i
HUBUNGAN INTENSITAS MEMBACA DENGAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI
SISWA KELAS IV SD GUGUS II PENGASIH KULON PROGO TAHUN AJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Khikmah Fitriani Nurazizah NIM 12108241189
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
v
MOTTO
Bacalah dengan nama Tuhan-mu yang menciptakan. Ia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, karena Tuhan-mu lah yang Maha Mulia. Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Kedua orang tua yang senantiasa memberikan dukungan, kasih sayang, dan doa.
vii
HUBUNGAN INTENSITAS MEMBACA DENGAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI
SISWA KELAS IV SD GUGUS II PENGASIH KULON PROGO TAHUN AJARAN 2015/2016
Oleh
Khikmah Fitriani Nurazizah NIM 12108241189
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui tingkat intensitas membaca, (2) mengetahui tingkat keterampilan menulis narasi, (3) mengetahui hubungan antara intensitas membaca dengan keterampilan menulis narasi siswa kelas IV SD gugus II Pengasih Kulon Progo tahun ajaran 2015/2016.
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian korelasi. Subjek dalam penelitian ini siswa kelas IV SD gugus II. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple ramdom sampling dengan jumlah sampel 65 siswa. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan angket dan tes. Uji validitas menggunakan rumus product moment, sedangkan uji reliabilitas menggunakan rumus alpha. Untuk menguji hipotesis menggunakan analisis korelasi product moment.
Hasil perhitungan menunjukkan tingkat intensitas membaca secara umum berada pada kategori sedang yaitu sebesar 55,38% dan keterampilan menulis narasi secara umum berada pada kategori sedang yaitu sebesar 60%. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan harga koefisien korelasi (r hitung)>r tabel (0,617>0,244) dengan taraf signifikansi sebesar 5% dan N=65. Harga koefisien korelasi tersebut menunjukkan adanya hubungan positif dan signifikan antara intensitas membaca dengan keterampilan menulis narasi siswa kelas IV SD gugus II Pengasih Kulon Progo tahun ajaran 2015/ 2016. Hal ini berarti semakin tinggi intensitas membaca maka semakin tinggi pula keterampilan menulis narasi siswa.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulisan tugas akhir skripsi “Hubungan Intensitas Membaca dengan Keterampilan Menulis Narasi Siswa Kelas IV SD Gugus II Pengasih Kulon Progo Tahun Ajaran 2015/2016” ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Dalam kesempatan ini ijinkanlah penulis untuk menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada :
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan pendidikan di UNY.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan kemudahan dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah memberikan dukungan dalam penyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Murtiningsih, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan perhatian selama penulisan skripsi.
5. Ibu Hidayati, M.Hum. selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan dorongan dan bimbingan dalam kegiatan perkuliahan.
6. Kepala SD Gugus II Pengasih yang telah memberikan ijin dan bimbingan dalam melakukan penelitian di lapangan.
7. Guru SD Gugus II Pengasih yang telah membantu selama penelitian berlangsung.
8. Teman-teman prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar khususnya kelas F dan G yang telah memberikan dukungan.
9. Sahabat-sabahat yang selalu memberikan dorongan dan doa.
x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah... 5
C. Pembatasan Masalah ... 5 A. Keterampilan Menulis Narasi ... 8
xi
B. Intensitas Membaca ... 17
1. Pengertian Intensitas Membaca ... 17
2. Tujuan Membaca ... 19
3. Tahapan Membaca ... 21
4. Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Membaca... 22
5. Cara Meningkatkan Intensitas Membaca... 23
C. Hubungan Intensitas Membaca dengan Keterampilan Menulis Narasi .. 24
D. Penelitian yang Relevan ... 25
E. Kerangka Pikir ... 26
F. Hipotesis Penelitian ... 27
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 29
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30
C. Variabel Penelitian... 30
D. Populasi Penelitian... 31
E. Teknik Pengumpulan Data ... 33
F. Instrumen Penelitian ... 35
G. Uji Coba Instrumen... 38
H. Teknik Analisis Data ... 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian... 42
B. Uji Prasyarat Analisis ... 47
C. Pengujian Hipotesis ... 48
D. Pembahasan ... 49
E. Keterbatasan Penelitian ... 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 53
B. Saran ... 53
DAFTAR PUSTAKA ... 54
xii
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1. Jumlah Siswa Kelas IV SD Gugus II Pengasih ... 31
Tabel 2. Anggota Sampel Penelitian ... 33
Tabel 3. Skor Data Kuantitatif ... 35
Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Variabel Intensitas Membaca ... 36
Tabel 5. Penilaian Keterampilan Menulis Narasi ... 36
Tabel 6. Rubrik Penilaian Keterampilan Menulis Narasi ... 37
Tabel 7. Pedoman Interpretasi Nilai r ... 41
Tabel 8. Skor Indikator Intensitas Membaca ... 42
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Intensitas Membaca ... 43
Tabel 10. Kategori Skor Intensitas Membaca ... 44
Tabel 11. Skor Indikator Keterampilan Menulis Narasi ... 45
Tabel 12. Distribusi Frekuensi Keterampilan Menulis Narasi ... 45
Tabel 13. Kategori Skor Keterampilan Menulis Narasi ... 46
Tabel 14. Hasil Uji Normalitas Data ... 47
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ... 58
Lampiran 2. Surat Keterangan Validator ... 70
Lampiran 3. Surat Keterangan Uji Coba ... 72
Lampiran 4. Data Uji Coba Instrumen ... 74
Lampiran 5. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 77
Lampiran 6. Instrumen Penelitian ... 80
Lampiran 7. Data Mentah Hasil Penelitian ... 84
Lampiran 8. Hasil Uji Prasyarat Analisis ... 89
Lampiran 9. Hasil Uji Hipotesis ... 92
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Dengan bahasa seseorang dapat menyampaikan pesan kepada orang lain, sehingga terjadi komunikasi yang bermakna. Menurut Suparno dan Mohamad Yunus (2010:1.6) bahasa mencakup empat keterampilan yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Berdasarkan pendapat diatas maka kemampuan berbahasa mencakup empat keterampilan yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis.
2
mendapatkan banyak pengetahuan dan pengalaman. Keterampilan yang terakhir yaitu keterampilan menulis. Dari informasi-informasi yang telah didapat dari bahasa lisan maupun tulis, informasi tersebut dapat dituangkan kembali sesuai dengan gagasan penulis melalui tulisan. Menulis merupakan kegiatan penyampaian pesan melalui bahasa tulis. Menulis dapat menjembatani seseorang dalam mengekpresikan perasaan, ide, emosi serta dapat melatih seseorang untuk berpikir kritis.
Di sekolah dasar, keterampilan menulis yang ditekankan di kelas tinggi yaitu kegiatan mengarang. Seperti yang telah dijabarkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bahwa standar kompetensi aspek menulis di kelas tinggi khususnya kelas IV yaitu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dalam bentuk karangan, pengumuman, dan pantun anak. Bentuk karangan yang dimaksud termasuk dalam bentuk karangan narasi.
3
macam sehingga merangsang daya khayal para pembaca (Keraf, 2003: 138). Menurut Suparno dan Mohamad Yunus (2010: 4.39-4.46) prinsip-prinsip narasi yaitu alur, penokohan, latar dan sudut pandang.
Menurut Suparno dan Mohamad Yunus (2010: 1.7) kualitas pengalaman membaca akan sangat mempengaruhi kesuksesannya dalam menulis. Sejalan dengan Leonhardt (Sukino, 2010: 11) yang menyatakan bahwa anak-anak yang gemar membaca akan memperoleh rasa kebahasaan tertulis yang kemudian mengalir ke dalam tulisan. Penulis akan membaca karya penulis lain untuk memperoleh ide dan informasi, menemukan, memperjelas dan memecahkan masalah, juga mempelajari bagaimana pengarang menyajikan dan mengemas tulisannya.
Dalam menulis membutuhkan perbendaharaan kata yang cukup agar informasi atau pesan yang akan disampaikan dapat dipahami oleh penerima pesan atau pembaca. Untuk memperoleh perbendaharaan kata yang banyak dapat dilakukan dengan membaca. Membaca yang dilakukan intens akan meningkatkan informasi dan perbendaharaan kata. Dengan kata lain, seseorang yang memiliki intensitas membaca yang tinggi akan semakin luas informasi atau perbendaharaan kata yang dimilikinya.
4
rendahnya atau sering tidaknya seseorang dalam melakukan kegiatan. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis (Tarigan, 2008: 7). Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa intensitas membaca merupakan sering tidaknya seseorang dalam melakukan kegiatan membaca. Kegiatan membaca dapat memberikan manfaat bagi pembacanya. Membaca akan memperluas pengetahuan, memberikan informasi, dan memperkaya perbendarahaan kata yang mana akan berguna dalam berkomunikasi melalui bahasa lisan maupun tulis.
5
membaca jika jawaban dari pertanyaan mengenai bacaan terdapat dalam bacaan. Sebagian besar siswa yang belum memanfaatkan waktu untuk membaca mengindikasikan intensitas membaca masih rendah.
Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “Hubungan Intensitas Membaca dengan Keterampilan
Menulis Narasi Siswa Kelas IV SD Gugus II Pengasih Kulon Progo Tahun
Ajaran 2015/2016”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, teridentifikasi beberapa masalah sebagai berikut.
1. Siswa masih kesulitan saat diberi tugas menulis cerita narasi. 2. Siswa kurang tertarik berkunjung ke perpustakaan.
3. Siswa lebih senang bermain daripada membaca.
4. Sebagian besar siswa intensitas membacanya masih rendah.
5. Sebagian besar siswa membaca buku jika mendapatkan perintah dari guru.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis membatasi masalah pada rendahnya intensitas membaca dan keterampilan menulis narasi siswa kelas IV SD gugus II Pengasih Kulon Progo Tahun Ajaran 2015/2016.
D. Rumusan Masalah
6
1. Berapa tingkat intensitas membaca siswa kelas IV SD gugus II Pengasih Kulon Progo Tahun Ajaran 2015/2016?
2. Berapa tingkat keterampilan menulis narasi siswa kelas IV SD gugus II Pengasih Kulon Progo Tahun Ajaran 2015/2016?
3. Adakah hubungan positif dan signifikan antara intensitas membaca dengan keterampilan menulis narasi siswa kelas IV SD gugus II Pengasih Kulon Progo Tahun Ajaran 2015/2016?
E. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui:
1. tingkat intensitas membaca siswa kelas IV SD gugus II Pengasih Kulon Progo tahun ajaran 2015/2016.
2. tingkat keterampilan menulis narasi siswa kelas IV SD gugus II Pengasih Kulon Progo tahun ajaran 2015/2016.
3. hubungan positif dan signifikan antara intensitas membaca dengan keterampilan menulis siswa kelas IV SD gugus II Pengasih Kulon Progo tahun ajaran 2015/2016.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
7 2. Manfaat Praktis
a. Bagi Kepala Sekolah
Penelitian ini dapat menjadi masukan dalam membuat kebijakan khususnya terkait upaya peningkatan intensitas membaca siswa. b. Bagi Guru
Penelitian ini dapat memberikan informasi atau wawasan mengenai upaya menumbuhkan minat baca siswa sehingga siswa lebih sering membaca.
c. Bagi Orang Tua
Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi orang tua untuk senantiasa memberikan contoh kebiasaan membaca sehingga anak akan memiliki kebiasaan membaca.
G. Definisi Variabel Operasional
Definisi operasional pada penelitian ini, sebagai berikut.
1. Intensitas membaca adalah sering tidaknya pembaca melakukan kegiatan membaca untuk memperoleh informasi atau makna dari bacaan. Komponen-komponen intensitas membaca dalam penelitian ini meliputi frekuensi membaca, minat membaca, motivasi membaca dan ketersediaan bahan bacaan.
8
9
BAB II KAJIAN TEORI
A. Keterampilan Menulis Narasi
1. Pengertian Keterampilan Menulis Narasi
Tarigan (2008: 22) menjelaskan menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan
gambaran grafik tersebut. Sedangkan menurut Ahmad Rofi‟uddin dan
Darmiyati Zuchdi (1999: 276) menulis diartikan sebagai kemampuan menggunakan bahasa untuk menyampaikan ide, pikiran, atau perasaan kepada orang lain dengan menggunakan bahasa tulis. Sejalan dengan
pendapat Harris (Ahmad Rofi‟uddin dan Darmiyati Zuchdi, 1999: 276)
yang menyatakan menulis merupakan aktivitas pengekspresian ide, gagasan, pikiran, atau perasaan ke dalam lambang-lambang kebahasaan.
10
serangkaian kejadian menurut urutan terjadinya (kronologis) dengan maksud memberi arti kepada sebuah atau serentetan kejadian, sehingga pembaca dapat menarik hikmah dari cerita itu.
Menulis merupakan penyampaian ide, perasaan, maupun gagasan melalui bahasa tulis. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa keterampilan menulis narasi merupakan kemampuan menyampaikan ide, gagasan, atau perasaan ke dalam suatu bentuk wacana yang menggambarkan suatu peristiwa secara kronologis.
2. Tujuan Menulis Narasi
Menulis sangat penting bagi pendidikan karena dapat melatih berpikir. Tarigan (2008: 22) menyatakan fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi tidak langsung. Selanjutnya menulis dapat memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tangkap atau persepsi kita, memecahkan masalah, menyusun urutan bagi pengalaman serta membantu menjelaskan pikiran-pikiran kita.
Setiap tulisan mengandung beberapa tujuan. Tarigan (2008: 24) menjelaskan ada beberapa tujuan menulis sebagai berikut.
a. Memberitahukan atau mengajar. b. Meyakinkan atau mendesak. c. Menghibur atau menyenangkan.
11
Hugo Hartig (Tarigan, 2008: 25-26) menjelaskan tujuan penulisan suatu tulisan adalah sebagai berikut.
a. Tujuan penugasan (assignment purpose)
Penulis menulis bukan karena keinginan sendiri melainkan karena suatu tugas yang diberikan kepadanya.
b. Tujuan altruistik (altruistic purpose)
Bertujuan untuk menghibur para pembaca, menghindari kesedihan para pembaca, ingin membuat hidup pembaca lebih mudah dan menyengangkan dengan karyanya.
c. Tujuan persuasif (persuasive purpose)
Bertujuan untuk meyakinkan para pembaca mengenai kebenaran gagasan penulis.
d. Tujuan informasional dan penerangan (informational purpose)
Tujuan penulisan adalah untuk memberikan informasi atau keterangan kepada para pembaca.
e. Tujuan pernyataan diri (self expressive purpose)
Tulisan bertujuan untuk memperkenalkan diri penulis kepada pembaca.
f. Tujuan kreatif (creative purpose)
Tulisan yang bertujuan untuk mencapai nilai artistic atau nilai seni yang ideal.
12
Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui bahwa tujuan menulis narasi yaitu untuk menyampaikan informasi, meyakinkan pembaca, dan menghibur. Selain itu menulis narasi juga dapat mengekspresikan ide, gagasan atau perasaan melalui bahasa tulis.
3. Prinsip-prinsip Narasi
Menurut Suparno dan Mohamad Yunus (2010: 4.39-4.46) karangan narasi memiliki beberapa prinsip, sebagai berikut.
a. Alur (Plot)
Alur merupakan rangkaian pola tindak tanduk yang berusaha memecahkan konflik yang terdapat dalam narasi itu yang berusaha memulihkan situasi ke dalam suatu situasi yang seimbang dan harmonis (Keraf, 2003: 147-148). Alur memiliki beberapa elemen-elemen, yaitu pengenalan, timbul konflik, konflik memuncak klimaks, dan pemecahan masalah. Untuk mengetahui baik tidaknya penggarapan sebuah plot dapat dinilai dari beberapa hal berikut: apakah tiap incidental susuk menyusul secara secara logis dan alamiah; apakah tiap pergantian insiden sudah cukup terbayangkan dan dimatangkan dalam insiden sebelumnya; atau apakah insiden itu terjadi secara kebetulan? (Keraf, 2003: 148).
b. Penokohan
13 c. Latar (setting)
Latar adalah tempat atau waktu terjadinya peristiwa yang dialami tokoh. Dalam karangan narasi terkadang tidak disebutkan secara jelas tempat tokoh berbuat atau mengalami peristiwa tersebut, sering kali hanya mengisahkan latar secara umum.
d. Sudut pandang (point of view)
Sudut pandang dalam narasi menjelaskan siapa yang menceritakan peristiwa tersebut. Kedudukan pencerita (narrator) dalam cerita secara pokok ada empat macam, yaitu:
1) Narator serba tahu (omniscient point of view), dalam hal ini narrator bertindak sebagai yang mengetahui segalanya. Narrator dapat menciptakan apa saja yang diperlukan untuk melengkapi ceritanya sehingga mencapai efek yang diinginkan.
2) Narator bertindak objektif (objective poin of view)
Pengarang menceritakan apa yang terjadi dan pembaca diharapkan partisipasinya. Pembaca bebas menafsirkan apa yang diceritakan pengarang.
3) Narator ikut aktif (narrator active)
Narator menjadi aktor yang terlibat dalam cerita.Hal ini tampak dalam penggunaan kata ganti orang pertama (aku, saya, kami). 4) Narator sebagai peninjau
14
Menurut Haryadi dan Zamzani (1997: 81) cerita anak memiliki beberapa unsur sama dengan cerita-cerita yang lain, yaitu (1) tokoh dan penokohan, (2) alur atau plot, (3) setting atau latar, (4) tema, (5) pusat pengisahan atau point of view, dan (6) amanat. Prinsip-prinsip narasi dalam penelitian ini yaitu tema, penokohan, latar, alur, dan amanat.
4. Ciri-ciri Tulisan yang Baik
Agar pesan atau maksud dari tulisan dapat dipahami oleh pembaca, penulis harus dapat menyajikan tulisan yang baik. Menurut Tarigan (2008: 6-7) ciri-ciri tulisan yang baik, antara lain:
a. menggunakan nada yang serasi;
b. mencerminkan kemampuan penulis menyusun bahan-bahan yang tersedia menjadi satu kesatuan yang utuh;
c. tulisan mengandung makna yang jelas baik secara tersirat maupun tersurat;
d. dapat meyakinkan dan menarik minat baca pembaca;
e. mencerminkan kemampuan penulis untuk mengkritik naskah tulisannya yang pertama serta memperbaiki; dan
f. menggunakan tatabahasa yang baik.
Menurut Alex dan Achmad (2010: 108) ada beberapa aspek yang digunakan untuk mengukur kriteria tulisan yang baik, sebagai berikut.
a. Kesesuaian topik 1) Relevansi 2) Akurasi
15
2) Kerekatan, argumen, ide, dan bukti 3) Gampang dimengerti
4) Informasi diatur dengan terstruktur
5) Hubungan antar kalimat berjalan dengan lembut 6) Menukik langsung ke persoalan iide logis 7) Ide dan bukti relevan satu dengan yang lain c. Pemilihan kata dan rangkaian kalimat‟
1) Tidak ada kesalahan spelling
2) Formasi kata tersusun dengan baik 3) Pilihan kata bervariasi
4) Model kalimat bervariasi
Menurut Burhan Nurgiyantoro, tulisan yang baik dapat dilihat dari beberapa komponen yaitu isi gagasan yang dikemukakan, organisasi isi, tata bahsa, pilihan struktur dan kosakata, serta ejaan dan tata tulis. Sedangkan Alton C. Moris bersama rekan-rekannya (Tarigan 2008: 7) mengemukakan tulisan yang baik merupakan komunikasi pikiran dan perasaan yang efektif. Berbeda dengan Mc. Mahan dan Day (Tarigan, 2008: 7) yang menyatakan ciri-ciri tulisan yang baik yaitu:
a. jujur, ide berasal dari buah pikirannya sendiri; b. jelas, tulisan tidak membingungkan pembaca;
c. singkat, pembaca tidak perlu menggunakan banyak waktu untuk memahami bacaan; dan
16
5. Langkah-langkah Menulis Narasi
Suparno dan Mohamad Yunus (2010: 4.50-4.51) menjelaskan langkah-langkah praktis mengembangkan karangan narasi, sebagai berikut.
a. Menentukan tema dan amanat yang akan disampaikan kepada pembaca.
b. Menentukan sasaran pembaca, bacaan ditujukan kepada orang dewasa, remaja, atau anak-anak.
c. Membuat rancangan peristiwa-peristiwa utama kedalam skema alur. d. Bagi peristiwa utama ke dalam bagian awal, perkembangan dan akhir
cerita. Tentukan peristiwa yang cocok untuk setiap bagian cerita dan susun secara logis.
e. Membuat rincian peristiwa utama kedalam detail-detail peristiwa sebagai pendukung cerita.
f. Menyusun tokoh dan penokohan, latar, dan sudut pandang.
6. Jenis-jenis Narasi
Menurut Keraf (2003: 136-138) narasi ada beberapa jenis, yaitu sebagai berikut.
a. Narasi ekspositoris
17
menyampaikan suatu proses yang umum, yang dapat dilakukan siapa saja dan dapat pula dilakukan secara berulang-ulang. Narasi yang bersifat khusus adalah narasi yang berusaha menceritakan suatu peristiwa yang khas, yang mana terjadi satu kali.
b. Narasi sugestif
Narasi sugestif merupakan suatu rangkaian peristiwa yang disajikan sedemikian rupa sehingga merangsang daya khayal para pembaca. Pembaca menarik suatu makna baru diluar apa yang diungkapkan secara eksplisit. Makna yang baru akan jelas dipahami setelah narasi selesai dibaca, karena ia tersirat dalam seluruh narasi tersebut.
Dari teori di atas, dapat diketahui bahwa narasi ada dua jenis, yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Dalam penelitian ini ditekankan pada narasi sugestif yaitu narasi yang menyajikan serangkaian peristiwa yang dapat merangsang daya khayal pembaca.
B. Intensitas Membaca
1. Pengertian Intensitas Membaca
18
juga menyatakan bahwa intensitas mempunyai pengertian keadaan (tingkatan atau ukuran) intensnya (hebat atau sangat kuat tentang kekuatan, efek, dan sebagainya). Jadi dapat diartikan bahwa intensitas merupakan kuat tidaknya atau sering tidaknya seseorang dalam melakukan kegiatan.
Membaca merupakan keterampilan berbahasa yang rumit. Seperti yang dijelaskan Farida Rahim (2008: 2), membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Tarigan (2008: 11) yang menjelaskan bahwa membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks, yang rumit, yang mencakup atau melibatkan serangkaian keterampilan-keterampilan yang lebih kecil. Pendapat tersebut diperjelas oleh Settler (Amitya Kumara, 2014: 4) membaca adalah suatu proses yang kompleks, yang melibatkan berbagai macam fungsi kognitif, yaitu perhatian, konsentrasi, kemampuan membuat asosiasi terhadap informasi yang diperoleh melalui berbagai modalitas, kemampuan melakukan
decoding secara cepat, pemahaman verbal, dan intelegensi umum.
19
melihat pikiran yang terkandung dalam kata-kata yang tertulis. Alek dan Achmad (2010: 79) berpendapat proses membaca dipandang sebagai usaha menyerap informasi dari bacaan kedalam ingatan. Sebagaimana pendapat yang dikemukakan Dalman (2014: 5), membaca merupakan suatu kegiatan atau proses kognitif yang berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan. Selanjutnya membaca merupakan proses berpikir untuk memahami isi teks yang dibaca.
Dari beberapa pendapat ahli dapat diartikan bahwa membaca merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh informasi atau memahami suatu bacaan. Dengan demikian dapat diketahui intensitas membaca merupakan keseringan dalam melakukan kegiatan membaca untuk memperoleh informasi atau makna dari bacaan.
2. Tujuan Membaca
Tarigan (2008: 9) menyatakan tujuan utama membaca adalah untuk mencari informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Blanton, dkk. (Farida Rahim, 2008: 11) juga menjelaskan tujuan membaca mencakup:
a. kesenangan;
b. menyempurnakan bahasa nyaring; c. menggunakan strategi tertentu;
d. memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik;
e. menkaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya;
f. memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis; g. mengkonfirmasikan atau menolak prediksi;
h. menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajarinya tentang struktur teks; dan
20
Menurut Anderson (Alek dan Achmad, 2010: 75-76) tujuan membaca, antara lain:
a. membaca untuk memperoleh perincian atau fakta-fakta; b. membaca untuk mengetahui pokok pikiran;
c. membaca untuk mengetahui urutan atau susunan organisasi cerita; d. membaca untuk menyimpulkan;
e. membaca untuk mengelompokkan; f. membaca untuk menilai; dan g. membaca untuk membandingkan.
Sabarti Akhadiah, dkk. (1993: 25) menguraikan tujuan membaca secara umum dapat dibedakan sebagai berikut.
1. Mendapatkan informasi. 2. Meningkatkan citra diri.
3. Melepaskan diri dari kenyataan. 4. Tujuan rekreatif.
5. Sekedar mengisi waktu luang.
6. Mencari nilai-nilai keindahan atau pengalaman estetis dan nilai-nilai kehidupan lainnya.
21
usaha ialah membaca untuk mendapatkan informasi mengenai usaha yang sedang dilaksanakan, seperti usaha berdagang. Membaca untuk kesenangan yaitu untuk tujuan hiburan ketika waktu senggang.
Dari beberapa penjabaran ahli di atas dapat diketahui bahwa tujuan membaca yaitu untuk mendapatkan informasi, mengetahui isi bacaan, memperoleh fakta, mengisi waktu luang dan hiburan. Perbedaan tujuan membacakan seseorang dikarenakan perbedaan kebutuhan terhadap suatu bacaan.
3. Tahapan Membaca
Dalman (2014: 85-87) membagi tahapan membaca lanjut menjadi empat, yaitu: (1) pemahaman literal; (2) pemahaman interpretatif; (3) pemahaman kritis; dan (4) pemahaman kreatif.
22
membaca, pembaca akan mencoba membuat sesuatu yang baru berdasarkan isi bacaan.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intensitas Membaca
Menurut Dalman (2014: 145) frekuensi (keseringan) dan waktu yang digunakan untuk membaca mempengaruhi minat membaca. Selanjutnya, seseorang yang mempunyai minat baca sering kali akan banyak melakukan kegiatan membaca. Seseorang yang menyukai suau hal biasanya akan termotivasi dan mau melakukan aktivitas tersebut (Dwi Sunar Prasetyono, 2008: 53). Sejalan dengan pendapat Farida Rahim (2008: 28) yang menuliskan orang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkan dalam kesediaan untuk mendapat bahan bacaan dan kemudian membacanya atas kesadaran sendiri. Dengan adanya bahan bacaan yang variatif dan menarik, juga akan menumbuhkan minat membaca sehingga kegiatan membaca akan sering dilakukan (Dalman, 2014:145)
23
Seorang anak yang mempunyai perhatian terhadap dunia buku, akan menjadikan aktivitas membaca sebagai suatu kebiasaan dan kebutuhan. Bila anak sudah mempunyai kebiasaan membaca maka pada tahap selanjutnya kebiasaan ini akan menjadi kegemaran.
Dari uraian diatas, dalam penelitian tentang variabel intensitas membaca peneliti menggunakan indikator faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas membaca menurut Dalman. Faktor-faktor tersebut yaitu frekuensi, minat, motivasi membaca dan ketersediaan bahan bacaan.
5. Cara Meningkatkan Intensitas Membaca
Orang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkan dalam kesediaannya untuk mendapatkan bahan bacaan dan kemudian membacanya atas kesadarannya sendiri (Farida Rahim, 2008: 28). Menurut Tarigan (2008: 106) untuk meningkatkan minat membaca, dapat dilakukan dengan:
a. menyediakan waktu untuk membaca; dan
b. memilih bacaan yang baik, ditinjau dari norma-norma kekritisan yang mencakup norma-norma estetik, sastra, dan moral.
Hasyim (Dalman, 2014: 148), ada beberapa cara menumbuhkan minat baca, yaitu sebagai berikut.
a. Jadikan kegiatan membaca sebagai kegiatan setiap hari
24 b. Pemilihan bahan bacaan yang baik
Bahan bacaan yang baik akan menarik pembaca untuk mengetahui isi dari bacaan tersebut.
c. Memiliki kesadaran dan minat yang tinggi terhadap membaca
Kesadaran dan minat yang tinggi akan mendorong seseorang untuk selalu membaca.
d. Menyediakan waktu untuk membaca
Selalu menyediakan waktu untuk membaca akan menumbuhkan suatu kegiatan membaca yang teratur di tengah kesibukan kegiatan sehari-hari.
Intensitas membaca dapat ditingkatkan dengan berbagai cara. Dari pendapat ahli di atas, dapat dikatakan cara meningkatkan intensitas membaca yaitu dengan menyediakan waktu untuk membaca, memilih bacaan yang baik dan memiliki kesadaran untuk terus membaca.
C. Hubungan Intensitas Membaca dengan Keterampilan Menulis Narasi
25
dituangkan dalam tulisannya, (2) memperoleh gambaran gaya penulisan atau pencitraan, (3) memperoleh kepekaan akan rasa bahasa, kekayaan kosa kata kekayaan struktur bahasa. Sejalan dengan pendapat Saleh Abbas (2006: 127) yang menjelaskan bahwa,
“… menulis sebagai proses berfikir yang terdiri atas serangkaian aktivitas yang fleksibel berkaitan erat dengan membaca. Hal tersebut dapat dilihat dari (1) sebelum menulis, diperlukan berbagai pengetahuan awal dan informasi yang berkaitan dengan topik yang digarap, untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan tersebut membaca merupakan sarana yang tepat. (2) setelah menulis, pada tahap revisi, penyuntingan, dan publikasi. Penulis pada dasarnya adalah pembaca yang melakukan kegiatan berulang-ulang terhadap tulisannya.”
Sukino (2010: 13) menuliskan, hasil penelitian menunjukkan bahwa belajar menulis dapat diawali dengan membaca. Selanjutnya, untuk memperoleh gaya tulisan, bahasa khusus penulisan dan semuanya itu dapat diperoleh melalui membaca. Tulisan yang baik yaitu yang dapat menyampaikan pesan kepada pembaca. Keindahan bahasa juga dapat membuat pembaca tertarik untuk membaca. Dengan demikian, penulis memerlukan perbendaharaan kata dan penguasaan tata tulis. Hal ini dapat dipelajari penulis melalui membaca. Dengan membaca, penulis mendapatkan kosa kata baru dan dapat memahami tata tulis yang baik.
D. Penelitian yang Relevan
Penelitian Siti Khofiah tahun 2015 dengan judul “Hubungan Antara
Minat Membaca dengan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas Tinggi SD N 1 Karangsari Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo
26
yang positif dan signifikan antara minat baca dengan kemampuan membaca pemahaman.Dari hasil korelasi product moment menunjukkan r hitung sebesar 0,590. Nilai r tabel sebesar 0,234 dengan taraf signifikansi 5% dan N=71. Dengan demikian, r hitung > dari r tabel (0,590>0,234).
Penelitian Maryuningsih tahun 2014 dengan judul “Hubungan Minat
Membaca dengan Keterampilan Menulis Narasi Siswa Kelas IV Sekolah Dasar se-Gugus Kecamatan Keraton Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014”. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif dan signifikan antara minat baca dengan keterampilan menulis narasi. Dari korelasi product moment menunjukkan rhitung > rtabel (0,555 > 0,227). Dengan demikian, dapat dikatakan semakin baikminat membaca siswa, akan semakin baik pula keterampilannya dalam menulis narasi, dan sebaliknya.
E. Kerangka Pikir
27
Membaca merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh informasi atau memahami suatu bacaan. Membaca yang dilakukan secara rutin merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam keterampilan menulis narasi. Kegiatan yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh informasi atau makna dari bacaan secara rutin disebut dengan intensitas membaca. Pengalaman membaca akan mempengaruhi kemampuan menulis. Semakin banyak pengalaman membaca, seseorang akan semakin mudah dalam menuangkan gagasannya ke dalam bahasa tulis. Dengan membaca, selain memperoleh pengetahuan juga dapat mempelajari struktur bahasa, kaidah menulis, dan memperkaya kosa kata.
Intensitas membaca ditunjukkan dengan seberapa sering siswa melakukan kegiatan membaca. Membaca dengan tujuan mendapatkan wawasan maupun membaca untuk sekedar mengisi waktu luang. Dengan demikian, siswa yang memiliki intensitas membaca yang tinggi akan memiliki keterampilan menulis narasi yang tinggi pula. Begitupun, siswa yang memiliki intensitas membaca yang rendah akan memiliki keterampilan menulis narasi yang rendah.
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
F. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pikir yang telah dijabarkan diatas, hipotesis penelitian ini sebagai berikut.
Intensitas Membaca (X)
28
1. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara intensitas membaca dengan keterampilan menulis narasi siswa kelas IV SD Negeri gugus II Pengasih Kulon Progo tahun ajaran 2015/2016 (Ha).
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian ekspos fakto. Penelitian ekspos fakto (expost facto research) meneliti hubungan sebab akibat yang tidak dimanipulasi atau diberi perlakuan (dirancang dan dilaksanakan) oleh peneliti (dalam Nana Syaodih, 2012: 65). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivism, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2014: 14).
30
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar gugus II Pengasih, Kolon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Gugus II Pengasih terdiri dari delapan Sekolah Dasar yaitu SD N Pengasih 1, SD N Pengasih 3, SD N Kapek, SD N Serang, SD N Klegen, SD N Sendangsari, SD N Clereng, dan SD N Gebangan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 sampai Februari 2016.
C. Variabel Penelitian
Suharsimi Arikunto (2010: 161) mendefinisikan variabel sebagai objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Seperti halnya pendapat Sugiyono (2014: 60) yang menyatakan variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel harus dapar diukur (Purwanto, 2012: 45). Pada penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu:
31
2. Variabel terikat (variabel dependen), merupakan variabel yang dipengaruhi atau variabel yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2014: 61). Variabel terikat (Y) pada penelitian ini adalah keterampilan menulis narasi.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 173), populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Sedangkan Sugiyono (2014: 117) menyatakan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri gugus II Pengasih Kulon Progo.
Tabel 1. Jumlah Siswa Kelas IV SD Gugus II Pengasih
No Nama Sekolah Jumlah Siswa
32
Suharsimi Arikunto (2010: 174) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple
random sampling. Menurut Sugiyono (2014: 120) simple random
sampling adalah pengambilan anggota sampel dan populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.
Pengambilan anggota sampel secara acak dilakukan dengan menggunakan undian, caranya yaitu sebagai berikut.
1) Memberi nomor pada populasi
2) Membuat nomor dengan gulungan kertas sejumlah populasi 3) Mengambil secara acak gulungan sesuai dengan jumlah sampel Untuk menentukan jumlah sampel, peneliti menggunakan rumus slovin, yaitu:
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel populasi 10%.
Dengan menggunakan rumus tersebut, maka perhitungan jumlah sampel yaitu:
33
n= 65,03 dibulatkan menjadi 65 Tabel 2. Anggota Sampel Penelitian
No Nama SD Jumlah
E. Teknik Pengumpulan Data
34 1. Angket
Menurut Sugiyono (2014: 199), angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Selanjutnya kuesioner cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, dalam mengambil data variabel intensitas membaca menggunakan angket berupa butir butir yang berisi pernyataan terkait variabel tersebut. Angket yang digunakan oleh peneliti termasuk ke dalam angket tertutup karena jawaban sudah tersedia dan responden hanya memilih satu jawaban diantara jawaban yang telah tersedia.
2. Tes
Pengumpulan informasi lewat teknik tes lazimnya dilakukan lewat pemberian seperangkat tugas, latihan, atau pertanyaaan yang harus dikerjakan oleh peserta didik (testi, tercoba) yang sedang dites (Burhan Nurgiyantoro, 2014: 105).
35
F. Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2014: 148) instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket dan tes.
1. Angket
Alat ukur angket dalam penelitian ini berupa skala intensitas membaca. Skala ini berguna untuk mengukur keseringan membaca, minat terhadap membaca, dan motivasi membaca. Pilihan jawaban dari skala intensitas membaca yaitu sering, kadang-kadang, pernah, dan tidak pernah. Skala terdiri dari pernyataan positif dan negatif. Pemberian skor pada skala positif dan negatif, sebagai berikut.
Tabel 3. Skor Data Kuantitatif Alternatif Pilihan
36
Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Variabel Intensitas Membaca
No Indikator Kisi-kisi No item Jumlah
Memiliki rasa senang dengan kegiatan Mencari bahan bacaan
di waktu senggang
Tes digunakan untuk mengukur katerampilan menulis narasi. Penilaian dalam instrumen ini dilakukan dengan cara memberikan nilai berdasarkan rubrik yang telah ditentukan dengan beberapa indikator. Kisi-kisi instrumen untuk mengukur keterampilan narasi dijabarkan dalam tabel berikut.
Tabel 5. Kisi-kisi Instrumen Penilaian Keterampilan Menulis Narasi
No Komponen yang Dinilai Skor
Maksimal
37
Tabel 6. Rubrik Penilaian Keterampilan Menulis Narasi
Sumber: Burhan Nurgiyantoro (2014: 441-442), dimodifikasi oleh penulis.
Aspek Kriteria Kategori Skor
Isi gagasan yang dikemukakan dalam karangan sesuai dengan tema dan terdapat empat unsur karangan (tokoh, alur, latar, amanat)
Sangat baik 26-30
Isi gagasan yang dikemukakan dalam karangan sesuai dengan tema dan terdapat tiga unsur karangan (tokoh, alur, latar, amanat)
Baik 17-25
Isi gagasan yang dikemukakan dalam karangan sesuai dengan tema dan terdapat dua unsur karangan (tokoh, alur, latar, amanat)
Cukup 9 16
Isi gagasan yang dikemukakan dalam karangan sesuai dengan tema dan terdapat unsur karangan (tokoh, alur, latar, amanat)
Kurang 0-8
Organisasi isi karangan lengkap (paragraf pembuka, isi, dan penutup) serta ditulis secara urut.
Sangat baik 16-20
Organisasi isi karangan kurang lengkap (paragraf pembuka, isi, dan penutup) serta ditulis secara urut.
Baik 12 15
Organisasi isi karangan lengkap (paragraf pembuka, isi, dan penutup) tetapi ditulis secara tidak urut.
Cukup 6 11
Organisasi isi karangan kurang lengkap (paragraf pembuka, isi, dan penutup) serta ditulis secara tidak urut.
Kurang 0-5
Karangan ditulis menggunakan kalimat yang efektif dan antar kalimat maupun paragraph padu.
Sangat baik 20-25
Karangan ditulis menggunakan kalimat yang yang kurang efektif dan antar kalimat maupun paragraf padu.
Baik 14-19
Karangan ditulis menggunakan kalimat yang efektif tetapi tidak ada keterpaduan antar kalimat maupun paragraf.
Cukup 7 13
Karangan ditulis menggunakan kalimat yang kurang efektif dan tidak ada keterpaduan antar kalimat maupun paragraf.
Kurang 0-6
Menggunakan pilihan kata yang tepat Sangat baik 12 15
Terdapat 1-2 kesalahan pemilihan kata Baik 8 11
Terdapat 3-4 kesalahan pemilihan kata Cukup 4 7
Terdapat lebih dari 4 kesalahan pemilihan kata Kurang 0-3 Tidak terdapat kesalahan penulisan ejaan dan pemakaian
tanda baca
Sangat baik 9 10
Terdapat 1-2 kesalahan penulisan ejaan dan pemakaian tanda baca
Baik 6 8
Terdapat 3-4 kesalahan penulisan ejaan dan pemakaian tanda baca
Cukup 3 5
38
G. Uji Coba Instrumen
Purwanto (2012: 111) menjelaskan butir-butir yang ditulis sesudah spesifikasi instrumen dikembangkan harus dilakukan uji coba untuk mendapatkan kualitas alat ukur yang memenuhi syarat sebagai alat ukur psikis (psychometric). Uji coba instrumen penelitian ini dilakukan di SD N Kepek dengan jumlah siswa 34 anak. Namun saat uji coba dilakukan, ada satu anak yang tidak hadir.
1. Uji Validitas Instrumen
Pengukuran dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila menghasilkan data yang secara akurat memberikan gambaran mengenai variabel yang diukur seperti dikehendaki oleh tujuan pengukuran tersebut (Saifuddin Azwar, 2013: 8). Dalam penelitian menggunakan validitas isi. Validitas isi dilakukan oleh penilai yang kompeten (expert judgement)
untuk mengetahui apakah item relevan dengan tujuan. Selanjutnya instrumen diujicobakan. Hasil uji coba dihitung dengan menggunakan korelasi product moment untuk mengetahui koofisien korelasinya. Rumus yang digunakan adalah:
Keterangan:
rxy = angka indeks korelasi “r” product moment
N = Number of cases
∑XY = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y
∑X = Jumlah seluruh skor X
39
Dalam penelitian ini perhitungan validitas hasil uji coba dianalisis dengan bantuan SPSS 16,0 mengggunakan metode korelasi person. Berdasarkan hasil perhitungan uji coba variabel intensitas membaca diperoleh butir pernyataan yang valid sebanyak 17 butir dari 25 butir. Pernyataan yang valid terdapat pada nomor 1, 2, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 15, 16, 19, 20, 21, 22, 24. Sedangkan yang gugur nomor 3, 7, 13, 14, 17,18, 23, dan 25.
2. Uji Reliabilitas Instrumen
Purwanto (2012: 161) mendefinikan bahwa reliabilitas dapat diartikan sebagai keterpecayaan. Keterpercayaan berhubungan dengan ketetapan dan konsistensi. Instrumen dikatakan dapat dipercaya atau reliabel apabila memberikan hasil pengukuran yang relatif konsisten. Saifuddin Azwar (2013: 7) menyatakan bahwa hasil suatu pengukuran akan dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama. Menurut Uma Sekaran (Duwi Priyatno, 2013: 30) pengambilan keputusan untuk uji reliabilitas sebagai berikut.
a. Conbrach‟s alpha <0,6 = reliabilitas buruk
b. Conbrach‟s alpha 0,6-0,79 = reliabilitas diterima c. Conbrach‟s alpha 0,8 = reliabilitas baik
Untuk mencari reliabilitas menggunakan rumus alpha cronbach
40
Dalam menghitung reliabilitas peneliti menggunakan bantuan program SPSS 16,0. Setelah diuji validitasnya, item-item yang tidak valid dibuang, kemudian dihitung reliabilitasnya. Hasil penghitungan dihitung menggunakan bantuan SPSS 16,0 menunjukkan koefisien reliabilitasvariabel intensitas membaca sebesar 0,792. Dengan demikian, dinyatakan reliabel dan dapat digunakan untuk mengambil data.
H. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini untuk memeriksa apakah variabel yang diselidiki berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan terhadap semua variabel dan dihitung dengan uji Kolmogorov Smirrnov
menggunakan bantuan SPSS. b. Uji Linieritas
41
variabel intensitas membaca dan keterampilan menulis narasi. Uji linieritas dihitung dengan bantuan program SPSS.
2. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis pada penelitian untuk mengetahui hubungan antar dua variabel, yaitu variabel intensitas membaca dan keterampilan menulis narasi. Pengujian hipotesis pada penelitia ini menggunakan analisis korelasi. Analisis korelasi dilakukan Dalam penelitin ini menggunakan analisis korelasi product moment. Korelasi
product moment digunakan untuk menentukan hubungan gejala dua hubungan (Suharsimi Arikunto, 2010: 314). Rumus korelasi product moment sebagai berikut (Sugiyono, 2014; 255).
Keterangan:
rxy = angka indeks korelasi “r” product moment
∑x = Jumlah hasil skor x
∑y = Jumlah seluruh skor y
Setelah diketahui nilai korelasi, selanjutnya memberikan interpretasi nilai r. Menurut Sugiyono (2007: 216) ukuran yang digunakan untuk menginterpretasi nilai r adalah sebagai berikut.
Tabel 7. Pedoman Interpretasi Nilai r
Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 Sangat rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
Data yang dideskripsikan dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu intensitas membaca (X) dan keterampilan menulis narasi (Y). Data diperoleh dengan cara memberikan angket dan tes kepada subyek.
1. Variabel Intensitas Membaca
Data variabel intensitas membaca diambil menggunakan skala dengan 17 butir pernyataan yang diberikan kepada 65 responden. Terdapat 4 alternatif jawaban sering, kadang-kadang, pernah, dan tidak pernah.Masing-masing butir mendapat skor 1-4. Berdasarkan hasil yang diperoleh di lapangan, didapatkan nilai tertinggi dari 65 responden yaitu 64 dan nilai terendah 32. Selain itu juga diketahui mean 48, 23, median 47, modus 40 dan standar deviasi sebesar 7,95.
Dari hasil perhitungan, juga didapat persentase skor per indikator, yaitu sebagai berikut.
43
a. Tabel Distribusi Frekuensi Intensitas Membaca
Tabel distribusi frekuensi intensitas membaca yaitu sebagai berikut.
Tabel 9.Distribusi Frekuensi Intensitas Membaca No Interval Frekuensi
1 32-36 5
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa frekuensi tertinggi terdapat pada data interval 52-56, yaitu 15 siswa.
b. Kategori Skor Intensitas Membaca
Untuk mengetahui tingkat intensitas membaca, dilakukan pengukuran dengan menggunakan acuan yang dikemukakan oleh Anas Sudijono (2011: 176), yaitu sebagai berikut.
1) Kategori tinggi = apabila skor ≥ (M + 1SD)
2) Kategori sedang = apabila skor antara (M – 1SD) sampai dengan (M + 1SD)
3) Kategori rendah = apabila skor ≤ (M – 1SD) Keterangan:
M = Mean
SD = Standar Deviasi
44
Tabel 10. Kategori Skor Intensitas Membaca
No Interval Kelas Nilai Frekuensi Persentase(%) Kategori
1 55,95 ≤ X 14 21,54 Tinggi
2 40,05 < X < 55,59 36 55,38 Sedang
3 X ≤ 40,05 15 23,08 Rendah
c. Grafik Kategori Skor Intensitas Membaca
Grafik kategori skor intensitas membaca dapat dilihat di bawah ini.
Gambar 2. Grafik Kategori Skor Intensitas Membaca
Berdasarkan tabel dan grafik, dapat dikelatui skor kategori intensitas membaca.Kategori tinggi dengan jumlah 14 siswa dan persentase 21, 54 %. Kategori sedang dengan jumlah 36 siswa dan persentase 55, 38%, sedangkan kategori rendah sebanyak 15 siswa dan persentase 23,08%.
2. Variabel Keterampilan Menulis Narasi
Data variabel keterampilan menulis narasi diambil menggunakan tes yang diberikan kepada 65 responden. Berdasarkan hasil yang diperoleh
45
di lapangan, didapatkan nilai tertinggi dari 65 responden yaitu 82 dan nilai terendah 13. Selain itu juga diketahui mean 49,26, median 48, modus 31 dan 54, sedangkan standar deviasi sebesar 18,26.
Dari hasil perhitungan, juga didapat prosentase skor per indikator, yaitu sebagai berikut.
Tabel 11. Skor Indikator Keterampilan Menulis Narasi
No Indikator Jumlah
a. Tabel distribusi frekuensi keterampilan menulis narasi
Tabel distribusi frekuensi keterampilan menulis narasi yaitu sebagai berikut.
Tabel 12. Distribusi Frekuensi Keterampilan Menulis Narasi No Interval Frekuensi
1 13-22 3
46
a. Kategori Skor Keterampilan Menulis Narasi
Untuk mengetahui tingkat keterampilan menulis narasi, dilakukan pengukuran dengan menggunakan acuan yang dikemukakan oleh Anas Sudijono (2011: 176), yaitu sebagai berikut.
1) Kategori tinggi = apabila skor ≥ (M + 1SD)
2) Kategori sedang = apabila skor antara (M – 1SD) sampai dengan (M + 1SD)
3) Kategori rendah = apabila skor ≤ (M – 1SD) Keterangan:
M = Mean SD = Standar Deviasi
Kategori skor keterampilan menulis narasi, yaitu sebagai berikut. Tabel 13. Kategori Skor Keterampilan Menulis Narasi
No Interval Kelas Nilai Frekuensi Persentase(%) Kategori
1 67,58 ≤ X 13 20 Tinggi
2 31,06 < X < 67,58 39 60 Sedang
3 X ≤ 31,06 13 20 Rendah
b. Grafik Kategori Skor Keterampilan Menulis Narasi
Grafik kategori skor keterampilan menulis narasi yaitu sebagai berikut.
Gambar 3. Grafik Kategori Skor Keterampilan Menulis Narasi
47
Berdasarkan tabel dan grafik, dapat dikelatui skor kategori intensitas membaca. Kategori tinggi dengan jumlah 13 siswa dan prosentase 20%. Kategori sedang dengan jumlah 39 siswa dan prosentase 60%, sedangkan kategori rendah sebanyak 13 siswa dan prosentase 20%.
B. Uji Prasyarat Analisis
1. Uji Normalitas
Uji normalitas ini untuk memeriksa apakah variabel yang diselidiki berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas variabel dihitung dengan uji Kolmogorov Smirrnov menggunakan bantuan SPSS 16. Kaidah yang digunakan untuk menetapkan normal tidaknya yaitu nilai signifikasi >0,05 sebaran data dikatakan normal. Perhitungan uji normalitas dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.
Tabel 14. Hasil Uji Normalitas Data Variabel Nilai
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai signifikansi untuk variabel intensitas membaca adalah 0,794 dan variabel keterampilan menulis narasi 0,702. Kedua nilai signifikansi menunjukkan diatas 0,05. Jadi dapat dikatakan data kedua variabel berdistribusi normal.
2. Uji Linieritas
48
variabel bebasnya.Perhitungan uji linieritas yang dihitung dengan bantuan
SPSS16 yaitu sebagai berikut. Tabel 15.Hasil Uji Linieritas Data
Variabel Sig. Deviation of Linearity
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai signifikansi linearity di bawah 0,05 dan nilai Sig. Deviation of Linearity di atas 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hubungan kedua variabel dalam penelitian ini adalah linier.
C. Pengujian Hipotesis
Analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan antar dua variabel, yaitu variabel intensitas membaca dan keterampilan menulis narasi siswa kelas IV SD gugus IV Pengasih Kulon Progo tahun ajaran 2015/2016. Dalam penelitian ini menggunakan analisis korelasi product moment. Hipotesis yang diajukan yaitu
1. ada hubungan positif dan signifikan antara keterampilan menulis narasi siswa kelas IV SD gugus II Pengasih Kulon Progo tahun ajaran 2015/2016 (Ha)
49
Perhitungan yang lakukan dengan bantuan SPSS diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,617. Berdasarkan pedoman kriteria yang dikemukakan Sugiyono (2007: 216) menunjukkan tingkat hubungan antara intensitas membaca dengan keterampilan menulis narasi dikategorikan kuat dengan interval 0,6-0,799. Selanjutnya dilakukan uji signifikansi dengan membandingkan r hitung dengan r tabel.Jika r hitung < r tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Tetapi sebaliknya jika r hitung > r tabel maka Ha diterima dan Ho ditolak. Harga r hitung pada penelitian ini sebesar 0,617 sedangkan r tabel sebesar 0,244 dengan taraf signifikansi 5% dan N= 65. Hal tersebut menunjukkan bahwa harga r hitung > r tabel, artinya Ha diterima dan Ho ditolak. Hal tersebut menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara intensitas membaca dengan keterampilan menulis narasi siswa kelas IV SD gugus II Pengasih Kulon Progo tahun ajaran 2015/2016.
D. Pembahasan
Hasil analisis data pada 65 responden diperoleh data variabel intensitas membaca dan variabel keterampilan menulis narasi. Variabel intensitas membaca secara umum dikategorikan sedang dengan persentase 55,38%. Sama halnya pada variabel keterampilan menulis narasi yang secara umum dikategorikan sedang dengan persentase 60%.
50
membaca dengan keterampilan menulis narasi. Dapat dikatakan, semakin tinggi intensitas membaca akan semakin tinggi pula keterampilan menulis narasi siswa kelas IV SD gugus II Pengasih Kulon Progo tahun ajaran 2015/2016, begitupun sebaliknya semakin rendah intensitas membaca akan semakin rendah pulan keterampilan menulis narasi siswa kelas IV SD gugus II Pengasih Kulon Progo tahun ajaran 2015/2016.
Koefisien korelasi selanjutnya diinterpretasikan untuk mengetahui tingkat hubungan kedua variabel. Interpretasi nilai koefisien korelasi menggunakan pedoman menurut Sugiyono (2007: 216), maka dapat diketahui hubungan variabel intensitas membaca dengan variabel keterampilan menulis narasi siswa kelas IV SD gugus II Pengasih Kulon Progo tahun ajaran 2015/2016 pada kategori kuat dengan interval 0,6-0,799 yaitu pada nilai r 0,617.
51
menulis narasi siswa kelas IV SD gugus II Pengasih Kulon Progo tahun ajaran 2015/2016.
Menurut Suparno dan Mohamad Yunus (2010: 1.7) kualitas pengalaman membaca akan sangat mempengaruhi kesuksesannya dalam menulis. Burns, dkk. (Saleh Abbas, 2006: 127) mengemukakan bahwa membaca dan menulis saling mendukung satu dengan lainnya. Sejalan dengan pendapat Saleh Abbas (2006: 127) yang menjelaskan bahwa,
“… menulis sebagai proses berfikir yang terdiri atas serangkaian aktivitas yang fleksibel berkaitan erat dengan membaca. Hal tersebut dapat dilihat dari (1) sebelum menulis, diperlukan berbagai pengetahuan awal dan informasi yang berkaitan dengan topik yang digarap, untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan tersebut membaca merupakan sarana yang tepat. (2) setelah menulis, pada tahap revisi, penyuntingan, dan publikasi. Penulis pada dasarnya adalah pembaca yang melakukan kegiatan berulang-ulang terhadap tulisannya.”
Hasil penelitian ini membuktikan adanya hubungan positif dan signifikan antara intensitas membaca berhubungan positif dengan keterampilan menulis narasi. Semakin tinggi intensitas membaca semakin tinggi semakin tinggi pula keterampilan menulis narasinya. Dengan demikian hendaknya guru, kepala sekolah, dan orang tua dapat menupayakan peningkatan intensitas membaca.
E. Keterbatasan Penelitian
52
2. Peneliti hanya meneliti satu faktor yang mempengaruhi keterampilan menulis narasi, yaitu intensitas membaca. Padahal, kemungkinan faktor lain juga mempengaruhi.
53
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan bahwa intensitas membaca berada pada ketegori sedang yaitu sebesar 55,38% dan keterampilan menulis narasi secara umum berada pada kategori sedang yaitu sebesar 60%. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan r hitung 0,617 > r tabel 0,244 dengan taraf signifikansi 5% dan N=65. Hasil hipotesis tersebut menunjukkan ada hubungan positif dan signifikan antara intensitas membaca dengan keterampilan menulis narasi siswa kelas IV SD gugus II Pengasih Kulon Progo. Hal tersebut dapat diartikan semakin tinggi intensitas membaca maka semakin tinggi pula keterampilan menulis narasi siswa.
B. Saran
1. Bagi Siswa
Siswa disarankan untuk berkunjung ke perpustakaan dan membaca buku. Hal dapat memperkaya pengetahuan dan perbendaharaan kata sehingga akan mempermudah dalam mengarang.
2. Bagi Guru
54 3. Bagi Kepala Sekolah
55
Daftar Pustaka
Ahmad Rofi‟uddin dan Darmyati Zuchdi. (1999). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Jakarta: Dirjen Depdikbud.
Alek A. dan H. Achmad H.P. (2010). Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta: Kencana.
Amitya Kumara, dkk. (2014). Kesulitan Berbahasa pada Anak. Yogyakarta: PT Kanisius.
Anas Sudijono. (2011). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Pt Rajagrafindo Persada.
Aprianto Dwi Atmaji. (2014). Pengaruh Motivasi, Intensitas, dan Minat Penggunaan Komputer sebagai Media Pembalajaran terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X Kompetensi Keahlian Multimedia pada Mata Pelajaran Produktif Multimedia di SMK Negeri 1 Wonosari. Skripsi. Yogyakarta: FT UNY.
Burhan Nurgiyantoro. (2014). Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: BPFE.
Dalman. (2014). Keterampilan Membaca. Jakarta: Rajawali Press.
Duwi Priyatno. (2013). Mandiri Belajar Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Mediakom.
Dwi Sunar Prasetyono. (2008). Rahasia Mengajarkan Gemar Membaca pada Anak Sejak Dini. Yogyakarta: Diva Press.
Farida Rahim. (2008). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar.Jakarta: Bumi Aksara.
Haryadi dan Zamzani. (1997). Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia.
Jakata: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi.
Keraf, Gorys. (2003). Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca sebagai suatu Keterampilan Berbahasa.Bandung: Penerbit Angkasa.
56
Maryuningsih. (2014). Hubungan Minat Membaca Dengan Keterampilan Menulis Narasi Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Se-Gugus Kecamatan Kraton Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014. Skripsi. Yogyakarta: FIP UNY. Nana Syaodih Sukmadinata. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Purwanto. (2012). Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan: Pengembangan dan Pemanfaatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sabarti Akhadiah, dkk. (1993). Bahasa Indonesia 1. Jakarta: Dirjen Depdikbud. Saifudin Azwar. (2013). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Saleh Abbas. (2006). Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Efektif di Sekolah
Dasar. Jakarta: Depdiknas.
Siti Khofiah. (2015). Hubungan Minat Baca Dengan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas Tinggi SD N 1 Karangsari Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo Tahun Ajaran 2014/ 2015. Skripsi. Yogyakarta: FIP UNY.
Sugiyono. (2007). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
________. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Sukino. (2010). Menulis itu Mudah. Yogyakarta: Pustaka Populer LKis.
Suparno dan Mohamad Yunus. (2010). Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka.
57
58
Lampiran 1
70
Lampiran 2
72
Lampiran 3
74
Lampiran 4
76
Data Uji Coba Keterampilan Menulis Narasi
Keterangan: R= Responden
No Nama Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3 Aspek 4 Aspek 5 Total
77
Lampiran 5
79
80
Lampiran 6
81
1. Tulislah identitas anda pada lembar instrument yang telah tersedia
2. Berilah tanda check list (√ ) pada pernyataan-pernyataan dibawah ini sesuai dengan pendapat anda
No Pernyataan 1 Saya membaca buku setiap hari
82 9 Saya memilih sendiri buku yang
akan saya baca
10 Dalam sehari saya tidak membaca buku sama sekali
11 Saya lebih senang menonton kartun dari pada membaca cerita anak 12 Saya tidak suka jika ada PR
membaca buku bacaan
13 Saya lebih suka ngobrol dengan teman daripada membaca
14 Waktu senggang selalu saya gunakan untuk membaca
15 Saya merasa membaca tidak memberikan manfaat bagi saya 16 Saya membaca buku dihari libur 17 Disore hari hari saya lebih memilih
83
Instrumen Keterampilan Menulis Narasi
Nama : Nomor absen : Kelas :
84
Lampiran 7
85
Data Mentah Hasil Penelitian Variabel Intensitas Membaca
87
Data Mentah Hasil Penelitian Variabel Keterampilan Menulis Narasi
No Nama Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3 Aspek 4 Aspek 5 Total
89
Lampiran 8
90
91
92
Lampiran 9
93
94
Lampiran 10
95
Siswa SD N Gebangan sedang mengerjakan skala intensitas membaca