• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISI KINERJA BANK DEVISA DAN BANK NON DEVISA DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISI KINERJA BANK DEVISA DAN BANK NON DEVISA DI INDONESIA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISI KINERJA BANK DEVISA DAN BANK NON DEVISA DI INDONESIA

Oleh

Poso Nugroho, SE., MM 030343

UNIVERSITAS GUNADARMA

Januari 2009

(2)

ANALISI KINERJA BANK DEVISA DAN BANK NON DEVISA DI INDONESIA

Poso Nugroho

faso [email protected]

ABSTRAK

Peraturan Bank Indonesia mengenai Arsitektur Perbankan Indonesia merupakan suatu kerangka dasar sistem perbankan Indonesia yang bersifat menyeluruh dan memberikan arah, bentuk, dan tatanan industri perbankan untuk masa yang akan datang. Penelitian ini merumuskan masalah tentang bagaimana kinerja keuangan Bank Devisa dan Bank Non Devisa berdasarkan rentabilitas dan likuiditas. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan triwulan periode Desember 2003 sampai 2007 yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia terdiri dari neraca, laporan laba-rugi, dan laporan perhitungan rasio keuangan.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kinerja keuangan Bank Devisa dan Bank Non Devisa berdasarkan rentabilitas dan likuiditas. Untuk mengetahui tingkat kesehatan bank harus menganalisis dan membahas pokok masalah, maka dengan ini penulis menggunakan metode analisis data berupa analisis rentabilitas dan likuiditas, serta analisis diskriminan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar Bank Devisa menunjukkan kinerja yang baik sedangkan Bank Non Devisa kurang baik berdasarkan rentabilitas dan likuiditas. Berdasarkan hasil analisis diskriminan, rasio ROE merupakan prediktor yang paling berpengaruh dalam pengelompokkan bank menurut Arsitektur Perbankan Indonesia .

Kata Kunci : Arsitektur Perbankan Indonesia, Rentabilitas dan Likuiditas

(3)

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pada pertengahan tahun 1980-an berbagai macam deregulasi dikeluarkan oleh pemerintah untuk menggairahkan industri perbankan. Diawali dengan diluncurkannya Paket Kebijakan 27 Oktober 1988 (PAKTO) yang mencakup bidang keuangan, moneter dan perbankan. Kebijakan di bidang perbankan antara lain meliputi kemudahan-kemudahan dalam membuka kantor bank, dan lembaga keuangan bukan bank, memperkenalkan pendirian bank-bank swasta baru dengan mudah

Kondisi dunia perbankan di Indonesia telah mengalami banyak perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan ini selain disebabkan oleh perkembangan internal dunia perbankan seperti peserta dalam persaingan antar bank dan sebagai bagian organik sistem perbankan. Selain itu, tidak terlepas juga dari pengaruh perekonomian di luar dunia perbankan, seperti sektor riil, teknologi, politik, hukum, sosial, ekonomi makro, dan persaingan.

Pada kasus industri perbankan, krisis perekonomian yang terjadi di wilayah ekonomi Asia Timur dan Asia Tenggara pada tahun 1997 telah membawa dampak terjadinya kemelut di industri perbankan di dalam negeri. Jatuhnya industri perbankan tidak hanya berakibat buruk terhadap sistem perbankan itu sendiri, melainkan juga berpengaruh terhadap kestabilan sektor keuangan secara keseluruhan. Sudah diketahui bersama bahwa penyebab utama krisis perbankan pada tahun 1998 bukan sebagai akibat merosotnya nilai tukar rupiah, namun lebih banyak karena belum berjalannya praktik Good Corporate Governance (GCG) di kalangan perbankan. Selain itu terjadinya pelanggaran Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK), rendahnya core banking skill, rendahnya praktik manajemen risiko, dan adanya dominasi pemegang saham di dalam mengatur operasional perbankan, semuanya itu juga menyebabkan rapuhnya industri perbankan nasional.

Seiring dengan berjalannya kegiatan perbankan di Indonesia, maka perlu adanya tatanan yang baik dan kerangka dasar yang jelas mengenai arah perbankan ke depan.

Arsitektur Perbankan Indonesia (API) pada dasarnya merupakan rangkuman secara garis

besar berbagai kegiatan yang telah dan akan terus dilakukan oleh perbankan maupun Bank

(4)

Indonesia sebagai pengawas bank di dalam mewujudkan struktur perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengelompokkan bank menurut kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia (API) yang mencerminkan kinerja bank,

2. Untuk mengetahui kinerja keuangan perbankan berdasarkan analisis rasio rentabilitas dan likuiditas,

3. Untuk mengetahui tingkat prediksi pengelompokkan masing-masing bank berdasarkan rasio rentabilitas dan likuiditas,

4. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan signifikan antara masing-masing kelompok bank berdasarkan rasio rentabilitas dan rasio likuiditas, serta

5. Untuk mengetahui pendistribusian bank jika mengacu ke pengelompokkan menurut kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia (API) yang didasarkan pada kemampuan modal bank.

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Dahlan Siamat (Manajemen Lembaga Keuangan, Edisi 3, Tahun 2001), modal adalah dana yang diinvestasikan oleh pemilik dalam rangka pendirian badan usaha yang dimaksudkan untuk membiayai kegiatan usaha bank disamping memenuhi peraturan yang ada.

Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia tentang pengertian modal, maka modal bank

terbagi 2 yaitu modal inti dan modal pelengkap. Modal inti terdiri dari modal disetor, agio

saham, cadangan umum, cadangan tujuan, laba ditahan, laba tahun lalu, dan laba tahun

berjalan. Sedangkan modal pelengkap terdiri dari cadangan reevaluasi aktiva tetap,

cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan, modal kuasi, dan pinjaman

subordinasi.

(5)

Kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku.

Pengertian tentang kesehatan bank diatas merupakan suatu batasan yang sangat luas, karena kesehatan bank memang mencakup kesehatan suatu bank untuk melaksanakan seluruh kegiatan usaha perbankannya.

Arsitektur Perbankan Indonesia (API) merupakan suatu kerangka dasar sistem perbankan Indonesia yang bersifat menyeluruh dan memberikan arah, bentuk, dan tatanan industri perbankan untuk rentang waktu lima sampai sepuluh tahun ke depan. Kebijakan arah pengembangan industri perbankan di masa datang seperti yang dirumuskan dalam API dilandasi oleh visi :

1. Menciptakan suatu sistem perbankan yang sehat, kuat dan efisien, 2. Menciptakan kestabilan sistem keuangan,

3. Mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Dalam usaha pencapaian visi API sebagaimana diuraikan sebelumnya, maka Bank Indonesia telah menetapkan beberapa sasaran yang ingin dicapai. Enam pilar tersebut adalah :

a. Struktur Perbankan yang sehat.

b. Sistem Pengaturan yang efektif.

c. Sistem Pengawasan Independen dan Efektif.

d. Industri Perbankan yang sehat.

e. Infrastruktur Pendukung yang Mencukupi.

f. Perlindungan Konsumen

.

METODE PENELITIAN

Untuk mendukung terlaksananya penyusunan tesis ini, pengumpulan data

menggunakan data sekunder berupa Laporan Keuangan triwulan bulan Desember tahun

2003 sampai dengan tahun 2007 dari 34 bank devisa dan 33 bank non devisa yang terdiri

dari laporan neraca, laporan rugi-laba, dan laporan perhitungan rasio keuangan.

(6)

Analisis rasio rentabilitas digunakan untuk menilai tingkat efsiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Analisis rasio likuiditas digunakan untuk menilai kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih.

1. Return on Assets (ROA)

Pengembalian atas asset atau Return on Assets adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba sebelum pajak) yang dihasilkan dari rata-rata total asset bank yang dilaporkan dalam neraca.

Return on Assets = Laba Sebelum Pajak x 100%

Rata-rata Total Asset 2. Return on Equity (ROE)

Pengembalian atas Modal atau Return on Equity adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola modal inti yang tersedia untuk mendapatkan laba bersih.

Return on Equity = Laba Setelah Pajak x 100%

Rata-rata Modal Inti 3. Net Interest Margin (NIM)

Net Interest Margin adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih.

Net Interest Margin = Pendapatan Bunga Bersih x 100%

Rata-rata Aktiva Produktif 4. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya.

BOPO = Biaya Operasional x 100%

Pendapatan Operasional

(7)

5. Loan to Deposit Ratio (LDR)

Loan to Deposit Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar dana pihak ketiga dengan mengandalkan kredit yang telah didistribusikan ke masyarakat sebagai sumber likuiditasnya.

Loan to Deposit Ratio = Kredit yang Diberikan x 100%

Dana Pihak Ketiga

Analisis Diskriminan

Analisis diskriminan merupakan bentuk regresi dengan variabel terikat berbentuk non-metrik atau kategori yang bertujuan untuk mengidentifikasi, mengelompokkan dan membedakan. Analisis diskriminan digunakan untuk membuat satu model prediksi keangggotaan kelompok didasarkan pada karakteristik-karakteristik yang diobservasi untuk masing-masing kasus antara kelompok-kelompok yang dianalisis.

 H

0

: ROA, ROE, NIM, BOPO, dan LDR merupakan prediktor untuk pengelompokkan bank menurut kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia.

 H

1

: ROA, ROE, NIM, BOPO, dan LDR tidak merupakan prediktor untuk pengelompokkan bank menurut kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia.

 Tingkat signifikan yang digunakan adalah 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perkembangan Perbankan

Di dunia perbankan Indonesia, keberadaan bank-bank kecil dipacu Paket Deregulasi

Perbankan Oktober 1988 atau dikenal dengan Pakto 1988. Sejak Pakto 1988 diluncurkan,

jumlah bank umum memang meriah mencapai lebih dari 240 bank, termasuk di dalamnya

bank-bank kecil. Kemudian sebagai gambaran jumlah bank sebelum krisis pada tahun 1997

mencapai 222 bank (tidak termasuk BPR), yang pada akhirnya mengalami penyusutan

hanya mencapai 130 bank pada bulan September 2007. Faktor fundamental profitabilitas

(8)

dari perbankan di tahun 2007 tetap cukup baik, meskipun iklim usaha lebih berat di paruh pertama tahun 2007.

Performen Perbankan

Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan data dalam bentuk kuantitatif dengan tidak menyertakan pengambilan keputusan melalui hipotesis. Data dipresentasikan ke dalam bentuk deskriptif tanpa diolah dengan teknik-teknik analisa statistik lainnya.

Statistik deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai minimum, maximum, jumlah keseluruhan, rata-rata, dan standar deviasi.

Untuk lebih memudahkan dalam menganalisa masalah dalam implementasi Arsitektur Perbankan Indonesia (API), pada daftar lampiran terlihat besarnya rasio-rasio dari masing-masing kelompok bank yang tercermin pada gambar berikut ini :

Hasil Perhitungan BUSN Devisa

-10 0 10 20 30 40

1 2 3 4 5

Tahun 2003 - 2007

0 20 40 60 80

100 ROA

ROE NIM BOPO LDR

Gambar 1. Grafik Hasil Perhitungan BUSN Devisa

Berdasarkan gambar diatas menunjukan bahwa : 1. Return on Assets (ROA)

Kinerja BUSN Devisa tersebut baik karena memiliki nilai ROA di atas angka idealnya

yaitu 1,25%. Tetapi secara keseluruhan artinya BUSN Devisa mampu menghasilkan

keuntungan yang sangat kecil melalui penggunaan aset yang kurang baik.

(9)

2. Return on Equity (ROE)

Kinerja Bank BUSN Devisa sangat baik karena memiliki nilai ROE di atas angka idealnya yaitu 12,5%. Tetapi secara keseluruhan artinya BUSN Devisa mampu dalam modal intinya.

3. Net Interest Margin (NIM)

Kinerja BUSN Devisa tersebut sangat baik karena memiliki nilai NIM di atas angka idealnya yaitu 2%. Artinya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola BUSN Devisa mengalami peningkatan sehingga keuntungan yang diperoleh sangat tinggi.

4. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO).

Kinerja BUSN Devisa tersebut baik karena memiliki nilai BOPO di bawah angka idealnya yaitu 96%. Artinya kinerja BUSN Devisa sangat baik sehingga biaya operasional tidak terlalu tinggi.

5. Loan To Deposit Ratio (LDR)

Kinerja BUSN Devisa, sangat baik karena memiliki nilai LDR di bawah angka idealnya yaitu 85%. Artinya kinerja BUSN Devisa sangat baik dan mampu menjalankan bisnis perbankannya.

Hasil Perhitungan BUSN Non Devisa

-30 -20 -10 0 10 20 30 40 50

1 2 3 4 5

Tahun 2003 - 2007

0 20 40 60 80 100 120

ROA ROE NIM BOPO LDR

Gambar 2. Grafik Hasil Perhitungan BUSN Non Devisa Berdasarkan gambar diatas menunjukan bahwa :

1. Return on Assets (ROA)

(10)

Kinerja BUSN Non Devisa tersebut kurang baik karena memiliki nilai ROA di bawah angka idealnya yaitu 1,25%. Tetapi secara keseluruhan artinya BUSN Non Devisa tidak mampu dalam penggunaan aset yang kurang baik.

2. Return on Equity (ROE)

Kinerja Bank BUSN Non Devisa sangat baik karena memiliki nilai ROE di bawah angka idealnya yaitu 12,5%. Tetapi secara keseluruhan artinya BUSN Non Devisa tidak mampu dalam modal intinya.

3. Net Interest Margin (NIM)

Kinerja BUSN Non Devisa tersebut sangat baik karena memiliki nilai NIM di atas angka idealnya yaitu 2%. Artinya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola BUSN Non Devisa mampu memperoleh keuntungan yang baik.

4. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Kinerja BUSN Non Devisa tersebut baik karena memiliki nilai BOPO di bawah angka idealnya yaitu 96%. Artinya kinerja BUSN Devisa sangat baik sehingga biaya operasional tidak terlalu tinggi.

5. Loan To Deposit Ratio (LDR)

Kinerja BUSN Non Devisa, sangat baik karena memiliki nilai LDR di bawah angka idealnya yaitu 85%. Artinya kinerja BUSN Non Devisa sangat baik dan mampu menjalankan bisnis perbankannya.

Analisis Diskriminan

Analisis diskriminan bertujuan untuk mengidentifikasi suatu objek, mengelompokkannya, dan kemudian menganalisis perbedaan pada kelompok tersebut.

Untuk melakukan analisis diskriminan ada 2 tahap yang harus dilakukan yaitu : I. Melakukan interpretasi untuk menjawab masalah dalam penelitian digunakan 2

pengujian sebagai berikut :

a. Menganalisis ringkasan fungsi-fungsi diskriminan kanonikal.

1. Korelasi antara variable tergantung kelompok bank dengan lima variabel

bebas ROA, ROE, NIM, BOPO, dan LDR adalah :

(11)

Tabel 1. Eigenvalues

Pada tabel 1 korelasi didapatkan sebesar 0,274. Artinya korelasi antar variabel terikat dan variabel bebas rendah karena angka mendekati 0.

2. Angka akhir (ringkasan) Wilks’ Lambda :

Tabel .2. Wilks’ Lambda

Test of Function (s) Wilks' Lambda Chi-square df Sig.

1 0, 925 5.022 5 0,025

Berdasarkan tabel 2 nilai tingkat signifikansi dari Wilks’ Lambda sebesar 0,025 atau lebih kecil dari 0,05 yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara kedua kelompok bank yaitu kelompok BUSN Devisa dan BUSN Non Devisa yang didasarkan pada kelima faktor variabel bebas yaitu rasio ROA, ROE, NIM, BOPO, dan LDR.

3. Korelasi antara variabel bebas dengan diskriminan yang sudah terbentuk:

Tabel 3. Structure Matrix

Function

1

BOPO 1,000

ROE -0,302

ROA 0,280

LDR 0,220

NIM 0,091

Pooled within-groups correlations between disciminating variable and standardized canonical discriminant functions

Variables ordered by absolute size of correlation within function.

Angka-angka di atas menunjukkan korelasi antara kelima variabel bebas dengan diskriminan yang sudah terbentuk dengan urutan sebagai berikut:

Function Eigenvalue % of Variance Cumulative % Canonical Correlation

1 0,081 100,0 100,0 0,274

a. First 1 canonical discriminant function were used in the analysis.

(12)

 BOPO sebesar 1,000; korelasi sangat tinggi

 ROE sebesar –0,302; korelasi sangat rendah

 ROA sebesar 0,280; korelasi sangat rendah

 LDR sebesar 0,220; korelasi sangat rendah

 NIM sebesar 0,091; korelasi sangat lema

Tabel 4. Function at Group Centroids Function

Kelompok bank 1

BUSN Devisa 0,276

Busn Non Devisa -0,284

Unstandardized canonical discriminat functions evaluated at group means.

Berdasarkan angka pada tabel 4 terdapat dua kelompok yang berbeda, yaitu kelompok BUSN Devisa dengan centroid (rata-rata kelompok) positif sebesar 0,276 dan kelompok BUSN Non Devisa dengan centroid (rata-rata kelompok) negative sebesar – 0,284.

b. Menguji kesamaan rata-rata kelompok

Tabel 5. Tests of Equality of Group Means

Wilks’ Lambda F df1 df2 Sig.

ROA 0,853 9,254 1 67 0,003

ROE 0,768 10,193 1 67 0,002 NIM 0,898 0,068 1 67 0,765 BOPO 0,725 23,568 1 67 0,001

LDR 0,958 0,356 1 67 0,356

 Untuk variabel bebas ROA sebesar 0,853

 Untuk variabel bebas ROE sebesar 0,768

 Untuk variabel bebas NIM sebesar 0,898

 Untuk variabel bebas BOPO sebesar 0,725

 Untuk variabel bebas LDR sebesar 0,958

II. Melakukan analisis lanjut untuk membuat kesimpulan

a. Group Statistics

(13)

Tabel 6. Group Statistics

Valid N (listwise) Kelompok bank Mean Std. Deviation Unweighted Weighted

BUSN Devisa ROA 1,33 5,90 34 34,000

ROE 14,95 15,31 34 34,000

NIM 6,86 5,94 34 34,000

BOPO 86,93 14,65 34 34,000

LDR 67,00 17,74 34 34,000

BUSN Non Devisa ROA -6,35 45,86 33 33,000

ROE 7,62 10,27 33 33,000

NIM 13,01 34,72 33 33,000

BOPO 92,90 24,65 33 33,000

LDR 70,64 21,70 33 33,000

Total ROA -2,45 32,44 67 67,000

ROE 11,34 13,49 67 67,000

NIM 9,89 24,74 67 67,000

BOPO 89,87 20,27 67 67,000

LDR 68,79 19,72 67 67,000

Dari tampilan tabel 6 jelas bahwa nilai rata-rata variabel bebas antara kelompok BUSN Devisa dengan BUSN Non Devisa kegiatan berbeda yaitu:

 Pada variabel rasio ROA untuk kelompok BUSN Devisa mempunyai nilai rata- rata sebesar 1,33% dengan standar deviasi 5,90%; sedangkan untuk kelompok BUSN Non Devisa mempunyai nilai rata-rata sebesar -6,35% dengan standar deviasi 45,86%. Artinya rata-rata rasio ROA pada kelompok BUSN Devisa lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok BUS Non Devisa.

 Pada variabel rasio ROE untuk kelompok bank BUSN Devisa mempunyai nilai rata-rata sebesar 14,95% dengan standar deviasi 15,31%; sedangkan untuk kelompok BUSN Non Devisa mempunyai nilai rata-rata sebesar 7,62% dengan standar deviasi 10,27%. Artinya rata-rata rasio ROE pada BUSN Devisa lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok BUSN Non Devisa.

 Pada variabel rasio NIM untuk kelompok BUSN Devisa mempunyai nilai rata-

rata sebesar 6,86% dengan standar deviasi 5,94%; sedangkan untuk kelompok

BUSN Non Devisa mempunyai nilai rata-rata sebesar 13,01% dengan standar

(14)

deviasi 34,72%. Artinya rata-rata rasio NIM pada kelompok BUSN Devisa lebih rendah dibandingkan dengan kelompok BUSN Non Devisa.

 Pada variabel rasio BOPO untuk kelompok BUSN Devisa mempunyai nilai rata- rata sebesar 86,93% dengan standar deviasi 14,65%; sedangkan untuk BUSN Non Devisa mempunyai nilai rata-rata sebesar 92,90% dengan standar deviasi 24,65%. Artinya rata-rata rasio BOPO pada kelompok BUSN Devisa lebih rendah dibandingkan dengan kelompok BUSN Non Devisa.

 Pada variabel rasio LDR untuk kelompok BUSN Devisa mempunyai nilai rata- rata sebesar 67,00% dengan standar deviasi 17,74%; sedangkan untuk kelompok BUSN Non Devisa mempunyai nilai rata-rata sebesar 70,64% dengan standar deviasi 21,70%. Artinya rata-rata rasio LDR pada kelompok BUSN Devisa lebih rendah dibandingkan dengan kelompok BUSN Non Devisa.

Jika dilihat dari angka-angka di atas, maka perbedaan rata-rata tersebut belum menjamin terdapatnya perbedaan yang signifikan. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis lebih mendalam.

b. Variabel-variabel yang dimaksudkan

Tabel 7. Variables Entered/Removed

Entered Wilks' Lambda

Statistic df1 df2 df3 Exact F

Step Statistic df1 df2 Sig.

1 ROE 0,925 1 1 65,000 5,263 1 65,000 0,025

At each step, the variable that minimizes the overall Wilks' Lambda is entered.

a Maximum number of steps is 10.

b Minimum partial F to enter is 3.84.

c Maximum partial F to remove is 2.71.

d F level, tolerance, or VIN insufficient for further computation

.

Pada tabel 7 terlihat hanya satu variabel yang dimasukkan ke dalam persamaan

diskriminan karena kita menggunakan metode stepwise, yaitu memasukkan variabel

satu persatu tidak secara sekaligus seperti pada analisis bagian awal di atas. Oleh

kerana itu, hanya variabel-variabel yang mempunyai nilai F tinggi yang

dimasukkan, yaitu variabel ROE dengan nilai F sebesar 5,263 . Hal ini terlihat

(15)

dalam perbedaan rata-rata deskriptif juga, sehingga perbedaan dalam satu kondisi ini memang signifikan.

c. Variabel yang dianalisis

Tabel 8. Variables in the Analysis

Step Tolerance F to Remove

1 ROE 1.000 5.263

Berdasarkan tabel 8 angka Signifikan of F to Remove di mana yang angkanya tabel di atas menunjukkan variabel ROE mempunyai signifikansi sebesar 5,263.

d. Wilks’ Lambda

Tabel 9. Wilks’ Lambda

Number of Exact F

Step Variables Lambda df1 df2 df3 Statistic df1 df2 Sig.

1 1 0,853 1 1 125 21,478 1 125 0,000

2 2 0,811 2 1 125 14,489 2 124 0,000

Jika dilihat angka Wilks’ Lambda pada tabel 9, maka terjadi proses tahap pertama besarnya angka Lambda ialah 0,853, kemudian pada tahap kedua menjadi 0,811.

Pengertiannya ialah karena angka Wilks’ Lambda merupakan jumlah varian diskriminan nilai yang tidak dapat dijelaskan oleh adanya perbedaan dalam kelompok-kelompok yang diteliti. Angka signifikansi untuk dua variabel adalah sebesar 0,000 atau lebih kecil dari 0,05. Artinya kedua variabel pada masing-masing kelompok benar-benar signifikan atau berbeda secara nyata.

e. Ringkasan fungsi-fungsi diskriminan kanonikal

Untuk melakukan ringkasan fungsi-fungsi diskriminan kanonikal digunakan empat langkah sebagai berikut:

1. Nilai Korelasi Kanonikal Eigenvalues

Tabel 10. Eigenvalues

Canonical Function Eigenvalue % of Variance Cumulative % Correlation

1 0, 081 100,0 100,0 0, 274

a. First 1 canonical discriminant function were used in the analysis.

(16)

Berdasarkan tabel 10 terlihat bahwa nilai korelasi kanonikal antar variabel 0,274, berarti hubungannya rendah.

2. Wilks’ Lambda

Tabel 11. Wilks’ Lambda Wilks'

Test of Function (s) Lambda Chi-square df Sig.

1 0, 925 5,022 1 0, 025

Berdasarkan tabel 11 maka angka signifikansi dalam Wilks’ Lambda sebesar 0,025 merupakan angka terakhir yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dalam variabel bebas, yaitu ROE.

3. Structure Matrix

Tabel 12. Structure Matrix Function

1

ROE 1,000

BOPO -0,302

ROA 0,280

LDR 0,220

NIM 0,091

Pooled within-groups correlations between discriminating variables and standardized canonical discriminant functions Variables ordered by absolute size of correlation within function.

a This variable not used in the analysis

Sama dengan pembahasan sebelumnya, maka berdasarkan tabel 12 terlihat bahwa variabel bebas ROE dengan korelasi sebesar 1,000 merupakan variabel bebas yang paling tinggi korelasinya, kemudian diikuti variabel BOPO sebesar - 0,302, variabel ROA sebesar 0,280, variabel LDR sebesar 0,220, dan variabel NIM sebesar 0,091.

4. Canonical Discriminant Function Coefficients

Tabel 13. Canonical Discriminant Function Coefficients Function

1

ROE 1,000

Unstandardized coefficients

(17)

Berdasarkan tabel 13 menunjukkan fungsi diskriminan dengan persamaan sebagai berikut:

D Score = 1,000 (ROE) 5. Rata-rata kelompok (Group Centroids)

Tabel 14. Functions at Group Centroids Function

Kelompok bank 1

BUSN Devisa 0,276

BUSN Non Devisa -0,284 Unstandardized canonical discriminat functions evaluated at group means.

Berdasarkan tabel 14 terlihat bahwa BUSN Devisa dengan rata-rata kelompok (centroid) positif sebesar 0,276 dan BUSN Non Devisa dengan rata-rata kelompok (centroid) negatif sebesar -0,284.

f. Statistik Klasifikasi

Untuk melakukan statistik klasifikasi digunakan tiga langkah sebagai berikut:

1. Ringkasan proses klasifikasi

Tabel 15. Classification Processing Summary

Processed 67

Excluded Missing or out-of-range

group codes 0

At least one missing

Discriminating variable 0

Used in Output 67

Berdasarkan tabel 15 menunjukkan jumlah bank sebanyak 67 yang diproses dan tidak ada yang tidak diproses (missing).

2. Prior probability for group

Tabel 16. Prior Probability for Group

Cased Used in Analysis Kelompok bank Prior Unweighted Weighted

BUSN Devisa 0,500 34 34,000

BUSN Non Devisa 0,500 33 33,000

Total 1,000 67 67,000

(18)

Pada tabel 16 klasifikasi kelompok bank ada dua, yaitu kelompok BUSN Devisa sebanyak 34 bank dan kelompok BUSN Non Devisa sebanyak 33 bank.

3. Hasil Klasifikasi

Tabel 17. Classification Results

b

Predicted Group Membership Total Kelompok Bank BUSN Devisa BUSN Non Devisa

Original Count BUSN Devisa 18 16 34

BUSN Non Devisa 12 21 33

Ungrouped cases 9 0 9

% BUSN Devisa 52,9 47,1 100,0

BUSN Non Devisa 36,4 63,6 100,0

Ungrouped cases 100,0 0 100,0

Cross validated Count BUSN Devisa 34 0 34

BUSN Non Devisa 33 0 33

% BUSN Devisa 100,0 0 100,0

BUSN Non Devisa 100,0 0 100,0

a Cross validation is done only for those cases in the analysis. In cross validation, each case is classified by the functions derived from all cases other than that case.

b 58.2% of original grouped cases correctly classified.

c 50.7% of cross-validated grouped cases correctly classified

Berdasarkan tabel 17, maka hasil klasifikasi tersebut menunjukkan bahwa dari 34 BUSN Devisa, 16 bank atau 47,1%. diantaranya masuk ke dalam klasifikasi BUSN Non Devisa karena memiliki nilai rata-rata rasio pada variabel diskriminan lebih mendekati BUSN Devisa. Kemudian dari 33 BUSN Non Devisa, 12 bank atau 52,9% diantaranya masuk ke dalam klasifikasi BUSN Devisa karena memiliki nilai rata-rata rasio pada variabel diskriminan lebih mendekati BUSN Devisa. Jadi dari 67 sampel bank yang dikelompokkan dapat menjelaskan ketepatan klasifikasi sebesar :

= 18 BUSN Devisa + 21 BUSN Non Devisa = 0,582 atau 58,2%

67 sampel bank

III. Kesimpulan

Berdasarkan output dari tahap 1 dan 2 maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

(19)

a. Berdasarkan analisis di atas maka kesimpulannya adalah terdapat perbedaan signifikan antara kelompok BUSN Devisa dan kelompok BUSN Non Devisa.

Faktor-faktor yang membuat berbeda adalah ROE.

b. Ketepatan fungsi diskriminan yang sudah dibuat adalah sebesar ketepatannya karena mendekati 100%.

c. Persamaan fungsi diskriminannya adalah:

D = 1,000 (ROE)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dari penelitian ini adalah :

1. Pengelompokkan bank menurut kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia memang mencerminkan kinerja bank karena dengan dibentuknya struktur permodalan yang kuat maka dapat melakukan ekspansi kredit sehingga akan berdampak pada peningkatan profitabilitas bank dan pertumbuhan modal secara organik.

2. Menurut analisis rasio rentabilitas dan likuiditas sebagian besar Busn Devisa lebih baik dari BUSN Non Devisa. Tingkat prediksi pengelompokkan masing-masing bank berdasarkan rasio rentabilitas dan likuiditas. Rasio-rasio yang paling berpengaruh adalah rasio Return On Equity (ROE) karena memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,025.

3. Berdasarkan hasil analisis diskriminan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara kelompok BUSN Devisa dan kelompok BUSN Non Devisa.

3.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, dapat dikemukakan beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Adapun saran yang diberikan antara lain:

1. Untuk bank yang memiliki rentabilitas rendah, sebaiknya dapat menambah kekuatan

asetnya, modal sendiri, dan pendapatan operasional yang lebih besar sehingga dapat

meningkatkan kemampuan bank dalam menghasilkan keuntungan..

(20)

2. Pengelolaan likuiditas bank sangat penting bagi kinerja bank secara mikro. Akan tetapi secara keseluruhan juga sangat penting karena kondisi yang kondusif bagi pengelolaan likuiditas yang sehat juga sangat penting bagi pelaksanaan kebijakan moneter.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Fahmi dan Bambang Priyo Jatmiko. 2007. Berlomba Status dalam Arsitektur Perbankan. Bisnis Indonesia, www.bisnis.com.

Budisantoso, Totok dan Sigit Trianandru. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain.

Edisi 2. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Dendawijaya, Lukman. 2003. Manajemen Perbankan. Cetakan kedua. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta

Fitch. 2007. Kinerja Perbankan Indonesia Lebih Baik. Ekonomi Bisnis, www.antara.co.id.

Kasmir. 2004. Manajemen Perbankan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Payamta & Mas’ud Machfoed. 1999. Evaluasi Kierja Perusahaan Perbankan Sebelum dan Sesudah Menjadi Perusahaan Publik Di BEJ. Kelola No. 20/VII.

Pratista, Arif. 2001. Aplikasi SPSS 10.05 dalam Statistik dan Rancangan Percobaan.

CV Alphabeta. Bandung.

Retnadi, Djoko. 2006. Memilih Bank yang Sehat. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Ritonga, Jhon Tafbu. 2006. Arsitektur Perbankan Indonesia. Bisnis-Tinjauan Ekonomi, www.bisnis.com.

Siamat, Dahlan. 2001. Manajemen Lembaga Keuangan. Edisi 3. Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Soedrajad. 2004. Menuju Sistim Perbankan untuk Mendukung Pembangunan

Nasional. Kolom Pakar, www.pacific.net.id/pakar/banking.html

Gambar

Gambar 1.  Grafik Hasil Perhitungan BUSN Devisa
Gambar 2. Grafik Hasil Perhitungan BUSN Non Devisa  Berdasarkan gambar diatas menunjukan bahwa  :
Tabel 1. Eigenvalues
Tabel 4.  Function at Group Centroids  Function
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “ Aplikasi Tepung Ubi Jalar

Ketika pengurusan perijinan selesai kita bisa langsung memasarkan proyek dengan program yang dirancang dengan baik, sehingga dalam waktu kurang dari enam bulan sudah terjual

Bilamana pustaka yang dikutip ditulis oleh tiga orang atau lebih, dicantumkan nama belakang penulis pertama sedangkan nama penulis lainnya tidak perlu dicantumkan,

In that case, you should now go to Layout Mode and choose Layouts ➪ New Layout/Report, select Contacts from the Show Records From pull-down menu, enter “Contacts” into the

The slave VCSEL is shown to respond only strongly to the wavelength but not the data from the master DFB laser, with good upstream transmission performance obtained over 25-km

To push aside these and other deficiencies that stem from inserting all types of data values into SQL statements, ADO.NET includes the parameter , an object that bridges the gap

For the time being, we will modify the FeedList class in our example application to display both the name and part of the description fields of a Feed object, instead of just

Dengan menggunakan persamaan next st at e at au St at e Diagram yang diket ahui, buat lah t abel present st at e/ next st at e unt uk rangkaian yang akan dibangun. Tambahkan