• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 4 PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu dilakukan. Data-data yang dikumpulkan selama masa observasi adalah sebagai berikut :

™ Data jumlah hasil produksi dan jumlah cacat dari produk Alico Power Glue 2 bulan berturut-turut yaitu selama bulan September s/d Oktober.

™ Data-data karakteristik kualitas kunci produk (CTQ) yang di dapat dari hasil wawancara dan diskusi dengan bagian Quality Control & Kepala Produksi di perusahaan.

Hasil pengumpulan data ini dapat dilihat di tabel berikut :

Tabel 4.1 Tabel Jumlah Hasil Produksi dan Jumlah Cacat Pengamatan

ke-

Jumlah Produksi

Jumlah Cacat

1 40000 360

2 53333 497

3 53333 502

4 53333 528

5 53333 516

(2)

Pengamatan ke-

Jumlah Produksi

Jumlah Cacat

6 53333 522

7 40000 356

8 53333 533

9 53333 513

10 53333 465

11 53333 575

12 53333 470

13 40000 377

14 53333 497

15 53333 557

16 53333 525

17 53333 513

18 53333 492

19 40000 390

20 53333 492

21 53333 564

22 53333 506

23 53333 468

(3)

Pengamatan ke-

Jumlah Produksi

Jumlah Cacat

24 53333 490

25 40000 388

26 53333 515

27 53333 518

28 53333 494

29 53333 472

30 53333 501

31 40000 357

32 53333 499

33 53333 528

34 53333 516

35 53333 514

36 53333 515

37 53333 461

38 53333 522

39 53333 516

40 53333 488

41 40000 368

(4)

Pengamatan ke-

Jumlah Produksi

Jumlah Cacat

42 53333 501

43 53333 488

44 53333 485

Total 2253321 21354

(5)

4.2 Pengolahan Data

Pengolahan data yang dilakukan terdiri dari 5 tahap / fase berdasarkan metode DMAIC yang dilakukan untuk memecahkan masalah yang ada. Dalam metode DMAIC tersebut digunakan beberapa alat statistik yang dapat digunakan untuk mengolah dan menganalisa data yang ada. Berikut dijelaskan lebih lanjut penjelasan dari masing-masing fase yang ada :

4.2.1 Define

Define adalah langkah yang pertama yang ada dalam proses peningkatan kualitas metode DMAIC.

4.2.1.1 Project Statement

Komponen-komponen yang ada dari pernyataan proyek ( project statement ) adalah sebagai berikut :

1. Latar Belakang (Bussiness Case)

Seperti telah disebut sebelumnya bahwa dewasa ini persaingan dari hari semakin ketat, maka tentunya setiap perusahaan tentu berusaha semaksimal mungkin agar perusahaannya dapat terus eksis dan berkembang. Disini PT.

Sikisei Sarana Lemindo yang memproduksi produk lem dalam menghadapi persaingan tersebut ingin agar kualitas produk yang dihasilkan baik dan bebas dari defect. Akan tetapi ternyata dari produk yang dihasilkan ternyata masih menghasilkan jumlah cacat yang cukup banyak yaitu sebesar sebesar 21354

(6)

produk dari contoh yang diambil atau ± 1% dari total produksi. Disini penelitian produk akan dilakukan untuk meminimasi jumlah cacat tersebut.

2. Pernyataan Masalah (Problem Statement)

Penelitian kemudian dilakukan pada Pada alico power Glue karena dari jumlah produksi dan jumlah cacat yang dihasilkan, produk inilah yang paling banyak memberikan kontribusi. Dari keseluruhan proses cacat yang paling sering terjadi yaitu pada proses pengisian (filling).

3. Ruang Lingkup Proyek (Project Scope)

Ruang lingkup dari masalah ini dibatasi hanya untuk produk Alico Power Glue pada saat proses filling.

4. Pernyataan Tujuan (Goal Statement)

Tujuan dilakukannya penelitian ini agar diharapkan metode Six Sigma dapat membantu perusahaan mencapai tujuannya dalam usaha untuk mencapai zero defect atau setidaknya mendekatinya.

5. Batas Waktu Proyek ( Milestone )

Batas Waktu proyek ini dilakukan selama bulan September2007-Januari 2008 4.2.1.2 Determine Process

Setiap proses pasti memiliki unsur-unsur berikut ini yaitu supplier, input yang dibutuhkan, process itu sendiri, ouput yang dihasilkan, dan unsur yang terakhir adalah customer.

(7)

Berikut adalah diagram SIPOC yang ada di PT. Sikisei Sarana Lemindo :

Supplier Input Proses Output Customer

Suplier dari luar negri

Cyanoacrilate

Tube

Tutup Tube

Plastik Blister

Lembaran Blister

Dus

- Alico Power Glue

- Sikisei Power Glue

- Nakamichi Power Glue - Sikisei

Silicone Sealant - Silicone Red - Epoxy - Scarp

Agen-agen di tiap kota

&

Pengguna Akhir

Diagram 4.1 Diagram SIPOC

Filling

Pengesetan Pemblisteran

Packing

Warehouse

(8)

Berikut adalah gambar OPC yang ada di PT. Sikisei Sarana Lemindo :

Gambar 4.1 Operation Process Chart Alico Power Glue

(9)

4.2.2 Fase Measure (Pengukuran)

Di fase ini atau fase kedua ini hal yang dilakukan adalah melakukan pengukuran terhadap kinerja yang berlangsung saat ini. Tahap pengukuran ini sangat penting peranannya dalam usaha perbaikan kualitas karena dari tahap ini kita bisa mengetahui tentang sebaik apa proses yang ada dan sejauh mana suatu produk yang ada bebas dari cacat. Karena itu ada dua basis pengukuran yang perlu dilakukan yaitu:

™ Konsep pengukuran kinerja proses

™ Konsep pengukuran kinerja produk

Untuk konsep pengukuran kinerja proses, yang dilakukan adalah perhitungan batas-batas kendali pada proses Alico Power Glue dengan menggunakan data-data produksi selama bulan September sampai dengan Oktober 2007.

Kemudian yang juga harus diukur dan tidak boleh dilupakan adalah Critical Total Quality (CTQ).

Untuk konsep pengukuran kinerja produk, yang dilakukan adalah menghitung DPO ( Defects Per Opportunities ), DPMO (Defects Per Million Opportunities ) serta level sigma dari produk yang diukur.

(10)

4.2.2.1 Pengukuran Kinerja Proses

Berikut contoh perhitungan untuk peta kendali p :

n ) p (1 p −

σ =

009477 ,

2253321 0 21354 n

p D

i

i = =

=

∑ ∑

Peta Kendali p :

σ σ

3 p LCL

p CL

3 p UCL

=

= +

=

Contoh Perhitungan pengamatan ke-1 :

000484 ,

40000 0

) 009477 ,

0 1 ( 009477 ,

0 × − =

σ =

UCL = 0,009477 + 3 x 0,000484 = 0,010930 CL = 0,009477

LCL = 0,009477 – 3 x 0,000484 = 0,008023

(11)

Dari hasil perhitungan dimasukkan ke tabel di bawah ini : Tabel 4.2 Perhitungan Peta Kendali p Pengamatan

ke-

Jumlah Produksi

Jumlah Cacat

Proporsi Cacat

Persentase

Cacat UCL LCL

1 40000 360 0.0090 0.9000

0.010930 0.008023

2 53333 497 0.0093 0.9319

0.010735 0.008218

3 53333 502 0.0094 0.9413

0.010735 0.008218

4 53333 528 0.0099 0.9900

0.010735 0.008218

5 53333 516 0.0097 0.9675

0.010735 0.008218

6 53333 522 0.0098 0.9788

0.010735 0.008218

7 40000 356 0.0089 0.8900

0.010930 0.008023

8 53333 533 0.0100 0.9994

0.010735 0.008218

9 53333 513 0.0096 0.9619

0.010735 0.008218

10 53333 465 0.0087 0.8719

0.010735 0.008218

11 53333 575 0.0108 1.0781

0.010735 0.008218

12 53333 470 0.0088 0.8813

0.010735 0.008218

13 40000 377 0.0094 0.9425

0.010930 0.008023

14 53333 497 0.0093 0.9319

0.010735 0.008218

15 53333 557 0.0104 1.0444

0.010735 0.008218

(12)

Pengamatan ke-

Jumlah Produksi

Jumlah Cacat

Proporsi Cacat

Persentase

Cacat UCL LCL

16 53333 525 0.0098 0.9844

0.010735 0.008218

17 53333 513 0.0096 0.9619

0.010735 0.008218

18 53333 492 0.0092 0.9225

0.010735 0.008218

19 40000 390 0.0098 0.9750

0.010930 0.008218

20 53333 492 0.0092 0.9225

0.010735 0.008218

21 53333 564 0.0106 1.0575

0.010735 0.008218

22 53333 506 0.0095 0.9488

0.010735 0.008218

23 53333 468 0.0088 0.8775

0.010735 0.008218

24 53333 490 0.0092 0.9188

0.010735 0.008218

25 40000 388 0.0097 0.9700

0.010930 0.008023

26 53333 515 0.0097 0.9656

0.010735 0.008218

27 53333 518 0.0097 0.9713

0.010735 0.008218

28 53333 494 0.0093 0.9263

0.010735 0.008218

29 53333 472 0.0089 0.8850

0.010735 0.008218

30 53333 501 0.0094 0.9394

0.010735 0.008218

31 40000 357 0.0089 0.8925

0.010930 0.008023

32 53333 499 0.0094 0.9356

0.010735 0.008218

33 53333 528 0.0099 0.9900

0.010735 0.008218

(13)

Pengamatan ke-

Jumlah Produksi

Jumlah Cacat

Proporsi Cacat

Persentase

Cacat UCL LCL

34 53333 516 0.0097 0.9675

0.010735 0.008218

35 53333 514 0.0096 0.9638

0.010735 0.008218

36 53333 515 0.0097 0.9656

0.010735 0.008218

37 53333 461 0.0086 0.8644

0.010735 0.008218

38 53333 522 0.0098 0.9788

0.010735 0.008218

39 53333 516 0.0097 0.9675

0.010735 0.008218

40 53333 488 0.0092 0.9150

0.010735 0.008218

41 40000 368 0.0092 0.9200

0.010930 0.008023

42 53333 501 0.0094 0.9394

0.010735 0.008218

43 53333 488 0.0092 0.9150

0.010735 0.008218

44 53333 485 0.0091 0.9094

0.010735 0.008218 Total 2253321 21354

0.4166 41.6615

(14)

Berikut adalah gambar Peta Kendali p jumlah Cacat :

Gambar 4.2 Peta Kendali p jumlah cacat

Dari hasil perhitungan yang dilakukan dapat terlihat bahwa peta kendali menunjukan terdapat data yang berada diluar kendali yang berate proses masih belum stabil. Jika dilihat pada gambar peta kendali np, terdapat 1 titik yang berada diluar batas kendali yaitu data ke ke 11 dimana nilainya sebesar 0,010781 yang artinya data tersebut berada lebih besar dari nilai batas atas peta kendali np data tersebut yang bernilai 0,010735.

(15)

4.2.2.2 Pengukuran Karakteristik Kualitas Kunci (CTQs)

Tabel 4.3 Tabel CTQs

No. Jenis Cacat Definisi Operasional Total 1. Bocor Terdapat lubang pada tube

yang dapat menyebabkan lem bocor.

19432

2.

Tube kosong

Tube setelah keluar dari mesin filling tidak ada isinya akibat kesalahan sensor.

1132

3 Tube luber Pengisisan lem terlalu banyak akibat kesalahan setting.

790

Total 21354

(16)

4.2.2.3 Pengukuran Kinerja Produk

Dalam perhitungan Six Sigma, salah satu yang dianggap menjadi parameter utama adalah DPMO yang menunjukkan defect untuk setiap satu juta kesempatan.

Adapun hal-hal yang perlu diketahui dalam perhitungan DPMO adalah sebagai berikut :

™ Unit (U)

Merupakan jumlah keseluruhan produk yang diproduksi dalam hal ini sebesar 2253321.

™ Defect (D)

Merupakan jumlah keseluruhan produk yang diproduksi dalam hal ini sebesar 21354.

™ Opportunities (OP)

Merupakan karakter kualitas yang dapat menurunkan kualitas karena terdapat cacat pada produk atau disebut CTQ (Critical To Quality).

Dalam penelitian ini CTQ yang ada berjumlah 3.

(17)

U (Total produk yang diproduksi) = 2253321 D (Jumlah keseluruhan produk cacat) = 21354 OP (Karakteristik Kualitas Kunci / QTC) = 3

TOP (Total Opportunities) = U×OP=2253321×3=6759963 peluang DOP (Defect per Opportunities) = 0.003159

6759963 21354 TOP

D = = cacat untuk

setiap satu peluang.

DPMO (Defect Per Million Opportunities) = DOP×106 =3159cacat untuk setiap satu juta peluang.

DPMO sebesar 3159 berada diantara 3000 dan 4350

23 . 4

625 . 5717

1350

875 . 655 159

1191 75

. 5061

25 . 4

125 . 4 3159

3000

4350 3159

=

=

+

= +

= −

X X

X X

X X

Level Sigma = 4,23 (Didapat dari hasil perhitungan di atas).

Dari hasil perhitungan diatas maka didapat nilai sigma adalah sebesar 4.23σ.

Dilihat dari persentasenya cacat yang ada sebesar kurang dari satu persen, dilihat dari level sigmanya juga sudah cukup baik namun dilihat dari DPMO-nya maka didapat angka yang masih cukup besar. Karena itu tentunya perusahaan

menginginkan agar kualitas produk dapat terus ditingkatkan hingga mendekati level 6σ.

(18)

4.2.3 Fase Analyze

Di fase yang ketiga ini hal yang dilakukan adalah melakukan pengukuran terhadap kinerja yang berlangsung saat ini.

Hl-hal yang perlu dilakukan pada tahap ini :

1. Menyusun jenis cacat yang terjadi dalam bulan Sepember-Oktober 2007 dan kemudian membuat urutan prioritas cacat dimulai dari yang paling sering terjadi dengan membuat diagram paretonya

2. Menganalisa penyebab-penyebab cacat yang terjadi dengan membuat diagram fishbone untuk kemudian dilakukan perbaikan.

4.2.3.1 Penyusunan Jenis-Jenis Cacat

Dari data CTQ kemudian dibuatlah diagram paretonya seperti dapat terlihat di bawah ini untuk melihat lebih jelas besar persentase masing-masing jenis cacat terhadap produk secara keseluruhan.

(19)

Count Percent

Jumlah Cacat Count

91.3 96.5 100.0

19496 1110 747

Percent 91.3 5.2 3.5

Cum %

Luber Kosong

Bocor 20000

15000

10000

5000

0

100 80 60 40 20 0

Pareto Chart of Jumlah Cacat

Diagram 4.2 Diagram Pareto Jumlah Cacat

Dari diagram diatas, dapat diketahui bahwa jenis cacat yang diperlukan penanganan khusus adalah bocor mengingat persentasenya yang paling besar yaitu sebesar 91,3 %. Bocor merupakan masalah yang paling mendesak yang harus ditangani.

(20)

4.2.3.2 Analisa Sebab dan Akibat Dengan Diagram Fishbone

Dari diagram ini akan diketahui faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi timbulnya suatu masalah sehingga dapat dilakukan analisa mengenai tindakan perbaikan yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut agar dapat diselesaikan dengan segera.

Diagram 4.3 Cause and Effect Diagram Parameter Jumlah Bocor

Ditinjau dari faktor material dapat dilihat bahwa seringkali material pendukung yang digunakan terlalu tipis sehingga pada saat pengisian maka akibatnya menjadi bocor sehingga dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan/variasi data dari hasil pengujian yang dilakukan.

Ditinjau dari faktor manusia dapat dilihat adalah kurangnya konsentrasi dari pekerja yang melakukan pengujian karena sudah merasa lelah mengakibatkan

(21)

terjadinya kesalahan, atau bisa juga terjadi karena lalai tidak melakukan instruksi yang diberikan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya kesalahan.

Dari faktor metode adalah metode yang dipakai kurang standarisasi antara satu dengan yang lainnya akibat dari sosialisasi yang kurang terkoordinasi dari atas ke bawah.

Dan yang terakhir dari faktor mesin adalah dimana karena kondisi mesin yang sudah tua mengakibatkan pengisian kurang akurat dan juga karena ada kondisi mesin yang rusak sehingga proses produksi tidak berjalan dengan lancar.

(22)

4.2.4 Fase Improve

Di fase yang keempat ini hal yang dilakukan adalah melakukan usaha–usaha peningkatan kualitas dengan bedasarkan hasil fase sebelumnya.

Hal-hal yang perlu dilakukan pada tahap ini :

1. Pembuatan AHP (Analytical Hierarchy Process)

2. Membuat tabel FMEA (Failure Modes and Effect Analysis) dengan cara memberi bobot kepada setiap tipe modus kegagalan potensial yang dapat menimbulkan cacat pada produk berdasarkan tingkat kejadian (occurrence rate), tingkat keparahan (severity rate), serta kemampuan deteksi (detectability) untuk menentukan skor prioritas (Risk Priority Number/RPN).

3. Membuat usulan perbaikan berdasarkan tingkat prioritas untuk mengatasi masalah yang ada.

(23)

4.2.4.1 Pembuatan Analytical Hierarchy Process (AHP)

Berikut adalah hasil dari AHP :

Tabel 4.4 Tabel AHP

Kepala

Produksi Operator Quality Control Kepala

Produksi 1 7 3 Operator 1/7 1 1/4

Quality

Control 1/3 4 1 Total 1 10/21 12 4 1/4

Tabel 4.5 Tabel Normalisasi AHP

Kepala

Produksi Operator Quality

Control Total Row Average Kepala

Produksi 0.68 0.58 0.71 1.97 0.66

Operator 0.10 0.08 0.06 0.24 0.08

Quality

Control 0.23 0.33 0.24 0.79 0.26

Total 1 1 1 3 1

Dapat kita lihat dari pembuatan AHP di atas bahwa untuk pembuatan FMEA sebaiknya dilakukan oleh kepala produksi.

(24)

4.2.4.2 Pembuatan FMEA

Tabel 4.6 Tabel FMEA

Nilai Modus

kegagalan Potensial

Efek Potensial Modus Kegagalan

O S D

RPN Sebab Potensial

Modus Kegagalan Pengendalian

Material tube terlalu tipis

Adanya lem yang merembes keluar

dari tube 7 6 2 84

Kualitas tube yang tidak sama rata

Dilakukan pengendapan selama sehari

Operator lelah

Ada Tube miring/penyok ketika

dimasukkan ke dalam holder

3 6 3 48

Kurangnya

pengawasan dan k arena mengejar target

Meningkatkan pengawasan

Tekanan angin tidak sesuai dengan setingan

Pengisian tidak

akurat 4 6 3 72

Umur mesin yang sudah lama dan perawatan yang kurang teratur

Dilakukan perawatan yang teratur

Operator tidak teliti (lalai)

Terjadinya salah

setting 3 5 3 45

Operator kurang pengalaman

Memperbaiki setingan dan meningkatkan pengawasan

(25)

Dari tabel FMEA di atas dapat kita lihat bahwa nilai RPN yang paling tinggi yang artinya adalah prioritas utama untuk ditangani adalah untuk penyebab material tube yang terlalu tipis dengan nilai RPN sebesar 84 yang disebabkan oleh kualitas tube yang tidak sama rata.

Upaya pengendalian dilakukan dengan pengendapan selama sehari yang bertujuan untuk mencegah produk cacat yang bocor agar tidak sampai ke tangan konsumen.

4.2.4.3 Usulan Perbaikan Untuk Pengurangan Produk Cacat

Agar lebih baik lagi dalam upaya pengurangan jumlah cacat pada produk hingga zero defect, dapat dilakukan beberapa usulan sebagai berikut :

1. Meminta pemasok agar dapat meningkatkan akan kualitas tube yang dihasilkan.

2. Mengupayakan untuk mencari pemasok lain yang dapat memberikan tube dengan kualitas yang lebih baik dengan harga yang sama.

3. Melakukan perawatan secara teratur.

4. Meningkatkan pengawasan terhadap pekerjaan operator.

5. Memastikan setingan awal sudah benar.

(26)

4.2.5 Fase Control

Fase yang terakhir adalah fase Control. Pada fase ini seluruh usaha peningkatan yang ada disimulasikan secara teknis, dan seluruh usaha tersebut kemudian didokumentasikan dan kemudian disosialisasikan ke seluruh karyawan perusahaan agar dapat berjalan dengan baik.

4.2.5.1 Simulasi Peningkatan Secara Teknis

Sesudah solusi-solusi perbaikan yang dapat dilakukan diterapkan maka akan diperoleh hasil berupa peningkatan kinerja produk dalam arti disini pengurangan jumlah produk cacat.

Berikut adalah tabel peningkatan perbaikan mulai dari 10 % pengurangan cacat hingga mencapai 90 % :

Tabel 4.7 Tabel Simulasi Peningkatan Perbaikan

No

Jenis Cacat

Jumlah Cacat Saat

Ini 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90%

1 Bocor 19432 17489 15546 13602 11659 9716 7773 5830 3886 1943

2

Tube

Kosong 1132 1019 906 792 679 566 453 340 226 113

3

Tube

Luber 790 711 632 553 474 395 316 237 158 79

Total 21354 19219 17084 14947 12812 10677 8542 6407 4270 2135

(27)

4.2.5.2 Dokumentasi dan Sosialisasi Proyek Six Sigma

Langkah terakhir dalam fase ini adalah mendokumentasikan seluruh usaha peningkatan dan mensosialisasikan usaha peningkatan tersebut pada para karyawan.

Untuk dokumentasi dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :

™ Membuat prosedur baru yang disesuaikan dengan peningkatan yang didapat.

™ Pencatatan terhadap seluruh aktivitas proyek.

™ Mendokumentasikan semua pihak yang memiliki andil terhadap upaya peningkatan yang dicapai sebagai dasar pemberian penghargaan perusahaan terhadap mereka yang berjasa.

Setelah didokumentasikan kemudian dilakukan sosialisasi dengan cara sebagai berikut :

™ Pelatihan kepada seluruh karyawan mengenai upaya peningkatan / perbaikan yang dilakukan.

™ Menerapkan sistem reward and punishment kepada seluruh karyawan yang ada.

Gambar

Tabel 4.1 Tabel Jumlah Hasil Produksi dan Jumlah Cacat  Pengamatan  ke-  Jumlah  Produksi  Jumlah Cacat  1 40000 360  2 53333 497  3 53333 502  4 53333 528  5 53333 516
Diagram 4.1 Diagram SIPOC
Gambar 4.1  Operation Process Chart Alico Power Glue
Gambar 4.2 Peta Kendali p jumlah cacat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Analisa ini dipergunakan untuk mengetahui hubungan kekerasan terhadap kekuatan material, apakah kekerasan yang dihasilkan dari proses heat treatment mempengaruhi kekuatan

Dalam halaman menu utama ini penulis menggunakan 1 panel sebagai judul aplikasi dan 8 tombol untuk masing-masing sub menu seperti Obesitas Pada Anak, Penyebab Obesitas Pada

Failure Mode Effect Analysis (FMEA) dan Analytical Hierarchy Process (AHP) Berikut adalah pembobotan untuk masing-masing nilai severity (S), occurence (O) dan detection (D) dari

Setelah mengetahui perhitungan Material Requirement Planning dengan tipe lot size Least Total Cost (LTC) telah selesai, selanjutnya dapat diketahui biaya yang harus dikeluarkan

Berdasarkan data yang dikumpulkan pada tabel 4.12 diketahui bahwa kebutuhan material untuk membuat pasir cetak untuk masing-masing kelompok dalam satu tahun yaitu pasir

Tahap ini merupakan langkah untuk menentukan faktor- faktor utama penyebab terjadinya cacat sleeve retak area moved yang terjadi dalam bulan November 2008 sampai dengan bulan

yang menunjukkan perbandingan ongkos material handling dapat dilihat bahwa total ongkos material handling layout awal pabrik Alumunium Super (Cap Komodo) per satu kali

Untuk dapat menentukan prioritas kedekatan setiap stasiun pada tabel skala prioritas, harus membuat table from to chart terlebih dahulu, data masukan untuk tabel from to chart