v2,...,vn dilabel sehingga expD2(v1) ≤ expD2(v2) ≤
· · · ≤expD2(vn). Untuk 1≤k≤n, expD2(vk) adalah generalisasi eksponen titik ke-k
dari digraph dwiwarna D(2).
1.2 Masalah Penelitian
Andaikan S2(2) adalah digraph dwiwarna primitif atas n ≥ 3 titik yang terdiri dari
sebuah cycle dengan panjang n dan sebuah loop di titik v1. Untuk setiap titik vk,
k = 1,2, ..., n diS2(2), berapakah besaran nilai dari expS(2) 2 (vk) ?
1.3 Tinjaun Pustaka
Penelitian tentang eksponen digraph dwiwarna pertama sekali dilakukan oleh Shader
dan Suwilo (2003). Shader dan Suwilo memperlihatkan bahwa eksponen terbesar
4
(3n3+ 2n2−2n)/2]. Kemudian pada tahun 2009 Gao dan Shao mendiskusikan
ekspo-nen titik digraph dwiwarna tipe Wielandt, yakni suatu digraph Hamiltonian atas cycle
v1 →vn→ · · · →v2 →v1 dan arc v1 →vn−1 dengan panjang cyclen dan n−1. Gao
dan Shao memperlihatkan jika digraph dwiwarna Wielandt W(2) hanya memuat satu arc biru di va →va−1,a= 2,3, ..., n−1, maka expW(2)(vk) =n2−2n+k−a+ 1. Jika
W(2) memuat dua arc biru di v1 →v
n−1 danv1 →vn maka expW(2)(vk) =n2−2n+k
atau expW(2)(vk) =n2−2n+k+ 1.
Berdasarkan generalisasi eksponen digraph dwiwarna yang dikemukakan oleh
Shader dan Suwilo (2003) serta konsep eksponen lokal digraph dwiwarna yang
dike-mukakan oleh Gao dan Shao (2009), banyak peneliti membicarakan eksponen titik
dari beberapa kelas digraph dwiwarna primitif yang memuat dua cycle. Seperti Suwilo
(2011) yang mendiskusikan eksponen titik digraph dwiwarna primitif ekstremal
min-istrong D(2) atas n titik dengan panjang cycle n−1 dan n−2. Jika D(2) memuat tepat satu arc biru, maka eksponen titik D(2) berada pada [n2−5n+ 8, n2−3n+ 1]
dan jika D(2) memuat tepat dua arc biru, maka eksponen titik D(2) berada pada [n2−4n+ 4, n2−n]. Suwilo dan Syafrianty (2012) mendiskusikan eksponen titik
di-graph dwiwarna primitifD(2) atasn = 2mtitik,m≥5 yang memuat dua cycle dengan panjangn−1 dann−3 berada pada interval [(n3−5n2+4n+4)/4,(n3−5n2+10n+4)/4].
Syahmarani dan Suwilo (2012) juga mendiskusikan eksponen titik digraph dwiwarna
Hamiltonian L2
n yang terdiri dari cycle v1 → vn → · · · → v2 →v1 dan arc v1 → vn−2
atas n titik ganjil dengan panjang cycle n−2 dan n. Syahmarani dan Suwilo
mem-perlihatkan jika exp(L(2)n ) = (n3−2n2 + 1)/2 maka eksponen titik digraph tersebut
berada pada interval [(n3−2n2−3n+ 4)/4,(n3−2n2+ 3n+ 6)/4] dan jika exp(L(2)
n ) =
2n2−6n+ 2, maka eksponen titikL(2)
n berada pada interval [n2−4n+ 5, n2−2n−1].
Semua hasil yang dikemukan oleh periset diatas adalah digraph dwiwarna
prim-itif dengan panjang cycle lebih besar dari satu. Dengan demikian penelitian ini akan
menentukan generalisasi eksponen titik dari sebuah digraph dwiwarna primitif S2(2),
lain-nya dengan panjang satu atau dikenal dengan istilah loop.
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh generalisasi eksponen titik dari sebuah
kelas digraph dwiwarna primitifS2(2) atas n≥3 titik dengan satu loop di titik v1.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya literatur dibidang eksponen titik
BAB 2
DIGRAPH DWIWARNA PRIMITIF
Pada bagian ini akan diberikan beberapa konsep dasar seperti teorema dan definisi
sebagai landasan teori dalam penelitian ini. Konsep dasar tersebut berkaitan dengan
definisi digraph, digraph dwiwarna, terhubung kuat, primitifitas, eksponen dan
ekspo-nen titik digraph dwiwarna yang dirujuk dari Brualdi dan Ryser (1991).
2.1 Definisi
Pada sub-bab ini akan diberikan beberapa definisi tentang digraph dan digraph
dwi-warna serta notasi-notasi yang akan dipergunakan dalam pembahasan selanjutnya.
2.1.1 Digraph
Secara sederhanagraphadalah kumpulan titik atau lingkaran kecil yang dihubungkan
oleh garis. Jika segmen garis tersebut diberi arah maka hal yang demikian disebut
dengan digraph. Formalnya, digraph adalah objek yang terdiri dari dua himpunan
yaitu :
1. Himpunan berhingga tak kosong V = {v0, v1, ..., vm} yang elemen-elemen dari
himpunan V disebut verteks atau titik dari digraph D.
2. Himpunan E yakni himpunan bagian dari pasangan berurut V XV dengan
se-mua titik tidak harus berbeda dan elemen-elemenya disebut arc dari digraph
D.
Jika diberikan α = (u, v) adalah suatu arc diD, maka titik u disebut sebagai
sebagai u→v yang menghubungkan titiku dan v.
Contoh 2.1.1 Himpunan titik V = {v1, v2, v3, v4} bersamaan dengan himpunan arc E ={v1→v4, v4→v4, v4→v1, v4→v3, v3→v2, v2→v1, v1→v1} adalah suatu digraph
dengan 4 titik dan 7 arc, dinotasikan dengan D(4,7). Representasi grafis digraph
tersebut diperlihatkan seperti pada Gambar 2.1 berikut ini.
Gambar 2.1 Digraph dengan 4 titik dan 7 arc
Andaikan D adalah sebuah digraph. Misalkan u dan v adalah titik di D.
Suatu walk dengan panjang l dari u ke v adalah suatu barisan arc dalam bentuk
u=v0 → v1 → · · · →vl−1 →vl=v
Dengan l > 0,v0 =udan vl =v. Walk tersebut adalah tertutup jikau=v dan walk
disebut terbuka jika u 6= v. Cycle adalah suatu path tertutup uv dan loop adalah
sebuah cycle yang panjangnya satu. Dengan menggunakan digraph pada contoh 2.1.1
akan dijelaskan beberapa definisi diatas.
a. Barisan arcv1→v4→v1→v4→v3→v2→v1 adalah sebuah walk tetapi bukan path
karena ada perulangan titik v1.
b. Barisan arc v1→v4→v3→v2 adalah sebuah path terbuka.
c. Barisan arc v1→v4→v3→v2→v1 adalah sebuah path tertutup dan disebut juga
dengan cycle.
8
2.1.2 Digraph Dwiwarna
AndaikanDadalah sebuah digraph atasntitikv1, v2, ..., vn. Digraph dwiwarnaadalah
sebuah digraph D yang setiap arcnya diwarnai dengan warna merah atau warna biru
dan dinotasikan denganD(2). Sebuah arc merah(u, v) dinotasikan dengan u→r v dan
sebuah arc biru (u, v) dinotasikan dengan u→b v.
Contoh 2.1.2 Himpunan titik V = {v1, v2, v3, v4, v5} bersama dengan himpunan arc merah R = {(v3, v4) ,(v4, v5) ,(v5, v3),(v3, v3)} dan himpunan arc biru B =
{(v5, v1),(v1, v2),(v2, v3)} adalah sebuah digraph dwiwarna D(2) dengan 5 titik, 4 arc merah dan 3 arc biru. Secara grafis, digraph dwiwarna D(2) dapat direpresentasikan
dengan cara berikut
a. Setiap titik digambarkan dengan lingkaran kecil hitam.
b. Setiap arc merah (a, b) digambarkan dengan garis berarah tidak putus-putus
dari titik a ke titik b.
c. Setiap arc biru (c, d) digambarkan dengan garis berarah putus-putus dari titik
c ke titikd.
Dengan demikian contoh 2.1.2 dapat diperlihatkan pada gambar berikut.
Gambar 2.2 : Digraph dwiwarna 5 titik dan 7 arc
Sebuah (g, h)-walk di digraph dwiwarna D(2) adalah walk yang terdiri dari
g-arc merah dan h-arc biru. Andaikan w adalah sebuah walk. Banyaknya arc merah
dengan panjang walkw adalah l(w) =r(w) +b(w). Vektor
r(w)
b(w)
disebut sebagai
komposisi dari walk w.
Sebuah pathadalah sebuah walk dengan semua titik-titiknya berbeda. Cycle
adalah path tertutup dan loop adalah cycle dengan komposisi
1
0
atau
0
1
.
Berdasarakan definisi tersebut, dari Gambar 2.2 diperoleh
a. v1 →b v2 →b v3 →r v3 →r v4 adalah sebuah walk dengan komposisi
2
2
.
b. v1 →b v2 →b v3 →r v4 →r v5 adalah sebuah path terbuka dengan komposisi
2
2
.
c. v5 →r v3 →r v4 →r v5 adalah sebuah cycle dengan komposisi
3
0
.
d. v3 →r v3 adalah sebuah loop dengan komposisi
1
0
.
2.2 Matriks Adjacency
Sebuah digraph D atau digraph dwiwarna D(2) atas n titik dapat dinyatakan dalam
(0,1)-matriks, yaitu sebuah matriks dengan entri 0 atau 1. Matriks yang demikian
dikenal dengan sebutan matriks adjacency.
2.2.1 Matriks Adjacency Digraph
Untuk digraph D atas n titik, matriks adjacency dari D adalah A(D) = [aij]
den-gan ketentuan berikut
aij =
(
1, jika terdapat arc dari vi kevj di D
10
Sebagai contoh perhatikan digraph D pada Gambar 2.3 berikut
Gambar 2.3 : Digraph dengan 4 titik dan 7 arc
matriks adjacency dari digraph pada Gambar 2.3 adalah sebagai berikut
A(D) =
1 1 0 0
0 0 1 0
1 0 1 1
1 0 0 0
2.2.2 Matriks Adjacency Digraph Dwiwarna
Pada digraph dwiwarna D(2), matriks adjacency dariD(2) terbagi atas dua buah ma-triks adjacency yakni, mama-triks adjacency untuk arc merah, R = [rij] dan matriks
adjacency untuk arc biru, B = [bij] yang masing-masing orde n dengan ketentuan
berikut
rij =
(
1, jika terdapat arc merah darivi kevj diD(2)
0, jika sebaliknya
dan
bij =
(
1, jika terdapat arc biru dari vi kevj di D(2)
0, jika sebaliknya
Dengan demikian, matriks adjacency dari Gambar 2.2 pada contoh 2.1.2 adalah
a. Arc merah dari D(2) pada contoh 2.1.2 adalah{v3 →v3, v3 →v4, v4 →v5, v5 →
v3}. Sehingga matriks adjacency arc merahR= [rij] dari D(2) tersebut adalah
R=
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 1 1 0
0 0 0 0 1
0 0 1 0 0
b. Arc biru dari D(2) pada contoh 2.1.2 adalah {v5 → v1, v1 → v2, v2 → v3}.
Se-hingga matriks adjacency arc biruB = [bij] dari digraph dwiwarnaD(2) tersebut
adalah B =
0 1 0 0 0
0 0 1 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
1 0 0 0 0
2.3 Primitifitas Dari Digraph Dwiwarna Terhubung Kuat
Pada bagian ini akan dibahas tentang digraph dan digraph dwiwarna terhubung kuat
serta primitifitasnya.
2.3.1 Digraph Primitif
Sebuah digraph D disebut terhubung kuat jika untuk setiap pasang titik u dan v
terdapat walk dari titik u kev dan walk dari titikv ke u, sebaliknya digraphD
dise-but tidak terhubung kuat jika terdapat sembarang satu titik atau lebih sehingga tidak
terdapat walk dari u ke v. Berikut ini diberikan contoh digraph terhubung kuat dan
12
Contoh 2.3.1 Representasi dari dua buah digraph terhubung kuat dan tidak ter-hubung kuat.
Gambar 2.4 : Digraph terhubung kuat dan tidak terhubung kuat
Gambar 2.4 menunjukan bahwa (a) adalah terhubung kuat karena terdapat walk dari
satu titik ke titik lainya, sedangkan (b) tidak terhubung kuat karena tidak terdapat
walk dari v1 kev2 .
Misalkan himpunan C = {γ1, γ2, ..., γt} adalah himpunan semua cycle-cycle
yang terdapat pada digrap D dengan panjang dari cycle-cycle tersebut dinotasikan
denganl(γi),i= 1,2, ..., t. Digraph terhubung kuatDdisebutprimitifjika gcd(l(γi)) =
1, sebaliknya digraph D disebuttidak primitifjika gcd(l(γi))6= 1 (Brualdi dan Ryser,
1991). Berikut ini diberikan representasi grafis digraph yang terhubung kuat dan
primitif.
Contoh 2.3.2 Representasi dari digraph terhubung kuat atas 5 titik dan 6 arc.
DigraphDpada Gambar 2.5 adalah terhubung kuat yang terdiri dari dua cycle,
yaitu cycleγ1 =v1 →v2 →v3 →v5 →v4→v1 dengan l(γ1) = 5 dan cycleγ2=v4 →
v3 → v5 → v4 dengan panjang l(γ2) = 3. Sehingga gcd(l(γ1), l(γ2)) = gcd(5,3) = 1.
Karena gcd(l(γ1), l(γ2)) = 1, oleh definisi dapat disimpulkan bahwa digraph Dadalah
primitif.
2.3.2 Digraph Dwiwarna Primitif
Sebuah digraph dwiwarnaD(2) adalah terhubung kuat jika untuk setiap pasang titiku
danv diD(2) terdapat walk dari titikuke titikv dan walk dari titikv ke titikutanpa memperhatikan warna setiap arc yang dilalui. Perhatikan contoh digraph dwiwarna
D(2) terhubung kuat dan digraph dwiwarna D(2) tidak terhubung kuat berikut
Contoh 2.3.3 Representasi dari digraph dwiwarna terhubung kuat
Gambar 2.6 : Digraph dwiwarna terhubung kuat dan tidak terhubung kuat
Gambar 2.6 memperlihatkan bahwa (a) adalah digraph dwiwarna D(2)
ter-hubung kuat karena terdapat walk dari satu titik ke titik yang lain dan (b) adalah
digraph dwiwarna D(2) yang tidak terhubung kuat karena tidak terdapat walk dariv1
ke v2.
Sebuah digraph dwiwarna terhubung kuat D(2) disebutprimitif jika terdapat bilangan tak negatif g dan h sehingga untuk setiap pasang titik u dan v di D(2)
terdapat (g, h)-walk dariukev. AndaikanC ={γ1, γ2, ..., γt}adalah himpunan semua
14
orde 2× t dengan setiap kolom ke-i dari M merupakan komposisi dari cycle-cycle
γi, i= 1,2, ..., t seperti berikut
M = "
r(γ1) r(γ2) · · · r(γt)
b(γ1) b(γ2) · · · b(γt)
# .
Sebuah digraph dwiwarna D(2) adalah primitif jika dan hanya jika pembagi perseku-tuan terbesar dari determinan submatriks 2 ×2 dari M adalah ±1 (Fonarsini dan
Valcher, 1997).
Lemma 2.3.1 Andaikan D(2) adalah digraph dwiwarna terhubung kuat dengan paling sedikit satu arc setiap warna. Misalkan M adalah matriks cycle dari D(2). Digraph D(2) adalah primitif jika dan hanya jika content dari matriks M adalah 1.
Contoh 2.3.4 Representasi digraph dwiwarna terhubung kuat dan primitif
Gambar 2.7 : Digraph dwiwarna primitif.
Digraph dwiwarna D(2) pada Gambar 2.7 adalah terhubung kuat yang terdiri
dari cycle v1 →b v5 →r v4 →r v3 →r v2 →r v1 dengan komposisi
4
1
dan loop v1
r → v1
dengan komposisi
1
0
, maka matriks cycle dari D(2) adalah M =
1 4
0 1
dengan
det(M) = 1. Oleh karenadet(M) = 1, maka digraph dwiwarna terhubung kuat D(2) adalah primitif.
2.4 Matriks Tak Negatif dan Eksponen Digraph Dwiwarna
Digraph dwiwarna D(2).
2.4.1 Matriks Tak Negatif
Matriks tak negatif A merupakan sebuah matriks yang setiap entri-entri aij dari A
adalah bilangan bulat tak negatif, sebaliknya jika setiap entri-entri aij dari matriks
A adalah bilangan bulat positif maka matriks tersebut disebut matriks positif.
Per-hatikan dua buah matriks berikut ini
N =
5 0 1
3 1 7
0 2 0
, matriks tak negatif; P =
11 2 1
3 1 8
1 4 1
, matriks positif.
2.4.2 Eksponen Digraph
Eksponen dari sebuah digraph D didefinisikan sebagai bilangan bulat positif
terke-cil k sehingga untuk setiap pasang titik u dan v di D terdapat walk dari u ke v
dengan panjang k dan dinotasikan dengan exp(D).
Proposisi 2.4.1 AndaikanAadalah suatu matriks adjacency dari digraphD. Entri ak
ij dari Ak menyatakan banyak walk dari vi ke vj yang panjangnya k di digraph D.
Bukti. Andaikan A adalah suatu matriks adjacency dari digraph D, maka setiap entri (i, j) dariA menyatakan arc dari titikvi kevj di digraph D. Ini mengakibatkan
jika k = 1, maka setiap entri a1
ij dari A1 menyatakan walk dari titik vi ke vj dengan
panjang 1.
Andaikan setiap entri a(ijk) dari Ak menyatakan banyaknya walk dari titik vi
ke vj yang panjangnya k di D, untuk k ≥ 1. Selanjutnya akan diperlihatkan bahwa
16
Perhatikan setiap walk dari titikvi kevj diDdengan panjangk+1 yang terdiri
dari walk vi kevl dengan panjang k untuk l = 1,2, ..., n, dan dilanjutkan dengan arc
dari titikvi kevj, sehinggaa
(k)
il aij menyatakan walk dengan panjangk+ 1 dari titikvi
kevj diDuntukk = 1,2, ..., n. Jika tidak terdapat walk yang panjangnyak dari titik
vi ke vj di D, maka a( k)
il = 0 sehinggaa
(k)
il aij = 0. Hal ini berakibat tidak terdapat
walk yang panjangnya k+ 1 dari titikvi kevj melalui titikvl diDsehingga diperoleh
banyaknya walk yang panjangnya k+ 1 dari titik vi ke vj di D adalah
ai(1k)a1j+ai(2k)a2j+...+a(ink)anj = n
X
i=1 ak
ilalj
karena
Ak+1 =AkA
maka
a(ijk)= n
X
i=1 akilalj
Sehingga a(ijk+1) adalah benar menyatakan banyaknya walk dari titik vi ke titik vj
yang panjangnya k+ 1 di D. Berikut ini diberikan contoh dari sebuah digraph yang
akan dicari eksponennya dengan menggunakan proposisi 2.4.1.
Contoh 2.4.1 Representasi digraph dengan 3 titik dan 6 arc.
Gambar 2.8 : Digraph dengan 3 titik dan 6 arc.
Matriks adjacency dari digraph pada Gambar 2.8 adalah sebagai berikut
A=
1 1 0
0 1 1
1 0 1
Berdasarkan proposisi 2.4.1, banyaknya walk dari titik vi ke titik vj dengan
panjang kdinyatakan oleh entriak
ij dari matriksAk yang semuanya positif. Eksponen
dari digraph D adalah bilangan positif terkecil k yang mengakibatkan matriks Ak
positif. Perhatikan matriks berikut.
a. Untukk = 1; diperoleh A1 =
1 1 0
0 1 1
1 0 1
Bukan eksponen dari digraph pada contoh 2.4.1, karena tidak terdapat walk
dengan panjang 1 dari titik 1 ke titik 3, titik 2 ke titik 1 dan titik 3 ke titik 2.
b. Untukk = 2; diperoleh A2 =
1 2 1
1 1 2
2 1 1
Karena terdapat walk dengan panjang 2 dari tiap pasang titik yang ada di D,
maka eksponen dari digraph pada contoh 2.4.1 adalah exp(D) = 2.
2.4.3 Eksponen Digraph Dwiwarna
Pada digraph dwiwarna D(2), eksponen dari D(2) didefinisikan sebagai bilangan bulat positif terkecilg+hdari semua bilangan bulat tak negatifg dan hyang ada sehingga
untuk setiap pasang titik u dan v di D(2) terdapat sebuah (g, h)-walk dari u ke v yang terdiri dari g-arc merah dan h-arc biru. Eksponen dari digraph dwiwarna D(2)
dinotasikan oleh exp(D(2)).
Andaikan A dan B adalah matiks tak negatif orde m. Untuk bilangan tak
negatif g dan h, didefinisikan (g, h)-Hurwitz product, (A, B)(g,h) dari A dan B
adalah jumlah keseluruhan matriks dari hasil perkalian A sebanyak g kali dan B
se-banyakhkali. Sebagai contoh, (A, B)(1,0) =A, (A, B)(0,1)=B, (A, B)(1,1)=AB+BA
dan (A, B)(2,2)=A2B2 +ABAB+AB2A+BABA+B2A2.
18
maka entri (i, j) dari (R, B)(g,h) adalah jumlah (g, h)-walk dari titik uke v diD(2).
Bukti. Lemma 2.4.1 akan dibuktikan dengan induksi pada (g+h) dan (g+h+ 1), jika g = 0 maka h = 1 atau jika g = 1 maka h = 0. Jika g = 0 maka entri (i,j)
dari (R, B)(0,1) =B adalah walk dengan komposisi
0
1
diD(2). Dengan cara yang
sama, jika h = 0 maka (R, B)(1,0) = R adalah walk dengan entri (i, j) menyatakan
walk dengan komposisi
1
0
diD(2).
Anggap lemma 2.4.1 benar untuk semua bilangan bulat tak negatif g′
dan h′
dengan g′
+h′
≤g+h, akan diperlihatkan untukg+h+ 1 juga benar dengan catatan
sebagai berikut
(R, B)(g+1,h)=R(R, B)(g,h)+B(R, B)(g+1,h−1)
dengan induksi matematika entri (i, j) pada R(R, B)(g,h) adalah walk dari v
i ke vj
yang dimulai dengan arc merah diikuti oleh sebuah (g, h)-walk dan entri (i, j) pada
B(R, B)(g+1,h−1) adalah jumlah walk dari v
i ke vj yang dimulai dengan sebuah arc
biru dan diikuti oleh sebuah (g+ 1, h−1)-walk sedemikian sehingga entri (i, j) dari
(R, B)(g+1,h) adalah jumlah (g+ 1, h)-walk dari i ke j. Perhatikan contoh berikut.
Contoh 2.4.2 Reprensentasi D(2) dengan 3 titik, 3 arc merah dan 1 arc biru
Matriks adjacency merah dan biru dari Gambar 2.9 adalah R=
1 0 0
1 0 0
0 1 0
dan B =
0 0 1
0 0 0
0 0 0
Berdasarkan Lemma 2.4.1, banyaknya walk dari titikike titikjdengan panjang
g +h adalah entri (i, j) dari (R, B)(g,h) yang semuanya bernilai positif, dan (g+h)
terkecil dari yang demikian adalah eksponen dari matriks (R, B)(g+h). Perhatikan matriks (R, B)(g,h) berikut
a. Untukg+h= 1, maka
1. (R, B)(1,0) =R =
1 0 0
1 0 0
0 1 0
2. (R, B)(0,1) =B =
0 0 1
0 0 0
0 0 0
b. Untukg+h= 2, maka
1. (R, B)(2,0) =R2 =
1 0 0
1 0 0
1 0 0
2. (R, B)(0,2) =B2 =
0 0 0
0 0 0
0 0 0
3. (R, B)(1,1) =RB+BR=
0 1 1
0 0 1
0 0 0
c. Untukg+h= 3, maka
1. (R, B)(3,0) =R3 =
1 0 0
1 0 0
20
2. (R, B)(0,3) =B3 =
0 0 0
0 0 0
0 0 0
3. (R, B)(1,2) =RB2+B(R, B)(1,1)=
0 0 0
0 0 0
0 0 0
4. (R, B)(2,1) =R(R, B)(1,1)+BR2 =
1 1 1
0 1 1
0 0 1
d. Untukg+h= 4, maka
1. (R, B)(4,0) =R4 =
1 0 0
1 0 0
1 0 0
2. (R, B)(0,4) =B4 =
0 0 0
0 0 0
0 0 0
3. (R, B)(1,3) =RB3+B(R, B)(1,2)=
0 0 0
0 0 0
0 0 0
4. (R, B)(2,2) =R(R, B)(1,2)+B(R, B)(2,1)=
0 0 1
0 0 0
0 0 0
5. (R, B)(3,1) =R(R, B)(2,1)+BR3 =
2 1 1
1 1 1
0 1 1
d. Untukg+h= 5, maka
1. (R, B)(5,0) =R5 =
1 0 0
1 0 0
1 0 0
2. (R, B)(4,1) =R(R, B)(3,1)+BR4 =
3 1 1
2 1 1
1 1 1
Karena terdapat walk dengan panjang 5 dari tiap pasang titik pada digraph
dwiwarna D(2), maka eksponen dari digraph dwiwarna D(2) pada Gambar 2.9 adalah
exp(D2) = 5, dengan komposisi
4
1
yang terdiri 4 arc merah dan 1 arc biru.
2.5 Eksponen Titik Digraph dan Digraph Dwiwarna
Pada sub-bab ini akan dibahas tentang definisi eksponen titik digraph D dan
ek-sponen titik digraph dwiwarna D(2) serta contoh bagaimana menentukan eksponen
titik dari digraph D dan digraph dwiwarna D(2).
2.5.1 Eksponen Titik Digraph
Misalkan D adalah sebuah digraph primitif atas n titik v1, v2, ..., vn. Untuk suatu
vi di D, i = 1,2, ..., n, eksponen titik vi yang dinotasikan dengan expD(vi) adalah
bi-langan bulat positif terkecilt sehingga terdapat walk dengan panjangtdarivikesetiap
titik di D, dan himpunan eksponen expD(X) adalah bilangan bulat positif terkecil p
sehingga untuk setiap titikvj diDterdapat sebuah walk dari paling sedikit satu titik
di X ke vj dengan panjang p.
Andaikan D adalah digraph primitif orde n. Jika titik-titik di D adalah
(v1, v2, ..., vn) sedemikian hingga
expD(v1)≤expD(v2)≤ · · · ≤expD(vn)
maka expD(vk) adalah tipe pertama generalisasi eksponen ke-k dari D, dinotasikan
22
Contoh 2.5.1 Berikut ini akan dicari eksponen titik dari tiap masing-masing titik di digraph D pada Gambar 2.9 dengan asumsi bahwa digraph tersebut tidak
diwar-nai dengan merah dan biru. Matriks adjacency dari digraph yang demikian adalah
A=
1 0 1
1 0 0
0 1 0
Berdasarkan Proposisi 2.4.1, eksponen titik dari D diperoleh dengan melihat
entri aij dari Ak, dengan entri pada baris ke-i harus bernilai positif. Perhatikan
matriks Ak berikut
a. Untuk k = 2, A2 =
1 1 1
1 0 1
1 0 0
. Karena semua entri pada baris pertama dari
matriks A2 sudah bernilai positif, maka exp
D(v1) = 2.
b. Untuk k = 3, A3 =
2 1 1
1 1 1
1 0 1
. Karena semua entri pada baris kedua dari
matriks A3 sudah bernilai positif, maka exp
D(v2) = 3.
c. Untuk k = 4, A4 =
3 1 2
2 1 1
1 1 1
. Karena semua entri pada baris ketiga dari
matriks A4 sudah bernilai positif, maka exp
D(v3) = 4.
Dengan demikian eksponen titik digraph pada Gambar 2.9 tanpa diwarnai
den-gan warna merah dan biru sudah ditemukan yaitu, expD(v1) = 2, expD(v2) = 3, dan
expD(v3) = 4.
2.5.2 Eksponen Titik Digraph Dwiwarna
MisalkanD(2) adalah digraph dwiwarna primitif danV(D(2)) adalah himpunan semua titik yang ada di D(2) dengan V(D(2)) = {v1, v2, ..., vn}. Untuk suatu v
i ∈ V(D(2))
danX ⊆V(D(2)),eksponen titikv
i yang dinotasikan oleh expD(2)(vi), adalah bilangan
setiap titik di D(2), dan himpunan eksponen exp
D(2)(X) adalah bilangan bulat positif
terkecilm1+m2 sehingga untuk setiap titikvj diD(2) terdapat sebuah (m1, m2)-walk
dari paling sedikit satu titik di X ke vj.
Andaikan D(2) adalah digraph dwiwarna primitif orde n. Jika titik-titik di
D(2) adalah (v1, v2, ..., v
n) sedemikian hingga
expD(2)(v1)≤expD(2)(v2)≤ · · · ≤expD(2)(vk)
maka expD(2)(vk) adalah tipe pertama generalisasi eksponen titik ke-k dari digraph
dwiwarna D(2) (Gao dan Shao, 2009).
Untuk mencari eksponen titik digraph dwiwarna primitifD(2), akan dilakukan dengan operasi (g, h)-matriks Hurwitz Product R dan B yang dapat didefinisikan
se-cara rekurensif. Untuk bilangan bulat tak negatif terkecil g dan h, jika k adalah
adalah titik di D(2), maka semua entri pada baris ke-k dari matriks tersebut bernilai
positif.
Contoh 2.5.2 Berikut ini akan dicari eksponen titik dari masing-masing titik di di-graph dwiwarnaD(2) pada Gambar 2.9, yaitu dengan melihat entri (i, j) dari (R, B)(g,h)
dimana semua entri pada baris ke-iharus bernilai positif. Menggunakan Contoh 2.4.2
telah diperoleh matriks-matriks (R, B)(g,h), perhatikan bahwa
a. Untukg+h= 3 pada (R, B)(2,1)=R(R, B)(1,1)+BR2 =
1 1 1
0 1 1
0 0 1
.
Karena semua entri pada baris pertama dari matriks (R, B)(2,1) sudah bernilai
positif, maka expD(2)(v1) = 3 dengan komposisi
2
1
yang terdiri dari 2-arc
merah dan 1-arc biru.
b. Untukg+g = 4 pada (R, B)(3,1)=R(R, B)(2,1)+BR3 =
2 1 1
1 1 1
0 1 1
.
24
positif, maka expD(2)(v2) = 4 dengan komposisi
3
1
yang terdiri dari 3-arc
merah dan 1-arc biru.
c. Untukg+h= 5 dari (R, B)(4,1)=R(R, B)(3,1)+BR4 =
3 1 1
2 1 1
1 1 1
.
Karena semua entri pada baris ketiga dari matriks (R, B)(4,1) sudah bernilai
positif, maka expD(2)(v3) = 5 dengan komposisi
4
1
yang terdiri dari 4-arc
merah dan 1-arc biru.
Dengan demikian sudah ditemukan eksponen titik dari digraph dwiwarna D(2) yaitu,
expD(2)(v1) = 3, expD(2) (v2) = 4, dan expD(2)(v3) = 5.
2.6 Sistem Persamaan Diophantine
Persamaan diophantine adalah suatu persamaan dalam bentuk
a1x1+a2x2+· · ·+anxn=b (1)
dengan solusi dari persamaan tersebut adalah bilangan bulat untuk semua bilangan
bulat a1, a2 ,..., an , b. Andaikan bahwa n ≥ 1 dan koefisien-koefisien a1 , a2 ,..., an
tak semuanya nol.
Teorema 2.6.1Persamaan (1) adalah punya solusi bulat jika dan hanya jika gcd(a1, a2, ..., an)|b.
Sistem persamaan diophantine adalah himpunan dari m persamaan
berikut
a11x1+a12x2+· · ·+a1nxn =b1
a21x1+a22x2+· · ·+a2nxn =b2
...
am1x1+am2x2+· · ·+amnxn =bm
(2)
Sistem persamaan diophantine pada persamaan (2) dapat juga diekspresikan sebagai
sebuah persamaan matriks Ax = b, dimana
A=
a11 a12 · · · a1n
a21 a22 · · · a2n
..
. ... . .. ...
am1 am2 · · · amn
, x = x1 x2 .. . xn
, b = b1 b2 .. . bm .
Perhatikan bahwa kolom-kolom dari matriksAadalah koefisien-koefisien dari variabel
x1, x2, ..., xn pada persamaan (2). Sistem persamaan diophantine Ax = b adalah
punya solusi bilangan bulat jika dan hanya jika pembagi persekutuan terbesar dari
determinan submatriks 2×2 dari A adalah ±1.
2.7 Formula Eksponen Titik Digraph Dwiwarna dengan Dua Cycle
Di bagian ini akan didiskusikan suatu cara untuk menentukan batas atas dan batas
bawah eksponen titik digraph dwiwarna primitif. Suwilo (2011) menawarkan suatu
teknik untuk menentukan batas atas dan batas bawah eksponen titik digraph
dwi-warna primitif yang memuat dua cycle. Pertama sekali akan diberikan suatu teknik
un-tuk menenun-tukan batas bawah eksponen titik digraph dwiwarna primitif pada Lemma
2.6.1 berikut.
Lemma 2.7.1 Andaikan D(2) adalah digraph dwiwarna primitif yang memuat dua
cycle dengan matrik cycle M =
r(γ1) b(γ2)
b(γ1) r(γ2)
26
dari D(2) dan terdapat sebuah (g, h)-walk dari titik v
k ke setiap titik vj di D(2) dengan
g
h
=M u v , maka u v
≥M−1
r(pk,j)
b(pk,j)
untuk sembarang bilangan bulat
tak negatif u, v dan untuk suatu path p(k,j) darivk ke vj.
Bukti. Untuk sembarang j = 1,2, ..., n, misalkan pk,j adalah path dari titik vk ke
titik vj. Karena D(2) memuat dua cycle maka setiap walknya dapat didekomposisi
kedalam path dan cycle pada persamaan (3) berikut
g
h
=M x1 x2 +
r(pk,j)
b(pk,j)
(3)
dengan x1, x2 ≥ 0. Karena D(2) primitif, maka M punya invers. Menggunakan
g
h
=M
u
v
dan persamaan (3) diperoleh persamaan berikut
M u v
=M x1 x2 +
r(pk,j)
b(pk,j)
M x1 x2
=M u v −
r(pk,j)
b(pk,j)
x1 x2 = u v
−M−1
r(pk,j)
b(pk,j)
≥0
sehingga u v
≥M−1
r(pk,j)
b(pk,j)
dan Lemma (2.7.1) terbukti.
Berdasarkan informasi yang ada pada pembuktian Lemma (2.7.1), diperoleh teorema
berikut ini.
Teorema 2.7.1 Andaikan D(2) adalah digraph dwiwarna primitif yang terdiri dari cycle γ1 dan γ2. Misalkan vk adalah titik di D(2). Untuk sembarang titik vi dan vj di
D(2), definisikan u0 = b(γ2)r(p
k,j)−r(γ2)b(pk,j) dan v0 = r(γ1)b(pk,j)−b(γ1)r(pk,j).
Maka g h
≥M
u0
v0
Bukti. Andaikan bahwa eksponen titik vk dicapai oleh (g, h)-walk dengan g h = M u v
dan diperoleh persamaan berikut
u
v
≥M−1
r(pk,j)
b(pk,j)
=
b(γ2)r(pk,j)−r(γ2)b(pk,j)
r(γ1)b(pk,j)−b(γ1)r(pk,j)
(4)
untuk sembarang path pk,j dari titik vk ke titik vj.
Jika untuk sembarang titik vj, j = 1,2, ..., n diperoleh nilai b(γ2)r(pk,j) −
r(γ2)b(pk,j)≥0, maka definisikan
u0 =b(γ2)r(pk,j)−r(γ2)b(pk,j)≥0 (5)
dan jika untuk sembarang titikvi,i= 1,2, ..., ndiperoleh nilair(γ1)b(pk,i)−b(γ1)r(pk,i)≥
0, maka definisikan
v0 =r(γ1)b(pk,i)−b(γ1)r(pk,i)≥0 (6)
sehingga u≥u0 dan v ≥v0. Oleh Lemma (2.6.1) diperoleh
g
h
=M
u
v
≥M u0 v0 (7)
sehingga expD(2)(vk) =g+h≥(r(γ1) +b(γ1))u0+ (r(γ2) +b(γ2))v0 =l(γ1)u0+l(γ2)v0.
Proposisi 2.7.1 berikut ini diberikan untuk menentukan batas atas eksponen
titik digraph dwiwarna primitif dari sebuah titik yang ditentukan, sebut titik
terse-but v. Definisikan d(vk, v) sebagai jarak dari titik vk ke titik v, yakni panjang walk
terpendek dari vk ke v.
28
1,2, ..., n di D(2), exp
D(2)(vk)≤expD(2)(v) +d(vk, v).
Bukti. Untuk setiap k = 1,2, ..., n misalkan pk,v adalah (r(pk,v), b(pk,v))-path dari
vk ke titik v dengan panjang d(vk, v). Karena eksponen titik v adalah expD(2)(v),
maka terdapat (g, h)-walk dengan panjang expD(2)(v) = g +h dari v ke setiap titik
vj, j = 1,2, ..., n. Ini menunjukan bahwa setiap titik vk di D(2) terdapat suatu
(g +r(pk,v), h+b(pk,v))-walk dari titik vk ke setiap titik vj. Walk tersebut berawal
dari vkmenujuv melalui (r(pk,v), b(pk,v))-path dan kemudian menujuvj melalui suatu
(g, h)-walk dari v kevj. Oleh karena itu diperoleh expD(2)(vk)≤expD(2)(v) +d(vk, v)
Proposisi 2.7.2 berikut diberikan untuk menentukan batas atas eksponen titik
digraph dwiwarna primitif yang memuat dua cycle.
Proposisi 2.7.2 Andaikan D(2) adalah digraph dwiwarna yang terdiri atas cycle γ1 dan γ2. Misalkan vk adalah titik di D(2) yang terdapat pada cycle γ1 dan cycle γ2.
Jika untuk setiapi= 1,2, ..., ndan sembarang bilangan bulat positifg danh, terdapat
path pk,i dari vk kevi sehingga sistem persamaan
Mx +
r(pk,i)
b(pk,i)
=
g
h
(8)
punya solusi bilangan bulat tak negatif, maka expD(2)(vk)≤g+h.
Bukti. Misalkan bahwa solusi dari sistem persamaan (8) adalah x = (x1, x2)T. Karena D(2) adalah primitif, maka matriks cycle M adalah invertible, sehingga x1 dan x2 tidak dapat nol kedua-duanya. Karena x1, x2 6= 0 dan kedua cycleγ1 dan γ2
memuat titik vk, maka terdapat tiga kemungkinan berikut.
Jika x1 > 0 dan x2 > 0, maka walk dari titik vk ke titik vi akan bergerak
sebanyakx1kali mengelilingi cycleγ1 dan bergerak sebanyakx2kali mengelilingi cycle
γ2 dan kembali lagi ke titik vk, kemudian terus bergerak menuju titikvi di sepanjang
walk dari titik vk ke titik vi akan bergerak sebanyakx2 kali mengelilingi cycle γ2 dan
kembali lagi ke titik vk, kemudian terus bergerak menuju titik vi di sepanjang path
pk,i adalah sebuah (g, h)-walk dari vk kevi. Jika x1 >0 dan x2 = 0, maka walk dari
titik vk ke titik vi akan bergerak sebanyak x1 kali mengelilingi cycle γ1 dan kembali
lagi ke titikvk, kemudian terus bergerak menuju titikvi di sepanjang pathpk,i adalah
sebuah (g, h)-walk dari vk kevi. Dengan demikian, untuk setiap titikvi, i= 1,2, ..., n
BAB 3
METODE PENELITIAN
Untuk menentukan eksponen titik dari sebuah kelas digraph dwiwarna primitif S2(2) yang memuat sebuah loop di titik v1 dan sebuah cycle dengan panjang n, akan
digu-nakan teknik-teknik yang telah dikembangkan oleh Suwilo (2011). Pendekatan akan
dilakukan dalam langkah berikut:
3.1 Komputasi Nilai Eksponen Titik
Dengan menggunakan program two exp, akan ditemukan bilangan bulat tak negatifg
dan hsehingga
expS(2)
2 (vk) =g+h.
Hal ini dilakukan dengan menghitung hasil kali (g, h)-Hurwzit dari matriks
ad-jacency R dan B secara rekursif sehingga (R, B)(g,h) positif.
3.2 Pembuktian Nilai Eksponen Titik
Dengang danhyang sudah ditemukan pada langkah (3.1), langkah berikutnya adalah
membuktikan bahwa expS(2)
2 (vk) =g+h. Untuk itu, hal pertama yang harus dilakukan adalah memperlihatkan bahwa expS(2)
2 (vk)≥g+h, yakni dengan menemukan bilangan tak negatif u0 dan v0 sedemikian hingga
g
h
≥M
u0
v0
sehingga expS(2)
dari cycle γ2.
Langkah selanjutnya adalah memperlihatkan bahwa expS(2)
2 (vk)≤g+h. Karena digraph dwiwarna S2(2) adalah primitif, maka determinan dari matriks cycleM adalah
±1 dan setiap walk pada digraph dwiwarna S2(2) dapat didekomposisi menjadi suatu
path dari titikvk ke titikvi dan beberapa buah cycle, sehingga untuk memperlihatkan
expD(2)(vk)≤g+h, cukup diperlihatkan bahwa sistem persamaan diophantine
M
x1
x2
+
r(pk,i)
b(pk,i)
=
g
h
, i= 1,2, ..., n
punya solusi bulat tak negatif yaitu x1, x2 ≥ 0 untuk semua titik vi dan beberapa
path pk,i dari titikvk ke titik vi.
Dengan memperlihatkan expD(2)(vk) ≥ g+h dan expD(2)(vk) ≤ g +h, maka
BAB 4
EKSPONEN TITIK S2(2)
Andaikan S2(2) adalah sebuah digraph dwiwarna primitif atas n ≥ 3 titik yang ter-diri dari sebuah n-cycle v1 → vn → vn−1 → · · · → v2 → v1 dan sebuah loop di
titik v1. Dengan menggunakan sifat primitifitas dari sebuah digraph dwiwarna, akan
ditentukan warna setiap arc pada S2(2). Andaikan γ1 dan γ2 adalah cycle-cycle yang
terdapat padaS2(2). Karena loop juga merupakan sebuah cycle, misalkanγ1 adalah cy-cle v1 →v1 dengan panjang 1, dan γ2 adalah cyclev1→vn→vn−1 → · · · →v2 →v1
dengan panjang n. Sehingga matriks cycle dari S2(2) dapat dinyatakan dalam
ben-tuk M1 =
1−a n−b
a b
atau M2 =
a b
1−a n−b
, untuk sembarang
bilan-gan bulat 0 ≤ a ≤ 1 dan 0 ≤ b ≤ n. Karena digraph dwiwarna S2(2) primitif,
maka content dari matriks cycle S2(2) adalah 1, yaitu det(M1) = b−na = ±1 atau det(M2) = na− b = ±1 dipenuhi jika dan hanya jika a = 0 dan b = 1. Dengan
demikian matriks cycle dari S2(2) harus M1 =
1 n−1
0 1
atauM2 =
0 1
1 n−1
.
Tanpa mengurangi keumuman pembuktian, diasumsikan bahwa matriks cycle
dari digraph dwiwarna primitif S2(2) adalah M =
1 n−1
0 1
. Dengan demikian,
cycle γ1 dengan panjang 1 adalah sebuah loop merah, dan cycleγ2 dengan panjang n
adalah cycle yang terdiri dari n−1 arc merah dan tepat satu arc biru. Lebih jauh,
digraph dwiwarna primitifS2(2)diklasifikasikan atas tiga tipe berdasarkan arc biru dan
1. Digraph dwiwarnaS2(2)adalah tipe I jika arc biru dariγ2 adalah arcv2 →v1 dan path merah dengan panjangn−1 adalah pathv1 →vn →vn−1 → · · · →v3 →v2
[image:44.612.256.432.154.295.2]seperti pada gambar berikut
Gambar 4.1 Digraph Dwiwarna S2(2) Tipe I
2. Digraph dwiwarna primitif S2(2) adalah tipe II jika arc biru dari γ2 adalah arc v1 →vn dan path merah dengan panjangn−1 adalah pathvn→vn−1 → · · · →
v2 →v1 seperti pada gambar berikut
Gambar 4.2 Digraph Dwiwarna S2(2) Tipe II
3. Digraph dwiwarna primitifS2(2) adalah tipe III jika arc biru dari γ2 adalah arc
vn−s+1 →vn−s,s = 1,2, ..., n−2 dan path merah dengan panjang n−1 adalah
[image:44.612.252.431.417.560.2]34
Gambar 4.3 Digraph Dwiwarna S2(2) Tipe III
Eksponen titik dari digraph dwiwarna S2(2) tipe I, II dan III akan diperlihatkan
pada Lemma (4.1), Lemma (4.2) dan Lemma (4.3) berikut.
Misalkan S2(2) adalah digraph dwiwarna primitif seperti Gambar 4.1, 4.2 dan 4.3 serta ditetapkan vk sebagai titik diS2(2). Lemma (2.7.1) menegaskan bahwa
ekspo-nen titik dari digraph dwiwarna primitif bergantung sekali terhadap seberapa besar
bilangan u0 pada persamaan (5) dan v0 pada persamaan (6). Ingat bahwa bilangan
u0 akan besar saat pk,j memuat arc merah sebanyak mungkin dan memuat arc biru
sesedikit mungkin, dan nilai v0 akan besar saat path pk,j memuat arc biru sebanyak
mungkin dan arc merah sesedikit mungkin.
Lemma 4.1 AndaikanS2(2)adalah digraph dwiwarna primitif tipe I, makaexpS(2) 2 (vk) = n−2 +k untuk semua k = 1,2, ..., n.
Bukti. Berikut ini diperlihatkan bahwa eksponen titik dari digraph dwiwarna primi-tif S2(2)adalah expS(2)
2 (vk) = n−2 +k untuk semuak= 1,2, ..., n. Karena path merah dengan panjang n−1 adalah path v1 → vn → vn−1 → · · · → v3 → v2, maka dapat
dipilih x∗ = v1 dan y∗ = v2 sebagai titik awal dan titik akhir. Andaikan v
k adalah
titik di S2(2). Akan digunakan pathpk,y∗ darivk key∗ untuk menentukan nilaiu0 pada
persamaan (5) dan pathpk,x∗ darivkkex∗ untuk menentukan nilaiv0pada persamaan
1. Kasus k = 1
Pertama akan diperlihatkan bahwa batas bawah eksponen titik dari digraph dwiwarna
primitifS2(2)adalah expS(2)
2 (vk)≥n−2+k. Untuk itu pilihy
∗ =v2, terdapat tepat satu
pathpvk,v2 dari titikvkke titikv2, yakni (k+n−2,0)-path denganr(pk,y∗) =k+n−2
dan r(bk,y∗) = 0. Menggunakan path tersebut dan persamaan (5) diperoleh
u0 =b(γ2)r(pk,y∗)−r(γ2)b(pk,y∗) = 1(k+n−2)−(n−1)0 =n−2 +k. (9)
Pilihx∗ =v1, path p
vk,v1 dari titikvk ke titik v1 adalah (1,0)-path dan (k+n−2,
1)-path. Menggunakan (k+n−2,1)-path pvk,v1 dan persamaan (6) diperoleh
v0 =r(γ1)b(pk,x∗)−b(γ1)r(pk,x∗) = 1(1)−0(k+n−2) = 1. (10)
Menggunakan (1,0)−path dan persamaan (6) diperoleh
v0 =r(γ1)b(pk,x∗)−b(γ1)r(pk,x∗) = 1(0)−0(1) = 0. (11)
Karena batas bawah tercapai bila nilai v0 kecil, dari persamaan (10) dan (11) pilih
v0 = 0. Menggunakan Lemma (2.7.1), persamaan (9) dan (11) diperoleh
g
h
≥M u0 v0 =
1 n−1
0 1
n−2 +k
0
=
n−2 +k
0
(12)
sehingga
expS(2)
2 (vk)≥ n−2 +k (13)
untuk k = 1.
Dengan memperhatikan persamaan (12), berikut ini akan diperlihatkan bahwa
untuk k = 1, batas atas eksponen titik dari digraph dwiwarna primitif S2(2) adalah
expS(2)
2 (vk)≤n−2 +k. Untuk itu cukup diperlihatkan bahwa sistem persamaan
M x1 x2 +
r(p1,1)
b(p11)
=
n−1
0
36
punya solusi bulat tak negatif, yaitu x1 ≥0 dan x2 ≥0.
Karena S2(2) adalah digraph dwiwarna primitif, maka matriks cycle M adalah
invertible dengan M−1 =
1 1−n
0 1
, sehingga solusi dari persamaan (14) adalah
x1
x2
=
1 1−n
0 1
n−1−r(p1,1) 0−b(p1,1)
=
n−1−r(p1,1)−b(p1,1)(1−n) −b(p1,1)
Path p1,1 dari titik v1 ke titik v1 dapat dipilih (1,0)-path dengan r(p1,1) = 1
dan b(p1,1) = 0, diperoleh x1 = n − 2 > 0 dan x2 = 0. Karena persamaan (14)
punya solusi bulat tak negatif dan titikv1terletak di cycleγ1 danγ2, Proposisi (2.7.2)
menjamin bahwa
expS(2)
2 (vk)≤n−2 +k. (15)
Menggunakan persamaan (13) dan (15) diperoleh
expS(2)
2 (vk) =n−2 +k (16)
untuk k = 1.
Untuk kasus 2 dan 3 berikut ini akan diperlihatkan bahwa batas bawah
ekspo-nen titik dari digraph dwiwarna primitif S2(2) adalah expS2(2)(vk) ≥ n−2 +k untuk
k = 2,3, ..., n.
2. Kasus k = 2
Pilih y∗ = v2, path p
vk,v2 dari titik vk ke titik v2 adalah (k −3 + n,1)-path
persamaan (5) diperoleh
u0 =b(γ2)r(pk,y∗)−r(γ2)(pk,y∗) = 1(k−3 +n)−(n−1)1 =k−2. (17)
Selanjutnya pilih x∗ = v1, path p
vk,v1 dari titik vk ke titik v1 adalah (k −2,1)-path
dengan r(pk,x∗) =k−2 danr(bk,x∗) = 1. Menggunakan (k−2,1)-path dan persamaan
(6) diperoleh
v0 =r(Cγ1)b(pk,x∗)−b(γ1)r(pk,x∗) = 1(1)−0(k−2) = 1. (18)
Menggunakan Lemma (2.7.1), persamaan (17) dan (18) diperoleh
g
h
≥M u0 v0 =
1 n−1
0 1
k−2
1
=
n−3 +k
1
. (19)
Sehingga
expS(2)
2 (vk)≥ n−2 +k (20)
untuk k = 2.
3. Kasus 3≤k ≤n
Pilih y∗ = v2, untuk setiap titikv
k di S2(2), path pk,v2 dari titik vk ke titik v2 adalah (k−2,0)-path dengan r(pk,y∗) =k−2 dan r(pk,y∗) = 0. Menggunakan path tersebut
dan persamaan (5) diperoleh
u0 =b(γ2)r(pk,y∗)−r(γ2)b(pk,y∗) = 1(k−2)−(n−1)0 =k−2. (21)
Selanjutnya pilihx∗ =v1, untuk setiap titikv
k diS2(2), path pk,v1 dari titikvk ke titik v1 adalah (k−2,1)-path dengan r(pk,x∗) =k−2 danr(pk,x∗) = 1. Menggunakan path
tersebut dan persamaan (6) diperoleh
v0 =r(γ1)b(pk,x∗)−b(γ1)r(pk,x∗) = 1(1)−0(k−2) = 1. (22)
Oleh Lemma (2.7.1), persamaan (21) dan (22) diperoleh
g
h
≥M u0 v0 =
1 n−1
0 1
k−2
1
=
n−3 +k
1
38
Sehingga
expS(2)
2 (vk)≥ n−2 +k (24)
untuk semua k = 3,4, ..., n.
Dengan menggabungkan persamaan (20) dan (24) dapat disimpulkan bahwa
expS(2)
2 (vk)≥ n−2 +k (25)
untuk semua k = 2,3, ..., n.
Selanjutnya diperlihatkan bahwa batas atas eksponen titik dari digraph
dwi-warna primitif S2(2) adalah expS(2)
2 (vk) ≤ n − 2 + k untuk semua k = 2,3, ..., n. Pertama akan diperlihatkan expS(2)
2 (v2) = n. Menggunakan persamaan tersebut dan Prosisi (2.7.1) akan diperlihatkan batas atas eksponen titik digraph dwiwarna
prim-itif S2(2) untuk k = 2,3, ..., n. Dari persamaan (25) diketahui bahwa untuk k = 2, expS(2)
2 (v2) ≥ n. Dengan demikian tinggal diperlihatan expS (2)
2 (v2) ≤ n. Menggu-nakan persamaan (23) akan diperlihatkan bahwa untuk setiap i = 1,2, ..., n terdapat
path dari titik v2 ke titikvi dengan komposisi n−1 arc merah dan 1 arc biru. Untuk
itu cukup perlihatkan bahwa sistem persamaan
M x1 x2 +
r(p2,i)
b(p2,i)
=
n−1
1
(26)
punya solusi bulat tak negatif, yaitu x1 ≥0 dan x2 ≥0.
Misalkan pathp2,i adalah path dariv2 kevi, i= 1,2, ..., n. Karena S2(2) adalah
primitif, maka matriks cycle M adalah invertible dengan M−1 =
1 1−n
0 1
,
se-hingga solusi dari persamaan (26) adalah
x1 x2 =
1 1−n
0 1
n−1−r(p2,i)
1−b(p2,i)
=
(n−1)b(p2,i)−r(p2,i)
1−b(p2,i)
Jikai= 1, pathp2,i dari titikv2ke titikvi adalah (0,1)-path denganr(p2,i) = 0
dan b(p2,i) = 1, diperoleh x1 = n − 1 > 0 dan x2 = 0. Perhatikan bahwa
un-tuk sembarang titik vi, i = 2,3, ..., n, terdapat suatu path p2,i dari titik v2 ke titik
vi dengan 1 ≤ r(p2,i) ≤ n − 1 dan b(p2,i) = 1 yang mengakibatkan x1 ≥ 0 dan
x2 = 0. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa persamaan (26) punya
solusi bulat tak negatif dan Prosisi (2.7.2) menjamin bahwa expS(2)
2 (v2) ≤n. Karena expS(2)
2 (v2)≥ndan expS (2)
2 (v2)≤ n, maka expS (2)
2 (v2) =n. Untuk setiapk = 2,3, ..., n, diketahui bahwa jarak dari titik vk ke titikv2 adalah d(vk, v2) =k−2, Prosisi (2.7.1)
menjamin bahwa expS(2)
2 (vk)≤expS (2)
2 (v2) +d(vk, v2), sehingga diperoleh
expS(2)
2 (vk)≤ n−2 +k (27)
untuk semua k = 2,3, ..., n.
Menggabungkan persamaan (25) dan (27) dapat disimpulkan bahwa eksponen
titik dari S2(2) adalah expS(2)
2 (vk) =n−2 +k untuk semua k = 2,3, ..., n.
Dari kasus 1, 2 dan 3 dapat disimpulkan bahwa ekponen titik dari digraph
dwiwarna primitif S2(2) adalah expS(2)
2 (vk) =n−2 +k untuk semua k= 1,2, ..., n.
Lemma 4.2 AndaikanS2(2)adalah digraph dwiwarna primitif tipe II, makaexpS(2)
2 (vk) = n−1 +k untuk semua k = 1,2, ..., n.
Bukti. Berikut ini diperlihatkan bahwa eksponen titik dari digraph dwiwarna prim-itif S2(2) adalah expS(2)
2 (vk) = n −1 +k untuk k = 1,2, ..., n. Karena path merah dengan panjang n−1 adalah path vn→vn−1 →vn−2 → · · · →v2 →v1, pilihx∗ =vn
dan y∗ = v1 sebagai titik awal dan titik akhir. Akan digunakan path p
k,y∗ dari vk
ke vy∗ untuk menentukan nilai u0 pada persamaan (5), dan path pk,x∗ dari vk ke vx∗
untuk menentukan nilai v0 pada persamaan (6). Pertama akan diperlihatkan batas
bawah eksponen titik dari S2(2), yakni expS(2)
40
1. Kasus k = 1
Dengan memilih y∗ = v1, path p
vk,v1 dari titik vk ke titik v1 adalah (1,0)-path dan
(k+n−2,1)-path. Menggunakan (k+n−2,1)-pathpvk,v1 dan persamaan (5) diperoleh
u0 =b(γ2)r(pk,y∗)−r(γ2)b(pk,y∗) = 1(k+n−2)−(n−1)1 =k−1. (28)
Menggunakan (1,0)-path dan persamaan (5) diperoleh
u0 =b(γ2)r(pk,y∗)−r(γ2)b(pk,y∗) = 1(1)−(n−1)0 = 1. (29)
Karena batas bawah tercapai bila nilai u0 kecil, maka dari persamaan (28) dan (29)
pilihu0 =k−1.
Selanjutnya pilihx∗ =v
n, pathpvk,vn dari titikvkke titikvnadalah (0,1)-path.
Menggunakan (0,1)-path dan persamaan (6) diperoleh
v0 =r(γ1)b(pk,x∗)−b(γ1)r(pk,x∗) = 1(1)−0(0) = 1. (30)
Oleh Lemma (2.7.1), persamaan (28) dan (30) diperoleh
g
h
≥M
u0
v0
=
1 n−1
0 1
k−1
1
=
n−2 +k
1
.
Sehingga
expS(2)
2 (vk) =g+h≥n−1 +k (31)
untuk k = 1.
2. Kasus 2≤k ≤n
Dengan cara yang sama seperti kasus 1, pilih y∗ = v1, untuk setiap titik v
k di S