• Tidak ada hasil yang ditemukan

Citra destinasi Daerah Istimewa Yogyakarta menurut wisatawan dari Jakarta dan non Jakarta dan status kunjungannya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Citra destinasi Daerah Istimewa Yogyakarta menurut wisatawan dari Jakarta dan non Jakarta dan status kunjungannya"

Copied!
194
0
0

Teks penuh

(1)

CITRA DESTINASI WISATA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MENURUT WISATAWAN DARI JAKARTA DAN NON JAKARTA

DAN STATUS KUNJUNGANNYA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen,

Oleh: Rosi Susanti Nim: 102214018

PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

CITRA DESTINASI WISATA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MENURUT WISATAWAN DARI JAKARTA DAN NON JAKARTA

DAN STATUS KUNJUNGANNYA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen,

Oleh: Rosi Susanti Nim: 102214018

PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)

Skripsi

CITRA DESTINASI WISATA DAERAII ISTIXf,EWA YOGVAKARTA

MENL}RUT \ryISATAWAN DARI JAKARTA DAN NO}IT JAKARTA

DAN STATUS KUNJUNGANNYA

Dipersiapkan dan Ditulis Otdt: Resi Susanti

NtM:10221401&

Ycgyakarta, 28 Novem.ber 2S14 Fakultss Ekonomi

Universitas Sanata Dharma kkam.

II

Dewan Penguji

John Philio Simandj untak,S. E..

(5)

iv

Hakuna Matata

The Lion’s King

Keep going

No matter what you do, no matter how many times you screw up and think to yourself there’s no point to carry on ’ no matter how many people tell you that

you can’t do it –keep doing. Don’t quit. Don’t quit, because a month from now

you will be that much closer to your goal than you are now. Yesterday you said tommorow. Make today count.

(anonymous)

Bermimpilah selagi kamu punya mimpi dan ingin bermimpi, tapi hidup bukanlah hanya tentang bermimpi. Bangunlah dan kejarlah semua mimpimu satu demi satu, kerahkan seluruh energimu, maka seluruh Alam Semesta akan

membantu membukakan semua pintu-pintu mimpimu (Rosi Susanti)

Skripsi ini dipersembahkan kepada:

Tuhan Yesus Kristus yang selalu jadi penopang kekuatan dalam setiap kesulitan

Bapak dan Ibu untuk seluruh doa, pengorbanan dan cintanya

(6)
(7)

LEMBAR PER}IYATAAI\I PERSETUJUAII

PT]BLIKASI KARYA ILMIAII IINTUK KEPENTINGA}I AKADEMIS

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Rosi Susanti

Nomor Induk

Mahasiswa

:102214018

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaarl

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

CITRA DESTINASI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MEIYURUT

}VISATAWAI\I DARI JAKARTA I}AI{ NON JAKARTA DAN STATUS KT]NJUNGAITITYA

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak

untuk

menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta

izin

dari saya

maupun memberikan royalty kepada saya selama teteap mencanfumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Padatanggal: 17 Desember 2014 Yang menyatakan

@

Rosi Susanti

VI

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus atas penyertaannya selama proses penyusunan skripsi ini berlangsung hingga

akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Citra

Destinasi Daerah Istimewa Yogyakarta Menurut Wisatawan Jakarta dan

Non Jakarta”. Skripsi ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen, Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik melalui bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Herry Maridjo M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Dr. Lukas Purwoto S.E., M.Si., selaku Ketua Program Studi Manajemen Universitas Sanata Dharma.

3. Ibu Ike Janita Dewi, S.E., M.B.A., Ph.D., selaku dosen

pembimbing I yang dengan kesabarannya dan dukungannya telah mengarahkan dan membimbing penulis dengan kesungguhan hati. 4. Ibu Lucia Kurniawati S.Pd., M.S.M., selaku dosen pembimbing II

yang dengan kesabarannya juga dukungannya serta perhatian yang telah diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini menjadi lebih sempurna.

5. Bapak Andi Muhammad Mudhiuddin, selaku ketua Himpunan dan asesor kompetensi Pemandu Wisata Provinsi DIY yang telah membagikan pengalamannya dan sudut pandangnya terkait pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta yang sangat berguna dalam penelitian ini.

(9)

viii

pariwisata dalam proses wawancara juga atas nasehatnya kepada peneliti di bidang bisnis.

7. Bapak Aria Nugrahadi S.T., selaku Kepala Bidang (KABID) Pengembangan Destinasi Dinas Pariwisata Provinsi DIY yang telah memberikan waktunya dan informasi serta pengalamannya di bidang pariwisata dalam penelitiam ini

8. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma

9. Untuk Bapak, Thomas Suyitno terimakasih telah menjadi laki-laki terhebat dan tercerdas dalam hidup saya dan yang selalu membuat saya ingin menjadi wanita yang lebih hebat dan cerdas untuk keluarga saya kelak. Untuk Ibu, Olivia Nurhayati, terimakasih atas doa yang selalu di panjatkan setiap hari, atas cinta dan pengorbanan yang telah kalian berdua berikan.

10. Untuk Buani yang dengan sabar membantu memberikan dukungan doa, mengajari tentang pelajaran hidup untuk saat ini dan di masa depan, terimakasih banyak atas semuanya.

11. Untuk orang yang paling saya sayangi Chrise Xosia Damar Kalbuadi, terimakasih sudah hadir di waktu yang tepat dan selalu menjadi pelangi sehabis hujan. Terimakasih atas segala dukungan, doa, motivasi, pengorbanan sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

12. Untuk teman-teman yang telah membantu saya membagikan kuesioner ini, Damar, Lona, Eeng, Sean. Maaf sudah merepotkan dan tanpa kalian pasti proses pembagian kuesioner tidak semenyenangkan ini. Terimakasih atas segala saran dan kritikannya

13. Untuk rekan-rekan penelitian terimakasih atas kerjasamanya selama ini.

(10)

kembali ke masa kecil.

16. Untuk motor vario merah yang dengan setia selalu menemani dari

awal penelitian sarnpai selesai, terimakasih sudah me4iadi sahabat perjalanan terbaik yang pernah saya miliki.

Penulis menyadari bahwa slripsi

ini

masih banyak kekurangan karena keterbatasan dan pengalaman yang dimiliki penulis. oleh karena itu, penulis

mengharapkan

kdtik

dan saran yang membangun dari para pembaca guna menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat meqiadi

bahan masukan bagi rekan-rekan dalam menyusun skripsi,

Yogyakart4 28 Oktober 2014 Penulis

6nF

Rosi Susanti

NIM:102214018

(11)

x DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

HALAMAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... x

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xi

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xii

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

HALAMAN ABSTRAK ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Batasan Masalah... 8

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 9

F. Sistematika Peelitian Skripsi ... 9

BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS ... 11

A. Industri Pariwisata ... 11

B. Teori Segmentasi Pasar ... 14

C. Pengertian Branding ... 18

D. Pengertian Destination Branding ... 22

E. Pengertian Atribut ... 29

F. Teori Persepsi ... 33

(12)

xi

H. Kerangka Konseptual Penelitian ... 36

I. Perumusan Hipotesis ... 38

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

A. Pendahuluan ... 40

B. Penelitian Tahap I ... 41

C. Penelitian Tahap I ... 44

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN ... 53

A. Sejarah Kota Yogyakarta ... 53

B. Kondisi Geografis ... 54

C. Pengelolaan dan Pengembangan Destinasi ... 56

D. Program Promosi Pariwisata ... 59

E. Daftar Nama Destinasi Pariwisata DIY ... 60

F. Daftar event di DIY ... 62

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 63

A. Penelitian tahap I ... 63

B. Penelitian tahap II ... 68

C. Uji Instrumen Penelitian ... 100

D. Uji Reliabilitas ... 102

E. Deskriptif Variabel Penelitian ... 103

F. Analisis Data ... 113

G. Uji t sampel bebas (independent samples t test) ... 113

(13)

xii

BAB VI KESIMPULAN DAN IMPLIKASI HASIL PENELITIAN ... 124

A. Kesimpulan Penelitian ... 124

B. Implikasi Manajerial ... 126

C. Implikasi Penelitian Lanjutan ... 128

DAFTAR PUSTAKA ... 129

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

4.1 Program dan Kegiatan Anggaran Periode 2013/2014 ... 58

4.2 Daftar Destinasi di DIY ... 61 4.3 Daftar event di DIY tahun 2014 ... 62 5.1 Karakteristik Responden Secara Keseluruhan Berdasarkan

Asal Wisatawan ... 69 5.2 Karakteristik Responden Secara Keseluruhan Berdasarkan

Jenis Kelamin ... 70 5.3 Karakteristik Responden Secara Keseluruhan Berdasarkan

Usia ... 71 5.4 Karakteristik Responden Secara Keseluruhan Berdasarkan

Pendidikan ... 73 5.5 Karakteristik Responden Secara Keseluruhan Berdasarkan

Pekerjaan ... 75 5.6 Karakteristik Responden Secara Keseluruhan Berdasarkan

Pengeluaran ... 76 5.7 Karakteristik Responden Secara Keseluruhan Berdasarkan

Lama Menginap/tinggal di Yogyakarta ... 78 5.8 Karakteristik Responden Secara Keseluruhan Berdasarkan

Status Kunjungan ... 79 5.9 Karakteristik Responden Asal Jakarta Berdasarkan

Jenis Kelamin ... 81 5.10 Karakteristik Responden Asal Jakarta Berdasarkan

Usia ... 82 5.11 Karakteristik Responden Asal Jakarta Berdasarkan

Pendidikan ... 83 5.12 Karakteristik Responden Asal Jakarta Berdasarkan

(15)

xiv

5.13 Karakteristik Responden Asal Jakarta Berdasarkan

Pengeluaran ... 86

5.14 Karakteristik Responden Asal Jakarta Berdasarkan Lama Menginap ... 88

5.15 Karakteristik Responden Asal Jakarta Berdasarkan Status Kunjungan Wisatawan ... 89

5.16 Karakteristik Responden Asal Non Jakarta Berdasarkan Jenis Kelamin ... 90

5.17 Karakteristik Responden Asal Non Jakarta Berdasarkan Usia ... 92

5.18 Karakteristik Responden Asal Non Jakarta Berdasarkan Pendidikan ... 93

5.19 Karakteristik Responden Asal Non Jakarta Berdasarkan Pekerjaan ... 94

5.20 Karakteristik Responden Asal Non Jakarta Berdasarkan Pengeluaran ... 96

5.21 Karakteristik Responden Asal Non Jakarta Berdasarkan Lama Menginap ... 97

5.22 Karakteristik Responden Asal Jakarta Berdasarkan Status Kunjungan Wisatawan ... 99

5.23 Hasil Pengujian Construct Validity ... 101

5.24 Hasil Pengujian Reliabilitas ... 102

5.25 Hasil Interpretasi Rata-rata Penilaian Citra Destinasi DIY ... 104

5.26 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Citra Destinasi DIY menurut Wisatawan dari Jakarta ... 105

5.27 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Citra Destinasi DIY menurut wisatawan dari Non Jakarta ... 106

5.28 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Citra Destinasi DIY menurut Asal Wisatawan ... 107

(16)

xv

5.30 Ranking Citra Destinasi DIY berdasarkan Jumlah ... 109

5.31 Ranking Citra Destinasi DIY secara Keseluruhan ... 111

5.32 Descriptive Statistics Citra Destinasi menurut Wisatawan Jakarta ... 113

5.33 Descriptive Statistics Citra Destinasi menurut Wisatawan Non Jakarta . 113 5.34 Hasil Uji t independent samples t test (Group Statistics) ... 113

5.35 Rata-rata persepsi terhadap Citra Destinasi DIY ... 114

5.36 Rata-rata Status Kunjungan Wisatawan ... 117

5.37 Test of Homogeneityof variances ... 118

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

1.1 Jumlah Wisatawan Domestik dan Asing... 5

2.1 Places as Realitional Brand Networks ... 27

2.2 Model Persaingan five forces of competition ... 28

2.3 Susunan KerangkaPemikiran ... 37

5.1 Diagram Karakteristik Responden Secara Keseluruhan Berdasarkan Asal Wisatawan ... 69

5.2 Diagram Karakteristik Responden Secara Keseluruhan Berdasarkan Jenis Kelamin ... 70

5.3 Diagram Karakteristik Responden Secara Keseluruhan Berdasarkan Jenis Usia ... 72

5.4 Diagram Karakteristik Responden Secara Keseluruhan Berdasarkan Pendidikan ... 73

5.5 Diagram Karakteristik Responden Secara Keseluruhan Berdasarkan Pekerjaan ... 75

5.6 Diagram Karakteristik Responden Secara Keseluruhan Berdasarkan Pengeluaran ... 77

5.7 Diagram Karakteristik Responden Secara Keseluruhan Berdasarkan Lama Menginap/Tinggal ... 78

5.8 Diagram Karakteristik Responden Secara Keseluruhan Berdasarkan Status Kunjungan Wisatawan ... 80

5.9 Diagram Karakteristik Responden Asal Jakarta Berdasarkan Jenis Kelamin ... 81

5.10 Diagram Karakteristik Responden Asal Jakarta Berdasarkan Usia ... 82

5.11 Diagram Karakteristik Responden Asal Jakarta Berdasarkan Pendidikan ... 83

(18)

xvii

5.13 Diagram Karakteristik Responden Asal Jakarta Berdasarkan

Pengeluaran ... 87 5.14 Diagram Karakteristik Responden Asal Jakarta Berdasarkan Lama

Menginap ... 88 5.15 Diagram Karakteristik Responden Asal Jakarta Berdasarkan Status

Kunjungan Wisatawan ... 89 5.16 Diagram Karakteristik Responden Asal Non Jakarta Berdasarkan Jenis

Kelamin ... 90 5.17 Diagram Karakteristik Responden Asal Non Jakarta Berdasarkan Usia ... 92 5.18 Diagram Karakteristik Responden Asal Non Jakarta Berdasarkan

Pendidikam ... 93 5.19 Diagram Karakteristik Responden Asal Non Jakarta Berdasarkan

Pekerjaan ... 94 5.20 Diagram Karakteristik Responden Asal Non Jakarta Berdasarkan

Pengeluaran ... 96 5.21 Diagram Karakteristik Responden Asal Non Jakarta Berdasarkan Lama

Menginap ... 98 5.22 Diagram Karakteristik Responden Asal Non Jakarta Berdasarkan Status

(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

LAMPIRAN I Daftar Pertanyaan dan Hasil Penelitian tahap I... 131

LAMPIRAN II Kuesioner ... 137

LAMPIRAN III Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 141

LAMPIRAN IV Hasil Output Uji Beda dan Uji Anova ... 151

(20)

xviii ABSTRAK

CITRA DESTINASI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MENURUT WISATAWAN DARI JAKARTA DAN NON JAKARTA

Rosi Susanti

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, 2014

(21)

xix ABSTRACT

THE IMAGE OF DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ACCORDING TO JAKARTA AND NON JAKARTA TOURISTS

Rosi Susanti Sanata Dharma University

Yogyakarta, 2014

(22)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia memiliki berbagai macam tempat tujuan pariwisata yang sangat

beragam. Salah satu indikator yang menunjukkan adanya pergerakan

dalam kegiatan pariwisata adalah jumlah kunjungan wisatawan, baik

wisatawan domestik maupun wisatawan man canegara/asing. Wearing,

Steven dan Young dalam bukunya mengatakan, pariwisata adalah

fenomena sosial dan budaya yang telah berkembang menjadi sebuah

industri ekonomi yang signifikan di kota-kota dan wilayah di seluruh

dunia. Sedangkan definisi wisatawan adalah seorang atau sekelompok

orang yang melakukan perjalanan ke sebuah atau beberapa negara diluar

tempat tinggal biasanya, atau keluar dari lingkungan tempat tinggalnya

untuk periode kurang dari 12 bulan dan memiliki tujuan untuk melakukan

berbagai aktivitas wisata.

Daerah Istimewa Yogyakarta dikenal sebagai salah satu daerah

yang menjadi tujuan wisata Indonesia disamping Bali, DKI Jakarta, Jawa

Barat dan Jawa Timur, Kepulauan Riau dan sebagainya. Hal ini tidak lepas

dari beragamnya kekayaan wisata DIY baik wisata alam dan budaya yang

bersifat massal maupun minat khusus. Potensi pariwisata yang beragam ini

mampu mendorong wisatawan untuk melakukan destinasi wisata, oleh

(23)

pasar didefinisikan sebagai proses membagi pasar menjadi irisan

konsumen yang khas mempunyai kebutuhan atau sifat yang sama dan

kemudian memilih satu atau lebih segmen yang akan dijadikan sasaran

bauran pemasaran yang berbeda (Schiffman dan Kanuk, 2004:37). Ike

Janita Dewi dalam buku Implementasi dan Implikasi Kelembagaan

Pemasaran Pariwisata yang Bertanggung Jawab (2011) mengatakan, dasar

penggolongan dalam segmentasi pasar tidak bisa dilakukan dengan

sederhana dengan menggunakan kriteria tunggal. Kotler dan Keller (2009)

mengatakan Variabel segmentasi utama dibedakan menjadi segementasi

geografis, demografis, psikografis dan perilaku. Segmentasi Geografis

membagi pasar menjadi berbagai unit geografis seperti negara, negara

bagian, wilayah, kabupaten, kota atau lingkungan sekitar. Segmentasi

Demografis membagi pasar menjadi kelompok-kelompok berdasarkan

variabel seperti usia, ukuran keluarga, siklus hidup keluarga, jenis

kelamin, penghasilan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras, generasi,

kebangsaan dan kelas sosial. Dalam segmentasi psikografis pembeli dibagi

menjadi berbagai kelompok berdasarkan sifat psikologis/kepribadian, gaya

hidup, atau nilai. Segmentasi perilaku, pemasar membagi pembeli menjadi

beberapa kelompok berdasarkan pengetahuan, sikap, penggunaan, atau

(24)

Sebuah branding dan citra (image) dari destinasi wisata mampu

mendorong serta meningkatkan angka kunjungan wisatawan. Branding

adalah produk atau jasa yang dimensinya mendiferensiasikan merek

tersebut dengan beberapa cara dari produk atau jasa lainnya yang

dirancang untuk memuaskan kebutuhan yang sama (Kotler dan Keller,

2009:258). Berdasarkan pertimbangan karakteristik industri dan perjalanan

wisata, (Blain, Levy dan Ritchie, 2005, yang dikutip melalui Dewi, 2011)

mengatakan bahwa destination branding adalah

Serangkaian aktivitas pemasaran yang (1) mendukung penciptaan nama, simbol, logo, tulisan atau gambar grafis lainnya yang secara langsung bisa mengidentifikasi dan membedakan suatu destinasi ditengah destinasi-destinasi lainnya; (2) secara konsisten mengkomunikasikan harapan atas pengalaman perjalanan yang berkesan ke destinasi tersebut;dan (3) menyatukan dan memperkuat hubungan emosional antara pengunjung dengan destinasi tersebut; dan (4) menngurangi biaya pencarian calon wisatawan(search costs)dan risiko (perceived risk). Secara bersama-sama aktivitas-aktivitas tersebut berfungsi sebagai pembentuk citra destinasi yang secara positif mempengaruhi pemilihan destinasi oleh wisatawan. (Blai, Levy, dan Ritchie, 2005).

Titik keberhasilan sebuah branding adalah kemampuan untuk

menghasilkan citra atau kepribadian unik sehingga membedakan antara

destinasi wisata yang satu dengan yang lainnya (Dewi, 2011). Hal ini juga

dikemukakan oleh The English Historic Towns Forum (1992) ditemukan

bahwa lebih dari 80% wisatawan mempertimbangkan lingkungan kota dan

bauran pemasaran sebagai daya tarik destinasi, salah satu faktor yang

dianggap paling penting oleh para wisatawan adalah area pedestrian yang

(25)

karena itu peneliti perlu mengetahui lebih spesifik apa saja atribut-atribut

yang mampu meningkatkan angka kunjungan wisatawan. Mowen dan

Minor (2002:312-315) mengatakan bahwa kepercayaan konsumen

(consumen beliefs) adalah semua pengetahuan yang dimiliki oleh

konsumen dan semua kesimpulan yang dibuat konsumen tentang objek,

atribut dan manfaatnya. Atribut didefinisikan sebagai karakteristik atau

fitur yang mungkin dimiliki atau tidak dimiliki objek, secara lebih spesifik

atribut dibedakan menjadi dua yaitu atribut intrisik dan atribut ekstrinsik.

Atribut intrinsik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat

aktual produk sedangkan atribut ekstrinsik adalah segala sesuatu yang

diperoleh dari aspek eksternal produk seperti nama, merek, kemasan dan

label.

Besarnya angka kunjungan wisatawan yang berkunjung ke DIY

dapat diukur dengan berbagai cara, salah satunya melalui pendekatan

jumlah tamu yang menginap di hotel yang berada dalam wilayah DIY atau

berdasarkan catatan jumlah pengunjung dari setiap kawasan tujuan wisata

dan event wisata serta pintu masuk kedatangan. Menurut data statistika

pariwisata DIY jumlah kunjungan wisman (wisatawan mancanegara) dan

wisnus (wisatawan nusantara) khususnya untuk periode 2005-2012

mengalami fluktuasi, hal ini sangat dipengaruhi oleh kondisi

perekonomian makro maupun faktor eksternal seperti bencana alam.

Tercatat sebanyak dua kali jumlah angka wisatawan mengalami penurunan

(26)

sebagai dampak dari erupsi Merapi. Secara umum, pada tahun 2012

jumlah kunjungan wisatawan ke DIY mencapai 3,536 juta pengunjung,

yang terdiri dari 3,398 juta wisatawan domestik dan 148,5 ribu wisatawan

asing. Jumlah wisatawan domestik jauh lebih besar dengan 95,81 persen

dan proporsi wisatawan asing sebesar 4,19 persen.

Gambar 1.1 Jumlah Wisatawan Domestik dan Asing yang Datang ke DIY 2005-2012

Perkembangan kunjungan wisatawan selama delapan tahun

terakhir ini menunjukkan terjadi peningkatan sebesar 5,87 persen. Jumlah

kunjungan wisatawan asing mampu tumbuh di atas 12 persen per tahun,

sementara wisatawan domestik tumbuh sebesar 5,6 persen per tahun.

Peranan pemerintah dalam mendorong serta meningkatkan jumlah

wisatawan dapat dilakukan melalui kebijakan pengembangan destinasi

(27)

Perkembangan kunjungan wisatawan terutama wisatawan nusantara sangat

dipengaruhi oleh faktor musiman. Kunjungan akan meningkat tajam pada

saat musim liburan sekolah, libur panjang akhir pekan, libur hari raya

keagamaan maupun akhir tahun.

Berdasarkan latar belakang pendapat serta data-data yang telah

dilakukan oleh berbagai pihak maka penelitian ini mencakup atribut,

segmentasi geografis serta tingkat kepentingan wisatawan nusantara dalam

mengunjungi Daerah Istimewa Yogyakarta. Blain, Levy dan Richie (2005)

mengungkapkan bahwa sebuah destination branding mengkomunikasikan

harapan-harapan atau pengalaman perjalanan yang berkesan ke destinasi

tersebut dan menyatukan memperkuat hubungan emosional antara

pengunjung dengan destinasi itu. Berdasarkan argumen tersebut secara

spesifik penelitian ini melibatkan wisatawan yang berasal dari Jakarta dan

non Jakarta, dimana wisatawan asal Jakarta pasti mempunyai sudut

pandang yang berbeda tentang citra destinasi DIY dengan wisatawan yang

berasal dari non Jakarta saat melakukan kunjungan wisata, seperti yang

telah diketahui bahwa kota Jakarta adalah kota yang padat penduduk,

ruwet dan sibuk sehingga ketika musim liburan, biasanya mereka

cenderung pergi ke kota-kota yang tidak terlalu jauh seperti Bandung atau

Yogyakarta untuk menghilangkan kepenatan. Sedangkan untuk wisatawan

non Jakarta keinginan yang dimiliki wisatawan memilih Yogyakarta

biasanya karena jaraknya sangat dekat dengan tempat tinggalnya atau

(28)

Destinasi Daerah Istimewa Yogyakarta Menurut Wisatawan dari Jakarta dan Non Jakarta”

Alasan peneliti memilih topik dan judul ini adalah untuk

mengetahui penilaian citra destinasi menurut para wisatawan yang telah

melakukan kunjungan wisata serta atribut-atribut apa saja yang mampu

mendorong minat para wisatawan berkunjung ke sebuah destinasi

khususnya di DIY.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ada maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Apa saja atribut-atribut destinasi Daerah Istimewa Yogyakarta

yang menarik wisatawan untuk mengunjungi Daerah Istimewa

Yogyakarta?

2) Bagaimana tingkat kepentingan atribut-atribut di atas jika dilihat

dari penilaian wisatawan yang datang ke Daerah Istimewa

Yogyakarta?

3) Bagaimana penilaian wisatawan terhadap citra Daerah Istimewa

Yogyakarta sebagai tujuan destinasi menurut atribut-atribut

tersebut?

4) Apakah ada perbedaan persepsi terhadap citra Daerah Istimewa

Yogyakarta menurut wisatawan yang berasal dari Jakarta dan Non

(29)

C. Batasan Masalah

Penelitian ini akan meneliti tentang citra destinasi Daerah Istimewa

Yogyakarta menurut asal wisatawan yang sedang melakukan kunjungan

destinasi. Responden dalam penelitian ini adalah wisatawan yang berasal

dari Jakarta dan Non Jakarta yang sedang berada di sekitar tempat

pengambilan sampel.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk:

1) Mengetahui apa saja atribut-atribut destinasi Daerah Istimewa

Yogyakarta yang menarik wisatawan untuk datang berkunjung.

2) Mengetahui tingkat kepentingan atribut apabila dilihat dari

penilaian wisatawan yang mengunjungi DIY.

3) Mengetahui penilaian wisatawan terhadap citra Daerah Istimewa

Yogyakarta sebagai tujuan destinasi menurut atributnya.

4) Mengetahui perbedaan persepsi terhadap citra DIY menurut

wisatawan yang berasal dari Jakarta dan Non Jakarta berdasarkan

(30)

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah:

1) Bagi Dinas Pariwisata DIY, diharapkan dengan penelitian ini dapat

mengetahui citra keseluruhan daerahnya menurut para wisatawan

yang sedang melakukan kunjungan destinasi sehingga dapat

membantu pengembangan dan pengelolaan yang lebih baik dalam

rangka meningkatkan citra pariwisata.

2) Bagi pelaku pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta, penelitian

ini dapat digunakan sebagai alat untuk mengetahui bagaimana

penilaian wisatawan terhadap citra destinasi pariwisata sehingga

dapat menjadi referensi dalam peningkatan pelayanan bagi

wisatawan.

3) Bagi strategi promosi pemasaran, penelitian ini diharapkan dapat

memunculkan gagasan-gagasan strategi pemasaran dimana

nantinya dapat lebih memperkenalkan Daerah Istimewa

Yogyakarta sebagai tujuan destinasi wisata

F. Sistematika Penelitian Skripsi

Bab I Pendahuluan

Dalam bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah,

rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat

(31)

Bab II Tinjauan Literatur dan Perumusan Hipotesis

Dalam bab ini diuraikan tentang teori-teori yang terkait dengan

masalah yang diteliti secara hipotesis.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini memaparkan tentang pendahuluan, tahap penelitian I dan

II, jenis penelitian, lokasi penelitian, variabel penelitian, populasi

dan sampel, sumber data, teknik pengambilan sampel, teknik

pengumpulan data dan teknik analisis data.

Bab IV Gambaran Umum Citra Destinasi Daerah Istimewa Yogyakarta

Dalam bab ini diuraikan gambaran umum mengenai citra destinasi

pariwisata yang ada DIY.

Bab V Analisis Data

Dalam bab ini diuraikan mengenai metode-metode yang akan

digunakan untuk penelitian berdasarkan data yang telah

dikumpulkan.

Bab VI Kesimpulan dan Implikasi Hasil Penelitian

Dalam bab ini diuraikan tentang kesimpulan dan implikasi hasil

penelitian. Implikasi ini dibagi menjadi dua yaitu, implikasi

(32)

11 BAB II

TINJAUAN LITERATUR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Industri Pariwisata

Destinasi merupakan suatu tempat yang dikunjungi dengan waktu

yang signifikan selama perjalanan seseorang dibandingkan dengan tempat

lain yang dilalui selama perjalanan. Tentunya setiap wisatawan memiliki

ketertarikan terhadap industri pariwisata yang sedang di kunjungi. Ada

berbagai motivasi yang mendorong keberanian dan tekad para wisatawan

yaitu kebutuhan praktis dalam politik dan perdagangan, perasaan ingin

tahu dan dorongan keagamaan (Spillane, 1987:15).

Menurut UU No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, yang dimaksud

dengan kepariwisataan adalah sebagai berikut:

1) Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang

atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk

tujuan rekreasi, 10 pengembangan pribadi, atau mempelajari

keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu

sementara.

2) Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung

berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,

pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.

3) Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan

(33)

muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta

interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama

wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha.

4) Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan,

keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam,

budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan

kunjungan wisatawan.

5) Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi

Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau

lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik

wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta

masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya

kepariwisataan.

6) Industri Pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling

terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi

pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan

pariwisata.

Industri pariwisata terkait dengan sektor jasa. Definisi tentang jasa

adalah tindakan atau kinerja yang ditawarkan suatu pihak kepada pihak

lainnya. Walaupun prosesnya mungkin terkait dengan produk fisik,

kinerjanya pada dasarnya tindak nyata dan biasanya tidak menghasilkan

kepemilikan atas faktor-faktor produksi.Jasa juga dapat berarti kegiatan

(34)

waktu dan tempat tertentu, sebagai hasil dari tindakan mewujudkan

perubahan yang diinginkan dalam diri atau atas nama penerima jasa

tersebut (Lovelock dan Wright, 2005:5).

Lovelock dan Wright (2005) mengatakan, untuk memasarkan jasa

dibutuhkan strategi-strategi yang tepat sasaran, definisi dari strategi jasa

adalah:

1. menentukan atribut jasa yang paling penting untuk memenuhi dan

melampaui harapan pelanggan

2. menentukan kemampuan perusahaan kita di bidang jasa yang

sudah ada dan yang masih merupakan potensi. Memperkirakan

kompetensi dan ketidak kompetensian jasa, kekuatan dan

kelemahan sumber daya, reputasi jasa, sistem keyakinan dan

alasan “keberadaan”

3. menyusun strategi jasa yang terkait dengan kebutuhan pelanggan

yang penting dan terus menerus, memanfaatkan kerentanan

pesaing dan menyesuaikan antara kemampuan perusahaan kita

dan potensi yang ada. Kontribusi jasa memiliki peranan yang

sangat penting dalam bidang perekonomian karena dapat

(35)

B. Teori Segmentasi Pasar

Segmentasi pasar didefinisikan sebagai proses membagi pasar

menjadi irisan-irisan konsumen yang khas yang mempunyai kebutuhan

atau sifat yang sama dan kemudian memilih satu atau lebih segmen yang

akan dijadikan sasaran bauran pemasaran yang berbeda (Schiffman dan

Kanuk, 2008: 37).

Dalam mementukan karakter segmen pasar dapat dilakukan dengan

berbagai cara, salah satunya adalah dengan mengidentifikasi segmen

preferensi sebagai berikut (Kotler dan Keller, 2009:229);

1) Preferensi homogen

Preferensi ini ada kerika semua konsumen mempunyai preferensi

yang hampir sama (pasar tidak menunjukkan segmen alami)

2) Preferensi Terdifusi

Pada sisi ekstern yang lain konsumen dengan preferensi ini

mempunyai preferensi yang sangat bervariasi, seperti misalnya

munculnya beberapa merek di pasar dan setiap merek ingin

memposisikan diri didalam ruang persaingan dan memperlihatkan

perbedaan nyata untuk menyesuaikan diri dengan perbedaan dalam

konsumen.

3) Preferensi Kelompok

Preferensi ini dihasilkan ketika segmen pasar alami muncul dari

(36)

Melalui teori segmentasi pasar, perusahaan membagi pasar yang

besar dan heterogen menjadi segmen yang lebih kecil yang dapat dicapai

secara lebih efisien (Kotler dan Amstrong, 2009):

a. Segmentasi Geografis

Memerlukan pembagian pasar menajdi unit geografis seperti

negara, negara bagian, wilayah, kabupaten, kota atau lingkungan

sekitar.

b. Segmentasi Demografis

Dalam segmentasi geografis kita membagi pasar menjadi

kelompok-kelompok berdasarkan variabel seperti usia, ukuran

keluarga, siklus hidup keluarga, jenis kelamin, penghasilan,

pekerjaan, pendidikan, agama, ras, generasi, kebangsaan, dan kelas

sosial.

c. Segmentasi Psikografis

Pada segmentasi ini, pembeli dibagi menjadi berbagi kelompok

berdasarkan sifat psikologis/ kepribadian, gaya hidup, atau nilai.

d. Segmentasi Perilaku

Dalam segmentasi perilaku, pemasar membagi pembeli menjadi

beberapa kelompok berdasarkan pengetahuan, sikap, penggunaan,

(37)

Secara umum penelitian ini mencakup beberapa teori segmentasi di

atas yang akan dimuat dalam poin-poin pertanyaan identitas kuesioner.

Namun karena penelitian ini membahas tentang wisatawan dari Jakarta

dan Non Jakarta sehingga secara lebih lanjut penelitian ini akan

menambahkan tentang definisi variabel segmentasi geografis dan perilaku,

seperti di bawah ini:

1. Variabel Segmentasi Geografis

Pada segmentasi ini dibagi menurut tempat, teori mengatakan

bahwa orang yang tinggal di daerah yang sama mepunyai

kebutuhan dan keinginan yang serupa, dan bahwa kebutuhan dan

keinginan ini berbeda dari kebutuhan dan keinginan orang-orang

yang tinggal di daerah lain.

2. Variabel Segmentasi Perilaku

Variabel perilaku terbaik dalam pembagunan pasar adalah:

a) Kejadian: didefinisikan berdasarkan waktu hari, bulan,

tahun atau berdasarkan aspek temporer kehidupan

konsumen yang didefinisikan dengan baik

b) Manfaat: tidak semua orang yang membeli produk

menginginkan manfaat yang sama dari produk tersebut

c) Status pengguna: semua produk mempunyai non pengguna,

mantan pengguna, pengguna potensial, pengguna pertama,

dan pengguna teratur. Kunci untuk menarik pengguna

(38)

alasan mengapa mereka tidak menggunakan produk,

termasuk dalam kelompok pengguna potensial dimana

konsumen yang akan menjadi pengguna dalam

hubungannya dengan tahap hidup atau kejadian tertentu.

d) Tingkat penggunaan: pasar dapat disegmentasikan menjadi

pengguna produk kelas ringan, menengah, dan berat. Tahap

kesiapan pembeli

e) Tahap kesiapan pembeli: beberapa individu tidak

menyadari keberadaan produk diantaranya beberapa

menyadari, mengetahui, tertarik, menginginkan produk dan

membeli

f) Status loyalitas: pemasar biasanya membayangkan empat

kelompok berdasarkan loyalitas merek yaitu:

1) loyalitas berat; konsumen yang hanya membeli satu

merek sepanjang waktu

2) loyalitas yang terbagi; konsumen yang loyal kepada

dua atau tiga merek

3) loyalitas yang bergeser; konsumen yang beralih

loyalitas dari satu merek ke merek lain

4) orang yang suka berpindah; konsumen yang tidak

memperlihatkan loyalitas kepada merek apapun

g) Sikap; lima sikap tentang produk adalah antusias, positif,

(39)

C. Pengertian Branding

Kotler dan Keller (2009) mengatakan bahwa, merek adalah

produk atau jasa yang dimensinya mendiferensiasikan merek

tersebut dengan beberapa cara dari produk atau jasa lainnya yang

dirancang untuk memuaskan kebutuhan yang sama.Penetapan

merek sudah ada selama ratusan tahun sebagai sarana untuk

membedakan barang dari satu produsen dengan produsen yang

lainnya.Beberapa pemasar merasa bermanfaat jika mereka

menciptakan personifikasi merek yakni mereka berusaha

menuangkan kembali persepsi konsumen mengenai sifat-sifat

produk atau jasa (Schiffman dan Kanuk, 2008: 123).

Merek berperan megidentifikasi sumber atau pembuat

produk dan memungkinkan konsumen untuk menuntut tanggung

jawab atas kinerjanya kepada pemasar.Kotler dan Keller juga

mengatakan penetapan merek (branding) adalah sebagai berikut:

Memberikan kekuatan merek kepada produk dan jasa serta menciptakan perbedaan antar produk. Pemasar harus mengajarkan tentang “siapa” produk itu kepada konsumen dengan memberikan namanya dan elemen merek lain untuk mengidentifikasi produk begitu pula dengan apa yang dilakukan produk dan mengapa konsumen harus memperhatikan. Penetapan merek (branding) menciptakan struktur mental yang memebantu konsumen mengatur pengetahuan mereka tentang produk dan jasa dengan cara menjelaskan pengambilan keputusan mereka dan dalam prosesnya memberikan nilai bagi perusahaan.

Ekuitas merek (brand equity) adalah nilai tambah yang

(40)

konsumen berpikir, merasa dan bertindak dalam hubungannya

dengan merek, dan juga harga, pangsa pasar dan profitabilitas yang

diberikan merek bagi perusahaan. Prinsip dari model ekuitas

merek berbasis pelanggan adalah bahwa kekuatan merek terletak

pada apa yang dilihat, dibaca, didengar, dipelajari, dipikirkan, dan

dirasakan dengan pelanggan tentang merek sepanjang waktu.

Ekuitas merek berbasis pelanggan (customer based brand equity)

adalah pengaruh diferensial yang dimiliki pengetahuan merek atas

respons konsumen terhadap pemasaran tersebut.Ferrinadewi (2008)

dalam bukunya juga mengatakan CustomerBased Brand Equity Equity/ekuitas berarti nilai. Keputusan pembelian konsumen

didasarkan pada faktor-faktor yang menurut mereka penting,

semakin banyak faktor yang dinilai penting maka merek tersebut

dapat dikatakan sebagai merek yang bernilai. Ada tiga bahan

ekuitas merek berbasis pelanggan:

a) Ekuitas merek timbul akibat perbedaan respons

konsumen;apabila tidak ada perbedaan, maka pada intinya

produk nama merek merupakan suatu komoditas atau versi

generik dari produk, persaingan ini ada kemungkinan

timbul dalam harga

b) Perbedaan respons akibat pengetahuan konsumen tentang

merek;pengetahuan merek (brand knowledge) terdiri dari

(41)

lain-lain yang berhubungan dengan merek. Secara khusus,

merek harus menciptakan asosiasi merek yang kuat,

menyenangkan, dna unik dengan pelanggan.

c) Respons dieferensial dari konsumen yang membentuk

ekuitas merekrespons ini tercermin dalam persepsi,

preferensi, dan perilaku yang berhubungan dengan semua

aspek pemasaran merek

Memilih elemen merek harus dilakukan oleh pemasar untuk

membangun ekuitas merek sebanyak mungkin. Elemen merek

(brand element) adalah alat pemberi nama dagang yang

mengidentifikasikan dan mendiferensiasikan merek. Dalam kriteria

pilihan elemen merek serta berhubungan dengan cara

mempengaruhi dan melindungi ekuitas elemen merek dalam

menghadapi peluang dan keterbatasan seperti dibawah ini;

1) Dapat diingat;kemudahan elemen merek itu diingat dan

dikenali

2) Berarti; sejauh mana elemen merek itu kredibel dan

mengindikasikan kategori yang berhubungan dengannya

3) Dapat disukai; sejauh mana elemen merek itu dapat disukai

secara visual, verbal dan cara lainnya

4) Dapat ditransfer; sejauh mana elemen merek dapat

digunakan untuk memperkenalkan produk baru baik dalam

(42)

5) Dapat disesuaikan; seberapa mudah elemen merek itu

disesuaikan dan diperbarui

6) Dapat dilindungi; seberapa mudah elemen itu dapat

dilindungi hukum

Dalam pengembangan elemen merek, elemen ini dapat

memainkan sejumlah peran pembangunan merek, apabila

konsumen tidak memeriksa banyak informasi dalam mengambil

keputusan pembelian. Elemen merek seharusnya mudah dikenali

dan diingat seerta bersifat deskriptif dan persuasif. Ferrinadewi

(2008) juga mengatakan bahwapemasar dapat melakukan image

analysis yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi

bagaimana asosiasi konsumen terhadap merek. Beberapa langkah

yang dapat dilakukan pemasar dalam melakukan image analysis:

a) Mengidentifikasikan segala asosiasi yang mungkin telah

dilakukan konsumen dalam benak mereka. Konsumen

dapat melakukan interview sederhana atau dalam focus

group tentang apa yang konsumen pikirkan tentang suatu

produk. Misalkan untuk merek Toyota, asosiasi konsumen

adalah negara Jepang, mobil berkualitas, harga terjangkau,

berpengalaman.

b) Langkah kedua, menghitung seberapa kuat hubungan antara

(43)

c) Selanjutnya, pemasar harus menyimpulkan dari langkah

kedua di atas menjadi sebuah pernyataan yang mencitrakan

secara psikologis

D. Pengertian Destination Branding (citra destinasi)

Irene Kamenidou dalam jurnal Measuring Destination Image and

Consumer Choice Criteria: The Case of Mykonos Island(2010)

mengatakan bahwa citra destinasi sejak lama sudah diidentifikasi sebagai

karakteristik lingkungan yang mempengaruhi perilaku dan kebiasaan

konsumen. Bigné and Sanchéz (2009) yang dikutip dalam jurnal

Destination image: Origins, Development and Implications menjelaskan

citra destinasi sebagai interpretasi yang nyata menurut wisatawan. Oleh

karena itu gambaran yang dimiliki wisatawan terhadap destinasi adalah

sepenuhnya subjektivitas karena hal ini berdasarkan pada persepsi

beberapa turis yang sudah melakukan kunjungan wisata maupun yang

hanya mendengar tentang destinasi tersebut. Irene (2010) juga mengatakan

bahwa sebagai destinasi yang saat ini bersaing secara global, pemasar

perlu memperoleh pengetahuan yang lebih banyak tentang bisnis dan

lingkungan dimana mereka beroperasi untuk menetukan dan mengadopsi

bauran pemasaran yang tepat.

Pariwisata dianggap sebagai salah satu sektor ekonomi terbesar di

dunia, paling dinamis dan memiliki pertumbuhan yang cepat. Mengingat

(44)

paling menarik bagi pemasar apabila memahami proses pengambilan

keputusan wisatawan. Kompetisi yang cukup intens antara area destinasi

menjadi perhatian utama para pemasar, peningkatan pangsa pasar dan

memastikan adanya kunjungan lanjutan. Berdasarkan pertimbangan

karakteristik industri perjalanan dan sifat perjalanan wisata, Blain, Levy,

dan Ritchie yang dikutip dalam Dewi (2011) mengajukan definisi

branding untuk destinasi wisata sebagai berikut:

Destination branding adalah serangkaian aktivitas pemasaran yang (1) mendukung penciptaan nama, simbol, logo, tulisan, atau gambar grafis lainnya yang secara langsung bisa mengidentifikasi dan membedakan suatu destinasi di tengah-tengah destinasi lainnya; (2) secara konsisten mengkomunikasikan harapan atas pengalaman perjalanan yang berkesan ke destinasi tersebut; dan (3) menyatukan dan memperkuat hubungan emosional antara pengunjung dengan destinasi tersebut; dan (4) mengurangi biaya pencarian calon wisatawan (search costs) dan risiko (perceived risk). Secara bersamaan, aktivitas-aktivitas tersebut berfungsi sebagai pembentuk citra destinasi yang secara positif mempengaruhi pemilihan destinasi oleh wisatawan (Blain, Levy, dan Ritchie, 2005)

Dewi (2011) mengatakan bahwa definisi tentang branding

destinasi ini mengandung elemen-elemen dalam branding, yang juga

berarti garis besar dalam mengembangkan strategi sekaligus kerangka

evaluasi untuk menilai efektivitas branding suatu destinasi wisata.

(45)

1) Citra (image)

Elemen pertama terkait dengan image (citra) yang seringkali

merupakan citra yang dibentuk dan dipunyai oleh wisatawan

sendiri atas suatu tempat. Titik tolak dari pembentukan image

seringkali adalah image sesuai yang telah dipersepsikan oleh

wisatawan. Akan tetapi, proses branding juga memberikan ruang

bagi pengembang strategi untuk menciptakan citra tertentu yang

memang ingin diciptakan untuk suatu destinasi, dan setelah citra

ini berhasil didefinisikan, akhirnya harus benar-benar bisa

dirasakan oleh wisatawan.

2) Mengenalkan (recognition)

Syarat mendasar dari suatu brand yang kuat adalah bahwa dia

harus dikenal oleh konsumennya, yang merupakan langkah

pertama dalam proses pengambilan keputusan. Oleh karena itu,

recognition (pengenalan), awareness (kesadaran), the ability to be

memorable (gampang diingat) merupakan elemen-elemen yang

harus dimilliki oleh suatu brand.

3) Membedakan (differentiation)

Ditengah persaingan yang semakin ketat dalam memperebutkan

wisatawan, maka suatu destinasi harus mempunyai keunikan yang

membedakannya dengan destinasi-destinasi lainnya untuk

(46)

destinasi tersebut. Suatu Unique Selling Proposition perlu

diciptakan dalam branding suatu destinasi wisata.

4) Menyampaikan pesan (brand messages)

Setelah citra diciptakan, maka tantangan selanjutnya adalah untuk

“menyampaikan pesan” yang “merefleksikan citra destinasi”

kepada (calon) wisatawan. Penyampaian pesan akan efektif jika

jalur komunikasi antar destinasi dan (calon) pengunjung selalu

terbuka.

5) Konsisten (consistency)

Upaya untuk membuat destinasi masuk ke dalam evoked set atau

“peta pilihan”(calon) wisatawan adalah dengan

mengkomunikasikannya secara konsisten. Konsisten dalam

menyampaikan citra, pesan, dan pengalaman yang akan didapat

wisatawan dalam kunjungan ke suatu destinasi akan sangat

membantu pembentukan awareness dan jaminan akan kualitas

(sekaligus berarti mengurangi risiko yang dirasakan oleh calon

wisatawan).

6) Membangkitkan respon emosional (emotional response)

Strategi branding perlu berupaya membangkitkan respons

emosional dari (calon) wisatawan, terutama karena kunjungan

wisata lebih merupakan pengalaman yang holistik daripada sekedar

pembelian tunggal. Wisatawan cenderung mengeluarkan cukup

(47)

suatu pengalaman perjalanan. Jika reaksi mereka tidak positif

secara emosional, maka sebuah destinasi sulit untuk mendapatkan

wisatawan yang loyal, yang diukur dengan kunjungan ulang

maupun rekomendasi (world-of-mouth) postif yang diberikan ke

calon wisatawan lain.

7) Membangkitkan harapan (creating expectations)

Seiring dengan intensitas persaingan dalam industri pariwisata

global, branding suatu destinasi wisata, selain membentuk citra,

juga harus menyampaikan janji akan memberikan pengalaman

yang berkualitas dan mengesankan pada calon wisatawan.

Branding berarti harus membentuk ekspektasi calon wisatawan

akan pengalaman perjalanan yang akan didapat. Hal ini akan

(48)

Gambar 2.1 Places as Relational Brand Networks

(Hankinson, 2004 dalam Blain, Levy, dan Ritchie, 2005)

Dikutip melalui Dewi (2011)

Destinasi yang ingin menjual produk wisata yang berbasis

nilai-nilai berkelanjutan perlu menetapkan intisari brand (brand essence)

berdasarkan pada nilai-nilai berkelanjuttan (sustainability values).

Beberapa konsep brand essence yang dapat dipilih adalah sebagai berikut:

a) Pemeliharaan lingkungan dengan menjaga keaslian bentang alam

b) Konservasi budaya masyarakat

c) Konservasi bangunan bersejarah

Relasi dengan konsumen (wisatawan dan penduduk lokal)

 Sasaran pasar yang sesuai  Penduduk dan karyawan  Konsumen internal  Relasi yang dikelola

Relasi dengan Instrafuktur Brand  Akses: Transportasi eksternal (udara, darat, laut)  Fasilitas Hygiene

Parkir Mobil

Core (Inti) Brand

Brand Personalitas

Positioning Identifiers

Hubungan relasional dengan Jasa dan Penyedia Jasa Utama

 Pengecer

 Acara dan aktivitas wisata

 Hotel dan akomodasi lainnya

 Restoran  Transportasi

Relasi dengan Media

 Komunikasi organik  Komunikasi pemasaran

(49)

d) Penerapan prinsip perdagangan yang adil (fair trade)

e) Pelibatan masyarakat dalam industri pariwisata

f) Manfaat ekonomi bagi masyarakat

g) Perlindungan dan edukasi wisatawan

h) Penjaminan hak-hak wisatawan

Persaingan dalam industri pariwisata telah diidentifikasi oleh

Porter yang dikutip melalui Dewi (2011), lima faktor yang akan

menentukan daya tarik, secara jangka panjang suatu pasar/industri/segmen

pasar. Kelima faktor tersebut antara lain, intensitas persaingan di industri

sekarang ini (segment rivalry), posisi tawar pemasok (supplier power),

posisi tawar pembeli (buyer power), ancaman produk pengganti

(substitues), dan ancaman pendatang baru (potential entrants)

Gambar 2.2 Model Persaingan “Five Forces of Competition”

(Porter, 2008)

Dikutip melalui Dewi (2011)

Potential Entrants (Threat of Mobility)

Suppllers

(suppler power)

Substitutes (Threat of substitutes)

Buyers

(Buyer power) Industry Competitors

(50)

Mendefinisikan persaingan dalam industri pariwisata,

persaingan bisa diidentifikasikan antar destinasi baik secara

nasional maupun lokal maupun antar daya tarik wisata. Sehingga

perlu dikenali berbagai keunggulan banding kepariwisataan di

suatu negara atau destinasi untuk mengembangkannya sebagai

produk wisata dan keunggulan saing.

E. Pengertian Atribut

Konsumen memiliki tiga jenis pengetahuan produk:

pengetahuan mengenai atribut atau karakteristik produk, akibat

keuntungan penggunaan produk, dan pencapaian nilai konsumen

atas produk (Schiffman dan Kanuk 2008: 70). Mowen dan Minor,

mengatakan titik awal untuk memahami hubungan antara

kepercayaan, sikap, dan perilaku adalah studi tentang pembentukan

kepercayaan, konsumen. Kepercayaan konsumen (consumen

beliefs) adalah semua pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen

dan semua kesimpulan yang dibuat konsumen tentang objek,

atribut, dan manfaatnya. Objek (objects) dapat berupa produk,

orang, perusahaan dan segala sesuatu dimana seseorang memiliki

kepercayaan dan sikap. Atribut (attributes) adalah karakteristik

atau fitur yang mungkin dimiliki atau tidak dimiliki oleh objek.

Dua kelas atribut yang luas telah diidentifikasikan sebelumnya,

(51)

sifat aktual produk, sedangkan atribut ekstrinsik adalah segala

sesuatu yang diperoleh dari aspek eksternal produk, seperti nama,

merek, kemasan dan label. Akhirnya, manfaat (benefits) adalah

hasil positif yang diberikan atribut kepada konsumen.

Kepercayaan, yang kita katakan mewakili asosiasi yang konsumen

bentuk diantara objek, atribut, dan manfaat didasarkan atas

pembelajaran yang kognitif. Seseorang membentuk tiga jenis

kepercayaan (Peter dan Olson, 2013:70) sebagai berikut;

1) Kepercayaan atribut-objek (object-attribute beliefs)

Kepercayaan ini menghubungkan sebuah atribut dengan

objek, seperti seseorang, barang, atau jasa, melalui

kepercayaan atribut-objek, konsumen menyatakan apa yang

mereka ketahui tentang sesuatu hal dalam variasi

atributnya.

2) Kepercayaan manfaat-atribut (attribute-benefit beliefs)

Persepsi konsumen tentang seberapa jauh sebuah atribut

tertentu menghasilkan, atau memberikan manfaat tertentu.

3) Kepercayaan manfaat-objek (object-benefits beliefs)

Persepsi konsumen tentang seberapa jauh produk, orang,

(52)

Pemasar dapat mengubah atribut merek dengan membuat

produk lebih menarik bagi konsumen. Konsumen dapat memiliki

pengetahuan mengenai tipe atau jenis atribut produk berbeda.7

Atribut nyata mewakili karakteristik fisik dapat disentuh (nyata),

seperti jenis serat dalam selimut atau ruang kaki kursi depan dalam

mobil. 8 Atribut abstrak mewakili karakteristik subjektif tidak dapat

disentuh (tidak nyata), seperti kualitas atau kehangatan sebuah

selimut, gaya, atau kenyamanan sebuah mobil. Konsumen juga

memiliki pengetahuan mengenai evaluasi afektif setiap atribut

seperti misalnya saya tidak suka rasa gatal yang ditimbulkan

selimut wol; saya suka es krim dengan adonan kue (Peter dan

Olson, 2013:70-71).

Atribut sendiri sangat berbeda dalam hal kepentingannya

bagi para konsumen. Kepentingan atribut (attribute importance)

didefinisikan sebagai penilaian umum seseorang terhadap

signifikansi atribut atas produk atau jasa tertentu. Harga

merupakan salah satu atribut paling penting yang dievaluasi oleh

konsumen, dan manajer perlu benar-benarmenyadari peran tersebut

dalam pembentukan sikap konsumen. Dalam situasi tertentu para

konsumen sangatlah sensitif terhadap harga (misalnya, permintaan

yang elastik) sehingga harga yang relatif tinggi dibanding para

pesaingnya dapat mengeliminasi produk dari pertimbangan

(53)

dipergunakan sebagai indikator pengganti kualitas produk, dengan

hasil bahwa harga yang lebih tinggi dipandang oleh segmen pasar

tertentu. Kemudian harga produk dapat memberikan baik pengaruh

positif maupun negatif terhadap konsumen. Dalam bukunya

Mowen dan Minor (2002:312) mengatakan para peneliti telah

mengidentifikasi tujuh dimensi atribut harga, lima negatif dan dua

positif. Pada peran negatif pertimbangan harga telah ditemukan

untuk mempengaruhi orang yang :

a) Sadar nilai (value conscious) yaitu keadaan dimana

konsumen memperhatikan rasio kualitas produk terhadap

harga.

b) Sadar harga (price conscious) keadaan dimana konsumen

lebih berfokus pada pembayaran harga yang lebih murah.

c) Penawaran kupon (coupon prone) yaitu keadaan dimana

konsumen menanggapi tawaran pembelian yang melibatkan

kupon.

d) Penawaran penjualan (sale prone) yaitu keadaan dimana

konsumen menanggapi tawaran pembelian yang melibatkan

pengurangan harga sementara.

e) Mavens harga (price mavens) yaitu keadaan dimana

konsumen menjadi sumber informasi bagi orang lain

(54)

Untuk peran positif, harga dipergunakan untuk

mempengaruhi konsumen pada dua jenis keadaan:

1) Hubungan harga-mutu yaitu keadaan dimana konsumen

menggunakan harga sebagai indikator mutu

2) Sensitivitas prestise yaitu keadaan dimana konsumen

membentuk persepsi atribut harga yang menguntungkan

berdasarkan sensitivitasnya terhadap persepsi orang lain

dari tanda-tanda status dengan harga yang lebih mahal

Penelitian tentang ini menemukan perbedaan individu pada

sejauh mana orang menanggapi masing-masing dari ketujuh

dimensi sensitivitas harga dan menyimpulkan bahwa perbedaan

individu tersebut sangat mempengaruhi perilaku pembelanjaan.

Kita dapat menyimpulkan atribut harga dengan menyatakan bahwa

harga merupakan konsep keanekaragaman yang memiliki arti

cukup berbeda bagi konsumen, tergantung pada karakteristik

konsumen, situas, dan produk.

F. Teori Persepsi

Schiffman dan Kanuk (2008) mengatakan persepsi

didefinisikan sebagai proses yang dilakukan individu untuk

memilih mengatur dan menafsirkan stimuli ke dalam gambar yang

berarti dan masuk akal mengenai dunia. Proses ini dapat dijelaskan

(55)

Para konsumen secara tidak sadar banyak menggunakan

kemampuan memilih aspek-aspek lingkungan mana yang mereka

rasakan. Individu mungkin melihat beberapa hal, mengabaikan

yang lain, dan berpaling lagi dari yang lainnya. Stimuli pemasaran

meliputi banyak variabel yang mempengaruhi persepsi konsumen,

seperti keadaan produk, ciri fisiknya, rancangan kemasan, merek,

iklan cetak dan iklan TV. Pada umumnya kontrasmerupakan salah

satu sifat stimulus yang paling dapat menarik perhatian. Orang

biasanya melihat apa yang mereka harapkan untuk dilihat, dan apa

yang mereka harapkan untuk dilihat biasanya berdasarkan pada apa

yang diketahui, pengalaman sebelumnya, atau keadaan yang ada

(harapan).

Konsumen memiliki sejumlah persepsi yang bertahan lama

dan sangat relevan terhadap sebuah produk atau merk. Produk dan

merk mempunyai nilai simbolis bagi individu yang menilainya atas

dasar konsistensi (kesesuaian) dengan gambaran pribadi mereka

mengenai diri sendiri. Citra yang dipunyai produk tertentu dalam

pikiran konsumen yaitu pengaturan posisinya mungkin lebih

penting bagi sukses akhir daripada karakteristik produk yang

sebenarnya. Pengaturan posisi memberikan konsep, atau arti

produk atau jasa dari sudut pandang kemampuannya memenuhi

kebutuhan konsumen. Produk (atau jasa) yang sama dapat diatur

(56)

berbeda. Citra merek yang positif berkaitan dengan kesetiaan

konsumen, kepercayaan konsumen mengenai nilai merk yang

positif dan kesediaan untuk mencari merek tersebut (Schiffman dan

Kanuk, 2008:157). Lingkungan perusahaan jasa fisik harus

dirancang dengan baik karena merupakan aspek penting dalam

mempengaruhi kesan dan perilaku konsumen yang dapat

menguntungkan perusahaan jasa.

G. Penelitian Sebelumnya

Penelitian ini didukung oleh penelitian terdahulu yang

merupakan kajian empiris yang berguna sebagai landasan untuk

berpikir dan sekaligus untuk mengetahui dan mempelajari metode

analisis yang digunakan dan kemungkinan dapat diterapkan dalam

penelitian ini. Salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Ratna

Roostika (2012) dengan judul Citra Merek Tujuan Wisata Dan

Perilaku Wisatawan: Yogyakarta Sebagai Daerah Tujuan Wisata,

menggunakan metode kuesioner secara cross sectional dengan

jenis data yang digunakan adalah primer mendapatkan hasil bahwa

55,3% data valid yang dapat dideskripsikan bahwa responden

menikmati tujuan wisata di Yogyakarta. Penelitian yang dilakukan

oleh Chen et al (1998) bertujuan untuk mengetahui atribut-atribut

yang dianggap paling penting oleh wisatawan, dari penelitian ini

(57)

kemudahan sarana transportasi yang berhubungan secara signifikan

pada loyalitas sebuah destinasi. Dengan adanya penelitian

sebelumnya, diharapkan nantinya dapat membantu penulis untuk

mendeskripsikan hasil penelitian dengan sebenar-benarnya.

H. Kerangka Konseptual Penelitian

Kerangka penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana citra destinasi DIY

menurut wisatawan asal Jakarta dan Non Jakarta. Penelitian ini

dilakukan melalui dua tahap untuk mengetahui apakah ada

perbedaan citra destinasi DIY menurut wisatawan asal Jakarta dan

(58)

Gambar 2.3 Susunan Kerangka Pemikiran

Sumber: peneliti (2014)

Citra Destinasi Daerah Istimewa Yogyakarta

Penelitian tahap I

Wawancara dengan stakeholder pariwisata DIY

Penentuan poin-poin pembentuk citra destinasi wisata DIY

1. Analisis data wawancara (Content Analysis and Common Theme Approach)

2. Penyusunan pertanyaan kuesioner (questionnaires)

Penelitian tahap II

(59)

I. Perumusan Hipotesis

Perbedaan kondisi lingkungan di kota asal tiap wisatawan

seperti Jakarta dan Non Jakarta tentu berbeda, dimana seperti yang

sudah diketahui yaitu kota Jakarta sebagai Ibukota negara ini,

terkenal dengan situasinya yang padat penduduk, kemacetan setiap

hari, kota yang terkenal sibuk dan ruwet membuat penilaian

wisatawan yang berasal dari Jakarta tentu memiliki persepsi

tersendiri saat melakukan kunjungan wisata ke Daerah Istimewa

Yogyakarta. Begitu pula dengan wisatawan yang berasal bukan

dari Jakarta atau Non Jakarta, kondisi lingkungan yang berbeda

dengan Ibukota atau mungkin bisa dikatakan tidak terlalu sibuk

dan ruwet mampu membuat wisatawan yang berasal dari kota ini

memiliki penilaian terhadap citra destinasi DIY saat

menjadikannya sebagai tujuan wisata. Dengan demikian peneliti

mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H1: Ada perbedaan persepsi penilaian terhadap citra

Yogyakarta menurut wisatawan yang berasal dari Jakarta

(60)

Pada saat melakukan kunjungan wisata, para wisatawan

yang baru pertama kali mengunjungi sebuah destinasi wisata

memiliki pengalaman mengunjungi destinasi yang secara umum

sudah populer di kalangan wisatawan. Lain halnya dengan

wisatawan yang sudah kedua kali atau melakukan kunjungan

lanjutan, dimana para wisatawan cenderung lebih memahami

tentang seluk-beluk destinasi wisata yang ingin ia datangi. Oleh

karena itu, peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H2: Ada perbedaan persepsi penilaian terhadap citra

Yogyakarta menurut wisatawan yang berasal dari Jakarta

(61)

40 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendahuluan

Metode penelitian adalah langkah untuk mendapatkan data

yangvalid melalui penelitian secara ilmiah. Riset (research) didefinisikan

oleh Sekaran (2003) sebagai suatu investigasi atau keingintahuan saintifik

yang terorganisasi, sistematik, berbasis data, kritikan terhadap suatu

masalah dengan tujuan menemukan jawaban atau solusinya. Metode

Ilmiah adalah metode yang menggunakan logika atau rasio dalam

menjelaskan fenomena dan kemudian melakukan pengujian terhadap

penjelasan itu dengan fakta (Sanusi, 2011:3).

Penelitian ini menggunakan metode penelitian secara bertahap,

yaitu penelitian tahap pertama dan tahap kedua. Penelitian tahap pertama

dilakukan untuk meneliti tentang apa saja atribut destinasi DIY yang

mampu menarik para wisatawan untuk berkunjung ke Yogyakarta. Hasil

dari penelitian tahap pertama dirumuskan untuk menjadi dasar penelitian

tahap kedua yaitu membuat daftar penilaian kedalam kuesioner untuk

mencari bagaimana penilaian wisatawan terhadap citra destinasi DIY

sebagai tujuan destinasi menurut atributnya, perbedaan persepsi penilaian

terhadap citra DIY menurut wisatawan yang berasal dari Jakarta dan Non

(62)

Alasan penelitian ini harus dilakukan secara dua tahap adalah

untuk memetakan secara jelas apa saja atribut destinasi wisata yang

mempengaruhi minat wisatawan dalam melakukan kunjungan wisata serta

tingkat pebedaan persepsi penilaian citra Yogyakarta menurut asal wisatan

maupun status kunjungannya.

B. Penelitian Tahap I

1) Jenis Penelitian

Jenis penelitian tahap pertama adalah penelitian secara

deskriptif kualitatif yang meneliti atribut-atribut destinasi

pariwisata di Yogyakarta. Tujuan dari penelitian tahap pertama

untuk mengetahui atribut-atribut destinasi pariwisata apa saja yang

dimiliki Daerah Istimewa Yogyakarta yang mampu menarik

wisatawan untuk datang berkunjung. Hasil dari penelitian ini akan

digunakan sebagai dasar penelitian tahap kedua.

2) Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Daerah Istimewa

Yogyakarta. Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 8, 20, dan

(63)

3) Jenis Data

Penelitian tahap pertama membutuhkan dua jenis data

yaitu;

a) Data primer

Data primer adalah data yang langsung diperoleh di lokasi

penelitian melalui wawancara dengan narasumber yang

terkait dalam penelitian ini.

b) Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperlukan untuk

melengkapi data primer yang diperoleh dari pencatatan

dokumen dan alat perekam, dan data pendukung lainnya.

4) Narasumber

Pada penelitian tahap pertama, peneliti menggunakan

narasumber untuk membantu menjelaskan fakta dan opini yang

digunakan dalam penelitian ini. Narasumber tersebut adalah:

Bapak Andi Muhammad Mudhiuddin mewakili guide, Bapak

Irsyam Sigit Wibowo mewakili praktisi pariwisata serta Bapak

Aria Nugrahadi mewakili Dinas Pariwisata Provinsi DIY pada

(64)

5) Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan teknik wawancara dalam

pengumpulan data untuk penelitian tahap pertama. Wawancara

(interview) diartikan sebagai komunikasi dua arah untuk

mendapatkan data dari responden (Jogiyanto, 2004:93). Teknik

wawancara yang dilakukan adalah wawancara terstruktur mengenai

informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Wawancara

dilakukan kepada narasumber memiliki kompetensi di bidang

pariwisata DIY. Metode wawancara terstruktur yaitu dimana

peneliti memiliki pertanyaan khusus atau urutan topik yang akan

didiskusikan (Cooper and Schindler, 2006:235). Hasil wawancara

yang telah direkam nantinya akan ditabulasi untuk mempermudah

penggalian data pada penelitian tahap kedua.

6) Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian tahap

pertama, adalah Content analysis yaitu atribut-atribut yang sering

diucapkan terus menerus oleh narasumber dan common theme

approach yaitu atribut-atribut yang di ucapkan oleh narasumber

serupa dengan narasumber lainnya. Data yang t

Gambar

Gambar 2.1  Places as Relational Brand Networks
Gambar 2.2  Model Persaingan “Five Forces of Competition”
Gambar 2.3 Susunan Kerangka Pemikiran
Tabel 4.1 Program Kegiatan dan Anggaran Periode 2013-2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

Begitu pula dengan minat wisatawan nusantara dalam berkunjung ke Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2010 terdapat 7.855.784 orang dari 8.270.998 orang wisatawan yang

Hasil penelitian citra destinasi dan kualitas pelayanan terhadap minat kunjungan kembali wisatawan dapat diartikan bahwa nilai koefisien regresi koefisien regresi

Begitu pula dengan minat wisatawan nusantara dalam berkunjung ke Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2010 terdapat 7.855.784 orang dari 8.270.998 orang wisatawan yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) pengaruh citra destinasi dan fasilitas wisata secara simultan terhadap minat berkunjung ulang pada wisatawan Pantai Klayar

Saran ditujukan untuk semua lapisan masyarakat tentang pentingnya mempertahankan citra destinasi pariwisata Bali yang telah baik menurut wisatawan mancanegara yang

Direktori ini menguraikan kekayaan dan keragaman budaya Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menurut data Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) DIY, Balai Pelestarian Cagar

Beberapa penelitian menyatakan penting untuk mengetahui hubungan antara citra destinasi wisata dan loyalitas destinasi wisata melalui persepsi kualitas, persepsi

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) Peran Komunitas Mata Air Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dalam pendidikan non formal berbasis masyarakat, (2)