Disertasi
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Doktor Pendidikan Matematika
Promovendus
Reviandari Widyatiningtyas NIM. 0907996
SEKOLAH PASCASARJANA
PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
TERHADAP KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS
Disetujui untuk dipresentasikan pada Ujian Tahap Satu
Prof. Yaya S. Kusumah, M.Sc., Ph.D. Promotor Merangkap Ketua
Prof. Dr. Utari Sumarmo Ko-Promotor Merangkap Sekretaris
Prof. Jozua Sabandar, MA., Ph.D. Anggota
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Drs. Turmudi, M. Ed., M. Sc., Ph.D.
Reviandari Widyatiningtyas, 2015
Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh pendekatan pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis, serta disposisi berpikir kritis dan kreatif matematis pada siswa SMA. Penelitian kuasi-eksperimen dengan disain perbandingan kelompok statis ini melibatkan 140 siswa dari level sekolah tinggi dan sedang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian meliputi tes kemampuan awal matematis (KAM), tes kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis, skala disposisi berpikir kritis dan kreatif matematis. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Juni 2012. Data dianalisis dengan ANAVA dua jalur dan uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan kemampuan berpikir kritis matematis, kemampuan berpikir kreatif matematis, dan disposisi berpikir kritis matematis siswa antara yang memperoleh PBM dan PKV. Di sisi lain tidak terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan disposisi berpikir kreatif matematis siswa antara yang memperoleh PBM dan PKV. Terdapat interaksi antara faktor pendekatan pembelajaran dengan faktor level sekolah terhadap kemampuan berpikir kritis matematis, antara faktor pembelajaran dengan faktor KAM terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis, sebaliknya tidak terdapat interaksi antara faktor pendekatan pembelajaran dengan faktor KAM terhadap kemampuan berpikir kritis matematis, antara faktor pendekatan pembelajaran dan faktor level sekolah, terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, antara faktor pendekatan pembelajaran dan faktor level sekolah, antara faktor pendekatan pembelajaran dan faktor KAM terhadap disposisi berpikir kritis matematis, antara faktor pendekatan pembelajaran dan faktor level sekolah, dan antara faktor pendekatan pembelajaran dan faktor KAM terhadap disposisi berpikir kreatif matematis siswa. Terdapat asosiasi antara kemampuan berpikir kritis matematis dengan kemampuan berpikir kreatif matematis, disposisi berpikir kritis matematis, dan disposisi berpikir kreatif matematis. Tidak terdapat asosiasi antara kemampuan berpikir kreatif matematis dengan disposisi berpikir kreatif matematis.
Kata Kunci: Pembelajaran berbasis masalah, kemampuan berpikir kritis
Reviandari Widyatiningtyas, 2015
Disposition on Senior High School Students.
The problem examined in this research is how the effect of the problem-based learning approach mathematical critical thinking and creative thinking ability, mathematical critical thinking and creative thinking disposition on Senior High School students. This study is Quasi-experimental with the static group co design involving 140 students from the school high and medium category. The research instruments consists of prior mathematical knowledge test (KAM), mathematical critical thinking and creative thinking ability test, and mathematical critical and creative thinking disposition scale. The experiment was conducted in January to June 2012. Data were analyzed by two- way ANOVA and t- test. The results of this study indicate that there are differences in mean siginifican mathematical critical thinking and creative thinking ability, and mathematical critical thinking disposition among students who acquired PBL and PKV. On the other hand there is no differences in mean significan mathematical creative thinking disposition among students who acquired PBL and PKV. There is an interaction between approaches to learning factors and school level factors to students mathematical critical thinking abilities, between approaches to learning factors and KAM factors students mathematical creative thinking ability. There is no interaction between learning factors approaches and prior matematical knowledge (KAM) factors to students mathematical critical thinking abilities; between approaches to learning factors and school level factors students mathematical creative thinking abilities; between approaches to learning factors and school level factors students mathematical critical thinking dispositions; between learning factors approaches and prior mathematical knowledge (KAM) factors of mathematical critical thinking disposition toward mathematics students; between approaches to learning factors and school level factors students mathematical creative thinking dispositions; and between learning factors approaches and prior mathematical knowledge (KAM) factors to students mathematical creative thinking ability. There is a significant association between mathematical critical thinking and mathematical creative thinking ability; between mathematical critical thinking ability and critical thinking ability disposition; between mathematical critical thinking ability and mathematical creative thinking disposition; there is no significant association between mathematical creative thinking ability and mathematical creative thinking disposition.
Reviandari Widyatiningtyas, 2015
PENGARUH PEND EKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHAD AP KEMAMPUAN D AN DAFTAR ISI
Halaman Judul
LEMBAR PERSETUJUAN……… . i
MOTTO DAN PERSEMBAHAN……… ii
PERNYATAAN……… iii
KATA PENGANTAR……….. iv
ABSTRAK……… vi
ABSTRACT………. . vii`
DAFTAR ISI……… . viii
DAFTAR TABEL……… . xiii
DAFTAR GAMBAR……… xx
DAFTAR LAMPIRAN……… . xxvi
BAB I PENDAHULUAN……… . 1
A. Latar Belakang Masalah……….. . 1
B. Rumusan Masalah………. 11
C. Tujuan Penelitian………... 14
D. Manfaat Penelitian………. 16
E. Definisi Operasional……….. 17
F. Hipotesis……….. .. 19
BAB II KAJIAN PUSTAKA………. .. 22
A. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis………... 22
B. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis………... 30
C. Disposisi Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis……… 41
D. Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pemecahan Masalah…. 47 1. Pembelajaran Berbasis Masalah………... 47
2. Pemecahan Masalah……….. 61
Reviandari Widyatiningtyas, 2015
PENGARUH PEND EKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHAD AP KEMAMPUAN D AN
F. Teori Belajar yang Mendukung……….. 65
G. Penelitian yang Relevan……….. 69
BAB III METODE PENELITIAN………. . 73
A. Desain Penelitian……….. . 73
B. Subyek Populasi dan Subyek Sampel……….. 78
C. Instrumen Penelitian dan Pengembangan………. 80
1. Tes Kemampuan Awal Matematis………. 81
2. Tes kemampuan Berpikir Kritis Matematis………. 85
3. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis…………. 92
4. Skala Disposisi Berpikir Kritis Matematis………. 97
5. Skala Disposisi Berpikir Kreatif Matematis……… 100
6. Pedoman Wawancara………. 103
7. Pedoman Observasi……… . 105
D. Pengembangan Bahan Ajar……….. . 106
E. Prosedur Penelitian……… 108 1. Tahap Pendahuluan………. 108
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian………. 109
F. Jadwal Penelitian……….. 100
G. Teknik Analisis Data……… . 111
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 116
A. Analisis Data dan Hasil Penelitian……… 116
1. Analisis Kemampuan Awal Matematis……….. 117
2. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis……… 126
a. Perbandingan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa berdasarkan Pendekatan Pembelajaran……… 129 b. Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dan
Reviandari Widyatiningtyas, 2015
PENGARUH PEND EKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHAD AP KEMAMPUAN D AN Kritis Matematis……….. 132 c. Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dan
Kemampuan Awal Matematis Siswa terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis Matematis……… 137 3. Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis……. . 143
a. Perbandingan Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis Siswa berdasarkan Pendekatan
Pembelajaran………. 146 b. Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dan
Level Sekolah terhadap Kemampuan Berpikir
Kreatif Matematis……… 150 c. Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dan
Kemampuan Awal Matematis Siswa terhadap
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis…………. 155 4. Analisis Disposisi Berpikir Kritis Matematis………… 160
a. Perbandingan Disposisi Berpikir Kritis Matematis
Siswa berdasarkan Pendekatan Pembelajaran…….. 163 b. Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dan
Level Sekolah terhadap Disposisi Berpikir
Kritis Matematis……….. . 167 c. Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dan
Kemampuan Awal Matematis Siswa terhadap
Disposisi Berpikir Kritis Matematis……… . 172 5. Analisis Disposisi Berpikir Kreatif Matematis……….. . 177
a. Perbandingan Disposisi Berpikir Kreatif Matematis Siswa berdasarkan Pendekatan Pembelajaran……. . 180 b. Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dan
Level Sekolah terhadap Disposisi Berpikir
Reviandari Widyatiningtyas, 2015
PENGARUH PEND EKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHAD AP KEMAMPUAN D AN c. Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dan
Kemampuan Awal Matematik Siswa terhadap
Disposisi Berpikir Kreatif Matematis……….. . 190
6. Analisis Asosiasi antar Variabel……….... 195
a. Asosiasi antara Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dengan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis………. 195
b. Asosiasi antara Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dengan Disposisi Berpikir Kritis Matematis………. 196
c. Asosiasi antara Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dengan Disposisi Berpikir Kreatif Matematis………. 198
d. Asosiasi antara Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dengan Disposisi Berpikir Kreatif Matematis………. 199
7. Analisis Kelemahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif……… 202
8. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah pada Sekolah Level Tinggi dan Sekolah Level Sedang……… 209
B. Pembahasan……….. 210
1. Deskripsi Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah………. 210
2. Level Sekolah……… 217
3. Kemampuan Awal Matematis……….. 220
4. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis……… 221
5. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis…………. 225
Reviandari Widyatiningtyas, 2015
PENGARUH PEND EKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHAD AP KEMAMPUAN D AN
7. Disposisi Berpikir Kreatif Matematis……….. 233
8. Kinerja Siswa dalam Menyelesaikan Tes Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis Siswa……… 236
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 239 A. Kesimpulan………. 239
B. Implikasi………. 243
C. Rekomendasi ………. 249
DAFTAR PUSTAKA………... 252
Reviandari Widyatiningtyas, 2015
PENGARUH PEND EKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHAD AP KEMAMPUAN D AN DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Peran Guru, Siswa dan Masalah dalam PBM……….. 52 Tabel 2.2. Perbandingan Pembelajaran PKV dan PBM……… 55
Tabel 2.3. Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah………... 78
Tabel 3.1. Keterkaitan antara Kemampuan Berpikir Kritis Matematis,
Kelompok Pembelajaran, Level Sekolah dan Kemampuan
Awal Matematis……… 74
Tabel 3.2. Keterkaitan antara Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis,
Kelompok Pembelajaran, Level Sekolah dan Kemampuan
Awal Matematis……… 75
Tabel 3.3. Keterkaitan antara Disposisi Berpikir Kritis Matematis,
Kelompok Pembelajaran, Level Sekolah dan Kemampuan
Awal Matematis………... 76
Tabel 3.4. Keterkaitan antara Disposisi Berpikir Kreatif Matematis,
Kelompok Pembelajaran, Level Sekolah dan Kemampuan
Awal Matematis………... 77 Tabel 3.5. Kriteria Kategori Kemampuan Awal Matematis (KAM)… 82 Tabel 3.6. Kriteria Nilai Kategori Kemampuan Awal Matematis …... 82 Tabel 3.7. Banyaknya Siswa Kelompok Atas, Tengah, dan Bawah
Reviandari Widyatiningtyas, 2015
PENGARUH PEND EKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHAD AP KEMAMPUAN D AN Tabel 3.8. Uji Hasil Pertimbangan Validitas Isi Soal Tes Kemampu-
an Awal Matematis………... 83
Tabel 3.9. Uji Hasil Pertimbangan Validitas Muka Soal Tes
Kemampuan Awal matematis……….. 84
Tabel 3.10. Hasil Uji Pertimbangan Validitas Isi Soal Tes Kemampuan
Berpikir Kritis Matematis………. 87
Tabel 3.11. Hasil Uji Pertimbangan Validitas Muka Soal Tes
Kemampuan Berpikir Kritis Matematis……… 87
Tabel 3.12. Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas Soal Tes Kemampuan
Berpikir Kritis Matematis……….. 88
Tabel 3.13. Pedoman Penskoran Respon Siswa pada Kemampuan
Berpikir Kritis Matematis……….. 89
Tabel 3.14. Uji Hasil Pertimbangan Validitas Isi Soal Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis……….. 93
Tabel 3.15. Uji Hasil Pertimbangan Validitas Muka Soal Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis……….. 93
Tabel 3.16. Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas Soal Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis……….. 95
Tabel 3.17. Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis……… 95 Tabel 3.18. Distribusi Respon Siswa (contoh)……… 98 Tabel 3.19. Perhitungan Skor Skala Disposisi Berpikir Kritis
Matematis (+)………... 98
Tabel 3.20. Perhitungan Skor Skala Disposisi Berpikir Kritis
Matematis (-)……… 99
Tabel 3.21. Hasil Uji Validitas Item Skala Disposisi Berpikir Kritis
Reviandari Widyatiningtyas, 2015
PENGARUH PEND EKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHAD AP KEMAMPUAN D AN
Matematis (+)………... 102
Tabel 3.24. Perhitungan Skor Skala Disposisi Berpikir Kreatif Matematis (-)……… 102
Tabel 3.25. Hasil Uji Validitas Item Skala Disposisi Berpikir Kreatif Matematis………. 103
Tabel 3.26. Uji Hasil Pertimbangan Validitas Isi Lembar Kerja Siswa (LKS)……….. 107
Tabel 3.27.Uji Hasil Pertimbangan Validitas Muka Lembar Kerja Siswa (LKS)………. 107
Tabel 3.28.Jadwal Penelitian……… 111
Tabel 3.29.Kriteria Kategori Kemampuan Berpikir Kritis Matematis (KBKsM), Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis (KBKfM), Disposisi Berpikir Kritis Matematis (DBKsM) Disposisi Berpikir Kreatif Matematis (DBKfM)…………... 113
Tabel 3.30.Kriteria Nilai Kategori Kemampuan Berpikir Kritis ……… 114
Tabel 3.31.Kriteria Nilai Kategori Kemampuan Berpikir Kreatif…….. 114
Tabel 3.32.Kriteria Nilai Kategori Disposisi Berpikir Kritis………….. 114
Tabel 3.33.Kriteria Nilai Kategori Disposisi Berpikir Kreatif………… 114
Tabel 4.1. Sebaran Sampel Penelitian………. 117
Tabel 4.2. Data KAM berdasarkan Model Pembelajaran……… 117
Tabel 4.3. Data KAM berdasarkan Level Sekolah……… . 118
Tabel 4.4. Data KAM berdasarkan Kelompok Siswa………. 118
Tabel 4.5. Uji Normalitas Skor KAM pada Level Sekolah Tinggi……. 119
Tabel 4.6. Uji Normalitas Skor KAM pada Level Sekolah sedang……. 119
Tabel 4.7. Uji Normalitas Skor KAM berdasarkan Model Pembelajaran………... 122
Tabel 4.8. Uji Homogenitas Skor Tes KAM Kelas PBM Level Sekolah Tinggi dan Level Sekolah Sedang……….... 123
Reviandari Widyatiningtyas, 2015
PENGARUH PEND EKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHAD AP KEMAMPUAN D AN berdasarkan Level sekolah………. 124
Tabel 4.10.Perbedaan rata-rata KAM Siswa pada Kelas PKV
berdasarkan Level Sekolah………. 124
Tabel 4.11.Perbedaan Rata-rata KAM Siswa Kelas PBM dan PKV…. . 125
Tabel 4.12.Perbedaan Rata-rata KAM Siswa pada Level Sekolah
Tinggi dan Level Sekolah Sedang……….. 126
Tabel 4.13.Rekapitulasi Data Kemampuan Berpikir Kritis matematis.. .. 127
Tabel 4.14.Uji Normalitas Skor Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
berdasarkan Pendekatan Pembelajaran……… 129
Tabel 4.15.Uji Homogenitas Varians Populasi Skor Kemampuan
Berpikir Kritis Matematis berdasarkan Pendekatan
Pembelajaran……… 130
Tabel 4.16.Perbedaan Rata-rata Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Siswa berdasarkan Pendekatan Pembelajaran………... 131
Tabel 4.17.Uji Normalitas Skor Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
berdasarkan Pendekatan Pembelajaran dan Level Sekolah..… 133
Tabel 4.18.Uji Homogenitas Varians Populasi Skor Kemampuan
Berpikir Kritis Matematis berdasarkan pendekatan
Pembelajaran dan Level sekolah……….. 135
Tabel 4.19.Uji Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dan Level
Sekolah terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis…... 136
Tabel 4.20.Uji Normalitas Skor Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
berdasarkan Pendekatan Pembelajaran dan KAM…………. 138
Tabel 4.21.Uji Homogenitas Varians Populasi Skor Kemampuan
Berpikir Kritis Matematik berdasarkan Pendekatan
Pembelajaran dan KAM………. 141
Tabel 4.22.Uji Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dan KAM
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis…………. 141
Reviandari Widyatiningtyas, 2015
PENGARUH PEND EKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHAD AP KEMAMPUAN D AN Tabel 4.24.Uji Normalitas Skor Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematik berdasarkan pendekatan Pembelajaran…………. 146
Tabel 4.25.Uji Homogenitas Varians Populasi Skor Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis berdasarkan Pendekatan
Pembelajaran……….. 147
Tabel 4.26.Perbedaan Rerata Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Siswa berdasarkan Pendekatan Pembelajaran……… 149
Tabel 4.27.Uji Normalitas Skor Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis berdasarkan Pendekatan Pembelajaran dan
Level Sekolah………. 150
Tabel 4.28.Uji Homogenitas Varians Populasi Skor Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis berdasarkan Pendekatan
Pembelajaran dan Level Sekolah……… 152
Tabel 4.29.Uji Interaksi Pendekatan Pembelajaran dan Level
Sekolah terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis . 153
Tabel 4.30.Uji Normalitas Skor Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematik berdasarkan Pendekatan Pembelajaran dan KAM 155
Tabel 4.31.Uji Homogenitas Varians Populasi Skor Kemampuan
Berpikir Kreatif berdasarkan Pendekatan Pembelajaran
Dan KAM……….... 158
Tabel 4.32.Uji Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dan KAM
Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis……….... 158 Tabel 4.33.Rekapitulasi Data Disposisi Berpikir Kritis Matematis…….. 161 Tabel 4.34.Uji Normalitas Skor Skala Disposisi Berpikir Kritis
Matematis berdasarkan Pendekatan Pembelajaran…………. 163
Tabel 4.35.Uji Homogenitas Varians Populasi Skor Skala Disposisi
Berpikir Kritis Matematis berdasarkan Pendekatan
Pembelajaran……….. 164
Reviandari Widyatiningtyas, 2015
PENGARUH PEND EKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHAD AP KEMAMPUAN D AN Matematis Siswa berdasarkan Pendekatan Pembelajaran….. 166
Tabel 4.37.Uji Normalitas Skor Disposisi Berpikir Kritis Matematis
berdasarkan Pendekatan Pembelajaran dan Level
Sekolah……… 168
Tabel 4.38.Uji Homogenitas Varians Populasi Skor Skala Disposisi
Berpikir Kritis Matematik berdasarkan Pendekatan
Pembelajaran dan Level Sekolah……… 170
Tabel 4.39.Uji Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dan Level
Sekolah terhadap Disposisi Berpikir Kritis Matematis……... 170
Tabel 4.40.Uji Normalitas Skor Disposisi Berpikir Kritis matematis
berdasarkan Pendekatan Pembelajaran dan KAM…………. 171
Tabel 4.41.Uji Homogenitas Varians Populasi Skor Disposisi
Berpikir Kritis Matematis berdasarkan Pendekatan
Pembelajaran dan KAM………. 175
Tabel 4.42.Uji Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dan KAM
Terhadap Disposisi Berpikir Kritis Matematis……….... 176 Tabel 4.43.Rekapitulasi Data Disposisi Berpikir Kreatif Matematis….... 178 Tabel 4.44.Uji Normalitas Skor Skala Disposisi Berpikir Kreatif
Matematis berdasarkan Pendekatan Pembelajaran………….. 180
Tabel 4.45.Uji Homogenitas Varians Populasi Skor Skala Disposisi
Berpikir Kreatif Matematis Siswa berdasarkan Pendekatan
Pembelajaran………... 182
Tabel 4.46.Pendekatan Rerata Skor Skala Disposisi Berpikir Kreatif
Matematis Siswa berdasarkan Pendekatan Pembelajaran…… 182
Tabel 4.47.Uji Normalitas Skor Disposisi Berpikir Kreatif matematis
berdasarkan Pendekatan Pembelajaran dan Level Sekolah… 184
Tabel 4.48.Uji Homogenitas Varians Populasi Skor Skala Disposisi
Berpikir Kreatif Matematis berdasarkan Pendekatan
Reviandari Widyatiningtyas, 2015
PENGARUH PEND EKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHAD AP KEMAMPUAN D AN Tabel 4.49.Uji Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dan Level
Sekolah terhadap Disposisi Berpikir Kreatif Matematis…… 187
Tabel 4.50.Uji Normalitas Skor Disposisi Berpikir Kreatif Matematis
berdasarkan Pendekatan Pembelajaran dan KAM………… 190
Tabel 4.51.Uji Homogenitas Varians Populasi Skor Disposisi Berpikir
Kreatif Matematis berdasarkan Pendekatan Pembelajaran
Dan KAM………. . 193
Tabel 4.52.Uji Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dan KAM
Terhadap Disposisi Berpikir Kreatif matematis……… 193
Tabel 4.53. Asosiasi antara Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
dengan Kemampuan Berpikir Kreatif matematis………….. 195
Tabel 4.54. Hasil Uji Asosiasi antara Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis dengan Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis………. 196
Tabel 4.55. Asosiasi antara Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
dengan Disposisi Berpikir Kritis Matematis………. 197
Tabel 4.56. Hasil Uji Asosiasi antara Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis dengan Disposisi Berpikir Kritis
Matematis………. 197
Tabel 4.57. Asosiasi antara kemampuan berpikir kritis matematis
dengan disposisi berpikir kreatif matematis……… 198
Tabel 4.58. Hasil uji asosiasi antara kemampuan berpikir kritis
Matematis dengan disposisi berpikir kreatif matematis…... 198
Tabel 4.59. Asosiasi antara kemampuan berpikir kreatif matematis
dengan disposisi berpikir kreatif matematis………. 199
Tabel 4.60. Hasil Uji Asosiasi antara Kemampuan Berpikir Kreatif
dengan Disposisi Berpikir Kreatif Matematis……….. 199
Tabel 4.61.Masalah dan Pengujian Hipotesis pada Taraf
Reviandari Widyatiningtyas, 2015
PENGARUH PEND EKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHAD AP KEMAMPUAN D AN Tabel 4.62.Rata-rata Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa
pada setiap Aspek berdasarkan Pendekatan Pembelajaran. 203
Tabel 4.63.Banyaknya Siswa yang Memperoleh Skor 4 pada Setiap
Aspek Kemampuan Berpikir Kritis Matematis………. 204
Tabel 4.64.Rata-rata Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis pada
setiap Aspek berdasarkan Pendekatan Pembelajaran……… 208
Tabel 4.65.Banyaknya Siswa yang Memperoleh Skor Minimal 3
pada setiap Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 208
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1. Model Normal Q-Q Plot KAM pada Pembelajaran
PBM Level Sekolah Tinggi………. . 120
Gambar 4.2. Model Normal Q-Q Plot KAM pada Pembelajaran
PKV Level sekolah Tinggi……… 120
Gambar 4.3. Model Normal Q-Q Plot KAM Pembelajaran
Reviandari Widyatiningtyas, 2015
PENGARUH PEND EKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHAD AP KEMAMPUAN D AN Gambar 4.4. Model Normal Q-Q Plot KAM pada Pembelajaran
PKV Level Sekolah Sedang……….. 121
Gambar 4.5. Model Normal Q-Q Plot KAM pada Pembelajaran
PBM……….. 122
Gambar 4.6. Model Normal Q-Q Plot KAM pada Pembelajaran
PKV………. . 122
Gambar 4.7. Rata-rata Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
berdasarkan Pendekatan Pembelajaran dan KAM……… 128
Gambar 4.8. Model Normal Q-Q Plot Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis pada Pembelajaran PBM………. 130
Gambar 4.9. Model Normal Q-Q Plot Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis pada Pembelajaran PKV……… . 130
Gambar 4.10. Model Normal Q-Q Plot Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis pada Pembelajaran PBM Level Sekolah
Tinggi………. 133
Gambar 4.11. Model Normal Q-Q Plot Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis pada Pembelajaran PBM Level Sekolah
Sedang………... 134
Gambar 4.12. Model Normal Q-Q Plot Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis pada Pembelajaran PKV Level Sekolah
Tinggi………. 134
Gambar 4.13. Model Normal Q-Q Plot Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis pada Pembelajaran PKV Level sekolah
Sedang………. . 135
Gambar 4.14. Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dengan
Level Sekolah terhadap Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis……….. 137
Gambar 4.15. Model Normal Q-Q Plot Kemampuan Berpikir Kritis
Reviandari Widyatiningtyas, 2015
PENGARUH PEND EKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHAD AP KEMAMPUAN D AN Gambar 4.16. Model Normal Q-Q Plot Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis pada Pembelajaran PKV KAM Atas……….… 139
Gambar 4.17. Model Normal Q-Q Plot Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis pada Pembelajaran PBM KAM Tengah…….. 139
Gambar 4.18. Model Normal Q-Q Plot Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis pada Pembelajaran PKV KAM Tengah…….. 140
Gambar 4.19. Model Normal Q-Q Plot Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis pada Pembelajaran PBM KAM Bawah……. . 140
Gambar 4.20. Model Normal Q-Q Plot Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis pada Pembelajaran PKV KAM Bawah………. 140
Gambar 4.21. Interaksi antara Pembelajaran dengan KAM dalam
Kemampuan Berpikir Kritis Matematis………. 143
Gambar 4.22. Rerata Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis menurut
Kelompok Pendekatan Pembelajaran, KAM, dan Data
Gabungan……….. 145
Gambar 4.23. Model Normal Q-Q Plot Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis pada Pembelajaran PBM……… 147
Gambar 4.24. Model Normal Q-Q Plot Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis pada Pembelajaran PKV……… . 148
Gambar 4.25. Model Normal Q-Q Plot Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis pada Pembelajaran PBM Level Sekolah
Tinggi………. 151
Gambar 4.26. Model Normal Q-Q Plot Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis pada Pembelajaran PKV Level Sekolah
Tinggi………. 151
Gambar 4.27. Model Normal Q-Q Plot Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis pada Pembelajaran PBM Level Sekolah
Sedang……… 152
Reviandari Widyatiningtyas, 2015
PENGARUH PEND EKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHAD AP KEMAMPUAN D AN Matematis pada Pembelajaran PKV Level sekolah
Sedang………... 152
Gambar 4.29. Interaksi antara Pembelajaran dan Level Sekolah
Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis……... 154
Gambar 4.30. Model Normal Q-Q Plot Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis pada Pendekatan PBM KAM Atas………….. 156
Gambar 4.31. Model Normal Q-Q Plot Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis pada Pendekatan PKV KAM Atas…………... 156
Gambar 4.32. Model Normal Q-Q Plot Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis pada Pembelajaran PBM KAM Tengah……... 156
Gambar 4.33. Model Normal Q-Q Plot Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis pada Pembelajaran PKV KAM Tengah…….... 157
Gambar 4.34. Model Normal Q-Q Plot Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis pada Pembelajaran PBM KAM Bawah…….... 157
Gambar 4.35. Model Normal Q-Q Plot Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis pada Pembelajaran PKV KAM Bawah……... 157
Gambar 4.36. Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dan
Kemampuan Awal Matematis terhadap Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis……….. 160
Gambar 4.37. Rata-rata Skor Disposisi Berpikir Kritis Matematis
Siswa berdasarkan KAM, Pendekatan Pembelajaran
dan Gabungan……….. 162
Gambar 4.38. Model Normal Q-Q Plot Skala Disposisi Berpikir
Kritis Matematis pada Pendekatan PBM………. 164
Gambar 4.39. Model Normal Q-Q Plot Skala Disposisi Berpikir
Kritis Matematis pada Pendekatan PKV………. 164
Gambar 4.40. Model Normal Q-Q Plot Skal Disposisi Berpikir
Kritis Matematis pada Pendekatan PBM Level
Reviandari Widyatiningtyas, 2015
PENGARUH PEND EKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHAD AP KEMAMPUAN D AN Gambar 4.41. Model Normal Q-Q Plot Skala Disposisi Berpikir
Kritis Matematis pada Pendekatan PKV Level
Sekolah Tinggi………. 168
Gambar 4.42. Model Normal Q-Q Plot Skala Disposisi Berpikir
Kritis Matematis pada Pendekatan PBM Level
Sekolah Sedang……… 169
Gambar 4.43. Model Normal Q-Q Plot Skal Disposisi Berpikir
Kritis Matematis pada Pendekatan PKV Level
Sekolah Sedang……… 169
Gambar 4.44. Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dan
Level Sekolah terhadap Disosisi Berpikir Kritis
Matematis………... 172
Gambar 4.45. Model Normal Q-Q Plot Skala Disposisi Berpikir
Kritis Matematis pada Pendekatan PBM KAM Atas….. 173
Gambar 4.46. Model Normal Q-Q Plot Skala Disposisi Berpikir
Kritis Matematis pada Pendekatan PKV KAM Atas….. 173
Gambar 4.47. Model Normal Q-Q Plot Skala Disposisi Berpikir
Kritis Matematis pada Pendekatan PBM
KAM Tengah………... 174
Gambar 4.48. Model Normal Q-Q Plot Skala Disposisi Berpikir
Kritis Matematis pada Pendekatan PKV
KAM Tengah……… 174
Gambar 4.49. Model Normal Q-Q Plot Skala Disposisi Berpikir
Kritis Matematis pada Pendekatan PBM
KAM Bawah……… 174
Gambar 4.50. Model Normal Q-Q Plot Skala Disposisi Berpikir
Kritis Matematis pada Pendekatan PKV
KAM Bawah……… 175
Reviandari Widyatiningtyas, 2015
PENGARUH PEND EKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHAD AP KEMAMPUAN D AN Kemampuan Awal Matematis terhadap Disposisi
Berpikir Kritis Matematis………. 177
Gambar 4.52. Rata-rata kala Disposisi Berpikir Kreatif Matematis
Siswa berdasarkan Pendekatan Pembelajaran,
KAM, dan Gabungan………... 179
Gambar 4.53. Model Normal Q-Q Plot Skala Disposisi Berpikir
Kreatif Matematis pada Pendekatan PBM………... 181
Gambar 4.54. Model Normal Q-Q Plot Skala Disposisi Berpikir
Kreatif Matematis pada Pendekatan PKV……… 181
Gambar 4.55. Model Normal Q-Q Plot Skala Disposisi Berpikir
Kreatif Matematis pada Pendekatan PBM Level
Sekolah Tinggi………. 185
Gambar 4.56. Model Normal Q-Q Plot Skala Disposisi Berpikir
Kreatif Matematis pada Pendekatan PKV Level
Sekolah Tinggi………. 185
Gambar 4.57. Model Normal Q-Q Plot Skala Disposisi Berpikir
Kreatif Matematis pada Pendekatan PBM Level
Sekolah Sedang……… 186
Gambar 4.58. Model Normal Q-Q Plot Skala Disposisi Berpikir
Kreatif Matematis pada Pendekatan PKV Level
Sekolah Sedang……… 186
Gambar 4.59. Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dan
Level sekolah terhadap Disposisi Berpikir Kreatif
Matematis………. 189
Gambar 4.60. Model Normal Q-Q Plot Disposisi Berpikir Kreatif
Matematis pada Pendekatan PBM KAM Atas…………. 190
Gambar 4.61. Model Normal Q-Q Plot Disposisi Berpikir Kreatif
Matematis pada Pembelajaran PKV KAM Atas……….. 191
Reviandari Widyatiningtyas, 2015
PENGARUH PEND EKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHAD AP KEMAMPUAN D AN Matematis pada Pembelajaran PBM KAM Tengah……. 191
Gambar 4.63. Model Normal Q-Q Plot Disposisi Berpikir Kreatif
Matematis pada Pembelajaran PKV KAM Tengah……. 191
Gambar 4.64. Model Normal Q-Q Plot Disposisi Berpikir Kreatif
Matematis pada Pembelajaran PBM KAM Bawah…….. 192
Gambar 4.65. Model Normal Q-Q Plot Disposisi Berpikir Kreatif
Matematis pada Pembelajaran PKV KAM Bawah…….. 192
Gambar 4.66. Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dan
Kemampuan Awal Matematis terhadap Disposisi
Berpikir Kreatif Matematis……….. 194
Reviandari Widyatiningtyas, 2015
PENGARUH PEND EKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHAD AP KEMAMPUAN D AN DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A-1 Lembar Pertimbangan……… 259
Lampiran A-2 Hasil Pertimbangan Validitas Isi dan Validitas Muka
Kemampuan Awal Matematis………. 265
Lampiran A-3 Hasil pertimbangan Validitas Isi dan Validitas Muka
Kemampuan Berpikir Kritis Matematis………... 265
Lampiran A-4 Hasil Pertimbangan Validitas Isi dan Validitas Muka
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis……… 266
Lampiran A-5 Data Hasil Uji Coba Soal Kemampuan Berpikir
Kritis Matematis……….. 267
Lampiran A-6 Uji Reliabilitas dan Validitas Kemampuan Berpikir
Kritis matematis……….. 268
Lampiran A-7 Data Hasil Uji Coba Soal Kemampuan Berpikir
Kreatif Matematis……….. . 269
Lampiran A-8 Uji Validitas dan Reliabilitas Kemampuan Berpikir
Kreatif Matematis……… 270
Lampiran A-9 Kisi-kisi Skala Disposisi Berpikir Kritis Matematis….. 271
Lampiran A-10 Data Hasil Uji Coba Skala Disposisi Berpikir
Kritis Matematis………. 276
Lampiran A-11 Kisi-kisi Skala Disposisi Berpikir Kreatif Matematis.. . 280
Lampiran A-12 Data Hasil Uji Coba Skala Disposisi Berpikir
Kreatif Matematis……… 282
Reviandari Widyatiningtyas, 2015
PENGARUH PEND EKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHAD AP KEMAMPUAN D AN Berpikir Kritis Matematis………... 292
Lampiran A-14 Rekapitulasi Skala Disposisi Berpikir Kritis
Matematis setelah Pembobotan………... 293
Lampiran A-15 Hasil Uji Validitas Skala Disposisi Berpikir
Kritis Matematis………. 294
Lampiran A-16 Pemberian Skor setiap Item Skala Disposisi
Berpikir Kreatif Matematis……… 304
Lampiran A-17 Rekapitulasi Skala Disposisi Berpikir Kreatif matematis… 305
Lampiran A-18 Hasil Uji Validitas Skala Disposisi Berpikir
Kreatif Matematis………. . 305
Lampiran B-1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran………. . 306
Lampiran B-2 Bahan Ajar LKS………. 331
Lampiran B-3 Lembar Observasi Pelaksanaan PBM………. 390
Lampiran B-4 Soal Tes Kemampuan Awal Matematis………. 398
Lampiran B-5 Kisi-kisi dan Soal Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis……….. . 403
Lampiran B-6 Kisi-kisi dan Soal Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis……….. . 411
Lampiran C-1 Skor Kemampuan Awal Matematis……….. . 415
Lampiran C-2 Skor Kemampuan Berpikir Kritis Matematis…………. 419
Lampiran C-3 Skor Kemampuan Berpikir Kreatif matematis………. . 423
Lampiran C-4 Skor Skala Disposisi Berpikir Kritis Matematis…….. . 424
Lampiran C-5 Skor Skala Disposisi Berpikir Kreatif matematis……. . 432
Lampiran D-1 Uji Normalitas, Homogenitas, dan Uji Perbedaan
Rata-rata Tes Kemampuan Awal Matematis…………. 437
Lampiran D-2 Uji Normalitas, Homogenitas, dan Uji Perbedaan
Rata-rata Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis,
Interaksi Pendekatan Pembelajaran dan Level
Reviandari Widyatiningtyas, 2015
PENGARUH PEND EKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHAD AP KEMAMPUAN D AN Dan Kelompok KAM terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Matematis……….. 447
Lampiran D-3 Uji Normalitas, Homogenitas, dan Uji Perbedaan
Rata-rata Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis,
Interaksi Pendekatan Pembelajaran dan Level
Sekolah, serta Interaksi Pendekatan Pembelajaran
Dan Kelompok KAM terhadap Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis……….. . 461
Lampiran D-4 Uji Normalitas, Homogenitas, dan Uji Perbedaan
Rata-rata Disposisi Berpikir Kritis Matematis,
Interaksi Pendekatan Pembelajaran dan Level
Sekolah, serta Interaksi Pendekatan Pembelajaran
Dan Kelompok KAM terhadap Disposisi
Berpikir Kritis Matematis……….. 478
Lampiran D-5 Uji Normalitas, Homogenitas, dan Uji Perbedaan
Rata-rata Disposisi Berpikir Kreatif Matematis,
Interaksi Pendekatan Pembelajaran dan Level
Sekolah, serta Interaksi Pendekatan Pembelajaran
Dan Kelompok KAM terhadap Disposisi
Berpikir Kreatif Matematis……….. . 495
Lampiran E-1 Keterkaitan antara Kemampuan Berpikir Kritis
Matematik, Kelompok Pembelajaran, Level
Sekolah dan Kemampuan Awal Matematik………….. . 513
Lampiran E-2 Keterkaitan antara Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematik, Kelompok Pembelajaran, Level
Sekolah dan Kemampuan Awal Matematis………….. . 516
Lampiran E-3 Keterkaitan antara Disposisi Berpikir Kritis
Matematik, Kelompok Pembelajaran, Level
Reviandari Widyatiningtyas, 2015
PENGARUH PEND EKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHAD AP KEMAMPUAN D AN Lampiran E-4 Keterkaitan antara Disposisi Berpikir Kreatif
Matematik, Kelompok Pembelajaran, Level
Sekolah dan Kemampuan Awal Matematis…………. . 521
Reviandari Widyatiningtyas, 2015
PENGARUH PEND EKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHAD AP KEMAMPUAN D AN BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam menghadapi era globalisasi ini diperlukan sumber daya
manusia (SDM) handal yang memiliki pemikiran kritis, kreatif, sistematis,
logis, kemauan untuk bekerja secara efektif, dan percaya diri. Karena
SDM yang memiliki kemampuan-kemampuan seperti itulah yang dapat
memanfaatkan informasi, sehingga informasi yang melimpah ruah dan
cepat yang datang dari berbagai sumber dan tempat di dunia dapat diolah
dan dipilih. Karena informasi yang diterima secara melimpah ruah tersebut
tidak semuanya diperlukan dan dibutuhkan. Sumber daya manusia yang
memiliki kemampuan seperti itu, lebih mungkin dihasilkan salah satunya
melalui pembelajaran matematika. Menurut Sumarmo (2002, 2004, 2006)
pembelajaran matematika didukung oleh visi pendidikan matematika yang
mempunyai dua arah pengembangan, yaitu memenuhi kebutuhan masa
kini dan masa yang akan datang.
Visi pertama untuk kebutuhan masa kini, pembelajaran matematika
mengarah pada pemahaman konsep-konsep yang diperlukan untuk
menyelesaikan masalah matematika dan ilmu pengetahuan lainnya. Visi
kedua untuk kebutuhan masa yang akan datang atau mengarah ke masa
depan, mempunyai arti lebih luas yaitu pembelajaran matematika
memberikan kemampuan nalar yang logis, sistematis, kritis dan cermat
serta berpikir objektif dan terbuka yang sangat diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari serta untuk menghadapi masa depan yang selalu
berubah.
Dalam kurikulum matematika 2006 (KTSP) disebutkan bahwa
mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta
kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta
didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan
memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang
berubah, tidak pasti dan kompetitif.
Selain itu bisa ditunjukkan dengan pendapat-pendapat berikut ini.
NCTM (2000) menyatakan bahwa kemampuan problem solving
merupakan kemampuan atau kompetensi utama dalam mempelajari
matematika yang direkomendasikan untuk dilatihkan dan dimunculkan
sejak belajar matematika dari tingkat sekolah dasar hingga tingkat
selanjutnya. Ruseffendi (2008) menyatakan pula bahwa gunanya
matematika diajarkan di sekolah yaitu matematika sebagai bekal dalam
kehidupan sehari-hari, matematika sebagai studi lanjut, matematika
sebagai pengetahuan dan kemampuan prasyarat, matematika sebagai
pembantu bidang studi lain, matematika sebagai pengembangan ilmu, dan
matematika untuk mencerdaskan bangsa. Oleh sebab itulah maka
matematika wajib diterima oleh peserta didik di sekolah.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikemukakan bahwa dengan
karakteristik yang dimiliki matematika akan membawa pembelajaran
matematika mengarah kepada membangun kemampuan berpikir siswa.
Pada dasarnya setiap siswa memiliki kemampuan dan disposisi berpikir
kritis, dan kreatif matematis, tetapi masalahnya adalah bagaimana caranya
kita memunculkan, membangun, serta meningkatkan kemampuan dan
disposisi berpikir kritis dan kreatif matematis melalui pembelajaran
matematika.
Kemampuan berpikir kritis salah satunya baru akan muncul
manakala siswa sedang panik dalam menghadapi masalah baik di kelas
maupun di luar kelas dalam kehidupan sehari-hari. Pada saat siswa
terdesak untuk menyelesaikan suatu masalah dengan waktu yang terbatas,
pengambilan keputusan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Sesuai
yang dikemukakan oleh Sabandar (2007) bahwa pemicu seseorang untuk
berpikir kritis adalah ketegangan yang terjadi saat menghadapi ulangan,
ujian atau tes seleksi memasuki suatu jenjang pendidikan yang sifatnya
kompetitif dan waktu yang diberikan terbatas. Pada keadaan seperti ini
seseorang akan berpikir secara kritis untuk mengambil keputusan dalam
penggunaan strategi untuk menyelesaikan suatu masalah.
Menurut Krulik dan Rudnick (1999) yang termasuk berpikir kritis
matematis adalah berpikir yang menguji, mempertanyakan,
menghubungkan, dan mengevaluasi semua aspek yang ada dalam suatu
situasi ataupun suatu masalah. Dengan demikian, dalam proses berpikir
kritis, siswa akan membuat suatu pertanyaan yang berkaitan dengan
masalah yang dihadapi, kemudian menghubungkan masalah yang ada
dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimilikinya, dan pada
akhirnya siswa akan mengevaluasi semua yang telah dilakukan dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi. Salah satu suasana pembelajaran
matematika yang dapat memunculkan potensi berpikir kritis siswa adalah
pembelajaran matematika yang berpusat pada siswa dan siswa dihadapkan
dengan permasalahan-permasalahan matematis.
Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa akan muncul dan
tumbuh apabila siswa sering diberi latihan matematika yang menuntut
pemecahan masalah, inkuiri, eksplorasi, investigasi ataupun penemuan.
Hal ini sesuai dengan Sabandar (2007) bahwa hasil yang dimunculkan dari
berpikir kreatif merupakan sesuatu yang baru bagi yang bersangkutan serta
merupakan sesuatu yang berbeda dari yang biasanya dia lakukan. Jadi,
kegiatan pemecahan masalah, inkuiri, eksplorasi, investigasi dan
penemuan yang dilatihkan kepada siswa menuntut siswa untuk mampu
menemukan cara penyelesaian yang berbeda dengan orang lain ataupun
Dengan demikian, pelaksanaan pembelajaran matematika yang
dapat menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa
adalah pembelajaran matematika berupa pemberian
permasalahan-permasalahan yang harus dipecahkan melalui eksplorasi, inkuiri, ataupun
penemuan yang baru bagi siswa dan memiliki cara penyelesaian sesuai
dengan keinginan siswa berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang
telah dimilikinya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Alexander (2007)
bahwa faktor sosial yang mendukung tumbuhnya kreativitas sebagian
besar dapat ditemukan di ruang kelas atau melalui aktivitas pembelajaran.
Situasi pembelajaran yang memberikan kebebasan bagi siswa untuk
bertanya, mencoba, melakukan eksplorasi, melakukan penyelidikan,
mengajukan dugaan, atau menarik kesimpulan merupakan siatuasi atau
lingkungan kreatif yang mendukung tumbuhnya kreativitas siswa.
Keberhasilan belajar matematika yang mencerminkan kecerdasan
merupakan salah satu penunjang berkembangnya kreativitas. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian Mann (2005) yang menunjukkan bahwa prestasi
belajar matematika yang mencerminkan kecerdasan merupakan salah satu
penduga yang signifikan bagi kreativitas. Meskipun kecerdasan
merupakan prasyarat bagi kreativitas, tetapi kecerdasan bukanlah syarat
mutlak. Selain kecerdasan, terdapat faktor lain yang mempengaruhi
tumbuhnya kreativitas yaitu faktor afektif. Pentingnya aspek afektif dalam
pengembangan kreativitas dikemukakan oleh Torrance (Nakin, 2003).
Dalam mendeskripsikan kreativitas, Torrance mengidentifikasi
karakteristik individu-individu kreatif adalah memiliki komitmen moral,
percaya diri, mampu melihat masalah dari sudut pandang berbeda dan
mampu menemukan solusi berbeda.
Disposisi berpikir kritis dan kreatif matematis merupakan salah
satu faktor penunjang kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis.
Siswa memerlukan disposisi berpikir kritis dan kreatif matematis agar
dan melakukan kebiasaan kerja yang baik dalam belajar matematika
dengan mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis.
Pembelajaran matematika yang dapat membangun dan
mengembangkan kemampuan dan disposisi berpikir kritis dan kreatif
matematis siswa adalah pembelajaran matematika yang dirancang dapat
mengaktifkan siswa dengan memberikan permasalahan-permasalahan non
rutin yang harus diselesaikan oleh siswa baik secara individu maupun
kelompok. Hal ini sejalan dengan kurikulum 2006 (KTSP) matematika
yang berlaku yang memberikan paradigma berbeda dengan kurikulum
sebelumnya. Perubahan yang cukup mendasar dalam kurikulum ini adalah
terutama dalam penerapan pandangan pelaku dalam proses belajar, yaitu
siswa dianggap sebagai sumber pengetahuan, posisi guru dalam kurikulum
ini tidak lagi mendominasi kelas melainkan bisa sebagai fasilitator. Dalam
kurikulum matematika dicantumkan mengenai standar kompetensi
matematika yang mencakup pemahaman konsep matematis, komunikasi
matematis, koneksi matematis dan pemecahan masalah matematis, serta
sikap dan minat siswa terhadap matematika.
Dalam hal pembelajaran matematika yang telah diuraikan di atas,
dalam prakteknya di lapangan tidak semudah yang dituliskan.
Permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran matematika di sekolah
masih didominasi pada faktor guru dan siswa. Sekalipun dalam kurikulum
matematika secara eksplisit dikemukakan bahwa diharapkan dalam setiap
kesempatan, pembelajaran matematika dimulai dengan pengenalan
masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan
mengajukan masalah-masalah yang kontekstual, siswa secara bertahap
dibimbing untuk menguasai konsep-konsep matematika. Namun
pelaksanaannya di lapangan, guru lebih sering menggunakan pendekatan
pembelajaran konvensional, selalu mengajarkan konsep dengan cara yang
Beberapa penelitian menerangkan bahwa hasil pembelajaran
matematika di sekolah belum menunjukkan hasil yang memuaskan
(Djadjuli, 1999; Lestari, 1999; Sumarmo, 1999). Selain itu dalam hasil
survey IMSTEP-JICA (1999) di kota Bandung didapati bahwa salah satu
penyebab rendahnya kualitas pemahaman matematis siswa adalah karena
dalam proses pembelajaran matematika, guru umumnya terlalu
berkonsentrasi pada latihan menyelesaikan soal yang umumnya lebih
bersifat prosedural dan mekanistik daripada pengertian. Siswa cenderung
pasif, karena dalam kegiatan pembelajaran guru bertindak sebagai sumber
informasi yang biasanya menjelaskan konsep secara informatif dalam
memberikan contoh soal dan memberikan soal-soal latihan.
Penemuan yang telah diuraikan di atas, didukung juga oleh temuan
Sutiarso (2000) yaitu bahwa kenyataan di lapangan justru menunjukkan
siswa pasif dalam merespon pembelajaran, siswa cenderung hanya
menerima transfer pengetahuan dari guru, demikian pula guru pada saat
kegiatan pembelajaran hanya sekedar menyampaikan informasi
pengetahuan tanpa melibatkan siswa dalam proses yang aktif dan
generatif.
Selain itu dikemukakan pula oleh Hinduan, Hidayat, dan Firman
(Turmudi, 2008) bahwa dari sudut pandang proses pembelajaran
matematika dan IPA di sekolah masih dilaksanakan dengan cara ceramah,
terutama memberikan fakta dan informasi kepada siswa tanpa memberikan
peluang kepada siswa untuk melaksanakan aktivitas yang merangsang dan
melatih kemampuan mereka untuk mengamati, berpikir dan meneliti.
Kondisi pembelajaran matematika yang telah dijelaskan di atas
merupakan salah satu karakteristik umum bagaimana guru melaksanakan
pembelajaran matematika. Menurut Armanto (2002), kegiatan
pembelajaran matematika yang konvensional biasanya berpusatkan pada
guru, menggunakan metode ekspositori, dan biasanya siswa pasif,
yang benar, dan aktivitas kelas didominasi dengan kegiatan mencatat dan
menyalin.
Memperhatikan beberapa hasil penelitian yang telah diuraikan di
atas, secara tidak langsung memberikan gambaran bahwa pembelajaran
matematika pada umumnya menggunakan pembelajaran langsung.
Sementara menurut Peterson (Sumarmo et al, 2000) pembelajaran
langsung dipandang sebagai metode yang paling efektif untuk pencapaian
hasil belajar matematika tingkat rendah atau pemahaman prosedural, tetapi
tidak memadai untuk mendorong pencapaian keterampilan tingkat tinggi.
Keadaan tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran saat ini kurang
melatih siswa untuk berpikir kritis dan kreatif. Melihat kurangnya
perhatian terhadap pengembangan kemampuan berpikir kritis dan kreatif
matematis siswa, dipandang perlu untuk memberikan perhatian yang lebih
pada kemampuan berpikir kritis dan kreatif dalam pembelajaran
matematika.
Pembelajaran langsung yang digunakan dan disenangi oleh
guru-guru saat ini adalah pembelajaran konvensional yang biasanya
menggunakan metode ekspositori. Pembelajaran ini dimulai dengan guru
menjelaskan konsep atau prinsip, kemudian guru memberikan
contoh-contoh penerapan konsep atau prinsip. Selanjutnya siswa diberikan waktu
untuk berlatih menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan konsep atau
prinsip yang terdapat pada Lembar Kegiatan Siswa (LKS) atau buku teks
untuk dikerjakan secara individu atau kelompok. Memperhatikan uraian
tersebut, maka pembelajaran langsung pada pembelajaran matematika
kurang menyajikan masalah kontekstual. Menurut Jenning dan Dunne
(Suharta, 2001) mengaitkan pengalaman kehidupan nyata siswa dengan
idea-idea matematik dalam pembelajaran di kelas penting dilakukan agar
pembelajaran bermakna.
Salah satu permasalahan dalam pembelajaran matematika adalah
menyerap dan memahami pelajaran matematika. Kesulitan siswa ini
diduga ada kaitannya dengan cara guru mengajar di kelas kurang
bervariasi. Bagi siswa yang memiliki tingkat kecerdasan tinggi,
kemungkinan siswa tidak akan bermasalah dalam menerima pembelajaran
matematika dan dapat memahami konsep dengan baik, pada kondisi guru
mengajar dengan pendekatan ataupun metode pembelajaran apapun yang
diterapkan. Tetapi bagi siswa yang memiliki tingkat kecerdasan rata-rata
dan rendah, maka baginya pembelajaran matematika sangat sulit dan
menjemukan yang akhirnya berakibat siswa tidak senang belajar
matematika. Jenning dan Dunne (Suharta, 2001) mengatakan bahwa pada
umumnya siswa mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan matematika
ke dalam situasi kehidupan sehari-hari, indikasinya adalah pada
pembelajaran matematika selama ini, dunia nyata hanya dijadikan tempat
mengaplikasikan konsep. Hal lain yang diduga menyebabkan sulitnya
belajar matematika bagi siswa adalah karena pembelajaran matematika
dirasakan kurang bermakna. Masih banyak ditemui guru mengajarkan
matematika di kelas tidak mengaitkan dengan pengetahuan sebelumnya
(prior-knowledge) yang telah dimiliki siswa.
Kondisi pembelajaran matematika yang telah diuraikan di atas
diprediksi dapat berakibat pada rendahnya prestasi belajar siswa,
diperlukan perubahan paradigma dari bagaimana guru mengajar kepada
bagaimana siswa belajar. Cooney, Sanchez, dan Ice (Sumarmo, 2005)
mengajukan saran untuk reformasi dalam pembelajaran matematika yaitu
dari pendekatan pembelajaran dengan meniru ke belajar dengan
pemahaman. Reformasi tersebut berdasarkan pendapat bahwa knowing
mathematics is doing mathematics yaitu pembelajaran yang lebih
menekankan pada proses (doing) dibandingkan pada knowing that.
Berdasarkan uraian tersebut maka perlu dilakukan peningkatan
kualitas pembelajaran matematika dan mengadakan inovasi dalam
penyampai bahan pelajaran (teacher-centered) ke guru sebagai fasilitatot
yang lebih menekankan pada aktivitas belajar siswa (student-centered).
Siswa sebagai penerima langsung pengetahuan dari guru, ke siswa
mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dan menemukan kembali
(guided-reinvention), masalah yang disajikan dari masalah rutin ke masalah non
rutin, dari pembelajaran untuk pemecahan masalah dan tentang pemecahan
masalah ke pembelajaran melalui pendekatan pemecahan masalah.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dan Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP) menyatakan bahwa supaya siswa mampu
berpikir kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah, baik masalah di
sekolah maupun masalah dalam kehidupan sehari-hari, dibutuhkan suatu
model pembelajaran yang mengaktifkan siswa dan berpandangan
konstruktivisme. Berbagai pendekatan dan model pembelajaran yang
mempunyai karakteristik seperti itu, diantaranya pembelajaran berbasis
masalah, open-ended, inkuiri, realistik, kontekstual, dan lain sebagainya.
Dalam penelitian ini dipilih pendekatan pembelajaran berbasis
masalah, dengan alasan bahwa pembelajaran berbasis masalah menyajikan
masalah kontekstual pada awal pembelajaran, hal ini merupakan salah satu
stimulus atau pemicu siswa untuk berpikir. Dalam hal ini masalah
bertindak sebagai penghubung dalam proses pembelajaran untuk mencapai
tujuan dan dapat memfasilitasi siswa melakukan eksplorasi, investigasi
dan pemecahan masalah. Sabandar (2005) mengemukakan bahwa situasi
pemecahan masalah merupakan suatu tahapan di mana ketika individu
dihadapkan kepada suatu masalah ia tidak serta merta mampu menemukan
solusinya, bahkan dalam proses penyelesaiannya ia masih mengalami
kebuntuan. Pada saat itu terjadi konflik kognitif yang tidak menutup
kemungkinan memaksa siswa untuk berpikir kritis dan kreatif.
Dipilihnya pendekatan pembelajaran berbasis masalah juga atas
pertimbangan lain yang sejalan dengan kurikulum KTSP dan BSNP tahun
pembelajaran matematika dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai
dengan situasi, dengan mengajukan masalah-masalah kontekstual, siswa
secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep-konsep matematika.
Pertimbangan lain adalah bahwa pendekatan ini berbasis pada pemecahan
masalah, sehingga memungkinkan siswa mengembangkan kemampuan
berpikirnya.
Prediksi yang dikemukakan peneliti di atas ditunjang dengan hasil
penelitian yang berkaitan dengan pembelajaran yang serupa dengan
pembelajaran berbasis masalah. Studi Suryadi (2005) melaporkan bahwa
penerapan pembelajaran tidak langsung dapat memberikan peluang
berkembangnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Selanjutnya
studi Herman (2005) melaporkan bahwa proses pemecahan masalah yang
dilakukan secara terpadu melalui interaksi kooperatif antar siswa dan
intervensi guru yang proporsional dapat secara efektif meningkatkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa SMP. Selanjutnya studi
Ratnaningsih (2007) menghasilkan bahwa penerapan pembelajaran
konvensional pada pembelajaran matematika, siswa SMA lemah dalam
kemampuan berpikir kritis dan kreatif serta kemandirian belajar. Siswa
unggul dalam kemampuan berpikir kritis dan kreatif serta kemandirian
belajar manakala diterapkan pendekatan kontekstual. Selain itu studi
Mulyana (2008) juga menunjukkan bahwa pembelajaran konvensional
tidak dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif
matematis pada siswa SMA.
Hasil studi Mahmudi (2010) melaporkan bahwa siswa SMP yang
mengikuti pembelajaran matematika dengan strategi MHM berbasis
masalah memiliki kemampuan berpikir kreatif matematis dan disposisi
matematis yang lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional. Selanjutnya Ismaimuza (2010) dalam studinya juga
melaporkan bahwa kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa
konflik kognitif lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran
konvensional. Hasil studi Hasratudin (2010) melaporkan bahwa siswa
SMP yang diberi pembelajaran matematika dengan pendekatan
matematika realistik memiliki kemampuan berpikir kritis lebih baik dari
siswa yang memperoleh pembelajaran biasa. Risnanosanti (2010)
melaporkan hasil studinya bahwa perkembangan kemampuan kreatif
matematis siswa SMA yang memperoleh pembelajaran inkuiri lebih baik
daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa, dan selanjutnya
Noer (2010) melaporkan studinya bahwa kualitas peningkatan kemampuan
berpikir kritis dan kreatif matematis siswa SMP yang mendapatkan
pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran berbasis
masalah lebih baik daripada siswa yang pembelajaran matematikanya
secara konvensional.
Choridah (2013) melaporkan bahwa pembelajaran berbasis
masalah berperan dalam meningkatkan kemampuan komunikasi,
kemampuan berpikir kreatif dan disposisi matematis siswa SMP.
Selanjutnya Dian dkk (2014) melaporkan bahwa model problem based
learning efektif untuk meningkatkanbkemampuan berpikir kreatif
matematis, tetapi tidak efektif untuk meningkatkan self-concept siswa
SMP. Hasil penelitian Nurina (2014) pada siswa SMP menghasilkan
kesimpulan bahwa, PBL efektif dalam menumbuhkan kemampuan
berpikir kritis, kreatif matematis siswa SMP dan PBL juga efektif untuk
menumbuhkan self-esteem siswa.
Studi Suryadi, Herman, Mahmudi, Ismaimuza, Hasratudin, Noer,
Choridah, Dian, dan Nurina dilakukan di SMP, dan studi Risnanosanti di
SMA dengan materinya aturan perkalian, permutasi, kombinasi dan
peluang. Ratnaningsih dan Mulyana studinya di SMA dengan materi
persamaan, fungsi, dan pertidaksamaan kuadrat. Hal ini menimbulkan
keinginan peneliti untuk melanjutkan penelitian yang telah dilakukan
beserta dengan disposisi berpikir kritis matematis, kemampuan berpikir
kreatif matematis beserta dengan disposisi berpikir kreatif matematis
dengan materi trigonometri dan ruang dimensi tiga yang
diimplementasikan pada siswa Sekolah Menengah Atas.
Salah satu pembelajaran yang menghadapkan masalah dalam
penguasaan konsep adalah pembelajaran berbasis masalah, dengan fokus
utamanya dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran ini adalah peran
guru sebagai perancang, organisator dan fasilitator pembelajaran. Sehingga
dengan pembelajaran tersebut siswa mendapat kesempatan untuk
memahami dan memaknai matematika melalui aktivitas belajar.
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) merupakan suatu pendekatan
pembelajaran yang diawali dengan menghadapkan siswa dengan masalah
matematika. Dengan segenap pengetahuan dan kemampuan yang telah
dimilikinya, siswa dituntut untuk menyelesaikan masalah yang kaya
dengan konsep-konsep matematika. Secara singkat karakteristik
pembelajaran berbasis masalah di antaranya adalah memposisikan siswa
sebagai self directed problem solver melalui kegiatan kolaboratif
mendorong siswa untuk mampu menemukan masalah dan
mengelaborasinya dengan menyajikan dugaan-dugaan dan merencanakan
penyelesaian. Memfasilitasi siswa untuk mengeksplorasi berbagai
alternatif penyelesaian dan implikasinya serta mengumpulkan dan
mendistribusikan informasi, dan melatih siswa terampil menyajikan
temuan dengan membiasakan untuk merefleksi secara inquiri tentang
efektivitas cara berpikir mereka dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya.
Uraian di atas menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis masalah
memiliki potensi sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan
berpikir kritis matematis dan berpikir kreatif matematis. Melalui
pembelajaran demikian diduga siswa melakukan kebiasaan-kebiasaan
kontekstual. Masalah kontekstual tersebut diberikan di tahap awal
pembelajaran sebagai pemicu bagi proses belajar siswa dalam membangun
pengetahuan dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif
matematis.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan uraian pada latar belakang masalah di atas dan
sebagaimana tersurat dalam judul penelitian ini, maka hal utama yang
menjadi pokok perhatian dalam studi ini adalah faktor pendekatan
pembelajaran dan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis, serta
disposisi berpikir kritis dan kreatif matematis siswa. Selain itu dalam
penelitian ini, juga terdapat faktor-faktor lain yang akan dikaitkan dengan
kedua faktor tersebut yaitu sekolah dengan kategori tertentu (tinggi dan
sedang) dan kemampuan awal matematis (atas, tengah, dan bawah).
Dengan demikian, masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah
bagaimana pengaruh pendekatan pembelajaran berbasis masalah terhadap
kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis, serta disposisi berpikir
kritis dan kreatif matematis. Secara terperinci masalah-masalah dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh
pendekatan pembelajaran berbasis masalah lebih baik dari kemampuan
siswa yang mendapat pembelajaran konvensional ditinjau dari: (a)
keseluruhan; (b) level sekolah (tinggi dan sedang); dan (c) kemampuan
awal matematika (atas, tengah, dan bawah)?
2. Apakah terdapat interaksi antara faktor pendekatan pembelajaran dan
faktor level sekolah terhadap kemampuan berpikir kritis matematis
siswa?
3. Apakah terdapat interaksi antara faktor pendekatan pembelajaran dan
faktor kemampuan awal matematis terhadap kemampuan berpikir kritis