• Tidak ada hasil yang ditemukan

AYU INDAH PRATIWI NIM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "AYU INDAH PRATIWI NIM."

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Program Studi Pendidikan Agama

Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

AYU INDAH PRATIWI NIM. 105 191 545 12

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERISTAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1437 H/2016 M

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt atas limpahan kesempatan sehingga skripsi ini dapat di selesaikan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Pembelajaran Al- Qur’an Hadits Terhadap Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa di Madrasah Tsanawiyah Aisyiyah Sungguminasa Kabupaten Gowa”.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sedalam- dalamnya kepada :

1. Teristimewa kepada kedua orang tua, Ayahanda Drs. Kamhar dan Ibunda Armah, serta seluruh keluarga yang telah memberikan bimbingan, kasih sayang, doa, sumbangan moril dan material.

Semoga tercatat sebagai amal ibadah di sisi Allah Swt.

2. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, MM Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Drs. H. Mawardi Pewangi,M.Pd.I Selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

(7)

5. Dra. St. Rajiah Rusydi selaku pembimbing I dan Abdul Fattah, S.Thi, M. Thi selaku pembimbing II yang penuh keikhlasan dan kesabaran dalam meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan saran dan motivasi sejak penyusunan proposal sampai pada penyusunan skripsi ini.

6. Kepada seluruh dosen yang telah membimbing penulis selama menuntut ilmu pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

7. Dra. Sumiyati M selaku kepala sekolah dan guru-guru MTS Aisyiyah Sungguminasa yang telah membantu penelitian dalam memberikan kontribusi dalam melakukan penelitian.

8. Muwahidah Idrus, S.Ag dan Riswan Majid, S.Pd.I selaku guru Al- Qur’an Hadits serta siswa MTS AIsyiyah Sungguminasa atas bantuannya.

9. Teman-teman seangkatan dan yang teristimewa kepada teman-teman dari kelas A tahun 2012-2016 Prodi Pendidikan Agama Islam.

(8)

Dalam penyusunan skripsi ini, tentunya masih terdapat kekurangan dan sebagai wujud keterbatasan penulis. Semoga segala bantuan dari berbagai pihak mendapat nikmat dari Allah Swt, Aamiin.

Makassar, 16 Syawal 1437 H 20 Juli 2016 M

Penulis

AYU INDAH PRATIWI

(9)

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

ABSTRAK ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A. Pembelajaran Al-qur’an Hadits ... 7

1. Pengertian Pembelajaran ... 7

2. Pengertian Al-Qur’an Hadits ... 8

3. Keutamaan Membaca Al-Qur’an ... 12

4. Adab Membaca Al-Qur’an ... 14

B. Membaca Al-Qur’an ... 17

1. Pengertian Kemampuan Membaca Al-Qur’an ... 17

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Al-Qur’an ... 18

BAB III METODE PENELITIAN ... 21

A. Jenis Penelitian ... 21

B. Lokasi dan Objek Penelitian ... 22

C. Variabel Penelitian ... 22

D. Definisi Oprasional Variabel ... 23

vii

(10)

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 31

A. Gambaran Umum MTS Aisyiyah Sungguminasa ... 31

B. Pembelajaran Al-Qur’an Hadits Siswa MTS Aisyiyah Sungguminasa ... 38

C. Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa MTS Aisyiyah Sungguminasa ... 40

D. Pengaruh Pembelajaran Al-Qur’an Hadits terhadap Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa MTS Aisyiyah Sungguminasa ... 43

BAB V PENUTUP ... 46

A. Kesimpulan ... 46

B. Saran ... 47 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

viii

(11)

xi

1 Keadaan Populasi 25

2 Keadaan Sampel 26

3 Daftar Nama Kepala Sekolah MTS Aisyiyah Sungguminasa

31

4 Guru dan Staf 33

5 Fasilitas Sekolah 37

6 Tanggapan Responden Belajar Membaca Al-Qur’an sesuai dengan Hukum Tajwid

38

7 Tanggapan Responden Belajar tentang Unsur-unsur Hadis seperti Sanad,Matan,Perawi pada Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadis

39

8 Tanggapan Responden Dalam Mengenal dan Hafal Huruf Hijaiyah

41

9 Tanggapan Responden Dalam Membaca Al-Qur’an sesuai Hukum Tajwid

41

10 Tanggapan Responden dalam Membaca Al-qur’an dengan Baik

42

11 Tanggapan Responden Guru memberi jam tambahan khusus dalam hal belajar membaca al-qur’an diluar jam pelajaran

44

12 Tanggapan Responden setelah mendapatkan materi pelajaran al-Qur’an hadis kemampuan membaca anda meningkat

44

ix

(12)

xii

Program Sudi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar. (Dibimbing oleh St. Rajiah Rusydi dan Abdul Fattah)

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pembelajaran al-qur’an hadis di Madrasah Tsanawiyah Aisyiyah Sungguminasa Kabupaten Gowa.

Untuk mengetahui tingkat kemampuan membaca al-qur’an siswa Madrasah Tsanawiyah Aisyiyah Sungguminasa Kabupaten Gowa. Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran al-qur’an hadis terhadap peningkatan kemampuan membaca al-qur’an siswa di Madrasah Tsanawiyah Aisyiyah Sungguminasa Kabupaten Gowa.

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Dan teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, angket dan dokumentasi. Yang menjadi objek pada penelitian ini adalah guru dan siswa. Dan dianalis dengan analisis deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian ini membuktikan dalam pembelajaran al-qur’an hadis melalui beberapa metode ceramah, tanya jawab, tutor sebaya, dan diskusi. Tingkat kemampuan membaca al-qur’an siswa Madrasah Tsanawiyah Aisyiyah Sungguminasa termasuk kategori baik yaitu. Dalam membaca al-Qur’an sesuai dengan tajwid tergolong Kurang Mampu. Yang tergolong Lancar Dalam membaca al-Qur’an sudah Cukup baik.

Pengaruh pembelajaran al-Qur’an Hadis terhadap peningkatan kemampuan membaca al-Qur’an siswa di Madrasah Tsanawiyah Aisyiyah Sungguminasa setelah Mendapatkan Materi Pelajaran Al-Qur’an Hadis Kemampuan membaca Al-Qur’an mengalami peningkatan .

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Dalam pendidikan agama Islam Al-Qur'an dan Al-Hadis adalah dua sumber yang dijadikan sebagai landasan umat Islam. Untuk lebih bisa memahami dan mempelajari isi kandungan Al-Qur'an, maka seorang muslim harus memiliki kemampuan membaca Al-Qur‟an.

Untuk dapat membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar maka ditempuh melalui proses pendidikan. Karena pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan manusia yang peranannya sangat penting. Melalui proses pendidikan siswa diarahkan dan dibimbing untuk dapat menghadapi kehidupan ini dengan sebaik-baiknya. Pendidikan agama dalam kehidupan manusia merupakan pedoman hidup dan pola tingkah laku baik dalam hubungan manusia dengan Allah maupun dalam hubungan manusia baik secara individual maupun kelompok memberikan integrasi sosial manusia dalam masyarakat, keluarga, maupun dilingkungan sekolah.

Al-Quran hadis sebagai unsur mata pelajaran agama islam pada madrasah memberikan pemahaman kepada siswa tentang al-qur‟an dan hadits sebagai sumber ajaran agama islam. Di dalamnya menekankan keutuhan dan keterpaduan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Pelajaran ini diberikan kepada siswa dalam rangka untuk mengarahkan pemahaman dan menghayati isi yang terkandung didalam sumber ajaran

1

(14)

islam tersebut, yang diharapkan dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari hari yaitu dalam perilaku yang memancarkan iman dan takwa kepada Allah SWT sesuai dengan ketentuan qur‟an dan hadis. Al-Quran adalah kalam Allah yang disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Saw sebagai pedoman hidup bagi seluruh manusia agar bisa selamat di dunia maupun akhirat. Al-Quran merupakan mukjizat terbesar yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad Saw. dan bagi orang yang membacanya akan mendapatkan pahala ibadah.

Namun yang terjadi sekarang ini masih banyak yang mengabaikan akan penghargaan yang diberikan Rasulullah saw, padahal dilihat dari nilai pahalanya sangatlah tinggi, akan tetapi banyak masyarakat yang terkadang justru tidak memiliki nilai pahala sama sekali. Hal ini tentunya perlu menjadi perhatian bersama yaitu orang tua, guru dan pemerintah dalam upaya meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT, melalui membaca Al-qur‟an

Sehubungan dengan ini Allah SWT berfirman QS. Az-Zumar (39):

23 :







































































Terjemahnya:

(15)

“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki- Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun.” (Departemen Agama RI tahun 2010: 458)

Bagi umat Islam mempelajari Al-Qur'an hukumnya wajib karena berisi ajaran-ajaran Islam tentang perintah-perintah dan segala apa laranganya supaya manusia selamat di dunia dan akhirat. Dari apa yang telah diuraikan perlu disadari umat Islam bahwa upaya untuk pembelajaran Al-Qur'an di sekolah sangatlah penting.

Zuhairini (1993 : 35) mengatakan bahwa :

Tujuan pendidikan agama Islam adalah membimbing peserta didik agar mereka menjadi muslim sejati, membentuk pribadi yang beriman teguh dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beramal shaleh dan berakhlak mulia serta berguna bagi masyarakat, agama dan negara.

Quraish Shihab (1996:172) menyatakan bahwa :

Setiap penyajian materi pendidikan harus mampu menyentuh jiwa dan akal peserta didik, sehingga dapat mewujudkan nilai etis atau kesucian yang merupakan nilai dasar sebagai seluruh aktivitas manusia.

Sekaligus harus mampu melahirkan ketrampilan dalam materi yang diterimanya. Hal ini menjadi keharusan karena ia merupakan tujuan pendidikan konsep Al-Qur'an.

Setiap mu‟min yakin, bahwa membaca al-Quran saja, sudah termasuk amal yang sangat mulia dan akan mendapat pahala yang berlipat ganda, sebab al-Quran adalah sebaik-baik bacaan bagi orang mu‟min baik dikala senang maupun dikala susah, dikala gembira atau sedih. Terlebih membaca al-Quran itu bukan saja menjadi amal dan

(16)

ibadah, tetapi juga menjadi obat dan penawar bagi orang yang gelisah jiwanya. Namun pada kenyataannya masih banyak muslim yang tidak mampu membaca al-Quran dengan baik bahkan tidak mampu membaca sama sekali. Ini sangat miris dan riskan bagi generasi Islam selanjutnya.

Berdasarkan observasi terhadap proses pembelajaran Al-Qur‟an Hadits yang berlangsung di Madrasah Tsanawiyah Aisyiyah menunjukkan para peserta didik banyak yang belum mampu membaca al-qur‟an dengan baik dan benar, apalagi mengetahui dan menghayati maknanya. Hal ini bisa dilihat dari kurangnya siswa-siswi yang membaca al-quran pada jam istirahat sekolah, sedikitnya siswa-siswi yang fasih dalam membaca Al- qur‟an dan apabila ada tugas untuk menghafal Al-qur‟an, seringkali banyak siswa-siswi yang malas untuk menghafalnya. Pembelajaran yang dilakukan banyak menggunakan metode ceramah tanpa didukung adanya variasi, sehingga terkesan menoton, kurang melibatkan siswa secara aktif.

Proses pembelajaran semacam ini menimbulkan kecenderungan pasif dalam belajar sehingga penguasaan materi pelajaran pun rendah. Untuk itu, peneliti ingin sekali mengambil judul “Pengaruh Pembelajaran Al- Qur‟an Hadits Terhadap Peningkatan Kemampuan Membaca Al- Qur‟an Siswa di Madrasah Tsanawiyah Aisyiyah Sungguminasa Kabupaten Gowa”.

B. Rumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang tersebut diatas, maka timbul pertanyaan sebagai berikut:

(17)

1. Bagaimana pembelajaran Al-Qur‟an Hadits siswa Madrasah Tsanawiyah Aisyiyah Sungguminasa kabupaten Gowa ?

2. Bagaimana tingkat kemampuan membaca Al-Qur‟an siswa di Madrasah Tsanawiyah Aisyiyah Sungguminasa Kabupaten Gowa?

3. Bagaimana pengaruh pembelajaran Al-Qur‟an Hadits terhadap peningkatan kemampuan membaca Al-Qur‟an Siswa di Madrasah Tsanawiyah Aisyiyah Sungguminasa Kabupaten Gowa ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penulisan ini adalah:

1. Untuk mengetahui pembelajaran Al-Qur‟an Hadis siswa di Madrasah Tsanawiyah Aisyiyah Sungguminasa Kabupaten Gowa.

2. Untuk mengetahui tingkat kemampuan membaca al-qur‟an siswa Madrasah Tsanawiyah Aisyiyah Sungguminasa Kabupaten Gowa 3. Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran Al-Qur‟an Hadits

terhadap peningkatkan kemampuan membaca Al-Qur‟an siswa di Madrasah Tsanawiyah Aisyiyah Sungguminasa Kabupaten Gowa.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat/ kegunaan dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis, mampu menambah khazanah ilmu pengetahuan Baca Al-

(18)

Qur‟an dan sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai referensi perkembangan pendidikan di Madrasah Aisyiyah Sungguminasa.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah

Dapat digunakan untuk memperluas pandangan dan pengetahuan tentang pentingnya pendidikan Al-Qur‟an Hadits dalam meningkatkan kemmpuan membaca siswa.

b. Bagi Peniliti

a) Mempunyai kesempatan berpikir secara kritis terhadap masalah.

b) Untuk menambah pengalaman dan pengetahuan secara langsung di lapangan tentang kemampuan membaca Al- Qur‟an Siswa Madrasah Tsanawiyah Aisyiyah Sungguminasa Kabupaten Gowa.

c. Bagi Siswa

a) Dapat meningkatkan aktifitas membaca Al-Qur‟an.

b) Dapat meningkatkan amal ibadah kepada Allah SWT.

c) Dapat meningkatkan kualitas belajar siswa terutama dalam pembelajaran Al-Qur‟an Hadits.

(19)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Al-Qur‟an Hadits 1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku dimanapun dan kapanpun.

Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Fitri Raharjo (2014:12), Undang-undang Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 20 : Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didiik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.

Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya, motivasinya, latar belakang akademisnya, latar belakang

7

(20)

ekonominya, dan lain sebagainya. kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan model utama penyapaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran.

Jadi, penulis dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan karena adanya usaha.

2. Pengertian Al-Qur‟an Hadis

Muhaimin (1994: 86) menyatakan :

Secara bahasa Qara’a mempunyai arti : mengumpulkan, atau menghimpun menjadi satu kata Qur’an dan Qira’ah keduanya merupakan masdar (infinitif) diambil dari kata kerja lampau (fi’il Madhi) yaitu Qara’a-Qiraatan-Quranan.

Kata Qur’anah pada ayat di atas berarti Qiraatuhu yaitu bacaannya atau cara membacanya. Terdapat berbagai macam definisi menurut Abdul Wahhab Khalaf, yaitu: Firman Allah yang diturunkan kepada Rasulullah Saw dengan perantara jibril dalam bahasa Arab, dan menajdi undang-undang bagi manusia, memberi petunjuk kepada mereka, dan menjadi sarana untuk melakukan pendekatan diri dan ibadah kepada Allah. Ia terhimpun dalam mushaf, dimulai dari surat Al- Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas, disampaikan kepada kita secara mutawatir dari generasi ke generasi, baik secara lisan maupun tulisan, serta terjaga dari perubahan dan pergantian.

Menurut Manna Khalil al-Qattan (1987: 10)

Al-qur‟an secara istilah adalah “Firman Allah SWT yang menjadi mu‟jizat abadi kepada Rasulullah yang tidak mungkin bisa ditandingi oleh manusia, diturunkan ke dalam hati Rasulullah SAW, diturunkan ke generasi berikutnya secara mutawatir, ketika dibaca bernilai ibadah dan pahala besar”.

(21)

Menurut M. Idris A. Shomad M.A (2005: 52) bahwa, Al-Qur‟an merupakan wahyu Allah dan sekaligus sebagai pedoman atau panduan hidup bagi umat manusia. Banyak ilmu yang lahir dari Al-Qur‟an, baik itu yang berhubungan langsung denganya seperti Ulumul Qur‟an, Ilmu tafsir dan yang lainnya, atau tidak berhubungan langsung namun terinspirasi dari Al-Qur‟an seperti ilmu alam, ilmu ekonomi dan yang lainnya. Al-Qur‟an menekankan pada kebutuhan manusia untuk mendengar, menyadari, mereflesikan, menghayati, dan memahami. Maka, mau tidak mau Al- qur‟an harus mampu menjawab berbagai problematika yang terjadi dalam masyarakat.

Zainuddin Ali ( 2007: 86) :

Al-Qur‟an adalah sumber ajaran Islam yang pertama, memuat kumpulan wahyu Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad saw, di antara kandungan isinya ialah peraturan hidup untuk mengatur kehidupan manusia dalam hubunganya dengan Allah, dengan perkembangan dirinya, dengan sesama manusia, dan hubungannya dengan alam serta makhluknya.

Zakiah Daradjat (2008: 19) :

Al-Qur‟an ialah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Di dalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad.

Menurut Sahiron Syamsuddin (2007:11) bahwa, Al-Qur‟an adalah wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada umat manusia sebagai petunjuk dan bimbingan hidup.

(22)

Sebagaimana Firman Allah SWT QS. An-Nahl (16): 89 :



















































Terjemahnya :

“Dan ingatlah akan hari ketika Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka sendiri, dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang- orang yang berserah diri..” (Kementrian Agama RI Tahun 2010: 267)

Menurut Rif‟at Syauqi Nawawi dan M. Ali Hasan (1992) dalam bukunya Pengantar Ilmu Tafsir:

Al-Qur‟an itu Kalamullah, meliputi dua macam Kalam yaitu Nafsi dan Lafdzi. Mereka yang cenderung pada kalam nafsi hanya kalangan Mutakallimin. Mereka mungkin berkepentingan untuk membebaskan Allah dari sifat-sifat yang hadits di satu pihak. Adapun yang lebih condong pada kalam lafdzi adalah dari kalangan: Ushuliyyin, para Fuqaha dan ahli bahasa Arab. Ulama Ushul dan Fuqaha cenderung pada kalam lafdzi karena mereka berkepentingan dengan lafaz-lafaz al-Qur‟an itu dalam rangka menentukan dalil-dalil hukum atau dalam rangka istinbath hukum, karena untuk itu semua, tidak mungkin dilakukan tanpa ada lafaz.

Menurut Rif‟at Syauqi Nawawi dan M. Ali Hasan (1992: 38-39) dalam bukunya Pengantar Ilmu Tafsir :

(23)

Dengan pola pikir tersebut di atas, dari segi istilah ulama Ushul, Fuqaha dan ahli bahasa Arab menyepakati definisi al-Qur‟an sebagai berikut:

“Al-Qur‟an adalah kalamullah yang mengandung i‟jaz yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw yang termaktub dalam mushaf-mushaf (utsmani) yang dinukilkan kepada kita dengan jalan mutawatir yang dianggap bernilai ibadah.”

Menurut Manna‟ al-Qaththan, H Annur Rafiq el Mazni, Lc ( 2009: 18):

Al-Qur‟an adalah firman Allah (kalamullah) yang diturunkan kepada Muhammad saw. yang pembacaannya menjadi suatu ibadah.

Said Agil Husin al-Munawar (2007 : 5) :

Menurut Abu Syuhbah al-Qur‟an adalah firman Allah swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, yang memiliki kemu‟jizatan lafal, membacanya bernilai ibadah, diriwayatkan secara mutawatir, yang tertulis dalam mushaf, dimulai dengan surah al-Fatihah dan diakhiri dengan surah an-Nas.

Selanjutnya istilah Hadits telah digunakan secara luas dalam studi keislaman untuk merujuk kepada teladan dan otoritas nabi saw atau sumber kedua hukum islam setelah al-Qur‟an. Meskipun begitu, pengertian kedua istilah tersebut tidaklah serta merta sudah jelas dan dapat dipahami dengan mudah. Para ulama dari masing-masing disiplin ilmu menggunakan istilah tersebut didasarkan pada sudut pandang yang berbeda sehingga mengkonsukuensikan munculnya rumusan pengertian keduanya secara berbeda pula.

Menurut M. Hasbi Ash Shiddieqy (1991: 20) menjelaskan bahwa : Kata hadis merupakan isim (kata benda) yang secara bahasa berarti kisah, cerita, pembicaraan, percakapan atau komunikasi baik verbal

(24)

maupun lewat tulisan. Bentuk jamak dari hadits yang lebih popular di kalangan ulama muhadditsin adalah ahadits, dibandingkan bentuk lainnya yaitu hutsdan atau hitsdan.

Masyarakat Arab di zaman jahiliyyah telah menggunakan kata hadits ini dengan makna “pembicaraan”, hal itu bisa dilihat dari kebiasaan mereka untuk menyatakan “hari-hari mereka yang terkenal” dengan sebutan al-hadis.

Jadi Al-Qur‟an hadis yang dimaksudkan dalam pembelajaran ini adalah bagian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada Madrasah Tsanawiyah yang dimaksudkan untuk memberikan motivasi, bimbingan, pemahaman, kemampuan dan penghayatan terhadap isi yang terkandung dalam al-Qur‟an dan hadits sehingga dapat diwujudkan dalam perilaku sehari-hari sebagai perwujudan iman dan taqwa kepada Allah SWT.

3. Keutamaan membaca al-qur‟an

Sungguh banyak ayat al-Qur‟an dan hadis Rasulullah saw. Yang menunjukkan kelebihan dan keutamaan membaca dan mempelajari al- Qur‟an. Berikut ini beberapa keutamaan membaca al-Qur‟an:

a. Orang yang membaca al-Qur‟an akan bernilai pahala yang melimpah.

Firman Allah dalam QS. Faatir (35): 29-30:



































(25)



















Terjemahnya:

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan salat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang- terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi”. “Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya.

Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.”

(Kementrian Agama RI Tahun 2010: 281)

Rasulullah Shallallahu „Alaihi Wasallam bersabda:

ٍدوُعْسَم َنْب ِهَّللا دْبَع ْنَع ِهَّللا ُلوُسَر َلاَق ،ُلوُقَ ي

ْنِم اًفْرَح َأَرَ ق ْنَم (( ملسو هيلع للها ىلص

َلاَو ٌفْرَح ٌفِلَأ ْنِكَلَو ٌفْرح لما ُلوُقَأ َلا اَِلِاَثْمَأ ِرْشَعِب ُةَنَسَْلْاَو ٌةَنَسَح ِهِب ُهَلَ ف ِهَّللا ِباَتِك

ٌم ))ٌفْرَح ٌميِمَو ٌفْرَح

Artinya :

Abdullah bin Mas‟ud rd berkata: “Rasulullah Shallallahu „Alaihi Wasallam bersabda: “Barang siapa membaca satu huruf dari Al- Qur`an, maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, dan satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan ملا satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami‟)

Jadi, bagi setiap orang yang membaca al-Qur‟an akan bernilai pahala dan kebaikan dengan membacanya.

b. Membaca al-Qur‟an merupakan sebagai obat (terapi) jiwa yang gundah. Membaca al-Qur‟an bukan saja amal ibadah, namun juga

(26)

bisa menjadi obat dan penawar jiwa gelisah, pikiran kusut, nurani tidak tenteram, dan sebagainya.

c. Orang yang membaca al-Qur‟an akan mendapat syafaat pada hari kiamat.

Rasulullah Shallallahu „Alaihi Wasallam bersabda:

ملسو هيلع للها ىلص ِهَّللا َلوُسَر ُتْعَِسَ َلاَق هنع للها ىضر ُّىِلِهاَبْلا َةَماَمُأ بيَأ ْنَع ُلوُقَ ي

«

اًعيِفَش ِةَماَيِقْلا َمْوَ ي ىِتْأَي ُهَّنِإَف َنآْرُقْلا اوُءَرْ قا ِهِباَحْصَلأ

((

Artinya :

“Abu Umamah Al Bahily berkata: “Aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu „Alaihi Wasallam bersabda: “Bacalah Al-Qur`an karena sesungguhnya dia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa‟at bagi orang yang membacanya.” (HR. Muslim).

4. Adab Membaca Al-Qur‟an

Adab membaca al-Qur‟an sangatlah diperlukan ketika kita hendak akan membaca al-Qur‟an. Adapun adab membaca al-Qur‟an adalah sebagai berikut :

a. Adab hati

Menurut Abu „Abdu al-Rahman (1997: 37-39), dalam bukunya Pedoman Menghayati dan Menghafal Al-Qur‟an bahwa adab membaca al- Qur‟an secara hati (Bathin) antara lain:

1. Niat ikhlas membacanya semata-mata karena Allah, dengan

mengharapkan ridha Allah dan memusatkan hati serta membuang semua bisikan yang ada dalam hati tatkala membaca

2. Tadabbur (merenungkan) dan berusaha menguasai artinya, karena hal ini merupakan perintah tuhan alam semesta yang harus

(27)

dilaksanakan oleh hamba Allah dengan penuh semangat setelah memahami dan

3. Berusaha terkesan sehingga memberi reaksi terhadap setiap ayat yang dibacanya. Pada ayat ancaman hatinya bergetar karena takut.

Terhadap ayat janji hatinya bersuka ria. Di saat disebutkan Allah, sifat-sifat dan nama-nama-Nya, hatinya tertunduk merendah.

4. Berlepas diri dari daya dan upayanya, karena tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah swt, dan tidak memperhatikan dirinya sendiri dengan penuh keridhaan dan pensucian

Sedangkan menurut Imam al-Ghazali (2001: 11) di dalam kitabnya Ihya Ulumuddin mengatakan bahwa :

adab membaca secara hati (bathin) itu diperinci lagi menjadi arti memahami asal kalimat, cara hati membesarkan Allah, menghadirkan hati di kala membaca sampai ke tingkat memperluas, memperhalus perasaan dan membersihkan jiwa. Bagi pembaca al-Qur‟an ketika dia memulainya, maka terlebih dahulu ia harus menghadirkan dalam hatinya betapa kebesaran Allah yang mempunyai kalimat-kalimat itu.

Dia harus yakin dalam hatinya, bahwa yang dibacanya itu bukanlah kalam manusia, tapi adalah kalam Allah swt. membesarkan kalam Allah itu, bukan saja dalam membacanya, tetapi juga dalam menjaga tulisan-tulisan al-Qur‟an itu sendiri.

b. Adab Lahiriyah

Dianjurkan bagi orang yang hendak membaca al-Qur‟an harus memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan tata cara membaca al- Qur‟an.

Abu „Abdu al-Rahman (1997: 37-39) menerangkan dalam bukunya Pedoman Menghayati dan Menghafal Al-Qur‟an bahwa : adab membaca al-Qur‟an sebagai berikut:

a. Disunnahkan untuk bersuci dan berwudhu terlebih dahulu sebelum membaca al-Qur‟an dan bersiwak (sikat gigi) dahulu. Lebih utamanya, membaca al-Qur‟an ditempat yang bersih dan tempat

(28)

yang lebih utama adalah masjid. Dengan menghadap ke arah kiblat, karena kiblat adalah arah yang paling mulia

b. Membaca Ta‟awudz, kemudian membaca basmalah, jika mulai dari awal surat serta jangan memotong bacaan dengan pembicaraan yang tidak penting dan memperindah suara bacaan al-Qur‟an semampunya.

c. Memilih tempat yang layak, seperti masjid atau suatu ruangan dirumahnya yang jauh dari hal-hal yang dapat menghilangkan nilai kesuciannya.

d. Memilih waktu yang tepat dan waktu disaat-saat Allah memperhatikan hamba-hambanya dan saat-saat Allah menurunkan curahan-Nya. Dan waktu yang paling utama adalah sepertiga malam terakhir dan waktu menjelang subuh.

e. Menangis saat membaca al-Qur‟an, khususnya saat membaca ayat-ayat adzab atau melewati ayat-ayat yang melukiskan Masyhad, yaitu pada hari diperlihatkannya peristiwa yang pasti terjadi di hari kiamat dan peristiwa-peristiwa yang bakal terjadi di akhirat serta keadaan yang sangat mengerikan yang pasti diperlihatkan

Sedangkan menurut Ahsin W. Al-Hafidz (2008: 34) dalam bukunya Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur‟an ia berpendapat bahwa adab membaca al-Qur‟an antara lain adalah:

1. Disunnahkan membaca al-Qur‟an dengan tartil (pelan-pelan sambil memperhatikan tajwidnya).

2. Disunnahkan merenungi dan memahami kandungan al-Qur‟an sebab hal itu merupakan maksud dan tuntutan yang paling mulia.

3. Disunnahkan membaca al-Qur‟an dengan tafkhim.

4. Disunnahkan dengan mengeraskan suara ketika membaca al- Qur‟an. Atau membacanya dengan jahr, karena membacanya dengan jahr yakni dengan suara yang keras lebih utama, sebagaimana diterangkan dalam hadits Nabi yang artinya:

“Allah tidak mendengarkan sesuatu selain suara merdu Nabi yang membacakan al-Qur‟an dengan suara jahr.” (HR. Bukhori dan Muslim)

Sedangkan menurut Syaikh Manna‟ al-Qaththan (2009:18), menerangkan dalam bukunya Pengantar Studi Ilmu al-Qur‟an, bahwa : adab membaca al-Qur‟an sebagai berikut:

(29)

1. Membaca al-Qur‟an sesudah berwudhu karena ia termasuk dzikir yang paling utama dan bersiwak sebelum mulai membaca.

2. Membacanya di tempat yang bersih dan suci, untuk menjaga keagungan membaca al-Qur‟an.

3. Membacanya dengan khusyuk, tenang dan penuh hormat. Dan membaca ta‟awudz pada permulaannya serta membaca basmalah pada permulaan setiap surah.

4. Membacanya dengan tartil, yaitu dengan bacaan yang pelan-pelan dan jelas serta memberikan hak setiap huruf, seperti membaca mad dan idghom.

5. Membaguskan suara dengan membaca al-Qur‟an dan mengeraskan bacaan al-Qur‟an, karena membacanya dengan suara jahar (keras) lebih utama.

6. Membaca al-Qur‟an dengan melihat langsung kepada mushaf dan membacanya dengan hafalan.

B. Membaca Al-Qur‟an

1. Pengertian Kemampuan Membaca Al-Qur‟an

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989: 553) Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan. definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca al-Quran adalah seberapa jauh siswa dalam melihat dan membaca ayat-ayat al-Quran dengan melisankan atau dalam hati dan mengeja serta melafalkan apa yang tertulis di dalamnya (termasuk pula siswa).

Setiap siswa memiliki kemampuan yang berbada-beda.

Diantaranya ada yang pintar, sedang, dan kurang. Hal ini juga banyak dipengaruhi karena pengaruh hereditas/pembawaannya dan pengaruh lingkungan. Dimana keduanya tersebut sangat berpengaruh dengan perkembangan kemampuan setiap anak. Sehingga dalam pembelajaran di lapangan, banyak lembaga-lembaga baik formal, non-formal dan informal dalam tujuan pembelajarannya lebih mengembangkan potensi peserta

(30)

didiknya, baik potensi afektif (sikap dan nilai), potensi kognitif (cara mendapat pengetahuan), serta potensi psikomotorik (ketrampilan).

Adapun manfaat dari pengembagan potensi di atas adalah:

Menurut Muhibbin Syah (2006: 85) : a) Mengembangkan kecakapan kognitif

Adapun kecakapan kognitif siswa yang amat perlu dikembangkan segera khususnya oleh guru, antara lain: 1) strategi belajar memahami isi materi pembelajaran, 2) strategi meyakini arti penting isi materi pelajaran dan aplikasinya serta penyerap pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi pelajaran tersebut.

b) Mengembangkan kecakapan afektif

Keberhasilan pengembangan ranah kognitif akan sangat berpengaruh pada peningkatan kecakapan ranah afektif. Adapun peningkatan kecakapan ranah afektif ini antara lain: berupa kesadaran beragama yang mantap, dimilikinya sikap keagamaan yang lebih tegas sesuai dengan tuntutan ajaran agama yang telah ia pahami dan yakini secara mendalam.

c) Mengembangkan kecakapan psikomotor

Keberhasilan pengembangan ranah kognitif dan afektif juga akan berdampak positif terhadap perkembangan ranah psikomotor.

Adapun contoh perkembangan ranah psikomotor adalah para siswa yang berprestasi baik (dalam arti yang luas dan ideal) dalam bidang pembelajaran agama misalnya sudah tentu akan lebih rajin beribadah shalat, puasa, dan mengaji. Dia juga tidak akan segan- segan memberi pertolongan atau bantuan kepada orang lain yang memerlukan. Sebab, ia merasa memberi bantuan itu adalah kebajikan (afektif), sedang perasaan yang berkaitan dengan kebajikan tersebut berasal dari pemahaman yang mendalam terhadap materi pelajaran agama yang ia terima dari gurunya (kognitif).

Hal ini sesuai dengan kemampuan yang dikembangakan pihak MTS Aisyiyah dalam pembelajaran Al-Qur‟an. Dimana pihak sekolah menginginkan siswanya dapat mengaplikasikan isi kandungan Al-Qur‟an dalam kehidupannya yaitu dengan mempelajari dulu cara membacanya.

(31)

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Al- Qur‟an

Menurut Ngalim Purwanto (2007:28), menerangkan dalam bukunya Psikologi Pendidikan :

Dalam diri setiap muslim mempunyai kemampuan membaca Al-Qur‟an, ada berbagai macam tingkat kemampuan membaca Al-Qur‟an dari yang tinggi, sedang, sampai yang rendah. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor di antaranya yaitu:

a) Faktor Pembawaan

Sebelum kita utarakan lebih lanjut, dapatlah kiranya kita mengatakan bahwa pembawaan adalah seluruh kemungkinan kemungkinan atau kesanggupan-kesanggupan (potensi) yang terdapat pada suatu individu yang selama masa perkembangannya benar-benar dapat diwujudkan (direalisasikan). Kesanggupan untuk membaca Al-Qur‟an yang diawali dengan terbata-bata telah ada dalam pembawaannya akan berkembang, dan karena lingkungan dan kematangannya pada suatu saat tertentu anak dapat membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar. Sehinga jelas pembawaan dapat mempengaruhi kemampuan membaca Al-Qur‟an.

b) Faktor Keturunan

Maksud dari keturunan di sini adalah sifat-sifat atau ciri-ciri pada seorang anak. Jika sifat-sifat atau ciri-ciri tersebut diwariskan atau diturunkan melalui sel-sel kelamin dari generasi yang lain. Misalnya seorang Bapak atau Ibu ada persamaan dengan anaknya dalam membaca Al-Qur‟an pada waktu membaca Al-Qur‟an. Dapat juga sifat-sifat ini bersembunyi selama beberapa generasi mungkin juga sifat-sifat keturunan itu diwsarisi dari nenek atau buyutnya.

Sehingga anak tersebut mempunyai kemampuan membaca Al- Qur‟an sesuai dengan keturunan.

c) Faktor Lingkungan

Seorang ahli psikologi dari Amerika yang bernama Sartain mengatakan bahwa:

Lingkungan (environment) adalah meliputi segala kondisi-kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan kita kecuali gen-gen, dan bahkan gen-gen dapat pula dipandang sebagai menyiapkan lingkungan bagi gen yang lain.

d) Faktor Pendidikan

Fitri Raharjo (2014:9), Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk wujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

(32)

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

Menurut syaiful Sagala (2009:3) bahwa,Pendidikan juga dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar dimana individu itu berada. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektualitas saja, akan tetapi lebih ditekankan proses pembinaan kepribadian anak didik secara menyeluruh sehingga anak menjadi lebih dewasa.

Dalam buku Ngalim Purwanto (2007:28-29) menerangkan dalam bukunya Psikologi Pendidikan:

Ditambahkan oleh Sartain bahwa lingkungan itu dibagi menjadi 3 bagian sebagai berikut:

a. Lingkungan Alam/Luar (Extenalor Physical Environment)

Lingkungan alam adalah segala sesuatu yang ada dalam dunia ini yang bukan manusia, seperti rumah, tumbuh-tumbuhan, air, iklim, hewan dan sebagainya.

b. Lingkungan Dalam (Internal Environmet)

Lingkungan dalam adalah segala sesuatu yang termasuk lungkungan luar. Contohnya makanan dan air yang telah berada di dalam pembuluh-pembuluh darah atau di dalam cairan limpa yang mempengaruhi tiap-tiap sel di dalam tubuh.

c. Lingkungan Sosial (Social Environment)

Lingkungan sosial adalah semua orang atau manusia lain yang mempengaruhi kita. Pengaruh lingkungan soaial itu ada yang kita terima secara langsung, seperti dalam pergaulan sehari-hari dengan orang lain, keluarga kita, teman-teman kita, kawan sekolah, seperjuangan, dan sebagainya.

Dari uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca Al-Qur‟an di atas, adalah faktor pembawaan, keturunan, lingkungan dan pendidikan merupakan faktor yang sangat penting sekali dalam proses meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur‟an.

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang akan peneliti gunakan adalah penelitian kuantitatif.

Menurut Sugiyono (2003: 14) bahwa. “Data kuantitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat, skema, dan gambar. penelitian kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan”.

Berdasarkan pada jenis permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan pola penelitian deskriptif.

Menurut Sugiyono (2003: 11):

“Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel lain”.

Dengan perkataan lain, penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan. Peneliti deskriptif yang baik sebenarnya memiliki proses dan dasar yang sama seperti penelitian kuantitatif lainnya. Disamping itu, penelitian ini juga memerlukan

(34)

tindakan yang teliti pada setiap komponennya agar dapat menggambarkan subyek dan objek yang teliti.

Berdasarkan penelitian di atas, peneliti deskriptif merupakan penelitian yang berusaha memaparkan suatu gejala ataupun keadaan secara sistematis sehingga obyek peneliti menjadi jelas, dalam hal ini berkaitan dengan Pengaruh Pembelajaran Al-Qur‟an Hadits Terhadap Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Quran Siswa di Madrasah Tsanawiyah Aisyiyah Sungguminasa Kabupaten Gowa.

B. Lokasi dan Objek Penelitian

Adapun lokasi yang menjadi tempat penelitian adalah Madrasah Tsanawiyah Aisyiyah Sungguminasa Kabupaten Gowa, dengan objek penelitian yakni kemampuan membaca Al-Qur‟an Siswa, penulis menunjuk lokasi penelitian ini karena melihat Madrasah yang menerapkan Baca Tulis Qur‟an.

C. Variabel Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (1998:99) bahwa, “Variabel adalah objek penelitian, atau yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”.

Dalam mengukur ada tidaknya pengaruh pembelajaran al-Qur‟an hadits terhadap peningkatan kemampuan membaca al-qur‟an siswa di Madrasah Tsanawiyah Aisyiyah Sungguminasa, penulis mengunakan penelitian kualitatif, untuk mencari pengaruh antara dua variabel yaitu:

1. Variabel X (Pembelajaran Al-Qur‟an Hadis) yang merupakan variabel bebas.

(35)

2. Variabel Y (Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur‟an Siswa) yang merupakan variabel terikat.

D. Defenisi Operasional Variabel

Untuk menghindari kekeliruan dalam menafsirkan variabel penelitian maka dilakukan defenisi operasional variabel:

1. Pembelajaran Al-Qur‟an Hadits adalah bagian matapelajaran pendidikan agama islam pada madrasah tsanawiyah yang dimaksudkan untuk memberikan motivasi, bimbingan, pemahaman, kemampuan dan penghayatan terhadap isi yang terkandung dalam Al-Qur‟an dan hadits sehingga dapat diwujudkan dalam perilaku sehari-hari sebagai perwujudan iman dan taqwa kepada Allah SWT.

2. Tingkat Kemampuan Membaca Al-qur‟an Siswa adalah kemampuan siswa dalam membaca, memahami, dan menghayati isi yang terkandung dalam Al-Qur‟an..

E. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Setiap kegiatan yang dilakukan di lapangan tidak terlepas dari keadaan subjek yang hendak dijadikan sebagai sumber data yang biasa disebut dengan populasi. Penentuan sumber data tersebut tergantung pada masalah yang akan diteliti.

(36)

Untuk mengantar penulis pada pemahaman terhadap suatu objek populasi penelitian dalam proposal ini, maka terlebih dahulu penulis akan memberikan pengertian populasi berdasarkan rumusan para pakar, yaitu:

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:130):

Populasi adalah keseluruhan objek populasi penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada didalam wilayah penelitian maka penelitiannya adalah merupakan penelitian populasi studi atau penelitiannya adalah studi sensus.

Menurut Sugiono (2009:80):

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Menyimak pengertian di atas, maka dapat disimpulakan bahwa populasi dalam sebuah penelitian adalah keseluruhan elemen atau aspek yang menjadi objek penelitian berupa orang, barang, binatang, hal atau peristiwa sesuai kriteria yang ditentukan oleh penulis. Oleh sebab itu, populasi yang dimaksudkan adalah Pengaruh Pembelajaran Al-Qur‟an Hadits Terhadap Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur‟an Siswa di Madrasah Tsanawiyah Aisyiyah Sungguminasa.

(37)

Tabel I Keadaan Populasi

No Siswa-Siswi dan Guru MTS Aisyiyah

Jenis kelamin Jumlah Laki-laki Perempuan

1. Kelas VII 63 49 112

2. Kelas VIII 59 61 120

3. Kelas IX 49 50 99

4. Guru Al-Qur‟an Hadis 1 1 2

Jumlah 172 161 333

Sumber data: Tata Usaha MTS Aisyiyah.

Tabel I di atas menunjukkan jumlah keseluruhan populasi sebanyak 333 orang dari siswa MTS Aisyiyah yang terbagi dari tiga kelas, Kelas VII sebanyak 112 Orang, Kelas VIII sebanyak 120 Orang, Kelas IX sebanyak 99 orang dan Guru sebanyak 2 orang. Jadi jumlah keseluruhan populasi adalah sebanyak 333 orang.

2. Sampel

Setelah menentukan populasi dalam penelitian, maka langkah selanjutnya adalah menentukan sampel. Penentuan sampel hanya sebagian kecil yang diambil dari populasi. Jadi, dalam penelitian tidak selamanya perlu meneliti secara keseluruhan populasi, karena hal tersebut membutuhkan biaya yang banyak, waktu yang lama dan pertimbangan keterbatasan yang lainnya. Oleh karena itu, diambil dari sebagian populasi yang ada sebagai wakil (sampel) yang akan diteliti dengan syarat bahwa sampel dapat mewakili seluruh karakteristik populasinya.

(38)

Berdasar pada permasalahan di atas Menurut Sugiyono (2009:81) Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi tersebut.

Suharsimi Arikunto, (1998:120) mengemukakan “bahwa sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti.” Populasi yang objeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga menjadi penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15%

atau 20-25% atau lebih.

Penentuan sampel yang penulis ambil adalah 33 dari jumlah populasi, yaitu 333 x 10% = 33 orang sampel. Hal ini berdasarkan teori tersebut diatas. Untuk jelasnya dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 2 Keadaan Sampel

No Siswa – siswi MTS Aisyiyah

Jenis kelamin Jumla Laki-laki Perempuan h

1. Kelas VII 6 5 11

2. Kelas VIII 6 6 12

3. Kelas IX 5 5 10

4. Guru Al-Qur‟an Hadis 1 1 2

Jumlah 18 17 35

Tabel di atas menunjukan jumlah sampel sebanyak 35 orang dari Siswa-siswi dan Guru MTS Aisyiyah Sungguminasa.

F. Instrument Penelitian

Dalam hal ini penulis akan mempergunakan instrument penelitian.

Hal ini dimaksudkan agar penulis dapat mengumpulkan data-data yang diperlukan sebagai alat untuk menyatakan besaran atau persentase suatu

(39)

hasil penelitian baik berupa data kualitatif yang berupa angka-angka. Oleh karena itu, instrument yang dimaksudkan adalah alat ukur yaitu alat untuk mengukur dan menyatakan besaran atau persentase serta lebih kurangnya dalam bentuk kualitatif, sehingga dengan menggunakan instrumen yang dipakai tersebut berguna bagi pengukurnya

Adapun instrument penelitian yang penulis pergunakan dalam pengumpulan data dilapangan adalah pedoman observasi, wawancara, angket dan dokumentasi. Keempat instrumen penelitian tersebut digunakan karena pertimbangan praktis bahwa kemungkinan hasilnya adalah lebih valid dan akurat. Untuk mengetahui lebih jelas, penulis akan menguraikan secara sederhana ketiga bentuk instrument tersebut, sebagai berikut:

1. Pedoman Observasi

adalah suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu objek dalam satu periode tertentu dan mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal- hal tertentu yang diamati, dan menggunakan peralatan seperti: buku catatan, alat mencatat, dan lain-lain

2. Pedoman Wawancara

Adalah berupa catatan dimana peneliti mengarah pada pedoman tentang siapa yang diwawancarai untuk mendapatkan informasi atau keterangan ketika bertatap muka langsung dengan

(40)

cara mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan data informasi yang diperlukan.

3. Angket

Angket merupakan pertanyaan tertulis yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti dan digunakan untuk memperoleh informasi dari responden mengenai laporan tentang pribadinya atau hal-hal ia ketahui.

4. Catatan Dokumentasi

Dokumentasi merupakan salah satu instrumen yang penulis pergunakan dalam memperoleh data di lapangan dengan mencatat dokumen-dokumen atau gambar dokumentasi, yang dianggap penting atau berhubungan dengan penelitian yang dilakukan dengan tujuan agar dokumen-dokumen tersebut dapat membantu dalam memecahkan masalah yang ada hubungannya dengan pembahasan dalam penelitian ini.

G. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penenlitian ini, peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan teknik yaitu:

 Field research (Lapangan), yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan penelitian langsung di lapangan tentang objek yang akan diteliti untuk memperoleh data yang lebih akurat yang ada hubungannya

(41)

dengan masalah yang ada dalam penelitian ini dengan menggunakan metode:

1. Observasi

Yaitu teknik pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan secara langsung terhadap gejala-gejala yang diselidiki.

Observasi ini dilaksanakan untuk mengetahui Pengaruh Pembelajaran Al-Qur‟an Hadits Terhadap Peningkatan Kemampuan Membaca Al- Qur‟an Siswa di Madrasah Tsanawiyah Aisyiyah Sungguminasa Kabupaten Gowa. Mengadakan observasi berupa pengamatan langsung pada hal- hal yang berhubungan dengan penelitian.

2. Wawancara

Wawancara adalah salah satu teknik untuk mendapatkan data dan keterangan secara langsung dari responden. Oleh karena itu, jika teknik ini digunakan dalam penelitian, maka perlu terlebih dahulu mengetahui sasaran maksud dan masalah yang dibutuhkan si peneliti, sebab dalam waktu wawancara dapat diperoleh keterangan yang berlainan dan adakalanya tidak sesuai dengan maksud peneliti.

3. Angket

Teknik angket dimaksudkan untuk memperoleh informasi dengan menggunakan daftar pertanyaan yang tertulis disusun sedemikian rupa untuk dijawab oleh responden. Angket adalah salah satu teknik untuk

(42)

mendapatkan data dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diinginkan secara tertulis.

4. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan pengumpulan data yang berhubungan dengan permasalahan melalui dokumen-dokumen tertulis baik pada instansi terkait maupun referensi-referensi ilmiah lainnya.

H. Teknik Analis Data

Hasil Penelitian ini akan dianalisis dengan cara deskriftif dalam teknik statistik deskriptif yang akan menggambarkan data yang terkumpul dengan cara penggambaran melalui tabel-tabel sederhana dan dalam sistem penggambaran persen, lalu kemudian disimpulkan dengan cara deskriftif.

Untuk melihat presentase hasil dari analisis data, Anas Sudjono (2002 : 25) memaparkan rumusnya sebagai berikut:

P = x100% N

f

Keterangan :

P = Angka persentase.

f = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya.

N = Jumlah siswa.

(43)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran umum MTS Aisyiyah Sungguminasa 1. Sejarah Berdirinya MTS Aisyiyah Sungguminasa

Madrasah Tsanawiyah Aisyiyah berdiri pada tahun 1976 berlokasi di sungguminasa Gowa dibawah asuhan Aisyiyah cabang sungguminasa. Sekolah ini didirikan sebagai salah satu amal usaha dari Aisyiyah cabang sungguminasa untuk mendirikan cabang dibidang pendidikan

Sejak berdirinya hingga sekarang, MTs. Aisyiyah Sungguminasa Gowa telah dipimpin oleh empat kepala sekolah, yaitu:

Tabel 3

Daftar Nama Kepala Sekolah MTS Aisyiyah Sungguminasa No. Nama

1 Drs. Borahima, M.Pd.

2 Dra.Hj. Musdalifah Wahab 3 Aziz Masang, S.Ag., M.Si 4 Dra.Sumiyati. M

Sumber data : Tata usaha MTS Aisyiyah Sungguminasa

2. Visi, dan Misi MTS Aisyiyah Sungguminasa Visi

“Unggul dalam prestasi berdasarkan iman dan taqwa”.

Misi

a. Meperkuat iman dan taqwa kepada allah SWT.

31

(44)

b. Membentuk peserta didik yang memiliki pemahaman benar terhadap ajaran agama islam.

c. Mewujudkan peserta didik yang terampil dalam bekerja cerdas dalam berpikir serta mulia dalam berakhlak

d. Memiliki nilai akademik yang tinngi.

e. Menumbuhkan budaya unggul dalam presentasi akademik dan non akademik. Menumbuhkan budaya lingkungan yang bersih,aman,dan sehat

3. Personal Sekolah a. Guru

Guru sering juga disebut tenaga pendidik, merupakan salah satu unsur dalam dunia pendidikan yang sangat berperan penting untuk memberikan bimbingan kepada siswa khususnya di MTs.

Aisyiyah Sungguminasa. Mereka diharapkan dapat memberikan perhatian dan bimbingan secara prefosional dengan menggunakan metode yang tepat agar tercipta suasana kondusif selama proses belajar.

Adapun keadaan guru MTs. Aisyiyah Sungguminasa Tahun Ajaran 2016-2017

1. Nama-nama Pimpinan Madrasah, guru serta staf administrasi

(45)

Tabel 4 Guru dan Staf

NO NAMA JABATAN

01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

Dra. Sumiyati M.

Hj. Hasnah Saing, S.Ag.

Hj. Syamsiar, S.Ag.

Ibrahim, S.Ag.

Muwahidah Idrus, S.Ag.

Zulmidar, S.Pd.

Nurhayati Saleh Syahruddin, S.Pd.I.

Drs. Abd. Rajab Karim Hamdanah, S.Pd.

Ibnu Hajar, S.Pd.

Hj. Sakinah, S.Pd.

Umiyanti Umar, S.Pd.

Tri Wahyuni, S.Pd.

Cahaya, SE.

Hasdalena Halik, S.Pd.

Hasrianti, SE.

Nurhajar Yusuf, SH.

Hasnah R., S.Ag.

Kapriana Eka Putri, S.Pd.

Sahari

Rusmah Majid Yusran

Juriani

Dedi Hidayat, S.S, S.Pd., M.Pd.

Tajuddin, A.Md.Kom.

Kepala Sekolah Wakil Kepala Sekolah

Guru/ Wali Kelas Guru/ Wali Kelas Guru/ Wali Kelas

Guru Kurikulum

Guru

Guru/ Kurikulum/ Wali Kelas Guru

Guru/ Wali Kelas Guru Guru Guru Guru/ Wali Kelas Guru/ Wali Kelas Guru/ Wali Kelas Guru/ Wali Kelas Guru/ Wali Kelas

Guru Guru

Guru/perpustakaan Guru

Guru Guru Guru

(46)

27 28

Riswan Majid, S.Pd.I Muh. Khadafi, S.Pd.I

Guru Guru

Sumber Data : Tata Usaha MTS Aisyiyah Sungguminasa

4. Keadaan Siswa MTS Aisyiyah Sungguminasa

Seperti halnya sekolah- sekolah yang lain mendidik siswa-siswi, khusus pada MTs. Aisyiyah Sungguminasa Gowa mendidik siswa-siswi sebanyak 372 orang, dengan rincian sebagai berikut:

1. Kelas VII terdiri dari : 112 Siswa Kelas VII A : 38 siswa

Kelas VII B : 37 siswa Kelas VII C : 37 Siswa

2. Kelas VIII terdiri dari : 120 Siswa Kelas VIII A : 41 Siswa

Kelas VIII B : 39 Siswa Kelas VIII C : 40 Siswa 3. Kelas IX terdiri dari : 99 Siswa

Kelas IX A : 36 Siswa Kelas IX B : 33 Siswa Kelas IX C : 30 Siswa

5. Fasilitas

Sebagai sekolah menengah, Madrasah Tsanawiyah Aisyiyah Sungguminasa Gowa memiliki Fasilitas Yang dapat dikategorikan sangat memadai dan mendukung berlangsungnya proses belajar mengajar yang kondusif.

Adapun fasilitas yang dimiliki Madrasah Tsanawiyah Aisyiyah Sungguminasa Gowa, Yaitu: perpustakaan, Ruang BP, Aula, Ruang

(47)

tata Usaha, ruang belajar, ruang guru, ruang Kepala Sekolah dan Mushollah. Untuk lebih jelasnya akan kami paparka sebagai berikut:

 Gedung Madrasah Tsanawiyah Aisyiyah Sungguminasa Gowa Madrasah Tsanawiyah Aisyiyah Sungguminasa Gowa terletak dijalan Balla Lompoa no. 26 sungguminasa, sekitar 100 meter sebelah barat Balla Lompoa. Sekitar 20 meter sebelah barat terdapat gedung dakwah muhammadiyah sungguminasa. Gedung ini di gunakan oleh dua sekolah yakni MTS aisyiyah dan SMP Aisyiyah dan juga sebelahan dengan Madrasah Aliyah Aisyiyah Sungguminasa Gowa.

 Ruang Kelas

Ruang Kelas di MTs Aisyiyah Sungguminasa cukup tertata dengan baik meskipun beberapa gambar yang dianggap sering menjadi hiasan kelas seperti gambar presiden dan wakil presiden, lambang garuda danlain sebagainya masih jarang terlihat menghiasi dinding kelas. Untuk MTs sendiri menggunakan Ruangan sebanyak 6 Ruangan. Untuk kelas IX a, IXb, IXc menggunakan ruangan diwaktu pagi, sementara dengan ruangan yang sama diisi oleh kelas VII a, VII b, VII c diwaktu siang.

Sedangkan untuk ruang kelas VIII berada dilantai 2 gedung sebelah selatan yang mana dilantai satu digunakan oleh siswa(i) SMP Aisyiyah Sungguminasa. Tiap ruangan terdapat 24 bangku dan tempat duduk dengan jumlah siswa 20 – 48 siswa.

 Perpustakaan

Perpustakaan MTs. Aisyiyah Sungguminasa terletak dilantai dasar agak kebelakang sehingga suasananya sangat tenang.

 Ruang Guru

Ruang guru MTs. Dan SMP Aisyiyah terletak dalam satu ruangan Letaknya didepan tempat parkir sebelah kanan pintu masuk gedung sekolah, diruang guru ini terdapat meja, kursi dan almari guru.Disamping itu juga terdapat papan pengumuman, daftar guru

(48)

dan karyawan, tatatertib guru dan lain-lain. Sedangkan dari segi pemanfaatnya, setiap hari lebih dari 10 orang guru hadir dan memanfaaatkan ruangan tersebut sebagai tempat persiapan mengajar dan saling berbagi pengalaman tentang kondisi peserta didik yang dihadapi hari itu.

 Ruang Kantor Dan Kepala Sekolah

Ruangan kantor dan ruangan kepala sekolah terletak di sebelah kiri gerbang masuk. Dalam ruangan tersebut terdapat ruangan kepala sekolah MTs dan SMP Aisyiyah yang saling bersebelahan, didepan ruangan kepala sekolah terdapat sofa untuk tamu yang datang serta terdapat lemari yang berisikan banyak tropy dan piala yang diraih oleh siswa-siswi MTs dan SMP Aisyiyah sungguminasa Gowa

 Ruang Tata Usaha

Ruang tata usaha terletak disebelah ruangan kantor dan dibatasi dengan tangga menuju lantai 2 gedung. Ruangan tata usaha sangat kecil tapi nampak rapi dengan penataan yang sangat unik sehingga banyak aktifitas dapat dilakukan dalam ruangan yang sederhana itu.

 Kamar Mandi/ WC

Terdapat tiga kamar mandi yang masih berfungsi, dan bersebelahan dengan tempat wudhu.

 Mushollah

Mushollah terletak didepan halaman menghadap ke barat. Selain digunakan sebagai tempat ibadah, mushollah ini sering dijadikan sebagai tempat pertemuan bagi kami Mahasiswa PPL.yang dimana mosollah tersebut dilengakapi dengan 2 kipas angin.

Identitas Sekolah

Nama Sekolah : MTS Aisyiyah Sungguminasa Kabupaten Gowa

(49)

Lokasi : Jl. Balla Lompoa No. 26 Sungguminasa, Kab. Gowa

Tabel 6 Fasilitas Sekolah

No Jenis Ruangan/ Gedung Jumlah Keterangan 01

02 03 04 05 06 07 08 09

Ruangan Kelas untuk belajar

Ruangan Kepala Sekolah dan Wakil Ruangan Tata Usaha

Ruangan Guru

Aula/ Ruangan Pertemuan Mushallah

WC/ Kamar Kecil Gudang

Halaman Sekolah

6 1 1 1 1 1 3 1 1

Sumber data: Tata Usaha MTs Aisyiyah Sungguminasa

Fasilitas yang dimiliki oleh MTS Aisyiyah Sungguminasa kabupaten Gowa sebagaimana yang terdapat pada daftar tabel di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa fasilitas yang dimiliki oleh MTS Aisyiyah Sungguminasa kabupaten Gowa dapat menunjang berlangsungnya proses pembelajaran. Karena sarana dan prasarana sebagaimana yang dimiliki oleh MTS Aisyiyah Sungguminasa kabupaten Gowa tidak hanya pada fasilitas peserta didik, akan tetapi fasilitas yang baik juga dimiliki oleh para guru, seperti ruangan, dan lain-lain.

(50)

B. Pembelajaran Al-Qur‟an Hadits Siswa MTS Aisyiyah Sungguminasa Kabupaten Gowa

Pembelajaran al-Qur‟an hadis diarahkan untuk menumbuh kembangkan pengetahuan siswa terhadap al-Qur‟an dan hadis, sehingga memperoleh pengetahuan mengenai keduanya dengan baik dan benar.

Muwahidah Idrus (Guru Al-Qur‟an Hadis), mengatakan bahwa:

Dalam Pembelajaran al-Qur‟an hadis di Madrasah Tsanawiyah Aisyiyah, menekankan proses kegiatan belajar yang berorientasi pada kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang muslim terhadap kedua sumber ajaran tersebut. Di antaranya adalah kemampuan dalam membaca, menulis, menghafal, memahami, dan mengamalkan al-Qur‟an hadis. Metode yang digunakan dalam pembelajaran al-Qur‟an hadis bermacam-macam seperti Ceramah sambil Tanya jawab, demontrasi, hafalan, . (Wawancara, di Ruang Guru tanggal, 19 Juli 2016)

Lebih jelasnya dapat di perhatikan jawaban responden dengan melalui tabel berikut :

Tabel 7

Tanggapan Responden Belajar Membaca Al-Qur‟an sesuai dengan Hukum Tajwid di Sekolah

No. Kategori Jawaban Frekuensi Presentase %

1 Ya 33 100%

2 kadang-kadang - -

3 Tidak - -

Jumlah 33 100%

Sumber data : Dari angket item 1

(51)

Dari tabel di atas diketahui bahwa semua siswa belajar membaca al-Qur‟an sesuai dengan hukum tajwid. ini terbukti semuanya siswa yang menjawab Ya sebanyak 33 siswa (100%) dari jumlah sampel 33 orang.

Tabel 8

Tanggapan Responden Belajar tentang Unsur-unsur Hadis seperti sanad, perawi, matan pada Mata Pelajaran Al-Qur‟an Hadis

No. Kategori Jawaban Frekuensi Presentase %

1 Ya - -

2 kadang-kadang - -

3 Tidak 33 100%

Jumlah 33 100%

Sumber data : Dari angket item 2

Dari tabel di atas diketahui bahwa Semua siswa menjawab Tidak Belajar Unsur-unsur Hadis seperti sanad, perawi, matan pada mata pelajaran Al-Qur‟an dengan persentase (100%). Ini menujukkan bahwa siswa MTS Aisyiyah Tidak mempelajari unsur-unsur hadis.

Penulis berkesimpulan bahwa siswa semua belajar membaca al- qur‟an sesuai dengan hukum tajwid tetapi Tidak Belajar tentang Unsur- unsur Hadis seperti sanad, perawi, matan. Dalam hal ini dapat memberi siswa pengetahuan serta dapat lebih belajar dalam memahami, dan membaca al-Qur‟an hadis dengan baik.

(52)

C. Kemampuan membaca Al-Qur‟an Siswa Madrasah Tsanawiyah Aisyiyah Sungguminasa

Kemampuan membaca al-Qur‟an harus dimulai dari mengenal, membaca dan melafadzkan jumlah huruf dalam al-Qur‟an dengan baik dan benar. Dalam hal ini pentingnya belajar membaca al-Qur‟an, karena al-Qur‟an merupakan pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari serta merupakan ibadah bagi orang yang membacanya. Pelajaran al-Qur‟an hadis dapat menunjang mata pelajaran lainnya, selain itu dapat menunjang dalam acara perlombaan antar sekolah, dengan seperti itu akan mendorong siswa untuk belajar khususnya dalam belajar membaca al-Quran sehingga tidak ada lagi siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca al-Quran.

Peneliti melakukan wawancara dengan ibu Muwahidah Idrus (Guru Al-Qur‟an Hadis) yang mengatakan bahwa :

Siswa MTS Aisyiyah 85% yang sudah mampu membaca al-qur‟an, dan masih banyak juga yang belum mampu dalam mengetahui ilmu tajwidnya, oleh karna itu kami sebagai guru al-qur‟an hadits memberi jam tambahan khusus membaca al-Qur‟an melalui Tutor Sebaya. (Wawancara, di Ruang Guru tanggal, 19 Juli 2016)

Lebih jelasnya dapat di perhatikan jawaban responden dengan melalui tabel berikut

(53)

Tabel 9

Tanggapan Responden Yang Sudah Mengenal dan Hafal Huruf Hijaiyah

No. Kategori Jawaban Frekuensi Presentase %

1 Sangat 26 78.78%

2 Kurang 7 21.21%

3 Tidak -

Jumlah 33 100%

Sumber data : Dari angket item 3

Dari tabel di atas diketahui bahwa Yang sudah mengenal dan hafal huruf hijaiyah sebanyak 26 siswa Yang menjawab sangat mengenal dan hafal (78.78%) dan Yang Kurang Mengenal dan hafal Huruf Hijaiyah sebanyak 7 siswa (21.21%) dari jumlah sampel 33 orang

Tabel 10

Tanggapan Responden Dalam mampu membaca al-Qur‟an sesuai dengan Hukum Tajwid

No. Kategori Jawaban Frekuensi Presentase %

1 Sangat Mampu 9 27.27%

2 Kurang Mampu 24 72.72%

3 Tidak Mampu - -

Jumlah 33 100%

Sumber data : Dari angket item 4

Dari tabel di atas diketahui bahwa yang Sangat Mampu dalam membaca al-Qur‟an sesuai dengan tajwid sebanyak 9 siswa (27.27%) dan yang Kurang Mampu sebanyak 24 siswa (72.72%) dari jumlah sampel 33 orang.

Referensi

Dokumen terkait

Tahapan pelaksanaan studi dan teknik analisis yang akan dilakukan dalam pekerjaan DED Peningkatan Prasarana Pelabuhan Penyeberangan di Wilayah Perairan Barat

4. Beberapa hal penting yang harus dikelola oleh rumah sakit adalah mengenali dengan baik kebutuhan pasien yang mana yang dapat dilayani oleh rumah

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kuantitatif, yaitu memaparkan hasil pengembangan produk berupa modul matematika dengan

Kondisi tersebut melahirkan institusi-institusi diskursif atau aparatus hegemonik yang bergerak dalam formasi diskursif demi mendukung semangat konfrontasi yang dilakukan

Berdasarkan hasil penelitian pada tiap responden di Kelurahan Jaya rata-rata jumlah produksi yang diperoleh bervariasi dengan jumlah produksi yang paling sedikit 300 lempeng

Kebanyakan dari admin situs tersebut tidak mengakui bahwa content dalam situsnya merupakan konten illegal sehingga admin menolak untuk menghapus content tersebut. Jika

Penelitian ini dilakukan pada Pabrik Tahu Sumber Indah yang berlokasi di kelurahan Mentaos Banjarbaru dengan metode absorbsi menggunakan larutan Ba(OH)2 dengan

Metode ini digunakan untuk mendiskripsikan hasil tes dan wawancara keterampilan geometri siswa kelas VIII C pada materi bangun ruang dengan tingkat berpikir van Hiele