ANALISI KINERJA BANK DEVISA DAN BANK NON DEVISA DI INDONESIA
Oleh
Poso Nugroho, SE., MM 030343
UNIVERSITAS GUNADARMA
Januari 2009
ANALISI KINERJA BANK DEVISA DAN BANK NON DEVISA DI INDONESIA
Poso Nugroho
faso [email protected]
ABSTRAK
Peraturan Bank Indonesia mengenai Arsitektur Perbankan Indonesia merupakan suatu kerangka dasar sistem perbankan Indonesia yang bersifat menyeluruh dan memberikan arah, bentuk, dan tatanan industri perbankan untuk masa yang akan datang. Penelitian ini merumuskan masalah tentang bagaimana kinerja keuangan Bank Devisa dan Bank Non Devisa berdasarkan rentabilitas dan likuiditas. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan triwulan periode Desember 2003 sampai 2007 yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia terdiri dari neraca, laporan laba-rugi, dan laporan perhitungan rasio keuangan.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kinerja keuangan Bank Devisa dan Bank Non Devisa berdasarkan rentabilitas dan likuiditas. Untuk mengetahui tingkat kesehatan bank harus menganalisis dan membahas pokok masalah, maka dengan ini penulis menggunakan metode analisis data berupa analisis rentabilitas dan likuiditas, serta analisis diskriminan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar Bank Devisa menunjukkan kinerja yang baik sedangkan Bank Non Devisa kurang baik berdasarkan rentabilitas dan likuiditas. Berdasarkan hasil analisis diskriminan, rasio ROE merupakan prediktor yang paling berpengaruh dalam pengelompokkan bank menurut Arsitektur Perbankan Indonesia .
Kata Kunci : Arsitektur Perbankan Indonesia, Rentabilitas dan Likuiditas
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pada pertengahan tahun 1980-an berbagai macam deregulasi dikeluarkan oleh pemerintah untuk menggairahkan industri perbankan. Diawali dengan diluncurkannya Paket Kebijakan 27 Oktober 1988 (PAKTO) yang mencakup bidang keuangan, moneter dan perbankan. Kebijakan di bidang perbankan antara lain meliputi kemudahan-kemudahan dalam membuka kantor bank, dan lembaga keuangan bukan bank, memperkenalkan pendirian bank-bank swasta baru dengan mudah
Kondisi dunia perbankan di Indonesia telah mengalami banyak perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan ini selain disebabkan oleh perkembangan internal dunia perbankan seperti peserta dalam persaingan antar bank dan sebagai bagian organik sistem perbankan. Selain itu, tidak terlepas juga dari pengaruh perekonomian di luar dunia perbankan, seperti sektor riil, teknologi, politik, hukum, sosial, ekonomi makro, dan persaingan.
Pada kasus industri perbankan, krisis perekonomian yang terjadi di wilayah ekonomi Asia Timur dan Asia Tenggara pada tahun 1997 telah membawa dampak terjadinya kemelut di industri perbankan di dalam negeri. Jatuhnya industri perbankan tidak hanya berakibat buruk terhadap sistem perbankan itu sendiri, melainkan juga berpengaruh terhadap kestabilan sektor keuangan secara keseluruhan. Sudah diketahui bersama bahwa penyebab utama krisis perbankan pada tahun 1998 bukan sebagai akibat merosotnya nilai tukar rupiah, namun lebih banyak karena belum berjalannya praktik Good Corporate Governance (GCG) di kalangan perbankan. Selain itu terjadinya pelanggaran Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK), rendahnya core banking skill, rendahnya praktik manajemen risiko, dan adanya dominasi pemegang saham di dalam mengatur operasional perbankan, semuanya itu juga menyebabkan rapuhnya industri perbankan nasional.
Seiring dengan berjalannya kegiatan perbankan di Indonesia, maka perlu adanya tatanan yang baik dan kerangka dasar yang jelas mengenai arah perbankan ke depan.
Arsitektur Perbankan Indonesia (API) pada dasarnya merupakan rangkuman secara garis
besar berbagai kegiatan yang telah dan akan terus dilakukan oleh perbankan maupun Bank
Indonesia sebagai pengawas bank di dalam mewujudkan struktur perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengelompokkan bank menurut kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia (API) yang mencerminkan kinerja bank,
2. Untuk mengetahui kinerja keuangan perbankan berdasarkan analisis rasio rentabilitas dan likuiditas,
3. Untuk mengetahui tingkat prediksi pengelompokkan masing-masing bank berdasarkan rasio rentabilitas dan likuiditas,
4. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan signifikan antara masing-masing kelompok bank berdasarkan rasio rentabilitas dan rasio likuiditas, serta
5. Untuk mengetahui pendistribusian bank jika mengacu ke pengelompokkan menurut kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia (API) yang didasarkan pada kemampuan modal bank.
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Dahlan Siamat (Manajemen Lembaga Keuangan, Edisi 3, Tahun 2001), modal adalah dana yang diinvestasikan oleh pemilik dalam rangka pendirian badan usaha yang dimaksudkan untuk membiayai kegiatan usaha bank disamping memenuhi peraturan yang ada.
Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia tentang pengertian modal, maka modal bank
terbagi 2 yaitu modal inti dan modal pelengkap. Modal inti terdiri dari modal disetor, agio
saham, cadangan umum, cadangan tujuan, laba ditahan, laba tahun lalu, dan laba tahun
berjalan. Sedangkan modal pelengkap terdiri dari cadangan reevaluasi aktiva tetap,
cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan, modal kuasi, dan pinjaman
subordinasi.
Kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku.
Pengertian tentang kesehatan bank diatas merupakan suatu batasan yang sangat luas, karena kesehatan bank memang mencakup kesehatan suatu bank untuk melaksanakan seluruh kegiatan usaha perbankannya.
Arsitektur Perbankan Indonesia (API) merupakan suatu kerangka dasar sistem perbankan Indonesia yang bersifat menyeluruh dan memberikan arah, bentuk, dan tatanan industri perbankan untuk rentang waktu lima sampai sepuluh tahun ke depan. Kebijakan arah pengembangan industri perbankan di masa datang seperti yang dirumuskan dalam API dilandasi oleh visi :
1. Menciptakan suatu sistem perbankan yang sehat, kuat dan efisien, 2. Menciptakan kestabilan sistem keuangan,
3. Mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Dalam usaha pencapaian visi API sebagaimana diuraikan sebelumnya, maka Bank Indonesia telah menetapkan beberapa sasaran yang ingin dicapai. Enam pilar tersebut adalah :
a. Struktur Perbankan yang sehat.
b. Sistem Pengaturan yang efektif.
c. Sistem Pengawasan Independen dan Efektif.
d. Industri Perbankan yang sehat.
e. Infrastruktur Pendukung yang Mencukupi.
f. Perlindungan Konsumen
.METODE PENELITIAN
Untuk mendukung terlaksananya penyusunan tesis ini, pengumpulan data
menggunakan data sekunder berupa Laporan Keuangan triwulan bulan Desember tahun
2003 sampai dengan tahun 2007 dari 34 bank devisa dan 33 bank non devisa yang terdiri
dari laporan neraca, laporan rugi-laba, dan laporan perhitungan rasio keuangan.
Analisis rasio rentabilitas digunakan untuk menilai tingkat efsiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Analisis rasio likuiditas digunakan untuk menilai kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih.
1. Return on Assets (ROA)
Pengembalian atas asset atau Return on Assets adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba sebelum pajak) yang dihasilkan dari rata-rata total asset bank yang dilaporkan dalam neraca.
Return on Assets = Laba Sebelum Pajak x 100%
Rata-rata Total Asset 2. Return on Equity (ROE)
Pengembalian atas Modal atau Return on Equity adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola modal inti yang tersedia untuk mendapatkan laba bersih.
Return on Equity = Laba Setelah Pajak x 100%
Rata-rata Modal Inti 3. Net Interest Margin (NIM)
Net Interest Margin adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih.
Net Interest Margin = Pendapatan Bunga Bersih x 100%
Rata-rata Aktiva Produktif 4. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya.
BOPO = Biaya Operasional x 100%
Pendapatan Operasional
5. Loan to Deposit Ratio (LDR)
Loan to Deposit Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar dana pihak ketiga dengan mengandalkan kredit yang telah didistribusikan ke masyarakat sebagai sumber likuiditasnya.
Loan to Deposit Ratio = Kredit yang Diberikan x 100%
Dana Pihak Ketiga
Analisis Diskriminan
Analisis diskriminan merupakan bentuk regresi dengan variabel terikat berbentuk non-metrik atau kategori yang bertujuan untuk mengidentifikasi, mengelompokkan dan membedakan. Analisis diskriminan digunakan untuk membuat satu model prediksi keangggotaan kelompok didasarkan pada karakteristik-karakteristik yang diobservasi untuk masing-masing kasus antara kelompok-kelompok yang dianalisis.
H
0: ROA, ROE, NIM, BOPO, dan LDR merupakan prediktor untuk pengelompokkan bank menurut kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia.
H
1: ROA, ROE, NIM, BOPO, dan LDR tidak merupakan prediktor untuk pengelompokkan bank menurut kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia.
Tingkat signifikan yang digunakan adalah 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan Perbankan
Di dunia perbankan Indonesia, keberadaan bank-bank kecil dipacu Paket Deregulasi
Perbankan Oktober 1988 atau dikenal dengan Pakto 1988. Sejak Pakto 1988 diluncurkan,
jumlah bank umum memang meriah mencapai lebih dari 240 bank, termasuk di dalamnya
bank-bank kecil. Kemudian sebagai gambaran jumlah bank sebelum krisis pada tahun 1997
mencapai 222 bank (tidak termasuk BPR), yang pada akhirnya mengalami penyusutan
hanya mencapai 130 bank pada bulan September 2007. Faktor fundamental profitabilitas
dari perbankan di tahun 2007 tetap cukup baik, meskipun iklim usaha lebih berat di paruh pertama tahun 2007.
Performen Perbankan
Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan data dalam bentuk kuantitatif dengan tidak menyertakan pengambilan keputusan melalui hipotesis. Data dipresentasikan ke dalam bentuk deskriptif tanpa diolah dengan teknik-teknik analisa statistik lainnya.
Statistik deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai minimum, maximum, jumlah keseluruhan, rata-rata, dan standar deviasi.
Untuk lebih memudahkan dalam menganalisa masalah dalam implementasi Arsitektur Perbankan Indonesia (API), pada daftar lampiran terlihat besarnya rasio-rasio dari masing-masing kelompok bank yang tercermin pada gambar berikut ini :
Hasil Perhitungan BUSN Devisa
-10 0 10 20 30 40
1 2 3 4 5
Tahun 2003 - 2007
0 20 40 60 80
100 ROA
ROE NIM BOPO LDR
Gambar 1. Grafik Hasil Perhitungan BUSN Devisa
Berdasarkan gambar diatas menunjukan bahwa : 1. Return on Assets (ROA)
Kinerja BUSN Devisa tersebut baik karena memiliki nilai ROA di atas angka idealnya
yaitu 1,25%. Tetapi secara keseluruhan artinya BUSN Devisa mampu menghasilkan
keuntungan yang sangat kecil melalui penggunaan aset yang kurang baik.
2. Return on Equity (ROE)
Kinerja Bank BUSN Devisa sangat baik karena memiliki nilai ROE di atas angka idealnya yaitu 12,5%. Tetapi secara keseluruhan artinya BUSN Devisa mampu dalam modal intinya.
3. Net Interest Margin (NIM)
Kinerja BUSN Devisa tersebut sangat baik karena memiliki nilai NIM di atas angka idealnya yaitu 2%. Artinya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola BUSN Devisa mengalami peningkatan sehingga keuntungan yang diperoleh sangat tinggi.
4. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO).
Kinerja BUSN Devisa tersebut baik karena memiliki nilai BOPO di bawah angka idealnya yaitu 96%. Artinya kinerja BUSN Devisa sangat baik sehingga biaya operasional tidak terlalu tinggi.
5. Loan To Deposit Ratio (LDR)
Kinerja BUSN Devisa, sangat baik karena memiliki nilai LDR di bawah angka idealnya yaitu 85%. Artinya kinerja BUSN Devisa sangat baik dan mampu menjalankan bisnis perbankannya.
Hasil Perhitungan BUSN Non Devisa
-30 -20 -10 0 10 20 30 40 50
1 2 3 4 5
Tahun 2003 - 2007
0 20 40 60 80 100 120
ROA ROE NIM BOPO LDR