BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab IV ini akan dibahas tentang hasil penelitian meliputi deskripsi kondisi awal, deskripsi hasil siklus 1, deskripsi hasil perbaikan pada siklus 2, pembahasan hasil penelitian, dan hasil tindakan yang kami paparkan sebagai berikut:
4.1 Deskripsi Kondisi Awal
Sebelum diadakan penelitian pada awal terlebih dahulu diadakan survey dan pengamatan subyek. Survey berupa pelajaran biasa tanpa metodologi penelitian sebanyak 2 kali pertemuan yang diajarkan oleh guru kelas IV. Pada akhir pembelajaran peneliti meminta izin pada guru kelas untuk melaksanakan tes Matematika materi operasi hitung campuran,guna mendapat data tentang kondisi awal siswa sebelum diberi tindakan selanjutnya. Pada kelas IV SD Negeri Keputon 02 sebelum dilaksanakan penelitian pada pertengahan semester I Tahun pelajaran 2013/2014, banyak siswa yang kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran khususnya mata pelajaran Matematika, materi pokok operasi hitung campuran.Hal tersebut berdampak pada hasil belajar siswa. Rendahnya hasil belajar pada siswa kelas IV ini disebabkan oleh beberapa faktor, untuk itu guru dituntut untuk mengatasinya.
Berdasarkan data hasil tes Matematika materi operasi hitung campuran.menunjukkan sebagian besar siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Data ketuntasan belajar kondisi awal dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes Pra Siklus
No Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa
Jumlah Prosentase
1. Tuntas 4 36,36 %
2. Belum Tuntas 7 63,63 %
Jumlah 11 100 %
Apabila nilai pra siklus dianalisa berdasarkan nilai tertinggi, nilai terendah dan rata-rata awal dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2
Perolehan Nilai Tes Matematika Pra Siklus
4.2 Deskripsi Hasil Siklus 1
Hasil penelitian yang diadakan pra siklus menjadi acuan untuk diambil tindakan yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar Matematika.Dari tes Matematika pra siklus menunjukkan masih banyak siswa yang nilainya dibawah KKM. Peneliti mengambil tindakan awal sebelum pelaksanaan siklus I antara lain pemilihan sumber belajar ,media belajar dan model pembelajaran agar siswa tidak merasa bosan dan jenuh ataupun takut dengan pelajaran Matematika.
4.2.1 Perencanaan Tindakan
Siklus 1 terdiri dari 2 x pertemuan, 1 pertemuan berlangsung selama 70 menit (dua jam pelajaran). Persiapan yang dilakukan oleh peneliti pada siklus 1 adalah:
1) Mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa
2) Mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi guru dan siswa dalam pembelajaran. 3) Merumuskan tujuan pembelajaran.
4) Menyiapkan materi pelajaran.
5) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
6) Merancang pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD 7) Menyiapkan Rencana Pelakasanaan Pembelajaran.
8) Membuat lembar observasi.
9) Membuat lembar kerja dan tes untuk melihat hasil yang telah dilakukan.
4.2.2 Pelaksanaan Tindakan
Tindakan dilaksanakan sesuai dengan rencana yaitu : 1. Kegiatan Awal
a. Memberi contoh operasi hitung campuran.
No Uraian Nilai
1 Nilai tertinggi 80
2 Nilai Terendah 30
b. Mengajukann pertanyaanyang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi pelajaran yang akan dipelajari.
c. Menyampaikan informasi tentang materi yang akan dibahas yaitu operasi hitung campuran
2. Kegiatan Inti
a. Pesertadidik mencoba alat peraga operasi hitung campuranyang sudah disediakan b. Membentuk kelompok yang anggotanya 3-4 peserta didik secara hiterogen. c. Membagilembar kerja peserta didik pada masing – masing kelompok untuk dikerjakan
d. Melaksanakan diskusi kelompok.
e. Pesertadidik berdiskusi untuk mencari perbedaan,menerima pendapat secara
terbuka, setelah di dapat kesimpulan baru melakukan percobaan.( demokratis ) f. Juru bicara dalam kelompok menyampaikan hasil diskusi.
g. Peserta didik bersama-sama mengambil satu kesepakatan h. Setiap kelompok memberi tanggapan kepada kelompok lain yang menyampaikan
hasil diskusi.( demokratis )
i. Guru meriview kembali materi yang telah didiskusikan. 3. Kegiatan Penutup
a. Memberikan kuis atau pertanyaan kepada seluruh siswa.. b. Peserta didik dibimbing untuk menyimpulkan.
c. Menguji keterampilan siswa dengan lembar tugas peserta didik. d. Tindak lanjut (perbaikan dan pengayaan ).
4.2.3 Hasil Pengamatan
Pengamatan terhadap tindakan siklus 1 dilakukan selama proses kegiatan berlangsung. Observer yaitu Kepala Sekolah SD Negeri Keputon 02 Kecamatan Blado, mengikuti keseluruhan proses tindakan yang dilaksanakan di kelas IV SD Negeri Keputon 02 Kecamatan Blado.
Berdasarkan analisa tentang ketuntasan belajar tersebut dapat diketahui dari jumlah siswa kelas IV sebanyak 11 siswa, yang sudah tuntas sebanyak 54,54 % atau 6 siswa dan yang belum tuntas sebanyak 45,45 % atau 5 siswa. Adapun bila dianalisa berdasarkan perolehan nilai anak dapat disajikan pada tabel 4.3.
Tabel 4.3
Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes Siklus 1 No Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa
Jumlah Prosentase
1. Tuntas 6 54,54 %
2. Belum Tuntas 5 45,45 %
Jumlah 11 100 %
Apabila nilai siklus 1 dianalisa berasarkan nilai tertinggi, nilai terendah dan rata-rata awal dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4
Perolehan Nilai Tes Hasil belajar MatematikaSiklus 1
No Uraian Nilai
1 Nilai tertinggi 80
2 Nilai Terendah 50
3 Nilai Rata-rata 65,45
Berdasarkan tabel4.4menunjukkan nilai tertinggi adalah 80, nilai terendah 50 , sedangkan rata-rata kelas adalah 65,45.
Pengamatan selama proses tindakan yaitu pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh teman sejawat yaitu Parjinem,S.Pd.SD Kepala SekolahSD Negeri Keputon 02. Adapun hasil pengamatan terhadap aktifitas siswa dan aktivitas guru selama proses pembelajaran Matematika dapat ditunjukkan pada Lampiran 5.
4.2.4 Evaluasi dan Refleksi
Berdasarkan hasil evaluasi tes kemampuan awal dan hasil tes siklus 1 dapat dilihat adanya peningkatan hasil belajar, nilai rata-rata kelas, dan ketuntasan belajar siswa, dari sebelum tindakan dan sesudah tindakan siklus 1.Perbandingan perolehan nilai hasil belajar Matematika siswa antara kondisi awal dengan siklus I dapat disajikan dalam bentuk gambar/grafik 4.1.
Gambar 4.1
Grafik perbandingan nilai terendah,nilai tertinggi dan rata – rata kelas antara pra siklus dan siklus I
Terlihat pada gambar 4.1nilai tertinggi tetapdari 80 menjadi 80 nilai terendah naikdari 30 menjadi 50 dan nilai rata-rata naik dari 52,72 menjadi 65,45
Hubungannya dengan ketuntasan belajar dapat ditunjukkan perbandingannya pada gambar 4.2. 0 10 20 30 40 50 60 70 80
Pra Siklus Siklus I 30 50 80 80 52,72 65,45 Nilai Terendah Nilai tertinggi Rata-Rata Kelas Nilai
Gambar 4.2.
Grafik Perbandingan Ketuntasan Belajar Kondisi Awal dan Siklus I
Terlihat darigambar 4.2 bahwa siswa yang tuntas belajar mengalami kenaikan dari 4 siswa pada Pra Siklus menjadi 6 siswa pada Siklus I,atau dari 36,36 % pada Pra Silkus menjadi 54,54 % pada siklus I.
Hasil refleksi setelah proses perbaikan pembelajaran siklus I ditemukan masalah-masalah sebagai berikut:
a) Guru kurang dapat memfariasikan metode dalam pembelajaran. b) Persebaran siswa yang pandai dalam kelompok kurang merata.
c) Ada kelompok yang tidak menyelesaikan tugas sampai tuntas karena ada sifat egois diantara anggotanya.
d) Pemantauan guru terhadap siswa pada saat pelajaran masih kurang. Ketidakberhasilan proses perbaikan pembelajaran siklus I ini disebabkan oleh: a) Penggunaan sumber pembelajaran belum digunakan secara optimal oleh siswa. b) Siswa belum memahami konsep materi yang diberikan.
c) Peran guru sebagai fasilitator belum optimal. 0 1 2 3 4 5 6 7
Pra Siklus Siklus I 4 6 7 5 Tuntas Blm Tuntas Jumlah Siswa
4.3 Deskripsi Hasil Perbaikan Siklus 2
Hasil penelitian yang diadakan Siklus 1 ternyata kurang optimal. Dari hasil refleksi siklus 1 peneliti mengambil tindakan awal sebelum pelaksanaan siklus II yaitu membentuk kelompok belajar siswa, sedangkan pembentukan kelompok di lakukan oleh guru, dengan kriteria anak yang berbeda, kurang, sedang, dan baik dalam satu kelompok belajar.
4.3.1 Perencanaan Tindakan
Siklus 1 terdiri dari 2 pertemuan, berlangsung selama 70 menit (dua jam pelajaran). Persiapan yang dilakukan oleh peneliti pada siklus 1 adalah:
1. Mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa.
2. Mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi guru dan siswa dalam pembelajaran.
3. Merumuskan tujuan pembelajaran. 4. Menyiapkan materi pelajaran.
5. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
6. Merancang pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Cooperative type STAD
7. Menyiapkan Rencana Pelakasanaan Pembelajaran. 8. Membuat lembar observasi.
9. Membuat lembar kerja dan tes untuk melihat hasil yang telah dilakukan.
4.3.2 Pelaksanaan Tindakan
Tindakan dilaksanakan sesuai dengan rencana yaitu: 1. Kegiatan Awal.
1) Menyiapkan buku pelajaran,alat peraga,lembar kegiatan peserta didik, dan lembar
tugas peserta didik.
2) Memberi contoh operasi hitung campuran.
3) Mengajukan pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi
4) Menyampaikan informasi tentang materi yang akan dibahas yaitu operasi hitung campuran
2. Kegiatan Inti
1) Membentuk kelompok yang anggotanya 3-4 peserta didik secara hiterogen, anggota kelompok tidak sama dengan pertemuan pertama.
2) Membagi lembar kerja peserta didik pada masing – masing kelompok untuk dikerjakan.
3) Peserta didik berdiskusi untuk mencari perbedaan,menerima pendapat secara terbuka,setelah di dapat kesimpulan baru melakukan percobaan ( demokratis ) 4) Juru bicara dalam kelompok menyampaikan hasil diskusi.
5) Peserta didik bersama-sama mengambil satu kesepakatan tentang operasi hitung campuran
6) Setiap kelompok memberi tanggapan kepada kelompok lain yang menyampaikan hasil diskusi.( demokratis )
7) Guru meriview kembali materi yang telah didiskusikan. 3. Kegiatan Penutup
1) Memberikan kuis atau pertanyaan kepada seluruh siswa. 2) Peserta didik dibimbing untuk menyimpulkan.
3) Menguji keterampilan siswa dengan lembar tugas peserta didik. 4) Tindak lanjut (perbaikan dan pengayaan )
4.3.3 Hasil Pengamatan
Pengamatan terhadap tindakan siklus 2 dilakukan selama proses kegiatan berlangsung. Observer, yaitu Kepala Sekolah SD Negeri Keputon 02, mengikuti keseluruhan proses tindakan yang dilaksanakan di kelas IV SD Negeri Keputon 02 Kecamatan Blado.
Pengamatan terhadap hasil belajar Matematika siswa pada akhir tindakan siklus 2 dan pengamatan terhadap proses belajar yang diperoleh dari hasil pengamatan aktifitas guru dan siswa selama kegiatan siklus 2. Pengamatan terhadap hasil belajar Matematika ini dilakukan sendiri oleh peneliti, sedangkan pengamatan terhadap proses belajar
dilakukan oleh teman sejawat yaitu Parjinem,S.Pd.SD. yang kesehariannya Kepala Sekolah SD Negeri Keputon 02.
Berdasarkan analisa tentang ketuntasan belajar tersebut dapat diketahui dari jumlah siswa kelas IV sebanyak 11 anak, yang sudah tuntas sebanyak 86,94 % atau 20 siswa dan yang belum tuntas sebanyak 13,06 % atau 3 siswa. Adapun bila dianalisa berdasarkan perolehan nilai anak dapat disajikan pada tabel 4.5
Tabel 4.5
Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes Siklus 2 No Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa
Jumlah Prosentase
1. Tuntas 10 90,90 %
2. Belum Tuntas 1 9,09 %
Jumlah 11 100 %
Apabila nilai siklus 2 dianalisa berdasarkan nilai tertinggi, nilai terendah dan rata-rata dapat dilihat pada tabel 4.6
Tabel 4.6
Perolehan Nilai Tes Hasil belajar MatematikaSiklus 2
No Uraian Nilai
1 Nilai tertinggi 90 2 Nilai Terendah 60 3 Nilai Rata-rata 75,45
Berdasarkan tabel 4.6menunjukkan nilai tertinggi adalah 90, nilai terendah 60, sedangkan rata-rata kelas adalah 75,45.
Pengamatan selama proses tindakan yaitu pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh teman sejawat yaitu Parjinem,S.Pd.SD yaitu Kepala Sekolah SD Negeri Keputon 02 . Adapun hasil pengamatan terhadap keaktivas guru selama proses pembelajaran Matematika dapat ditunjukkan pada Lampiran 8.
Berdasarkan hasil evaluasi tes siklus 1 dan hasil tes siklus 2 dapat dilihat adanya peningkatan perolehan nilai kemampuan membaca, nilai rata-rata kelas dan ketuntasan hasil belajar siswa dari tindakan siklus 1 dan sesudah tindakan siklus 2.
Perbandingan perolehan nilai hasil belajar Matematikasiswa antara siklus 1 dan siklus 2 dapat dilihat pada gambar 4.3.
Gambar 4.3
Grafik perbandingan nilai terendah,nilai tertinggi dan rata – rata kelas antara Siklus I dan siklus II
Terlihat pada gambar 4.3nilai tertinggi naik dari 80 menjadi 90 nilai terendah naik dari 50 menjadi 60 dan nilai rata-rata naik dari 65,45 menjadi 75,45
Hubungannya dengan ketuntasan belajar dapat ditunjukkan perbandingannya pada gambar 4.4. 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Siklus I Siklus II 50 60 80 90 65,45 75,45 Nilai Terendah Nilai tertinggi Rata-Rata Kelas
Gambar 4.4.
Grafik Perbandingan Ketuntasan Belajar Siklus I dan siklus II
Terlihat darigambar 4.4 bahwa siswa yang tuntas belajar mengalami kenaikan dari 6 siswa pada Siklus I menjadi 10 siswa pada Siklus II,atau dari 54,54 % pada siklus I menjadi 90,90 %
Secara keseluruhan terjadi peningkatan hasil belajar Matematika siswa dari tindakan siklus 1 dan sesudah tindakan siklus 2, namun belum semua mencapai ketuntasan belajar, ada 9,09 % atau 1 siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar setelah tindakan siklus 2, yang kemudian akan di beri bimbingan khusus oleh guru.
4.4 Hasil Tindakan
Pelaksanaan aktivitas perbaikan pembelajaran Matematika siklus I dan siklus II berjalan dengan baik, terjadi peningkatan hasil belajar yang memuaskan. Pelaksanaan aktivitas perbaikan pembelajaran siklus I dan siklus II tersebut dapat digambarkan sebagai beikut :
1. Pembahasan materi secara sistematis dan jelas.
Pembahasan materi secara terperinci, urut, dan sistematis, mulai menujukkan alat peraga dan cara menggunakanya serta manfaatnya dalam kehidupan sehari–hari. Pembahasan materi dengan bahasa yang mudah dipahami siswa
2. Penggunaan alat peraga dengan benda konkret 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Siklus I Siklus II 6 10 5 1 Tuntas Blm Tuntas Jumla h Siswa
Alat peraga yang digunakan guru sesuai dengan materi Operasi bilangan campuran
3. Keterlibatan siswa dalam demonstrasi/ dalam menggunakan alat peraga.
Pendemonstrasian dilakukan oleh siswa, baik secara individu maupun kelompok dengan bantuan guru sebagai pembimbing
4. Pengaktifan siswa dalam pembelajaran / Pengungkapan gagasan / ide
Siswa aktif dalam proses pembelajaran terutama dalam melakukan tanya jawab dan menyampaikan pendapat.
5. Pemberian bimbingan pada siswa dalam mengambil kesimpulan
Memberikan motivasi pada siswa untuk mengambil kesimpulan dengan cara merangsang siswa untuk berpendapat.
6. Pemberian latihan-latihan
Pemberian latihan–latihan secara lisan, baik indvidu maupun klasikal dengan bentuk
soal yang bervariasi.
Setelah dilaksanakan perbaikan pembelajaran matematika siklus I dan II ternyata menunjukkan peningkatan. Peningkatan ini ditunjukkan dari hasil analisis nilai tes formatif siswa kelas IV SD Negeri Keputon 02 pada waktu pelaksanaan perbaikan pembelajaran matematika siklus II yaitu 11 siswa yang mendapat nilai di atas 70ada 10 siswa (90,90 %) dengan rincian 2 siswa mendapat nilai 90, 3 siswa degan nilai 80, 5 siswa mendapat nilai 70,1 orang dengan nilai 60.
Berdasarkan hasil analisis nilai tes formatif siswa kelas IV di atas, akhirnya penulis beserta teman sejawat dan supervisor menyimpulkan bahwa pelaksanaan perbaikan pembelajaran matematika siklus II 10 siswa mendapat nilai di atas 70 dan sudah mencapai KKM, sehingga peneliti tidak perlu melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus III.
Tabel 4.7
Tabel Hasil Ketuntasan Pembelajaran Matematika Pra Siklus,Siklus I,Siklus II
No.
Jumlah Siswa
Pelaksanaan
Ketuntasan Prosentase
1. 11 Pra Siklus 4 7 36,36 63,63
2. 11 Siklus I 6 5 54,45 45,45
3. 11 Siklus II 10 1 90,90 9,09
Perbandingan ketuntasan belajar siswa Pra Siklus ,Siklus I,Siklus II dapat digambarkan dalam grafik (gambar 4.5) sebagai berikut :
Gambar 4.5.
Grafik Perbandingan Ketuntasan belajar siswa kelas IV Pra siklus,Siklus I dan siklus II
Perbandingan Persentase ketuntasan belajar siswa dapat digambarkan dalam grafik (gambar 4.6) sebagai berikut :
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Pra Siklus Siklus I Siklus II 4 6 10 7 5 1 Tuntas Blm Tuntas Jumlah Siswa
Gambar 4.6
Grafik Perbandingan Persentase Ketuntasan belajar siswa kelas IV Pra siklus,Siklus I dan siklus II
4.5 Pembahasan
4.5.1 Hasil Perbaikan Pembelajaran Matematika Siklus I
Berdasarkan data kualitas pelaksanaan perbaikan pembelajaran hasil tes formatif di atas, dapat dikatakan bahwa perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan menunjukkan kemajuan. Perbaikan pembelajaran Matematika Siklus I, berjalan cukup baik.
Pelaksanaan aktivitas perbaikan pembelajaran Siklus I sebagai berikut : 1. Pembahasan materi secara sistematis dan jelas.
Pembahasan materi secara terperinci, urut, dan sistematis, mulai menujukkan alat peraga dan cara menggunakanya serta manfaatnya dalam kehidupan sehari–hari. Pembahasan materi dengan bahasa yang mudah dipahami siswa
2. Penggunaan alat peraga dengan benda konkret
Alat peraga yang digunakan guru sesuai dengan materi Operasi bilangan campuran
3. Keterlibatan siswa dalam demonstrasi/ dalam menggunakan alat peraga. Pendemonstrasian dilakukan oleh siswa, baik secara individu maupunkelompok dengan bantuan guru sebagai pembimbing
0 20 40 60 80 100 Pra Siklus Siklus I Siklus II 26,08 47,82 86,94 73,92 52,18 13,06 Tuntas Blm Tuntas Persentas e
4. Pengaktifan siswa dalam pembelajaran / Pengungkapan gagasan / ide
Siswa aktif dalam proses pembelajaran terutama dalam melakukan tanya jawab dan
menyampaikan pendapat.
5. Pemberian bimbingan pada siswa dalam mengambil kesimpulan
Memberikan motivasi pada siswa untuk mengambil kesimpulan dengan cara merangsang siswa untuk berpendapat.
6. Pemberian latihan-latihan
Pemberian latihan–latihan secara lisan, baik indvidu maupun klasikal dengan bentuk
soal yang bervariasi.
4.5.2 Hasil Perbaikan Pembelajaran Matematika Siklus II
Pelaksanaan aktivitas perbaikan pembelajaran Matematika siklus II berjalan dengan baik, Berkenaan dengan itu terjadi peningkatan hasil belajar yang memuaskan. Pelaksanaan aktivitas perbaikan pembelajaran Siklus II tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Pembahasan materi secara sistematis dan jelas.
Pembahasan materi secara terperinci, urut, dan sistematis, mulai menujukkan alat peraga dan cara menggunakanya serta manfaatnya dalam kehidupan sehari–hari. Pembahasan materi dengan bahasa yang mudah dipahami siswa
2. Penggunaan alat peraga dengan benda konkret
Alat peraga yang digunakan guru sesuai dengan materi Operasi bilangan campuran
3. Keterlibatan siswa dalam demonstrasi/ dalam menggunakan peraga. Pendemonstrasian dilakukan oleh siswa, baik secara individu maupun kelompok dengan bantuan guru sebagai pembimbing
4. Pengaktifan siswa dalam pembelajaran / Pengungkapan gagasan / ide Siswa aktif dalam proses pembelajaran terutama dalam melakukan tanya jawab dan menyampaikan pendapat.
Memberikan motivasi pada siswa untuk mengambil kesimpulan dengan cara
merangsang siswa untuk berpendapat. 6. Pemberian latihan-latihan
Pemberian latihan–latihan secara lisan, baik indvidu maupun klasikal dengan bentuk soal yang bervariasi.
4.5.3 Pembahasan singkat hasil perbaikan pembelajaran
Perbaikan pembelajaran Matematika di kelas IV SD Negeri Keputon 02, berjalan dengan baik karena itu hasil belajar siswa juga meningkat. Perbaikan pembelajaran terjadi karena secara sungguh-sungguh guru melaksanakan ativitas-aktivitas perbaikan yang direncanakan. Sementara itu ativitas-aktivitas-ativitas-aktivitas yang dipilih tepat untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan pembelajaran yang muncul.
Ketepatan aktivitas-aktivitas perbaikan pembelajaran tersebut dapat dijelaskan seperti berikut :
a. Pembahasan materi secara sistematis dan jelas
Teori Piaget (dalam Syamsudin A dan Budiman N, 2004 : 1.6) yang mengisyaratkan bahwa kemampuan berfikir anak dengan orang dewasa berbeda. Implikasinya berarti bahwa sekuensi (urutan) bahan pembelajaran dan metode pembelajaran harus menjadi perhatian utama. Anak akan sulit memahami bahan pelajaran jika urutan bahan pelajaran itu meloncat-loncat. Untuk itu materi yang akan disampaikan harus dipersiapkan dengan matang.
Di samping itu bahasa harus jelas, karena sebagai alat komunikasi membantu pembentukan dan mendorog perkembangan pikiran. Jadi setelah siswa mendengarkan penjelasan guru akan mengerti dan dapat berfikir serta menanggapi pertanyaan-pertanyaan guru.
b. Penggunaan alat peraga dengan benda konkret
Alat peraga lebih membantu belajar siswa dan memudahkan mengajar bagi guru, melalui alat peraga pengajaran penanaman konsep yang abstrak dapat diwujudkan dalam bentuk konkret, jalannya pelajaran tidak membosankan dan monoton, lebih menarik minat serta memberikan variasi belajar siswa (Tj. Mulyono, Gapi A. dan Abidin, 1980 : 5.6)
Tahap perkembangan kognitif yang dialami anak SD adalah berfikir operasinal konkret yang ditandai dengan kemampuan anak untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika. Meskipun masih terikat objek-obek yang yang bersifat konkret. Berdasarkan teori di atas penulis berpendapat bahwa siswa mudah memahami konsep bila disertai contoh-contoh konkret sebagai alat peraga. c. Pendemonstrasian cara menentukan sifat-sifat bangun ruang balok dan kubus
Dengan demonstrasi proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung, untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang materi yang dipelajari. Dengan demonstrasi siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan siswa dengan penekanan pada belajar.
Hal ini relevan dengan hasil Diklat Fungsional KBK Guru Kelas IV yang disampaikan LPMP ( Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan) Jawa Tengah yang menyatakan bahwa salah satu kegiatan pembelajaran Matematika adalah demonstrasi, juga pada pembelajaran PAKEM ( Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan) menekankan bahwa siswa harus terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan siswa dengan penekanan pada belajar melalui berbuat yaitu demonstrasi oleh siswa maupun guru.
d. Pengaktifan siswa dalam pembelajaran
Tinggi rendahnya kadar aktivitas belajar siswa banyak dipengaruhi oleh strategi atau pendekatan mengajar yang digunakan. Banyak pendapat mengenai berbagai pendekatan yang dapat digunakan dalam penyampaian bahan / isi kurikulum.
Richard Anderson (Sudjana,1990) mengajukan 2 (dua) pendekatan yaitu pendekatan yang berorientasi pada guru, dimana aktivitas guru dalam suatu proses pembelajaran lebih dominan dibandingkan siswa. Pendekatan ini bersifat teacher centered.
Pendekatan kedua lebih berorientasi pada siswa. Pendekatan ini bersifat student centered yang merupakan kebalikan dari pendekatan pertama, dimana aktivitas siswa dalam proses pembelajaran lebih dominan dibandingkan guru. Pada pendekatan kedua inilah yang penulis lakukan sebagai patokan dalam
mengaktifkan siswa kelas IV SD Negeri Keputon 02 dalam proses pembelajaran Matematika sehingga harapan penulis outputnya akan meningkat.
e. Pemberian latihan–latihan
Untuk mengetahui daya serap siswa, latihan perlu diberikan baik lisan maupun tulisan. Individu maupun klasikal, latihan-latihan bisa dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.
Latihan dapat memberikan penguatan dan feedback bagi siswa. Sehingga siswa mengetahui bagaimana dia dapat berhasil. Bagi siswa yang mendapat nilai baik akan memberikan motivasi untuk belajar, sedangkan yang kurang baik menjadi masukan bahwa dirinya harus lebih giat belajar (Prof. Dr. Asawi Zaenul, M.Pd.: 2004 )
Hasil latihan siswa dapat dijadikan tolak ukur kinerja guru dalam melakukan pembelajaran. Untuk itu sebagai guru harus banyak memberikan latihan untuk keberhasilan pembelajaran.