• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DEMAM TYPOID USIA SEKOLAH DI RSUD dr. WAHIDIN SUDIRO HUSODO MOJOKERTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DEMAM TYPOID USIA SEKOLAH DI RSUD dr. WAHIDIN SUDIRO HUSODO MOJOKERTO"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Dewi Khofida Sari |Poltekkes Majapahit Mojokerto 1 ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DEMAM TYPOID USIA

SEKOLAH DI RSUD dr. WAHIDIN SUDIRO HUSODO MOJOKERTO

DEWI KHOFIDA SARI 1312010005

SUBJECT:

Demam typoid, nutrisi, nyeri

DESCRIPCIONT:

Anak sekolah merupakan kelompok yang rentan terhadap penularan bakteri dan virus yang disebarkan melalui makan sehingga rawan munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang seperti diare, demam typoid, kecacingan, dan anemia. Tujuan studi kasus ini menerapkan asuhan keperawatan pada anak demam typoid di RSUD dr Wahidin sudiro Husodo Mojokerto.

Studi kasus ini menggunakan metode observasi dan wawancara yang diajukan kepada klien dan keluarga klien dengan menggunakan format asuhan keperawatan anak. Responden demam typoid yaitu anak-anak berusia 6-12 tahun yang berjumlah 2 responden.

Dari hasil pengkajian pada klien 1 dengan masalah keperawatan penurunan nafsu makan ditandai dengan lidah kotor, mukosa bibir kering, penurunan berat badan, makan 2-3 sendok, porsi tidak habis, nadi 100x/menit, pernapasan 22x/menit, suhu 37,60C, sedangkan pada klien 2 dengan masalah nyeri ditandai dengan nyeri perut, skala nyeri sedang, wajah menyeringai menahan nyeri, nadi 110x/menit, pernapasan 24x/menit, suhu 37,50C.

Pada kedua klien didapatkan tanda dan gejala yang berbeda sehingga masalah keperawatan yang muncul pada klien 1 yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan klien 2 yaitu gangguan rasa nyaman nyeri. Intervensi dan implementasi yang dilakukan berupa modifikasi health Education (HE) untuk pemberian diit, mendampingi keluarga klien untuk pemberiaan makan lunak, rendah serat, tinggi karbohidrat dan protein serta mendampingi dalam pemberian makan sedikit tapi sering. Untuk klien 2 memodifikasi healtt Education (HE) untuk meringankan nyeri, mengkaji lokasi nyeri, mendampingi keluarga untuk tehknik relaksasi dan distraksi berupa pemberian kompres air hangat, meningkatkan istirahat serta memonitor tanda-tanda vital. Evaluasi yang didapatkan dari kedua klien sudah mengatasi masalah keperawatan walaupun sebagian dan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil keperawatan.

(2)

Dewi Khofida Sari |Poltekkes Majapahit Mojokerto 2 SUMMARY

The purpose of this case study was to apply the nursing care in children with typoid fever in the RSUD dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokert. This case study using observation and interview methods that were submitted to the client and the client’s family by using the form at of nursing care of children. Typoid fever respondents with children aged 6-12 years as many as 2 respondents.

From assesment result on the client 1 with a nursing problem of a decrease in appetite characterized by dirty tongue, mucous of lips was dry, weight loss, ate 2-3 tablespoons, the servings were not depleted, pulse rate was 100x/ minute, respiration rate was 22x/minute, body temperature was 37,60 C while on the client 2 with the problem of pain was characterized by abdominal pain, moderate pain scale, grimaced face arrested the pain, pulse rate was110x/minute, respiration rate was 24x/minute, body temperature was 37,5 0C.

On both the client obtained the different signs and symptoms so that nursing problems that arose in the client 1 was an imbalance in nutrition that less than body requirements and the client 2 was comfort disturbed related to pain. Intervention and implementation was done in the form of health education (HE) for the modification of diet, assisting the client family feeding food that soft, contain with low-fiber, high-carbohydrate, and protein and assisting in feeding little but often. For client 2 modificate health education (HE) to relieve pain, examines the location of pain, accompained the family for relaxation and distraction techniques with the provision of warm compresses, improve rest and monitor vital signs. From evaluation obtained from both the clients have resolved the problems of nursing even though just partially and in accordance with the purpose and criteria of nursing result.

Keyword : nursing care, typoid fever, nutrition, pain.

Cortibutor : 1. Eka Diah K., M.Kes 2. Widy Setyowati, M.Kep Date : 24 Agustus 2016

Type Material : Laporan Penelitian

Identifier :

Right : Open Document

Summary :

LATAR BELAKANG

(3)

Dewi Khofida Sari |Poltekkes Majapahit Mojokerto 3 berbagai penyakit yang sering menyerang misalnya diare, demam typoid, kecacingan dan anemia (Sholikhah dalam sendi, 2013).

Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2010 demam typoid menempati urutan ke 3 setelah penyakit diare dari 10 penyakit,demam thypoid dapat ditemukan pada semua umur, tetapi yang paling sering pada anak umur 5-9 tahun dan laki-laki lebih banyak dari perempuan dengan perbandingan 3:1.

Perbedaan antara demam typoid anak dan dewasa adalah mortalitas (kematian) demam typoid pada anak lebih rendah bila dibandingkan dengan dewasa. Resiko terjadinya komplikasi fatal terutama dijumpai pada anak besar dengan gejala klinis berat, yang menyerupai kasus dewasa (Rezeki, 2011).

Proporsi semua penderita Tifus abdominalis dengan pemeriksaan test Widal mengalami gejala demam sewaktu masuk rumah sakit (100,0%), muntah (95,0%), badan lemah (86,7%), mual (86,2%), anoreksia (81,8%), lidah kotor (77,3%), batuk (54,1%), sakit perut (51,9%), sakit kepala (46,4%), perut kembung (33,7%), diare (24,3%), konstipasi (16,6%), sesak nafas (11,0%), gangguan kesadaran (1,7%) dan mimisan (1,1%) (Alista, 2012).

Penyebab dari demam typoid adalah bakteri Salmonella typhi,sementara demam paratifoid yang gejalany mirip dengan demam typoid namum lebih ringan disebabkan oleh Salmonella paratyphi A, B, atau C. Bakteri ini hanya menginfeksi manusia. Penyebaran demam typoid terjadi melaluai makanan dan air yang telah tercemar oleh tinja atau urin penderita demam typoid ( Rezeki, 2011).

Umumnya gejala klinis timbul 8-14 hari setelah infeksi yang ditandai dengan demam yang tidak turun selama lebih dari 1 minggu terutama sore hari,pola demam yang khas adalah kenaikan tidak langsung tinggi tetapi bertahap seperti anak tangga (stepladder), sakit kepala hebat, nyeri otot, kehilangan selera makan, mual, muntah, sering sukar buang air besar (konstipasi) dan sebaliknya dapat terjadi diare ( Behrman dan Widoyono dalam Batu bara, 2014). Menurut thomas dalam Sucipto (2015) masa inkubasi penyakit 7-14 hari dengan rentang 3-30 hari, tergantung jumlah kuman yang masuk.gejala yang muncul tergantung usia penderita. Gejala klinis bervariasi mulai yang ringan seperti demam ringan, lemas, batuk ringan hingga berat berupa keluhan abdomen hingga komplikasi multipel.

Pada minggu ke-2 atau lebih, sering timbul masalah komplikasi demam tifoid mulai dari yang ringan sampai berat bahkan kematian. Beberapa komplikasi yang sering terjadi pada demam tifoid adalah perdarahan usus dan perforasi, pembengkakan dan peradangan pada otot jantung, pneumonia, pankreatitis, infeksi ginjal atau kandung kemih, meningitis ( Rezeki, 2011). Menurut susilaningrum (2013) komplikasi yang terjadi antara lain: perdarahan usus, perforasi usus, peritonitis.

(4)

Dewi Khofida Sari |Poltekkes Majapahit Mojokerto 4 keperawatan yang dilakukan pasien demam tifoid menunjukkan pengaruh yang signifikan. Hal ini menunjukkan perawat sudah memiliki kemampuan yang baik dalam melaksanakan tindakan keperawatan.

Tujuan studi kasus ini adalah menerapkan asuhan keperawatan pada anak demam typoid di usia sekolah di RSUD dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto.

METEDOLOGI

Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kasus. Kriteria yang diambil pada partisipan adalah pasien anak-anak yang mengalami demam thypoid, anak-anak usia 6 sampai 12 tahun, jumlah subjek minimal 2 klien dan masih dalam perawatan di rumah sakit. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 21-24 Juli 2016 di Ruang Brawijaya RSUD dr.Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto. Pengumpulan data menggunakan dokumentasi, wawancara dan observasi. Analisa data dilakukan dengan cara pengumpulan data, mereduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pengkajian keperawatan

Hasil pengkajian pada klien 1 yaitu ibu klien mengatakan anaknya malas makan dan lemah. Klien dilakukan pemeriksaan fisik lidah kotor, mukosa bibir kering. Nadi 100x/menit, pernapasan 22x/menit, suhu 37,50 celcius. Pada pasien demam typoid gejala utama berupa pegal-pegal, pusing, mual, muntah, nafsu makan turun (Nugroho, 2011).

Hasil penelitian ini sesuai dengan jurnal (Behrman, 2007 dan widoyono, 2011 dalam Batubara (2014), umumnya gejala klinis timbul 8-14 hari setelah infeksi yang ditandai dengan kehilangan selera makan (anoreksia).

Hasil pengkajian pada klien 2 yaitu ibu klien mengatakan anaknya nyeri perut. Klien dilakukan pemeriksaan fisik nyeri perut dikuadran kanan region 6, nyeri sedang, wajah nampak menyeringai menahan nyeri. Gejala perforasi usus adalah adanya keluhan pasien akan sakit perut hebat dan yang akan lebih nyeri lagi jika ditekan, perut terlihat tegang/kembung, pasien menjadi pucat, dapat juga mengeluarkan keringat dingin, dan nadinya kecil (herdman, 2012). Ditemukan gejala abdomen akut, yaitu nyeri perut yang hebat, dinding abdomen yang tegang dan nyeri tekan (susilaningrum, 2013).

Hasil pemeriksaan fisik pada An. G sesuai dengan teori yang ada bahwa saat dilakukan pemeriksaan fisik pada daerah perut didapatkan nyeri pada perut.

(5)

Dewi Khofida Sari |Poltekkes Majapahit Mojokerto 5 Dari hasil penelitian juga menunjukkan pemeriksaan laboratorium yang menunjang diagnosis demam typoid diantaranya pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan bakteriologis dengan isolasi biakan kuman, uji serologis, dan pemeriksaan kuman secara molekuler (Natari, dkk, 2014). Hasil penelitian ini diperkuat oleh peneliti sebelumnya ( Ritabrata, 2006 dalam (Natari, dkk, 2014) bahwa pada pasien dengan dugaan demam typoid, pemeriksaan darah lengkap menunjukkan hasil yang tidak spesifik. Pada tahap awal hemoglobin masih menunjukkan nilai normal, tapi akan menurun seiring dengan perjalanan penyakit. Leucopenia menjadi syarat penting pada demam typoid dan telah dilaporkan pada 20-25% kasus.Secara keseluruhan prevalensi trombositopenia pada kasud demam typoid berkisar 10-15%.

Hasil pengkajian pada An. Y dan An. G yang menunjukkan tanda-tanda seperti diatas sesuai dengan teori dan jurnal yang ditulis oleh Natari, dkk (2014).

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan klien pertama adalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan.

Pada pasien demam typoid biasanya nafsu makan berkurang karena adanya rasa tidak enak pada perut disebabkan keasaman lambung yang merupakan factor penentu dari suseptibilitas terhadap kuman salmonella yang melekat pada jonjot ileum, sehingga menyebabkan nafsu makan berkurang (Widagdo, 2012).

Pada pasien demam typoid nafsu makan menurun, kurang minat pada makan, bising usus hiperaktif, kesalahan informasi, membrane mukosa pucat, tonus otot menurun, kelemahan otot untuk menelan atau mengunyah, berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal (Herdman, 2012).

Masalah keperawatan yang diambil sudah sesuai dengan teori yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan.

Hasil pemeriksaan fisik pada An. G sesuai dengan teori yang ada bahwa saat dilakukan pemeriksaan fisik pada daerah perut didapatkan nyeri pada perut.

3. Intervensi

(6)

Dewi Khofida Sari |Poltekkes Majapahit Mojokerto 6 Anjurkan kepada orang tua klienuntuk memberikan rehidrasi berupa minum, sayuran berkuah dan buah yang boleh dikonsumsi pasien. Anjurkan kepada orang tua klien untuk memberikan nutrisi dengan diet lunak, tinggi kalori, tinggi protein. Anjurkan kepada orang tua klien untuk memberikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.Observasi tanda-tanda vital (Herdman 2012).

Tujuan intervensi untuk klien kedua, setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x 24 jam diharapkan nyeri berkurang dengan kriteria hasil ibu klien mengatakan nyeri perut anak nya berkurang, wajah nampak rileks, keluarga dan pasien mampu melakukan tindakan non farmakologis relaksasi, tanda – tanda vital dalam batas normal. Intervensinya yaitu kaji lokasi dan skala nyeri, anjurkan tekhnik relaksasi kepada keluarga pasien dengan cara kompres air hangat pada daerah nyeri. Tingkatkan istirahat dan observasi tanda-tanda vital (Herdman, 2012).

4. Implementasi

Tindakan keperawatan untuk An. Y yaitu memberikan Healt Education kepada orang tua klien meliputi pemberian makanan yang disukai, menghindarimakanan yang mengandung gas, asam, dan pedas. Memberikan rehidrasi berupa minum, sayuran berkuah dan buah yang boleh dikonsumsi klien. Mendampingi orang tua klien memberikan makan dengan nasi tim, lauk ikan lele dan sayur labu siam. Mendampingi orang tua klien memberikan roti 2 lapis.

Diet yang di berikan ialah makanan yang mengandung cukup cairan, rendah serat, tinggi protein, dan tidak menimbulkan gas serta pemberiannya harus melihat keadaan pasien. Jika keadaan klien masih baik, diberikan makanan lunak dengan lauk pauk dicincang (hati, daging), sayuran labu siam atau wortel yang dimasak lunak sekali. Boleh juga diberi tahu, telur setengah matang atau matang direbus. Susu diberikan 2x1 gelas per hari, jika makanan tidak habis diberikan ekstra susu (Ngastiah, 2005).

Dari penelitian bayu (2015) pada Ny. N dilakukan tindakan menjelaskan pengertian, tanda dan gejala demam typoid. Memonitor diit klien, memonitor klien untuk makan dikit tapi sering, monitor tanda-tanda vital.

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada An. Y sesuai dengan teori dan riset yang ditulis oleh bayu (2015) yang menjelaskan bahwa pasien demam typoid dianjurkan untuk mengontrol diit dan dianjurkan untuk makan dikit tapi sering.

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada An. Gdengan masalah nyeri yaitumengkaji lokasi dan skala nyeri, mendampingi ibu klien cara kompres air hangat pada daerah nyeri, menganjurkan klien istirahat, mengobservasi tanda-tanda vital.

(7)

non-Dewi Khofida Sari |Poltekkes Majapahit Mojokerto 7 nosiseptif yang berdiameter besar (A- α dan A-β) untuk ‘menutup gerbang’ bagi serat-serat yang berdiameter kecil (A-δ dan C) yang berperan dalam menghantarkan nyeri, sehingga nyeri dapat dikurangi (Price&Wilson, 2006).

Dari penelitian bayu (2015) pada Ny. N dilakukan tindakan keperawatan nyeri yaitu mengajarkan tekhnik relaksasi dan distraksi dengan cara nafas dalam, memotivasi klien untuk miring kiri dan miring kanan. Memberikan terapi obat.

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada An. G sesuai dengan teori dan riset yang ditulis oleh bayu (2015) yaitu mengajarkan tekhnik relaksasi dan distraksi serta menganjurkan istirahat. Tekhnik relaksasasi dan distraksi yang diberikan kepada An. G dengan Ny. N berbeda. Pada An. G diberikan kommpres hangat untuk meringankan skala nyeri sedangkan pada Ny. N diajarkan tekhnik nafas dalam.

5. Evaluasi

Evaluasi pada diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan di dapatkan data pada hari ke 3 yaitu data subyektifnya ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak malas makan, keadaan umum cukup, lidah agak kotor, mukosa bibir lembab, makan 4-5 sendok, porsi makan tidak habis, nadi 100x/menit, suhu 36,70C, pernapasan 22x/menit, berat badan sekarang 18,5 kg. Masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sudah teratasi sebagian dan intervensi dihentikan. Berdasarkan kriteria hasil pada tujuan keperawatan sudah tercapai ditandai dengan pasien sudah mau makan, pasien tidak trlihat lemas, mukosa bibir lembah dan tanda-tanda vital dalam batas normal (Herdman 2009).

Hasil penelitian bayu (2015) pada klien Ny. N di dapatkan data pada hari ke 2 yaitu data subyektifnya klien mengatakan nafsu makannya meningkat, klien menghabiskan setengah porsi makan dari rumah sakit, TD 150/90 mmHg, nadi 86x/menit, RR 18x/menit, suhu 36,50C. masalah ketidakseimbangan nutrisi sudah teratasi sebagian. Intervensi dilanjutkan.

Hasil evaluasi pada An. Y yang mengalami peningkatan nafsu makansesuai dengan teori dan hasil riset bayu (2015) tetapi ada perbedaan pada hari/waktu. Pada anak Y mengalami peningkatan nafsu makan pada hari ke 3 sedangkan Ny.N pada hari ke 2. Hal ini disebabkan oleh usia dan perkembangan tubuh yang berbeda antara kedua responden dimana Ny.N sudah dewasa sedangkan An.Y masih pada usia anak sehingga perubahan nafsu makan pada Ny.N lebih cepat dibandingkan An.Y.

(8)

Dewi Khofida Sari |Poltekkes Majapahit Mojokerto 8 keperawatan sudah tercapai ditandai dengan kedaan umum cukup, nyeri sudah berkurang, wajah nampak rileks (Herdman, 2012).

Hasil penelitian bayu (2015) pada klien Ny. N di dapatkan data pada hari ke 2 yaitu klien mengatakan nyeri berkurang, skala 5 menjadi 3 (ringan), wajah nampak rileks, TD 150/90 mmHg, nadi 86x/menit, RR 18x/menit, suhu 36,50C.Masalah nyeri sudah teratasi sebagian.Intervensi dilanjutkan.

Hasil evaluasi pada An. G yang mengalami nyeri yang ditandai dengan nyeri berkurang, wajah nampak rileks, sudah sesuai dengan teori dan hasil riset bayu (2015). Nyeri berkurang pada hari ke 2 dan mencapai hasil yang sama sehingga tidak ada perbedaan antara klien An. G dengan klien Ny. N.

SIMPULAN

Data hasil pengkajian tanda dan gejala demam typoid yang dialami kedua klien berbeda yaitu klien pertama mengalami penurunan nafsu makan sedangkan klien kedua mengalami nyeri perut. Dari perbedaan klien pertama dan kedua dipengaruhi adanya manifestasi klinis yang berbeda yaitu pada minggu pertama dan pada fase kedua. Pada fase minggu pertama demam tinggi, sakit kepala, pusing, batuk, mual muntah, dan nafsu makan menurun. Sedangkan pada minggu kedua terjadi tekanan abdomen sangat meningkat diikuti dengan nyeri perut.

REKOMENDASI

Harus selalu meningkatkan mutu pelayanan pada semua klien dan juga dalam melakukan tindakan keperawatan terutama dalam melakukan tindakan pada anak demam tifoid dengan mengupayakan intervensi yang lebih intensif dan meningkatkan program-program standar praktek keperawatan yang sudah berjalan.

Institusi kesehatan harus lebih mengoptimalkan program standar praktek keperawatan dan meningkatkan mutu dari keperawatan dimana tenaga keperawatan tidak hanya memberikan pelayanan pada klien sakit tetapi juga sebagai tenaga pendidik, agar klien dapat memperoleh pelayanan kesehatan dengan baik. Hasil studi kasus ini dapat dijadikan data dasar untuk studi kasus lebih lanjut tentang klien demam tifoid.

Alamat Correspondensi :

- Email : Khofida94@gmail.com

- No. Hp : 085791640286

(9)

Dewi Khofida Sari |Poltekkes Majapahit Mojokerto 9 A.A Made Sucipta. (2015). Baku Emas Pemeriksaan Laboratorium Demam

Typoid Pada Anak. Jurnal Skala Husada. Vol 12 n0 22-26.

Bayu kurniawan. (2015). Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Pada Ny. N Di Ruang Dahlia RSUD Dr. Soedirman Kebumen. Sekolah tinggi ilmu kesehatan muhammadiyah gombong Program studi D3 keperawatan

Herdman T. Heather. (2012). NANDA-Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC.

Ngastiah. (2005). Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.

Prof. DR. Dr. Sri Rezeki S, SpA (K). www. Itokindo. Org (Free pdf- Manajemen Modern danKesehatan Masyarakat). Diaskes bulan September 2011.

Reski Yanti Batubara. (2014). Abdominal Typhoid management in women 22 years with no diet regularly and knowledge of the less phbs especially washing hands before eating. J Medula Unila.Vol 3 no 1.

Sendi, dkk. (2013).Gambaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHSB) Sekolah Pada Siswa Sekolah Dasar.Gmim Lemoh Image Of Clean Living And Healthy Behavior Of School Students Gmim Lemoh Manado: Universitas Sam Ratulangi.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah mengkaji kelimpahan rekruitmen karang pada substrat keras di perairan yang terkena tsunami dengan kedalaman yang berbeda.. BAHAN

locus of control pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa; (2) ada pengaruh kultur keluarga pada hubungan antar kecerdasan emosional dengan

Hasil evaluasi menunjukkan bahwa menurut mayoritas respoden, sistem ini telah memenuhi kebutuhan pengguna dan dapat digunakan untuk menyimpan serta mencari informasi tentang

Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang berserah diri".(Q.S Al-Ahqaaf:15). Dari ayat di atas, dapat dijelaskan

Model yang diusulkan di dalam paper ini mengasumsikan jaringan yang terkoneksi penuh terdiri dari situs S = { S1, S2, …., Sm }, di mana setiap situs memiliki

Karena pada awalnya, banyak bakteri adalah 10 bakteri, dan setiap 5 menit kemudian bakteri akan membelah dirinya menjadi 2.. maka banyaknya bakteri akan

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dalam meningkatkan strategi pemasaran bagi pihak perusahaan handphone Samsung Galaxy S4 berbasis Android

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung sagu terhadap karaketeristik fisik dan sensori bakso dan menentukan konsentrasi tepung sagu